HUKUM ACARA SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA
HUKUM ACARA SENGKETA
KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA
HUKUM ACARA MAHKAMAH KONSTITUSI- Nur Widyastanti -
GRAPH 1
Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Sebelum Amandemen – Vertikal Hirarkis
GRAPH 1
Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Sebelum Amandemen – Vertikal Hirarkis
3. DPR: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT 4. DPD: DEWAN PERWAKILAN DAERAH 5. BPK: BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
3 UUD – 1945 MA Pasal 24 ayat (2) BPK Pasal 23E DPR Pasal 19 DPD Pasal 4 DPD PRESIDEN Pasal 4 MPR Pasal 2 MK Pasal 24C (1) GRAPH 2
Lembaga Negara Menurut UUD 1945
Setelah di Amendemen
--------
NOTE : 1. MPR: MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT 8.KY:KOMISI YUDISIAL 2. PRESIDEN - Pasal 61 sampai dengan Pasal 67 UU MK
- PMK Nomor 8/PMK/2006 tentang Pedoman Beracara dalam Sengketa Kewenangan Konstitusional Lembaga Negara
Ada kewenangan konstitusional yang dipersengketakan dimana
kewenangan Pemohon diambil/dikurangi oleh tindakan Termohon
- Pemohon harus memiliki kepentingan langsung dengan kewenangan yang dipersengketakan
Pemohon adalah lembaga negara yang menganggap kewenangan
konstitusionalnya diambil, dikurangi, dihalangi, diabaikan, dan/atau dirugikan oleh lembaga negara yang lain- Pemohon harus mempunyai kepentingan langsung terhadap kewenangan yang dipersengketakan
- Termohon adalah lembaga negara yang dianggap telah mengambil, mengurangi, menghalangi, mengabaikan, dan/atau merugikan pemohon
- menjadi pihak dalam SKLN” --
- Pasal 2 ayat (3) PMK 08/2006 : “MA tidak dapat menjadi pihak, baik sebagai Pemohon ataupun Termohon dalam sengketa kewenangan teknis peradilan
- Pendirian ini lahir dari permohonan uji materi yang diajukan 31 Hakim Agung, yg substansi sesungguhnya dianggap sengketa kewenangan
- HASIL PELAKSANAAN SATU WEWENANG MENURUT UUD 1945, MENYEBABKAN ADA TITIK SINGGUNG KEWENANGAN MK DAN PTUN, KRN SATU KEPUTUSAN TUN YANG INDIVIDUAL, KONKRIT DAN FINAL DIUJI OLEH PTUN, TETAPI
- AKIBATNYA TERDAPAT PILIHAN FORUM DAN PILIHAN HUKUM BAGI PEMOHON
- Putusan MK Nomor 001/SKLN - II/2004
- Putusan MK Nomor 002/SKLN – IV/2006
- Sidang Pendahuluan dilakukan dalam sidang Panel Hakim yang sekurang-kurangnya terdiri atas 3 (tiga) orang Hakim atau oleh Pleno Hakim yang sekurang-kurangnya terdiri atas 7 (tujuh) orang Hakim untuk memeriksa kelengkapan permohonan, kelengkapan bukti, meminta penjelasan materi permohonan, dan memberikan nasihat perbaikan. Perbaikan permohonan diberi waktu paling lama 14 hari.
- Pemeriksaan Persidangan dilakukan oleh Pleno Hakim yg sekurang-kurangnya terdiri atas 7 (tujuh) orang Hakim atau Panel 3 (tiga) orang Hakim berdasarkan keputusan RPH.
- Pemeriksaan persidangan dilakukan untuk mendengarkan materi permohonan, tanggapan termohon, tanggapan pihak terkait (bila ada), mendengarkan saksi/ ahli dan memeriksa dan mengesahkan bukti tambahan
- Sebelum MK menjatuhkan putusan, MK dapat mengeluarkan Putusan Sela (penetapan) yang isinya memerintahkan pada Pemohon dan/atau Termohon untuk menghentikan sementara pelaksanaan kewenangan yang dipersengketakan hingga dijatuhkan putusan MK
- Putusan Akhir adalah putusan yang mengakhiri sengketa kewenangan lembaga negara yang diajukan kehadapan Mahkamah Konstitusi, sebagai putusan tingkat pertama dan terakhir yang mengikat secara umum
- Putusan Mahkamah atau putusan Pengadilan pada umumnya didefnisikan ”perbuatan hakim sebagai perjabat yang
- Jika Pemohon atau permohonannya tidak memenuhi syarat seperti ketentuan Pasal 61, maka permohonannya dinyatakan tidak dapat diterima
- Jika permohonan tidak beralasan hukum, maka permohonan dinyatakan ditolak
- Jika permohonan Pemohon beralasan hukum, maka permohonan dikabulkan
- Apabila permohonan dikabulkan, maka dalam putusan MK menyatakan secara tegas bahwa Termohon tidak
- Pelaksanaan putusan yang menyatakan Termohon tidak berwenang untuk melakukan kewenangan yang dipersengketakan paling lama
- Putusan MK mengenai sengketa kewenangan disampaikan kepada DPR, DPD, dan Presiden
6. MA: MAHKAMAH AGUNG 7. MK: MAHKAMAH KONSTITUSI KY Pasal 24B
4 badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman
PUSAT DAERAH TUN Militer Agama Umum Lingkungan Peradilan PEMDA PROVINSI DPRD KPD PEMDA KAB/KOTA DPRD KPD kpu bank sentral
PERWAKILAN BPK PROVINSI
LEMBAGA-LEMBAGA DALAM SISTEM KETATANEGARAAN
BPK
DPR DPD MPR
MA MK
KY UUD 1945
TNI/POLRI dewan pertimbangan Kementerian Negara Presiden/ Wakil Presiden I
Lembaga Negara yang disebut secara eksplisit maupun secara tidak langsung disebut dalam UUD 1945 tetapi kewenangannya dirujuk
saja, yaitu:akan diatur lebih lanjut, atau lembaga negara yang diatur secara jelas kewenangannya dalam UUD 1945 maupun yang sekedar disebut
1) Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 2) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) 3) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) 4) Presiden 5) Wakil Presiden 6) Dewan Pertimbangan Presiden 7) Kementerian Negara 8) Duta 9) Konsul 10) Pemerintahan Daerah Propinsi yang mencakup 11) Jabatan Gubernur 12) DPRD Propinsi11) Pemerintahan Daerah Kabupaten, yang mencakup 12) Jabatan Bupati 13) DPRD Kabupaten 14) Pemerintahan Daerah Kota, yang mencakup 15) Jabatan Walikota 16) DPRD Kota. 17) Komisi Pemilihan Umum (KPU), yang akan diatur lebih lanjut dalam undang-undang 21) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) 18) Bank Sentral, yang akan diatur lebih lanjut dalam undang-undang 22) Mahkamah Agung (MA) 25) Tentara Nasional Indonesia (TNI) 24) Komisi Yudisial(KY) 23) Mahkamah Konstitusi (MK) 28) Kesatuan Masyarakat hukum adat 27) Pemerintah Daerah Khusus atau istimewa 26) Kepolisian Negara Republik Indonesia hlm 15)
Negara, (Jakarta: Konstitusi Press & PT Syaamil Cipta Media, 2006),
(Jimly Asshidiqie, Sengketa Kewenangan Konstitusional LembagaSENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA
SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YANG SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YANG MEMPEROLEH KEWENANGANNYA DARI UUD 1945 ADALAH MEMPEROLEH KEWENANGANNYA DARI UUD 1945 ADALAH SENGKETA YANG TIMBUL DALAM BIDANG HUKUM TATA SENGKETA YANG TIMBUL DALAM BIDANG HUKUM TATA NEGARA SEBAGAI AKIBAT SATU LEMBAGA NEGARA NEGARA SEBAGAI AKIBAT SATU LEMBAGA NEGARA MENJALANKAN KEWENANGAN YANG DIBERIKAN UUD 1945 MENJALANKAN KEWENANGAN YANG DIBERIKAN UUD 1945 PADANYA, TELAH MENGHILANGKAN, MERUGIKAN ATAU PADANYA, TELAH MENGHILANGKAN, MERUGIKAN ATAU MENGGANGGU KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA LAINNYA MENGGANGGU KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA LAINNYA
Sengketa (dispute) itu dapat terjadi karena
digunakannya kewenangan lembaga negara yang
diperolehnya dari UUD 1945, dan kemudian dengan
penggunaan kewenangan tersebut terjadi kerugian
kewenangan konstitusional lembaga negara lain
LEGAL STANDING PEMOHON SENGKETA
KEWENANGAN LEMBAGA NEGARAPASAL 61 (1) UU MK Pemohon adalah lembaga negara yang kewenangannya diberikan
oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang mempunyai kepentingan langsung terhadap
kewenangan yang dipersengketakan Perorangan warga negara
Indonesia Pemohon dan Termohon harus merupakan lembaga negara yang • kewenangannya diberikan oleh UUD 1945
LEGAL STANDING PEMOHON SENGKETA
KEWENANGAN LEMBAGA NEGARAPasal 2 PMK 08/2006
(1) Lembaga negara yang dapat menjadi pemohon atau termohon
dalam perkara sengketa kewenangan konstitusional lembaga negara adalah:▫ Dewan Perwakilan Rakyat (DPR); ▫ Dewan Perwakilan Daerah (DPD); ▫ Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR); ▫ Presiden; ▫ Badan Pemeriksa Keuangan (BPK); ▫ Pemerintahan Daerah (Pemda); atau ▫ Lembaga negara lain yang kewenangannya diberikan UUD 1945.
(2) Kewenangan yang dipersengketakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah kewenangan yang diberikan atau ditentukan oleh UUD 1945 Putusan Mahkamah Konstitusi yang kemudian diadopsi sebagai syarat legal standing dalam Pasal 3 Peraturan Mahkamah Konstitusi No. 08/PMK/2006, menetapkan tiga syarat untuk legal standing tersebut yaitu:
Pasal 65 UU MK : “MA (dan MK) tidak dapat
Pasal ini sudah dihapus dalam UU No. 8 Th. 2011
TITIK SINGGUNG MK-PTUN
SATU KEPUTUSAN (BESCHIKKING) SEBAGAI
SENGKETA KEWENANGAN LEMBAGA NEGARA YG MEMPEROLEH KEWENANGAN DR UUD 1945 MERUPAKAN KEWENANGAN MK;
LEGAL STANDING - SKLN - JURISPRUDENSI MK
……Bahwa KPU Kota Depok merupakan KPUD yang
kewenangannya diberikan oleh undang-undang dalam hal ini UU Pemda. Dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada), menurut UU Pemda dansebagaimana juga diakui oleh Pemohon, KPUD bukanlah bagian
dari KPU yang dimaksudkan Pasal 22E UUD 1945. Dengan demikian, meskipun KPUD adalah lembaga negara, namun dalampenyelenggaraan Pilkada kewenangannya bukanlah kewenangan
yangdiberikan oleh Undang-Undang Dasar, sebagaimana dimaksud
dalamPutusan MK Nomor 04/SKLN-IV/2006, menyatakan : ”Keseluruhan kewenangan tersebut diatur dalam undang-undang yang melaksanakan
Pasal 18, Pasal 18A dan pasal 18B UUD 1945. Pasal 18 ayat (6) adalah kewenangan yang diberikan oleh undang-undang dasar kepada pemerintahan daerah dan sekaligus juga
perintah kepada pembuat undang-undang agar
kewenangan tersebut tidak diabaikan dalam melaksanakan ketentuan Pasal 18, Pasal 18A dan Pasal 18B UUD 1945”KETENTUAN HUKUM ACARA UMUM
1. PLENO DAN KORUM
2. PIMPINAN PLENO
3. PANEL
4. SIDANG PEMERIKSAAN DAN PENGUCAPAN PUTUSAN TERBUKA UNTUK UMUM
5. RAPAT PERMUSYAWARATAN HAKIM (RPH) TERTUTUP
PELAKSANAAN PERSIDANGAN
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN (Pasal 11 (2) PMK 08/2006 )
1. Pemeriksaan Pendahuluan dilakukan oleh
Panel, sekurangnya 3 orang hakim;
2. Dihadiri oleh Pemohon atau kuasanya;
3. Dalam hal ada permohonan putusan sela,
pemeriksaan pendahuluan dihadiri Termohon;
PELAKSANAAN PERSIDANGAN
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
PELAKSANAAN PERSIDANGAN
PELAKSANAAN PERSIDANGAN
KEWENANGAN YG DISENGKETAKAN:
Dapat dijatuhkan apabila:
1. Terdapat kepentingan hukum yang mendesak yang apabila pokok permohonan dikabulkan dapat menimbulkan akibat hukum yang serius;
2. Kewenangan yang dipersoalkan bukan mengenai pelaksanaan putusan Pengadilan yang telah mempunyai Penarikan Permohonan
Pasal 18 PMK 08/2006
1. Penarikan dapat dilakukan sebelum/selama pemeriksaan
2. Apabila penarikan yang dilakukan setelah pemeriksaan, harus lebih dahulu mendengar keterangan termohon.
3. Permohonan penarikan dapat ditolak dan pemeriksaan dilanjutkan Akibat hukum Penarikan Permohonan(Pasal 19/PMK 08/2006)
Jika ditarik tidak dapat diajukan kembali dengan permohonan baru, kecuali apabila:
1. Substansi sengketa memerlukan
penyelesaian secara konstitusional
2. Tidak terdapat forum lain untuk
menyelesaikan sengketa dimaksud
3. Ada kepentingan umum yang
memerlukan kepastian hukum
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
berwenang yang diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum dan dibuat secara
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI
berwenang melaksanakan
kewenangan yang dipersengketakan
7 (tujuh) hari kerja sejak putusan diterima
dengan sanksi jika putusan tersebut tidak dilaksanakan dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, maka pelaksanaan kewenangan yang dipersengketakan tersebut batal demi hukum
SKLN I: Antara anggota DPD melawan Presiden dgn DPR 14 November 2004: Kewenangan Pemilihan BPK (068/SKLN-II/2004)
Ukuran Legal Standing SKLN dalam Putusan SKLN Bupati Bekasi (004/SKLN-IV/2006)
MK Menunda Pemilukada Aceh (1/SKLN-X/2012)
Divestasi Saham Newmont harus persetujuan DPR (2/SKLN-X/2012)
KPU berwenang melaksanakan Tahapan Pemilu Gubernur Papua (3/SKLN-X/2012)