pancasila sebagai benteng anti korupsi

Pancasila Sebagai Benteng Anti Korupsi

Oleh :

(KELOMPOK 8)
ADNAN LASUARDA TIMOR (A1L014026)
THALYA DWI MERDIANTY (A1L014059)
STEFANUS SEPTIAN NUGROHO (A1L014116)
NUNG SITI MUKAROMAH (A1L014146)
DIAN NAFIATUL MAULIDAH (A1L014182)
KATRI ANDIANI (A1L014222)

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
AGROTEKNOLOGI
2014

BAB I
PENDAHULUAN
A.


Latar belakang
Pancasila sebagai sumber nilai anti korupsi dibenarkan dengan pernyataan

Komisi Pemberantasan Korupsi, yang menegaskan bahwa Pancasila merupakan sumber
nilai anti korupsi. Persoalannya, arah ideologi sekarang seperti di persimpangan jalan.
Nilai-nilai lain yang kita anut menjadikan tindak korupsi merebak kemana-mana.
Korupsi terjadi ketika ada pertemuan dan kesempatan. Nilai-nilai kearifan lokal
semakin ditinggalkan, yang ada nilai-nilai kapitalis, sehingga terdoronglah seseorang
untuk bertindak korupsi. Saatnya Pancasila kembali direvitalisasi sebagai dasar filsafat
Negara bersama-sama dengan norma agama. Nilai-nilai Pancasila dan norma-norma
agama merupakan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia berbuat baik, sehingga
Pancasila dianggap sebagai ideologi yang bersifat universal karena dalam Pancasila ada
nilai-nilai sosialis religius dan nilai-nilai etis.
Korupsi merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Masih banyak orang yang sadar bahwa korupsi itu merupakan tindakan menyimpang.
Oleh karena itu, orang-orang tersebut harus dibekali dengan ilmu dan nilai-nilai yang
baik agar terhindar dari tindakan menyimpang. Sebagai bangsa Indonesia, nilai-nilai
yang baik tersebut berasal dari lima sila Pancasila. Pancasila merupakan dasar negara
Indonesia yang menjadi panutan setiap bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia yang

sebenarnya adalah bangsa Indonesia yang tidak hanya memahami nilai-nilai dari
Pancasila, namun dapat mengimplementasikannya ke dalam kehidupan sehari-hari.
Sebesar apapun masalah yang menimpa tanah ibu pertiwi ini, haruslah dihadapi dengan
rasa kesatuan dan persatuan agar bangsa ini tidak terpecah belah dan menjadi bangsa
yang satu. Nilai-nilai Pancasila haruslah dipegang teguh oleh setiap bangsa Indonesia.
Layaknya kitab suci, nilai-nilai tersebut jika dimaknai dengan baik akan menuntun kita
ke dalam hal-hal yang baik, ke dalam kemajuan bangsa Indonesia. Benar adanya bahwa
korupsi terjadi karena pemahaman kita mengenai Pancasila masih kurang. Kebanyakan
dari kita hanya mengetahui sila-sila dari Pancasila namun dalam memaknainya masih
kurang

sehingga

masih

banyak

pelanggaran-pelanggaran

penyimpangan yang terjadi di negeri ini.


dan

penyimpangan-

B.

Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat disusun beberapa rumusan

sebagai berikut :
1.

Pengertian Korupsi

2.

Pengertian Pancasila

3.


Pancasila sebagai benteng anti korupsi

BAB II
PEMBAHASAN
A.

Pengertian Korupsi
Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere yang bermakna

busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok). Secara harfiah, korupsi adalah
perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara
tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat
dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada
mereka. Semua bentuk pemerintahan rentan korupsi dalam prakteknya. Beratnya
korupsi berbeda-beda, dari yang paling ringan dalam bentuk penggunaan pengaruh dan
dukungan untuk memberi dan menerima pertolongan, sampai dengan korupsi berat yang
diresmikan dan sebagainya.
Terjadinya korupsi disebabkan oleh setidaknya tiga hal. Pertama, corruption by
greed (keserahan). Korupsi ini banyak terjadi pada orang yang sebenarnya tidak butuh,

tidak terdesak secara ekonomi, bahkan mungkin sudah kaya. Jabatan tinggi, gaji besar,
rumah mewah, popularitas menanjak, tetapi kerakusan yang tak terbendung
menyebabkan terjadinya praktik korupsi. Kedua, corruption by need (kebutuhan),
korupsi yang dilakukan karena keterdesakan dalam pemenuhan kebutuhan dasar hidup.
Contohnya yaitu korupsi yang dilakukan seseorang yang gajinya sangat rendah jauh
dibawah standar upah minimum dan terdesak untuk memenuhi kebutuhan dasar
tertentu. Korupsi ini banyak dilakukan oleh pegawai atau karyawan kecil, polisi atau
prajurit rendahan, buruh kasar dan lain-lain. Ketiga, corruption by chance (peluang),
korupsi ini dilakukan karena adanya peluang yang besar untuk berbuat korup, peluang
besar untuk cepat kaya melalui jalan pintas, peluang cepat naik jabatan secara instan dan
sebagainya. Biasanya hal ini didukung oleh lemahnya sistem organisasi, rendahnya
akuntabilitas public, longgarnya pengawasan masyarakat, dan keroposnya penegakan
hukum, yang diperparah dengan sanksi hukum yang tidak membuat jera.

B.

Pengertian Pancasila
Menurut istilah Pancasila terdiri atas kata panca dan sila. Panca berasal dari

bahasa Sanskerta yang artinya lima dan Sila juga berasal dari bahasa Sanskerta yang

artinya dasar, sendi, atau azas. Jadi, Pancasila artinya lima dasar atau lima prinsip.
Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi
seluruh rakyat Indonesia. Lima sendi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dan tercantum pada paragraf ke-4
Pembukaan Undang-undang Dasar 1945.
C.

Pancasila Sebagai Benteng Anti Korupsi
Pentingnya pengetahuan Pancasila dan filsafat pancasila bagi seluruh rakyat

Indonesia sebagai cara untuk mewujudkan cita-cita bangsa yang berkeadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia. Oleh karena itu, internalisasi nilai-nilai Pancasila dapat
terwujud didahului dengan pengetahuan mendasar mengenai Pancasila. Banyak dari
rakyat Indonesia yang hanya menghapal Pancasila, tetapi tidak mengerti maksud dasar
dari Pancasila itu sendiri. Oleh karena itu, Pendidikan Pancasila mutlak diperoleh oleh
setiap rakyat Indonesia. Sistem nilai-nilai budayaPancasila akan dipertahankan melalui
proses-proses pendidikan, pemasyarakatan, pembudayaan, penataran, dan sebagainya.
Pentingnya Nasionalisme selalu berkaitan dengan upaya internalisasi nilai-nilai

Pancasila. Sikap bangga dan cinta terhadap negara Indonesia memang sangat penting
untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Nasionalisme yang rendah, memungkinkan
suatu bangsa akan mengalami perpecahan, terlebih Indonesia sebagai negara yang
beraneka ragam suku bangsa dan kebudayaan. Dengan semangat Nasionalisme, bangsa
dapat mempertahankan goncangan dari dalam dan dari luar.
Selain internalisasi Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, agama, kesenian,
adat-istiadat memainkan peranan yang sangat penting. Jika dilihat dari segi anggota
masyarakat, internalisasi (pembatinan) nilai-nilai budaya itu merupakan sarana untuk
mengakhiri dan menyelesaikan ketegangan-ketegangan atau persoalan yang selalu
timbul dalam setiap sistem sosial. Agama merupakan pondasi mutlak yang krusial bagi

pendidikan dan keluhuran sipil, dan kesatuan serta ketertiban negara. Alasannya karena
agama

memberikan

kewenangan

kepada


negara

sehingga

memungkinkannya

memerintahkan loyalitas dan kepatuhan warga negara. Negara menjadi sakral dan
pembangkangan sipil apapun atau tindakan

melawan negara merupakan masalah

pelanggaran hal-hal sakral. Selain itu, fungsi esensial agama adalah mendorong perilaku
luhur, yang pada saatnya menghasilkan suatu lingkungan kepercayaan dan kerja sama
saling menguntungkan. Melalui agama, sebuah masyarakat yang damai dan tertib dapat
diteguhkan, memiliki moral, kegigihan, dan kekuatan yang diperlukan untuk penjagaan
diri dalam dunia yang penuh tantangan (Joseph Losco, 2005).
Internalisasi atau penjiwaan nilai-nilai Pancasila memunculkan kesadaran diri
akan pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam segala aspek kehidupan, tanpa kecuali.
Selama kesadaran diri tertanam dalam setiap lapisan masyarakat dari warga negara
biasa hingga petinggi negara senantiasa memelihara standar-standar pribadi yang tinggi

serta menjauhi perilaku immoral dan melawan hukum maka dimungkinkan persoalan
korupsi dapat diatasi.
Selain itu, pemberantasan korupsi yang menjadi penyakit kronis bangsa ini harus
dilandasi dengan Pancasila. Kita sepakat korupsi merupakan musuh bersama yang harus
dilawan sampai kapanpun tanpa pandang bulu dan putus asa. Siapapun yang terlibat
harus diproses secara hukum. Terlebih lagi penyebaran penyakit ini telah menular
kemana-kemana hingga ke tingkat pemerintahan desa. Tentunya masalah ini tak bisa
dibiarkan terus mengalir begitu saja. Apalagi setiap harinya, pemberitaan korupsi di
media massa terus menghiasinya seolah rutinitas para pekerja pers yang tak bisa absen
dari liputannya. Namun seiring itupula tindak pidana korupsi semakin menjadi-jadi.
Pemberantasan korupsi bagi bangsa ini mutlak menjadi agenda penting yang bersifat
emergency. Disinilah diperlukan penegak hukum yang berani dan tidak takut pada
siapapun kecuali kepada Tuhan. Hanya ketakutan pada Tuhanlah lah yang harus
menjadi modal utama para penegak hukum dalam memproses kasus pidana korupsi
khususnya. Dalam kaitan ini kita sangat berharap pada institusi KPK terus menunjukan
taringnya tanpa takut pada pihak manapun. Disinilah makna spirit sila pertama
pancasila, ketuhanan Yang Maha Esa.

Selanjutnya, unsur keadilan bagi semua pihak yang terlibat kasus korupsi juga
harus menjadi landasan utama penengakan hukum. Sehingga tidak lagi melukai rasa

keadilan bagi masyarakat. Terlebih belakangan ini penanganan kasus-kasus korupsi
masih diskriminatif. Dalam hal inilah Pancasila sila ke dua jelas menegaskan bahwa
keadilan sosial hanya bagi seluruh rakyat Indonesia. Sebab hanya dengan bersikap
adillah yang akan memperkokoh dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa kita
sebagai mana tercantum dalam sila ke tiga.
Sila ke empat yang mengisyaratkan pentingnya kedaulatan rakyat sebagai
perumusan kebijakan dalam mengawasi jalannya proses pemberantasan korupsi bukan
malah terlibat di dalamnya. Kita sebagai rakyat sangat berharap pemberantasan korupsi
di negeri ini tidak surut. Namun begitu bukan berarti rakyat harus berdiam tetapi terus
melakukan pengawasan dengan caranya sendiri. Pemberantasan korupsi akan sulit
dilakukan tanpa adanya kesadaran dari seluruh elemen bangsa akan bahaya kejahatan
ini. Tentu hal ini bukan semata tanggung jawab penegak hukum semata. Tetapi menjadi
kewajiban kita sama-sama sebagai warga negara. Untuk itulah partisipasi publik dalam
hal ini jelas sangat diperlukan dan bisa menjadi masukan penting dalam proses
memberantas tindakan korupsi. Meski ekspetasi ini berlebihan dan hanya isapan jempol
di negeri ini, tetapi tidak berarti kita harus mundur atau bahkan putus asa.
Sila ke lima jelas memberikan spirit yang sangat konstruktif, artinya meski kita
muak dengan para tersangka kasus korupsi bukan berarti kita harus bercaci maki tanpa
memperdulikan atika-etika kemanusiaan. Sebab bagai manapun yang terlibat kasus
korupsi punya hak untuk diberikan keadilan dalam hukum. Namun begitu bukan berarti

para koruptor tidak semata-mata diberi keringanan dengan vonis hukum yang tidak adil.
Oleh karena korupsi merupakan kejahatan paling keji di negeri ini, sehingga harus
diberikan vonis yang berat dengan harapan dapat memberikan efek jera. Selama ini
vonis hukum bagi tersangka kasus korupsi tidak dapat memberikan efek yang sistematik
sehingga orang takut melakukan korupsi. Terlebih lagi suap menyuap merupakan
budaya yang tengah merajarela dalam sistem pemerintahan kita yang seolah menjadi hal
yang lumrah dalam memuluskan suatu persoalan. Gelinya lagi, hukum di Indonesia
masih berpihak pada yang memiliki uang.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila merupakan sumber nilai anti korupsi. Korupsi itu terjadi ketika ada
niat dan kesempatan. Kunci terwujudnya Indonesia sebagai negara hukum adalah
menjadikan nilai-nilai Pancasila dan norma-norma agama, serta peraturan perundangundangan sebagai acuan dasar untuk seluruh masyarakat Indonesia. Suatu pemerintah
dengan pelayanan publik yang baik merupakan pemerintahan yang bersih (termasuk
dari korupsi) dan berwibawa. Korupsi adalah perbuatan pelanggaran hukum, sebuah
tindak pidana. Hubungannya dengan Pancasila adalah melanggar sila ke lima, keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Karena korupsi itu menggerogoti kekayaan Negara
yang ujung-ujungnya adalah memiskinkan Negara dan juga rakyat. Upaya untuk
memberantas korupsi tidak semudah membalikkan telapak tangan. Korupsi bukan hanya
menghambat proses pembangunan Negara ke arah yang lebih baik, yaitu peningkatan
kesejahteraan serta penuntasan kemiskinan rakyat tapi juga korupsi merupakan akar dari
segala masalah yang menyebabkan nama baik negeri ini terus terpuruk di dunia
Internasional.
Ketidakdayaan hukum dihadapan orang kuat, ditambah minimnya komitmen
dari elit pemerintahan menjadi faktor penyebab mengapa Korupsi masih tumbuh subur
di Indonesia. Semua itu karena hukum tidak sama dengan keadilan, hukum datang dari
otak manusia penguasa, sedangkan keadilan datang dari hati sanubari rakyat. Tentunya
kita sebagai rakyat Indonesia akan terus mendorong dan mendukung upaya-upaya
pemberantasan korupsi negeri ini. Namun begitu butuh proses yang panjang dan mental
yang kuat dalam menjalaninya, kita berharap di masa yang akan datang Indonesia bisa
terbebas dari masalah kejahatan korupsi.

DAFTAR PUSTAKA
Kaelan. 2010. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Losco, Joseph dan Leonard Williams. 2005. Pholitical Theory, kajian klasik dan
kontemporer. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Rahima, Afifah. 2013. Budaya Korupsi dalam Perspektif Pancasila. (online)
http://politik.kompasiana.com/2013/03/15/budaya-korupsi-dalam-perspektifpancasila-543081.html . Diakses pada 20 November 2014.
Suhadi, dkk. 1980. Rangkuman Filsafat Pancasila. Solo: Tiga Serangkai