makalah Regulasi keuangan publik Indonesia

Tugas Akuntansi Sektor Publik

“Regulasi Keuangan Publik”

OLEH:
Manikam Aprilani
Marwah Razak
Naurah Atifah
Eko Hardianyah
Sudirman
Hisbullah

AKUNTANSI 7.8 ( D )

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA – GOWA
2015

BAB II

REGULASI KEUANGAN PUBLIK
1.

DEFINISI REGULASI PUBLIK
Regulasi berasal dari bahasa Inggis, yakni regulation atau peraturan. Dalam kamus bahasa
Indonesia (Reality publisher, 2008), kata “peraturan” mengandung arti kaidah yang dibuat untuk
mengatur, petunjuk yang dipakai untuk menata sesuatu dengan aturan, dan ketentuan yang harus
dijalankan serta dipatuhi. Jadi, regulasi publik adalah ketentuan yang harus dijalankan dan dipatuhi
dalam proses pengelolaan organisasi publik, baik pada organisasi pemerintahan pusat, pemerintahan
daerah, partai politik, yayasan, LSM, organisasi keagamaan/tempat peribadatan, maupun organisasi
sosial masyarakat lainnya.

2.

TEHNIK PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK
Tehnik penyusunan regulasi publik berupa rangkaian alur tahapan, sehingga regulasi publik
tersebut siap disusun dan kemudian ditetapkan serta diterapkan.


Pendahuluan

Perencanaan regulasi publik wajib mampu mendeskribsikan latar belakang perluna disusun
regulasi publik.



Mengapa diatur ?
Sebuah regulasi publik disusun karena adanya berbagai isu terkait ang membutuhkan tindakan
khusus dari organisasi publik.



Pemasalahan dan misi
Sebuah regulasi publik disusun dan ditetapkan jika solusi alternatif atau suatu permasalahan
telah dapat dirumuskan. Selain itu, penyusunan dan penetapan regulasi publik juga dilakukan
dengan misi tertentu sebagai wujud komitmen serta langkah organisasi publik menghadapi
rumusan solusi permasalahan yang ada.



Dengan apa diatur

Di setiap jenjang struktur pemerintahan dikenal regulasi tersendiri, seperti peraturan daerah atau
keputusan keputusan kepala daerah sebagai aturan di daerah, bentuk aturan lainnya adalah
Undang-Undang Dasar, Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang,
Peraturan Pemerintah dan Peraturan Presiden.



Bagaimana mengaturnya ?
Subtansi regulasi publik yang disusun harus bisa menjawab pertanyaan berbagai solusi atas
permasalahan yang ada akan dilaksanakan.



Diskusi/musyawarah
Materi regulasi publik harus disusun dan dibicarakan melalui mekanisme farum diskusi atau
pertemuan khusus publik yang membahas regulasi publik.



Catatan

Catatan yang dimaksud adalah hasil dari proses diskusi yang dilakukan sebelumnya.

3.

REGULASI DALAM SIKLUS AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Hasil regulasi dari siklus Akuntansi sektor publik
Regulasi Tahapan Dalam Siklus
Akuntansi Sektor Publik
Regulasi Perencanaan Publik
Regulasi Anggaran Publik
Regulasi Tentang Pelaksanaan
Realisasi Anggaran Publik

Regulasi Pengadaan Barang Dan Jasa
Regulasi
Pertanggugjawaban Publik

Leporan

Contoh Hasil Regulasi Publik

Perturan Pemerintah No.7/2005 Mengenai Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2006
Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara Tahun
Anggaran 2007.
- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 93 Tahun
2006 Tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintahan
Pusat Tahun Anggaran 2007
- Otorisasi Kepala Daerah Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA)
SK Gubernur Tentang Pemenang Dalam Pengadaan Barang
Dan Jasa.
Peraturan
Daerah
Tentang
Penerimaan
Laporan
Pertanggungjawaban Gubernur/Bupati/Walikota

Contoh Regulasi Publik Ang Mengatur Akuntansi Sektor Publik

tahapan dalam siklus akuntansi
sektor publik
Perencanaan publik

Contoh regulasi publik
-

Penganggaran publik

-

UU No.25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaaan
Pembangunan Nasional
Surat Edaran Bersama No.0295/M.PPN/I/2005050/166/SJ
Tentang Tata Cara Penyelenggaraan Musyawarah
Perencanaan Pembangunan tahun 2005
UU No.17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Daerah
UU No.33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan
Pusat dan Daerah
Permandagri No.13 tahun 2006 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah
Permandagri no.59 tahun 2007 tentang perubahan atas

Realisasi anggaran publik
Pengadaan barang dan jasa
Pelaporan keuangan sektor publik
Audit sektor publik

Pertanggungjawaban publik

4.

paraturan mentri dalam negeri nomor 13 tahun 2006
tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah
UU No.1 tahun 2004 tentang perbendaharaan negara
Peraturan presiden no.32 tahun 2005 tentang perubahan kedua
atas keputusan presiden nomor 80 tahun 2003 tentang
pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah
PP no.8 Tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja
instansi pemerintah

- UU no.15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan
tanggungjawab keuangan negara
- SK BPK No.1 tahun 2008 tentang standar pemeriksaan
keuangan negara
Peraturan pemerintah no.8 tahun 2006 tentang pelaporan
keuangan dan kinerja instansi pemerintahan.

PENYUSUNAN REGULASI PUBLIK


Perumusan Masalah
Penyusunan regulasi publik diawali dengan merumuskan masalah ang akan diatur.
Perumusan masalah publik meliputi hal-hal berikut:
a. Apa masalah publi yang ada !
b. Siapa masyarakat yang perilakunya bermasalah !
c. Siapa aparat pelaksana yang perilakunya bermasalah !
d. Analisis keuntungan dan kerugian atas penerapan regulasi publik !
e. Tindakan apa yang diperlukan untuk mengatasi masalah publik !




Perumusan Draft Regulasi Publik
Draft regulasi publik pada dasarnya merupakan kerangka awal yang dipersiapkan untuk
mengatasi mengatasi masalah publik yang hendak diselesaikan. Terkait dengan jenis regulasi
publik yang akan dibentuk, rancangan regulasi publik tersebut harus secara jelas
mendeskripsikan pebataan wewenang bagi lembaga pelaksana dan perilaku bagi organisasi
publik atau masyarakat yang harus mematuhinya.



Prosedur Pembahasan
Terdapat tiga tahap penting dalam pembahasan draft regulasi publik, yaitu dalam lingkup
tim teknis pelaksana organisasi publik (eksekutif), dengan lembaga legislatif (dewan penasihat,
dewan penyantun dan lain-lain), dan dengan masyarakat. Pembahasan pada lingkup tim teknis
adalah yang lebih merepresentasi kepentingan eksekutif(manajemen). Setelah itu, dilakukan

publik hearing (pengumpulan pendapat masyarakat). Pembahasan pada lingkup legislatif (DPR/
D misalnya) dan masyarakat biasanya sangat sarat dengan kepentingan politis.



Pengesahan Dan Pengundangan
Perjalanan terakhir dari draft regulasi publik adalah pengesahan yang dilakukan dalam
bentuk penandatanganan naskah oleh pihak organisasi publik (pimpinan organisasi). Dalam
konsep hukum, regulasi publik tersebut telah mempunyai kekuatan hukum materiil terhadap
pihak yang menyetujuinya. Sejak ditandatangani, rumusan hukum ang ada dalam regulasi
publik sudah tidak dapat diganti secara sepihak.

5.

REVIEW REGULASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
“Judicial Review” (hak uji materiil) merupakan kewenangan lembaga peradilan untuk
menguji kesahihan dan daya jual produk-produk hukum ang dihasilkan oleh eksekutif, legislatif,
serta yudikatif di hadapan konstitusi yang berlaku. Pengujian oleh hakim terhadap produk
cabang kekuasaan legislatif (legistaive acts) dan cabang kekuasaan eksekutif (executive acts)
adalah konsekuensi dari dianutnya prinsip ‘checks and balancees’, berdasarkan doktrin
pemisahan kekuasaan (separation of power).
Amandemen ketiga UUD 1945 telah menetapkan kewenangan untuk mereview undangundang yang terdapat di mahkama konstitusi (MK), sedangkan kewenangan mereview peraturan
perundang-undangan di bawah UU diserahkan ke MA. Hal ini berpotensi menimbulkan
masalah, seperti kemungkinan munculnya persengketaan antara pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah, atau di antara pemerintahan daerah karena adanya keputusan-keputusan

yang bersifat mengatur (regeling) ataupun keputusan-keputusan penetapan administratif
(bechikking) yang dianggap merugikan salah satu pihak.
Dalam melakukan proses judicial review, ada bberapa hal yang perlu diperhatiakan.
Pertama, setelah mengidentifikasi permasalahan yang ada mengenai regulasi terkait, surat
judicial review dapat diajukan kepada Mahkama Agung/ Mahkama Konstitusi Republik
Indonesia.

6.

DASAR HUKUM KEUANGAN PUBLIK DI INDONEDIA
a. Dasar Hukum Keuangan Negara
Hak dan kewajiban negara
Hak-hak negara yang dimaksud, mencakup:
(1) Hak monopoli mencetak dan mengedarkan uang
(2) Hak
untuk
memungut
sumber-sumber
keuangan, seperti pajak, bea dan cukai.
(3) Hak untuk memproduksi barang dan jasa yang
dapat dinikmati oleh khalayak umum, yang
dalam hal ini pemerintah dapat memperoleh
(kontra prestasi) sebagai sumber penerimaan
negara.

Kewajiban negara adalah berupa pelaksanaan
tugas-tugas
pemerintah
sesuai
dengan
pembukaan UUD 1945, yaitu:
(1) Melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah dara Indonesia;
(2) Memajukan kesejahteraan umum;
(3) Mencerdaskan kehidupan bangsa;
(4) Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.

Undang-undang No.17 tahun 2003 (tentang keuangan negara)
Undang-undang No.17 tahun 2003 adalah tonggak sejarah yang penting yang mengawali
reformasi keuanagan negara menuju pengelolaan keuangan ang efisien dan modern. Beberapa
hal penting ang diatur dalam undang-undang ini adalah:
1) Kekuasaan atas pengelolaan keuangan negara
2) Penyusunan dan penetapan APBN
3) Penyusunan dan penetapan APBD
4) Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan bank sentral, pemerintah daerah, serta
pemerintah/lembaga asing.
5) Hubungan keuangan antara pemerintah pusat dan perusahaan negara, parusahaan daerah,
perusahaan swasta, serta badan pengelola dana masyarakat.
6) Pertanggug jawaban pelaksanaan APBN dan APBD
Undang-ungdang No.1 tahun 2004 (tentang perbendaharaan negara)
Yang dimaksud dengan perbendaharaan negara dalam undang-undang ini adalah pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi serta kekayaan yang dipisahkan
yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. Berdasarkan pengertian tersebut, dalam undangundang nomor 1 tahun 2004 ini diatur mengenai:
 Ruang lingkup dan asas umum perbendaharaan negara
 Kewenangan pejabat perbendaharaan negara
 Pelaksanaan pendapatan dan belanja negara/daerah
 Pengelolaan uang negara/daerah
 Pengelolaan piutang dan utang negara/daerah

 Pengelolaan investasi dan barang milik negara/daerah
 Penatausahaan dan pertanggungjawaban APBN/APBD
 Pengendalian internal pemerintah
 Penyelesaian kerugian negara/daerah
 Pengelolaan keuangan badan layanan umum.
Undang-undang No.15 tahun 2004 (tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara)
Pemeriksaan keuangan negara meliputi pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara dan
pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan negara. Badan Pemeriksaan Keuangan (BPK)
melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang dilakukan oleh BPK meliputi
seluruh unsur keuangan negara, sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 undang-undang nomor 17
tahun 2003 tentang keuangan negara. Jika pemeriksaan dilaksanakan oleh akuntn publik
berdasarkan ketentuan undang-undang, laporan hasil pemeriksaan tersebut wajib disampaikan
kepada BPK dan dipublikasikan.
Pemerisaan terdiri dari pemeriksaan keuangan (pemeriksaan atas laporan keuangan),
pemeriksaan kinerja(pemeriksan atas pengelolaan keuangan negara yang terdiri atas pemeriksaan
aspek ekonomi dan efesiensi, serta pemeriksaan aspek efektivitas), dan pemeriksaan dengan
tujuan tertentu. Ketiga jenis pemeriksaan tersebut dilaksanakan berdasarkan standar pemeriksaan
yang disusun oleh BPK, setelah berkonsultasi dengan pemerintah.
Pelaksanaan pemeriksaan:
Penentuan objek pemeriksaan, perencanaan dan pelaksanaan pemeriksaan,penentuan waktu
dan metode pemeriksaan, serta penyusunan dan penyajian laporan pemeriksaan, dilakukan secara
bebas dan mandiri oleh BPK. Dalam merencanakan tugas pemeriksaan, BPK memperhatikan
permintaan, saran, dan pendapat lembaga perwakilan. Dan untuk melaksanakan hal itu, BPK dan
lembaga perwakilan dapat mengadakan pertemuan konsultasi.
Undang-undang No.25 tahun 2004 (tentang sistem perencanaan pembangunan nasional)
Perencanaan Pembangunan Nasional Menghasilkan:
(1) Rencana pembangunan jangka panjang;
(2) Rencana pembangunan jangka menengah;
(3) Rencana pembangunan tahunan.

Proses perencanaan sistem perencanaan pembangunan nasional dalam undang-undang ini
mencakup lima pendekatan dari seluruh rangkaian perencanaan, yaitu:
(1) Politik
(2) Teknokratik
(3) Partisipatif
(4) Atas-bawah (top-down)
(5) Bawah-atas (bottom-up)
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 Tentang Perubahan Kedua
Atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 Tentang Pedoman Pelaksanaan
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintahan
Dalam peraturan presiden, masalah pengadaan barang dan pendistribusian logistik pemilihan
kepala daerah dan wakil kepala daerah, yang penanganannya memerlukan pelaksanaan secara
cepat dalam rangka penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah ang
diselenggarakan sampai dengan bulan juli 2005, juga diatur berdasarkan peraturan perundangundangan.
b. Dasar Hukum Keuangan Daerah
Pada pasal 18 undang-undang dasar 1945, disebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik
Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi; selanjutnya, daerah provinsi itu dibagi lagi atas
kabupaten dan kota, dimana provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah
yang diatur dengan Undang-undang. Pemerintah daerah menjalankan otonomi yang seluasluasnya, urusan pemeruntah yang merupakan urusan pemerintah pusat, berdasarkan Undangundang. Pemerintah daerah berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi serta tugas pembantuan.
Dalam rangka penelenggaraan daerah otonomi, pasal 18 A (2) Undang-undang dasar 1945
menjelaskan bahwa hubungan keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan
sumber daya lainnya antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah diatur serta dilaksanakan
secara adil dan selaras berdasarkan Undang-undang.
c. Dasar Hukum Keuangan Organisasi Lainnya
Di Indonesia, beberapa upaya untuk membuat standar yang relevan dengan praktek-praktek
akuntansi di organisasi sektor publik telah dilakukan baik oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI)
maupun oleh pemerintah sendiri. Untuk organisasi nirlaba, IAI menerbitkan pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan Nomor 45 (PSAK No.45) tentang organisasi nirlaba. PSAK ini berisi

akidah-akidah atau prinsip-prinsip yang harus diikuti oleh organisasi nirlaba dalam membuat
laporan keuangan. Selain itu, juga lahir Undang-undang no.16 tahun 2001 tentang yayasan yang
mengatur masalah organisasi publik yang berbentuk yayasan. Juga ada regulasi publik terkait
dengan partai politik seperti Undang-undang no.2 tahun 2008 tentang bantuan keuangan kepada
partai politik.
7.

PERMASALAHAN REGULASI KEUANGAN PUBLIK DI INDONESIA
a. Regulasi Ang Berfokus Pada Manajemen
Regulasi ang berfokus pada pengaturan wilayah manajemen organisasi publik sering kali
mengaburkan proses pencapaian kesejahteraan masyarakat. Jadi, regulasi publik harus fokus
pada tujuan pencapaian organisasi publik yaitu kesejahteraan publik. Dengan demikian,
manajemen akan menata dirinya dalam segala situasi dan kondisi mengikuti regulasi yang
berfokus pada tujuan kesejahteraan publik tersebut.
b. Regulasi Belum Bersifat Teknik
Banyak regulasi publik di Indonesia yang tersusun dengan sangat baikuntuk tujuan
esejahteraan publik. Namun, banak diantara tidak dapat diaplikasikan dalam masyarakat. Hal ini
terjadi karena regulasi tersebut tidak menjelaskan atau tidak disertai dengan regulasi lain yang
membahas secara lebih teknis bagaimana mengimplementasikan regulasi tersebut.
c. Perbedaan Interpretasi antara Undang-Undang dan Regulasi di Bawahnya
Dalam banyak kajian, beberapa ayat atau pasal dari undang-undang atau regulasi terkait
sering menimbulkan berbagai interpretasi yang berbeda dalam pelaksanaannya. Di tingkat
daerah, sutansi dari isi undang-undang terkait tidak dapat diturunkan dalam peraturan daerah.
Kondisi ini membuat tujuan peraturan pemerintah tidak dapat tercapai sesuai konsep awalnya.
d. Pelaksanaan Regulasi Yang Bersifat Transisi Berdampak Pemborosan Anggaran
Saat ini, banyak regulasi yang bersifat transisi telah dilaksanakan secara bertahap dan
membutuhkan kapasitas tertentu untuk melaksanakannya. Hal ini akan mempengaruhi anggaran
yang senantiasa meningkat dan cenderung boros. Pemborosan anggaran akan menurunkan
kapasitas organisasi dalam menjalankan roda organisasi sehingga pencapaian tujuan organisasi
semakin menurun.
e. Pelaksanaan Regulasi Tanpa Sanksi
Sanksi yang dimaksud adalah hukuman jika organisasi publik tidak melaksanakan regulasi
tersebut. Dengan tidak adanya sanksi, organisasi akan seenaknya melaksakan dan tidak
melaksanakan regulasi tersebut.

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147

Dinamika Perjuangan Pelajar Islam Indonesia di Era Orde Baru

6 75 103

Perspektif hukum Islam terhadap konsep kewarganegaraan Indonesia dalam UU No.12 tahun 2006

13 113 111

Pengaruh Kerjasama Pertanahan dan keamanan Amerika Serikat-Indonesia Melalui Indonesia-U.S. Security Dialogue (IUSSD) Terhadap Peningkatan Kapabilitas Tentara Nasional Indonesia (TNI)

2 68 157

Sistem Informasi Pendaftaran Mahasiswa Baru Program Beasiswa Unggulan Berbasis Web Pada Universitas Komputer Indonesia

7 101 1