Jurnal Perancangan Grafis Lingkungan Pus

PERANCANGAN GRAFIS LINGKUNGAN
PUSKESMAS MEDOKAN AYU SURABAYA
Fernanda Arianto, Gregorius Aditya, Cynthia Bunga Larasati,
Maria Anastasia Nilamsari Putri dan Hayyu Primandita
Mahasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknis Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 6011
E-mail: ffe_ra@yahoo.com

ABSTRAK
Puskesmas Medokan Ayu merupakan satu dari dua puskesmas di wilayah Kecamatan
Rungkut. Setiap harinya dari jam pagi dibuka sampai menjelang siang, puskesmas yang telah
lulus ISO:2008 ini menjadi padat diisi pengunjung baik yang terdiri dari pasien maupun
pengantar. Pada jangka waktu tersebut rentan sekali kepadatan di puskesmas menimbulkan
ketidaknyamanan terutama bagi pengunjung yang baru pertama kali datang ke puskesmas.
Ruang gerak pengunjung untuk mencari informasi di dalam puskesmas menjadi terbatas
akibat keramaian di sekitar yang juga mengaburkan kejelasan pengunjung menentukan
sirkulasi pelayanan ditambah besarnya kemungkinan bagi para petugas puskesmas sibuk
mengurus pasien lain sehingga kurang bisa membantu secara maksimal merupakan bagian
permasalahan yang menjadi pertimbangan penting di sini. Untuk itulah, mengadaptasi tema

‘Asri Berseri’ yang terlebih dahulu digunakan oleh pihak puskesmas, dirancanglah sebuah
konsep sistem EGD ‘Asri Modern’ yang bertujuan memanajemen pendistribusian informasi
yang ada di Puskesmas Medokan Ayu agar dapat terekspos ke pengunjung secara maksimal
dengan dukungan pengemasannya dalam desain yang terkesan ramah lingkungan sekaligus
modern.
Kata kunci: Puskesmas, Informasi, Pelayanan, EGD, Asri, Modern, Medokan Ayu

ABSTRACT
PHC Medokan Ayu is one of two health centers in the subdistrict of Rungkut. Every day in the
morning of opening hours until early afternoon, this health center that has passed ISO: 2008
become densely filled with visitors consisting of either patient or the escort. Around that
period of hours, the density of crowd is very prone to cause discomfort especially for firsttime visitors in the clinic. Space for visitors to find the information in the health center is
limited due to the masses of people around that also obscures the visitor’s clarity as to

determine the service circulation in the clinic in addition to the amount of possibilities for the
staffs being occupied by patients so they are less able to help the visitors to the fullest is some
part of the important issues to be considered here. For this reason, adapting the theme 'Asri
Berseri' who first used by the clinic, it is designed an EGD system with 'Asri Modern' as its
concept which aims to manage the distribution of information in PHC Medokan Ayu to be
optimally exposed to visitors, assisted with a design in which suggested an environmentally

friendly and modern feeling.
Keywords: Public Health Center, Information, Services, EGD, Asri, Modern, Medokan Ayu

PENDAHULUAN
Keberadaan puskesmas memegang peranan vital di lingkungan masyarakat karena puskesmas
merupakan bagian sistem kesehatan nasional sebagai sarana pelayanan kesehatan strata
pertama yang bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan
masyarakat di wilayah kerjanya. Seorang pasien yang ingin berobat ke rumah sakit bahkan
harus meminta rujukan terlebih dahulu ke puskesmas terdekat di daerahnya sebelum
ditunjukkan rumah sakit mana yang sekiranya sesuai untuk pasien.
Standar wilayah kerja puskesmas adalah satu kecamatan, tetapi ada kriteria pertimbangan lain
yang memungkinkan suatu kecamatan memiliki lebih dari satu puskesmas di wilayahnya.
Seperti di Kecamatan Rungkut–Surabaya yang jumlah penduduknya melebihi 30.000 orang,
Puskesmas Medokan Ayu merupakan satu dari dua puskesmas di kecamatan itu.
Fasilitas dan pelayanan di Puskesmas Medokan Ayu telah terjamin dengan lolos standar
ISO:2008 disertai pengecekan berkala yang diberlakukan oleh Dinas Kesehatan Kota. Namun
apabila fasilitas dan pelayanan yang layak nan memadai tersebut kurang diimbangi dengan
kejelasan informasi prosedural dan pengetahuan di dalamnya, sangat mungkin sekali subjek
yang baru pertama kali datang ke puskesmas belum tentu akan langsung mengerti dengan
sendirinya bagaimana jalan alur pelayanan di sana. Kehadiran petugas yang siap dan sigap

membantu menjelaskan juga tidak menjamin semua subjek yang datang untuk dapat dilayani
secara bersamaan. Apalagi letak Puskesmas Medokan Ayu yang sangat strategis berada di
tengah-tengah pemukiman membuat penduduk sering memadati puskesmas tersebut.
Puskesmas tampak paling ramai dari ketika buka pukul 08.00 hingga pukul 12.00 WIB. Pada
jam-jam tersebut, kepadatan kerap terjadi di area-area seperti lobi, unit pendaftaran, sampai

lorong-lorong klinik seolah tidak terhindarkan lagi sehingga sangat rentan timbul
ketidaknyamanan terutama bagi subjek yang masih merasa asing dengan lingkungan
puskesmas. Ditambah efek samping dengan adanya keramaian ini adalah mengurangi ruang
gerak pengunjung lain dan membatasi pengunjung baru untuk dapat mencari informasi secara
optimal di dalam puskesmas.
Di sinilah sistem desain grafis lingkungan sangat berperan untuk membantu manajemen
pendistribusian informasi yang ada di puskesmas agar dapat terekspos ke subjek secara
maksimal, disertai pengemasannya dengan desain yang membuat subjek mudah menemukan,
memahami, memanfaatkan, sekaligus menikmati informasi yang disediakan. Desain Grafis
Lingkungan (EGD atau Environmental Graphic Design) sendiri merupakan sebuah profesi
desain yang merangkul berbagai disiplin ilmu termasuk di dalamnya, yaitu desain grafis,
arsitektur, desain industri, dan arsitektur lansekap. Kata lingkungan mengacu pada desain
grafis sebagai bagian dari menciptakan lingkungan binaan, bukan untuk lingkungan alam atau
teknik lingkungan. Sedangkan aspek visual yang diperhatikan di sini meliputi wayfinding,

komunikasi identitas, desain informasi, dan pembentukan rasa tempat.
Diharapkan dengan adanya suatu sistem seperti itu dapat membuat subjek yang bisa berupa
pasien atau sekedar pengunjung menjadi lebih mandiri dalam mengelola informasi yang
diberikan serta mengidentifikasi berbagai macam fasilitas dan pelayanan yang ada di
puskesmas dengan nyaman dan percaya diri.

STUDI LITERATUR
TENTANG PUSKESMAS
Berdasar Peraturan Kemendagri no. 5/47, puskesmas secara administratif berada di bawah
administrasi Pemda Kabupaten (Bupati sebagai kepala daerah), tetapi secara medis teknis
mendapat pembinaan dari Dinkes Kabupaten/Kota dan Provinsi. Wewenang untuk
menentukan luas wilayah kerja puskesmas dilakukan oleh Bupati/Walikota berdasarkan saran
dari Kepala Dinkes Kabupaten/Kota.
VISI PUSKESMAS
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya
Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran
masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan,

yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,

serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni lingkungan
sehat, perilaku sehat, cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta derajat kesehatan
penduduk kecamatan.
MISI PUSKESMAS
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:
a. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
b. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
c. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan.
d. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
beserta lingkungannya.
TUJUAN
Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah
kerja puskesmas, agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya dalam rangka
mewujudkan Indonesia Sehat 2010.

FUNGSI
Ada tiga fungsi puskesmas, yaitu:
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan.
b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat
c. Pusat Pelayanan Kesehatan Strata Pertama
IDENTITAS PUSKESMAS
Puskesmas Medokan Ayu terletak di Jl. Medokan Asri Utara IV No. 31, Kecamatan Rungkut,
Surabaya. Puskesmas ini diresmikan pada tanggal 29 November 1995.29 November 1995 dan
termasuk dalam jenis puskesmas dengan rawat inap persalinan. Batas wilayah kerja

Puskesmas Medokan Ayu adalah Kecamatan Sukolilo (Utara), Kecamatan Gunung Anyar
(Selatan), Kelurahan Kalirungkut (Barat), dan Selat Madura (Timur). Luas wilayahnya adalah
1.552.772 Ha yang terdiri dari tiga kelurahan, yakni Kelurahan Penjaringan Sari, Wonorejo,
dan Medokan Ayu.
STRUKTUR ORGANISASI
Puskesmas Medokan Ayu juga merupakan salah satu dari 62 Puskemas yang ada di Surabaya
dipimpin oleh seorang kepala puskesmas. Kapus (Kepala Puskesmas) inilah yang bertindak
sebagai pemegang program di puskesmas. Meski tanggung jawab puskesmas tidak dipegang
sendiri oleh kapus. Terdapat dua jenis jabatan yang diterapkan, yaitu struktural dan
fungsional. Secara struktural, puskesmas memiliki KTU (Kantor Tata Usaha) sedangkan

secara fungsional, staf-staf di puskesmas bekerja sesuai latar pendidikan masing-masing dan
tidak saling membawahi satu sama lain. Jika dibuat skema:

Bagan 1. Struktur Organisasi Puskesmas Medokan Ayu
(Arianto, dkk: 2014)

KEADAAN TANAH
Puskesmas ini dibangun di atas tanah rawa-rawa yang dapat dikategorikan sebagai Wetland
(Lahan Basah). Wetland adalah wilayah-wilayah di mana tanahnya jenuh dengan air, baik
bersifat permanen (menetap) atau musiman. Wilayah-wilayah itu sebagian atau seluruhnya
kadang-kadang tergenangi oleh lapisan air yang dangkal (Wikipedia: Lahan Basah, 2014).
Untuk membuat sebuah bangunan di tanah tipe ini, pondasi bangunan menjadi permasalahan
utama karena diperlukan pondasi yang kuat untuk mendirikan bangunan di tanah yang
strukturnya tidak keras. Serta, level lantai bangunan juga perlu ditinggikan dari permukaan
untuk menghindari risiko menjadi tempat tujuan luapan air terutama saat musim hujan, atau
antisipasi terhadap banjir.
DESAIN GRAFIS LINGKUNGAN

Grafis lingkungan (enviromental graphic design) adalah cabang ilmu desain yang
mempelajari desain informasi dalam suatu ruang lingkup lingkungan dengan kejelasan dan

keefektifan sebagai tujuannya serta melibatkan berbagai macam pendekatan disiplin ilmu lain
untuk mengkomunikasikan dan mengkombinasikan keahlian dari desain grafis, tehnik,
psikologi, ilmu komunikasi, dan kajian budaya (Tissen dalam O’Grady & O’Grady, 2008).
Termasuk di dalamnya terdapat empat elemen penting dari desain grafis lingkungan, yaitu
Signage, Wayfinding, Interpretation, dan Placemaking. Signage adalah tanda berisi
informasi, sedangkan wayfinding lebih ke membantu penemuan jalan atau rute menuju
tempat yang ingin dituju. Interpretation memfokuskan ke bagaimana suatu objek dibuat beda
(dinstict) dari objek lain agar menonjol sesuai ciri khasnya. Lalu placemaking lebih mengarah
ke pembangunan citra objek atau bagaimana kesan yang ditimbulkan dari lingkungan
tersebut.
SISTEM TANDA
Terdapat empat jenis sign system (Sumbo Tinarbuko, 2008) yaitu, sbb:
1. Main directory: penunjuk utama yang biasanya berupa peta kawasan dan posisi seseorang
terhadap kawasan tersebut dengan tujuan memandu yang bersangkutan untuk mengambil
keputusan dan bergerak sesuai kebutuhannya.
2. Directional Sign: tanda informasi yang berfungsi sebagai alat navigasi pemirsa sebagai
pemandu gerak sehingga bersifat dinamis.
3. Identification Sign: tanda informasi yang berfungsi sebagai alat konfirmasi sebuah
tujuan/pencapaian, contohnya untuk gedung, gerbang kawasan, gapura, patung di bundaran,
nama jalan, nomor rumah, in, exit, toilet, office, information here, dll.

4. Safety Sign/Regulatori: anda informasi yang bersifat himbauan, peringatan, maupun
larangan. Ditujukkan secara positif untuk mengendalikan, mengatur, dan melindungi publik.

METODOLOGI
METODE PENGUMPULAN DATA
Berikut adalah metode pengumpulan data baik data verbal maupun data visual beserta
hasilnya:
Survei Lapangan
• Luas wilayah
• Material
bangunan
• Fasilitas dan
Layanan
• Grafis
Lingkungan

Observasi
• Sirkulasi
Pengunjung
• Rutinitas

Pengunjung
• Aksesibilitas

Wawancara
• Sejarah
Bangunan
• Profil
Pengelola
• Jam Kepadatan

Informasi Data
• Profil
Pengguna
• Profil
Lingkungan
• Diagram
Kepuasan
Pengunjung

Tabel 1. Metode Pengumpulan Data di Puskesmas Medokan Ayu dan Ringkasan Hasil Data

(Arianto, dkk: 2014)

Dari situ dapat disimpulkan bahwa permasalah utama dalam sistem informasi grafis
lingkungan di Puskemas Medokan Ayu adalah masih kurangnya pengeksposan informasiinformasi penting yang cenderung

prosedural dan pengemasan desainnya yang kurang

memiliki daya tarik untuk diperhatikan pengunjung.
Dari hasil analisis bentuk, papan tanda petunjuk ruangan di puskesmas hanya berupa teks
verbal tanpa ada ilustrasi pendukung. Pemilihan warna per papan tanda yang didominasi
warna terang merah, biru, dan kuning membuat sign system di puskesmas ini menimbulkan
kesan saling kontras dan terkesan random. Meski begitu, pemilihan jenis huruf dan
keterbacaan terlihat jelas sesuai prinsip Desain Komunikasi Visual, namun tipe font yang
digunakan memiliki ujung-ujung tajam hampir pada tiap hurufnya sehingga dirasa kurang
cocok untuk diterapkan di area pelayanan kesehatan seperti Puskesmas Medokan Ayu.
Berdasarkan hasil wawancara dan informasi dari pihak pengelola didapatkan data-data verbal
mengenai struktur organisasi, sejarah bangunan, fasilitas-fasilitas, tingkat kunjungan, dan
struktur organisasi perusahaan.

METODE ANALISIS DATA
Metode analisis data yang digunakan adalah dari hasil penemuan-penemuan masalah yang
didapatkan dari survei lapangan secara menyeleruh di Puskesmas Medokan Ayu. Kesemuaan
permasalahan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam sebuah tabel prioritas dengan
pembagian kategori berdasar pengguna, fasilitas, dan sirkulasi. Kemudian dari situ, nilai
prioritasnya ditentukan menurut empat poin penting menurut standar grafis lingkungan yaitu,
wayfinding, signage, site location, dan branding. Dari situ, perancangan grafis lingkungan
Puskemas Medokan Ayu pun akan mengacu terhadap penyelesaian daftar permasalahan
menurut skala prioritasnya.

METODE VISUALISASI DESAIN
Terdiri dari beberapa tahapan untuk memvisualisasikan desain sistem informasi (grafis
lingkungan) Puskesmas Medokan Ayu, yaitu proses berfikir dan proses perancangan yang
terdiri dari riset, analisis, sketsa kasar, serta penyempurnaan dengan program komputer.
Kesemua proses perancangan dilalui dengan melakukan studi bentuk, studi tipografi, studi

warna dan studi komposisi, guna menentukan desain pilihan yang sekiranya cocok dan
berkemungkinan besar menyelesaikan permasalahan sistem grafis lingkungan di puskesmas.

PEMBAHASAN
KONSEP DESAIN
Setelah menyusun daftar permasalahan di Puskesmas Medokan Ayu yang sekiranya
berhubungan dan kemungkinan besar dapat diselesaikan dengan perancangan desain grafis
lingkungan, maka terciptalah konsep desain bertema ‘Asri Modern’. Mengadopsi citra
puskesmas yang ‘Asri Berseri’, kami ingin mengemas informasi-informasi penting yang ada
di puskesmas dengan seramah, seindah, dan sejelas mungkin sesuai konsep desain. ‘Asri
Modern’ berarti menciptakan kesan yang sejuk, nyaman, dan ramah lingkungan disertai
sentuhan modern agar sesuai dengan perkembangan era teknologi zaman sekarang. Dari situ,
sistem signage dan wayfinding serta penempatannya menjadi fokus terpenting dalam
perancangan ini.
KONSEP BENTUK
Upaya memaksimalkan prosedur penyebaran informasi melalui sistem signage sangat
dipengaruhi pula oleh bentukan papan tanda atau petunjuk yang tidak hanya menjadi media
pengaplikasian informasi tetapi juga mencerminkan konsep desain ‘Asri Modern’. Di sini
bentukan dengan ujung lancip atau tajam sangat dihindari karena memberika kesan awas,
angkuh, dan kaku yang sangat berkebalikan dengan konsep desain yang cenderung memberi
kesan ramah, nyaman, terbuka, dan relaks. Karena itu bentukan signage dengan ujung tidak
tajam cenderung melengkung membentuk kira-kira seperempat kurva di setiap sudut dipilih
menjadi konsep awal sketsa bentukan utamanya.

UJUNG LANCIP

UJUNG MELENGKUNG

Gambar 1. Sketsa Konsep Bentukan Dasar Papan Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
(Arianto, dkk: 2014)

KONSEP WARNA
Bisa dibilang warna pengikat sebagai branding dalam perancangan konsep desain ‘Asri
Modern’ ini memegang peranan vital yang sangat penting karena dari kejauhan atau bagi
seseorang yang baru pertama kali memasuki puskesmas, warna adalah hal pertama dilihat dan
cenderung memberi kesan pada pandangan pertama pada seseorang tersebut. Karena itulah,

demi mendukung konsep ‘Asri Modern’ ini warna-warna yang dipilih adalah empat warna
yang dirasa memiliki pembawaan sesuai kriteria asri (sejuk, dingin, ramah, bersahabat,
menenangkan, indah, bersih, sehat, aman) dan modern. Dalam hal ini, sisi modern lebih
merujuk pada kesimpelan bentukan signage yang efisien sekaligus memanjakan mata ketika
menyampaikan informasi kepada pengunjung. Warna-warna utama yang dipilih adalah sbb:

Gambar 2. Color palette yang digunakan untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
(Primandita, dkk: 2014)

KONSEP TIPOGRAFI
Merujuk pada tema konsep desain dengan mempertimbangkan standar ADA (American with
Disabilities Act) dan penyandang disleksia, tipe font yang dipilih adalah Comfortaa karena
sesuai namanya yang berarti ‘kenyamanan’, bentukan dasar abjad pada font ini adalah sans
serif geometris bertipe bulat yang ditunjukan untuk tulisan dalam ukuran besar dan memiliki
jarak spasi yang tidak terlalu rapat. Font ini memiliki kesan luwes nan modern yang
keterbacaannya juga jelas dan enak dipandang. Berikut adalah rinciannya:

Gambar 3. Font yang digunakan untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
Sumber: http://www.dafont.com/img/illustration/c/o/comfortaa.png
(Aakerlund, Johan: 2013)

PIKTOGRAM
Piktogram merupakan simbol yang mengacu pada sebuah benda, kegiatan proses, dan
konsep. Kehadiran piktogram berupa ikon sederhana mengacu pada berbagai fasilitas yang
ada sehingga dapat memandu pengunjung dengan mudah dapat memahami maksud dan
tujuan1. dari
sign AWAL
informasi.
Dalam proses perancangannya, terlebih dahulu diawali dengan
SKETSA
PIKTOGRAM
sketsa kasar berbagai fasilitas, dilanjutkan dengan redrawing di komputer untuk kemudian
disempurnakan. Adapun tahapan-tahapannya antara lain:

Gambar 4. Sketsa Awal Piktogram untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
(Arianto, dkk: 2014)
2.

ALTERNATIF TERPILIH

Gambar 5 Sketsa Alternatif Terpilih Piktogram untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
(Arianto, dkk: 2014)
3.

HASIL DIGITALISASI

Gambar 5 Hasil Final Piktogram yang Didigitalisasi untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
(Putri, dkk: 2014)

MATERIAL
Material dasar yang digunakan untuk membuat signage berbahan dari polymethylmetacrylate
(PMMA) atau yang lebih dikenal dengan nama akrilik. Karakteristik akrilik yang berwarna
bening transparan menyerap sedikit sinar matahari dan meskipun ketebalanan materialnya
bertambah, sifat transparannya tersebut tidak banyak terpengaruh atau berkurang. Bahan
akrilik juga lebih elastis dari bahan seperti kaca serta secara teknis lebih dapat bertahan pada
hentakan tekanan dinamik air. Di tambah lagi, material akrilik tidak gampang berlumut
sehingga bisa lebih awet baik diletakkan di indoor maupun outdoor.

Gambar 6.1

Gambar 6.2

Gambar 6.1 dan 6.2. Bahan Material Akrilik dan Aluminum Composite Panel
(Sumber: http://www.ertareklam.com.tr/reklammalzemeleri/akrilik-levha.jpg)

Material penopang yang digunakan adalah besi. Material ini digunakan untuk menopang
berdirinya signage yang terpasang. Dapat berupa lempengan maupun tiang.

Kemudian

sebagai tambahan material terutama untuk signage berukuran besar yang perlu penampang

yang kuat, pondasi inti signage selain ditopang dengan besi juga akan menggunakan bahan
Alucopan atau Aluminum Composite Panel (ACP).
Alucopan memiliki komposisi polyethylene core diantara dua lempeng aluminum dan dilapisi
dengan extra durable PVDF (PolyVinyliDene Fluoride) sebagai struktur komposit yang
menghasilkan karakteristik menakjubkan seperti inti plastik non toksik, tahan air, insulasi
panas, insulasi suara dan tahan terhadap korosi, polusi dan pemakaian.
Kemudian, biaya untuk material akrilik mencapai Rp 2.450.000,00 per lembarnya dengan
ukuran 2m x 3m – ketebalan 5 mm.
PROSES DESAIN
Berikut adalah tahapan-tahapan perancangan hasil desain yang dimulai dari sketsa kasar
kemudian dimodifikasi ulang lewat digital sehingga menghasilkan beberapa alternatif desain
sebelum akhirnya terpilih satu desain utama.
1. Sketsa awal:

Gambar 7.1

Gambar 7.2

Gambar 7.1 dan 7.2. Sketsa Awal Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
(Putri, dkk: 2014)

2. Digitalisasi dan alternatif:

Gambar 8.1

Gambar 8.2

Gambar 8.3

Gambar 8.4

Gambar 8.1, 8.2, 8.3, 8.4 dan 8.5
Alternatif Signage yang sudah
didigitalisasi
untuk
EGD
Puskesmas Medokan Ayu
(Primandita, dkk: 2014)

Gambar 8.5

3. Finalisasi 3D:

Gambar 9.1 Tampak Samping Hasil Finalisasi 3D Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
(Primandita, dkk: 2014)

Gambar 9.2 Tampak Depan Hasil Finalisasi 3D Signage untuk EGD Puskesmas Medokan Ayu
(Primandita, dkk: 2014)

SIGN PROGRAMMING
Signage-signage tersebut akan diletakkan sesuai fungsi dan kebutuhan serta menyesuaikan
lingkungan Puskesmas Medokan Ayu. Sebagian besar Identification Signage Indoor untuk
menandai klinik-klinik ditempatkan di lokasi yang sama seperti sebelumnya karena selain
letaknya yang memang sudah sesuai, para pengunjung pun sudah terbiasa dengan posisi
signage di pintu ruang klinik. Lalu untuk Directional Signage Outdoor akan ditempatkan di
persimpangan ruas pertama dari gerbang utama karena pasti dilalui siapapun yang masuk ke
puskesmas. Hal ini untuk mempermudah pengunjung yang datang menggunakan kendaraan
memarkir sesuai tempatnya. Begitu pula Directional Signage Indoor yang akan diletakkan di
tempat pengunjung berkumpul setelah pertama masuk melewati lorong resepsionis, yaitu
lobi, agar bisa membantu memberi arahan dimana tempat yang sekiranya dituju. Sedangkan
Orientation Signage Indoor yang diletakkan juga di area sekitar lobi yang rentan padat oleh
pengunjung agar lebih diperhatikan dan gampang ditemukan, seperti dinding masuk lobi dari
lorong resepsionis, di setiap dekat tempat sampah (khusus untuk signage anjuran membuang
sampah pada tempatnya), dan sela-sela ruangan klinik.
KESIMPULAN
Perancangan sistem grafis lingkungan suatu tempat atau area memerlukan pengetahuan dan
pemahaman yang mendalam mengenai tempat tersebut, karena sistem grafis lingkungan yang
efektif di suatu tempat belum tentu juga efektif di tempat yang lain. Terutama jika itu
menyangkut pencintraan tempat tersebut (placemaking). Dalam hal ini, yang menjadi objek
perancangan adalah sebuah pusat kesehatan masyarakat dimana penyajian informasi dan
media yang digunakan menjadi fokus utamanya. Disebabkan setiap harinya tempat tersebut
menjadi rujukan orang-orang atau masyarakat sekitar yang memiliki masalah berhubungan
dengan kesehatan.
Melalui perancangan grafis lingkungan, Puskesmas Medokan Ayu kini memiliki konsep
sistem identitas yang berfungsi untuk mengoptimalkan penyampaian segala informasi yang
diperlukan oleh pasien maupun pengunjung di puskesmas. Sign system yang dirancang secara
sistematis nan estetis mempermudah subjek menemukan dan memahami informasi mengenai
berbagai hal di objek tempat. Secara tidak langsung grafis lingkungan turut membangun citra
positif untuk puskesmas ini dibenak pasien atau pengunjung. Melalui tahapan proses
perancangan dan konsep yang jelas, perancangan grafis lingkungan dapat dijadikan media
informasi yang efektif dan komunikatif serta memiliki nilai kebaruan.

Ke depannya, rancangan EGD Puskesmas Medokan Ayu ini semoga dapat dikembangkan
menjadi sistem yang lebih menyeluruh, tidak menutup kemungkinan dengan mengadaptasi
media baru seperti media digital atau AR (Augmented Reality). Yang berarti, informasi yang
disampaikan tidak hanya sekedar dilihat dan dibaca oleh mata, namun juga audiovisual.
Kemudian juga bisa lebih menelusuri sisi ergonomis fasilitas dan pelayanan yang disediakan
puskesmas karena kurang terlalu didalami di penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA
Gibson, David. 2009. The Wayfinding Handbook: Information Design for Public Places.
New York: Princeton Architectural Press.
W., Okky Ardya. 2008. Environmental Graphic Design (vol 04 edisi 2), Concept.
O’Grady, Ken Visocky & Jenn. 2008. The Information Design Hand Book, Switzerland:
Rotovison.
Tinarbuko, Sumbo. 2008. Semiotika Komunikasi Visual. Yogyakarta: Jalansutra.
Blogspot. “Pusat Kesehatan Masyarakat.” http://zahroniananta.blogspot.com/2014/03/pusatkesehatan-masyarakat.html (diakses tanggal 5 Januari 2015)
Wikipedia. “Lahan Basah.” http://id.wikipedia.org/wiki/Lahan_basah (diakses tanggal 5
Januari 2015)
Hasil wawancara. (drg. Siti Januarsih, Kepala Puskesmas Puskesmas Medokan Ayu, 18
Oktober 2014, Surabaya)