108946418 Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan Penjadwalan Kuliah Berdasarkan Kesediaan Waktu Dosen Mengajar
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN
KELOMPOK I
MULYONO AGUS SAPUTRA
SISKA RAYUSMI
NELVIA ROZA
NURMAINI
OPI AJI
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2011
1. APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN KULIAH
BERDASARKAN KESEDIAAN WAKTU DOSEN MENGAJAR (Studi Kasus Pada
STIE SBI Yogyakarta)
proses pengambilan keputusan melalui tahapan :
1) Tahap Penelusuran ( Intelligence)
Dari penelitian yang dilakukan melahirkan rumusan masalah penelitian berupa
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penjadwalan Kuliah Berdasarkan
Preferensi Kesediaan Waktu Dosen Untuk Mengajar, hasil tahapan penelitian ini
tertuang pada (Yuhilda, 2007).
2) Tahap Perancangan ( Design)
Setelah perumusan masalah, dilanjutkan dengan pencarian data-data dan
informasi berupa sistem dan prosedur penjadwalan kuliah yang telah dipakai, datadata dosen, data-data matakuliah, data-data kelas, data-data ruang dan dampak dari
hasil penjadwalan. Pencarian dan pengumpulan data didominasi melalui wawancara
dengan staf pada Bagian Akademik yang mengurusi penjadwalan kuliah. Dari
kesemua informasi yang diperoleh, kemudian dapat dibuat penetapan kriteria-kriteria
evaluasi untuk calon dosen yang diutamakan penjadwalannya melalui pertimbangan
jabatan dosen, status dosen, pertimbangan diampu, jumlah SKS matakuliah yang
diampuh dan kebutuhan fasilitas dan ruang kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan
matakuliah (Yuhilda, 2007).
3) Tahap Pemilihan (Choice)
Dengan mengacu pada kriteria-kriteria penilaian yang telah ditetapkan, dibuat
model-model penilaian secara matematis, sejumlah model penilaian seperti ditunjukan
pada gambar 1 yang masing-masing akan diuraikan pada pembahasan.
4) Tahap Implementasi (Implementation)
Struktur Sistem Pendukung Keputusan yang ditunjukan pada gambar 1
diimplementasikan dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dengan Microsoft
SQL Server 2000 sebagai databasenya, yang secara detail dibahas pada (Yuhilda,
2007). Sedangkan komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan yang
digunakan adalah :
a. Subsistem manajemen data, menyediakan data bagi sistem yang berasal dari data
internal
dan data eksternal.
b. Subsistem manajemen model, berfungsi sebagai pengelola berbagai model.
c.
Subsistem
antar
muka
pengguna,
merupakan
fasilitas
yang
mampu
mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif.
Perancangan basis data sistem pendukung keputusan yang akan memberikan
pemahaman secara keseluruhan berupa hubungan antar objek data, aliran informasi
dan transformasi dari data input menjadi output yang digambarkan secara grafik
berupa Entitas
Relationship Diagram dan Data Flow Diagram yang secara lengkap dibahas pada
(Yuhilda, 2007).
Secara keseluruhan Sistem Pendukung Keputusan yang akan dibangun,
memperhatikan kriteria-kriteria dengan bobot tertentu, yang dapat digambarkan
seperti tabel-tabel dibawah ini:
2.1 Model dan Bobot Penilaian Sistem Pendukung Keputusan
Model Sistem Pendukung Keputusan Penjadwalan Kuliah berdasarkan
preferensi kesediaan waktu dosen untuk mengajar, dibuat dalam 7 jenis penilaian,
yaitu model penilaian status dosen, model penilaian jabatan (untuk dosen tetap),
model penilaian tingkat pendidikan dosen, model penilaian masa kerja, model
penilaian jenis matakuliah, model penilaian SKS matakuliah, dan model penilaian
kebutuhan ruang. Dimana masing-masing unsur tersebut memiliki beberapa elemen
penilaian yang akan menentukan hasil akhir sistem pendukung keputusan yang akan
digunakan oleh para pengguna dalam menentukan suatu keputusan.
Setiap elemen berbobot penilaian yang berbeda-beda tergantung dari hasil
penilaian kriteria yang ada. Batasan penilaian dimulai dari angka 40 sebagai yang
terendah sampai dengan nilai 100 sebagai yang tertinggi. Sedangkan bobot
penilaiannya sudah ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh si
peneliti dengan bersumber pada hasil penelitian, namun hal ini untuk seterusnya bisa
diadakan perubahan-perubahan searah dengan tuntutan kebutuhan. Bahwa sistem ini
proses penilaiannya mengacu kepada pemenuhan kriteriakriteria yang telah ditetapkan
serta mengacu pada beberapa kasus yang telah terjadi, sehingga benar-benar
mempunyai tolak ukur yang baik.
2.1.1 Model Penilaian Status Dosen
Penilaian elemen ini dilakukan dengan memanfaatkan hasil pengambilan data
status dosen. Penilaian kebutuhan ini berbobot 20%, dengan nilai 100 untuk
klasifikasi dosen tetap, 80 untuk tidak tetap dan 60 untuk dosen tamu seperti
ditunjukkan pada tabel 1
2.1.2 Model Penilaian Jabatan Internal
Model penilaian jabatan internal yang ditujukan untuk dosen tetap dengan
bobot penilaian 15 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk ketua 100,
Pembantu Ketua (Puket) 90, Ketua Jurusan (Kajur) 80, Kepala Bagian (Kabag) 70,
dan Staff biasa 60 seperti
ditunjukkan pada tabel 2.
2.1.3 Model Penilaian Tingkat Pendidikan
Model penilaian tingkat pendidikan dosen dengan bobot 15%, dengan
pembagian kriteria penilaian untuk tingkat pendidikan S3 100, S2 80, dan S1 70
seperti ditunjukkan pada tabel 3.
2.1.4 Model Penilaian Masa Kerja
Model penilaian masa kerja dosen dengan bobot 10 %, dengan pembagian
kriteria penilaian untuk masa kerja >10 tahun 100, 8-10 tahun 80, 5-7 tahun 60 dan 14 tahun 40 seperti ditunjukkan pada tabel 4.
2.1.5 Model Penilaian Jenis Matakuliah
Model penilaian jenis matakuliah dengan bobot 20 %, dengan pembagian
kriteria penilaian untuk matakuliah wajib 100 dan matakuliah pilihan 50 seperti
ditunjukkan pada tabel 5.
2.1.6 Model Penilaian SKS Matakuliah
Model penilaian SKS matakuliah dengan bobot 10 %, dengan pembagian
kriteria penilaian untuk 4 SKS 100, 3 SKS 80 dan 2 SKS 70 seperti ditunjukkan pada
tabel 6.
2.1.7 Model Penilaian Kebutuhan Ruang Kelas Matakuliah
Model penilaian Kebutuhan ruang kelas matakuliah dengan bobot 10 %,
dengan pembagian kriteria penilaian untuk kebutuhan ruang tipe A 100, tipe B 90 dan
Tipe C 80 seperti ditunjukkan pada tabel 7.
2.2 Hasil Pemrosesan Sistem Pendukung Keputusan
Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dibangun untuk menentukan prioritas
urutan dosen dalam menentukan penjadwalan kuliah berdasarkan preferensi kesediaan
masing-masing dosen untuk mengajar pada perguruan tinggi STIE SBI Yogyakarta,
dalam menghasilkan keluaran tersebut sistem secara keseluruhan melakukan
pemrosesan sebagai berikut :
- Pemrosesan Input, terdiri dari pemasukan data dosen, pemasukan data matakuliah,
pemasukan data kelas, pemasukan data ruang dan pemasukan data kesediaan
berisikan sebagian data yang menjadi syarat-syarat untuk penjadwalan kuliah
berdasarkan preferensi kesediaan waktu masing-masing dosen.
- Pemrosesan Penilaian yang terdiri dari Penilaian berbagai macam bobot nilai kriteria
atau parameter.
- Hasil Penilaian berdasarkan hasil perhitungan bobot kriteria penilaian yang ada
untuk setiap matakuliah seperti nampak pada gambar 2.
Dari hasil yang telah ditunjukkan diatas dapat diketahui bahwa total
keseluruhan hasil penilaian untuk untuk masing-masing dosen Izzah dan dosen
Wawan adalah 91,50 dan 88,00. Sehingga untuk mengukur prioritas penjadwalan,
dosen yang diutamakan penjadwalannya terlebih dahulu adalah dosen dengan point
tertinggi. Baru kemudian diikuti dengan dosen-dosen berikutnya. Disini dosen dengan
point tertinggi yang dimaksudkan adalah Izzah. Gambar 3
Pada gambar diatas menerangkan bahwa dosen Izzah di prioritaskan
penjadwalannya karena mempunyai urutan point tertinggi. Disusul oleh dosen Wawan
dan seterusnya sesuai dengan urutan point masing-masing dosen. Jika ada dua dosen
yang secara kebetulan mempunyai kesediaan waktu mengajar yang sama, maka dosen
dengan point yang lebih tinggi di prioritaskan untuk dijadwalkan sesuai dengan
kesediaannya. Sedangkan dosen berikutnya dijadwalkan berikutnya sesuai dengan
urutan point tersebut. Seperti terlihat pada gambar 4.
Mengacu pada gambar 2 yang menunjukkan point dosen Izzah 91,50 lebih
tinggi dari point dosen Marwadi 73,00, maka kesediaan dosen Izzah lebih
diprioritaskan untuk dijadwalkan terlebih dahulu dibandingkan dengan dosen
Marwadi. Mengacu pada gambar 3 dapat kita lihat bahwa penjadwalan untuk dosen
Izzah sesuai dengan waktu kesediaannya. Yakni mengajar pada hari selasa dan kamis.
Sedangkan hasil penjadwalan final untuk dosen Marwadi dapat dilihat pada gambar 5.
3. Penutup
Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :
1. Sistem Pendukung keputusan ini dibuat dengan pemodelan yang memperhatikan
berbagai faktor yang dipakai sebagai kriteria penilaian dan pemberian bobot
diantaranya penilaian status dosen, jabatan, tingkat pendidikan, masa kerja,
matakuliah, SKS matakuliah, dan penilaian kebutuhan ruang yang dianggap relevan
dengan kondisi dan realita pada STIE SBI Yogyakarta.
2. Sistem Pendukung Keputusan ini memiliki kriteria-kriteria yang dapat dirubah bobot
nilainya sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan
3. Hasil yang diperoleh dari sistem yang terbentuk, akan memberikan alternatif penilaian
bagi para pengambil keputusan untuk menentukan penjadwalan kuliah yang sesuai
dengan pereferensi kesediaan waktu dosen yang bersangkutan untuk mengajar.
2. ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN (SIPUS)
TERPADU VERSI 3 DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)
Latar Belakang Masalah
Penggunaan sistem informasi Perpustakaan saat ini sudah tidak asing lagi.
Banyak perpustakaan mulai menggunakan sistem informasi perpustakaan sebagai bagian
penting untuk meningkatkan kinerja staf perpustakaan dan organisasi perpustakaan.
Sistem informasi perpustakaan pun berkembang sedemikian pesat baik yang disediakan
secara gratis atau tidak sampai dengan sistem yang dikembangkan sendiri oleh
perpustakaan. Perpustakaan diberi kebebasan untuk memilih sistem informasi
perpustakaan yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Pemilihan
sistem informasi menjadi pertaruhan bagi perpustakaan dalam menghadapi globalisasi
informasi dan perkembangan teknologi informasi. Perpustakaan harus dapat menentukan
sistem informasi yang mampu terimplementasi dengan baik dan mampu diterima
penggunanya.
Unit Penunjang Umum (UPU) Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM)
melalui PT. Gamatechno telah mengembangkan sebuah sistem informasi perpustakaan
yaitu Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS) Terpadu versi 3 (tiga) untuk menjawab
kebutuhan internal akan adanya sistem informasi perpustakaan yang baik dan sesuai
kebutuhan. SIPUS dikembangkan sejak tahun 2000 hingga saat ini yakni mulai dari
SIPUS versi 1 (satu) tahun 2000/2001, versi 2 (dua) tahun 2002/2003, versi 3 (tiga) tahun
2004/2006 dan versi web yang merupakan versi 4 (empat) tahun 2006/2007, sehingga
sudah 6 tahun sistem ini dikembangkan. Dari keempat sistem informasi perpustakaan,
SIPUS Terpadu versi 3 (tiga) atau SIPUS versi 3 ternyata merupakan program yang saat
ini paling realibel diterapkan pada perpustakaan di lingkungan UGM. Hal ini juga
disebabkan SIPUS versi 4 (empat) yang dikembangkan baru dalam tahap ujicoba pada
dua perpustakaan di lingkungan UGM. Namun dari studi awal yang dilakukan oleh
peneliti, ternyata pemakaian SIPUS versi 3 belum begitu menggembirakan atau
mendapat sambutan dari perpustakaan-perpustakaan di lingkungan UGM. Dari total
perpustakaan yang mencapai 60 perpustakaan yang terdiri dari perpustakaan fakultas,
perpustakaan pasca sarjana, perpustakaan pusat studi dan perpustakaan jurusan, ternyata
hanya ada 4 (empat) perpustakaan yang menggunakan SIPUS versi 3 ini.
Landasan Teori
Definisi Teoritis
Lucas (1987) mengartikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur,
komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung
satu sama lain dan terpadu2. Sedangkan Indrajit3 mendefinisikan sistem sebagai kumpulan
dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya.
Sedangkan Zwass4 menyatakan sistem adalah “Set of components (subsystems or elementary
parts) that operate together to achieve a common objective (or multiple objectives).”
Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem adalah merupakan suatu hal yang saling terkait satu
sama lain untuk mencapai sebuah tujuan yang sama.
Istilah informasi, menurut Davis5 adalah data yang telah diolah menjadi sebuah
bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini
atau mendatang. Sedangkan menurut Zwass6 adalah “an increment in knowledge. May be
obtained by processing data into meaningful and useful content and form.” Berdasar definisi
di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah informasi adalah data yang mempunyai makna,
artinya ketika sesuatu hal (data) tidak mempunyai makna maka belum dapat dikatakan
sebagai sebuah informasi.
Definisi ini menggambarkan adanya interaksi diantara elemen yang sistematis dan
teratur untuk menciptakan dan membentuk aliran informasi yang mendukung pembuatan
keputusan dan melakukan control terhadap jalannya perusahaan (perpustakaan). Sedangkan
Indrajit (2000) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu kumpulan dari komponenkomponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan
dan pengaliran informasi
Tingkatan Sistem Informasi
Setiap jenis sistem informasi berbasis teknologi informasi (komputer) dikembangkan
berdasarkan lini manajerial. Masing-masing sistem informasi tersebut memiliki fungsi dan
manfaat bagi tiap tingkatan manajerial14. Hal ini menentukan tingkatan dari setiap sistem
informasi yang dikembangkan. Tingkatan system informasi terdiri dari:
1. Sistem pemrosesan transaksi atau Transaction Processing Systems (TPS) merupakan
bentuk perkembangan dari kantor elektronik, dimana sebagian dari pekerjaan rutin
diotomatisasi termasuk untuk pemrosesan transaksi. TPS ini merupakan pemrosesan data
transaksi yang menghasilkan informasi yang akurat yang akan digunakan sesuai
kebutuhan. Pada kasus perpustakaan, maka tingkatan sistem ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan transaksi yang dilakukan di bagian pengadaan, pengolahan, sirkulasi dan
keanggotaan.
2. Sistem informasi manajemen disini adalah sebuah kelengkapan pengelolaan dari prosesproses yang menyediakan informasi untuk manajer guna mendukung operasi-operasi
pembuatan keputusan dalam organisasi. Pada tingkatan ini masukan yang diberikan berupa
data transaksi yang telah diproses yang akan dijadikan sebuah laporan ringkas, keputusankeputusan rutin, dan jawaban dari permintaan yang diberikan.
3. Sistem pendukung keputusan (SPK) merupakan peningkatan dari SIM dengan penyediaan
prosedur-prosedur khusus dan pemodelan yang unik yang akan membantu manajer dalam
memperoleh alternative-alternatif keputusan.
4. Sistem Informasi E-Business dibangun karena ada kebutuhan untuk menjawab tantangan
pengintegrasian data dan informasi dari proses bisnis berbasis internet atau jaringan
global.
Penerimaan terhadap Sistem Informasi
Salah satu unsur penting dalam penerapan sebuah sistem informasi adalah penerimaan
terhadap sistem informasi tersebut. Bagi sebuah organisasi, sistem informasi berfungsi
sebagai alat bantu untuk pencapaian tujuan organisasi melalui penyediaan informasi.
Metode Analisis
Hasil penelitian yang diambil dengan menggunakan kuesioner mendapatkan data
kualitatif yang diukur berdasarkan skala Likert.. Skala pengukuran variabel data kualitatif
bisa nominal, ordinal atau persepsi yang dirubah dalam bentuk skala interval. Contoh dalam
penelitian ini variabel kebermanfaatan, kemudahan, dan penerimaan terhadap TI akan diukur
dalam skala interval: 1 = Sangat Tidak Setuju; 2 = Tidak Setuju; 3 = Netral; 4 = Setuju; 5 =
Sangat Setuju
Uji prasyarat (instrumen/kuesioner) dilakukan dengan menggunakan uji validitas data
dan uji realibiltas data. Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah semua
pertanyaan (instrumen) penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah
valid. Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi masing-masing instrumen.
Sedangkan pengujian realibilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden.
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (CA).
3. SISTEM
PENDUKUNG
KEPUTUSAN
PEMILIHAN
MAHASISWA
BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS (AHP)
1.1. Latar Belakang
Setiap individu mahasiswa memiliki hard skills dan soft skills yang berpotensi dalam
menunjang masa depannya. Namun, tidak semua individu tersebut memiliki kemauan dan
kemampuan dalam mengekplorasi potensi yang dimilikinya tersebut.
Dalam era persaingan bebas, dibutuhkan lulusan yang memiliki kemampuan hard
skills dan soft skills yang seimbang, sehingga mahasiswa dituntut dapat aktif dan memiliki
prestasi di bidang akademik dan non akademik, ekstra dan intra kurikuler. Oleh karena itu,
disetiap perguruan tinggi perlu diidentifikasi mahasiswa yang dapat melakukan keduanya
dan diberikan penghargaan sebagai mahasiswa yang berprestasi, yakni dengan melakukan
pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi.
Proses pemilihan mahasiswa berprestasi yang dilakukan secara manual memiliki
bebebrapa kelemahan sehingga menimbulkan beberapa persoalan, diantaranya sebagai
berikut.
Proses pengolahan data pemilihan yang memakan waktu lama. Hal ini dapat
mempengaruhi terhadap proses penetapan kebijakan pihak perguruan tinggi untuk
menentukan mahasiswa yang benar-benar pantas mengikuti proses selanjutnya, yakni
proses pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat nasional yang akan dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Memungkinkan terjadinya human error dalam proses pengolahan data-data yang
digunakan dalam proses pemilihan.
Memungkinkan terjadinya ekplorasi informasi yang minim. Informasi yang
dimaksudkan adalah informasi dari hasil proses pemilihan mahasiswa berprestasi yang
telah dilakukan. Informasi yang diperoleh dari hasil proses pemilihan mahasiswa
seharusnya dapat dipergunakan dengan baik, sehingga memungkinkan untuk memudahkan
pihak perguruan tinggi untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan dimasa
mendatang.
Dalam pelaksanaannya pemilihan mahasiswa berprestasi ini menggunakan beberapa
komponen atau kriteria (multikriteria) yang nantinya akan dinilai. Perumusan kriteriakriteria tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen
Pendidikan Nasional (DIKTI). Kriteria-kriteria tersebut memiliki intensitas kepentingan
(bobot) yang berbeda. DIKTI telah menetapkan komponen-komponen atau kriteria-kriteria
yang akan dinilai pada pemilihan mahasiswa berprestasi ini. Kriteria-kriteria tersebut
adalah sebagai berikut.
Tabel 1. 1 Parameter atau Kriteria yang Digunakan Dalam Pemilihan
N
Nama Kriteria
Bobot
o
1.
2.
3.
4.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Karya Tulis
Kegiatan Intra-Ekstrakurikuler
Kemampuan Bahasa Inggris
20%
30%
25%
25%
Keempat komponen atau kriteria di atas digunakan sejak tahun 2006, yakni awal
diadakannya pemilihan mahasiswa berprestasi diseluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Salah satu metode sistem pendukung keputusan yang multikriteria adalah Analytical
Hierarchy Process (AHP). AHP ini cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat
proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagianbagiannya.
Dengan metode AHP ini penulis membuat sebuah sistem pendukung keputusan
pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi yang berbasis komputer yang
diharapkan nantinya dapat membantu para pembuat keputusan di suatu perguruan tinggi
dalam memutuskan alternatif-alternatif terbaik dalam pemilihan mahasiswa berprestasi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh dua rumusan masalah untuk melakukan
penelitian tentang sistem pendukung keputusan untuk pemilihan mahasiswa berprestasi
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ini, yakni sebagai berikut.
Bagaimana metode AHP dapat memberikan solusi dalam permasalahan pemilihan
mahasiswa berprestasi ? Bagaimana model sistem pendukung keputusan pemilihan
mahasiswa berprestasi yang berbasis komputer dengan menggunakan metode AHP ?
1.3. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian, maka dibuat batasan dari perumusan masalah di atas,
diantaranya sebagai berikut.
1. Sistem pendukung keputusan yang dibuat adalah sistem pendukung keputusan yang
hanya membantu memberikan alternatif mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi.
2. Parameter atau kriteria pemilihan pengambilan keputusan yang digunakan merupakan
hasil dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan Nasional (DIKTI), yakni IPK, Karya Tulis, Kegiatan IntraEkstrakurikuler, Kemampuan bahasa Inggris.
3. Untuk pemilihan mahasiswa berprestasi ini ditetapkan alternatif paling banyak adalah
12 orang (calon mahasiswa berprestasi), sedangkan paling sedikit 7 orang.
4. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan model Analytical Hierarchy Process
(AHP) dengan skala kepentingan 1-6.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini, diantaranya sebagai berikut.
Menerapkan metode AHP dalam membangun sistem pendukung keputusan pemilihan
mahasiswa berprestasi. Membangun suatu prototype sistem pendukung keputusan untuk
pemilihan mahasiswa berprestasi menggunakan metode Analytical Hierarchy Process.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, diantaranya.
1. Memodelkan sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat
perguruan tinggi dengan metode AHP.
2. Memudahkan para pengambil keputusan dalam mengambil keputusan untuk memilih
mahasiswa berprestasi yang diharapkan.
3. Memotivasi untuk melakukan penelitian berikutnya, baik untuk permasalahan serupa
maupun permasalahan lainnya dengan menggunakan metode yang sama.
1.6. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, metode pengumpulan data dan
metode pengembangan perangkat lunak.
1. Metode pengumpulan data
a. Metode studi literatur
Dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan teori
sistem pendukung keputusan yang berbasis komputer, mekanisme pemilihan
mahasiswa berprestasi tingkat universitas, dan metode AHP.
b. Metode wawancara
Dengan melakukan wawancara dengan lembaga atau instansi yang dijadikan objek
penelitian, yakni untuk mendapatkan data-data atau
informasi-informasi yang diperlukan untuk penelitian dan pembangunan perangkat
lunak.
2. Metode pengembangan perangkat lunak
a. Metode pendekatan perangkat lunak
Metode yang digunakan adalah metode pendekatan terstruktur, yakni analisis
yang terfokus pada aliran data. Pendekatan terstruktur mengenalkan beberapa alat
untuk mengembangkan sistem terstruktur. Alat-alat tersebut diantaranya, data
dictionary, entity relationship diagram (ERD), data flow diagram (DFD), process
specification (Pspec).
b. Model Proses
Model proses yang digunakan untuk pembangunan perangkat lunak adalah model
sekuensial linier.
Dasar-dasar Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Simon (Suryadi dan Ramdhani,2002,h.15-16) model yang menggambarkan proses
pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu sebagai berikut.
a. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta
proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka
mengindentifikasi masalah.
b. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif
tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah,
menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.
c. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang
mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses
pengambilan keputusan.
Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak berpendapat
bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna menggambarkan
hubungan antar fase secara lebih komprehensif.
Dari tahapan-tahapan diatas disimpulkan bahwa konsep sistem pendukung keputusan
terdiri dari.
a. Masalah terstruktur
Merupakan masalah yang memiliki struktur masalah pada 3 tahapan Simon. Hasil akhir
ditentukan oleh proses terkomputerisasi tanpa campur tangan manajer.
b. Masalah semi struktur
Merupakan masalah yang memiliki struktur yang memiliki salah satu atau dua
tahapan Simon. Penggabungan antara kebijakan manajer dengan rujukan dari proses
terkomputerisasi.
c. Masalah tidak terstruktur
Merupakan masalah yang tidak memiliki struktur pada tahapan Simon. Masalah yang
hanya mampu diselesaikan dengan kebijakan seorang manajer.
Proses pemilihan mahasiswa berprestasi ini merupakan masalah semi-struktur,
karena sistem yang akan dibangun merupakan tools pembantu pihak perguruan tinggi
untuk menentukan 3 alternatif dengan nilai tertinggi mahasiswa berprestasi tingkat
perguruan tinggi.
Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002,h.30-31) peranan SPK dalam konteks keseluruhan
sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi teknologi informasi.
Terdapat sepuluh karakteristik dasar SPK yang efektif, yaitu sebagai berikut.
a. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management of
perception.
b. Adanya interface manusia-mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses
pengambilan keputusan.
c. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur,
semi terstruktur, dan tidak terstruktur.
d. Output ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan.
e. memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi sebagai kesatuan sistem.
f. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi
seluruh tingkatan manajemen.
g. Pendekatan easy to use. Ciri suatu SPK yang efektif adalah kemudahannya untuk
digunakan,
dan
memungkinkan
keleluasaan
pemakai
untuk
memilih
atau
mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas sistem yang
dihadapi.
h. Kemampuan sistem beradaptasi secara cepat, dimana pengambil keputusan dapat
menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat menanganinya
dengan cara mengadapatasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang
terjadi.
4. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIAN KARYAWAN BERPRESTASI
BERDASARKAN KINERJA ( Studi kasus pada UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK )
Pendahuluan
Perkembangan suatu Perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa
yang masuk. Dari tahun ketahun UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK berkembang
pesat dengan ditandainya jumlah mahasiswa baru. Dengan betambahnya jumlah mahasiswa
maka bertambah pula jumlah karyawan yang bekerja, baik karyawan edukatif maupun
karyawan non edukatif. Bertambahnya karyawan ini sangat berpengaruh pada pengambilan
keputusan untuk menentukan karyawan berprestasi. Selain jumlah yang banyak,
keheterogenan karyawan juga semakin komplek sehingga sangat sulit memilih karyawan
yang berprestasi menurut lembaga dan sulitnya menentukan prioritasnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut:
1. Alat dan bahan
Nama Karyawan UNIVERSITAS GUNADARMA Depok
Faktor-faktor yang menentukan pemilihan karyawan berprestasi
Ms. Access
Ms. Visual Basic 6.0
2. Langkah-langkah dan cara penelitian:
Studi pustaka
Pengumpulan data karyawan dan faktor-faktor yang menentukan pemilihan
karyawan berprestasi diambil dari departemen PSDM
UNIVERSITAS
GUNADARMADepok
Analisis dan perencangan menggunakan AHP
Implementasi perancangan ke dalam software Ms. Access dan Visual basic 6.0
Pengujian untuk memilih karyawan berprestasi
Konsep Sistem Pendukung Keputusan
Konsep sistem pendukung keputusan diperlenalkan pertama kali oleh Michael S.
Scoott Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System
(Sprague,1982). SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan
mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan
yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan
alternatif.
AHP (Analytic Hierarchy Process)
Untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh Departemen Sumber Daya
Manusia di UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK digunakan pendekatan AHP. Salah
satu teknik pengambilan keputusan/ optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis
kebijaksanaan. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang
komprehensif dengan memperhitungkan hal- hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua
kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu
sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan
mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem
(Saaty,2001)
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input
utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model
lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam
model AHP
1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat
perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat
resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai
daripada A dengan skala 1/x
2. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas
atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau
aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak
homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru
3. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak
dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini
menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya
perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh
elemen-elemen pada tingkat diatasnya
4. Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan
lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai
seluruh kriteria atau objectif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang
diambil dianggap tidak lengkap
Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP)
menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu
kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada
dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang
terstruktur kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya
dengan menggunakan
pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan.
Prinsip Kerja AHP
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak
terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu
hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif
tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari
berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang
memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut
(Marimin, 2004).
Prosedur AHP
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :
1.
Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria
dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti Gambar 1. di bawah ini
Goal
Objectives
SubObjectives
Alternatives
2.
Penilaian
kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty
(1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan
Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas
Keterangan
Kepentingan
1
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
elemen yang lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada
elemen lainnya
7
9
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8
Nilai-nilai
antara
dua
nilai
pertimbangan-
pertimbangan yang berdekatan
Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan
berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria,
misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3.
Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada
gambar matriks di bawah ini :
Tabel 2. Contoh matriks perbandingan berpasangan
A1
A1
A2
A2
1
1
A3
A3
1
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan
dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 1., Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat
keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai
kepentingan terhadapnya.
Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika
elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j
dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.
Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung
(direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilainilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian
yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki
pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi,
maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.
3.
Penentuan prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk
menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif.
Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan
penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau
prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan
matematik.
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan berikut:
a.
Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan.
b.
Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi
matriks.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten
sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut
harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan
sebagai berikut (Suryadi & Ramdhani, 1998):
Hubungan kardinal
: aij . ajk = aik
Hubungan ordinal
: Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai > Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :
a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali
dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak
delapan kali dari pisang.
b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan
mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan
tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena
ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang.
Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks.
e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n) / (n-1)
f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio
konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan.
Daftar RI dapat dilihat pada Tabel 3..
Tabel 3. Nilai Indeks Random
Ukuran Matriks
Nilai RI
1,2
0,00
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
11
1,51
12
1,48
13
1,56
14
1,57
15
1,59
Gambaran Umum Sistem
Sistem yang dikembangkan adalah sebuah sistem yang berupa perangkat lunak yang
membantu pengambil keputusan yakni Departemen Sumber Daya Manusia untuk pemilihan
karyawan berprestasi berdasarkan kinerjanya. Dari analisis dokumen penilaian kinerja yang
diisi oleh seluruh karyawan dan kepala bagian dari tiap-tiap departemen lalu diproses melalui
pemodelan menggunakan AHP. Satu karyawan menilai teman se departemennya, dan seorang
kepala bagian menilai seluruh karyawan yang ada di
UNIVERSITAS GUNADARMA
Depok.
Setiap form isian dianalisis berdasarkan kriteria- kriteria penilaian. Analisis dokumendokumen penilaian ini menghasilkan keluaran berupa nilai prioritas karyawan. Kemudian
setelah semua penilaian dianalisis, setiap penilaian diberi bobot, untuk selanjutnya dilakukan
analisis pada setiap karyawan.
Pengambil keputusan dalam hal ini departemen SDM melakukan proses komunikasi
dengan sistem lewat dialog (GUI) yang telah disediakan. Departemen SDM dapat melakukan
pengolahan data dan memberi perintah pada sistem untuk mengolah data yang ada sesuai
model yang digunakan dan meminta sistem memberikan alternatif solusi setelah dimasukkan
beberapa kriteria dan bobot yang diperhitungkan. Keluaran informasi sistem bisa dijadikan
pertimbangan untuk menentukan karyawan yang berprestasi berdasarkan prioritas.
Diagram Alir (Flowchart) SPK
Untuk menggambarkan diagram alir algoritma semua proses yang dijalankan Sistem
Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi dapat dilihat pada diagram alir
berikut:
Diagram Alir Utama
Dalam diagram alir utama ini digambarkan algoritma secara umum semua proses
yang ada dalam Sistem Pendukung Keputusan. Proses diawali dengan pengisian form
penilaian, kemudian proses selanjutnya adalah proses Sistem Pendukung pemilihan karyawan
berprestasi. Algoritma utama ini dapat dilihat pada gambar 2.
mulai
Form penilaian
Analisis dokumen lagi?
Y
T
SPK pemilihan karyawan berprestasi
selesai
Gambar 2. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Utama
Diagram alir Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi
Diagram alir yang digambarkan merupakan diagram alir Sistem Pendukung
Keputusan pemilihan karyawan berprestasi. Proses AHP ini digunakan untuk menghitung
nilai intensitas kriteria dan karyawan. Proses yang terdapat dalam Sistem Pendukung
Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini adalah proses AHP kriteria penilaian, proses
AHP karyawan dan proses hasil analisis.
mulai
AHP Kriteria Penilaian
AHP Karyawan
Hasil Analisis Penilaian
selesai
Gambar 3. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Berprestasi
Diagram alir AHP kriteria
Diagram alir ini berfungsi untuk menggambarkan algoritma untuk proses AHP kriteria
Penilaian. Gambaran umum algoritma pada proses AHP kriteria ini dapat dilihat pada
Gambar 4. Proses yang terdapat dalam AHP kriteria ini adalah input kriteria penilaian, set
skala perbandingan berpasangan, dan analisis kriteria Penilaian. Dalam AHP kriteria
Penilaian ini, pengguna harus memasukkan kriteria-kriteria penilaian yang akan dipakai pada
form penilaian karyawan.
mulai
Input Kriteria Penilaian
Set Skala Perbandingan
Analisis Kriteria Penilaian
selesai
Gambar 4. Diagram Alir AHP Kriteria Penilaian
Penghitungan nilai intensitas kriteria ini diawali dengan melakukan perbandingan
berpasangan dari tiap-tiap kriteria. Gambar 5. menjelaskan algoritma umum dari proses set
skala perbandingan.
mulai
i=1
T
i
KELOMPOK I
MULYONO AGUS SAPUTRA
SISKA RAYUSMI
NELVIA ROZA
NURMAINI
OPI AJI
SISTEM INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS LANCANG KUNING
PEKANBARU
2011
1. APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJADWALAN KULIAH
BERDASARKAN KESEDIAAN WAKTU DOSEN MENGAJAR (Studi Kasus Pada
STIE SBI Yogyakarta)
proses pengambilan keputusan melalui tahapan :
1) Tahap Penelusuran ( Intelligence)
Dari penelitian yang dilakukan melahirkan rumusan masalah penelitian berupa
Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan Penjadwalan Kuliah Berdasarkan
Preferensi Kesediaan Waktu Dosen Untuk Mengajar, hasil tahapan penelitian ini
tertuang pada (Yuhilda, 2007).
2) Tahap Perancangan ( Design)
Setelah perumusan masalah, dilanjutkan dengan pencarian data-data dan
informasi berupa sistem dan prosedur penjadwalan kuliah yang telah dipakai, datadata dosen, data-data matakuliah, data-data kelas, data-data ruang dan dampak dari
hasil penjadwalan. Pencarian dan pengumpulan data didominasi melalui wawancara
dengan staf pada Bagian Akademik yang mengurusi penjadwalan kuliah. Dari
kesemua informasi yang diperoleh, kemudian dapat dibuat penetapan kriteria-kriteria
evaluasi untuk calon dosen yang diutamakan penjadwalannya melalui pertimbangan
jabatan dosen, status dosen, pertimbangan diampu, jumlah SKS matakuliah yang
diampuh dan kebutuhan fasilitas dan ruang kelas yang disesuaikan dengan kebutuhan
matakuliah (Yuhilda, 2007).
3) Tahap Pemilihan (Choice)
Dengan mengacu pada kriteria-kriteria penilaian yang telah ditetapkan, dibuat
model-model penilaian secara matematis, sejumlah model penilaian seperti ditunjukan
pada gambar 1 yang masing-masing akan diuraikan pada pembahasan.
4) Tahap Implementasi (Implementation)
Struktur Sistem Pendukung Keputusan yang ditunjukan pada gambar 1
diimplementasikan dengan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dengan Microsoft
SQL Server 2000 sebagai databasenya, yang secara detail dibahas pada (Yuhilda,
2007). Sedangkan komponen-komponen Sistem Pendukung Keputusan yang
digunakan adalah :
a. Subsistem manajemen data, menyediakan data bagi sistem yang berasal dari data
internal
dan data eksternal.
b. Subsistem manajemen model, berfungsi sebagai pengelola berbagai model.
c.
Subsistem
antar
muka
pengguna,
merupakan
fasilitas
yang
mampu
mengintegrasikan sistem terpasang dengan pengguna secara interaktif.
Perancangan basis data sistem pendukung keputusan yang akan memberikan
pemahaman secara keseluruhan berupa hubungan antar objek data, aliran informasi
dan transformasi dari data input menjadi output yang digambarkan secara grafik
berupa Entitas
Relationship Diagram dan Data Flow Diagram yang secara lengkap dibahas pada
(Yuhilda, 2007).
Secara keseluruhan Sistem Pendukung Keputusan yang akan dibangun,
memperhatikan kriteria-kriteria dengan bobot tertentu, yang dapat digambarkan
seperti tabel-tabel dibawah ini:
2.1 Model dan Bobot Penilaian Sistem Pendukung Keputusan
Model Sistem Pendukung Keputusan Penjadwalan Kuliah berdasarkan
preferensi kesediaan waktu dosen untuk mengajar, dibuat dalam 7 jenis penilaian,
yaitu model penilaian status dosen, model penilaian jabatan (untuk dosen tetap),
model penilaian tingkat pendidikan dosen, model penilaian masa kerja, model
penilaian jenis matakuliah, model penilaian SKS matakuliah, dan model penilaian
kebutuhan ruang. Dimana masing-masing unsur tersebut memiliki beberapa elemen
penilaian yang akan menentukan hasil akhir sistem pendukung keputusan yang akan
digunakan oleh para pengguna dalam menentukan suatu keputusan.
Setiap elemen berbobot penilaian yang berbeda-beda tergantung dari hasil
penilaian kriteria yang ada. Batasan penilaian dimulai dari angka 40 sebagai yang
terendah sampai dengan nilai 100 sebagai yang tertinggi. Sedangkan bobot
penilaiannya sudah ditentukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan oleh si
peneliti dengan bersumber pada hasil penelitian, namun hal ini untuk seterusnya bisa
diadakan perubahan-perubahan searah dengan tuntutan kebutuhan. Bahwa sistem ini
proses penilaiannya mengacu kepada pemenuhan kriteriakriteria yang telah ditetapkan
serta mengacu pada beberapa kasus yang telah terjadi, sehingga benar-benar
mempunyai tolak ukur yang baik.
2.1.1 Model Penilaian Status Dosen
Penilaian elemen ini dilakukan dengan memanfaatkan hasil pengambilan data
status dosen. Penilaian kebutuhan ini berbobot 20%, dengan nilai 100 untuk
klasifikasi dosen tetap, 80 untuk tidak tetap dan 60 untuk dosen tamu seperti
ditunjukkan pada tabel 1
2.1.2 Model Penilaian Jabatan Internal
Model penilaian jabatan internal yang ditujukan untuk dosen tetap dengan
bobot penilaian 15 %, dengan pembagian kriteria penilaian untuk ketua 100,
Pembantu Ketua (Puket) 90, Ketua Jurusan (Kajur) 80, Kepala Bagian (Kabag) 70,
dan Staff biasa 60 seperti
ditunjukkan pada tabel 2.
2.1.3 Model Penilaian Tingkat Pendidikan
Model penilaian tingkat pendidikan dosen dengan bobot 15%, dengan
pembagian kriteria penilaian untuk tingkat pendidikan S3 100, S2 80, dan S1 70
seperti ditunjukkan pada tabel 3.
2.1.4 Model Penilaian Masa Kerja
Model penilaian masa kerja dosen dengan bobot 10 %, dengan pembagian
kriteria penilaian untuk masa kerja >10 tahun 100, 8-10 tahun 80, 5-7 tahun 60 dan 14 tahun 40 seperti ditunjukkan pada tabel 4.
2.1.5 Model Penilaian Jenis Matakuliah
Model penilaian jenis matakuliah dengan bobot 20 %, dengan pembagian
kriteria penilaian untuk matakuliah wajib 100 dan matakuliah pilihan 50 seperti
ditunjukkan pada tabel 5.
2.1.6 Model Penilaian SKS Matakuliah
Model penilaian SKS matakuliah dengan bobot 10 %, dengan pembagian
kriteria penilaian untuk 4 SKS 100, 3 SKS 80 dan 2 SKS 70 seperti ditunjukkan pada
tabel 6.
2.1.7 Model Penilaian Kebutuhan Ruang Kelas Matakuliah
Model penilaian Kebutuhan ruang kelas matakuliah dengan bobot 10 %,
dengan pembagian kriteria penilaian untuk kebutuhan ruang tipe A 100, tipe B 90 dan
Tipe C 80 seperti ditunjukkan pada tabel 7.
2.2 Hasil Pemrosesan Sistem Pendukung Keputusan
Aplikasi Sistem Pendukung Keputusan dibangun untuk menentukan prioritas
urutan dosen dalam menentukan penjadwalan kuliah berdasarkan preferensi kesediaan
masing-masing dosen untuk mengajar pada perguruan tinggi STIE SBI Yogyakarta,
dalam menghasilkan keluaran tersebut sistem secara keseluruhan melakukan
pemrosesan sebagai berikut :
- Pemrosesan Input, terdiri dari pemasukan data dosen, pemasukan data matakuliah,
pemasukan data kelas, pemasukan data ruang dan pemasukan data kesediaan
berisikan sebagian data yang menjadi syarat-syarat untuk penjadwalan kuliah
berdasarkan preferensi kesediaan waktu masing-masing dosen.
- Pemrosesan Penilaian yang terdiri dari Penilaian berbagai macam bobot nilai kriteria
atau parameter.
- Hasil Penilaian berdasarkan hasil perhitungan bobot kriteria penilaian yang ada
untuk setiap matakuliah seperti nampak pada gambar 2.
Dari hasil yang telah ditunjukkan diatas dapat diketahui bahwa total
keseluruhan hasil penilaian untuk untuk masing-masing dosen Izzah dan dosen
Wawan adalah 91,50 dan 88,00. Sehingga untuk mengukur prioritas penjadwalan,
dosen yang diutamakan penjadwalannya terlebih dahulu adalah dosen dengan point
tertinggi. Baru kemudian diikuti dengan dosen-dosen berikutnya. Disini dosen dengan
point tertinggi yang dimaksudkan adalah Izzah. Gambar 3
Pada gambar diatas menerangkan bahwa dosen Izzah di prioritaskan
penjadwalannya karena mempunyai urutan point tertinggi. Disusul oleh dosen Wawan
dan seterusnya sesuai dengan urutan point masing-masing dosen. Jika ada dua dosen
yang secara kebetulan mempunyai kesediaan waktu mengajar yang sama, maka dosen
dengan point yang lebih tinggi di prioritaskan untuk dijadwalkan sesuai dengan
kesediaannya. Sedangkan dosen berikutnya dijadwalkan berikutnya sesuai dengan
urutan point tersebut. Seperti terlihat pada gambar 4.
Mengacu pada gambar 2 yang menunjukkan point dosen Izzah 91,50 lebih
tinggi dari point dosen Marwadi 73,00, maka kesediaan dosen Izzah lebih
diprioritaskan untuk dijadwalkan terlebih dahulu dibandingkan dengan dosen
Marwadi. Mengacu pada gambar 3 dapat kita lihat bahwa penjadwalan untuk dosen
Izzah sesuai dengan waktu kesediaannya. Yakni mengajar pada hari selasa dan kamis.
Sedangkan hasil penjadwalan final untuk dosen Marwadi dapat dilihat pada gambar 5.
3. Penutup
Beberapa kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah :
1. Sistem Pendukung keputusan ini dibuat dengan pemodelan yang memperhatikan
berbagai faktor yang dipakai sebagai kriteria penilaian dan pemberian bobot
diantaranya penilaian status dosen, jabatan, tingkat pendidikan, masa kerja,
matakuliah, SKS matakuliah, dan penilaian kebutuhan ruang yang dianggap relevan
dengan kondisi dan realita pada STIE SBI Yogyakarta.
2. Sistem Pendukung Keputusan ini memiliki kriteria-kriteria yang dapat dirubah bobot
nilainya sesuai dengan kesepakatan dan kebutuhan
3. Hasil yang diperoleh dari sistem yang terbentuk, akan memberikan alternatif penilaian
bagi para pengambil keputusan untuk menentukan penjadwalan kuliah yang sesuai
dengan pereferensi kesediaan waktu dosen yang bersangkutan untuk mengajar.
2. ANALISIS PENERIMAAN SISTEM INFORMASI PERPUSTAKAAN (SIPUS)
TERPADU VERSI 3 DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA (UGM)
Latar Belakang Masalah
Penggunaan sistem informasi Perpustakaan saat ini sudah tidak asing lagi.
Banyak perpustakaan mulai menggunakan sistem informasi perpustakaan sebagai bagian
penting untuk meningkatkan kinerja staf perpustakaan dan organisasi perpustakaan.
Sistem informasi perpustakaan pun berkembang sedemikian pesat baik yang disediakan
secara gratis atau tidak sampai dengan sistem yang dikembangkan sendiri oleh
perpustakaan. Perpustakaan diberi kebebasan untuk memilih sistem informasi
perpustakaan yang paling baik dan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan. Pemilihan
sistem informasi menjadi pertaruhan bagi perpustakaan dalam menghadapi globalisasi
informasi dan perkembangan teknologi informasi. Perpustakaan harus dapat menentukan
sistem informasi yang mampu terimplementasi dengan baik dan mampu diterima
penggunanya.
Unit Penunjang Umum (UPU) Perpustakaan Universitas Gadjah Mada (UGM)
melalui PT. Gamatechno telah mengembangkan sebuah sistem informasi perpustakaan
yaitu Sistem Informasi Perpustakaan (SIPUS) Terpadu versi 3 (tiga) untuk menjawab
kebutuhan internal akan adanya sistem informasi perpustakaan yang baik dan sesuai
kebutuhan. SIPUS dikembangkan sejak tahun 2000 hingga saat ini yakni mulai dari
SIPUS versi 1 (satu) tahun 2000/2001, versi 2 (dua) tahun 2002/2003, versi 3 (tiga) tahun
2004/2006 dan versi web yang merupakan versi 4 (empat) tahun 2006/2007, sehingga
sudah 6 tahun sistem ini dikembangkan. Dari keempat sistem informasi perpustakaan,
SIPUS Terpadu versi 3 (tiga) atau SIPUS versi 3 ternyata merupakan program yang saat
ini paling realibel diterapkan pada perpustakaan di lingkungan UGM. Hal ini juga
disebabkan SIPUS versi 4 (empat) yang dikembangkan baru dalam tahap ujicoba pada
dua perpustakaan di lingkungan UGM. Namun dari studi awal yang dilakukan oleh
peneliti, ternyata pemakaian SIPUS versi 3 belum begitu menggembirakan atau
mendapat sambutan dari perpustakaan-perpustakaan di lingkungan UGM. Dari total
perpustakaan yang mencapai 60 perpustakaan yang terdiri dari perpustakaan fakultas,
perpustakaan pasca sarjana, perpustakaan pusat studi dan perpustakaan jurusan, ternyata
hanya ada 4 (empat) perpustakaan yang menggunakan SIPUS versi 3 ini.
Landasan Teori
Definisi Teoritis
Lucas (1987) mengartikan sistem sebagai suatu kumpulan atau himpunan dari unsur,
komponen, atau variabel-variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling bergantung
satu sama lain dan terpadu2. Sedangkan Indrajit3 mendefinisikan sistem sebagai kumpulan
dari komponen-komponen yang memiliki unsur keterkaitan antara satu dan lainnya.
Sedangkan Zwass4 menyatakan sistem adalah “Set of components (subsystems or elementary
parts) that operate together to achieve a common objective (or multiple objectives).”
Sehingga dapat dikatakan bahwa sistem adalah merupakan suatu hal yang saling terkait satu
sama lain untuk mencapai sebuah tujuan yang sama.
Istilah informasi, menurut Davis5 adalah data yang telah diolah menjadi sebuah
bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat dalam mengambil keputusan saat ini
atau mendatang. Sedangkan menurut Zwass6 adalah “an increment in knowledge. May be
obtained by processing data into meaningful and useful content and form.” Berdasar definisi
di atas maka dapat dikatakan bahwa sebuah informasi adalah data yang mempunyai makna,
artinya ketika sesuatu hal (data) tidak mempunyai makna maka belum dapat dikatakan
sebagai sebuah informasi.
Definisi ini menggambarkan adanya interaksi diantara elemen yang sistematis dan
teratur untuk menciptakan dan membentuk aliran informasi yang mendukung pembuatan
keputusan dan melakukan control terhadap jalannya perusahaan (perpustakaan). Sedangkan
Indrajit (2000) mendefinisikan sistem informasi sebagai suatu kumpulan dari komponenkomponen dalam perusahaan atau organisasi yang berhubungan dengan proses penciptaan
dan pengaliran informasi
Tingkatan Sistem Informasi
Setiap jenis sistem informasi berbasis teknologi informasi (komputer) dikembangkan
berdasarkan lini manajerial. Masing-masing sistem informasi tersebut memiliki fungsi dan
manfaat bagi tiap tingkatan manajerial14. Hal ini menentukan tingkatan dari setiap sistem
informasi yang dikembangkan. Tingkatan system informasi terdiri dari:
1. Sistem pemrosesan transaksi atau Transaction Processing Systems (TPS) merupakan
bentuk perkembangan dari kantor elektronik, dimana sebagian dari pekerjaan rutin
diotomatisasi termasuk untuk pemrosesan transaksi. TPS ini merupakan pemrosesan data
transaksi yang menghasilkan informasi yang akurat yang akan digunakan sesuai
kebutuhan. Pada kasus perpustakaan, maka tingkatan sistem ini adalah untuk memenuhi
kebutuhan transaksi yang dilakukan di bagian pengadaan, pengolahan, sirkulasi dan
keanggotaan.
2. Sistem informasi manajemen disini adalah sebuah kelengkapan pengelolaan dari prosesproses yang menyediakan informasi untuk manajer guna mendukung operasi-operasi
pembuatan keputusan dalam organisasi. Pada tingkatan ini masukan yang diberikan berupa
data transaksi yang telah diproses yang akan dijadikan sebuah laporan ringkas, keputusankeputusan rutin, dan jawaban dari permintaan yang diberikan.
3. Sistem pendukung keputusan (SPK) merupakan peningkatan dari SIM dengan penyediaan
prosedur-prosedur khusus dan pemodelan yang unik yang akan membantu manajer dalam
memperoleh alternative-alternatif keputusan.
4. Sistem Informasi E-Business dibangun karena ada kebutuhan untuk menjawab tantangan
pengintegrasian data dan informasi dari proses bisnis berbasis internet atau jaringan
global.
Penerimaan terhadap Sistem Informasi
Salah satu unsur penting dalam penerapan sebuah sistem informasi adalah penerimaan
terhadap sistem informasi tersebut. Bagi sebuah organisasi, sistem informasi berfungsi
sebagai alat bantu untuk pencapaian tujuan organisasi melalui penyediaan informasi.
Metode Analisis
Hasil penelitian yang diambil dengan menggunakan kuesioner mendapatkan data
kualitatif yang diukur berdasarkan skala Likert.. Skala pengukuran variabel data kualitatif
bisa nominal, ordinal atau persepsi yang dirubah dalam bentuk skala interval. Contoh dalam
penelitian ini variabel kebermanfaatan, kemudahan, dan penerimaan terhadap TI akan diukur
dalam skala interval: 1 = Sangat Tidak Setuju; 2 = Tidak Setuju; 3 = Netral; 4 = Setuju; 5 =
Sangat Setuju
Uji prasyarat (instrumen/kuesioner) dilakukan dengan menggunakan uji validitas data
dan uji realibiltas data. Pengujian validitas dilakukan untuk mengetahui apakah semua
pertanyaan (instrumen) penelitian yang diajukan untuk mengukur variabel penelitian adalah
valid. Uji validitas dilakukan dengan melihat nilai signifikansi masing-masing instrumen.
Sedangkan pengujian realibilitas digunakan untuk mengukur konsistensi jawaban responden.
Kriteria pengujian dilakukan dengan menggunakan pengujian Cronbach Alpha (CA).
3. SISTEM
PENDUKUNG
KEPUTUSAN
PEMILIHAN
MAHASISWA
BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY
PROCESS (AHP)
1.1. Latar Belakang
Setiap individu mahasiswa memiliki hard skills dan soft skills yang berpotensi dalam
menunjang masa depannya. Namun, tidak semua individu tersebut memiliki kemauan dan
kemampuan dalam mengekplorasi potensi yang dimilikinya tersebut.
Dalam era persaingan bebas, dibutuhkan lulusan yang memiliki kemampuan hard
skills dan soft skills yang seimbang, sehingga mahasiswa dituntut dapat aktif dan memiliki
prestasi di bidang akademik dan non akademik, ekstra dan intra kurikuler. Oleh karena itu,
disetiap perguruan tinggi perlu diidentifikasi mahasiswa yang dapat melakukan keduanya
dan diberikan penghargaan sebagai mahasiswa yang berprestasi, yakni dengan melakukan
pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi.
Proses pemilihan mahasiswa berprestasi yang dilakukan secara manual memiliki
bebebrapa kelemahan sehingga menimbulkan beberapa persoalan, diantaranya sebagai
berikut.
Proses pengolahan data pemilihan yang memakan waktu lama. Hal ini dapat
mempengaruhi terhadap proses penetapan kebijakan pihak perguruan tinggi untuk
menentukan mahasiswa yang benar-benar pantas mengikuti proses selanjutnya, yakni
proses pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat nasional yang akan dilakukan oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Memungkinkan terjadinya human error dalam proses pengolahan data-data yang
digunakan dalam proses pemilihan.
Memungkinkan terjadinya ekplorasi informasi yang minim. Informasi yang
dimaksudkan adalah informasi dari hasil proses pemilihan mahasiswa berprestasi yang
telah dilakukan. Informasi yang diperoleh dari hasil proses pemilihan mahasiswa
seharusnya dapat dipergunakan dengan baik, sehingga memungkinkan untuk memudahkan
pihak perguruan tinggi untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang akan dilakukan dimasa
mendatang.
Dalam pelaksanaannya pemilihan mahasiswa berprestasi ini menggunakan beberapa
komponen atau kriteria (multikriteria) yang nantinya akan dinilai. Perumusan kriteriakriteria tersebut dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi-Departemen
Pendidikan Nasional (DIKTI). Kriteria-kriteria tersebut memiliki intensitas kepentingan
(bobot) yang berbeda. DIKTI telah menetapkan komponen-komponen atau kriteria-kriteria
yang akan dinilai pada pemilihan mahasiswa berprestasi ini. Kriteria-kriteria tersebut
adalah sebagai berikut.
Tabel 1. 1 Parameter atau Kriteria yang Digunakan Dalam Pemilihan
N
Nama Kriteria
Bobot
o
1.
2.
3.
4.
Indeks Prestasi Kumulatif (IPK)
Karya Tulis
Kegiatan Intra-Ekstrakurikuler
Kemampuan Bahasa Inggris
20%
30%
25%
25%
Keempat komponen atau kriteria di atas digunakan sejak tahun 2006, yakni awal
diadakannya pemilihan mahasiswa berprestasi diseluruh perguruan tinggi di Indonesia.
Salah satu metode sistem pendukung keputusan yang multikriteria adalah Analytical
Hierarchy Process (AHP). AHP ini cukup efektif dalam menyederhanakan dan mempercepat
proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut ke dalam bagianbagiannya.
Dengan metode AHP ini penulis membuat sebuah sistem pendukung keputusan
pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi yang berbasis komputer yang
diharapkan nantinya dapat membantu para pembuat keputusan di suatu perguruan tinggi
dalam memutuskan alternatif-alternatif terbaik dalam pemilihan mahasiswa berprestasi.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, diperoleh dua rumusan masalah untuk melakukan
penelitian tentang sistem pendukung keputusan untuk pemilihan mahasiswa berprestasi
menggunakan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) ini, yakni sebagai berikut.
Bagaimana metode AHP dapat memberikan solusi dalam permasalahan pemilihan
mahasiswa berprestasi ? Bagaimana model sistem pendukung keputusan pemilihan
mahasiswa berprestasi yang berbasis komputer dengan menggunakan metode AHP ?
1.3. Batasan Masalah
Untuk memfokuskan penelitian, maka dibuat batasan dari perumusan masalah di atas,
diantaranya sebagai berikut.
1. Sistem pendukung keputusan yang dibuat adalah sistem pendukung keputusan yang
hanya membantu memberikan alternatif mahasiswa berprestasi tingkat perguruan tinggi.
2. Parameter atau kriteria pemilihan pengambilan keputusan yang digunakan merupakan
hasil dari kebijakan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan TinggiDepartemen Pendidikan Nasional (DIKTI), yakni IPK, Karya Tulis, Kegiatan IntraEkstrakurikuler, Kemampuan bahasa Inggris.
3. Untuk pemilihan mahasiswa berprestasi ini ditetapkan alternatif paling banyak adalah
12 orang (calon mahasiswa berprestasi), sedangkan paling sedikit 7 orang.
4. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan model Analytical Hierarchy Process
(AHP) dengan skala kepentingan 1-6.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dilakukannya penelitian ini, diantaranya sebagai berikut.
Menerapkan metode AHP dalam membangun sistem pendukung keputusan pemilihan
mahasiswa berprestasi. Membangun suatu prototype sistem pendukung keputusan untuk
pemilihan mahasiswa berprestasi menggunakan metode Analytical Hierarchy Process.
1.5. Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat, diantaranya.
1. Memodelkan sistem pendukung keputusan pemilihan mahasiswa berprestasi tingkat
perguruan tinggi dengan metode AHP.
2. Memudahkan para pengambil keputusan dalam mengambil keputusan untuk memilih
mahasiswa berprestasi yang diharapkan.
3. Memotivasi untuk melakukan penelitian berikutnya, baik untuk permasalahan serupa
maupun permasalahan lainnya dengan menggunakan metode yang sama.
1.6. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, metode pengumpulan data dan
metode pengembangan perangkat lunak.
1. Metode pengumpulan data
a. Metode studi literatur
Dengan mengumpulkan dan mempelajari literatur yang berkaitan dengan teori
sistem pendukung keputusan yang berbasis komputer, mekanisme pemilihan
mahasiswa berprestasi tingkat universitas, dan metode AHP.
b. Metode wawancara
Dengan melakukan wawancara dengan lembaga atau instansi yang dijadikan objek
penelitian, yakni untuk mendapatkan data-data atau
informasi-informasi yang diperlukan untuk penelitian dan pembangunan perangkat
lunak.
2. Metode pengembangan perangkat lunak
a. Metode pendekatan perangkat lunak
Metode yang digunakan adalah metode pendekatan terstruktur, yakni analisis
yang terfokus pada aliran data. Pendekatan terstruktur mengenalkan beberapa alat
untuk mengembangkan sistem terstruktur. Alat-alat tersebut diantaranya, data
dictionary, entity relationship diagram (ERD), data flow diagram (DFD), process
specification (Pspec).
b. Model Proses
Model proses yang digunakan untuk pembangunan perangkat lunak adalah model
sekuensial linier.
Dasar-dasar Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Simon (Suryadi dan Ramdhani,2002,h.15-16) model yang menggambarkan proses
pengambilan keputusan. Proses ini terdiri dari tiga fase, yaitu sebagai berikut.
a. Intelligence
Tahap ini merupakan proses penelusuran dan pendeteksian dari lingkup problematika serta
proses pengenalan masalah. Data masukan diperoleh, diproses, dan diuji dalam rangka
mengindentifikasi masalah.
b. Design
Tahap ini merupakan proses menemukan, mengembangkan, dan menganalisis alternatif
tindakan yang bisa dilakukan. Tahap ini meliputi proses untuk mengerti masalah,
menurunkan solusi dan menguji kelayakan solusi.
c. Choice
Pada tahap ini dilakukan proses pemilihan diantara berbagai alternatif tindakan yang
mungkin dijalankan. Hasil pemilihan tersebut kemudian diimplementasikan dalam proses
pengambilan keputusan.
Meskipun implementasi termasuk tahap ketiga, namun ada beberapa pihak berpendapat
bahwa tahap ini perlu dipandang sebagai bagian yang terpisah guna menggambarkan
hubungan antar fase secara lebih komprehensif.
Dari tahapan-tahapan diatas disimpulkan bahwa konsep sistem pendukung keputusan
terdiri dari.
a. Masalah terstruktur
Merupakan masalah yang memiliki struktur masalah pada 3 tahapan Simon. Hasil akhir
ditentukan oleh proses terkomputerisasi tanpa campur tangan manajer.
b. Masalah semi struktur
Merupakan masalah yang memiliki struktur yang memiliki salah satu atau dua
tahapan Simon. Penggabungan antara kebijakan manajer dengan rujukan dari proses
terkomputerisasi.
c. Masalah tidak terstruktur
Merupakan masalah yang tidak memiliki struktur pada tahapan Simon. Masalah yang
hanya mampu diselesaikan dengan kebijakan seorang manajer.
Proses pemilihan mahasiswa berprestasi ini merupakan masalah semi-struktur,
karena sistem yang akan dibangun merupakan tools pembantu pihak perguruan tinggi
untuk menentukan 3 alternatif dengan nilai tertinggi mahasiswa berprestasi tingkat
perguruan tinggi.
Karakteristik Sistem Pendukung Keputusan
Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002,h.30-31) peranan SPK dalam konteks keseluruhan
sistem informasi ditujukan untuk memperbaiki kinerja melalui aplikasi teknologi informasi.
Terdapat sepuluh karakteristik dasar SPK yang efektif, yaitu sebagai berikut.
a. Mendukung proses pengambilan keputusan, menitikberatkan pada management of
perception.
b. Adanya interface manusia-mesin dimana manusia (user) tetap mengontrol proses
pengambilan keputusan.
c. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah terstruktur,
semi terstruktur, dan tidak terstruktur.
d. Output ditujukan untuk personil organisasi dalam semua tingkatan.
e. memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat
berfungsi sebagai kesatuan sistem.
f. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi
seluruh tingkatan manajemen.
g. Pendekatan easy to use. Ciri suatu SPK yang efektif adalah kemudahannya untuk
digunakan,
dan
memungkinkan
keleluasaan
pemakai
untuk
memilih
atau
mengembangkan pendekatan-pendekatan baru dalam membahas sistem yang
dihadapi.
h. Kemampuan sistem beradaptasi secara cepat, dimana pengambil keputusan dapat
menghadapi masalah-masalah baru, dan pada saat yang sama dapat menanganinya
dengan cara mengadapatasikan sistem terhadap kondisi-kondisi perubahan yang
terjadi.
4. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIAN KARYAWAN BERPRESTASI
BERDASARKAN KINERJA ( Studi kasus pada UNIVERSITAS GUNADARMA
DEPOK )
Pendahuluan
Perkembangan suatu Perguruan tinggi sangat dipengaruhi oleh jumlah mahasiswa
yang masuk. Dari tahun ketahun UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK berkembang
pesat dengan ditandainya jumlah mahasiswa baru. Dengan betambahnya jumlah mahasiswa
maka bertambah pula jumlah karyawan yang bekerja, baik karyawan edukatif maupun
karyawan non edukatif. Bertambahnya karyawan ini sangat berpengaruh pada pengambilan
keputusan untuk menentukan karyawan berprestasi. Selain jumlah yang banyak,
keheterogenan karyawan juga semakin komplek sehingga sangat sulit memilih karyawan
yang berprestasi menurut lembaga dan sulitnya menentukan prioritasnya.
Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah seperti berikut:
1. Alat dan bahan
Nama Karyawan UNIVERSITAS GUNADARMA Depok
Faktor-faktor yang menentukan pemilihan karyawan berprestasi
Ms. Access
Ms. Visual Basic 6.0
2. Langkah-langkah dan cara penelitian:
Studi pustaka
Pengumpulan data karyawan dan faktor-faktor yang menentukan pemilihan
karyawan berprestasi diambil dari departemen PSDM
UNIVERSITAS
GUNADARMADepok
Analisis dan perencangan menggunakan AHP
Implementasi perancangan ke dalam software Ms. Access dan Visual basic 6.0
Pengujian untuk memilih karyawan berprestasi
Konsep Sistem Pendukung Keputusan
Konsep sistem pendukung keputusan diperlenalkan pertama kali oleh Michael S.
Scoott Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System
(Sprague,1982). SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan
mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan menentukan pendekatan
yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai mengevaluasi pemilihan
alternatif.
AHP (Analytic Hierarchy Process)
Untuk mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh Departemen Sumber Daya
Manusia di UNIVERSITAS GUNADARMA DEPOK digunakan pendekatan AHP. Salah
satu teknik pengambilan keputusan/ optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis
kebijaksanaan. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang
komprehensif dengan memperhitungkan hal- hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif.
Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya berusaha menutupi semua
kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu
sistem dan lingkungan kedalam komponen saling berinteraksi dan kemudian menyatukan
mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari komponen kesalahan sistem
(Saaty,2001)
Peralatan utama dari model ini adalah sebuah hirarki fungsional dengan input
utamanya adalah persepsi manusia. Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model
lainnya terletak pada jenis inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam
model AHP
1. Reciprocal Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat
perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi syarat
resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka B lebih disukai
daripada A dengan skala 1/x
2. Homogenity artinya preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas
atau dengan kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau
aksioma ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak
homogen dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru
3. Independence artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak
dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif keseluruhan. Ini
menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah, maksudnya
perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau tergantung oleh
elemen-elemen pada tingkat diatasnya
4. Expectation artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan
lengkap. Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai
seluruh kriteria atau objectif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan yang
diambil dianggap tidak lengkap
Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan bahwa proses hirarki analitik (AHP)
menyediakan kerangka yang memungkinkan untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu
kompleks dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada
dasarnya AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang
terstruktur kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya
dengan menggunakan
pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan.
Prinsip Kerja AHP
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak
terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu
hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif
tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari
berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang
memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut
(Marimin, 2004).
Prosedur AHP
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :
1.
Menyusun hirarki dari permasalahan yang dihadapi.
Persoalan yang akan diselesaikan, diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria
dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hierarki seperti Gambar 1. di bawah ini
Goal
Objectives
SubObjectives
Alternatives
2.
Penilaian
kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty
(1988), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam
mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan
Saaty dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas
Keterangan
Kepentingan
1
Kedua elemen sama pentingnya
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada
elemen yang lainnya
5
Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada
elemen lainnya
7
9
Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
2,4,6,8
Nilai-nilai
antara
dua
nilai
pertimbangan-
pertimbangan yang berdekatan
Perbandingan dilakukan berdasarkan kebijakan pembuat keputusan dengan menilai
tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya Proses perbandingan
berpasangan, dimulai dari level hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria,
misalnya A, kemudian diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3.
Maka susunan elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada
gambar matriks di bawah ini :
Tabel 2. Contoh matriks perbandingan berpasangan
A1
A1
A2
A2
1
1
A3
A3
1
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen digunakan skala bilangan
dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 1., Penilaian ini dilakukan oleh seorang pembuat
keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang sedang dianalisa dan mempunyai
kepentingan terhadapnya.
Apabila suatu elemen dibandingkan dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika
elemen i dibandingkan dengan elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j
dibandingkan dengan elemen i merupakan kebalikannya.
Dalam AHP ini, penilaian alternatif dapat dilakukan dengan metode langsung
(direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya nilainilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman dan pengertian
yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki
pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi,
maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.
3.
Penentuan prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk
menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif.
Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan
penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau
prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan
matematik.
Pertimbangan-pertimbangan terhadap perbandingan berpasangan disintesis untuk
memperoleh keseluruhan prioritas melalui tahapan-tahapan berikut:
a.
Kuadratkan matriks hasil perbandingan berpasangan.
b.
Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi
matriks.
4. Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingatkan secara konsisten
sesuai dengan suatu kriteria yang logis.
Matriks bobot yang diperoleh dari hasil perbandingan secara berpasangan tersebut
harus mempunyai hubungan kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan
sebagai berikut (Suryadi & Ramdhani, 1998):
Hubungan kardinal
: aij . ajk = aik
Hubungan ordinal
: Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai > Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut :
a. Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali
dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak
delapan kali dari pisang.
b. Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan
mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan
tersebut, sehingga matriks tersebut tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena
ketidakkonsistenan dalam preferensi seseorang.
Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai
berikut :
a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.
d. Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks.
e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n) / (n-1)
f. Rasio Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio
konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan.
Daftar RI dapat dilihat pada Tabel 3..
Tabel 3. Nilai Indeks Random
Ukuran Matriks
Nilai RI
1,2
0,00
3
0,58
4
0,90
5
1,12
6
1,24
7
1,32
8
1,41
9
1,45
10
1,49
11
1,51
12
1,48
13
1,56
14
1,57
15
1,59
Gambaran Umum Sistem
Sistem yang dikembangkan adalah sebuah sistem yang berupa perangkat lunak yang
membantu pengambil keputusan yakni Departemen Sumber Daya Manusia untuk pemilihan
karyawan berprestasi berdasarkan kinerjanya. Dari analisis dokumen penilaian kinerja yang
diisi oleh seluruh karyawan dan kepala bagian dari tiap-tiap departemen lalu diproses melalui
pemodelan menggunakan AHP. Satu karyawan menilai teman se departemennya, dan seorang
kepala bagian menilai seluruh karyawan yang ada di
UNIVERSITAS GUNADARMA
Depok.
Setiap form isian dianalisis berdasarkan kriteria- kriteria penilaian. Analisis dokumendokumen penilaian ini menghasilkan keluaran berupa nilai prioritas karyawan. Kemudian
setelah semua penilaian dianalisis, setiap penilaian diberi bobot, untuk selanjutnya dilakukan
analisis pada setiap karyawan.
Pengambil keputusan dalam hal ini departemen SDM melakukan proses komunikasi
dengan sistem lewat dialog (GUI) yang telah disediakan. Departemen SDM dapat melakukan
pengolahan data dan memberi perintah pada sistem untuk mengolah data yang ada sesuai
model yang digunakan dan meminta sistem memberikan alternatif solusi setelah dimasukkan
beberapa kriteria dan bobot yang diperhitungkan. Keluaran informasi sistem bisa dijadikan
pertimbangan untuk menentukan karyawan yang berprestasi berdasarkan prioritas.
Diagram Alir (Flowchart) SPK
Untuk menggambarkan diagram alir algoritma semua proses yang dijalankan Sistem
Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi dapat dilihat pada diagram alir
berikut:
Diagram Alir Utama
Dalam diagram alir utama ini digambarkan algoritma secara umum semua proses
yang ada dalam Sistem Pendukung Keputusan. Proses diawali dengan pengisian form
penilaian, kemudian proses selanjutnya adalah proses Sistem Pendukung pemilihan karyawan
berprestasi. Algoritma utama ini dapat dilihat pada gambar 2.
mulai
Form penilaian
Analisis dokumen lagi?
Y
T
SPK pemilihan karyawan berprestasi
selesai
Gambar 2. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Utama
Diagram alir Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi
Diagram alir yang digambarkan merupakan diagram alir Sistem Pendukung
Keputusan pemilihan karyawan berprestasi. Proses AHP ini digunakan untuk menghitung
nilai intensitas kriteria dan karyawan. Proses yang terdapat dalam Sistem Pendukung
Keputusan pemilihan karyawan berprestasi ini adalah proses AHP kriteria penilaian, proses
AHP karyawan dan proses hasil analisis.
mulai
AHP Kriteria Penilaian
AHP Karyawan
Hasil Analisis Penilaian
selesai
Gambar 3. Diagram Alir Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Karyawan Berprestasi
Diagram alir AHP kriteria
Diagram alir ini berfungsi untuk menggambarkan algoritma untuk proses AHP kriteria
Penilaian. Gambaran umum algoritma pada proses AHP kriteria ini dapat dilihat pada
Gambar 4. Proses yang terdapat dalam AHP kriteria ini adalah input kriteria penilaian, set
skala perbandingan berpasangan, dan analisis kriteria Penilaian. Dalam AHP kriteria
Penilaian ini, pengguna harus memasukkan kriteria-kriteria penilaian yang akan dipakai pada
form penilaian karyawan.
mulai
Input Kriteria Penilaian
Set Skala Perbandingan
Analisis Kriteria Penilaian
selesai
Gambar 4. Diagram Alir AHP Kriteria Penilaian
Penghitungan nilai intensitas kriteria ini diawali dengan melakukan perbandingan
berpasangan dari tiap-tiap kriteria. Gambar 5. menjelaskan algoritma umum dari proses set
skala perbandingan.
mulai
i=1
T
i