Korelasi Modernisasi Alutsista Pengemban alutsista

Korelasi Modernisasi Alutsista, Pengembangan BUMNIS, dan Produk
Senjata Dalam Negeri dengan Pertumbuhan Ekonomi Makro untuk
Indonesia
Ditulis dalam rangka memenuhi tugas akhir Makroekonomi
Oleh: Gigih Surya Prakasa
1.

Abstraksi
Negara yang kaya harus bias menjaga aset-aset dan kekayaan yang dimilikinya. Indonesia sebagai

negara berkembang yang mengalami peningkatan signifikan dalam perekonomiannya dalam satu dekade
terakhir dilihat dari pertumbuhan ekonomi lebih dari 6,5% per tahun dan berhasil bertahan dalam krisis
ekonomi 2008 dewasa ini tengah giat-giatnya melakukan modernisasi angkatan perangnya yang sudah lebih
dari dua puluh tahun tidak diganti. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri tentu harus dibarengi dengan
peningkatan kekuatan militer. Jalannya perekonomian baik di pusat maupun di perbatasan dapat berjalan
lancer dengan bertambahnya alat utama sistem senjata (alutsista) sebagai alat penjaga dan pengamanan
sumber daya di kawasan regional.
Pemerintah tidak bisa lagi memilih untuk memprioritaskan antara gun and butter dimana faktor
produksi hanya berfokus pada salah satu produk senjata atau kesejahteraan masyarakat saja. Mereka harus
berkembang besama-sama karena seiringan dengan meningkatnya pendapatan dan produksi dalam negeri
harus diikuti kapasitas dan kapabilitas Negara itu untuk mempertahankan sumber daya ekonominya.

Pengeluaran pemerintah terutama untuk pembelian produk alutsista dalam negeri tentunya dapat membantu
perkembangan dan revitalisasi Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) di bidang produksi
alat pertahanan sehingga menciptakan efek pengganda dan menggeser beberapa model ekonomi dalam
ekonomi makro ke kanan. Pergeseran kurva ini akan menstimulasi faktor produksi domestik dalam
memenuhi permintaan dalam negeri sehingga produksi dalam negeri meningkat dan faktor Y dalam
pendapatan Negara juga ikut meningkat. Hal ini didukung dengan anggaran untuk Kementerian Pertahanan
tertinggi dengan nilai yang mencapai 150 triliun dari 2010-2014 dan realisasi dalam penyerapan anggaran
juga tertinggi di banding kementerian lain.
Tentunya dengan peningkatan anggaran pertahanan harus disesuaikan dengan arahan presiden dalam
mengoptimalkan industri pertahanan dalam negeri untuk memenuhi Minimum Essential Forces (MEF)
sampai 2024 yang tertuang dalam Keppres no 54 tahun 2010 sehingga diharapkan akan didapatkan
keuntungan berantai dalam peningkatan pengeluaran pemerintah di bidang pertahanan.

2.

Pendahuluan
2.1 Pertumbuhan Perekonomian Indonesia

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com


Perekonomian indonesia sudah jauh berkembang pasca masa reformasi tahun 1998. Pondasi
pertumbuhan ekonomi indonesia disusun dari ekonomi mikro seperti berkembangnya UKM dengan baik,
arus modal masuk yang memadai, reformasi di bidang pajak, perbaikan sarana dan prasarana di tiap daerah,
perbaikan regulasi dan birokrasi mengenai perekonomian dan perdagangan, dan penekanan untuk
menggunakan produk dalam negeri menjadi faktor utama dalam perbaikan ekonomi pasca krisis 14 tahun
lalu. Hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan ekonomi yang positif 6,5% dan tidak hanya berhasil bertahan
tetapi juga menduduki peringkat ketiga setelah RRC dan India dalam hal pertumbuhan ekonomi pada krisis
ekonomi 2008 silam. Indonesia juga menjadi salah satu negara G-20 yang berarti kemampuan ekonomi dan
produksi Indonesia harus diperhitungkan dunia. Indonesia memiliki sumber daya alam dan manusia yang
melimpah ruah dapat dilihat di tiap provinsi di Indonesia mempunyai sumber daya seperti minyak di Aceh,
emas di Papua, batu bara di Kalimantan, sawit di Sumatera dan lain sebagainya.
Kekayaan dan kemampuan ekonomi di atas sudah selayaknya ditunjang dengan kemampuan negara
untuk menjaga setiap aset yang dimilikinya. Sumber daya yang tersedia di Indonesia harus digunakan dan
diamankan sebaik-baiknya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat sehingga membutuhkan pengamanan
yang komprehensif untuk menjaga aset tersebut. Namun pada kenyataannya, TNI sebagai alat pertahanan
dan penjaga kedaulatan yang bertugas menjaga obyek vital dan aset negara ini masih jauh tertinggal dalam
hal kualitas dan kuantitas alutsista yang digunakan dibanding dengan negara se-regional. Indonesia yang
luasnya 13% dunia pun masih kalah jika dibandingkan baik kekuatan darat, laut, maupun udara dari segi
kuantitas dan kualitas dengan negara kecil seperti Singapura.
2.2 Ancaman Terhadap Aset Ekonomi

Setiap tahun Negara mengalami kerugian ratusan triliun dari aktivitas illegal logging, illegal fishing,
trafficking, dan lain-lain. Menurut Fayakhun, anggota komisi 1 DPR, negara mengalami minimal 40 triliun
rupiah dari illegal fishing saja sehingga ia menekankan TNI untuk segera menyelesaikan MEF agar kejadian
seperti ini tidak terjadi lagi di masa depan. Kelemahan TNI dalam mengamankan aset negara tidak lain
disebabkan karena minimnya jumlah armada dalam pengamanan teritorial, dana operasional untuk patroli
masih kurang, dan alutsista tua yang masih digunakan sehingga menurunkan performa dalam menjalankan
operasional rutin. Kemampuan alutsista TNI menurun drastis dan jauh tertinggal di banding negara lain
semenjak embargo alutsista tahun 1999. Pada masa itu, alutsista tni banyak yang tidak bisa operasional
karena kekurangan suku cadang sehingga terpaksa harus dikanibalkan dengan alutsista yang masih bisa
dipakai. Sungguh ironis untuk negara terbesar di Asia Tenggara kesiapan tempur armadanya hanya sekitar
40% dari total alutsista yang digunakan TNI.

2

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Negara dengan sumber daya alam dan manusia yang besar seperti Indonesia sangat rentan incaran
negara asing sehingga faktor hankam harus ditingkatkan untuk melindungi Indonesia beserta bumi dan
manusia di dalamnya. Negara seperti Libya dan Irak yang memiliki persenjataan lebih lengkap dibandingkan
TNI masih bisa diporak-porandakan oleh invasi negara asing apalagi Indonesia yang kesiapan tempurnya

masih setengah dari armada yang dimilikinya, ditambah lagi jumlah armada yang digunakan masih sangat
kurang untuk menutupi dan menjaga seluruh wilayah darat, laut dan udara Indonesia. Contoh sederhana
seperti alutsista yang paling tua yang dimiliki adalah AD adalah meriam gunung dan ranpur buatan tahun
1950-an, latihan menggunakan peluru tajam dijatah 30 butir per tahun, AL yang masih menggunakan kapal
pendarat tank veteran perang dunia II, AU yang jumlah pesawat baik tempur maupun angkutnya masih
sangat kurang untuk menutupi luasnya teritorial udara indonesia, dan masih banyak lagi.
2.3 Negara yang Hidup Dari Perang
Amerika serikat sebagai negara adikuasa saat ini merupakan salah satu contoh negara yang berhasil
mengoptimalkan industrinya baik di bidang perekonomian maupun di bidang pertahanan.

Industri

pertahanan dalam negeri Amerika Serikat sejak pecah Perang Dunia II memberikan kontribusi yang tidak
sedikit untuk perekonomian Amerika. Perusahaan seperti Armalite; General Dynamic; Colt Manufacturing
Company; Boeing Defense, Space, and Security; Lockheed Martin; Springfield Armory, dan lain-lain
merupakan produsen senjata besar dan sudah lama menjadi penopang kebutuhan alutsista Amerika Serikat.
Pengeluaran pemerintah Amerika Serikat untuk anggaran pertahanan sejumlah $698 milyar sekitar 4.8% dari
GDP-nya atau sekitar 42,8% dari seluruh anggaran pertahanan di seluruh dunia.

2005-10 Top 5 Rank


200
Supplier

2005

6

2007

2008

2009

2010

1

United States


6700

7453

8003

6288

6658

8641

2

Russia

5134

5095


5426

5953

5575

6039

3

Germany

2080

2567

3194

2500


2432

2340

4

France

1724

1643

2432

1994

1865

1834


5

United Kingdom 1039

855

1018

982

1022

1054

3

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Table: peringkat eksportir senjata di dunia
Amerika Serikat juga menjadi pengekspor alutsista terbesar di dunia dengan nilai ekspor $8,641

milyar. Nilai ekspor dalam bidang alutsista yang sangat besar dalam sekali transaksinya menjadikan
perdagangan senjata sangat membantu dalam perekonomian dan menggerakan industri di Amerika Serikat.
Tenaga kerja dapat diserap ke dalam industri pertahanan sehingga mengurangi jumlah pengangguran karena
pemerintah Amerika Serikat melakukan order pembelian alutsista ke dalam negeri dengan nilai yang sangat
besar setiap tahunnya. Amerika serikat juga melakukan operasi militer di banyak tempat di seluruh dunia
seperti waktu Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Teluk 1 dan 2, Krisis Libya, Operation Enduring
Freedom di Afganishtan, dan lain-lain untuk menjaga industri pertahanan tetap hidup.
Perang juga menjadi alat pemerintah Amerika Serikat untuk mengurangi pengangguran dengan
merekrut tentara untuk melakukan operasi dan perang sesuai dengan kebijakan politik luar negeri mereka.
Perang juga menjadi perpanjangan tangan dari politik Amerika Serikat untuk menundukkan negara-negara
yang dianggap mengancam eksistensi mereka. Amerika Serikat juga dapat dengan mudah mengeksplorasi
sumber daya negara pendudukannya karena alur politik negara yang bersangkutan sudah disetir sehingga
perusahaan-perusahaan amerika serikat mendapatkan

kontrak eksplorasi dengan mudah dan murah.

Kekuatan Amerika juga menjadi nilai tawar tersendiri dalam melakukan bisnis dan menjaga aset-asetnya di
seluruh dunia.
2.4 Keadaan Industri Pertahanan Dalam Negeri
Hambatan apa yang dihadapi oleh industri pertahanan dalam negeri? Hambatan pertama adalah

Indonesia bukanlah negara yang hobi perang seperti Amerika Serikat. Tujuan dan arah politik luar negeri
Indonesia sudah jelas tercantum dalam alinea pertama pembukaan UUD 1945 yaitu "Bahwa sesungguhnya
kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan
karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan." dan alinea kempat yaitu "Kemudian daripada
itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia…”. Hal di atas cukup menjelaskan bahwa negara Indonesia
adalah negara yang cinta perdamaian dan menjunjung tinggi hak kemerdekaan setiap negara.
Tugas pokok TNI juga terangkum jelas dalam UU no.2 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
terutama dalam pasal 10 ayat 3 yaitu: “Tentara Nasional Indonesia bertugas melaksanakan kebijakan
pertahanan negara untuk: a. Mempertahankan kedaulatan Negara dan keutuhan wilayah; b. Melindungi
kehormatan dan keselamatan bangsa; c. Menjalankan Operasi Militer Selain Perang; d. Ikut serta secara aktif
dalam tugas pemeliharaan perdamaian regional dan internasional.” Keterangan di atas menjelaskan bahwa
4

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

arah kebijakan politik luar negeri Indonesia dan tugas pokok TNI jauh berbeda dibandingkan Amerika
Serikat.
Kedua, anggaran riset, penelitian, dan pengembangan pada industri pertahanan tidak sebesar
anggaran riset yang dikeluarkan Amerika Serikat.

Amerika Serikat dan negara maju lainnya sangat

menghargai ilmuwan, peneliti dan dosen. Ilmuwan, peneliti dan dosen hidup dan mendapat uang dari royalti
hasil penelitian mereka sedangkan di Indonesia ilmuwan, peneliti dan dosen hanya hidup dari gaji dan
proyek sampingan saja. Hal ini menyebabkan banyak ilmuwan dari Indonesia memilih hidup dan bekerja di
luar negeri yang menghargai dan membayar mereka dengan layak.
Ketiga, Hingga saat ini Indonesia belum memiliki industri pertahanan yang mandiri, yang ada adalah
industri penghasil produk komersial plus produk industry pertahanan. Contohnya : PT. Pindad (senjata &
Ranpur), PT. PAL (kapal), PT. LEN Industries (Alkom & elektronik), PT. DI (pesawat terbang), PT. KS
(bahan baku baja) dan lain-lain. Presentase produk Alutsista dari setiap Badan Usaha Milik Negara Industri
Strategis

(BUMNIS)

tersebut

diatas

angkanya

berbeda-beda,

tetapi

pada

umumnya

produk

Alutsista/Ranahan masih dibawah 30% (kecuali PT. Pindad). Tentu sangat jauh jika dibandingkan dengan
industri pertahanan Amerika Serikat yang sudah berpengalaman jauh sebelum Perang Dunia I dimulai.

2.5 Arah Modernisasi Alutsista dan Revitalisasi Industri Pertahanan Dalam Negeri
Arah modernisasi alutsista pertama kali dibeberkan dalam Indonesian Defence White paper tahun
2003 tentang pemenuhan “Kekuatan Minimum yang Diperlukan” atau Minimum Required Essential Forces.
Namun istilah tersebut tentunya masih digunakan hanya dilingkup Kementerian Pertahanan dan belum
menjadi kebijakan pemerintah. Baru pada tahun 2007, melalui UU No. 17/2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 bab III tentang pertahanan menyebutkan
“Pembangunan kekuatan pertahanan melampaui kekuatan esensial minimum”. Pada tahun 2008 pemerintah
kembali menegaskan komitmennya untuk membangun kekuatan pertahanan Negara dengan memasukan
istilah kekuatan pokok minimum (minimum essential forces) dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia
No.7/2008 tentang Kebijakan Umum Pertahanan Negara.
Point 9 dalam Perpres tersebut yang membahas mengenai kebijakan pembangunan pertahanan
nasional menyebutkan bahwa:
“Pembangunan Komponen Utama didasarkan pada konsep Pertahanan Berbasis Kemampuan
(Capability-based defence) tanpa mengesampingkan kemungkinan ancaman yang dihadapi serta tahap
mempertimbangkan kecenderungan perkembangan lingkungan strategik. Pelaksanaannya diarahkan
kepada tercapainya kekuatan pokok minimum (Minimum Essential Force), yakni tingkat kekuatan yang
mampu menjamin kepentingan strategis pertahanan yang mendesak, Pengadaan Alat Utama Sistem
5

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Senjata (Alutsista) dan peralatan lain diprioritaskan untuk menambah Kekuatan pokok minimal
dan/atau mengganti Alutsista/alat peralatan yang sudah Tidak layak pakai.”
Untuk memenuhi MEF yang dimaksud, Komisi I DPR bersama Kementerian Keuangan,
Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Pertahanan, dan TNI bersepakat menganggarkan dana
modernisasi alutsista rencana strategis (Renstra) Tahap I (2011-2014) total Rp150 triliun. Rencananya
pemerintah berusaha untuk memenuhi MEF sampai tahun 2024.

Fiscal Year Budget (IDR)

Budget (USD)

2005

Rp 21.97 trillion

USD 2.5 billion

2006

Rp 23.6 trillion

USD 2.6 billion

2007

Rp 32.6 trillion

USD 3.4 billion

2008

Rp 36.39 trillion

USD 3.8 billion

2009

Rp 33.6 trillion

USD 3.3 billion

2010

Rp 42.3 trillion

USD 4.47 billion

2011

Rp 47.5 trillion

USD 5.2 billion

2012

Rp 64.4 trillion[13] USD 7.5 billion
Table: anggaran pertahanan 2005-2012

Menhan Purnomo Yusgiantoro berjanji akan menggunakan alokasi peningkatan anggaran Kemenhan
2012 sebesar Rp 72,5 triliun untuk berbagai keperluan bagi peningkatan kemampuan TNI dan modernisasi
alutsista TNI. Anggaran yang cukup besar ini harus dioptimalkan sebaik-baiknya dalam rangka modernisasi
alutsista tua dengan memprioritaskan alutsista produksi dalam negeri. Hal ini diatur dalam keppres no. 54
tahun 2010 yaitu:
“Ayat (3): Pengadaan alutsista dan almatsus dilakukan oleh industri
pertahanan, industri alutsista dan industri almatsus dalam
6

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

negeri.
Ayat (4): Dalam hal alutsista dan almatsus belum dapat dibuat di dalam
negeri, Pengadaan alutsista dan almatsus sedapat mungkin
langsung dari pabrikan yang terpercaya.
Ayat (5): Pabrikan Penyedia alutsista dan almatsus di luar negeri
Sebagaimana dimaksud pada ayat (4), sedapat mungkin bekerja
Sama dengan industry dan/atau lembaga riset dalam negeri.”
Pemerintah berharap dengan kebijakan yang dikeluarkan dapat membantu industri pertahanan dalam
negeri agar berkembang. BUMNIS yang tercatat dalam memasok kebutuhan TNI dalam memenuhi MEF
sampai 2024 adalah PT. Pindad (ranpur dan senjata), PT. DI (pesawat), PT. PAL (kapal laut), PT. LEN
(elektronik dan alkom), PT. KS (besi dan baja), PT. Dahana (bahan peledak), LAPAN (roket), dan lain-lain.
BUMNIS ini terutama PT. Pindad dan PT. DI menyambut gembira dengan adanya peningkatan anggaran
pertahanan yang fokus ke pemberdayaan produk dalam negeri.
Kebijakan di atas sesuai dengan teori makroekonomi yaitu jika pengeluaran pemerintah meningkat
maka akan terjadi efek pengganda yang menggeser kurva permintaan jauh ke kanan daripada kurva aktual.
Permintaan yang banyak tentunya diimbangi dengan penambahan faktor produksi karena insentif dari
pemerintah untuk membeli produk dalam negeri sehingga produksi ikut bertambah dan kurva penawaran
bergeser ke kanan. Pemerintah berharap rencana seperti inilah yang dapat membantu Pembangunan,
pengembangan dan revitalisasi BUMNIS sebagai penggerak ekonomi khususnya industri pertahanan dan
militer berjalan lancar.
2.6 Prestasi Industri Pertahanan Dalam Negeri
Sudah dibahas pada subbab sebelumnya bahwa peningkatan anggaran sebesar Rp72,5 triliun tadi
termasuk untuk mendukung pemberdayagunaan industri pertahanan strategis dalam negeri dalam memenuhi
kebutuhan alutsista bagi TNI karena sebesar 15,8 % dari nilai anggaran itu digunakan untuk akuisisi produk
alutsista dalam negeri tahun selama tahun 2012. Berita ini disambut baik oleh BUMNIS sehingga suntikan
dana dari Kemenhan bisa menyehatkan industri pertahanan dalam negeri. Masalah yang didapati pada
industri pertahanan dalam negeri karena order pembelian tidak menentu dan kesulitan pembayaran baik fix
maupun variabel cost tetapi dengan adanya kebijakan seperti ini, BUMNIS mendapat kepastian dan
kejelasan dalam hal dukungan pendanaan dan penjualan. Dukungan pemerintah terhadap BUMNIS dapat
memperbaiki manajemen perusahaan yang tidak sehat, memberikan suntikan modal, menambah mesinmesin baru, menambah tenaga kerja terdidik sehingga mengurangi pengangguran dan menambah produksi.

7

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Indonesia termasuk memimpin dalam industri pertahanan regional Asean bersama Singapura dan
Malaysia. Hanya sedikit negara-negara Asean lainnya yang memiliki kemampuan membuat alutsista sendiri
sebut saja Singapura dengan ST Kinetic dan Malaysia dengan Boustead Naval Shipyard Bhd. Kemampuan
industri pertahanan Indonesia yang bisa memproduksi berbagai jenis alutsista darat, laut, dan udara sangat
diperhitungkan di regional Asia Tenggara ditambah lagi dengan suntikan modal yang ada, industri
pertahanan dalam negeri bisa saja memproduksi alutsista dalam kapasitas maksimum per tahunnya. Sudah
banyak produk alutsista baik yang sudah di produksi masal maupun masih prototip yang dihasilkan di dalam
negeri contohnya senapan SS series, APS-3 Anoa, LPD kelas Makasar, CN-235 series, KCR-40, roket RHAN 122mm, roket pengorbit satelit yang bisa dikonversi menjadi rudal balistik RX-520, hovercraft, UAV
dan sebagainya.
Produk dalam negeri yang relatif murah menjadi pilihan negara sahabat untuk membeli produk
alutsista dari Indonesia contohnya kontrak pembelian 32 Rimau (Anoa versi Malaysia) untuk pasukan
penjaga perdamaian PBB Malaysia di Lebanon, pemesanan LPD untuk angkatan laut Filipina, pesanan
pesawat CN-235 MPA untuk penjaga pantai Korea Selatan, ekspor senapan SS-1 dan SS-2 berikut ranpur
buatan Pindad ke berbagai negara asia dan afrika, baju dan pakaian tempur buatan PT. Sritex, dan lain-lain.
Semua hal di atas membuktikan bahwa dengan potensi industri pertahanan sekarang ini didukung dengan
goodwill pemerintah bisa saja Indonesia menswasembada alutsista yang kemudian bisa mengekspor lebih
banyak lagi produk alutsista ke negara sahabat, meningkatkan faktor ekspor dalam Produk Domestik Bruto
dan memperbaiki ekonomi di dalam negeri.

8

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Gambar: Beberapa produk alutsista buatan dalam negeri (Senapan SS, Anoa APC, Makassar Class LPD)

3.

Metodologi
Metodologi yang dipakai untuk melihat efek dari penambahan pengeluaran pemerintah adalah

dengan menggunakan kurva AD, kurva IS-LM, dan kurva perpotongan keynesian.

9

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

3.1 Kurva AD-AS

Output (Y)
10

AD
AD'

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com
Bagan 1 Kurva Permintaan Agregat

Kurva AD di atas bergeser saat terjadi perubahan jumlah uang. Kurva AD didasari teori kuantitas
uang yaitu MxV=PxY. Dengan asumsi V tetap, maka pemerintah dapat mengubah faktor P (harga) dan Y
(Output atau pendapatan) untuk mengatur jumlah uang yang beredar. Pemerintah mengatur jumlah uang
yang beredar dengan kebijakan mengubah G (pengeluaran pemerintah) dan mengatur tarif T (pajak).
penambahan jumlah uang dalam rangka mendukung dan membeli produk alutsista dalam negeri akan
menambah nilai nominal P dan Y. Disetiap tingkatan P, nilai Y menjadi lebih besar. Sehingga peningkatan
jumlah uang beredar mengeser kurva AD’ ke AD

SRASAD
An increase in the money supply M
raises the nominal value of output
PY. For any given price level P,
output Y is higher. Thus, an increase
in the money supply shifts the AD
curve outward from AD to AD'.
Bagan 2 Kurva ekulibrium AD-AS

Kurva ini terdiri dari Kurva permintaan agregat (AD), penawaran agregat jangka panjang (LRAS),
dan penawaran agreagat jangka pendek (SRAS). Perekonomian dimulai di titik A ekulibrium jangka
panjang. Saat kurva AD bergeser ke AD’ karena pertambahan M yang sudah dijelaskan sebelumnya akan
menggeser perekonomian ke titik B dimana output lebih tinggi dari sebelumnya. Di jangka panjang, hargaharga menjadi naik menyebabkan tingkat output kembali ke tingkat semula dan menggeser perekonomian
dari titik B ke titik C.
3.2 Perpotongan Keynesian

11

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Bagan 3 Kurva Perpotongan Keynesian

Bagaimana pengeluaran pemerintah dalam pembelian alutsista dalam negeri mempengaruhi
ekonomi? Pengeluaran pemerintah (G) adalah salah satu komnponen pengeluaran (E), semakin tinggi
pengeluaran pemerintah berakibat meningkatnya pengeluaran yang direncanakan pada setiap tingkat
pendapatan.

Ekulibrium berpindah dari A ke B dan menaikkan pendapatan. Sebagai catatan bahwa

peningkatan pendapatan Y lebih besar daripada peningkatan dalam pengeluaran pemerintah ΔG.
3.3 Kurva IS-LM

12

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

13

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com
Bagan 4 Pergeseran Kurva IS-LM

Kenaikan pengeluaran pemerintah menggeser kurva IS ke kanan. ekulibrium bergerak dari titik A ke
B. Pendapatan meningkat dari Y1 ke Y2, dan tingkat bunga naik dari r 1 ke r2. Pengeluaran pemerintah seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya akan menaikkan pengeluaran yang direncanakan sehingga mendorong
produksi barang dan jasa dan menyebabkan peningkatan Y (kurva IS). Pada pasar uang, kenaikan
pendapatan menyebabkan peningkatan permintaan akan uang sedangkan penawaran uang tetap
mengakibatkan naiknya tingkat bunga (kurva LM). Tingkat bunga yang tinggi akan menjadi pembalik
dalam pasar barang karena biaya investasi yang mahal, pemerintah harus menambah jumlah uang beredar
dan menggeser kurva LM jika kasusnya seperti itu.
4.

Hasil dan Eksperimen
Penambahan anggaran kementerian pertahanan untuk pembelian alutsista terutama produksi dalam

negeri menunjukkan peningkatan pendapatan dan produksi di dalam negeri. Efek samping dari peningkatan
pendapatan itu sendiri adalah kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga akan mengurangi insentif
pengusaha dalam melakukan produksi untuk itu pemerintah harus segera menerapkan kebijakan fiskal atau
moneter. Kebijakan tersebut diharapkan dapat menurunkan tingkat bunga sehingga pengusaha tetap
termotivasi untuk melakukan produksi. Menurut hukum okun, Meningkatnya pendapatan negara (PDB riil)
akan mengurangi tingkat pengangguran. Angkatan kerja yang menganggur dengan modal dan dana yang
diberikan dapat bekerja dan menghasilkan barang dan jasa yang kemudian dapat menambah kesejahteraan
masyarakat.
5.

Diskusi
Pemerdayaan alutsista dalam negeri dan kepercayaan pemerintah menggunakan produk sendiri di

setiap operasinya sehingga mendapat cap battle proven seperti yang sudah dilakukan APS-3 Anoa dan SS-

Planned
expenditure,
Actual
expenditure,
Y=E
Y1
battle proven atau sudah digunakan di medan tempur menjadi motivasi bagi negara sahabat untuk membeli
E=C+I+G
dan menggunakan alutsista dalam negeri. Semakin banyak negara sahabat membeli dan menggunakan

Series menjadi nilai tambah tersendiri bagi produk-produk tersebut. Alutsista yang sudah mendapat cap

produk alutsista dalam negeri maka nilai Ekspor meningkat dan pendapatan Y ikut bertambah.
Negara yang kuat dengan alutsista yang lengkap juga menjadi insentif tersendiri bagi para investor
baik domestik maupun mancanegara untuk menanamkan investasinya di Indonesia. Mereka akan mendapat
rasa aman dalam menanamkan uangnya di Indonesia karena mereka menganggap dengan arah dan tujuan
politik pemerintah yang baik dan kekuatan militer yang kokoh menjadikan Indonesia tempat yang aman dan
nyaman dalam berinvestasi.

14

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

Militer yang kuat menjadi daya tawar bagi Indonesia untuk melakukan perjanjian dan kontrak baik
dagang maupun politik. Dengan kekuatan militer yang mumpuni, negara lain tinggal memilih antara
berperang atau berdagang jika berhadapan dengan Indonesia. Negara yang berdekatan dengan Indonesia
juga akan merasa segan dan tidak berani lagi bermacam-macam seperti mencuri, melanggar batas,
mencaplok wilayah, dan pelanggaran lain sebagainya.
6.

Kesimpulan
Perekonomian dan kekuatan militer harus berkembang bersamaan. Peningkatan anggaran militer juga

harus digunakan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Pengadaan

alutsista harus diprioritaskan untuk

pembelian dari dalam negeri. Jika industri dalam negeri tidak sanggup memenuhi spesifikasi alutsista yang
diperlukan tersebut, diadakan pembelian ke luar negeri dengan syarat ada pengalihan teknologi agar
kedepannya industri pertahanan dalam negeri bisa membuat alutsista tersebut secara mandiri. Pemberdayaan
industri pertahanan dalam negeri akan menambah jumlah produksi dalam negeri karena efek pengganda dan
mengurangi pengangguran. Selain itu juga peningkatan kekuatan dan alutsista menjadi daya tawar Indonesia
dalam melakukan hubungan bilateral baik bisnis dan politik dengan negara lain.
7. Referensi
Sumber Bacaan
Keppres no. 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa
Mankiw, N. Gregory. “Makroekonomi Edisi Keenam”. Penerbit Erlangga. Jakarta. 2009
Prasetyono, Edy. “postur pertahanan: Kekuatan pokok minimum”
UU no. 3 tahun 2002 tentang Pertahanan Negara
UU no. 34 tahun 2004 tentang TNI
Sumber Internet
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/12/16/08131130/Investment.Grade.Bukti.Keberhasilan.In
donesia
http://comptroller.defense.gov/budget.html
http://elsaryan.wordpress.com/2009/09/08/krisis-ekonomi-global-2008-serta-dampaknya-bagiperekonomian-indonesia/
http://en.wikipedia.org/wiki/Arms_industry
http://en.wikipedia.org/wiki/fiscal_multiplier
http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesian_National_Armed_Forces
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertahanan_Negara
http://id.wikisource.org/wiki/UndangUndang_Republik_Indonesia_Nomor_3_Tahun_2002#BAB_III_PENYELENGGARAAN_PERTAH
ANAN_NEGARA
http://indonesiacompanynews.wordpress.com/2011/08/06/akhir-2011-pendapatan-per-kapita-us-3-600/
http://regional.kompas.com/read/2011/11/01/22280290/Malaysia.Ingin.32.Unit.Panser.Pindad
http://wartapedia.com/nasional/hankam/3474-panglima-tni-tegaskan-pentingnya-sishankamrata.html
http://wastumconda.wordpress.com/2010/07/08/37/
15

Gigih Surya Prakasa 103060017337 e-mail: gigihprakasa@gmail.com

http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/strategi-inovasi-dan-pengembangan-di-bidang-iptekdan-industri-pertahanan
http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=9312
http://www.dephan.go.id/modules.php?name=News&file=article&sid=9319
http://www.newsbanking.com/2011/10/masihkah-ukm-kebal-krisis-global.html

16