Tugas observasi hukum waris PERDATA

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena hanya dengan berkat rahmat dan hidayahNya penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan laporan observasi dari Mata Kuliah
Hukum Perdata di Desa Majatengah.
Penulis menyusun laporan ini dengan bentuk sederhana agar dapat di mengerti oleh para
pembaca, dan dapat diserapi akan ilmu pengetahuan yang tersirat dalam laporan ini.
Kami menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam pembuatan laporan ini, oleh karena
itu kami mengharap saran maupun kritik dari para pembaca laporan ini, demi terciptanya
makalah yang lebih baik di masa yang akan datang.
Dalam proses penyelesaian laporan observasi ini saya berterimakasih kepada orangorang yang telah membantu saya yaitu :
1. Bapak Slamet Sumarto dan Ibu Citraresmi Widoretno Putri selaku dosen mata kuliah
Hukum Perdata.
2. Bapak Sarkono, selaku Kepala Desa Majatengah.
3. Bapak Darno selaku pemangku adat desa Majatengah yang telah membantu dalam
pelaksanaan observasi ini.
4. Dan semua pihak yang telah membantu dalam menyusun tugas observasi ini.
Demikian makalah ini kami buat semoga bermanfaat bagi pembaca dan penulis pada khususnya.

Semarang, 6 Mei 2016

Penulis


Page 1

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1
DAFTAR ISI2
BAB I3
PENDAHULUAN3
A. Latar Belakang3
B. Rumusan Masalah.4
C. Tujuan Penulisan................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..5
PENGERTIAN HUKUM WARIS………………….……………………………………..5
HAK MEWARISI MENURUT UNDANG-UNDANG8
PENGGANTIAN DALAM HUKUM WARIS............................................................................. 10
PENGERTIAN WASIAT ATAU TESTAMEN……………………………………….....12
PENOLAKAN PENERIMAAN WARISAN................................................................................. 15
KARAKTERISTIK PEMBAGIAN WARIS DI DESA MAJATENGAH…………...……17
BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..19

SIMPULAN.............................................................................................................................19
SARAN....................................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………....21
SURAT KETERANGAN OBSERVASI...................................................................................22
LAMPIRAN.............................................................................................................................23

Page 2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Hukum merupakan suatu yang penting bagi kelangsungan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Hukum adalah suatu alat untuk mengatur dan mengawasi setiap aspek – aspek
kehidupan di suatu negara agar semua kehidupan terjalin dengan aman, tenteram dan
sejahtera. Hukum memberikan suatu pengikat dalam berperilaku sesuai dengan norma dan
nilai yang dimiliki suatu negara.
Tatanan hukum yang setiap negara miliki pasti berbeda – beda berdasarkan pada
sistem pemerintahan dan bentuk masing – masing negara. Tidak ada suatu negara yang tidak
mempunyai tatanan hukum nasionalnya sendiri. Tanpa adanya tatanan hukum pasti sebuah

Negara tidak akan tentram karena tidak ada pembatasan dan landasan terhadap pola tingkah
laku rakyatnya.
Hukum perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur hubungan
hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitik beratkan pada
kepentingan perseorangan.Hukum perdata di Indonesia bersumber pada Kitab UndangUndang Hukum Perdata (KUHPer), ialah Hukum Perdata tertulis yang sudah dikodifikasikan
pada tangga 1 mei 1848. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata juga berasal dari bahasa
Belanda: Burgerlijk Wetboek, yang disingkat BW.
Dalam Hukum Perdata tersebut terdapat pembagian hukum tentang Hukum Perdata itu
sendiri salah satunya adalah pembagian waris dalam Hukum Perdata.Hukum waris adalah
bagian dari Hukum Harta Kekayaan, khususnya Hukum Benda. Hukum waris (Erfrecht,
KUHPer pasal 830) ialah hukum yang mengatur hukum harta kekayaan seseorang setelah ia
meninggal, terutama berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.

Page 3

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian hukum waris
2. Bagaimana pembedaan warisan
3. Bagaimana hak mewarisi menurut undang-undang
4. Bagaimana penggantian dalam hukum waris

5. Bagaimana tata cara penolakan penerimaan warisan
C. TUJUAN PENULISAN
1. Memahami pengertian hukum waris
2. Memahami pembedaan warisan
3. Mengetahui hak mewarisi menurut undang-undang
4. Mengetahui penggantian dalam hukum waris
5. Memahami tata cara penolakan penerimaan warisan

BAB II
PEMBAHASAN

Page 4

A. Pengertian hukum waris
Hukum waris merupakan bagian dari Hukum Harta Kekayaan, khususnya Hukum
benda. Hukum waris (Erfrecht, KUHPer pasal 830 dst) ialah hukum yang mengatur
kedudukan hukum harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal, terutama
berpindahnya harta kekayaan itu kepada orang lain.
Tata hukum memberi jaminan dan perlindungan terhadap perbuatan sewenangwenang atas kekayaan orang yang telah meninggal itu, dan menentukan siapa yang
berhak atas harta kekayaan tersebut. Ada dua cara untuk menyelenggarakan pembagian

warisan yaitu:
1. Pewarisan menurut undang-undang
Ialah pembagian warisan kepada orang-orang yang mempunyai hubungan
darah yang terdekat dengan si pewaris. Hubungan kekeluargaan sampai derajat
keberapa yang berhak menerima warisan, adalah ditentukan oleh undang-undang
(= warisan karena kematian = warisan ab intestato).
Pada pewarisan menurut undang-undang terdapat pengisian tempat
(plaatservulling) artinya apabila ahli waris yang berhak langsung menerima
warisan, telah mendahului meninggal dunia atau karena sesuatu hal dinyatakan
tidak patut menjadi ahli waris; maka anak-anaknya berhak menggantikan menjadi
ahli waris dan demikianlah seterusnya.
Apabila si pewaris yang meninggal dunia tidak meninggalkan keturunan,
suami atau istri maupun saudara-saudara, maka terjadilah pecah dua (kloving),
artinya warisan harus dibagi dalam dua bagian yang sama yaitu suatu bagian
untuk sekalian keluarga sedarah menurut garis pancar bapak lurus ke atas dan satu
bagian lain untuk keluarga yang sama garis pancar ibu.
2. Pewarisan berwasiat
Pembagian warisan kepada orang-orang yang berhak menerima warisan
atas kehendak terakhir (wasiat) si pewaris.Wasiat itu harus dinyatakan dalam
bentuk tulisan misalnya dalam akta notaris (warisan testamenter).

Orang yang mewaris disebut pewaris (erflater), orang yang menerima
warisan karena hubungan darah yang ditentukan dalam undang-undang disebut
ahli waris (erfgenaam) sedangkan orang yang menerima warisan karena wasiat
disebut waris berwasiat (legalitas) dan bagian warisan yang diterima oleh legalitas
disebut legaat.
Garis kekeluargaan untuk menetapkan warisan dapat dibedakan menjadi:
a. Garis menegak (line)

Page 5

Garis kekeluargaan langsung satu sama lain misalnya kakek-bapak-cucu
dihitung menurun, kalau sebaliknya dihitung menanjak.
b. Garis mendatar (zijlinie)
Garis kekeluargaan tak langsung satu sama lain, misalnya paman bapakpaman-keponakan-dan seterusnya.
Disamping itu ada bagian harta kekayaan yang disebut ligitieme portie (bagian
menurut undang-undang) yaitu bagian dari harta peninggalan yang menjadi hak ahli
waris menurut garis menegak yang tidak dapat diganggu gugat; artinya oleh si pewaris
tidak boleh diberikan kepada orang lain baik pada masa hidupnya maupun sesudah ia
meninggal. Ahli waris berhak atas ligitieme portie itu disebut ligitimaris, seperti
anak,cucu, dan orang tua.

Pembedaan warisan
Warisan dapat dibedakan antara:
a. Warisan ab intestato (hukum waris menurut undang-undang)
Warisan ab intestato adalah warisan yang terjadi karena ketentuan undangundang.Pada warisan ab intestato ini, yang berhak menerima bagian
warisan ialah mereka yang saling mempunyai hubungan darah.
b. Warisan testamenter (hukum waris menurut surat wasiat testamen)
Warisan testamenter yaitu warisan yang terjadi karena penunjukkan
sepihak dalam surat wasiat pada satu atau lebih ahli waris oleh pewaris.
Warisan yang berdasarkan atas tastemen ini disebut legaat.Semua warisan ab
intestate, disebut legitimaris.
Hak-hak waris ab intestate (pasal 831-894 KUHPer)
a. Kalau beberapa orang yang saling mempunyai hak untuk waris-mewaris, mati
bersama-sama dalam suatu kecelakaan atau pada hari yang bersamaan, sementara tidak
diketahui siapa yang mati lebih dahulu, maka mereka dianggap mati pada saat yang
sama. Oleh sebab itu tidak ada perpindahan warisan dari yang satu terhadap yang
lainnya.
Contoh: A dan B adalah suami istri. Pada suatu hari A dan B pergi dengan sebuah
mobil, tetapi di tengah-tengah jalan mobil yang ditumpangi tadi tergelincir, hingga
menyebabkan matinya kedua orang tadi. Tapi tidak seorangpun yang mengetahui siapa


Page 6

yang mati terlebih dahulu; maka A dan B ini dianggap mati pada saat yang sama,
sehingga tidak ada perpindahan warisan antara A dan B.
b. Kalau salah seorang diantara suami-istri itu mati lebih dahulu, maka suami atau istri
yang masih hidup, dianggap mempunyai kedudukan yang sama dalam mewarisi
peninggalan suaminya atau itrinya yang meninggal tadi. Tetapi kalau suami atau istri
yang masih hidup tadi melangsungkan perkawinan yang kedua dan seterusnya,sedang
suami atau istri yang mati tadi meninggalkan keturunan, maka suami atau istri yang
masih hidup itutidak dapat menerima bagian warisan melebihi bagian yang terkecil
dari salah satu anak tersebut. Dan kalau pihak yang baru kawin tadi meninggal, maka
ahli waris yang mengganti kedudukannya hanya dapat menerima warisan tidak lebih
dari bagian dari benda-benda pewaris. Demikian juga pihak yang masih hidup dan
melangsungkan perkawinannya yang kedua dan seterusnya itu tidak boleh
menyerahkan hak eigendom kepada suami atau istri yang baru tersebut. Warisan hanya
timbul karena adanya kematian salah satu pihak (pasal 830 KUHPer)
Akibat hukum dari kewarisan (pasal 257-258 KUHPer)
a. Semua tuntutan yang dilakukan oleh suami sebelum matinya, gugur, kalau semua ahli
warisnya tidak melanjutkan dalam tempo dua hari dihitung dari saat matinya suami itu.
b. Kalau tuntutan hukum ini mengenai karagu-raguan terhadap sahnya seorang anak,

maka tuntutan itu harus dilanjutkan dalam tempo dua bulan sejak anak tersebut
mendapat hak milik dari benda suami (ayah atau pada waktu dimana ahli waris
diganggu dalam bezit oleh anak-anak)
c. Tetapi kalau suami meninggal itu sebelum ia dapat melaksanakan hak-haknya atau
kalau hal itu sedang berjalan, maka ahli waris tidak dapat menyangkal sahnya anak.
d. Benda-benda (harta kekayaan) warisan yang tidak ada ahli warisnya menurut undangundang jatuh keterangan Negara (pasal 832 KUHPer)
Orang yang tidakk sah menerima warisan
a. Orang yang telah dipidana karena telah membunuh atau mencoba membunuh pewaris.
b. Orang yang karena putusan hakim telah terbukti bahwa ia telah memfitnahkan si mati
dalam perkara berbuat kejahatan yangdiancam dengan hukuman lima tahun, atau lebih
(pasal 838 KUHPer)

Page 7

c. Orang yang dengan jalan paksa atau dengan tindakan lain menyuruh membuat wasiat
atau menggugurkan wasiat.
d. Orang yang telah menggelapkan, merusakkan atau memalsukan surat wasiat orangg
yang telah meninggal.
B. Hak mewarisi menurut undang-undang
Siapa yang berhak mewarisi harta peninggalan seseorang diatur sebagai berikut

oleh undang-undang.Untuk menetapkan itu, anggota-anggota keluarga si meninggal
dibagi dalam berbagai golongan.Jika terdapat orang-orang dari golongan pertama,
mereka itulah yang bersama-sama berhak mewarisi semua harta peninggalan.Sedangkan
anggota keluarga lain-lainnya tidak mendapat bagian satu apapun.Jika tidak dapat
anggota keluarga dari golongan pertama itu, barulah orang-orang termasuk golongan
kedua tampil ke muka sebagai ahli waris.Seterusnya, jika tidak terdapat keluarga dari
golongan kedua, barulah orang-orang dari golongan ketiga tampil ke muka.
1. Dalam golongan pertama
Dimasukkan anak-anak beserta turunan-turunan dalam gari lencang ke
bawah dengan tidak membedakan laki-laki atau perempuan dan dengan tidak
membedakan urutan kelahiran.Mereka itu mengecualikan lain-lain anggota
keluarga dalam garis lencang ke atas dan garis samping, meskipun mungkin
diantara anggota-anggota keluarga yang belakangan ini ada yang derajatnya lebih
dekat dengan si meninggal.
Hak mewarisi dari suami atau istri dari si meninggal, baru sejak tahun
1935 (di negeri Belanda tahun 1923) dimasukkan dalam undang-undang, yaitu
mereka dipersamakan dengan seorang anak yang sah. Akibatnya peraturan baru
ini, apabila tiada terdapat anak sama sekali, suami atau istri itu mengecualikan
lain-lain anggota keluarga. Kejadian yang semacam ini memang telah ditentang
keras oleh aliran yang berpendirian bahwa kepada suami atau istri itu sebenarnya

sudah cukup diberikan hak untuk memungut hasil dari harta peninggalan saja.
2. Dalam golongan kedua
Dimasukkan orang tua dari saudara-saudara si meninggal. Pada asasnya
orang tua itu dipersamakan dengan saudara, tetapi bagi orang tua diadakan
peraturan-peraturan yang menjamin bahwa ia pasti mendapat bagian yang tidak
kurang dari seperempat harta peninggalan.
Jika tidak terdapat sama sekali anggota keluarga dari golongan pertama
dan kedua, harta peninggalan itu dipecah menjadi dua bagian yang sama. Satu

Page 8

untuk para anggota keluarga pihak ayah dan yang lainnya untuk para anggota
keluarga pihak ibu si meninggal.Dalam masing-masing golongan ini, lalu
diadakan pembagian seolah-olah disitu telah terbuka suatu warisan sendiri.Hanya
disitu tidak mungkin terjadi suatu pemecahan (kloving) lagi, karena pemecahan
hanya mungkin terjadi satu kali saja. Jika dari pihak salah satu orang tua tiada
terdapat ahli waris lagi, maka seluruh warisan jatuh pada keluarga pihak orang tua
yang lain.
Bagian seorang anak yang lahir di luar perkawinan, tetapi diakui (erkend
natuurlijk) itu bergantung pada berapa adanya anggota keluarga yang sah. Jika
ada ahli waris dari golongan pertama, maka bagian anak yang lahir di luar
perkawinan tersebut, sepertiga dari bagian yang akan diperolehnya seandainya ia
dilahirkan dari perkawinan yang sah. Dan jikalau ia bersama-sama mewarisi
dengan anggota-anggota keluarga dari golongan kedua, bagiannya menjadi
separuh dari bagian yang akan diperolehnya seandainya ia dilahirkan dari
perkawinan yang sah. Pembagian warisan, harus dilakukan sedemikian rupa,
sehingga bagian anak yang lahir diluar perkawinan itu harus dihitung dan
dikeluarkan lebih dahulu, barulah sisanya dibagi antara ahli waris yang lainnya,
seolah-olah sisa itu warisan yang masih utuh.
Contoh: jika ada 2 orang anak yang lahir diluar perkawinan, disamping 3
orang anak yang sah, maka yang pertama akan menerima masing-masing 1/3×1/5,
atau bersama-sama 2/5. Bagian ini harus diambil lebih dahulu, dan sisanya 13/15
dibagi antara anak-anak yang sah, yang karenanya masing masing mendapat
13/15 bagian dari warisan. Juga terhadap anak yang lahir diluar perkawinan,
undang-undang memuat pasal-pasal perihal “penggantian” (plaatsvervulling)
sehingga apabila ia meninggal terlebih dahulu ia dapat digantikan oleh anakanaknya sendiri.
C. Penggantia dalam hukum waris
Menurut undang-undang ada tiga macam penggantian (representatie).
1. Penggantian dalam garis lencang ke bawah
Ini bisa terjadi dengan tiada batasnya. Tiap anak yang meninggal terlebih
dahulu, digantikan oleh semua anak-anaknya, begitupula jika dari penggantipengganti ini ada salah satu yang meninggal lebih dahulu lagi, ia juga digantikan
oleh anak-anaknya, dan begitu seterusnya, dengan ketentuan bahwa segenap

Page 9

keturunandari satu orang yang meninggal lebih dahulu harus dianggap sebagai
suatu staak “cabang” dan bersama-sama memperoleh bagian orang yang mereka
gantikan. Dengan demikian, jika semua anak telah meninggal lebih dahulu,
sehingga hanya ada cucu maka mereka ini mewarisi atas dasar penggantian,
artinya tidak uit eigen hoofde. Mereka dapat mewarisi secara langsung (uit eigen
hofde) apabila semua anak si meninggal ternyata onwaardig, onterfd atau
menolak warisannya. Dalam hal ini, tidak mungkin terjadi penggantian, sebab
anak-anak si meninggal masih hidup dan hanya orang yang telah mati saja dapat
digantikan.Tetapi karena dalam keadaan tersebut tidak terdapat ahli waris dalam
tingkat ke satu, maka cucu-cucu tersebut tampil ke muka sebagai golongan ahli
waris yang terdekat dan karenanya mereka itu lalu mewarisi atas dasar
kedudukannya sendiri-sendiri (uit eigen hoofde)
2. Penggantian dalam garis samping (zijline)
Dimana tiap saudara si meninggal baik sekandung maupun saudara tiri
jika meninggal lebih dahulu, digantikan oleh anak-anaknya.Juga penggantian ini
dapat dilakukan dengan tiada batasnya.
3. Penggantian dalam garis samping
Dalam hal yang tampil ke muka sebagai ahli waris anggota-anggota
keluarga yang lebih

jauh tingkat hubungannya dari pada seorang saudara,

misalnya seorang paman atau keponakan. Disini ditetapkan bahwa saudara dari
seorang yang tampil ke muka sebagai ahli waris itu jika meninggal lebih dahulu
dapat juga digantikan oleh turunannya.
Contoh cara penggantian dalam hukum waris
Untuk penjelasan diberikan contoh sebagai berikut:
A yang meninggal dengan tidak meninggalkan testamen, mempunyai seorang istri, 3
orang anak X,Y dan Z yang masing-masing mempunyai anak lagi, yaitu X seorang anak
X1, Y dua orang anak Y1 dan Y2, Z tiga orang anak Z1, Z2, dan Z3 dan lagi 2 saudara
dari A, yaitu B dan C.
1. Jika istri dan anak-anak masih hidup semuanya, maka istri mendapat
juga masing masing anak mendapat

Page
10

1
4

dari beodel.

1
4

seperti

2. Jika Y sudah meninggal lebih dahulu, istri mendapat

1
,X
4

1
, Y1 dan Y2
4

merupakan suatu “staak”.
3. Jika istri, maupun semua anak telah meninggal lebih dahulu, maka X1 mendapat
1
, Y1 dan Y2 masing-masing
3

1
6

dan Z1, Z2 dan Z3 masing-masing

1
9

(peraturan warisan “bijstaken”)
4. Jika istri sudah meninggal, sedangkan Z menolak warisannya, maka X dan Z
masing-masing mendapat separuh dari boedel. Anak-anak Z tidak mendapat apaapa, sebab dengan menolak warisan, Z dianggap tidak pernah menjadi waris, dan
tidak dapat digantikan oleh anak-anaknya karena ia masih hidup.
5. Jika istri sudah meninggal dan semua anaknya menolak warisannya, maka semua
cucu mewarisi atas dasar kedudukannya sendiri-sendiri (“uit eigen hoofde”), jadi
1
.
6
Ini berarti suatu keuntungan bagi anak-anak Z,tetapi suatu kerugian bagi anak X,
karena ada 6 orang masing-masing mendapat

sebab atas dasar penggantian anak Z hanya akan mendapat

1
, sebaliknya anak
9

1
.
3
6. Jika istri, semua anak dan semua cucu telah meninggal, maka harta peninggalan
X akan mendapat

akan diwarisi oleh B dan C masing-masing untuk separuh.
Diperingatkan, bahwa seorang lelaki bagiannya sama saja dengan seorang
perempuan, dan diantara orang-orang dari satu golongan atau dari satu cabang,
warisan itu selalu dibagi sama rata.
D. Pengertian wasiat atau testamen
Wasiat pada umumnya adalah keterangan dari seseorang tentang hal-hal yang
akan terjadi setelah ia meninggal. Keterangan tadi dapat ditarik kembali, kecuali tentang
hal-hal yang telah ditentukan.
Surat wasiat harus dibuat dengan akta notaris, dan juga harus memenuhi syarat
lain seperti yang telah ditetapkan oleh undang-undang. Mungkin juga dalam surat wasiat
itu terdapat codicil, yaitu surat dibawah tangan untuk menunjuk pelaksanaan suatu
warisan atau menentukan pemakaman. Oleh sebab itu surat wasiat itu dapat berarti
formal maupun materiil.

Page
11

Tiga macam testamen (surat wasiat)
Menurut bentuknya ada tiga macam testament yaitu:
1. Openbaar testament
Dibuat oleh seorang notaris, orang yang akan meninggalkan warisan
menghadap pada notaris dan menyatakan kehendaknya. Notaris itu membuat surat
akte dengan dihadiri oleh dua orang saksi. Bentuk ini paling banyak dipakai dan
juga memang yang paling baik, karena notaris dapat mengawasi isi surat wasiat
itu, sehingga ia dapat memberikan nasihat-nasihat supaya isi testament tersebut
tidak bertentangan dengan undang-undang.
2. Olographis testament
Harus ditulis dengan tangan orang yang aka meninggalkan warisan itu
sendiri (eigenhanding).Harus diserahkan sendiri kepada seorang notaris untuk
disimpan (gedeponeerd).Penyerahan tersebut harus pula dihadiri oleh dua orang
saksi.Sebagai tanggal testamen itu berlaku diambil tanggal akta penyerahan (akte
van depot).Penyerahan pada notaris dapat dilakukan secara terbuka atau secara
tertutup. Mengenai testamen yang diserahkan secara tertutup, ditetapkan bahwa
apabila si pembuat testamen itu meninggal, testamen itu harus diserahkan oleh
notaris pada Balai Harta Peninggalan (weeskamer), yang akan membuka testamen
itu. Pembukaan testamen tersebut harus dibuat proses-verbal. Jikalau si pembuat
testamen hendak menarik kembali wasiatnya, cukup;ai ia meminta kembali surat
wasiat yang disimpan oleh notaris itu.
3. Testamen rahasia
Dibuat sendiri oleh yang akan meninggalkan warisan, tetapi tidak
diharuskan ia menulis dengan tangannya sendiri. Suatu testamen rahasia harus
selalu tertutup dan disegel.Penyerahannya kepada notaris harus dihadiri oleh
empat orang saksi, jadi llebih dari biasanya yang hanya dibutuhkan dua orang
saksi.Orang yang menjadi saksi pada pembuatan atau penyerahan suatu testamen
kepada seorang notaris, harus orang yang sudah dewasa, penduduk Indonesia dan
mengerti benar bahasa yang digunakan dalam testamen atau akta penyerahan itu.
Perlu diperingatkan bahwa menurut pasal 4 staatsblad tahun 1924 No. 556,
bagi seorang golongan Timur Asing yang bukan Tionghoa (misalnya orang Arab)
hanya diberikan kemungkinan mempergunakan bentuk openbaar testamen.
Codicil
Page
12

Codicil adalah suatu akta dibawah tangan (jadi codicil bukan akta notaris),
dimana orang yang akan meninggalkan warisan itu menetapkan hal-hal yang tidak
termasuk dalam pemberian atau pembagian warisan itu sendiri. Misalnya membuat
pesanan-pesanan tentang penguburan mayatnya.Juga pengangkatan seorang executeurrestamentair lazim dilakukan dalam suatu codicil.
Untuk dapat membuat suatu testamen seorang harus sudah mencapai umur 18
tahun.Selanjutnya orang yang membuat suatu testamen harus sungguh-sungguh
mempunyai pikiran yang sehat.Jika dapat dibuktikan bahwa pada waktu orang itu
membuat testamen pikiranyya tidak sehat atau sedang terganggu, testamen itu dapat
dibatalkan oleh hakim.
Fidel-commis
Fidel-commis adalah suatu pemberian warisan kepada seorang waris dengan
ketentuan ia wajib menyimpan warisan itu dan setelah lewat suatu waktu atau apabila si
waris itu sendiri telah meninggal, warisan itu harus diserahkan kepada seorang lain yang
sudah ditetapkan dalam testamen. Orang yang akan menerima warisan terkemudian ini
dinamakan “verwachter”. Karena itu menerima warisan itu dengan melewati tangan waris
yang pertama, maka cara pemberian waris semacam ini oleh undang-undang dinamakan
juga erfstelling “over de hand” yaitu suatu pemberian warisan secara melangkah.
Perkataan fidei-commis berasal dari “fides” yang berarti kepercayaan.Warisan itu seolaholah dipercayakan pada waris yang pertama ditunjuk.
Legitime portie
Sebagaimana telah diterangkan para ahli waris dalam garis lencang baik ke bawah
maupun ke atas, berhak atas “legitime portie”, yaitu suatu bagian tertentu dari harta
peninggalan yang tidak dapat dihapuskan oleh orang yang meninggalkan warisan.
Dengan kata lain mereka itu tidak dapat “onterfd”. Hak atas legitime portie barulah
timbul bila seseorang dalam suatu keadaan sungguh-sungguh tampil ke muka sebagai ahli
waris menurut undang-undang.Misalnya saja, jika si meninggal mempunyai anak-anak
atau cucu-cucu, maka orang tua tidak tampil ke muka sebagai ahli waris.Kerenanya juga
tidak berhak atas suatu legitime portie.Seorang yang berhak atas suatu legitime portie
dinamakan “legitimaris”.Ia dapat minta pembatalan tiap testamen yang melanggar haknya
Page
13

tersebut. Ia berhak pula untuk menuntut supaya diadakan pengurangan “inkorting”
terhadap segala macam pemberian warisan, baik yang berupa erfstelling maupun yang
berupa legaat, atau segala pemberian yang bersifat schenking yang mengurangi haknya.
Tentang berapa besarnya legitime portie bagi anak-anak yang sah ditetapkan oleh
pasal 914 B.W. Sebagai berikut:
1. Jika hanya ada seorang anak yang sah maka legitime portie berjumlah separuh
dari bagian yang sebenarnya, akan diperolehnya sebagai ahli waris menurut
undang-undang.
2. Juka ada dua orang anak yang sah maka jumlah legitime portie untuk masingmasing

2
3

dari bagian yang sebenarnya akan diperoleh sebagai ahli waris

menurut undang-undang.
3. Jika ada tiga orang anak yang sah atau lebih tiga orang, maka jumlah legitime
portie itu

3
4

dari bagian yang sebenarnya akan diperoleh masing-masing

sebagai ahli waris menurut undang-undang.
E. Penolakan penerimaan warisan
Telah dikatakan bahwa hak dan kewajiban pewaris menurut hukum berpindah
kepada ahli warisnya setelah ia meninggal, tetapi selama belum ada orang yang
menyatakan diri sebagai ahli waris, maka hal ini masih diragu-ragukan.
Oleh sebab itu dalam hubungan ini dapat timbul kemungkinan-kemungkinan
antara lain sebagai berikut:
1. Penerimaan sepenuhnya
Kalau ahli waris sudahmenerima sepenuhnya maka ahli waris tersebut
bertanggung jawab atas segala hutang warisan; milik pribadi ahli waris ikut
menjadi harta pertanggung jawaban terhadap undang-undang warisan.
Tetapi kalau ahli waris ini mendapat bagian-bagian warisan menurut ketentuanketentuan pembagian, maka pertanggung jawaban juga sesuai dengan bagian yang
diperolehnya.
2. Penolakan
Kalau mereka menolak, hal ini berarti bahwa mereka melepaskan pertanggung
jawaban sebagai ahli waris, dan juga menyatakan tidak menerima pembagian
harta peninggalan. Tetapi kalau sama sekali menolak sehingga tidak ada seorang
ahli waris pun yang ditunjuk oleh undang-undang maka akibatnya kekayaan itu
jatuh ketangan Negara (pasal 1058 KUHPer).

Page
14

3. Penerimaan dengan syarat
Kalau penerimaan disertai syarat pendaftaran dulu harta kekayaan, maka
akibatnya adalah:
a. Pembayaran utang-utang
b. Harta sendiri tidak ikut menjadi hartapertanggungan
c. Hanya diterima dari harta warisan yang telah diperuntukan pembayaran
hutang.
d. Legat hanya sebesar aktiva warisan tersebut
Kemungkinan demikian berlaku bagi seorang wali atau curator, sebaliknya hal ini
tidak berlaku bagi mereka yang telah menolak dengan terang-terangan dan tidak berlaku
bagi ahli waris yang telah menerima sepenuhnya (pasal 1032 KUHPer).
Pemisahan harta benda warisan (pasal 1107 KUHPer)
Yang dimaksud dengan pemisahan harta benda warisan adalah pemisahan antara
harta benda warisan dengan harta benda ahli waris yang menerima warisan itu.
Pemisahan harta benda penting sekali untuk menjaga timbulnya perselisihan antara para
ahli waris, misalnya kalau hanya seorang saja yang menerima warisan,maka dalam hal ini
terjadilah penggabungan antara harta benda warisan dengan harta benda ahli waris.
Penggabungan ini tidak hanya mengenai harta benda saja, tetapi semua hutang-hutang
pewaris juga menjadi tanggung jawab ahli waris yang menerima waris tadi. Tetapi dalam
hal ini para kreditur dan para legataris dapat meminta diadakannya pemisahan harta
benda, yaitu pemisahan harta benda warisan dengan harta benda ahli waris, dan akibatnya
bagi ahli waris berlakulah peraturan penerimaan beneficiair, artinya ahli waris hanya
menerima bagian warisan setelah dari harta benda warisan itu dibayarkan hutang-hutang
pewaris. Sebaliknya kalau ada dua orang atau lebih ahli waris yang menerima warisan,
maka mereka bersama-sama berhak atas harta benda warisan itu, demikian juga mereka
bersama-sama bertanggung jawab atas hutang-hutang pewaris, dalam hal ini berlaku juga
atas mereka penerimaan bebeficiair.Mereka masing-masing tidak berhak atas benda
warisan tertentu, melainkan sebagai peserta saja.
Pemisahan harta benda ini bertujuan untuk memberi ketegasan dan menjadi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya perselisihan mengenai pembagian warisan.Maka
dengan diadakannya pemisahan harta benda itu, mereka dengan mudah dapat menerima

Page
15

warisan menurut bagiannya masing-masing yaitu setelah harta warisan itu dikurangi
dengan jumlah utang-utang pewaris.
Warisan yang tidak bertuan (pasal 1126 KUHPer)
Adapun yang dimaksud dengan warisan yang tidak bertuan ialah apabila setelah
dibukanya warisan tidak seorangpun bertindak sebagai ahli waris. Maka yang berhak
menerima warisan yang tak bertuan ini adalah:
1. Para kreditur
2. Para legataris
3. Ahli waris yang ketika dibuka warisan sedang bepergian atau karena suatu hal
belum dapat bertindak.
4. Jika tidak ada semua yang disebut diatas atau tidak seorangpun yang menyatakan
sebagai ahli waris, maka yang behak adalahnegara.
F. Karakteristik pembagian waris di desa Majatengah
Pada saat ini pembagian waris yang diterapkan di Desa Majatengah menganut
sistem yang modern yaitu dibagi sama rata. Contoh : X dan Y merupakan ahli waris dari
A, si A meninggalkan harta warisan berupa tanah yang luasnya 400 meter, maka X dan Y
akan menerima masing-masing 200 meter.
Saat terjadi pembagian waris pihak desa hanya akan memproses dan memfasilitasi
jika sudah terjadi kesepakatan antara pihak keluarga, maka barulah desa akan
memprosesnya. Pihak desa akan mengukurkan pembagian waris tersebut dan nantinya
akan di buatkan sebuah surat atau biasanya di sebut dengan SPPT yaitu sejenis surat
pajak yang nantinya akan diganti namanya menjadi pemilik si pewaris tersebut. Setelah
itu barulah disahkan oleh notaris untuk mendapatkan pengukuhan/sertifikat, jika sudah di
sahkan oleh notaris maka sudah tidak dapat dirubah dan tidak dapat diganggu gugat lagi.
Terdapat beberapa contoh pembagian waris di desa Majatengah yaitu:
1. Di keluarga mbah rono, dia memiliki sebidang tanah yang luas maka sebelum
masuk ke pihak desa pihak keluarga tersebut akan melakukan musyawarah atau
berunding terlebih dahulu untuk pembagian warisan tersebut dan ketika dari pihak
keluarga sudah memiliki kesepakatan maka akan dibawa ke pihak desa dan
nantinya pihak desaa akan melakukan pengukuran, setelah itu akan dibawa ke
notaris untuk kemudian disahkan dan sudah tidak dapat diganggu gugat lagi.
2. Keluarga A memiliki 2 orang anak sebut saja X dan Y, A meninggalkan warisan
berupa sawah kepada X dan Y, karena X dan Y merupakan orang sukses yang
tidak tinggal di desa tersebut maka nantinya sawah yang diwariskan tersebut akan
Page
16

digarapkan ke orang lain dan dalam kasus ini maka akan digarapkan dan
hukumnya maro.
3. Keluarga A memiliki 2 orang anak yaitu anak yang pertama merupakan anak
kandung dan anak yang kedua merupakan anak adopsi, maka nantinya pembagian
waris yang terjadi adalah anak pertama yang merupakan anak kandung
mendapatkan semua bagian warisan dan anak kedua yang merupakan anak adopsi
akan mendapatkan bagian juga tetapi bukan disebut sebagai warisan melainkan
hibah.
Jika pihak desa melakukan kesalahan, misalnya tanah warisan milik salah satu pihak
dibagikan pada orang lain tanpa sepengetahuan pemilik maka nantinya pihak pemilik dapat
melaporkannya kepada pihak yang berwenang dan sebagai konsekuensi adalah pencopotan
jabatan dan dapat dipidana.

BAB III
Page
17

PENUTUP
SIMPULAN
Hukum waris merupakan bagian dari Hukum Harta Kekayaan, khususnya Hukum benda.
Hukum waris (Erfrecht, KUHPer pasal 830 dst) ialah hukum yang mengatur kedudukan hukum
harta kekayaan seseorang setelah ia meninggal, terutama berpindahnya harta kekayaan itu
kepada orang lain. Ada dua cara untuk menyelenggarakan pembagian warisan yaitu pewarisan
menurut undang-undang ialah pembagian warisan kepada orang-orang yang mempunyai
hubungan darah yang terdekat dengan si pewaris dan pewarisan berwasiat adalah pembagian
warisan kepada orang-orang yang berhak menerima warisan atas kehendak terakhir (wasiat) si
pewaris.
Siapa yang berhak mewarisi harta peninggalan seseorang diatur oleh undangundang.Untuk menetapkan itu, anggota-anggota keluarga si meninggal dibagi dalam berbagai
golongan.Jika terdapat orang-orang dari golongan pertama, mereka itulah yang bersama-sama
berhak mewarisi semua harta peninggalan. Jika tidak dapat anggota keluarga dari golongan
pertama itu, barulah orang-orang termasuk golongan kedua tampil ke muka sebagai ahli
waris.Seterusnya, jika tidak terdapat keluarga dari golongan kedua, barulah orang-orang dari
golongan ketiga tampil ke muka.
Pada saat ini pembagian waris yang diterapkan di Desa Majatengah menganut sistem
yang modern yaitu dibagi sama rata. Saat terjadi pembagian waris pihak desa hanya akan
memproses dan memfasilitasi jika sudah terjadi kesepakatan antara pihak keluarga, maka barulah
desa akan memprosesnya. Pihak desa akan mengukurkan pembagian waris tersebut dan nantinya
akan di buatkan sebuah surat atau biasanya di sebut dengan SPPT yaitu sejenis surat pajak yang
nantinya akan diganti namanya menjadi pemilik si pewaris tersebut. Setelah itu barulah disahkan
oleh notaris untuk mendapatkan pengukuhan/sertifikat, jika sudah di sahkan oleh notaris maka
sudah tidak dapat dirubah dan tidak dapat diganggu gugat lagi. Jika pihak desa melakukan
kesalahan, misalnya tanah warisan milik salah satu pihak dibagikan pada orang lain tanpa
sepengetahuan pemilik maka nantinya pihak pemilik dapat melaporkannya kepada pihak yang
berwenang dan sebagai konsekuensi adalah pencopotan jabatan dan dapat dipidana.

SARAN
Page
18

Hukum waris yang diterapka di desa seharusnya mengikuti tata cara yang sudah ada dalam
KUHPer dan tidak membagian waris tersebut hanya untuk kepentingan pribadi. Warisan tersebut
haruslah dibagikan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang sudah ada di Indonesia. Pemerintah
masih perlu menerapkan sangsi yang tegas apabila terjadi penyelewengan-penyelewengan
pembagian waris yang tidak sesuai dengan undang-undang.

DAFTAR PUSTAKA

Page
19

JURUSAN POLITIK DAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
Gedung C7 Lt. 2 Kampus Unnes Sekaran Gunungpati Semarang 50229
Telp/Fax 024 8508006
Laman: http://fis.unnes.ac.id/

SURAT KETERANGAN

Page
20

TANDA BUKTI TELAH OBSERVASI

Yang bertandatangan di bawah ini Kepala Desa:
Nama
: ……………………………………………..
Alamat
: .....................................................................
Dengan ini menerangkan bahwa :
Nama
: ..................................................................
Jurusan/Fakultas
: ......................................................................
Asal Perguruan Tinggi: ......................................................................
Adalah benar nama tersebut telah melaksanakan Observasi di Kelurahan Desa Majatengah pada
tanggal 6 Mei 2016.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat dengan Sebenar-benarnya dan dapat dipertanggung
jawabkan.

* Kepala Desa

..........................................

*) tandatangan dan stempel

LAMPIRAN

* Kepala Desa

*Pemangku Adat

Page
21

.........................................

..........................................

Page
22