Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Ternate

Penelitian Dasar Potensi Ekonomi Kota Ternate
Oleh

Muhammad Jibril Tajibu
Dosen Fakultas Ekonomi
Universitas Hasanuddin

Abstrak
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
perekonomian nasional memiliki peran yang penting dan
strategis. Hal tersebut dapat dilihat dari berbagai data yang
mendukung antara lain; pertama, jumlah industrinya yang
besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua,
potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja.
Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup
signifikan yakni sebesar 56,72% dari total PDB (BPS, 2004).
Economic Survey (BLS), yang bertujuan mengidentifikasi
berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada
pemberian informasi potensi ekonomi suatu daerah.
Penelitian BLS difokuskan terhadap Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang merupakan pelaku ekonomi

mayoritas di daerah. Pada kajian BLS tahun 2006, terdapat
perubahan yang signifikan dalam penetapan Daftar Skala
Prioritas yang semula menggunakan kriteria data produksi,
pendapat instansi dan data primer responden UMKM pada
suatu komoditi/produk/jenis usaha di suatu kecamatan,
menjadi penetapan komoditi/produk/jenis usaha (KPJU)
unggulan daerah di kabupaten dengan menggunakan alat
analisis Comparative Performance Index (CPI) dan Analityc
Hierarchy Process (AHP).
Comparative
Performance
Index
(CPI)
atau
Teknis
Perbandingan Indeks Kinerja merupakan indeks gabungan
(composite index) yang digunakan untuk menentukan
penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif berdasarkan
beberapa kriteria. Sedangkan AHP adalah sebuah alat
analisis yang didukung oleh pendekatan matematika

sederhana
dan
dipergunakan
untuk
memecahkan
permasalahan decision making seperti pengambilan kebijakan
atau penyusunan prioritas.
Penelitian di lakukan di Kota Ternate, dan tujuan penelitian
BLS ini adalah untuk mengenal dan memahami profil daerah
dan profil UMKM, kebijakan pemerintah yang terkait dengan
========= PROGRESIF. 119
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

pengembangan UMKM, peranan perbankan dalam
pengembangan UMKM dan memberikan informasi tentang
KPJU unggulan yang perlu mendapat prioritas untuk
dikembangkan serta memberikan rekomendasi kebijakan
dalam rangka pengembangan KPJU unggulan UMKM yang
dikaitkan dengan kebijakan pemerintah di suatu
kabupaten/kota.

Hasil penelitian menunjukkan untuk kota Ternate, Ranking
skor terbobot tingkat kepentingan sektor ekonomi adalah
Sektor Perkebunan, Peternakan, Angkutan, Perikanan dan
Peternakan. Adapun KPJU unggulan di Kota Ternate yang
disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Pala, 2). Ternak
Sapi, 3). Ojek Sepeda Motor, 4). Ikan Tongkol, 5). Kambing.
Kata Kunci: Peluang investasi, Potensi Ekonomi

PENDAHULUAN
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam perekonomian
nasional memiliki peran yang penting dan strategis. Kondisi tersebut
dapat dilihat dari berbagai data yang mendukung bahwa eksistensi
UMKM cukup dominan dalam perekonomian Indonesia. Hal ini
disebabkan karena pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat
dalam setiap sektor ekonomi. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik dan
Kementerian Koperasi dan UMKM, jumlah UMKM tercatat 42,39 juta
unit atau 99,9% dari seluruh unit usaha. Kedua, potensinya yang besar
dalam menyerap tenagakerja. Setiap unit investasi pada sektor UMKM
dapat menciptakan lebih banyak kesempatan kerja bila dibandingkan
dengan investasi yang sama pada Usaha Besar. Sektor UMKM menyerap

79,04 juta tenagakerja atau 99,4% dari total angkatan kerja yang bekerja.
Ketiga, kontribusi UMKM dalam pembentukan PDB cukup signifikan
yakni sebesar 56,72% dari total PDB (BPS, 2004).
Dalam rangka mendukung pengembangan dan pemberdayaan
UMKM, Bank Indonesia memiliki pilar-pilar kebijakan strategis yang
meliputi: (1) Pengaturan kepada perbankan yang mendorong
pengembangan dan pemberdayaan UMKM, (2) Pengembangan
kelembagaan yang menunjang, (3) Pemberian bantuan teknis,
(4) Kerjasama dengan berbagai pihak baik dengan lembaga Pemerintah
maupun lembaga lainnya. Salah satu pilar kebijakan Bank Indonesia
tersebut adalah mendorong pengembangan UMKM melalui pemberian
bantuan teknis. Kegiatan penelitian dan penyediaan informasi
merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan Bank Indonesia dalam
kerangka bantuan teknis, sehingga diharapkan akan dapat memberikan

120 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

informasi yang bermanfaat kepada stakeholders, baik kepada
Pemerintah Daerah (Pemda), perbankan, kalangan swasta, maupun

masyarakat luas yang berkepentingan dalam upaya pemberdayaan
UMKM.
Untuk itu, Bank Indonesia sudah sejak lama telah
mengembangkan penelitian Baseline Economic Survey (BLS). Penelitian
ini berupaya mengidentifikasikan berbagai peluang investasi di daerah
yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi suatu
daerah. Dalam perkembangan selanjutnya, pengembangan potensi
ekonomi daerah ditujukan untuk memberikan informasi kepada
pemangku kepentingan/stakeholders mengenai komoditas/produk/jenis
usaha yang potensi yang menjadi unggulan daerah untuk
dikembangkan. Penelitian BLS difokuskan terhadap Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM) yang merupakan pelaku ekonomi mayoritas di
daerah.
Data dan informasi dalam BLS meliputi berbagai aspek. Aspek
makro berupa kebijakan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun
Pemerintah Daerah dan potensi ekonomi daerah dalam rangka
pengembangan UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi
dan potensi UMKM. Hasil penelitian BLS tersebut selanjutnya akan
didesiminasikan dalam situs web Sistem Informasi Terpadu
Pengembangan UMKM (SI-PUK) yang dapat diakses melalui internet di

alamat http://www.bi.go.id/sipuk. Saat ini SI-PUK terdiri dari Sistem
Informasi BLS (SIB) yang meliputi 31 propinsi, Sistem Informasi
Agroindustri Berorientasi Ekspor (SIABE) yang meliputi 31 Propinsi dan
16 komoditi agroindustri serta komoditi non agroindustri, Sistem
Informasi Prosedur Memperoleh Kredit (SI-PMK), Sistem Informasi pola
Pembiayaan/Lending model Usaha Kecil (SI-LMUK) meliputi 70
komoditi, Sistem Penunjang Keputusan untuk Investasi (SPK- UI) yang
dapat digunakan untuk simulasi perhitungan interaktif kelayakan suatu
usaha.
Pada kajian BLS tahun 2006, terdapat perubahan yang cukup
mendasar dalam penetapan Daftar Skala Prioritas yang semula
menggunakan kriteria data produksi, pendapat instansi dan data primer
responden UMKM pada suatu komoditi/produk/jenis (KPJU) usaha di
suatu kecamatan, menjadi penetapan komoditi/produk/jenis usaha
unggulan daerah di kabupaten dengan menggunakan alat analisis
Comparative Performance Index (CPI) dan Analytical Hierarchy Process
(AHP). Setiap kabupaten di suatu propinsi diharapkan memiliki
komoditi/produk/jenis usaha unggulan dari berbagai sektor ekonomi
yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Hal ini merupakan adopsi
dari kesuksesan negara tetangga Thailand melalui program One Tambon

One Product (OTOP), yaitu program pengembangan komoditas

========= PROGRESIF. 121
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

unggulan di suatu daerah (tambon) yang sukses dalam membantu
pengembangan UMKM. Dengan program yang lebih fokus, Pemda dapat
memprioritaskan kebijakan ekonomi melalui pengembangan komoditas
unggulan tertentu di suatu kabupaten/ kota sebagai upaya untuk
menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dalam rangka mengurangi angka/tingkat kemiskinan di
daerah. Pada akhirnya, hal tersebut diharapkan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi lokal.

TUJUAN PENELITIAN
Penelitian BLS Propinsi Maluku Utara dilaksanakan untuk
memberikan landasan rasional bagi pembangunan daerah yang meliputi
berbagai sektor kegiatan ekonomi. Laporan BLS itu mengandung
keterangan-keterangan sebagai dasar perencanaan, pengorganisasian
dan pengambilan keputusan mengenai komoditi/produk/jenis usaha

unggulan (KPJU) pada setiap wilayah kabupaten/kota dalam wilayah
Propinsi Maluku Utara. Secara rinci tujuan BLS adalah mengenal dan
memahami mengenai :

1.
2.
3.
4.
5.

6.

Profil daerah, meliputi kondisi geografis, demografi, perekonomian dan
potensi sumberdaya.
Profil UMKM di wilayah/propinsi penelitian termasuk faktor pendorong
dan penghambat dalam pengembangan UMKM.
Kebijakan pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemda yang
terkait dengan pengembangan UMKM.
Peranan Perbankan dalam pengembangan UMKM.
Memberikan informasi tentang komoditi/produk/jenis usaha unggulan

yang perlu mendapat prioritas untuk dikembangkan di suatu kabupaten/
kota dalam rangka mendukung pengembangan ekonomi daerah,
penciptaan lapangan kerja dan penyerapan tenagakerja serta peningkatan
daya saing produk.
Memberikan rekomendasi kebijakan Pemda dalam rangka pengembangan
komoditi/produk/jenis usaha unggulan UMKM yang dikaitkan dengan
kebijakan Pemerintah.

METODE PENELITIAN
Daerah Penelitan
Daerah penelitian meliputi 8 (delapan) kabupaten/kota sePropinsi Maluku Utara. Adapun daerah yang menjadi lokasi penelitian
yaitu :

1.
2.

Kabupaten Halmahera Barat
Kabupaten Halmahera Tengah

122 PROGRESIF. ========

Vol.3, No.2 Pebruari 2010

3.
4.
5.
6.
7.
8.

Kabupaten Kepulauan Sula
Kabupaten Halmahera Selatan
Kabupaten Halmahera Utara
Kabupaten Halmahera Timur
Kota Ternate
Kota Tidore Kepulauan

Pengumpulan dan Analisis Data
Tahap

Penentuan


Komoditi/Produk/Jenis Usaha

dengan

CPI di

Kabupaten/Kota
Tahap
ini
dilaksanakan
guna
menghasilkan
daftar
komoditi/produk/jenis usaha unggulan pada setiap sektor ekonomi
pada tingkat Kecamatan dan Kabupaten. Kriteria yang digunakan untuk
menghasilkan daftar komoditi/produk/jenis usaha adalah sebagai
berikut:






Jumlah unit usaha/rumahtangga pada setiap kecamatan yang
bersumber dari data sekunder/statistik.
Pasar, dengan kriteria jangkauan pemasaran komoditas/produk
(persepsi narasumber).
Ketersediaan bahan baku/sarana produksi (saprodi/saprotan) dan
atau sarana usaha (persepsi narasumber).
Kontribusi komoditas/produk/jenis usaha terhadap perekonomian
wilayah kecamatan dan kabupaten (persepsi narasumber).

ALAT ANALISIS
Analisis untuk penetapan komoditi/produk/jenis usaha
dilakukan dengan menggunakan metode Comparative Performance Index
(CPI) atau Teknik Perbandingan Indeks Kinerja yang merupakan indeks
gabungan (Composite Index) yang dapat digunakan untuk menentukan
penilaian atau peringkat dari berbagai alternatif berdasarkan beberapa
kriteria (Marimin, 2004).
Penilaian setiap alternatif komoditi/produk/jenis usaha
ditetapkan berdasarkan data sekunder dan penilaian/pendapat nara
sumber yang diperoleh nara sumber di tingkat Kecamatan yaitu mantri
tani, mantri statistik, staf/seksi perekonomian dari semua kecamatan di
daerah penelitian, serta di tingkat kota melalui mekanisme Focus Group
Discussion (FGD) dengan nara sumber pejabat dinas/instansi asosiasi,
Bappeda, Kadinda dan Perbankan.
Berdasarkan analisis CPI ditetapkan maksimal 5 (lima) komoditi/
produk/ jenis usaha untuk setiap sektor ekonomi di tingkat Kecamatan

========= PROGRESIF. 123
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

dan maksimal 10 (sepuluh) komoditi/produk/jenis usaha untuk setiap
sektor ekonomi di tingkat Kabupaten.
Tahap Penentuan Komoditi/Produk/Jenis Usaha dengan AHP di
tingkat Kabupaten/Kota
Tahap ini dilaksanakan dalam rangka proses penyaringan hasil
identifikasi komoditi/produk/jenis usaha unggulan untuk menetapkan
komoditi/ produk/jenis usaha unggulan per sektor/sub sektor dan
lintas sektor pada tingkat kabupaten. Kriteria yang digunakan untuk
proses penetapan komoditi /produk/jenis usaha unggulan kabupaten
dapat dilihat pada Tabel 1.
NO
1

2

3

4
5
6
7
8
9
10
11

Tabel 1 Kriteria Penetapan Komoditi/Produk/Jenis Usaha Unggulan
Kriteria
Variabel yang Dipertimbangkan
Tenagakerja Terampil
 Tingkat pendidikan
(Skilled)
 Pelatihan
 Pengalaman kerja
 Jumlah lembaga/ sekolah keterampilan/
pelatihan
Bahan Baku
 Ketersediaan/kemudahan bahan baku
(manufacturing)
 Harga perolehan bahan baku
 Parishability bahan baku (mudah tidaknya
rusak)
 Kesinambungan bahan baku
 Mutu bahan baku
Modal
 Kebutuhan investasi awal
 Kebutuhan modal kerja
 Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan
Sarana Produksi/Usaha  Ketersediaan/kemudahan memperoleh Harga
Teknologi
 Kebutuhan teknologi
 Kemudahan (memperoleh teknologi)
Sosial Budaya (Faktor
 Ciri khas lokal
endogen)
 Penerimaan masyarakat
 Turun temurun
Manajemen Usaha
 Kumudahan untuk memanage
Ketersediaan Pasar
 Jangkauan/wilayah pemasaran
 Kemudahan mendistribusikan
Harga
 Stabilitas harga
Penyerapan TK
 Kemampuan menyerap TK
Sumbangan terhadap
 Jumlah jenis usaha yang terpengaruh karena
perekonomian wilayah
keberadaan usaha ini

Analisis untuk penetapan komoditi/produk/jenis usaha
dilakukan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy Process
(Saaty, 2000). Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah alat

124 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

analisis yang di dukung oleh pendekatan matematika sederhana dan
dapat dipergunakan untuk memecahkan permasalahan decision making
seperti pengambilan kebijakan atau penyusunan prioritas.
Penilaian perbandingan antar komoditi/produk/jenis usaha
untuk setiap kriteria didasarkan atas kondisi saat ini dan prospeknya.
Penilaian (scoring) setiap kriteria didasarkan atas prinsip kemudahan
bagi UMKM dalam rangka memulai usaha baru atau mengembangkan
usaha pada komoditi/produk/jenis usaha unggulan pada setiap
sektor/sub sektor dan lintas sektoral untuk setiap kabupaten.
Tahap Penentuan Komoditi/produk/jenis usaha dengan metode Borda di
Kota Ternate
Pada tahap ini dilakukan proses seleksi lebih lanjut dalam rangka
menetapkan komoditi/produk/jenis usaha unggulan setiap sektor
ekonomi pada tingkat kota. Pada setiap komoditi/produk/jenis usaha
dari setiap kabupaten dilakukan penjumlahan nilai skor dari
komoditas/produk/jenis usaha dari setiap kabupaten dilakukan
penjumlahan nilai skor dari komoditas yang muncul pada tiap-tiap
kabupaten dengan Nilai Rankingnya, sehingga pada setiap sektor
ekonomi di kota diperoleh daftar komoditi/produk/jenis usaha
unggulan berdasarkan urutan total nilai skornya. Selain itu, dihasilkan
pula Daftar Ranking seluruh komoditi/produk/jenis usaha secara lintas
sektor (seluruh sektor) di tingakat kota.
Rekomendasi kebijakan kepada Pemerintah Daerah dalam
pengembangan komoditi/produk/jenis usaha unggulan UMKM
Setelah diperoleh komoditi/produk/jenis usaha unggulan daerah
yang diperoleh dari hasil penelitian, selanjutnya peneliti memberikan
rekomendasi yang terpilih. Rekomendasi kebijakan kepada Pemda ini
diharapkan dapat dimanfaatkan oleh Pemda maupun menjadi referensi
dalam pembuatan kebijakan tindak lanjut dari Pemda.

PEMBAHASAN
Profil Kota Ternate
Kota Ternate dibentuk pada tanggal 11 Nopember 1999, yaitu
pada tahun yang sama dengan terbentuknya Propinsi Maluku Utara,
yang ditandai dengan dimekarkannya dua kabupaten paling utara dari
Propinsi Maluku tersebut. Kota ini meliputi delapan pulau yang lima di
antaranya telah berpenghuni (Ternate, Hiri, Moti, Mayau dan Tifure),
terdiri dari empat kecamatan dan 60 desa (35 kelurahan dan 25 desa).
Jumlah penduduk Kota Ternate menurut Sensus Penduduk BPS tahun
========= PROGRESIF. 125
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

2002 adalah 120.865 jiwa atau 22.873 kepala rumah tangga. Kepulauan
yang bernaung di bawah wilayah administratif Kota Ternate meliputi
luas wilayah 248 km2 dengan tingkat kepadatan penduduk 484
jiwa/km2. Pada tahun 2003, Kabupaten Maluku Utara, yang menaungi
18 kecamatan dan 541 desa, dimekarkan menjadi empat kabupaten
(Halmahera Utara, Halmahera Barat, Halmahera Selatan dan Kepulauan
Sula). Pada tahun 2002, jumlah penduduk Kabupaten Maluku Utara
adalah sebanyak 496.473 jiwa atau 98.574 kepala rumah tangga, yang
mencakup hampir dua pertiga dari jumlah penduduk Propinsi Maluku
Utara.
Penduduk dan Tenagakerja
Penduduk
Jumlah penduduk pada suatu wilayah / daerah di satu sisi dapat
merupakan modal pembangunan namun di sisi lain jika jumlah
penduduk yang besar dengan produktifitas yang rendah dan
ketersediaan lapangan kerja yang sempit dapat menjadi permasalahan
yang harus diselesaikan. Sampai akhir tahun 2005 jumlah penduduk
Kota Ternate sebanyak 163.166 jiwa, terjadi penambahan sebanyak 11.988
jiwa atau 7,9% dibanding tahun sebelumnya yaitu sebanyak 151.178 jiwa.
Dari empat kecamatan di Kota Ternate penyebaran penduduknya
menurut kecamatan seperti berikut ini :





Kecamatan Pulau Ternate : 18.388 jiwa (11,27%)
Kecamatan Moti : 4.674 jiwa ( 2,87%)
Kecamatan Ternate Selatan : 72.901 jiwa (44,67%)
Kecamatan Ternate Utara : 67.203 jiwa (41,19%)

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dalam kurun
waktu setahun, maka kondisi Kota Ternate dirasakan semakin padat.
Dengan luas wilayah daratan 250,85 km² dan jumlah penduduk sebanyak
163.166 jiwa maka kepadatan penduduk Kota Ternate pada tahun 2005
sebesar 650 jiwa per km², hal ini berarti mengalami peningkatan
sebanyak 45 jiwa per km² atau 7,44% bila dibandingkan dengan tahun
2004 yang berjumlah 605 jiwa per km². Perbandingan antar kecamatan
dalam wilayah Kota Ternate menunjukkan Kecamatan Ternate Utara
memiliki kepadatan penduduk sebesar 3.046 jiwa per km² sekaligus
merupakan kecamatan yang paling padat penduduknya. Sementara
ketiga kecamatan lainnya bila diurutkan dari yang paling padat adalah
Ternate Selatan, Moti dan Pulau Ternate, masing-masing mempunyai
kepadatan penduduk sebesar : 2.517 jiwa/km², 190 jiwa/km² dan 105
jiwa/km².

126 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Tenagakerja
Salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam kegiatan
pembangunan perekonomian dalam kaitannya dengan upaya
Pemerintah mengatasi masalah kemiskinan adalah ketenagakerjaan.
Dalam setiap proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa bagi
masyarakat diperlukan tenaga kerja sebagai faktor utama kegiatan. Data
ketenagakerjaan umumnya diperoleh dari hasil survei seperti Survei
Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) maupun Survei Sosial Ekonomi
Nasional (SUSENAS) yang dilaksanakan oleh BPS setiap tahun.
Indikator
ketenagakerjaan
yang dapat menggambarkan
banyaknya penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) yang aktif secara
ekonomis di suatu daerah adalah TPAK. TPAK diukur sebagai
persentase jumlah angkatan kerja (bekerja dan pengangguran) terhadap
jumlah penduduk usia kerja. Indikator ini menunjukkan besaran relatif
dari pasokan tenagakerja (Labour supply) yang tersedia untuk proses
produksi barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
Berdasarkan hasil SUSENAS tahun 2005 diketahui TPAK Kota
Ternate sebesar 52,04%, hal ini menunjukkan bahwa terdapat kurang
lebih 52 orang dari 100 penduduk tergolong sebagai angkatan kerja.
Kondisi ini sekaligus memberikan gambaran adanya peningkatan jumlah
angkatan kerja sebanyak 3 orang setiap 100 penduduk atau 6,12%
dibanding tahun sebelumnya yang TPAK mencapai 49,40%.
Jumlah angkatan kerja di Kota Ternate pada tahun 2005 adalah
69.328 jiwa. Angka tersebut terdiri dari 54.948 orang telah bekerja, dan
14.380 orang yang sedang mencari pekerjaan. Sebagian besar penduduk
bekerja pada sektor jasa (30,15%), perdagangan (26,08%), pertanian
(16,24%), dan transportasi (14,02%). Sedangkan sisanya bekerja pada
sektor perekonomian lainnya.
Kondisi Perekonomian Wilayah
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Penilaian kinerja ekonomi makro Maluku Utara dapat dilakukan
melalui analisis terhadap angka-angka Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) daerah yang bersangkutan. PDRB dapat menggambarkan
kemampuan suatu daerah dalam mengelola sumber daya alam dan
sumber daya manusia yang dimiliki. Oleh karenanya PDRB dapat
dipakai sebagai bahan perencanaan untuk dilakukannya serangkaian
usaha dan kebijaksanaan agar tercipta pembangunan ekonomi ke arah
yang lebih baik.
Secara agregat, dari tahun 2003 hingga 2005, angka PDRB Maluku
Utara terus mengalami peningkatan baik atas dasar harga berlaku
========= PROGRESIF. 127
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

maupun atas dasar harga konstan. Atas dasar harga berlaku, PDRB di
wilayah ini pada tahun 2005 menembus angka 2.580,96 milyar rupiah.
Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian tahun 2004
yang tercatat sebesar 2.368,57 milyar rupiah. (Tabel 2).

No.

Tabel 2 PDRB Malut Atas Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha
Tahun 2004-2005 (Juta Rp)
Tahun
Kontribusi
Sektor
(%)*
2004
2005

1
2
3
4
5
6
7

Pertanian
893,985.89
Pertambangan & Penggalian
110,060.88
Industri Pengolahan
332,964.70
Listrik, Gas, Air Bersih
15,122.48
Bangunan
45,464.46
Perdagangan, Hotel & Restoran
530,731.11
Pengangkutan & Komunikasi
184,404.65
Keuangan, Persewaan & Jasa
8
Perusahaan
76,054.01
9 Jasa-Jasa
179,644.77
Jumlah
2,368,432.95
Catatan : * Kontribusi Per sektor PDRB Tahun 2005
Sumber : PDRB Maluku Utara, 2005

983,153.79
114,613.85
345,373.59
17,099.51
49,790.84
576,190.40
220,175.28

38.09
4.44
13.38
0.66
1.93
22.32
8.53

81,739.35
192,823.22
2,580,959.83

3.17
7.47
100.00

Kota Ternate
PDRB Kota Ternate tercatat sebesar 389,38 milyar rupiah pada
tahun 2004 dan tahun 2005 sebesar 415,09 milyar rupiah. Pertumbuhan
ekonomi Kota Ternate yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga
konstan di tahun 2005 tumbuh sebesar 6,60%. Gambaran secara terinci
PDRB Kota Ternate dan kontribusi masing-masing sektor/lapangan
usaha disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3 PDRB Kota Ternate Atas Harga Konstan Tahun 2004-2005 (Rp
Juta)
No.

Sektor

1

Pertanian

2

Pertambangan & Penggalian

3

Industri Pengolahan

4

Listrik, Gas, Air Bersih

5

Bangunan

6

Perdagangan, Hotel & Restoran

7

Pengangkutan & Komunikasi

PDRB (Rp juta)

Tahun 2004

Tahun 2005

Pertum

Kontribusi (%)

buhan

Tahun 2004 Tahun 2005

52.155

55.717

6,83%

13,39

13,42

3.786

3.807

0,55%

0,97

0,92

25.636

26.731

4,27%

6,58

6,44

6.189

6.447

4,17%

1,59

1,55

12.456

13.662

9,68%

3,20

3,29

129.449

141.253

9,12%

33,24

34,03

55.730

57.660

3,46%

14,31

13,89

8

Keu. Persewaan & Jasa Perusahaan

28.834

29.868

3,59%

7,40

7,20

9

Jasa-Jasa

75.151

79.941

6,37%

19,30

19,26

389.386

415.086

6,60%

Jumlah

128 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Catatan : * Kontribusi Per sektor Terhadap PDRB Tahun 2005
Sumber : BPS Kota Ternate, 2005/2006 (data diolah kembali)

Pertumbuhan ekonomi ini merupakan angka yang paling tinggi
dicapai di antara semua Kota/Kabupaten di Propinsi Maluku Utara.
Prestasi ini merupakan sumbangan sektor Bangunan, sektor
Perdagangan, Hotel, dan restoran, serta sektor Pertanian. Struktur
perekonomian Kota Ternate menunjukkan struktur ekonomi yang lebih
berkembang, hal ini bila diamati dari kontribusi sektoralnya, demikian
pula halnya dengan pertumbuhan ekonomi merata di semua sektornya.
Pengembangan UMKM
Berbeda dengan usaha skala menengah dan besar yang
terkonsentrasi di kota-kota besar saja, UMKM tersebar luas di seluruh
daerah. Keberadaan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan
koperasi berperan besar dalam penyediaan lapangan kerja dan
penyediaan keperluan barang dan jasa dalam negeri. Keberadaan
tersebut memberi petunjuk bahwa kebijakan pemberdayaan UMKM dan
koperasi sangat strategis untuk mengurangi pengangguran dan
meningkatkan pendapatan bagi sebagian besar rakyat sekaligus
meningkatkan pemerataan pembangunan.
Orientasi pemberdayaan UMKM dan koperasi mencakup dua
fokus, yaitu pemberdayaan usaha mikro, dan pemberdayaan UKM dan
koperasi. Pemberdayaan usaha mikro pada dasarnya diarahkan untuk
mendukung penanggulangan kemiskinan dan peningkatan pendapatan
masyarakat berpendapatan rendah. Sedangkan pemberdayaan UKM dan
koperasi diarahkan untuk menurunkan angka pengangguran dan
mendorong ekspor bersamaan dengan upaya mendorong perekonomian
daerah.
Dengan jumlah unit usaha yang sangat besar, pemberdayaan
UMKM perlu dilaksanakan melalui langkah¬langkah yang terencana,
sistematis, institusional dan konsisten dengan didukung partisipasi
masyarakat yang luas. Langkah pemberdayaan yang penting adalah
membuka kesempatan berusaha, meningkatkan akses kepada
sumberdaya produktif, dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia
UMKM dan koperasi, terutama jiwa kewirausahaannya.
Perluasan kesempatan berusaha bagi UMKM dan koperasi
diwujudkan dengan menciptakan iklim usaha yang kondusif melalui
upaya bersama pemerintah pusat dan daerah untuk (1)
menyederhanakan proses perizinan usaha serta menyediakan adanya
kepastian lokasi usaha; (2) mengurangi biaya transaksi, terutama
menghapus biaya¬biaya pungutan yang tidak wajar; (3) memberikan
perlindungan terhadap praktik-praktik usaha yang curang; serta (4)
========= PROGRESIF. 129
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

memantau dan memperbaiki regulasi dan kebijakan baik sektoral
maupun daerah yang menghambat perkembangan UMKM dan koperasi.
Peningkatan akses terhadap sumberdaya produktif meliputi akses
kepada sumber-sumber permodalan/pembiayaan, teknologi, pasar dan
informasi. Pengembangan institusi/lembaga yang dapat menjalankan
fungsi intermediasi berbagai sumberdaya produktif tersebut di seluruh
daerah menjadi program penting agar UMKM dan koperasi dapat
memanfaatkan peluang yang tersedia. Di samping itu, pelatihan dan
pendampingan yang berkesinambungan bagi peningkatan kualitas
sumberdaya manusia UMKM dan koperasi juga menjadi satu kesatuan
dari upaya pemberdayaan tersebut.
Selama periode 2002-2005, jumlah usaha kecil dan menengah
(UKM) terus meningkat dari 40,88 juta usaha pada tahun 2002 menjadi
44,69 unit usaha pada tahun 2005. Peningkatan jumlah usaha terjadi baik
untuk skala usaha kecil maupun menengah. Dengan jumlah tersebut,
proporsi UKM terhadap jumlah total unit usaha di Indonesia mencapai
99,99 persen.
Dari sisi investasi, jumlah investasi UKM juga meningkat dari Rp
149,87 triliun pada tahun 2002 menjadi Rp 275,37 triliun pada tahun 2005.
Demikian juga kontribusinya terhadap investasi nasional, peranan
investasi usaha kecil meneningkat dari 18,37 persen pada tahun 2002
menjadi 18,94 persen pada tahun 2003, 19,42 persen pada 2004, dan
meningkat lagi menjadi 20,45 persen pada tahun 2005. Secara
keseluruhan, peranan investasi UKM terhadap investasi nasional pada
tahun 2005 mencapai 45,91 persen. Sedangkan laju pertumbuhan
investasi UKM pada tahun 2005 adalah 14,90 persen, lebih tinggi
dibanding laju pertumbuhan investasi usaha besar yang mencapai 6,18
persen.
Pengembangan Klaster
Peningkatan daya saing suatu daerah dapat ditempuh dengan
mengembangkan sektor unggulan berbasis pada sumberdaya lokal
dengan didukung pengetahuan, teknologi dan informasi. Pengembangan
sektor unggulan tersebut dilakukan melalui suatu perencanaan yang
terfokus dan strategis pada suatu wilayah khusus yang dikenal sebagai
klaster bisnis. Pengembangan suatu klaster ditujukan untuk memusatkan
berbagai kegiatan usaha di kawasan tertentu yang satu sama lain saling
melengkapi (komplementer), saling bergantung, dan saling bersaing
dalam melakukan aktivitas bisnis. Perusahaan atau industri yang
dikembangkan dalam suatu klaster bisnis umumnya berskala kecil dan
menengah meliputi industri berbasis pertanian (agroindustri), industri
kerajinan, industri pengolahan, industri teknologi dan informasi, dan
lain-lain. Perusahaan atau industri yang berusaha dalam wilayah khusus
130 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

tersebut memiliki persamaan kebutuhan terhadap
teknologi, dan infrastruktur.

tenaga kerja,

Pengembangan klaster menawarkan cara yang lebih efektif dan
efisien dalam membangun ekonomi daerah secara lebih mantap, dan
mempercepat pembangunan ekonomi nasional secara keseluruhan.
Klaster industri meningkatkan hubungan antar berbagai industri dan
lembaga yang terlibat di dalam klaster tersebut. Dalam konteks
peningkatan daya saing, pengembangan klaster memberikan beberapa
keuntungan. Pertama, klaster akan meningkatkan produktivitas melalui
efisiensi dalam mengakses input produksi, kemudahan koordinasi, difusi
teknologi, dan suasana kompetisi di tingkat lokal. Kedua, klaster akan
mendorong lahirnya inovasi. Persaingan yang sehat antar-perusahaan
dalam suatu klaster akan memacu berbagai inovasi untuk menurunkan
biaya produksi, meningkatkan mutu barang dan menekan harga jual.
Hal ini akhirnya akan meningkatkan daya saing daerah. Ketiga, klaster
akan mendorong tumbuhnya usaha-usaha baru dalam rumpun industri
terkait. Tersedianya jaringan dan keterkaitan antar industri dalam klaster
akan mempermudah usaha baru untuk memulai usaha.
Pemerintah Daerah dapat berperan sebagai inisiator, koordinator,
dan supervisor dalam pengembangan klaster. Keberhasilan suatu klaster
dapat oleh faktor penentu kekuatan klaster, yaitu: (1) spesialisasi; (2)
kapasitas penelitian dan pengembangan; (3) pengetahuan dan
keterampilan; (4) pengembangan sumber daya manusia; (5) jaringan
kerjasama dan modal sosial; (6) kedekatan dengan pemasok; (7)
ketersediaan modal; (8) jiwa kewirausahaan; dan (9) kepemimpinan dan
visi bersama.
Pemerintah Daerah dapat berperan sebagai fasilitator,
koordinator, dan supervisor dalam pengembangan klaster. Pemerintah
Daerah
dapat
menjadi
fasilitator
untuk
pengembangan
kerjasama/kemitraan dan jaringan usaha (networking) di antara pelaku
bisnis dalam klaster. Pemerintah Daerah juga dapat berperan dalam
mengkoordinasikan dukungan teknis dan permodalan usaha bagi
pengembangan klaster bisnis. Di samping itu, Pemerintah Daerah juga
dapat berperan penting dalam menumbuhkan permintaan terhadap
produk-produk klaster (melalui belanja pemerintah), terutama di daerahdaerah di mana usaha kecil dan menengah banyak mengalami kesulitas
dalam mengakses pasar dan sumber pembiayaan usaha.
Alokasi dana/anggaran tahun 2007 bagi usaha kecil, mikro, dan
menengah (UMKM) yang semakin meningkat menandakan peningkatan
perhatian pemerintah dan perbankan terhadap UMKM agaknya baik
dijadikan sebagai pendorong motivasi bagi para entrpreneur untuk lebih
giat lagi mengembangkan usahanya. Hal ini sesuai pula diserukan bagi
sektor UMKM di Propinsi Maluku Utara yang sempat stagnan dalam
========= PROGRESIF. 131
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

masa konflik y6ang terjadi pada tahun 1999-2000. Walaupun konflik
tidak melanda semua wilayah propinsi, namun karena ibukota
kabupaten Maluku Utara, Ternate juga dilanda huruhara, maka dampak
ekonomi juga dirasakan juga di seluruh wilayah kabupaten Maluku
Utara, apalagi Tidore dan Tobelo juga dilanda konflik.
Konfilk yang terjadi mengakibatkan sektor UMKM juga turut
menderita. Dalam data koperasi di Maluku Utara berikut ini terlihat
bahwa sampai tahun 2003 satu dari empat koperasi yang ada di Maluku
tidak dalam kondisi aktif.
Tabel 4 Kondisi Koperasi Propinsi Maluku Utara
No

Kota/Kabupaten

-1
1
2
3
4
5
6
7
8

-2
Kab. Halmahera Barat
Kab. Halmahera Tengah
Kab. Halmahera Timur
Kab. Halmahera Utara
Kab. Halmahera Selatan
Kab. Kepulauan Sula
Kota Tidore Kepulauan
Kota Ternate
Jumlah

Aktif Tidak Aktif Total Anggota
(Unit)
(Unit) Koperasi (orang)
-3
-4
(5)=(3)+(4)
-6
43
5
48
6.146
30
2
32
3.842
31
10
41
1.903
39
30
69
7.935
84
12
96 11.040
50
2
52
5.980
94
5
99 11.425
100
75
175
9.692
471
141
612 57.963

RAT Manajer Karyawan Modal Sendiri Modal Luar Volume Usaha SHU
(Unit) (orang) (orang)
(Rp juta)
(Rp juta)
(Rp juta)
(Rp juta)
-7
-8
-9
-10
-11
-12
-13
24
18
39
2.592
2.603
5.120
390
15
13
23
1.518
1.312
2.615
210
19
12
25
278
516
1.720
175
21
19
42
4.235
3.370
8.572
760
36
32
53
5.125
4.175
10.135
812
25
21
32
3.130
2.410
6.215
480
46
51
112
3.618
2.675
10.955
805
80
70
125
3.340
4.554
8.637
735
266 236
451
23.836 21.615
53.969 4.367

Sumber: Departemen Koperasi RI

Sektor usaha mikro didominasi oleh perdagangan nonformal,
perkebunan pala, fuli, kakao, dan perikanan, sedangkan usaha kecil dan
menengah berupa industri kopra, industri minyak kelapa, industri
pengolahan kayu, dan sektor industri besar berupa pertambangan emas
dan nikel.
Penetapan Komoditi/Produk/Jenis Usaha (Kpju) Unggulan
Hasil KPJU unggulan ditentukan dengan kriteria dan sub-kriteria
yang digunakan, dan penentuan kriteria tersebut dilandasi oleh tujuan
serta bobot kepentingan setiap tujuan yang ingin dicapai. Untuk
memperoleh keseragaman dan konsistensi dalam proses penetapan KPJU
unggulan, maka bobot setiap tujuan dan bobot setiap kriteria yang
digunakan dalam setiap kabupaten/kota adalah sama..
Tabel 5 Bobot Kepentingan dari Tujuan dan Kriteria untuk penetapan
KPJU Unggulan Propinsi Maluku Utara
Tujuan
Bobot
Perluasan Kesempatan Kerja
54.99%
Peningkatan Pertumbuhan Ekonomi 24.03%
Peningkatan Daya Saing Produk
20.98%

132 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Hasil jajak pendapat dengan menggunakan teknik AHP
menempatkan kemampuan memperluas kesempatan kerja merupakan
faktor yang paling menentukan dalam penetapan komoditi unggulan di
propinsi Maluku Utara. Faktor lainnya, kemampuan peningkatan
pertumbuhan ekonomi dan faktor kemampuan meningkatkan daya saing
produk menempati posisi terakhir.
Gambar 1 Bobot Kriteria Pemilihan KPJU di Kecamatan

Kontribusi
Terhadap
Perekonomian
Kecamatan
18,42%
Jumlah Unit
Usaha/Rumahtangga

Jangkauan
Pemasaran
34,36%

15.64%
Ketersediaan
Bahan
Baku/Sarana
Produksi
31,58%

Komoditi yang diperoleh di semua kecamatan dipilih dengan
memperhitungkannya dengan hasil FGD seperti pada Gambar 1. Kriteria
penyerapan tenagakerja kembali menempati urutan pertama, diikuti oleh
ketersediaan pasar, jumlah unit usaha, dan kontribusi terhadap
perekonomian.

========= PROGRESIF. 133
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

Tabel 6 Bobot Kriteria Pemilihan KPJU
Faktor
Bobot
Ketersediaan Pasar
Penyerapan Tenagakerja
Modal
Harga
SumbanganTerhadap Perekonomian
Sarana Produksi
Tenaga Kerja Terampil
Teknologi
Bahan Baku
Manajemen Usaha
Sosial Budaya
Sumber: Data primer diolah

15.58%
11.77%
11.02%
10.65%
10.32%
9.22%
8.98%
7.73%
7.58%
4.13%
3.03%

Semua komoditi yang telah dikumpulkan dari kecamatan dan
telah diseleksi sesuai dengan bobot kriteria seperti dikemukakan
sebelumnya, selanjutkan dibandingkan secara berpasangan dengan
menggunakan metoda Analytic Hierarchy Process (AHP) dengan
mempertimbangkan 11 faktor yang disajikan dalam Tabel 6. Faktor
Ketersediaan Pasar menempati urutan yang paling penting dan faktor
Sosial Budaya menempati urutan yang paling akhir.
Kota Ternate
Penetapan KPJU Unggulan per sektor/sub sektor di Kota Ternate
diawali dengan kegiatan penetapan KPJU unggulan di tingkat kecamatan
setiap sektor/sub sektor usaha dengan menggunakan metode
Comparative Performance Index (CPI). Metode CPI didasarkan pada 4
(empat) kriteria dan bobot kepentingannya. Berdasarkan penetapan
KPJU unggulan setiap sektor usaha setiap kecamatan, kemudian
dilakukan proses agregasi untuk menentukan calon KPJU Unggulan per
sektor untuk tingkat Kabupaten/Kota. Hasil proses dengan
menggunakan metode Borda, ditetapkan maksimum 10 (sepuluh) jenis
sektor dan maksimum 10 (sepuluh) kandidat KPJU unggulan Kota
Ternate yang mempunyai nilai skor tertinggi seperti disajikan pada Tabel
7.

134 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Tabel 7 KPJU Terpilih Kota Ternate
Sektor
Angkutan

Tanaman Pangan

Peternakan

Perikanan

Pariwisata

No. KPJU

Sektor

Ojek Sepeda Motor
Mikrolet
Angkutan Barang (Truk)
Angkutan Umum Pick up
Bus
Kapal Motor

Perdagangan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
1
2
3
4
5

Pisang
Durian
Terong
Kacang Panjang
Ketimun
Tomat
Cabe
Jagung
Mangga
Nangka
SApi
Kambing
Itik
Ayam Potong
Ternak Ikan Hias Danau Laguna
Komo (Tongkol)
Cumi-cumi
Ekor Kuning
Cakalang

Jasa

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Benteng Kalamata
Pantai Dufa-Dufa
Pantai Sulamadaha
Danau Laguna
Pantai Dorpedu
Pantai Tofure
Pantai Kastela
Keramat S.Babullah
Benteng Kastela
Danau Tolire

1
2
3
4
5
6

Industri

Perkebunan

No. KPJU
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
2
3
4

Barang Campuran
Cengkeh
Sayuran
Perhiasan Besi Putih
Ayam Potong
Ikan
Buah-buahan
Palawija
Sembako
Sukucadang kendaraan bermotor
Bengkel Mobil/Motor
Tukang Jahit
Fotocopy
Pertukangan Kaya/Batu
Bengkel Las
Penyewaan Alat Pesta
Wartel
Percetakan
Rental Komputer
Pangkas Rambut/Salon
Batu Bata
Tempe/Tahu
Kopra
Kursi Rotan
Kue, Roti
Meubel
Pati Ubikayu
Es Batu
Ikan Asin
Peralatan Dapur
Kelapa
Cengkeh
Fuli
Pala

Kemudian tahapan selanjutnya adalah penetuan 5 KPJU unggulan
persektor di Kota Ternate yang dilakukan melalui Metode AHP
(analytical Hierarchy Process). Metode ini yang didasarkan pada 11 kriteria
dengan bobot masing-masing yang telah ditetapkan berdasarkann hasil
FGD Propinsi. Hasil analisis AHP tersebut kemudian di konfirmasi
melalui kegiatan FGD di Kota Ternate yang diikuti oleh peserta yang
berasal dari berbagai kalangan antara lain : perbankan, asosiasi, dan
dinas terkait. Berikut disajikan hasil penetapan 5 KPJU unggulan
persektor di Kota Ternate.

========= PROGRESIF. 135
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

Tabel 8 KPJU Unggulan Kota Ternate
Sektor

KPJU

Angkutan

Ojek Sepeda Motor
Mikrolet
Angkutan Barang (Truk)
Angkutan Umum Pick up
Kapal Motor
Batu Bata
Kursi Rotan
Kopra
Tempe/Tahu
Kue, Roti
Bengkel Mobil/Motor
Fotocopy
Tukang Jahit
Penyewaan Alat Pesta
Bengkel Las
Benteng Kalamata
Pantai Dufa-Dufa
Danau Laguna
Pantai Sulamadaha
Pantai Tofure
Tongkol
Ternak Ikan Hias Danau Laguna
Cumi-cumi
Cakalang
Ekor Kuning
Barang Campuran
Perhiasan Besi Putih
Ayam Potong
Cengkeh
Sayuran
Pala
Kelapa
Fuli
Cengkeh
Sapi
Kambing
Ayam Potong
Itik
Jagung
Ketimun
Durian
Terong
Pisang

Industri

Jasa

Pariwisata

Perikanan

Perdagangan

Perkebunan

Peternakan

Tanaman Pangan

Skor
Normali Ranking
sasi
0.3479
0.2072
0.1440
0.1070
0.0981
0.1898
0.1401
0.1256
0.1173
0.1026
0.2284
0.1160
0.1082
0.1042
0.0899
0.1617
0.1327
0.1120
0.0993
0.0938
0.2775
0.1769
0.1633
0.1425
0.1202
0.1647
0.1534
0.1302
0.1268
0.0921
0.4834
0.2466
0.1573
0.1126
0.3706
0.2709
0.2012
0.1572
0.1312
0.1183
0.1137
0.1116
0.1102

1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
5

Selanjutnya, dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau
prioritas setiap sektor serta hasil skor KPJU Unggulan setiap sektor yang
telah diperoleh, maka diambil 5 (lima) KPJU yang mempunyai total skor
tertinggi sebagai KPJU Unggulan lintas sektor dengan cara normalisasi
menggunakan bobot gabungan. Kemudian untuk menghasilkan total
skor lintas sektor maka total skor per-sektor dikali dengan bobot
gabungan maka akan diperoleh total skor lintas sektor. Berikut disajikan
hasil penetapan 5 KPJU unggulan lintas sektor di Kota Ternate (Error!
Reference source not found.9).
136 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Tabel 9 KPJU Unggulan Lintas Sektoral Kota Ternate
Skor
Sektor
KPJU
Normali Ranking
sasi

Perkebunan
Peternakan
Angkutan
Perikanan
Peternakan

Pala
Sapi
Ojek Sepeda Motor
Tongkol
Kambing

0.4834
0.3706
0.3479
0.2775
0.2709

1
2
3
4
5

Berdasarkan Tabel 9 maka sektor/sub sektor dan komoditas/
produk/jenis usaha yang termasuk unggulan (KPJU) di Kota Ternate
secara berurutan adalah : (1) sektor perkebunan (pala); (2) sektor
peternakan (sapi); (3) sektor angkutan (Ojek sepeda motor); (4) sektor
perikanan (Tongkol); dan (5) sektor peternakan (Kambing).
Tabel 10 Skor Borda KPJU Kota Ternate

No. Sektor
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Tanaman Pangan
Tanaman Pangan
Peternakan
Peternakan
Perkebunan
Perkebunan
Perkebunan
Perkebunan
Jasa
Angkutan

Borda Score

KPJU
Jagung
Padi
Sapi
Kambing
Kelapa
Pala
Kakao
Cengkeh
Pertukangan Kayu dan Batu
Ojek Sepedamotor

56
50
75
49
67
65
47
45
50
51

========= PROGRESIF. 137
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
Kesimpulan
Berdasarkan hasil Analytical Hierarchy Process (AHP) dan hasil
perhitungan yang dilakukan dengan metode normalisasi maka diperoleh
5 (lima) KPJU unggulan lintas sektoral di masing-masing
kabupaten/kota yang dirinci berdasarkan ranking maka KPJU unggulan
di Kota Ternate yang disusun berdasarkan ranking adalah: 1). Pala, 2).
Sapi, 3). Ojek Sepeda Motor, 4). Tongkol, 5). Kambing.
Rekomendasi
Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian BLS sebagaimana
tersebut di atas, dalam rangka pengembangan KPJU unggulan di
masing-masing kabupaten/kota, maka direkomendasikan kepada
instansi/dinas/ badan/lembaga terkait hal-hal sebagai berikut:
Bappeda :






Mengembangkan dan melaksanakan fungsi dan peran sebagai koordinator
kerjasama lintas sektoral antar instansi teknis/dinas-dinas terkait dalam
program pengembangan produk-produk UMKM pada umumnya,
khususnya KPJU unggulan Provinsi Maluku Utara. Program
pengembangan KPJU unggulan antara lain dapat dilakukan dengan
membentuk kluster (cluster) untuk masing-masing komoditi unggulan yang
melibatkan para pemangku kepentingan (stakeholders).
Merencanakan dan mengembangkan sarana dan prasarana pendukung
(fasilitas kredit, sistem informasi, jaringan transportasi), untuk lebih
mendorong peningkatan produksi dan pemasaran produk-produk UMKM
pada umumnya, khususnya produksi KPJU unggulan.
Mengembangkan skim kredit bersubsidi/komersial berskala mikro bagi
petani/nelayan, pengusaha, bekerjasama dengan bank yang memiliki
jaringan cabang yang tersebar pada sentra-sentra produksi KPJU unggulan.

Dinas Perindustrian:







Melakukan pendampingan terhadap UMKM kluster yang baru
berkembang;
Mengembangkan kerjasama dengan Dinas/Badan/instasi terkait dalam
melakukan sosialisasi program kerja kluster kepada calon anggota kluster
dan memberikan motivasi mengenai pentingnya pembentukan kluster
dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing produk yang
dihasilkan;
Melaksanakan fungsi dan peran sebagai agen dalam transfer teknologi tepat
guna khususnya teknologi pengolahan produk-produk yang menggunakan
KPJU unggulan tertentu sebagai bahan bakunya;
Meningkatkan kemampuan di bidang teknik-teknik manajerial prusahaan
kepada pengurus kluster;

138 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010



Memberikan bantuan sarana peralatan produksi untuk pengolahan produk
KPJU unggulan tertentu.

Dinas Perhubungan




Merencanakan dan mengembangkan jalur transportasi reguler yang
menghubungkan sentra-sentra produksi dengan daerah-daerah pemasaran
masing-masing KPJU unggulan;
Membangun dan meningkatkan kualitas prasarana transportasi seperti
jalan, jembatan dan pelabuhan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas
lalu lintas barang antar kabupaten/kota dan antar provinsi.

Dinas Peternakan


Melakukan pendampingan terhadap pengusaha UMKM;

Dinas Perdagangan:





Melakukan pendampingan terhadap UMKM kluster yang baru terbentuk;
Memberikan informasi mengenai pasar produk-produk yang akan dibuat
khususnya pasar lokal;
Memberikan masukan mengenai teknik-teknik menjual produk yang
dihasilkan;
Mempromosikan produk yang dihasilkan oleh masing-masing UMKM
kluster.

Perbankan:




Menyediakan fasilitas kredit untuk pengembangan usaha dengan
persyaratan kredit yang dapat dipenuhi oleh UMKM yang mengembangkan
KPJU unggulan tertentu;
Menyediakan informasi potensi dan lokasi KPJU unggulan bagi calon
investor yang berminat untuk mengembangkan KPJU unggulan tertentu.

Dinas Koperasi:





Memberikan masukan dalam penyusunan kerangka acuan kerja
pembentukan kluster;
Menjalin kerjasama dengan dinas-dinas terkait dan para pemangku
kepentingan dalam pengembangan KPJU unggulan;
Memberikan bantuan dalam bentuk dana maupun konsultasi teknis dalam
pengembangan UMKM yang mengelola KPJU unggulan tertentu;
Memfasilitasi pembentukan unit koperasi simpan pinjam bagi pengusaha
UMKM yang juga dapat berfungsi sebagai lembaga microfinance.

========= PROGRESIF. 139
Vol.3, No.2 Pebruari 2010.

DAFTAR PUSTAKA
BPS Propinsi Maluku Utara, Maluku Utara Dalam Angka Tahun
2005/2006.
BPS Propinsi Maluku Utara, Indikator Sosial Ekonomi Propinsi Maluku
Utara Tahun 2005.
BPS Propinsi Maluku Utara, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Propinsi Maluku Utara Tahun 2005.
BPS Kota Ternate, Kota Ternate Dalam Angka Tahun 2005/2006.
Saaty, T.L, 2000. Fundamentals of Decision Making and Priority Theory.
2nd ed. Pittsburgh, PA: RWS Publications.

140 PROGRESIF. ========
Vol.3, No.2 Pebruari 2010

Dokumen yang terkait

Analisis Komparasi Internet Financial Local Government Reporting Pada Website Resmi Kabupaten dan Kota di Jawa Timur The Comparison Analysis of Internet Financial Local Government Reporting on Official Website of Regency and City in East Java

19 819 7

EFEKTIVITAS PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) TERHADAP SIKAP MASYARAKAT DALAM PENANGANAN KORBAN KECELAKAAN LALU LINTAS (Studi Di Wilayah RT 05 RW 04 Kelurahan Sukun Kota Malang)

45 393 31

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

Analisis pengaruh pajak daerah, retribusi daerah, dan hasil badan usaha milik daerah terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang (2003-2009)

19 136 149

Komunikasi antarpribadi antara guru dan murid dalam memotivasi belajar di Sekolah Dasar Annajah Jakarta

17 110 92

Pengaruh Atribut Produk dan Kepercayaan Konsumen Terhadap Niat Beli Konsumen Asuransi Syariah PT.Asuransi Takaful Umum Di Kota Cilegon

6 98 0

Perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung : (studi deksriptif mengenai perilaku komunikasi para pengguna media sosial path di kalangan mahasiswa UNIKOM Kota Bandung)

9 116 145

Sistem Informasi Absensi Karyawan Di Perusahaan Daerah Kebersihan Kota Bandung

38 158 129

Analisis Prioritas Program Pengembangan Kawasan "Pulau Penawar Rindu" (Kecamatan Belakang Padang) Sebagai Kecamatan Terdepan di Kota Batam Dengan Menggunakan Metode AHP

10 65 6

Perilaku Komunikasi Waria Di Yayasan Srikandi Pasundan (Studi Deskriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Waria di Yayasan Srikandi Pasundan di Kota Bandung)

3 50 1