Analisis Ambang Batas Escherichia coli Sebagai Indikator Pencemaran Pada Daging Sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi (The Analiysis of Escherichia coli boundary threshold as the pollution indicator in Animal Slaughtering House of Jambi City) Hendra B

  Analisis Ambang Batas Escherichia coli Sebagai Indikator Pencemaran Pada Daging Sapi

di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi

(The Analiysis of Escherichia coli boundary threshold as the pollution indicator in Animal Slaughtering House of Jambi City) 1) 1) 1) 1) Hendra BUDIONO , HARLIS , Retni, S. BUDIARTI Program Studi Biologi FKIP Universitas Jambi, Jl. Jambi Muara Bulian KM 15 Mendalo Darat, Jambi.

  email : hen.

  

ABSTRACT. Beef is one of the Indonesian favorite foods and provides protein needed for human body’s

  health and growth. Rumah Pemotongan Hewan (RPH) Jambi is a slaughtering house that provides and distributes beef to traditional markets throughout Jambi City. Therefore, it is very essential to assure safety of every piece of beef produced by the RPH. This research was undertaken in Biology UP-MIPA Laboratory, University of Jambi, from December 2009 to January 2010. The beef samples were collected from the Jambi RPH. This research employs the Most Probable Number (MPN) method, by observing the growth of Escherichia coli on Endo Agar media, starting from presumptive test until confirmative test. The experiment used 5-5-5 series reaction tubes, including the Durham fermentation tube. The results show that beef produced by the JAMBI RPH is 100% safe to be consumed. The number of Escherichia coli in the fresh beef is still below the maximum threshold level, which is 5 X 101 MPN/100 ml.

  Key word: Escherichia coli, indicator, pollution, beef, animal slaughtering house.

  ABSTRAK. Daging sapi merupakan salah satu pangan yang banyak digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia, dan merupakan salah satu komoditas sumber protein yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk kesehatan dan pertumbuhan. Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi merupakan Rumah Pemotongan Hewan atau Unit Pemotongan Hewan resmi dikota Jambi sebagai tempat penyedia daging sapi yang didistribusi ke seluruh pasar tradisional yang ada di kota Jambi. Untuk itu, adanya pengamanan pangan terhadap pangan daging sapi mutlak perlu dilakukan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Januari 2010 di laboratorium Biologi UP-MIPA Universitas Jambi dan pengambilan sampel dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi. Penelitian ini mengunakan metode Most Probable Number (MPN) dari uji penduga (presumptive test) hingga uji penegasan (comfirmative test) untuk pengamatan Escherichia coli pada media Endo Agar. Penelitian ini menggunakan tabung seri 5-5-5 (15 tabung) yang dilengkapi tabung fermentasi (durham) didalamnya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daging sapi yang berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi 100% memenuhi syarat untuk konsumsi karena jumlah Escherichia coli masih memenuhi syarat 1 spesifikasi mutu batas cemaran Escherichia coli pada daging sapi segar yang ditetapakan yaitu 5 X 10

  MPN/ 100ml.

  Kata kunci: Escherichia coli, indikator, pencemaran, daging sapi, rumah pemotongan hewan.

  PENDAHULUAN

  banyak digemari oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia. Permintaan pangan hewani dari waktu ke waktu terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup, kesadaran gizi, dan perbaikan tingkat pendidikan. Hal ini dikarenakan daging merupakan bahan pangan yang bernilai gizi tinggi karena kaya akan protein, lemak, mineral serta zat lainnya yang sangat dibutuhkan tubuh.

  Pengamanan pangan daging sapi mutlak perlu dilakukan untuk menjamin masyarakat sebagai konsumen untuk mendapatkan daging sapi yang aman untuk dikonsumsi (Nugroho, 2004:2). Selanjutnya Hafriyanti dkk.,(2008:22), menjelaskan bahwa usaha penyediaan daging memerlukan perhatian khusus karena daging mudah dan cepat tercemar oleh pertumbuhan mikroorganisme yang berdampak pada menurunnya daya simpan dan nilai gizi pada dagingnya.

  Hitti (2008:1), melaporkan beberapa kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh mikroba patogen di beberapa negara bagian, diantara kasus yang terjadi pada tahun 2008 tercatat kasus keracunan makanan yang disebabkan oleh Escherichia coli sebanyak 718 kasus. Komariah dan Lina (dalam Hafriyanti dkk., (2008:22) menyatakan bahwa daging yang beredar di kota Bogor pada tahun 2001 sudah tercemar mikroba patogen yaitu dengan jumlah Coliform 7,9 X 10 4 CFU/gram dan E.coli 3,0 X 10 4 CFU/gram (Colony Forming Unit).

  Beberapa mikroba patogen yang biasanya mencemari daging adalah Escherichia coli dan

  Staphylococcus sp (Djaafar dan Rahayu, 2007:69).

  Menurut Sumiarto (2004:1), infeksi Escherichia coli pada manusia seringkali disebabkan oleh konsumsi makanan produk hewan yang tercemar, misalnya daging dan susu. Selanjutnya Handayani

  dkk., (2004:6), menyatakan bahwa pencemaran Escherichia coli perlu diwaspadai karena jenis

  bakteri ini dapat menyebabkan gastrogenis pada manusia. Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01–6366– 2000 merekomendasikan batas maksimal cemaran bakteri pada daging segar yaitu 1 X 10 4 CFU/gram

  (Colony Forming Unit) dan Escherichia coli yaitu 5 X 10 1 MPN/100ml. Akan tetapi pada penelitian yang dilakukan oleh Hafriyanti dkk., (2008) yang dilakukan pengambilan sampel pada tahun 2007 di pasar Arengka Pekanbaru didapat total koloni oleh SNI No. 01–6366–2000. Hal ini kemungkinan disebabkan daging sapi tersebut sebelumnya telah tercemar bakteri pada waktu dirumah pemotongan hewan.

  Dalam rangka menjamin keamanan pangan dan keselamatan masyarakat terhadap daging yang dikonsumsi, pemerintah telah menyediakan Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang mengatur tata cara pemotongan ternak termasuk sapi. Perangkat hukum yang mengatur RPH dan operasionalisasinya diatur dalam SK Menteri Pertanian No. 555/kpts/TN.240/9/1986 tentang syarat–syarat rumah pemotongan hewan dan usaha pemotongan hewan. Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi merupakan satu-satunya Rumah Pemotongan Hewan atau Unit Pemotongan Hewan resmi di Kota Jambi sebagai tempat penyedia daging sapi. RPH Kota Jambi dikategorikan sebagai usaha pemotongan hewan kelas B, yaitu usaha pemotongan hewan untuk penyediaan daging kebutuhan antar provinsi Tingkat I. RPH Kota Jambi memiliki 1 Unit RPH sapi/kerbau, dan 1 Unit RPH Babi, dengan luas lahan Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Rumah Pemotongan Hewan (UPTD RPH) seluruhnya 3,5 ha. Berdasarkan data yang diperoleh dari dinas UPTD RPH, jumlah pemotongan ternak di RPH Kota Jambi untuk ternak sapi dan kerbau tahun 2009 sebanyak 11.215 ekor atau 30-40 ekor/hari. Pada hari besar keagamaan rata-rata 150 ekor/hari. Daging yang dikeluarkan oleh RPH Kota Jambi sebagian besar didistribusikan ke seluruh pasar tardisional yang ada di kota Jambi. Sebelum dipotong ternak terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan post mortem dan ante mortem terhadap ternak yang akan yang akan dipotong. Berdasarkan observasi yang telah dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi, belum pernah dilakukan uji mikrooganisme untuk daging yang tercemar khususnya Escherischia coli sebagai indikator pencemar.

METODE PENELITIAN

  Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi UP-MIPA Universitas Jambi, dan dimulai pada bulan Desember 2009 sampai Januari 2010.

  Pengambilan sampel daging sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi. Analisis Ambang batas Escherichia coli dilakukan dengan menggunakan metode Most Probable Number (MPN) seri 5 tabung. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: gelas piala 100 ml, erlenmeyer 500 ml, bunsen, kompor listrik, tabung durham, pipet tetes, mikro pipet, lemari es, corong kaca, kertas label, jarum ose, autoklaf, inkubator, timbangan analitik, oven, alumunium foil, plastik steril, karet pengikat, rak tabung reaksi dan kertas koran. Sedangkan bahan yang digunakan adalah: sampel daging sapi, aquades steril, NaCl 0,85%, alkohol 70%, kapas, spritus, Lactosa Broth (LB), Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) dan Endo Agar.

  Uji Penduga (presumtive test) dilakukan dengan

  Pembacaan data hasil dari uji penegasan (Confirmative Test) dilakukan dengan menghitung jumlah tabung yang menunjukkan adanya gas baik pada seri tabung yang diinkubasi pada suhu 37 C maupun pada seri tabung yang diinkubasi pada suhu 44

  Escherichia coli yang mampu memfermentasikan Laktosa menjadi gas dan asam.

  gas didalam tabung durham setelah masa inkubasi selama 48 jam, dan dihitung sebagai tabung negatif. Hal ini dikarenakan didalam tabung yang berisi Lactose Broth tidak terdapat bakteri

Gambar 4.1 yang berisi media Lactose Broth tidak mengalami perubahan warna dan tidak terbentuk

  beberapa media Lactose Broth di dalam tabung dapat berubah warna menjadi keruh disebabkan oleh terbentuknya asam dan gelembug gas pada tabung durham (Gambar 4.1). Empat tabung pada

  Uji Penduga (presumtive test) pada Tabel 4.1,

  yang berwarna merah dengan kilap logam yang tumbuh pada media Endo Agar yang diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam.

  Escherichia coli pada tabung positif, diamati koloni

  C. Angka yang diperoleh dicocokkan dengan tabel MPN, maka akan diperoleh indeks MPN Coliform untuk tabung yang diinkubasi pada suhu 37 C dan indeks MPN E.coli untuk tabung yang diinkubasi pada suhu 44 C (Anonim, 1991:11). Selanjutnya, untuk pengamatan

  Dari tabung Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) yang menunjukkan tabung positif, dilakukan inokulasi masing-masing kedalam cawan berisi Endo Agar dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Diamati terbentuknya koloni tipikal yang berwarna koloni berwarna merah dengan kilap logam (Merck, 1992:107).

  menggunakan tabung seri 5-5-5. Masing-masing tabung dilengkapi dengan tabung durham dalam posisi terbalik. Lima seri tabung pertama diisi dengan Lactose Broth Double Strength sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan 10 ml suspensi daging sapi kedalamnya. Lima seri tabung kedua diisi dengan Lactose Broth Single Strength sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan 1 ml suspensi daging sapi kedalamnya, dan lima seri tabung ketiga diisi dengan Lactose Broth Single Strength sebanyak 5 ml kemudian dimasukkan 0,1 ml suspensi daging sapi kedalamnya. Keseluruhan tabung yang berisi tabung durham dan suspensi dibalik sedemikian rupa hingga tidak terdapat gelembung udara didalam tabung durham. Semua tabung reaksi diinkubasi dalam inkubator pada suhu 37 C selama 1-2 X 24 jam. Setelah masa inkubasi, diamati terbentuknya gas (adanya gelembung gas pada tabung durham) dan asam (media menjadi keruh). Menurut Fardiaz (1993:74), apabila terbentuk gas didalam tabung durham, tabung dinyatakan positif. Tabung yang tidak menunjukkan pembentukan gas diperpanjang masa inkubasinya sampai 48 jam. Jika tidak terbentuk gas, dihitung sebagai tabung negatif.

  C) dan indeks MPN E.coli (yang diinkubasi 44 C).

  tabung positip gas. Kombinasi yang positif kemudian dicocokkan dengan tabel MPN. Selanjutnya Fardiaz (1993:75) menyatakan bahwa angka-angka yang diperoleh dan setelah dicocokkan dengan tabel MPN akan diperoleh indeks MPN Coliform (yang diinkubasi 37

  Lactose Bile Broth (BGLBB) yang menunjukkan

  Menurut Fardiaz (1992a:127), setelah masa inkubasi, dibaca dan dicatat tabung Briliant Green

HASIL DAN PEMBAHASAN

  steril. Dari masing-masing tabung uji penduga (presumtive test) diinokulasi kedalam dua tabung. Satu seri tabung Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) diinkubasi pada suhu 37 C selama 48 jam dan satu seri lain diinkubasi pada suhu 37 C selama 24-48 jam.

  Bile Broth (BGLBB) dengan menggunakan ose

  tabung hasil uji penduga (presumtive test) yang menunjukkan positif gas, suspensi dipindahkan 1-2 ose kedalam dua tabung Briliant Green Lactose

  Uji Penegasan (Confirmative Test), dari tiap-tiap

  3 – 2 – 1

  1

  3 – 1 – 2

  1 Sampel 1 + - - + + - + - - - - - - + +

  Tabung Positif

  5 Kombinasi

  4

  3

  2

  5

  3 – 0 – 1

  4

  3

  2

  1

  5

  4

  3

  2 Sampel 2 - + + + - - - - - - - - - - +

  3 Sampel 3 - + + - + - - - - - - - - - -

  1

  4 – 1 – 2

  12 Sampel 12 + - - + + - + - - + - - - - +

  3 – 2 – 1

  11 Sampel 11 + - + - + + - + - - - - + - -

  4 – 0 – 1

  10 Sampel 10 + + + + - - - - - - - - - - +

  4 – 2 – 2

  9 Sampel 9 - + + + + - - + - + - - + - +

  8 Sampel 8 + - + + + - + - - - + - + - -

  3 – 0 – 0

  3 – 1 – 2

  7 Sampel 7 + - + - + - + - - - + - - - +

  3 – 1 – 2

  6 Sampel 6 + - + - + - - - - + + + - - -

  2 – 0 – 1

  5 Sampel 5 + + - - - - - - - - + - - - -

  3 – 2 – 0

  4 Sampel 4 + + + - - - + - + - - - - - -

  2

  Sampel

Tabel 4.1 Hasil pengamatan Tabung Positif pada Suspensi daging sapi dari Uji penduga (Prersumtive test) pada Media Lactose Broth Double Strength (LB II) dan Lactose Broth Single Strength (I) Setelah

  (I) No. 5 X 0,1 ml

  Lactose Broth Single Strength

  5 X 1 ml

  (I)

  Lactose Broth Single Strength

  5 X 10 ml

  (LB II)

  Keterangan :

  • = Tidak Tumbuh + = Tumbuh Membentuk Gas dan Media Menjadi Keruh

  17 Layak dikonsumsi

  8 Layak dikonsumsi

  17 Layak dikonsumsi Lactose Broth Double Strength

Tabel 4.2 Hasil Uji Batas Cemaran MPN Coliform dan MPN Escherichia coli Pada Daging Sapi Segar dirumah Pemotongan Hewan Kota Jambi dari Uji Penegasan (Confirmative Test)

  

Uji Penegasan (Confirmative Test)

No .

  Sampel Kombinasi Tabung Positif Coliform/100 ml

  BGLB 37 o C Hasil MPN Coliform/100 ml BGLB 37 o C

  Kombinasi Tabung Positif E.coli /100 ml BGLB 44 o C Hasil MPN

  E.coli/100 ml BGLB 44 o C Keterangan

  1 Sampel 1 3 – 1 – 2

17 3 – 1 – 2

  17 Layak dikonsumsi

  2 Sampel 2 3 – 0 – 1

11 3 – 0 – 1

  11 Layak dikonsumsi

  3 Sampel 3 3 – 0 – 0 8 3 – 0 – 0

  4 Sampel 4 3 – 2 – 0

14 3 – 2 – 0

  11 Sampel 11 3 – 2 – 1

17 3 – 2 – 1

  14 Layak dikonsumsi

  5 Sampel 5 2 – 0 – 1 9 2 – 0 – 1

  9 Layak dikonsumsi

  6 Sampel 6 3 – 1 – 2

17 3 – 1 – 2

  12 Sampel 12 3 – 2 – 1

17 3 – 2 – 1

  7 Sampel 7 3 – 1 – 2

17 3 – 1 – 2

  17 Layak dikonsumsi

  8 Sampel 8 4 – 1 – 2

26 4 – 1 – 2

  26 Layak dikonsumsi

  9 Sampel 9 4 – 2 – 2

32 4 – 2 – 2

  32 Layak dikonsumsi

  10 Sampel 10 4 – 0 – 1

17 4 – 0 – 1

  17 Layak dikonsumsi

  17 Layak dikonsumsi

Tabel 4.3 Pengamatan Koloni Escherichia coli pada media Endo Agar

  No. Sampel

  5 X 10 ml o o o

  5 X 1 ml

  5 X 0,1 ml

  1 Sampel 1

  • 2 Sampel 2

  3 Sampel 3

  4 Sampel 4

  5 Sampel 5 - - -

  6 Sampel 6

  • 7 Sampel 7

  8 Sampel 8

  9 Sampel 9

  10 Sampel 10 - - -

  11 Sampel 11

  • 12 Sampel 12
  • Keterangan :

  = Negatif Escherichia coli -

Tabel 4.4 Hasil pengujian MPN Escherichia coli pada daging sapi segar di Rumah Pemotongan Hewan Jambi yang memenuhi syarat konsumsi.

  No. Ketentuan Jumlah sampel Persentase

  1 Sampel yang memenuhi syarat (tidak 12 100% mengandung Escherichia coli)

  2 Sampel yang tidak memenuhi syarat 0% (mengandung Echerichia coli)

  Jumlah 12 100% Tidak terbentuk gelembung gas dan tidak Terbentuk gelembung gas dan terjadi terjadi perubahan warna pada media Lactose perubahan warna pada media Lactose Broth

  Broth (tabung negatif) (tabung positif)

Gambar 4.1 Pembentukan asam (perubahan warna) dan gelembung gas pada media Lactose Broth (LB) dari Uji Penduga (Presumtive Test).

  

(a) (b)

  (a) (b)

Gambar 4.2 Pembentukan asam (perubahan warna) dan gelembung gas pada media Briliant Green

  Lactose Bile Broth (BGLBB) dari Uji Penegasan (Confirmative Test). (a) Media BGLBB sebelum diinkubasi, (b) Media BGLBB setelah diinkubasi 2 X 24 Jam.

  (a) (b) (a) (b) o

Gambar 4.3 (a) Media Endo Agar yang tidak ditumbuhi bakteri setelah inkubasi 24 jam pada suhu 37

  C, dan (b) Koloni bakteri Coliform yang tumbuh pada media Endo Agar setelah inkubasi 24 jam o pada suhu 37 C.

  

Lactose Broth merupakan suatu medium dibahas oleh Cappucino dan Sherman (1983:177),

  pertumbuhan yang digunakan dalam uji pertama yang mengatakan bahwa Escherichia coli dapat dalam menganalisa bakteri Coliform dan menggunakan laktosa sebagai suatu sumber

  

Escherichia coli. Menurut Fardiaz (1993:7), karbon untuk menghasilkan energi dengan

Lactose Broth dan tabung durham dapat memanfaatkan bantuan enzim β- galaktosidase

  digunakan untuk menghitung jumlah bakteri yang dan mendegradasi laktosa. dapat memfermentasikan laktosa membentuk gas misalnya Coliform terutama bakteri Escherichia Uji penegasan (Confirmative Test). Kombinasi

  

coli. Selanjutnya Fardiaz (1992b:45), tabung positif yang didapat pada uji penduga

  menambahkan bahwa salah satu sifat penting (Presumtive Test) dilanjutkan dengan uji

  

Escherichia coli adalah bakteri ini dapat penegasan (Confirmative Test) dengan

  memfermentasikan laktosa menjadi gas dan menginokulasi 1 mata ose dari masing-masing asam. Pendapat Fardiaz ini terlebih dahulu tabung positif ke dalam media Briliant Green

  Lactose Bile Broth (BGLBB). Setelah inkubasi

  Dari hasil inokulasi ini dapat diketahui bahwa koloni yang tumbuh pada media Endo Agar merupakan kelompok Coliform. Hal ini dikarenakan

  Escherichia coli pada daging sapi segar di Rumah

  seperti halnya Enterobacter aerogens dan Klebsiella. Pada Tabel 4.4 persentase hasil pengujian MPN

  Agar merupakan koloni dari kelompok Coliform

  dengan kilat logam, sebaliknya, koloni yang menampilkan warna merah, berlendir pada permukanya, yang diinkubasi pada media Endo

  Escherichia coli fekal dan Coliform. Koloni Escherichia coli yang diinkubasi pada media Endo Agar akan menampilkan koloni berwarna merah

  yang terdapat pada media Endo Agar. Endo Agar dapat digunakan untuk membedakan koloni bakteri yang memfermentasikan laktosa dengan yang tidak memfermentasikan laktosa, karena medium ini mengandung laktosa sebagai satu-satunya sumber karbohidrat. Warna koloni yang tumbuh pada medium tergantung pada jenis bakter yang terdapat pada medium tersebut. Merck (1992:107), mengatakan bahwa Endo Agar merupakan medium selektif untuk medeteksi dan mengisolasi

  Coliform juga mampu memfermentasikan laktosa

  Pada kondisi anaerob, Escherichia coli memperoleh energi untuk pertumbuhannya dengan fermentasi dan mengekresikan beberapa asam organik (Schlegel dan Swanch, 1984:116). Pada dasarnya bakteri memperoleh energi mereka melalui suatu rangkaian reksi kimia dan mengintegrasikan reaksi enzimatik mejadi biooksidasi suatu substrat yang utama yaitu karbohidrat. Penggunaan karbohidrat oleh mikroorganisme seperti halnya bakteri dilakukan dengan cara yang berbeda tergantung pada enzim yamg dimiliki (Cappucino dan Sherman, 1983:133). Dari tabung Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) yang menunjukkan tabung positif dari inkubasi pada suhu 44 C (untuk Escherichia coli), kemudian dilakukan inokulasi masing-masing kedalam cawan perti berisi Endo Agar dan diinkubasi pada sushu 37 C selama 24 jam. Dari masa inkubasi ini, terbentuk koloni tipikal berwarna merah. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 4.3b.

  selama 48 jam terlihat perubahan warna pada 4.2). Terbentuknya gas pada tabung durham, serta perubahan warna media menjadi keruh dikarenakan di dalam media Briliant Green Lactose

  laktosa atau pepton glukosa. Untuk meminimalisir kemungkinan ikut tumbuh bakteri lain, maka digunakan laktosa. Agar laktosa dapat diolah, diperlukan kemampuan untuk memecah glukosa dengan perantara enzin β–galaktosidase. Jenis bakteri coliform dan jenis bakteri asam laktat mampu membentuk enzim ini. Sebagai petunjuk pertama bahwa bakteri yang dihadapi adalah pembentuk gas, terbukti dengan produksi gas ketika contoh bahan dalam larutan biak pepton laktosa diinkubasi dalam tabung fermentasi. Ciri khas fermentasi glukosa oleh Escherichia coli ditandai oleh reaksi berikut: (1) pemecahan piruvat menjadi Asetil-koA dan Format, (2) pemecahan Format menjadi karbondioksida dan hydrogen, (3) reduksi Asetil-koA menjadi etanol, dan (4) ketidakmampuan membentuk Aseton dan 2,3 butanodiol dari piruvat.

  Escherichia coli tumbuh baik pada media pepton

  Menurut Schlegel dan Swanch (1984:329-331),

  Briliant Green Lactose Bile Broth (BGLBB) mengandung komposisi pepton dan laktosa.

  C. Menurut Cappucino dan Sherman (1983:177), produk akhir dari organisme yang memfermentasikan laktosa adalah gas CO 2 dan H 2 . Munculnya gas memungkinkan adanya perubahan warna menjadi keruh disertai naiknya gas kepermukaan. Media

  bakteri peragi laktosa yaitu Coliform yang diinkubasi pada suhu 37 o C dan Escherichia coli yang diinkubasi pada suhu 44 o

  Bile Broth (BGLBB) diduga telah ditumbuhi oleh

  Pemotongan Hewan Kota Jambi menunjukkan bahwa 100% sampel memenuhi syarat spesifikasi mutu batas cemaran Escherichia coli pada daging sapi segar. Pada Tabel 4.2, hasil uji batas cemaran MPN Coliform dan Escherichia coli dari keseluruhan sampel menunjukkan bahwa indeks MPN Coliform dan Escherichia coli memenuhi persyaratan batas cemaran yang ditetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Batas cemaran untuk Escherichia coli yaitu 5 X 10 1 MPN/gram. Hasil pengujian sampel daging sapi yang berasal dari Rumah Pemotongan Hewan Kota jambi yang dilakukan dengan metode Most Probable Number (MPN) menunjukkan bahwa daging sapi yang dihasilkan oleh RPH Kota Jambi layak untuk dikonsumsi. Hasil pengujian yang dilakukan dari 12 sampel, terbukti keseluruhan sampel (100%) layak dikonsumsi. Dari pengujian ini juga dapat dibuktikan tidak adanyai pencemaran pada daging sapi yang terdapat pada RPH Kota Jambi.

  KESIMPULAN

  I.G.P.S. 2004. Cemaran Mikroba Residu

  Kontaminasi Bakteri Escherichia coli O157:H7 Pada Daging Sapi Di RPH Yogyakarta, Jurnal Veteriner, 5(3):1-9.

  B. 2005. Tingkat Infeksi dan

  Sumiarto,

  B. Gadjahmada University Press: Yogyakarta

  Mikrobiologi Umum. Terjemahan Tedjo,

  Schlegel, H. G. dan Schmidt, K. 1984.

  Sapi di Indonesia. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

  Merck, E. 1992. Mikrobiologi Manual. Frankfur. Nugroho, S. 2004. Jaminana Keamanan Daging

  20 Desember 2009.

  Berlangsung.http://www.ahliwasir.com/n ews/252/cdc. Diakses tanggal

  Hitti, M. 2008. Kasus Keracuanan Makanan masih

  Antibiotika Pada Produk Asal Hewan Di Provinsi Bali , NTB, dan NTT. Jurnal Veteriner, VI(1):8-1.

  Handayani., Dewi, S., Riti, N., dan Ardana,

  Cemaran Escherichia coli yang terdapat pada daging sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi tidak melebihi ambang batas cemaran pada daging sapi. Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap daging sapi di Rumah Pemotongan Hewan Kota Jambi, daging sapi yang dihasilkan tidak tercemar karena tidak mengandung

  Kualitas Daging Sapi Dengan Kemasan Plastik PE (Polyethilen) dan Plastik PP (Polypropilen) dipasar Arengka Pekan Baru, Jurnal Peternakan, 5(1):22-27.

  Hafriyanti., Hidayati., dan Elfawati. 2008.

  Bogor: Institut Pertanian Bogor.

  Kanisius Fardiaz, S. 1993. Analisis Mikrobiologi Pangan.

  Fardiaz, S. 1992a. Mikrobiologi Pangan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Fardiaz, S. 1992b. Polusi Air dan Udara. Bogor:

  Mikroba Pada Produk Pertanian, Penyakit yang Ditimbulkan dan Pencegahannya, Jurnal Litbang Pertanian, 26(2):67-75.

  Djaafar, T.F., dan Rahayu, S. 2007. Cemaran

  Benjamin/Cummings Publishing Company, Inc. Menlo Park, Callifornia.

  Microbiology A Laboratory Manual, the

  Cappuccino, J.G., and Sherman, N. 1987.

  Departemen Kesehatan RI Pusat Laboratorium Kesehatan.

  Anonim. 1991. Petunjuk Pemeriksaan Mikrobiologi Makanan dan Minuman. Jakarta:

  Escherichia coli yang melebihi ambang batas cemaran.

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

DEKONSTRUKSI HOST DALAM TALK SHOW DI TELEVISI (Analisis Semiotik Talk Show Empat Mata di Trans 7)

21 290 1

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

PERANAN ELIT INFORMAL DALAM PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI TAPE (Studi di Desa Sumber Kalong Kecamatan Wonosari Kabupaten Bondowoso)

38 240 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45