INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, DAN DUE PROFESSIONAL CARE: PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT YANG DIMODERASI DENGAN ETIKA PROFESI (Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik se-Jawa Tengah dan DIY)

INDEPENDENSI, KOMPETENSI, PENGALAMAN KERJA, DAN DUE PROFESSIONAL CARE: PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS AUDIT YANG DIMODERASI DENGAN ETIKA PROFESI

(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik se-Jawa Tengah dan DIY)

Widya Arum Ningtyas

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta dyawidyaarum@gmail.com

Mochammad Abdul Aris

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Surakarta muhammad.Aris@ums.ac.id

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the effect of the independence, competence, work experience ,and due professional care to the quality of the audit and the independence, competence, work experience and due professional care on audit quality that is moderated by the ethics of the profession, especially at the internal auditors working in public accounting in Cental Java and Yogyakarta. The population in this study are all auditors who work in public accounting in Central Java and Yogyakarta. The sampling technique used was purposive sampling method, with the acquisition of a sample of 78 respondents. The primary data collection using the questionnaire. The data are analyzed using multiple linear regression analysis and moderated regression analysis (MRA). The results of the analysis proved that the variable independence, competence, work experience, due professional care, the interaction of the independence of the ethics of the profession, and the interaction of experience working with professional ethics partially significant effect on audit quality, while the interaction of competence with professional ethics and interaction due professional care with ethics profession partially no significant effect on audit quality.

Keywords: Independence, Competence, Work Experience, Due Professional Care, Professional Ethics, Audit Quality

Pendahuluan

karakteristik tersebut sangatlah sulit untuk diukur, Akuntan

sehingga para pemakai informasi membutuhkan jasa menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap

pihak ketiga yaitu auditor independen untuk memberi laporan dan kinerja perusahaan. Jasa akuntan publik

jaminan bahwa laporan keuangan tersebut relevan dan sering digunakan pihak eksternal perusahaan untuk

dapat diandalkan, sehingga dapat meningkatkan memberikan penilaian atas kinerja perusahaan melalui

kepercayaan semua pihak yang berkepentingan dengan pemeriksaan laporan keuangan. Laporan keuangan

perusahaan tersebut (Singgih dan Bawono 2010). memberikan gambaran dan informasi atas kinerja

Akuntan publik atau auditor independen dalam perusahaan yang diperlukan oleh pihak internal

tugasnya mengaudit perusahaan klien memiliki posisi maupun eksternal perusahaan sebagai dasar dalam

yang strategis sebagai pihak ketiga dalam lingkungan pengambilan keputusan (Wiratama dan Budiartha,

perusahaan klien, yakni ketika akuntan publik 2015). Menurut FASB, dua karakteristik terpenting

tugas dan tanggung jawab dari yang harus ada dalam laporan keuangan adalah relevan

mengemban

manajemen (agen) untuk mengaudit laporan keuangan (relevance) dan dapat diandalkan (reliable). Kedua

perusahaan yang dikelolanya. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik maka dalam perusahaan yang dikelolanya. Guna menunjang profesionalisme sebagai akuntan publik maka dalam

kantor akuntan publik untuk memiliki independensi berpedoman pada standar audit yang ditetapkan oleh

dan kompetensi yang tinggi. Standar umum pertama Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yakni

(SA Seksi 210 dalam SPAP, 2011) menyebutkan standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan

bahwa audit harus dilaksanakan oleh seorang atau standar pelaporan (Kharismatuti dan Hadiprajitno,

lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis 2012).

yang cukup sebagai auditor. Keahlian dan pelatihan Kepercayaan yang besar dari pemakai laporan

yang dimiliki auditor dalam hal ini keuangan auditan dan jasa lainnya yang diberikan oleh

teknis

mencerminkan kompetensi auditor. Auditor harus akuntan publik,

mengharuskan akuntan publik memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang memperhatikan kualitas audit yang dihasilkannya

digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis (Christiawan,

serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna masyarakat tentang kualitas audit yang dihasilkan oleh

mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa akuntan publik semakin besar setelah terjadi banyak

bukti itu (Arens et al, 2008:5). Hasil penelitian yang skandal yang melibatkan akuntan publik. Sebagai

dilakukan oleh Alim dkk (2007), Kharismatuti dan contoh, kasus pada Enron Corporation, dimana

Hadiprajitno (2012) serta Saputra (2012) membuktikan sebelumnya opini wajar tanpa pengecualian yang

bahwa kompetensi berpengaruh terhadap kualitas diberikan oleh KAP Arthur Anderson atas laporan

audit. Pada lain pihak, penelitian yang dilakukan oleh keuangan Enron Corporation, tidak lama kemudian

Samsi dkk (2013) menyatakan bahwa kompetensi secara mengejutkan Enron Corporation dinyatakan

tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. pailit (Wiratama dan Budiartha, 2015). Selain kasus

Standar umum kedua menyebutkan bahwa Enron, terdapat beberapa peristiwa di Indonesia yang

dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, sempat muncul ke permukaan berkaitan dengan

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan perekayasaan laporan keuangan emiten yang bisa

oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor dijadikan contoh adalah kasus PT Kimia Farma dan

bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, PT Bank Lippo. PT Kimia Farma melaporkan laba

pekerjaannya untuk sebesar Rp 132 miliar. Padahal, perusahaan seharusnya

kepentingan umum (SA Seksi 220 dalam SPAP, memperoleh laba sebesar Rp 99 miliar. Sementara itu,

2011). Dengan demikian auditor tidak dibenarkan PT Bank Lippo melaporkan laba kepada publik

untuk memihak kepentingan siapapun, termasuk sebesar Rp 98 miliar. Namun, beberapa bulan

kepentingan klien. Hasil penelitian yang dilakukan berikutnya dalam laporan keuangan yang disampaikan

oleh Alim dkk (2007), Kharismatuti dan Hadiparjitno ke Bursa Efek Jakarta disebutkan bahwa perusahaan

(2012) serta Saputra (2012) mengindikasikan bahwa rugi sebesar Rp 1.3 triliun (Gumanti, 2003 dalam

independensi berpengaruh terhadap kualitas audit. Halim, 2014).

Pada lain pihak, hasil penelitian Tjun dkk (2012) Berdasarkan kasus yang terjadi pada akuntan

membuktikan bahwa independensi auditor tidak publik tersebut menyebabkan integritas, objektivitas

berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. dan kinerja dari seorang auditor mulai diragukan.

Pengalaman kerja auditor dalam melakukan Dalam hal ini kantor akuntan publik perlu

pemeriksaan laporan keuangan merupakan salah satu meningkatkan kualitas audit untuk meningkatkan

faktor yang mempengaruhi kualitas audit. Pengetahuan integritas auditor agar kembali dapat dipercaya pihak

berkembang seiring yang

bertambahnya pengalaman melakukan tugas audit independensi, kompetensi, pengalaman kerja, due

(Wiratama dan Budiartha, 2015). Paragraf ketiga SA professional care dan etika profesi auditor.

Seksi 210 menyatakan, dalam melaksanakan audit Kualitas audit menurut Arens et al (2010:105)

untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor adalah seberapa baik audit mendeteksi dan melaporkan

harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam salah saji material dalam laporan keuangan. Aspek

bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian deteksi adalah refleksi dari kompetensi auditor,

dengan pendidikan sedangkan pelaporan adalah refleksi dari etika atau

formalnya, yang diperluas melalui pengalaman- integritas auditor, khususnya independensi. De Angelo

pengalaman selanjutnya dalam praktik audit (SPAP, (1981) membuktikan bahwa kualitas audit ditentukan

2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiratama oleh dua faktor, yaitu kompetensi auditor dalam

dan Budiartha (2015), serta Wardhani dan Suryono menemukan pelanggaran dalam sistem akuntansi klien

(2013) membuktikan bahwa pengalaman kerja dan independensi auditor dalam melaporkan temuan

berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. tersebut.

Pada lain pihak, hasil penelitian Samsi dkk (2013) dan Auditor memiliki tanggung jawab yang besar,

Badjuri (2011) menunjukkan bahwa pengalaman kerja merupakan hal penting bagi auditor yang bekerja pada

tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Menurut SPAP SA Seksi 230, standar umum (2013) terletak pada penambahan variabel independen ketiga menyebutkan bahwa dalam pelaksanaan audit

yang berupa variabel due professional care. dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis menggunakan

penyusunan laporannya,

auditor

wajib

kemahiran profesionalnya dengan pengaruh independensi, kompetensi, pengalaman cermat dan seksama. Due professional care menurut

kerja, due professional care, interaksi antara Arens et al (2008: 122) berarti menggunakan

independensi dan etika profesi, interaksi antara kemahiran profesional dalam pelaksanaan jasa

kompetensi dan etika profesi, interaksi antara profesional dengan keseksamaan dan kecermatan.

pengalaman kerja dan etika profesi serta interaksi Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan

antara due professional care dan etika profesi terhadap seksama memungkinkan auditor untuk memperoleh

kualitas audit.

keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan (Singgih dan Bawono,

Kajian Pustaka dan Pengembangan

2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wiratama

Hipotesis

dan Budiartha (2015) serta Singgih dan Bawono

Teori Keagenan

(2010) membuktikan bahwa due professional care Teori keagenan (agency teory) menjelaskan berpengaruh terhadap kualitas audit. Pada lain pihak,

adanya konflik antara manajer selaku agen dengan hasil penelitian Badjuri (2011) menunjukkan bahwa

pemilik selaku prinsipal. Jensen dan Meckling (1976) due professional care tidak berpengaruh terhadap

dalam Badjuri (2011) menggambarkan hubungan kualitas audit.

agensi sebagai suatu kontrak antara satu atau lebih Berdasarkan

prinsipal yang melibatkan agen untuk melaksanakan menunjukkan hasil yang berbeda-beda, kemungkinan

beberapa layanan bagi mereka dengan melakukan ada variabel lain yang dapat memperkuat atau

pendelegasian wewenang pengambilan keputusan memperlemah hubungan antara variabel independen

kepada agen.

dengan variabel dependen yaitu variabel moderasi. Hubungan antara prinsipal dan agen sering kali Terdapat dugaan bahwa variabel moderasi tersebut

menghasilkan asimetri informasi antara dua pihak berhubungan dengan etika yang dimiliki oleh auditor,

tersebut. Asimetri informasi berarti manajer (agen) karena dalam menjalankan tugasnya seorang auditor

secara umum memiliki lebih banyak informasi tentang harus menerapkan prinsip etika yang berlaku pada saat

posisi keuangan yang sesungguhnya dan berdampak melaksanakan profesinya. Etika profesi merupakan

pada operasi entitas dengan ketidakhadiran pemilik. prinsip moral yang menjadi pedoman auditor dalam

Prinsipal ingin mengetahui segala informasi melakukan audit untuk menghasilkan audit yang

termasuk aktivitas agen, yang terkait dengan investasi berkualitas.

atau dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan Penelitian yang dilakukan oleh Alim dkk

dengan meminta laporan pertanggungjawaban kepada (2007) dan Samsi dkk (2013) membuktikan bahwa

agen. Tetapi ketiadaan prinsipal untuk mengawasi interaksi antara kompetensi dan etika auditor tidak

secara langsung perusahaan, memberikan kesempatan berpengaruh terhadap kualitas audit, hal tersebut

agen untuk memanipulasi laporan agar kinerjanya menunjukkan bahwa etika bukan sebagai variabel

terlihat baik. Pada titik tersebut permintaan untuk pemoderasi. Pada lain pihak, penelitian yang dilakukan

auditing akan muncul. Peran auditor disini adalah oleh Kharismatuti dan Hadiprajitno (2012) serta

untuk menentukan apakah laporan yang disiapkan oleh Saputra

agen memenuhi ketentuan kontrak dengan prinsipal kompetensi,

(2012) membuktikan

bahwa interaksi

(Messier et al, 2014:6-7).

berpengaruh terhadap

kualitas audit. Hal ini

menunjukkan bahwa etika merupakan variabel

Auditing

pemoderasi yang berpotensi meningkatkan kualitas Pengertian auditing secara umum adalah suatu audit.

proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi Penelitian ini merupakan modifikasi dari

bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan penelitian yang dilakukan oleh Wiratama dan

tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan Budiartha (2015) serta Samsi dkk (2013). Perbedaan

tingkat kesesuaian antara penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh

untuk

menetapkan

pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang Wiratama dan Budiartha (2015) terletak pada

telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya penambahan variabel etika profesi sebagai variabel

kepada pemakai yang berkepentingan (Mulyadi, pemoderasi dan pengurangan variabel akuntabilitas,

2002:9). Pada lain pihak, pengertian auditing ditinjau sedangkan perbedaan dengan penelitian Samsi dkk

dari sudut profesi akuntan publik adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan dari sudut profesi akuntan publik adalah pemeriksaan (examination) secara objektif atas laporan keuangan

diandalkan dan didukung dengan bukti audit yang menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang

memadai (FRC, 2006 dalam Badjuri, 2011). material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut (Mulyadi, 2002:11).

Independensi

Tujuan dari auditing adalah untuk menilai Standar umum kedua menyebutkan bahwa kewajaran atas informasi yang tercantum dalam

dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, laporan keuangan. Auditor memberikan kesimpulan

independensi dalam sikap mental harus dipertahankan atas

oleh auditor. Standar ini mengharuskan auditor menginformasikan

kegiatan audit

bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, bersangkutan. Kualitas hasil audit akan sangat

pekerjaannya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan oleh pihak

kepentingan umum (SPAP SA Seksi 220, 2011). yang berkepentingan (Wardhani dan Suryono, 2013).

Menurut Halim (2008:46) independensi merupakan Untuk mengukur kualitas pelaksanaan audit, maka

suatu sikap mental yang dimiliki auditor untuk tidak diperlukan suatu kriteria. Standar auditing merupakan

memihak dalam melaksanakan audit. Pengguna jasa salah satu ukuran kualitas pelaksanaan auditing

audit memandang bahwa auditor akan independen (Halim, 2008:47).

terhadap laporan keuangan yang diperiksa dan dilaporkan untuk pembuat dan pemakai laporan

Standar Auditing

keuangan. Jika posisi auditor terhadap kedua hal Standar

tersebut tidak independen maka hasil kerja auditor pelaksanaan tindakan yang merupakan pedoman

menjadi tidak berarti sama sekali. umum bagi auditor dalam melaksanakan audit. Standar

Auditor dituntut independen atau bebas dari auditing mengandung pula pengertian sebagai suatu

pengaruh klien dalam melaksanakan auditing dan ukuran baku atas mutu jasa auditing (Mulyadi,

melaporkan temuan serta dalam memberikan pendapat. 2002:16). Standar auditing ini harus diterapkan dalam

Auditor tidak dibenarkan menyatakan pendapatnya setiap audit atas laporan keuangan yang dilakukan oleh

mengenai kewajaran laporan keuangan apabila dia auditor independen (Halim, 2008:47).

tidak independen terhadap klien. Ada tiga aspek Standar auditing yang telah ditetapkan dan

independensi, yaitu (Halim, 2008:49-50): disahkan oleh Institut Akuntan Publik adalah sebagai

fact (independensi berikut (SPAP SA Seksi 150, 2011):

1. Standar Umum

2. Independence in appearance (independensi

2. Standar Pekerjaan Lapangan dalam penampilan); dan

3. Standar Pelaporan

3. Independence in competence (independensi dari keahlian atau kompetensinya).

Kualitas Audit

Kualitas audit adalah seberapa baik audit

Kompetensi

mendeteksi dan melaporkan salah saji material dalam Standar umum pertama (SA Seksi 210 dalam laporan keuangan. Aspek deteksi adalah refleksi dari

SPAP 2011) menyebutkan bahwa audit harus kompetensi auditor, sedangkan pelaporan adalah

dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki refleksi dari etika atau integritas auditor, khususnya

keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai independensi (Arens et al, 2010:105). Ikatan Akuntan

auditor. Keahlian dan pelatihan teknis yang dimiliki Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang

auditor yang dalam hal ini mencerminkan kompetensi dilakukan

auditor. Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memenuhi standar auditing dan standar pengendalian

auditor dikatakan

berkualitas,

jika

memahami kriteria yang digunakan dan harus mutu.

kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti Kualitas audit yang tinggi menunjukkan bahwa

yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan auditor dapat mendeteksi laporan keuangan yang

yang tepat setelah memeriksa bukti tersebut (Arens et mengandung salah saji material, dan mereka dapat

al , 2008:5).

mengurangi asimetri informasi antara prinsipal dan Halim (2008:49) menyatakan standar pertama agen, serta mereka dapat menjamin kepentingan

menuntut kompetensi teknis seorang auditor yang stakeholder (Halim, 2014). Kualitas audit biasanya

melaksanakan audit. Kompetensi ini ditentukan oleh diukur dengan pendapat profesional auditor yang tepat

tiga faktor yaitu:

dan didukung oleh bukti dan penilaian objektif.

1. pendidikan formal dalam bidang akuntansi di Dimana

suatu perguruan tinggi termasuk ujian profesi berkualitas kepada pemegang saham, jika mereka

auditor memberikan

pelayanan

yang

auditor;

2. pelatihan yang bersifat praktis dan pengalaman mengimplementasikan due professional care dalam dalam bidang auditing; dan

pekerjaan auditnya (Singgih dan Bawono, 2010).

3. pendidikan profesional yang berkelanjutan

selama menekuni karir auditor profesional. Etika Profesi

Menurut Messier et al (2014:58) kode etik

Pengalaman Kerja

profesi merupakan seperangkat prinsip, aturan, dan Pengalaman

interprestasi yang menetapkan pedoman untuk mempengaruhi kualitas audit. Semakin tinggi tingkat

perilaku yang dapat diterima bagi akuntan dan auditor, pengalaman seseorang, maka hasil pekerjaan yang

sedangkan Kode Etik Profesi Akuntan Publik adalah dihasilkanpun akan semakin baik. Hal ini dapat

aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota dijadikan rekomendasi bahwa semakin lama masa

Institut Akuntan publik Indonesia dan staf profesional kerja yang dimiliki oleh seorang auditor maka

(baik yang menjadi anggota IAPI maupun yang bukan mempengaruhi kualitas audit (Masrizal, 2010).

anggota IAPI) yang bekerja pada satu kantor akuntan Pengetahuan auditor akan semakin berkembang

publik (Saputra, 2012). Kode etik dibuat bertujuan seiring bertambahnya pengalaman melakukan tugas

untuk mengatur hubungan antara: auditor dengan audit (Wiratama dan Budiartha, 2015). Paragraf ketiga

rekan sekerjanya, auditor dengan atasannya, auditor SA Seksi 210 menyatakan, dalam melaksanakan audit

dengan objek pemeriksaannya, dan auditor dengan untuk sampai pada suatu pernyataan pendapat, auditor

masyarakat (Samsi dkk, 2013). harus senantiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam

tanpa terkecuali sangat bidang akuntansi dan bidang auditing. Pencapaian

Setiap

profesi

memperhatikan kualitas jasa yang diberikan. Profesi keahlian

akuntan publik juga memperhatikan kualitas audit formalnya, yang diperluas melalui pengalaman-

tersebut dimulai

dengan

pendidikan

sebagai hal yang sangat penting untuk memastikan pengalaman selanjutnya dalam praktik audit (SPAP,

bahwa profesi auditor dapat memenuhi kewajiban 2011). Menurut Tubbs (1992) dalam Adriyani dkk

kepada para pemakai jasanya. Salah satu faktor yang (2013), jika seorang auditor berpengalaman maka:

berpengaruh terhadap kualitas audit adalah ketaatan

1. auditor menjadi sadar terhadap lebih banyak auditor terhadap kode etik (Halim, 2008:29). kekeliruan;

2. auditor memiliki kesalahan pengertian yang

Pengembangan Hipotesis

lebih sedikit terhadap kekeliruan;

Pengaruh Independensi Terhadap Kualitas Audit

3. auditor menjadi sadar mengenai kekeliruan Menurut Halim (2008:34) dalam menjalankan yang tidak lazim; dan

tugasnya, anggota kantor akuntan publik harus selalu

4. hal-hal yang terkait dengan penyebab mempertahankan mental independen di dalam kekeliruan

memberikan jasa profesional sebagaimana diatur kekeliruan dan pelanggaran serta tujuan

departemen tempat

terjadinya

dalam Standar Profesional Akuntan Publik yang pengendalian internal menjadi relatif lebih

ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut menonjol.

harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance). Jika

Due Professional Care

seorang auditor bersikap independen, maka ia akan Due

memberi penilaian yang senyatanya terhadap laporan (2008:122)

keuangan yang diperiksa, tanpa memiliki beban profesional dalam pelaksanaan jasa profesional dengan

apapun terhadap pihak manapun. Penilaian seorang kecermatan dan keseksamaan. Due professional care

auditor independen akan mencerminkan kondisi yang digunakan dalam melakukan audit dan mempersiapkan

sebenarnya dari sebuah perusahaan yang diperiksa. laporan terkait (Kell et al, 1986:12). Menurut SPAP

Dengan demikian, jaminan atas keandalan laporan SA Seksi 230, standar umum ketiga menyebutkan

yang diberikan oleh auditor tersebut dapat dipercaya bahwa dalam pelaksanaan audit dan penyusunan

oleh semua pihak yang berkepentingan (Singgih dan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran

Bawono, 2010). Oleh karena itu, semakin tinggi profesionalnya dengan cermat dan seksama.

independensi seorang auditor maka semakin tinggi Penggunaan kemahiran profesional dengan

pula kualitas audit yang dihasilkannya. cermat dan seksama memungkinkan auditor untuk

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan

dilakukan untuk membuktikan pengaruh independensi keuangan bebas dari salah saji material, baik yang

terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan.

Alim dkk (2007), Wiratama dan Budiartha (2015) serta Untuk

itu, penting

Saputra (2012) membuktikan bahwa independensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikembangkan

H 3 : Pengalaman kerja berpengaruh terhadap kualitas hipotesis sebagai berikut:

audit.

H 1 :Independensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

Due Professional Care Terhadap Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit

Pengaruh

Kualitas Audit

Menurut Samsi dkk (2013) kompetensi yang Due professional care merupakan hal penting dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan

yang harus diterapkan setiap akuntan publik dalam dan kemampuan. Auditor harus memiliki pengetahuan

melaksanakan pekerjaan profesionalnya agar dicapai untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian

kualitas audit yang memadai (Singgih dan Bawono, auditor harus memiliki kemampuan untuk bekerja

2010). Penggunaan due professional care dengan sama dalam tim serta kemampuan dalam menganalisa

cermat dan seksama akan meningkatkan keyakinan permasalahan. Christiawan (2002) dan Alim dkk

yang memadai pada auditor untuk memberikan opini (2007) menyatakan bahwa semakin tinggi kompetensi

bahwa laporan keuangan terbebas dari salah saji seorang auditor maka semakin tinggi pula kualitas

material, baik yang disebabkan oleh kecurangan audit yang dihasilkannya.

ataupun kekeliruan (Wiratama dan Budiartha, 2015). Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang

Semakin tinggi penggunaan due professional care oleh dilakukan untuk membuktikan pengaruh kompetensi

seorang auditor, maka semakin tinggi pula kualitas terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan

audit yang dihasilkannya. Dengan demikian due oleh Alim dkk (2007), Tjun dkk (2012) dan Saputra

professional care berkaitan dengan kualitas audit. (2012) membuktikan bahwa kompetensi berpengaruh

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang signifikan terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian

membuktikan pengaruh due diatas maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai

dilakukan

untuk

professional care terhadap kualitas audit. Penelitian berikut:

yang dilakukan oleh Wiratama dan Budiartha (2015)

H 2 : Kompetensi berpengaruh terhadap kualitas audit.

due professional care berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

membuktikan

bahwa

Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap Kualitas

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikembangkan

Audit

hipotesis sebagai berikut:

H 4 :Due professional care berpengaruh terhadap memiliki pengaruh yang positif terhadap kualitas audit

Menurut Christiawan (2002)

pengalaman

kualitas audit.

yang dilakukan oleh akuntan publik. Kebanyakan orang memahami bahwa semakin banyak jumlah jam

Pengaruh Interaksi Antara Independensi dan Etika

terbang seorang auditor, tentunya dapat memberikan

Profesi Terhadap Kualitas Audit

kualitas audit yang lebih baik daripada seorang auditor Independensi merupakan salah satu komponen yang baru memulai kariernya. Dengan kata lain,

etika yang harus dijaga oleh akuntan publik. auditor yang berpengalaman diasumsikan dapat

Independen berarti akuntan publik tidak mudah memberikan

dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaan untuk dibandingkan

kepentingan umum. Akuntan publik tidak dibenarkan berpengalaman. Hal ini dikarenakan pengalaman akan

memihak kepentingan siapapun termasuk kepetingan membentuk keahlian seseorang baik secara teknis

klien (Christiawan, 2002). Auditor berkewajiban untuk

maupun secara psikis (Singgih dan Bawono, 2010). selalu menjunjung tinggi kode etik dan jujur, tidak Oleh karena itu, pengalaman merupakan hal penting

hanya kepada manajemen dan pemilik perusahaan, bagi

namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang profesionalisme tinggi seperti akuntan publik. Karena

sebuah profesi

yang

membutuhkan

meletakkan kepercayaan atas pekerjaan akuntan semakin tinggi tingkat pengalaman seorang audito,

publik. Oleh karena itu, semakin tinggi independensi maka semakin tinggi pula kualitas audit yang

dan etika profesi seorang auditor, maka semakin tinggi dihasilkannya.

pula kualitas audit yang dihasilkannya. Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang dilakukan untuk membuktikan pengaruh pengalaman

dilakukan untuk membuktikan pengaruh interaksi kerja terhadap kualitas audit. Penelitian yang

antara independensi dan etika profesi terhadap kualitas dilakukan oleh Sukriah dkk (2009) serta Wiratama dan

audit. Penelitian yang dilakukan Alim dkk (2007) dan Budiartha (2015) membuktikan bahwa pengalaman

(2012) membuktikan bahwa interaksi kerja berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas

Saputra

independensi dan etika auditor berpengaruh signifikan audit. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

H 5 :Interaksi independensi

terhadap kualitas audit. Due Professional Care juga berpengaruh terhadap kualitas audit.

penting diterapkan oleh auditor di dalam pelaksanaan tugas-tugas auditnya. Dalam hal ini auditor dituntut

Pengaruh Interaksi Antara Kompetensi dan Etika

untuk selalu berpikir kritis, cermat dan seksama

Profesi Terhadap Kualitas Audit

terhadap bukti-bukti audit yang telah ditemukan demi Interaksi kompetensi yang dilakukan seorang

tercapainya kualitas pemeriksaan audit yang baik dan auditor harus di dukung dengan etika auditor yang

berkualitas (Wilasita dkk, 2014). baik dan sudah melalui prosedur-prosedur yang telah

Auditor tidak hanya dituntut untuk selalu ditetapkan, karena etika auditor berhubungan langsung

berfikir kritis, cermat, dan seksama terhadap bukti- dengan klien (Saputra, 2012). Oleh karena itu, semakin

bukti audit, melainkan seorang auditor juga harus tinggi kompetensi dan etika profesi seorang auditor

selalu menjunjung tinggi kode etik profesi akuntan maka semakin tinggi pula kualitas audit yang

publik dalam tugasnya memeriksa bukti-bukti audit dihasilkannya.

sehingga menghasilkan kualitas audit yang baik. Oleh Penelitian yang dilakukan Saputra (2012)

karena itu, semakin tinggi due professional care dan membuktikan bahwa interaksi kompetensi dan etika

etika profesi seorang auditor maka semakin tinggi pula auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

kualitas audit yang dihasilkannya. Penelitian yang Pengujian tersebut menunjukkan bahwa etika auditor

dilakukan oleh Febriansyah dkk (2014) membuktikan dapat memoderasi secara kuat pengaruh kompetensi

bahwa due professional care (kecermatan profesional) terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas

yang dimoderasi etika berpengaruh signifikan terhadap maka dapat dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

H 6 :Interaksi kompetensi dan etika profesi berpengaruh dikembangkan hipotesis sebagai berikut: terhadap kualitas audit.

H 8 :Interaksi due professional care dan etika profesi berpengaruh terhadap kualitas audit.

Pengaruh Interaksi Antara Pengalaman Kerja dan Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit

Pengalaman akuntan

meningkat seiring dengan makin lamanya audit

Metode Penelitian

dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan

Populasi, Sampel dan Teknik pengambilan Sampel

perusahaan yang diaudit. Lamanya audit yang pernah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh dilakukan oleh seorang auditor serta kompleksitas

auditor yang bekerja pada kantor akuntan publik di transaksi keuangan yang dihadapi akan menambah dan

Jawa Tengah dan DIY. Berdasarkan data direktori memperluas pengetahuannya di bidang akuntansi dan

akuntan publik 2015, Kantor Akuntan Publik yang auditing (Christiawan, 2002).

berada di Jawa Tengah berjumlah 24, sedangkan yang Hasil penelitian Zoraifi (2003) dalam Hidayat

berada di D.I Yogyakarta berjumlah 12. Sehingga (2010) menyimpulkan bahwa ternyata lamanya kerja

jumlah seluruh auditor yang bekerja pada KAP di Jawa mempengaruhi etika profesi yang dimiliki auditor.

Tengah dan DIY adalah 360 orang, dimana dalam Auditor yang mempunyai pengalaman kerja lebih lama

penelitian ini diasumsikan bahwa tiap-tiap KAP memiliki etika lebih baik, dibanding auditor yang

memiliki kurang lebih 10 auditor. Dari sebagian mempunyai pengalaman kerja yang singkat. Oleh

akan dijadikan sampel karena itu, semakin tinggi pengalaman kerja dan etika

menggunakan kriteria tertentu. profesi seorang auditor maka semakin tinggi pula

Teknik pengambilan sampel yang digunakan kualitas audit yang dihasilkannya. Penelitian serupa

dalam penelitian ini adalah purposive sampling juga dilakukan oleh Samsi dkk (2013) yang

method yaitu menentukan sampel dengan kriteria membuktikan bahwa interaksi pengalaman kerja dan

tertentu. Kriteria penentuan sampel adalah sebagai kepatuhan etika auditor berpengaruh terhadap kualitas

berikut:

audit. Berdasarkan uraian diatas maka dapat

1. Auditor yang sudah memiliki pengalaman kerja dikembangkan hipotesis sebagai berikut:

(dibidangnya) minimal satu tahun, hal ini

H 7 :Interaksi pengalaman kerja dan etika profesi

karena auditor tersebut telah berpengaruh terhadap kualitas audit.

dilakukan

memiliki waktu untuk mengenal dan berdaptasi dengan lingkungan kerjanya.

Pengaruh Interaksi Antara Due Professional Care

2. Auditor yang pernah melaksanakan pekerjaan

dan Etika Profesi Terhadap Kualitas Audit

dibidang auditing dalam kurun waktu satu Rahman (2009) dalam Singgih dan Bawono

tahun terakhir.

2010) memberikan bukti empiris bahwa

due

professional care merupakan faktor yang berpengaruh

Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini Pengalaman kerja merupakan pengalaman adalah data primer. Data tersebut dikumpulkan melalui

auditor dalam melaksanakan audit yang dilihat dari metode angket, dengan menyebarkan secara langsung

segi lamanya bekerja sebagai auditor dan banyaknya daftar pernyataan (kuesioner) kepada auditor yang

tugas pemeriksaan yang telah dilaksanakan. Untuk berkerja pada kantor akuntan publik di Jawa Tengah

mengukur variabel pengalaman kerja menggunakan dan

instrumen yang dikembangkan oleh Sukriah dkk menggunakan skala Likert dengan nilai 1 sampai 5.

DIY. Kuesioner

(2009) dengan 8 pernyataan. Indikator dalam Untuk memberikan jawaban sangat tidak setuju (STS)

instrumen antara lain:

sampai sangat setuju (SS), responden dapat memberi

1. Lamanya bekerja sebagai auditor tanda centang pada setiap butir pernyataan yang ada

2. Banyaknya Tugas Pemeriksaan dalam lembar jawab kuesioner.

Persepsi responden terhadap indikator tersebut Nilai jawaban berlaku juga untuk butir

diukur dengan lima skala Interval. Semakin tinggi nilai pernyataan yang negatif, hanya saja penilaian dibalik.

skala menunjukkan semakin tingginya pengalaman Jika responden menjawab pernyataan dengan nilai 5,

seorang auditor.

maka jawaban tersebut diubah menjadi nilai 1, nilai 4 diubah menjadi nilai 2, tetapi untuk nilai 3 masih tetap.

Due Professional Care (DPC)

Due professional care berarti menggunakan

Operasional Variabel dan Pengukurannya

kemahiran profesional dalam pelaksanaan jasa

Independensi (ID)

profesional dengan kecermatan dan keseksamaan Standar umum kedua menyebutkan bahwa

(Arens et al, 2008:122). Untuk mengukur variabel due dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,

professional care menggunakan instrumen dari independensi dalam sikap mental harus dipertahankan

penelitian Agustin (2013) dengan 6 pernyataan. oleh auditor (SPAP SA Seksi 220, 2011). Untuk

Indikator dalam instrumen antara lain: mengukur

1. Menggunakan kecermatan dan keterampilan instrumen yang dikembangkan oleh Sukriah dkk

variabel independensi

menggunakan

dalam bekerja

(2009) dengan 9 pernyataan. Indikator dalam

2. Memiliki keteguhan dalam melaksanakan instrumen antara lain:

tanggung jawab

1. Independensi penyusunan program

3. Kompeten

dan

berhati-hati dalam

2. Independensi pelaksanaan pekerjaan

melaksanakan tugas

4. Waspada terhadap resiko kecurangan Persepsi responden terhadap indikator tersebut

3. Independensi pelaporan

Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan lima skala Interval. Semakin tinggi nilai

diukur dengan lima skala Interval. Semakin tinggi nilai skala menunjukkan semakin tingginya independensi

skala menunjukkan semakin tingginya kecermatan dan seorang auditor.

keseksamaan seorang auditor.

Kompetensi (KP)

Kualitas Audit (KA)

Standar umum pertama (SA Seksi 210 dalam Kualitas audit merupakan kualitas kerja auditor, SPAP 2011) menyebutkan bahwa audit harus

ditunjukkan dengan laporan hasil pemeriksaan yang dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki

dapat diandalkan berdasarkan standar audit yang telah keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai

ditetapkan. Untuk mengukur variabel kualitas audit auditor. Keahlian dan pelatihan teknis yang dimiliki

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh auditor yang dalam hal ini mencerminkan kompetensi

Sukriah dkk (2009) dengan 10 pernyataan. Indikator auditor. Untuk

mengukur variabel kompetensi

dalam instrumen antara lain:

menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh

1. Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit Sukriah dkk (2009) dengan 10 pernyataan. Indikator

2. Kualitas laporan hasil pemeriksaan dalam instrumen antara lain:

Persepsi responden terhadap indikator tersebut

1. Mutu personal diukur dengan lima skala Interval. Semakin tinggi nilai

2. Pengetahuan umum skala menunjukkan semakin tingginya kualitas audit

3. Keahlian khusus

yang dihasilkan oleh auditor.

Persepsi responden terhadap indikator tersebut diukur dengan lima skala Interval. Semakin tinggi nilai

Etika Profesi (ET)

skala menunjukkan semakin tingginya kompetensi Etika profesi merupakan seperangkat aturan seorang auditor.

atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku auditor agar taat terhadap kode etik (Halim, 2008:29),

Pengalaman Kerja (PK)

yang dilihat dari segi pelaksanaan kode etik dan yang dilihat dari segi pelaksanaan kode etik dan

tiap-tiap KAP memiliki kurang lebih 10 auditor. instrumen yang dikembangkan oleh Sihwahjoeni dan

Jumlah seluruh kuesioner yang disebar adalah 100 Gudono (2000) dalam Nugrahaningsih (2005) dengan

kuesioner. Jumlah seluruh kuesioner yang kembali dan

11 pernyataan. Indikator dalam instrumen antara lain: dapat diolah oleh peneliti adalah sebanyak 78

1. Pelaksanaan kode etik

kuesioner.

2. Penafsiran dan penyempurnaan kode etik Persepsi responden terhadap indikator tersebut

Uji Kualitas Pengumpulan Data

diukur dengan lima skala Interval. Semakin tinggi nilai Validitas data diukur dengan membandingkan skala menunjukkan semakin tingginya etika seorang

r hitung dan r tabel . Syarat suatu kusioner dikatakan valid auditor.

apabila r hitung > r tabel (pada taraf signifikansi 0,05). Berdasarkan

pengujian

validitas, setiap item

Metode Analisis Data

pernyataan dalam kuesioner memiliki r hitung lebih besar Penelitian ini menggunakan uji interaksi untuk

dari r tabel. Dengan demikian, semua item pernyataan menguji variabel moderasi yang berupa etika profesi.

yang digunakan dalam kuesioner adalah valid. Dalam menguji hipotesis satu, dua, tiga, dan empat

Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel menggunakan

jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,60 sedangkan untuk menguji hipotesis lima, enam, tujuh,

analisis

regresi linier

berganda,

Ghozali, 2009:47). dan delapan yaitu menggunakan moderated regression

pengujian reliabilitas menunjukkan analysis (MRA). MRA merupakan aplikasi khusus

Berdasarkan

bahwa nilai Cronbach Alpha independensi 0,899, regresi linear berganda, dimana dalam persamaan

kompetensi 0,860, pengalaman kerja 0,810, due regresinya mengandung unsur interaksi yaitu perkalian

professional care 0,827, etika profesi 0,771 dan dua atau lebih variabel independen. Uji interaksi ini

kualitas audit 0,946. Oleh karena itu, dapat dikatakan digunakan untuk mengetahui sejauh mana interaksi

bahwa semua instrumen penelitian adalah reliabel. variabel

etika profesi

dapat

mempengaruhi

independensi, kompetensi, pengalaman kerja, dan due

Uji Asumsi Klasik

professional care. Model persamaan yang digunakan: Hasil penelitian ini telah lulus uji asumsi klasik, dimana dari hasil uji normalitas diketahui bahwa nilai

KA = α + β1ID + β2KP + β3PK + β4DPC +

Asymp. Sig (two tailed) 0,134 lebih besar dari 0,05

β5ID.ET + β6KP.ET + β7PK.ET +

atau 5%, maka dapat dinyatakan bahwa data residual

β8DPC.ET + e

berdistribusi normal. Hasil uji multikolinearitas menunjukkan bahwa terdapat korelasi antar variabel

Keterangan: bebas yang tinggi, yaitu masing-masing nilai VIF > KA

10, demikian juga hasil nilai tolerance < 0,10 maka α

= Kualitas Audit

= Konstanta dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini terjadi β

= Koefisien regresi multikolinieritas (terjadi masalah multikolinieritas). ID = Independensi

multikolinearitas bukan KP

Tidak

terpenuhinya

= Kompetensi merupakan masalah serius, karena model yang PK

= Pengalaman Kerja dianalisis mengkombinasikan dua variabel (model DPC

= Due Professional Care interaksi) (Kleinbaurn, 1987 dalam Mujiati 2006). ET

= Etika Profesi Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa nilai

e = Error probabilitas signifikan dari masing-masing variabel diatas tingkat kepercayaan 0,05 atau 5%. Jadi dapat

Hasil dan Pembahasan

disimpulkan bahwa model regresi tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.

Deskriptif Objek Penelitian

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini

Pengujian Hipotesis

adalah seluruh auditor yang bekerja pada Kantor Penelitian ini menggunakan uji interaksi untuk Akuntan Publik yang berada di wilayah Jawa Tengah menguji variabel moderasi yang berupa etika profesi. dan D.I. Yogyakarta. Berdasarkan data direktori Uji interaksi atau sering disebut dengan moderated akuntan publik 2015, KAP yang berada di wilayah regression analysis (MRA) merupakan aplikasi khusus Jawa Tengah meliputi Surakarta sejumlah 2 KAP, regresi linear berganda, dimana persamaan regresinya Semarang sejumlah 21 KAP, Purwokerto sejumlah 1 mengandung unsur interkasi perkalian dua atau lebih KAP, dan D.I.Yogyakarta sejumlah 12 KAP. Sehingga variabel independen, adapun hasil analisis dapat dilihat jumlah seluruh auditor yang bekerja pada KAP di Jawa

pada tabel berikut:

Tabel 1

maka variabel kualitas audit akan mengalami

Hasil Uji Regresi Linier Berganda

penurunan sebesar 0,112.

Nilai koefisien variabel pengalaman kerja dan (Constant)

etika profesi adalah 0,339 dengan parameter positif, ID 3.096

hal ini berarti apabila variabel pengalaman kerja dan KP

etika profesi meningkat, maka variabel kualitas audit PK

akan mengalami peningkatan sebesar 0,339. Nilai DPC

koefisien variabel due professional care dan etika ID.ET

profesi adalah -0,717 dengan parameter negatif, hal ini KP.ET

berarti apabila variabel due professional care dan etika PK.ET

profesi meningkat, maka variabel kualitas audit akan DPC.ET

mengalami penurunan sebesar 0,717. R 0,558 2 F

Berdasarkan hasil perhitungan untuk nilai R R Square 0,331 Sign 0,001

hitung

dalam analisis regresi berganda diperoleh angka koefisien determinasi dengan adjusted R Adj R Square 0,231 2 α 0,05 sebesar

Sumber: data primer diolah, 2016 0,231. Hal ini berarti bahwa 23,1% adanya variasi Dari output pada tabel 2 di atas, dapat

kualitas audit dapat dijelaskan oleh variabel ID, KP, diperoleh hasil analisis uji regresi sebagai berikut:

PK, DPC, ID.ET, KP.ET, PK.ET dan DPC.ET, sedangkan sisanya yaitu 76,9% dijelaskan oleh

KA = 5,875 + 3,096ID + 5,536KP + 12,138PK + variabel-variabel lain diluar model yang digunakan. 27,635DPC + 0,069ID.ET – 0,112KP.ET +

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nilai F hitung 0,339PK.ET – 0,717DPC.ET

>F tabel yaitu 3,891 > 2,17 dan nilai signifikansi = 0,001 <  = 0,05. Hal ini berarti bahwa H 0 ditolak, sehingga Berdasarkan persamaan diatas, interprestasinya

variabel ID, KP, PK, DPC, ID.ET, KP.ET, PK.ET dan adalah nilai konstanta sebesar 5,875 dengan parameter

DPC.ET berpengaruh secara simultan terhadap positif, artinya apabila variabel bebas yaitu ID, KP,

kualitas audit.

PK, DPC, ID.ET, KP.ET, PK.ET dan DPC.ET dengan

Tabel 2

asumsi nol atau konstan, maka kualitas audit akan

Hasil Uji t test

mengalami peningkatan sebesar 5,875. Nilai koefisien

Variabel

t hitung Sig. Keterangan

variabel independensi adalah 3,096 dengan parameter

.005 H 1 diterima positif, hal ini berarti apabila variabel independensi

ID 2.874

.034 H 2 diterima meningkat, maka variabel kualitas audit akan

KP

.022 H 3 diterima mengalami peningkatan sebesar 2,489.

PK

.003 H 4 diterima Nilai koefisien variabel kompetensi adalah

DPC

.010 H 5 diterima 5,536 dengan parameter positif, hal ini berarti apabila

ID.ET

.064 H 6 ditolak variabel kompetensi meningkat, maka variabel kualitas

KP.ET

.019 H 7 diterima audit akan mengalami peningkatan sebesar 5,536.

PK.ET

.098 H 8 ditolak Nilai koefisien variabel pengalaman kerja adalah

DPC.ET

Sumber: data primer diolah, 2016

12,138 dengan parameter positif, hal ini berarti apabila variabel pengalaman kerja meningkat, maka variabel

Dari hasil output tabel 2 di atas, dapat diketahui kualitas audit akan mengalami peningkatan sebesar

bahwa hasil uji t untuk variabel ID, KP, PK, DPC, 12,138. Nilai koefisien variabel due professional care

ID.ET, KP.ET, PK.ET dan DPC.ET berpengaruh adalah 27.635 dengan parameter positif, hal ini berarti

terhadap kualitas audit.

apabila variabel due professional care meningkat,

independensi (ID) maka variabel kualitas audit akan mengalami

Output variabel

menunjukkan hasil bahwa nilai t hitung sebesar 2.874 peningkatan sebesar 27,635.

lebih besar dari t tabel 2,000 dan nilai signifikansi 0,005 Nilai koefisien variabel independensi dan etika

lebih kecil dari  = 0,05, hal ini berarti H 0 ditolak dan profesi adalah 0,069 dengan parameter positif, hal ini

H 1 diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan berarti apabila variabel independensi dan etika profesi

variabel independensi secara parsial terhadap kualitas meningkat, maka variabel kualitas audit akan

audit.

mengalami peningkatan sebesar 0,069. Nilai koefisien Output variabel kompetensi (KP) menunjukkan variabel kompetensi dan etika profesi adalah -0,112

hasil bahwa nilai t hitung sebesar 2,161 lebih besar dari dengan parameter negatif, hal ini berarti apabila

t tabel 2,000 dan nilai signifikansi 0,034 lebih kecil dari variabel kompetensi dan etika profesi meningkant,

 = 0,05, hal ini berarti H 0 ditolak dan H 2 diterima,  = 0,05, hal ini berarti H 0 ditolak dan H 2 diterima,

artinya terdapat pengaruh

mengumpulkan setiap informasi yang dibutuhkan Output variabel pengalaman kerja (PK)

dalam pengambilan keputusan audit. Dimana hal menunjukkan hasil bahwa nilai t hitung sebesar 2,344

tersebut harus didukung dengan sikap independen, lebih besar dari t tabel 2,000 dan nilai signifikansi 0,022

baik itu independen dalam fakta (in fact) maupun

lebih kecil dari  = 0,05, hal ini berarti H 0 ditolak dan

dalam penampilan (in appearance). Tidak dapat

H 3 diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan dipungkiri bahwa sikap independen merupakan hal variabel pengalaman kerja secara parsial terhadap

yang melekat pada diri auditor, sehingga independen kualitas audit.

seperti telah menjadi syarat mutlak yang harus dimiliki Output variabel due Professional Care (DPC)

seorang auditor. Oleh karena itu, semakin tinggi

menunjukkan hasil bahwa nilai t hitung sebesar 3.120 independensi seorang auditor maka semakin tinggi lebih besar dari t tabel 2,000 dan nilai signifikansi 0,003

pula kualitas audit yang dihasilkannya. Hasil

lebih kecil dari  = 0,05, hal ini berarti H 0 ditolak dan

penelitian ini konsisten dengan penelitian Alim dkk

H 4 diterima, artinya terdapat pengaruh signifikan (2007), Wiratama dan Budiartha (2015) serta Saputra variabel Due Professional Care secara parsial terhadap

(2012) yang membuktikan bahwa independensi kualitas audit.

berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Output variabel independensi dan etika profesi

(ID.ET) menunjukkan hasil bahwa nilai t hitung sebesar

Pengaruh Kompetensi Terhadap Kualitas Audit

2,664 lebih besar dari t tabel 2,000 dan nilai signifikansi Berdasarkan hasil output pada tabel 2 diketahui 0,010 lebih kecil dari  = 0,05, hal ini berarti H 0 bahwa hipotesis kedua dalam penelitian ini diterima, ditolak dan H 5 diterima, artinya terdapat pengaruh

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

SENSUALITAS DALAM FILM HOROR DI INDONESIA(Analisis Isi pada Film Tali Pocong Perawan karya Arie Azis)

33 290 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25