Teori Belajar Behavieorisme A. docx

Teori Belajar Behaviorisme & Penerapanya dalam
pembelajaran
Tujuan
“Dibuat untuk Memenuhi Tugas”
Mata Kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran
Penyusun
Kelompok 3 ( Tiga )
- Diana Tri Wulandari
- Khadijah
- Rabitah
- Mardiah Lubis

Semester : IV-A PAI - Tarbiyah
Dosen Pengampu: Ahmad Fuadi, M.Pd.

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
JAM’IYAH MAHMUDIYAH (STAI.JM)
TANJUNG PURA - LANGKAT
T.A: 2017

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkat atas kehadirat Allah yang maha
Esa atas ridho dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
Makalah ini dengan penuh keyakinan serta usaha maksimal. Semoga dengan
terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada Bapak Ahmad
Fuadi ,M.Pd mata kuliah Teori Belajar dan Pembelajaran yang telah
memberikan tugas Makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi
kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya
mengenai “Teori Behaviorisme & Penerapanya dalam Pembelajaran” sehingga
dengan kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang di berikan sehingga
kami dapat menyelasaikan tugas Makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin.
Terima kasih pula atas dukungan para pihak yang turut membantu
terselesaikannya laporan ini, ayah bunda, teman-teman serta semua pihak yang
penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha
sekuat tenaga dalam penyelesaian Makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari

sifat manusiawi yang penuh khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran
penulis harapkan dari semua pihak guna perbaikan tugas-tugas serupa di masa
datang.

i

Tanjung Pura, Maret,2017

Tim Penyusun

DAFTAR IS

ii

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan...........................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................2
PEMBAHASAN......................................................................................................2
A. Pengertian dan Konsep Dasar Teori Belajar Behaviorisme..........................2
B. Aliran – Aliran Teori Behaviorisme.............................................................2
C. Ciri dari teori belajar behaviorisme..............................................................5
D. Prinsip dalam Teori Belajar Behaviorisme...................................................6
E. Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Proses Pembelajaran...........................8
F.

Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme...............................9

BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..............................................................................................................11
A. Kesimpulan.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................12

iii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perilaku atau behavior dari peserta didik dan pendidik merupakan masalah
penting dalam psikologi pendidikan. Perilaku peserta didik agar dapat menguasai
dan atau memahami sesuatu, merupakan upaya diri pesert didik sesuai dengan
pengertian bahwa peserta didik adalah proses pendewasaan (dari ketidakdewasaan menjadi dewasa). Adapun pendidik berupaya agar dapat memahami
atau dikuasai oeh peserta didik yang belum dewasa.
Perilaku sebelum menguasai atau memahami dibandingkan dengan
perilaku sesudah menguasai atau memahami merupakann objek pengamatan dari
kelompok behavioris. Perilaku dapat berupa sikap, ucapan, dan tindakan
seseorang sehingga perilaku ini merupakan bagian dari psikologi dinamis.
Psikologi behaviorisme merupakan salah satu dari tiga aliran psikologi
pendidikan yang tumbuh dan berkembang secara beruntun dari periode ke
periode. Alam perkembangan aliran psikologi tersebut bermunculan teori belajar,
dalam makalah ini akan dipaparkan lebih jelas tentang teori belajar behaviorisme.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana pengertian dan Konsep dasar teori belajar behaviorisme?
b. Siapa saja Tokoh- tokoh dan bentuk pemikirannya yang berpengaruh dalam
teori belajar behaviorisme?

c. Bagaiman analisa tentang teori Behaviorisme?
d. Bagaimana aplikasi teori behaviorisme dalam proses pembelajaran?
e. Apa Keunggulan dan Kelemahan Teori belajar Behaviorisme ?

C. Tujuan
a. Untuk memahami pengertian dan konsep dasar teori belajar behaviorisme

1

b. Untuk mengetahui tokoh-tokoh dan bentuk pemikirannya yang berpengaruh
dalam teori belajar behaviorisme
c. Untuk mengetahui analisis tentang teori behaviorisme
d. Untuk mengetahui aplikasi teori behaviorisme dalam proses pembelajaran
e. Untuk mengetahui Keunggulan dan Kelemahan Teori belajar Behaviorisme

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Konsep Dasar Teori Belajar
Behaviorisme

Secara etimologi, Behaviorisme berasal dati kata behavior yang artinya
tingkah laku dan isme yang berarti paham atau aliran. Sedangkan secara
terminologi, dimaksud Behaviorisme adalah salah satu aliran dalam psikologi
yang memandang individu dari sisi fenomena jasmaniah atau perilaku nyata (overt
behavior) yang ditampilkannya. Menurut teori Bahaviorisme, manusia sangat
dipengaruhi oleh kejadian-kejadian di dalam lingkungannya yang akan
membérikan pengalaman-pengalaman belajat.

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang terjadi karena adanya
stimulasi dan respon yang dapat diamati.Karena itu, teori ini juga dinamakan teori
Stjmulus-Respons (Sanjaya,2006:112). Stimulus atau ransangan adalah segala
sesuatu yang dimunculkan atau diberikan guru kepada peserta didik, sedangkan
respon berupa

reaksi atau tanggapan peserta didik terhadap stimulus yang

diberikan oleh guru tersebut.1

Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah
laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau

reinforcement dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar
1

Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan :
Perdana Publishing,2011) hlm.20

2

terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavior dengan stimulusnya. Guru
yang menganut pandangan ini berpandapat bahwa tingkah laku siswa merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar.

B. Aliran – Aliran Teori Behaviorisme
Tokoh-tokoh

aliran

behaviorisme

di


antaranya

adalah Thorndike,

Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan dibahas karyakarya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam
pembelajaran.2

1. Teori Belajar Konesioneisme

Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti
pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera.
Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar,
yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan
tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat
diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran
behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan
bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike
ini disebut pula dengan teori koneksionisme .


Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum
efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga
hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.

2. Teori Belajar Clasisical Conditioning

2

Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005, Hal. 20

3

Watson mendefinisikan belajar sebagai proses interaksi antara stimulus
dan respon, namun stimulus dan respon yang dimaksud harus dapat diamati
(observable) dan dapat diukur. Jadi walaupun dia mengakui adanya perubahanperubahan mental dalam diri seseorang selama proses belajar, namun dia
menganggap faktor tersebut sebagai hal yang tidak perlu diperhitungkan karena
tidak dapat diamati. Watson adalah seorang behavioris murni, karena kajiannya
tentang belajar disejajarkan dengan ilmu-ilmu lain seperi Fisika atau Biologi yang

sangat berorientasi pada pengalaman empirik semata, yaitu sejauh mana dapat
diamati dan diukur.3

3. Teori Belajar Systematic Behavior

Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan
respon untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh
teori evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan
hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan
kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (stimulus dorongan) dalam
belajarpun hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon
yang akan muncul mungkin dapat berwujud macam-macam. Penguatan tingkah
laku juga masuk dalam teori ini, tetapi juga dikaitkan dengan kondisi biologis
(Bell, Gredler, 1991).

4. Teori Belajar Contigous Conditioning

Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan

stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie
juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
3

Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005, Hal. 21

4

terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.

Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak
hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara
stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta
didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman
(punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.

Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus
respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus
dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang
mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).4

5. Teori Belajar Operan Conditioning

Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih
mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan
antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya,
yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang
dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima
seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan
saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon
yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi.
Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya
perilaku .

4

Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka Cipta,
2005, Hal. 22

5

Oleh karena itu, dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar
harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta
memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang
mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa
dengan

menggunakan

perubahan-perubahan

mental

sebagai

alat

untuk

menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap
alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.

C. Ciri dari teori belajar behaviorisme
Ciri dari teori ini adalah mengutamakan unsur-unsur dan bagian kecil,
bersifat

mekanistis,

menekankan

peranan

lingkungan,

mementingkan

pembentukan reaksi atau respon, menekankan pentingnya latihan, mementingkan
mekanisme hasil belajar,mementingkan peranan kemampuan dan hasil belajar
yang diperoleh adalah munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini
sering disebut S-R psikologis artinya bahwa tingkah laku manusia dikendalikan
oleh ganjaran atau reward dan penguatan atau reinforcement dari lingkungan.
Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara
reaksi-reaksi behavioural dengan stimulusnya. Guru yang menganut pandangan
ini berpandapat bahwa tingkahlaku siswa merupakan reaksi terhadap lingkungan
dan tingkah laku adalah hasil belajar.

Kaum behavioris menjelaskan bahwa belajar sebagai suatu proses
perubahan tingkah laku dimana reinforcement dan punishment menjadi stimulus
untuk

merangsang

pebelajar

dalam

berperilaku.

Pendidik

yang

masih

menggunakan kerangka behavioristik biasanya merencanakan kurikulum dengan
menyusun isi pengetahuan menjadi bagian-bagian kecil yang ditandai dengan
suatu keterampilan tertentu. Kemudian, bagian-bagian tersebut disusun secara
hirarki, dari yang sederhana sampai yang komplek 5

Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar
5

Slavin, Belajar dan Pembelajaran. 2000. Hal. 143

6

pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Programprogram pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan

stimulus-respons

serta

mementingkan

faktor-faktor

penguat

(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar
yang dikemukakan Skiner.

Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka responpun akan semakin kuat.

D. Prinsip dalam Teori Belajar Behaviorisme
Prinsip-prinsip teori belajar Behaviorisme yang banyak diterapkan di
dunia pendidikan meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Proses belajar dapat terjadi dengan baik, bila peserta didik ikut terlibat
aktif di dalam nya:
2. Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya peserta didik
mudah mempelajarinya dan dapat memberikan respon tertentu;
3. Tiap-tiap respons harus diberi umpan balik secara langsung supaya peserta
didik dapat mengetahui apakah respons yang diberikannya telah benar;
4. Setiap kali peserta didik memberikan respons yang benar perlu diberi
penguatan (Hartley dan Davies, 1978 dalam Toeti Soekamto, 1992:23).6

Prinsip-prlnsip teori belajar behaviorieme ini telah banyak digunakan dan
diterapkan dalam berbagai program pembelajaran. Misalnya mesin pengajaran,
matematik atau program-program pembelajaran lain yang rnenggunakan konsep
6

Al Rasyidin dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran. Medan :
Perdana Publishing,2011) hlm.22

7

stimulasi, respon, dan fakror penguatan. Hal seperti ini biasa diterapkan dalam
pembelajaran terprogram dan pnnsip belajar tuntas. Dalam pembeiajaran
terprogram, materi pelajaran disajikan bentuk unit - unit terkecil yang mudah
dipelajari peserta didik, bila setiap unit selesai peserta didik akan mendapatkan
umpan balik secara langsung.Sedangkan dalam belajar tuntas, materi dipecah per
unit, peserta didik tidak dapat pindah ke unit berikutnya bila belum mengusai unit
yang sebelumnya. Prinsip-prinsip bahaviorisme ini hingga sekarang masih
dipakai dalam mengembangkan program pembelajaran berbantuan komputer atau
computer assisted instruction, program multimedia interaktif dan sebagainya.

Dalam aplikasinya teori behaviorisme tergantung kepada beberapa seperti
sifat materi pelajaran, karakterlstik siswa, media dan fasilitas pembelajaran yang
tersedia. Namun secara umum aplikasi teori belajar Behaviorisme dalam
pembelajaran meliputi beberapa langkah:

1. Menentukan tujuan-tujuan instruksional;
2. menganalisis lingkungan kelas yang ada saat ini termasuk meng
identifikasi entry behavior siswa (pengetahuan awal siswa);
3. Menentukan materi pelajaran (pokok bahasan, topik, dansebagainya);
4. memecah materi pelajaran menjadi bagian kecil-kecil (sub pokok bahasan,
sub topik dan sebagainya);
5.

Menyajikan materi pelajaran;

6. Memberikan stimulus yang mungkin berupa:
a. Pertanyaan (lisan atau tertulis)
b. Tes
c.

Latihan

d. Tugas-tugas l
7. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan;
8. Memberikan penguatan (mungkin penguatan positif atau penguatan
negatif
9. Memberikan stimulus baru;

8

10. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan (mengevaluasi hasil
be1ajar);
11. Memberikan penguatan;
12. Evluasi hasil belajar7

E. Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Proses
Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah
pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah
aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang
tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan
stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang
pasif. Respons atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau
pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan
reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.8

Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari
beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik
pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang
dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan
adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan
rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah
memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau
pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan
yang sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis, sehingga makna
7

Ibid .hlm.23
Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT Rineka
Cipta, 2005. Hal. 27
8

9

yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik
struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman
yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh
pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.

Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek
pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh
karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan
menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus
dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar
diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang
bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.9

Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan
kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi,
bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem
pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus
dan respons sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya
pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada
diri mereka.

Untuk

proses

tindakan

atas

implikasi

teori

behaviorisme

penyelenggaraan Pendidikan disajikan pada diagram sebagai berikut :

9

Ibid.hlm.28

10

terhadap

F. Kelemahan dan Kelebihan Teori Belajar Behaviorisme
Kelebihan Teori Behaviorisme10

a.

Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak anak yang masih
membutuhkan dominasi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus
dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan
langsung seperti diberi permen atau pujian.

b.

Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar

Sedangkan kelemahan teori behaviorisme adalah sebagai berikut.

a.

Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning),
bersifat mekanistik, dan hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan
diukur.

10

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada Media
Group, 2009, Hal. 29

11

b. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan
apa yang didengar dan dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa
(teori skinner) baik hukuman verbal maupun fisik seperti kata-kata kasar,
ejekan, jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.

12

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau
kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas
sejumlah fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar.
Behaviorisme merupakan salah satu aliran psikologi yang memandang individu
hanya dari sisi fenomena jasmaniah, dan mengabaikan aspek-aspek mental. Dalam
konsep Behavior, perilaku manusia merupakan hasil belajar, sehingga dapat di
ubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi belajar.
Para ahli yang banyak berkarya dalam aliran ini antara lain : Pavlov,
Thorndike, (1911); Watson, (1963); Hull, (1943); Guthrie dan Skinner, (1968).
Pandangan teori behaviorisme telah cukup lama dianut oleh para pendidik.
Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar
pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behaviorisme. Programprogram pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram,
modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep
hubungan

stimulus-respons

serta

mementingkan

faktor-faktor

penguat

(reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar
yang dikemukakan Skiner.
Teori behaviorisme menekankankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk
mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk
laporan, kuis, atau tes. Sedangkan, Evaluasi belajar dipandang sebagai bagian
yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai
kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar
secara individual. Semua teori pastilah memiki kelebihan dan kelemahan dari
masing-masing teori begitu juga dalam halnya teori belajar behaviorisme ini.

13

DAFTAR PUSTAKA

Budiningsih, C., Asri , Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: PT
Rineka Cipta, 2005
Rasyidin, Al dan Wahyudin Nur Nasution, Teori Belajar dan Pembelajaran.
Medan : Perdana Publishing,2011
Riyanto, Yatim, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Pranada
Media Group, 2009

Yamin, Martinis, Paradigma Baru Pembelajaran, Jakarta : Gaung
Persada Press, 2011

14