SMILE Sekolah Mengenal Islam Lebih Enak

*Finalis di OCEAN FE UNS, 2014

SMILE (Sekolah Mengenal Islam Lebih Enak) : Solusi Mengatasi Penurunan
Akhlak pada Generasi Bangsa
Oleh Ahmad Agung Masykuri

Pendidikan adalah mata rantai dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Mata rantai yang menyambungkan harapan setiap masyarakat Indonesia dalam
memenuhi kebutuhan kehidupan dengan perasaan aman dan tentram melihat masa
depan. Di lain sisi, pendidikan menjadi salah satu lokomotif pergerakan dalam
meraih cita-cita bangsa yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 alinea keempat, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan adalah hak untuk setiap warga negara Indonesia. Tidak pula
hanya untuk mereka yang memiliki kekayaan, tidak pula bagi mereka yang
memiliki kekuasaan. Namun pendidikan diperuntukkan untuk segala kalangan,
yaitu untuk orang kaya maupun miskin, orang pintar maupun bodoh, seseorang
yang telah tua maupun yang muda, kaum laki-laki ataupun perempuan. Semua
memiliki kesamaan dalam meraih sebuah pendidikan.
Pendidikan untuk masyarakat Indonesia tertuang dalam Pasal 31 ayat 2
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Di dalam pasal

tersebut, pemerintah memiliki tanggungjawab dalam menuntaskan berbagai
kendala pendidikan dasar bagi seluruh warga negara termasuk salah satunya
adalah buta huruf di Indonesia, tidak terkecuali. Di sisi lain, pendidikan memiliki
fungsi yang diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003
yang menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pembentukan watak atau akhlak seseorang merupakan tujuan utama dalam
sebuah pendidikan. Seperti hadist yang diriwayatkan Abdullah bin Amr ra.
berkata menyifati Rosulullah SAW:

1

“Beliau tidak pernah berbuat kejelekan dan tidak pernah mengucapkan ucapan
yang jelek.” Lalu Abdullah bin Amr berkata: Rasulullah shallallahu „alaihi
wasallam bersabda, “Sesungguhnya orang-orang terbaik di antara kalian adalah
yang paling baik akhlaknya.” (HR. Al-Bukhari no. 6035 dan Muslim no. 2321)
Namun dewasa ini, banyak sekali tindakan yang mencerminkan merosotnya
akhlak seseorang terutama pada kalangan remaja. Pemerosotan akhlak dapat
dilihat dari bagaimana seorang remaja berperilaku terhadap kedua orangtuanya.

Reaksi dari seorang remaja ketika ia diajak untuk berbuat tindakan yang tidak
dibenarkan oleh agama, seperti minum minuman keras, mencuri atau bahkan
berzina kepada lawan jenis yang bukan mukhrim.
Salah satu dari perilaku pemerosotan akhlak adalah tindakan asusila yang
akhir-akhir ini dilakukan oleh dua remaja SMA di daerah Jakarta, yaitu berciuman
ketika lingkungan kelas sedang sepi. Tidak hanya tindakan tersebut. Banyak
sekali tindakan yang dilakukan remaja yang telah menyimpang dari aturan agama
Islam dan norma-norma yang berlaku di Indonesia seperti berjudi, minum
minuman keras, merusak fasilitas umum, tawuran antar pelajar, dan masih banyak
yang lain. Hal ini menandakan kurangnya pendidikan akhlak di kalangan remaja.
Kenakalan remaja dapat berasal dari rasa keingintahuan mereka tentang
lingkungannya dengan cara yang salah. Hal ini disebabkan remaja adalah masa
seseorang mencari identitasnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hurlock (dalam
Izzaty dkk, 2013:123) yang menyatakan bahwa remaja mulai mendambakan
identitas diri dan tidak puas lagi dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam
segala hal, seperti pada masa sebelumnya. Sehingga menimbulkan suatu dilema
yang menyebabkan krisis identitas pada remaja. Kenakalan ini dapat dipengaruhi
pula dari lingkungan tempat mereka bersosialiasi. Karena lingkungan sosial
memiliki sifat yang lebih kuat dalam memengaruhi perilaku seseorang terhadap
permasalahan yang terjadi.

Pengaruh kenakalan remaja yang tidak hanya berasal dari diri remaja itu
sendiri namun juga berasal dari lingkungan tempat mereka tinggal. Maka perlu
ada langkah antisipasi dalam mencegah tindakan yang lebih jauh lagi dalam

2

masalah penurunan akhlak yang terjadi di kalangan remaja. Solusi tersebut adalah
dengan program SMILE (Sekolah Mengenal Islam Lebih Enak).
Program SMILE memiliki visi dan misi pada karakter di kalangan remaja.
Visi yang diberikan program SMILE adalah membentuk dan mengembangkan
karakter islami pada diri remaja. Pembentukan visi tersebut dengan memberikan
pelajaran yang besumber dari Al-Qur’an dan hadist. Pendidikan Al-Qur’an berupa
pendidikan tentang membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar serta pembahasan
tentang pentingnya penerapan setiap ayat Al-Qur’an dalam aktivitas sehari-hari.
serta mengajarkan peserta didik tentang belajar membaca Al-Qur’an dan hadist.
Sedangkan pembelajaran hadist adalah dengan memberikan pentingnya belajar
hadist terutama tentang akhlak serta bersikap baik kepada diri sendiri, kedua
orangtua, orang lain dan masyarakat.
Pendidikan Al-Qur’an dan hadist pada program SMILE tidak hanya dengan
metode ceramah atau penyampaian dari pembimbing saja. Namun juga peserta

didik mampu berperan aktif dalam kegiatan tersebut, yaitu dengan berdiskusi
antar peserta didik yang dimoderatori oleh sang pembimbing. Sebelum kegiatan
berdiskusi dilakukan, pembimbing memberikan materi yang kemudian akan
didiskusikan oleh para peserta didik.
Program SMILE juga menekankan kepada pendidikan tentang aqidah dan
akhlak. Pendidikan tersebut dilakukan secara praktis sehingga peserta didik
mampu menerapkan dalam kegiatan sehari-hari. Pendidikan tentang aqidah dan
akhlak dilaksanakan bertahap sesuai dengan tingkat perkembangan pola pikir dari
peserta didik.
Tujuan utama dari program SMILE adalah mendekatkan peserta didik
kepada Sang Pencipta lebih dekat, yaitu Allah SWT. Sesuai dengan firman Allah
SWT:

         
Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku
hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (Q. S. Al-An‟am, 6:162)

3

               

Dan (ingatlah) ketika Lukman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan (Allah)
sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelaliman yang
besar". (Q. S. Al-Luqman, 31:13)
Program SMILE memiliki kegiatan yang bebas namun terikat. Yang berarti
tempat kegiatan SMILE tidak terpaku pada satu tempat saja namun juga tempattempat yang lain. Hal ini sebagai salah satu upaya untuk memberikan suasana
baru dalam pendidikan. Sehingga peserta didik tidak jenuh dalam menerima
pembelajaran yang diberikan oleh tentor yang mengajar.
Sasaran dari program SMILE adalah kalangan remaja yang mengalami masa
pubertas. Pada masa pubertas, seorang remaja membutuhkan bimbingan tentang
bagaimana bersikap dan memosisikan diri di lingkungan mereka sesuai dengan
ajaran islami. Sedangkan para pembimbing adalah para mahasiswa yang memiliki
semangat dan rasa mengajar yang tinggi untuk membantu generasi muda dan
untuk pengawas dari kegiatan SMILE adalah masyarakat sekitar tempat program
SMILE. Sehingga tercipta sinergi antara peserta didik, pembimbing dan pengawas
untuk menjalankan program SMILE ini.
Metode pembelajaran dari program SMILE adalah pendekatan antar
personal dan mengutamakan kemampuan peserta didik dalam menangkap
informasi dari pengajar. Selain itu, adanya motivasi yang tinggi dari peserta didik
menjadi indikator keberhasilan dari metode pembelajaran program SMILE

tersebut. Karena motivasi sangat berperan dalam keberhasilan dari sebuah
pembelajaran (Sardiman dalam Astuti, dkk, 2012:2).
Motivasi dalam pembelajaran timbul karena kebutuhan peserta didik dalam
meraih informasi yang disampaikan oleh sang pengajar. Motivasi juga timbul
karena suasana kondusif selama pembelajaran berlangsung. Serta terjalin
hubungan komunikasi yang baik antara peserta didik dengan pengajar (Yanti,
2013:286).

4

Tidak hanya motivasi dari peserta didik dalam mengikuti program SMILE
namun juga motivasi yang diberikan oleh pengajar. Motivasi tersebut berupa
pemberian stimulus sejauh mana pentingnya mengenal Islam lebih dekat.
Memberikan kisah-kisah teladan kepada peserta didik dalam penanaman
pemahaman tentang akhlak yang baik.
Program SMILE juga memberikan konseling tentang permasalahan yang
sedang dialami oleh peserta didik secara personal atau pribadi. Memberikan
keleluasaan peserta didik untuk mengutarakan permasalahan-permasalahan yang
tidak mereka pahami dan sulit untuk menyelesaikannya. Di sisi lain, mereka malu
atau takut untuk memberitahukan masalah tersebut kepada kedua orangtua

mereka. Sehingga peserta didik mampu menemukan solusi dalam permasalahan
yang sedang mereka hadapi dan tidak terjerumus kepada hal-hal yang bersifat
negatif. Tidak hanya itu, dari program SMILE memberikan jembatan antara
keluarga dan peserta didik sehingga terjalin komunikasi dua arah yang diharapkan
tidak ada salah presepsi antara keduanya.
Keberadaan program SMILE di atas mampu memberikan solusi terhadap
permasalahan kemerosotan akhlak di kalangan remaja pada dewasa ini. Tidak
hanya itu, program SMILE juga memberikan warna dalam kegiatan pengajaran
pendidikan karakter Islami yang lebih praktis serta sederhana sehingga kalangan
remaja mampu menerapkannya dalam setiap aktivitas sehari-hari.

5

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Wiwin Wiji, dkk. 2012. Pengaruh Motivasi Belajar dan Metode
Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar IPS Terpadu Kelas VIII SMP
PGRI 16 Brangsong Kabupaten Kendal. Economic education and
analysis
journal

(online).
No.
2.
Diakses
dari
journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eeaj/article/download/540/587, pada
tanggal 9 April 2014.
Izzaty, Eka Rita, dkk. 2013. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta : UNY
PRESS.
Undang-undang RI No. 2 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. 2003. Diakses dari
www.dikti.go.id/files/atur/UU20-2003Sisdiknas.pdf, pada tanggal 9
April 2014.
Yanti, Supri, Erlamsyah dan Zikra. 2013. Hubungan Antara Kecemasan dalam
Belajar dengan Motivasi Belajar Siswa. Konselor (online). Volume 2
Nomor 1. Diakses dari http://ejournal.unp.ac.id/index.php/konselor,
pada tanggal 9 April 2014.

6