Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD BK Peana Kec.Pipikoro
Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar IPA pada Siswa Kelas V SD BK Peana Kec.Pipikoro
Kristianto Apriono
Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako
ABSTRAK
Permasalahan utama pada penelitian ini rendahnya hasil belajar siswa kelas V SD BK Peana pada mata pelajaran IPA. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui penerapan model Sains Teknologi Masyarakat pada siswa kelas V SD BK Peana. Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Desain penelitian ini mengacu pada desain penelitian model Kemmis dan Mc.Taggart. Adapun rancangan penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 17 orang siswa. Hasil observasi kegiatan guru pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 55% berada pada kategori cukup, pada siklus II diperoleh nilai rata-rata 90% berada dalam kategori sangat baik. Hasil observasi kegiatan siswa pada siklus I memperoleh nilai rata-rata 46,7%, berada dalam kategori kurang, pada siklus II memperoleh nilai rata- rata 91,1%, berada dalam kategori sangat baik. Hasil belajar siswa pada siklus I ketuntasan belajar klasikal 64,70%. Pada siklus II ketuntasan belajar klasikal 94,12%.
Hal ini berarti pembelajaran pada siklus II telah memenuhi indikator keberhasilan penelitian dengan ketuntasan belajar klasikal memperoleh nilai minimal 85%, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD BK Peana.
Kata Kunci: Hasil Belajar, Ilmu Pengetahuan Alam, Sains Teknologi Masyarakat.
I. PENDAHULUAN
Data hasil belajar IPA kelas V SD BK Peana tahun ajaran 2012/2013 menunjukkan 40% siswa yang tidak tuntas. Dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep esensial IPA yang dibahas dalam pembelajaran IPA tidak memuaskan karena guru menyajikan materi berdasarkan pada buku sumber yang terbatas dan kurang dikembangkan oleh guru. Ketergantungan proses belajar siswa kepada guru sangat tinggi. Selain itu guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional, dalam metode konvensional ini ceramah adalah cara yang sangat dominan digunakan guru dalam mengajar yang belum dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal tersebut disebabkan karena guru kurang mengkaitkan konsep-konsep IPA yang diajarkan dengan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa mengalami kesulitan untuk memahami pelajaran IPA yang mengakibatkan rendahnya minat dan kreatifitas siswa dalam mempelajari IPA.
Oleh karena itu, untuk meningkatkan pemahaman, minat, kreatifitas dan prestasi belajar siswa diperlukan suatu model yang diharapkan penyajian materi menjadi lebih menyenangkan karena siswa melihat langsung fenomena-fenomena yang terdapat dalam teori yang mereka pelajari dengan kenyataan yang ada di lingkungan dan masyarakat sekitarnya (Yager, 1992). Bertolak dari permasalahan di atas Model Sains Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan salah satu alternatif model pembelajaran yang cukup menjanjikan untuk memenuhi harapan dan tuntutan tersebut.
Model STM adalah belajar dan mengajarkan sains dan teknologi dalam konteks pengalaman manusia. Model STM dianggap cocok untuk mengintegrasikan domain konsep, keterampilan proses, kreativitas, sikap, nilai-nilai, penerapan, dan keterkaitan antar bidang studi dalam pembelajaran dan model sains. Oleh karena itu, pembelajaran sains yang menggunakan model STM melibatkan masalah/isu aktual yang dihadapi oleh siswa dan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari sehingga relevan dengan kehidupan siswa (Eddy M. Hidayat,1992) .
Penerapan model STM dimaksudkan untuk menjembatani kesenjangan antara kemajuan Iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia pendidikan, dan nilai- nilai Iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari-hari serta dampaknya bagi lingkungan. Selain itu, melalui model pembelajaran ini diharapkan siswa memiliki landasan untuk menilai pemanfaatan teknologi baru dan implikasinya terhadap lingkungan dan budaya di tengah derasnya arus pembangunan pada era industrialisasi. Siswa dibiasakan peduli akan masalah-masalah sosial dan lingkungan yang berkaitan dengan Iptek.
Penelitian ini merupakan upaya untuk mencari alternatif metode pembelajaran yang tepat pada pembelajaran IPA dengan menekankan pada metode pembelajaran model STM dengan mengoptimalkan sumber belajar yang ada di lingkungan belajar sehingga memperluas pengalaman belajar siswa, maka dari itu peneliti mengangkat judul “.Penerapan Model Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA p ada Siswa Kelas V SD BK Peana Kecamatan Pipikoro”.
II. METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian mengacu pada desain penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc.Taggart (Suharsimi, 2002:84) yaitu meliputi 4 tahap: (i) perencanaan (ii) pelaksanaan tindakan (iii) observasi, dan (iv) refleksi. Setting penelitian dilaksanakan di kelas IV SD BK Peana dengan jumlah siswa 17 orang. Keseluruhan siswa dijadikan sebagai sasaran atau target penelitian tindakan kelas. Penelitian Tindakan kelas menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat yang dilaksanakan secara bersiklus, setiap siklus dilaksanakan sesuai kompetensi yang dicapai. Jenis data dalam penelitian yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Data kuantitatif yaitu data yang diperoleh dari hasil tes yang diberikan kepada siswa. Kedua jenis data tersebut diperoleh melalui pengamatan observer dan hasil evaluasi belajar siswa. Teknik analisis data dalam penelitian, yaitu: teknik analisis data kuantitatif, dan teknik analisis data kualitatif. Teknik analisis data kuantitatif digunakan untuk menghitung data pengukuran ketercapaian hasil evaluasi belajar siswa, sedangkan teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis data hasil penilaian aktivitas guru dan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Hasil analisis penelitian pada setiap siklus yang dicapai pada penerapan model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA diklasifikasikan atas tiga bagian yaitu: analisis hasil pengamatan aktivitas guru, analisis hasil pengamatan aktivitas siswa, dan analisis hasil belajar siswa. Hasil penelitian siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini :
Tabel 1. Hasil Penelitian Ketuntasan Belajar Aktivitas Guru (%) Aktivitas Siswa (%) Siklus Klasikal (%)
I 64,70% 55% Cukup 46,7% Kurang Sangat
II 94,12% 90% Sangat Baik 91,1% Baik
Peningkatan 29,42% 45% 44,4%
Berdasarkan tabel hasil penelitian, bahwa model pembelajaran sains teknologi masyarakat pada pembelajaran IPA sangat efektif untuk meningkatkan hasil belajar klasikal, aktivitas siswa, dan aktivitas guru. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan ketuntasan belajar klasikal sebesar 29,42%, aktivitas guru sebesar 45% dan aktivitas siswa sebesar 44,4%. Hasil penilaian tersebut sesuai dengan hasil pengamatan pada siklus I dan siklus II. Siklus I, berdasarkan 8 aspek penilaian aktivitas mengajar guru yang diamati diperoleh nilai persentase 55% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu cukup. Siklus II, nilai persentase observasi aktivitas guru menjadi 90% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu sangat baik. Hasil penilaian aktivitas siswa siklus I, berdasarkan 8 aspek penilaian diperoleh persentase sebesar 46,7% dengan kriteria taraf keberhasilan tindakan yaitu kurang. Siklus II, hasil penilaian aktivitas siswa meningkat menjadi 91,1%. Ketuntasan belajar klasikal siswa pada siklus I sebesar 64,70%, terdapat 11 orang siswa yang dinyatakan tuntas dan 6 orang siswa dinyatakan belum tuntas. Siklus II, ketuntasan belajar klasikal siswa mengalami peningkatan, siswa yang tuntas berjumlah 16 orang dan yang belum tuntas berjumlah 1 orang, persentase ketuntasan klasikal 94,12%. Peningkatan persentase aktivitas mengajar guru, aktivitas belajar siswa, dan ketuntasan belajar klasikal terjadi karena kelemahan-kelamahan yang terdapat pada siklus I dapat diperbaiki.
Pembahasan
Penerapan model pembelajaran STM dalam pembelajaran, bagi siswa yang baru melaksanakannya memerlukan waktu untuk beradaptasi. Keadaan ini terlihat dalam pelaksanaan tindakan siklus I dimana para siswa terlihat kaku dalam menerima pelajaran dan belajar kelompok sehingga aktivitas belajar kelompok kurang berjalan sesuai yang diharapkan karena dipengaruhi oleh perilaku dan sikap dari setiap siswa. Perilaku yang ditampilkan oleh siswa, siswa tersebut bukan sikap yang dibuat-buat tetapi belum terbiasanya belajar dengan model pembelajaran STM, hal ini sesuai dengan hasil observasi pada siklus I yang persentase nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 46,7% dan persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 55%.
Pelaksanaan tindakan siklus II diskusi kelompok dimulai dengan lebih memperhatikan siswa yang berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan berdasarkan pertimbangan karakter dari masing-masing kelompok agar komunikasi dalam kelompok dapat berjalan dengan baik dan meningkat. Dalam pelaksanaan interaksi antar kelompok pada siklus II telah terlihat adanya kemajuan hal ini sesuai dengan hasil observasi siklus II yaitu persentase nilai rata-rata perolehan aktivitas siswa adalah 91,1% dan persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 90%. Pada siklus ini terlihat mulai terbiasanya siswa menghargai pendapat orang lain dan saling memberikan motivasi.
Dalam pelaksanaan interaksi antar kelompok pada siklus II telah terlihat adanya kemajuan hal ini sesuai dengan hasil obsrvasi siklus II yaitu persentase nilai rata-rata perolehan aktivitas siswa adalah 91,1% dan persentase nilai rata-rata aktivitas guru adalah 90%. Pada siklus ini terlihat mulai terbiasanya siswa menghargai pendapat orang lain dan saling memberikan motivasi. Keadaan lain yang yang terjadi dari diskusi antar kelompok adalah adanya peningkatan pemahaman materi dari hampir semua siswa. Ini terjadi karena adanya perhatian siswa dalam menyimak tanggapan dari kelompok lain. Dari jawaban yang diberikan dari kelompok penyaji maupun oleh kelompok yang memberikan tanggapan, secara tidak langsung melibatkan semua siswa untuk memikirkan jawaban yang benar.
Berdasarkan analisis tes siklus I dapat memberikan gambaran bahwa siswa yang memperoleh ketuntasan belajar secara individual berjumlah 11 orang, sedangkan yang belum tuntas berjumlah 6 orang dengan persentase nilai daya serap klasikal 69,41% dan persentase ketuntasan belajar klasikal adalah 64,70%. Hasil tersebut bila dibandingkan nilai ketuntasan belajar klasikal sebelum tindakan yaitu sebesar 35,29%. Pada siklus I ketuntasan klasikal belum mencapai indikator keberhasilan yaitu 80% sehingga peneliti perlu melanjutkan ke siklus II. Rendahnya ketuntasan belajar klasikal pada siklus I disebabkan oleh beberapa faktor yaitu: 1.
Motivasi siswa untuk aktif dalam pembelajaran masih kurang, sehingga proses pembelajaran masih didominasi oleh guru.
2. Siswa kurang percaya diri dan malu untuk tampil melakukan diskusi kelompok.
3. Siswa kurang aktif mengaitkan model pembelajaran STM dengan kegiatan belajar, karena tidak terbiasa melakukanya.
4. Peneliti kurang memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk bertanya.
Pada siklus II hasil yang diperoleh lebih baik dibandingkan dari hasil pada siklus
I. Dari analisis hasil belajar siswa pada siklus II, diketahui bahwa dari 17 orang jumlah siswa terdapat 16 orang siswa yang tuntas secara individu, dan 1 orang siswa yang belum tuntas atau dengan persentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 94,12%. Siswa yang belum tuntas tersebut akan mendapatkan bimbingan khusus untuk lebih meningkatkan dan mempertahankan hasil belajarnya. Dari analisis hasil belajar pada siklus II tersebut menunjukan pencapaian tujuan pembelajaran dan hasil belajar dan sudah memenuhi indikator kinerja yang ditentukan.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran STM dalam pembelajaran, merupakan salah satu alternatif dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran IPA. Siswa mendapatkan peluang besar untuk mengasah pengetahuan dan membantu dalam mengembangkan potensi siswa. Hal ini membuktikan bahwa melalui penerapan model pembelajaran STM dalam pembelajaran IPA, maka masalah dan kesulitan siswa dalam meningkatkan hasil belajarnya dapat diatasi.
Berdasarkan hasil nilai rata-rata daya serap klasikal siswa dan ketuntasan
belajar klasikal pada kegiatan pembelajaran siklus II, maka perbaikan pembelajaran
ini dianggap berhasil. Dengan demikian perbaikan pembelajaran melalui penerapan
model pembelajaran STM dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran
IPA. Sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa dengan menerapkan model
pembelajaran STM , hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V SD BK Peana akan meningkat.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian disimpulkan bahwa penerapan model Sains Teknologi Masyarakat dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SD BK Peana Kec.Pipikoro. berdasarkan hasil pada sisklus II ketuntasan belajar klasikal 94,12%, aktivitas guru 94,12%, dan aktivitas siswa 91,1%, memenuhi indikator
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, saran yang dapat diberikan yaitu dalam pembelajaran IPA di SD, siswa diharapkan lebih aktif utamanya memahami konsep yang dipelajari. Guru hendaknya lebih aktif memberi dan menemukan ide-ide baru dalam memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga siswa mudah memahami konsep yang dipelajari.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian suatu Model Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Hidayat, M. Eddy (1992). Science-Technology-Society: Pendidikan Sains untuk Tahun
2000. Edisi Khusus Jurnal Pendidikan IPA. Himpunan Sarjana Pendidikan IPA
Indonesia Yager, Robert. E (1992). The STS Aproach Parallels Constructivist Practices. Science Education International, Vol. 3, No. 2.
Yager, Robert E. (1996). Science/Technology/Society, As Reform in Science Education. New York: State University of New York Press.