Pelaksanaan Pembinaan Kesehatan Lingkungan di Sekolah Dasar Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2013
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kesehatan Sekolah Kesehatan anak sekolah adalah anak yang belajar di semua lembaga pendidikan mulai dari Taman Kanak-kanak sampai dengan tingkat Sekolah
Menengah Tingkat Atas yang harus diusahakan agar kesehatannya terpelihara dengan sebaik-baiknya sehingga dapat memberikan kesempatan belajar dan tumbuh secara harmonik, efisien, dan optimal (Sutatmo, 1979).
Anak-anak merupakan modal negara, mereka adalah manusia-manusia pembangunan di hari esok, dan akan menjadi pemimpin-pemimpin bangsa/negara pada generasi yang akan datang. Oleh karena itu, kegiatan yang dilaksanakan melalui masyarakat sekolah dipandang lebih efektif dibanding kegiatan lain yang dilakukan dalam masyarakat umum, karena : 1.
Jumlah anak sekolah mempunyai persentase yang tinggi dari jumlah rakyat Indonesia.
2. Anak-anak sekolah adalah masyarakat yang telah terorganisasikan, sehingga mudah dicapai dalam rangka pelaksanaan program kesehatan pada masyarakat.
3. Anak sekolah sangat peka terhadap pendidikan dan pembaharuan, dapat menjadi tenaga inti penyebaran, karena pada usia anak sekolah berada dalam taraf pertumbuhan dan perkembangan, mudah dibimbing dan dibina.
4. Tingkat usia anak sekolah adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan hidup sehat, yang nantinya akan dapat mereka hayati, dan dapat menyebarkan pengetahuannya/kebiasaan yang baik itu kepada keluarganya serta lingkungannya (Sutatmo, 1979).
2.2 Usaha Kesehatan Sekolah UKS merupakan upaya membina dan mengembangkan kebiasaan hidup sehat yang dilakukan secara terpadu melalui program pendidikan dan pelayanan kesehatan di sekolah, perguruan agama serta usaha-usaha yang dilakukan dalam rangka pembinaan dan pemeliharaan kesehatan lingkungan.
UKS adalah usaha kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah, dengan sasaran utama adalah anak-anak sekolah dan lingkungannya (Soenarjo, 2002).
2.3 Tujuan dan Sasaran Usaha Kesehatan Sekolah Tujuan umum UKS adalah meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta didik serta menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal dalam upaya pembentukan manusia Indonesia yang berkualitas.
Tujuan khususnya adalah memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik, yang mencakup ;
1. Memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat serta berpartisipasi aktif dalam usaha peningkatan kesehatan di sekolah, keluarga dan masyarakat.
2. Sehat baik dalam arti fisik, mental maupun sosial.
3. Memiliki daya hayat dan tangkal terhadap pengaruh buruk, penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat berbahaya lainnya (Narendra, 2005).
Sesuai dengan SKB 4 Menteri sasaran UKS adalah peserta didik di Sekolah/ Satuan Pendidikan Luar Sekolah, Guru, Pamong Belajar, Pengelola Pendidikan lainnya, Pengelola Kesehatan, dan Masyarakat.
2.4 Ruang Lingkup Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) Kegiatan UKS meliputi 3 (tiga) komponen utama disebut dengan “Trias
UKS” yaitu : (a) Pendidikan kesehatan, (b) Pelayanan Kesehatan dan (c) Pembinaan Lingkungan kehidupan sekolah yang sehat (Depkes RI, 1995).
2.4.1 Pendidikan Kesehatan Kegiatan pada pendidikan kesehatan di sekolah meliputi : (a) Kegiatan intrakurikuler yaitu pendidikan kesehatan merupakan bagian kurikulum sekolah misalnya : olahraga dan kesehatan, (b) Kegiatan Ekstrakurikuler yaitu pendidikan kesehatan dimasukkan dalam kegiatan ekstrakurikuler seperti : Penyuluhan kesehatan dari petugas puskesmas yang berkaitan dengan : Personal hygiene yang meliputi pemeliharaan gigi dan mulut, kebersihan kulit dan kuku, mata, telinga, lomba poster sehat, kerja bakti sosial, perlombaan kebersihan kelas (Depkes RI, 1995).
2.4.2 Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan dilaksanakan dengan kegiatan yang bersifat komprehensif (terpadu dan menyeluruh), meliputi : a.
Kegiatan peningkatan kesehatan (promotif) yaitu penyuluhan kesehatan, pemantauan status gizi dan latihan keterampilan teknis pemeliharaan kesehatan dan pembentukan peran serta aktif peserta didik dalam pelajaran kesehatan, antara lain : kader kesehatan sekolah, olahraga, kesenian, berkebun dan lomba.
b.
Kegiatan pencegahan (preventif) merupakan kegiatan peningkatan daya tahan tubuh, kegiatan pemutusan rantai penularan penyakit dan kegiatan penghentian proses penyakit pada tahap dini sebelum timbul penyakit : imunisasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas, pemberantasan sarang nyamuk, kegiatan penjaringan kesehatan (skrining kesehatan) bagi siswa kelas I yang baru masuk dan pemeriksaan berkala setiap 6 bulan bagi seluruh siswa.
c.
Kegiatan penyembuhan dan pemulihan (kuratif dan rehabilitasi) berupa kegiatan mencegah komplikasi dan kecacatan akibat proses penyakit atau untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang cedera/ cacat agar dapat berfungsi lebih optimal, melaksanakan P3K dan tindakan rujukan ke puskesmas serta pemberian makanan tambahan anak sekolah. Puskesmas sebagai penanggungjawab pelayanan kesehatan sekolah dan menjadi pusat rujukan kegiatan pelayanan kesehatan di sekolah (Depkes RI, 1995).
2.4.3 Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat Pembinaan lingkungan sekolah sehat dilaksanakan dalam rangka menjadikan sekolah sebagai instansi yang dapat menjamin berlangsungnya proses belajar mengajar yang mampu menumbuhkan kesadaran, kesanggupan dan keterampilan peserta didik untuk menjalankan prinsip hidup sehat.
Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang merupakan salah satu unsur penting dalam membina ketahanan sekolah harus dilakukan, karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat diperlukan untuk meningkatkan kesehatan murid, guru, dan pegawai sekolah, serta peningkatan daya serap murid dalam proses belajar mengajar (Depkes RI, 2006).
Lingkungan sekolah sehat ditinjau dari dua segi, yaitu aspek fisik dan aspek mental.
1. Aspek fisik
Aspek bangunan sekolah, peralatan sekolah, perlengkapan, sanitasi yang memenuhi syarat-syarat kesehatan serta pengawas kebersihannya meliputi : a.
Penyediaan air bersih b. Pemeliharaan penampungan air bersih c. Pengadaan dan pemeliharaan air limbah d. Pemeliharaan WC/ Kamar Mandi e. Pemeliharaan kebersihan dan kerapihan ruang kelas, perpustakaan, ruang serbaguna, ruang olahraga, ruang UKS, ruang laboratorium, ruang ibadah f.
Pemeliharaan kebersihan dan keindahan halaman dan kebun sekolah (termasuk penghijauan sekolah) g. Pengadaan dan pemeliharaan warung/ kantin sekolah h.
Pengadaan dan pemeliharaan pagar sekolah 2. Aspek mental meliputi : penghuni-penghuni sekolah tersebut, menyangkut hubungan murid, guru, orang tua murid, tenaga administrasi sekolah, dan petugas-petugas kesehatan UKS.
2.5 Penyelenggaraan Kesehatan Lingkungan Sekolah Kesehatan lingkungan sekolah adalah segala upaya untuk menyehatkan dan memelihara lingkungan sekolah dan pengaruhnya terhadap siswa. Kesehatan lingkungan adalah interaksi antara manusia dan lingkungannya yang berakibat atau memengaruhi derajat kesehatan. Konsep ketahanan sekolah 7K (kebersihan, keamanan, keindahan, ketertiban, kekeluargaan, kedisiplinan dan kerindangan) dapat menciptakan suasana dan hubungan kekeluargaan yang akrab dan erat antara sesama warga sekolah yaitu siswa, guru dan semua karyawan sekolah (Depkes RI, 1995).
Sanitasi adalah hal-hal yang berhubungan dengan pemeliharaan dan pembinaan kebersihan lingkungan hidup manusia, baik di rumah, di kantor, di sekolah, ditempat-tempat umum, dan lain sebagainya terhadap segala unsur yang terdapat di lingkungan tersebut, baik berupa bangunan, benda-benda, dan halaman- halaman disekitar bangunan (Sutatmo, 1979).
Lingkungan sekolah yang sehat seperti : pelayanan kesehatan yang memadai, pengendalian penyakit menular, pengaturan personal hygiene siswa, program yang baik dari pendidikan jasmani, tindakan pencegahan yang memadai, dan pemeliharaan staf yang sehat merupakan bagian penting dari pendidikan kesehatan anak sebagai sarana pembelajaran tidak langsung (Turner et al., 1961).
Lingkungan sehat tujuan umumnya adalah untuk menciptakan lingkungan hidup yang kondusif bagi upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat, terutama masyarakat sekolah. Tujuan khusus lingkungan sehat adalah mewujudkan lingkungan hidup sehat yang : a.
Mendukung tumbuh kembang anak dan remaja b. Memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup sehat c. Memungkinkan interaksi sosial d. Melindungi masyarakat dari ancaman bahaya yang berasal dari lingkungan sehingga tercapai derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat yang optimal (Hapsara, 2004). Timbulnya penyakit pada masyarakat tertentu pada dasarnya merupakan hasil interaksi antara penduduk setempat dengan berbagai komponen yang ada di lingkungannya. Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat berinteraksi dengan pangan, udara, air serta serangga. Apabila berbagai komponen lingkungan tersebut mengandung bahan berbahaya seperti bahan beracun, ataupun bahan mikroba yang memiliki potensi timbulnya penyakit, maka manusia akan jatuh sakit dan menurunkan kualitas sumber daya manusia (Achmadi, 2008).
Manajemen penyakit harus dilakukan secara terpadu khususnya pada masyarakat sekolah, sejak dari perencanaan, pelaksanaan, pembiayaan maupun monitoring pelaksanaannya supaya dapat mengintegrasikan antara pengendalian faktor resiko penyakit baik faktor risiko berupa perilaku maupun faktor resiko pada lingkungan yang memiliki potensi bahaya penyakit. Dengan demikian, manajemen setiap penderita penyakit harus dilaksanakan secara komprehensif, dan keselarasan antara pengendalian faktor risiko seperti program-program penyuluhan untuk pemberdayaan masyarakat di bidang perbaikan perilaku hidup sehat dengan pemberdayaan penyehatan lingkungan terhadap penyakit berkenaan secara selaras (Achmadi, 2008).
Salah satu kegiatan UKS adalah pembinaan kesehatan lingkungan. Sekolah harus memberikan pengajaran baik kepada guru maupun murid bagaimana cara memelihara lingkungan sekolah.
Kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa dalam rangka pelaksanaan pembinaan kesehatan lingkungan. Pembinaan yang dilakukan adalah pengawasan kebersihan lingkungan sekolah, meliputi halaman sekolah, ruang kelas, jamban/WC, penyediaan air bersih dan kantin sekolah. Untuk menjaga kebersihan ruang kelas dan halaman serta pekarangan sekolah dibentuk piket harian yang bergiliran dari semua siswa.
2.5.1 Ruang Bangunan Bangunan adalah semua ruangan yang ada dalam lingkungan sekolah pada batas pagar sekolah yang digunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan sekolah.
Setiap sekolah harus memiliki beberapa ruang kelas, ruang UKS, ruang ibadah, kantin/warung sekolah, toilet (Kepmenkes, 2006).
Adapun persyaratan kesehatan lingkungan pada ruang bangunan; 1.
Ruang Kelas Ruang belajar yang kotor, gelap, pengap, dan bau dapat memengaruhi proses belajar mengajar. Kenyataan juga menunjukkan bahwa belum semua sekolah mempunyai bangunan sekolah yang memadai. Masih banyak sekolah yang ditemukan dengan kelas-kelas bersifat darurat, dan masih banyak sekolah-sekolah yang dipergunakan terus-menerus dari pagi sampai sore hari, sehingga pemeliharaan sekolah dan kelas-kelas agak sulit dilaksanakan. Seringkali kita masuk kelas dengan lantai berlabis tanah, dan sampah bertebaran. Dinding kelas yang tidak terawat, langit-langit yang penuh sarang laba-laba, papan tulis yang tidak terpelihara (Sutatmo, 1979).
a.
Kepadatan ruang kelas minimal 1,75 m
2
/murid b. Jarak papan tulis dengan meja siswa paling depan minimal 2,5 m dan jarak papan tulis dengan meja siswa paling belakang maksimal 9 m c.
Lantai di depan papan tulis ditinggikan 40 cm dari lantai sekitarnya d. Tersedia tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir di depan ruang kelas, minimal 1 tempat cuci tangan untuk 2 kelas
2. Ruang UKS a.
Ruang UKS dilengkapi dengan tempat cuci tangan dengan air bersih yang mengalir b.
Luas minimal 27 m
2 3.
Kantin/ Warung Sekolah a.
Tersedia tempat cuci peralatan makan dan minum dengan air yang mengalir b. Tersedia tempat cuci tangan bagi pengunjung kantin/warung sekolah c. Tersedia tempat untuk penyimpanan bahan makanan d. Tersedia tempat untuk penyimpanan makanan jadi/siap saji yang tertutup e. Tersedia tempat untuk menyimpan peralatan makan dan minum f. Lokasi kantin/warung sekolah minimal berjarak 20 m dengan TPS (tempat pengumpulan sampah sementara).
4. Kualitas udara ruang Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara segar di dalam ruang sekolah dengan baik. a.
Udara ruang sekolah tidak berbau b. Penetapan sekolah sebagai kawasan bebas rokok 5. Pencahayaan
Ruangan harus cukup mendapatkan cahaya. Ini hanya dimungkinkan bila dinding tersebut mempunyai jendela-jendela atau lubang-lubang yang cukup luas untuk dilewati cahaya. Pada ruang kelas siswa-siswa yang duduk dibelakang atau disisi kelas harus dapat melihat dengan jelas tulisan-tulisan di papan tulis sehingga papan tulis diatur sedimikian rupa agar tidak menyilaukan mata para siswa (Sutatmo, 1979).
2.5.2 Fasilitas Sanitasi Sekolah
1. Air bersih Air merupakan zat yang memiliki peranan sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu, air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia.
a.
Air memenuhi syarat kesehatan jernih, tidak berbau, tidak berwarna dll, yang sesuai dengan syarat kesehatan KepMenKes Nomor 416 tahun 1990.
b.
Jarak sumur/sarana air bersih dengan sumber pencemaran (sarana pembuangan air limbah, septic tank, tempat pembuangan sampah akhir, dll) minimal 10 m.
2. Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan/atau kegiatan yang berwujud cair.
a.
Ada saluran air hujan dan air limbah yang lancar dan tidak tergenang.
b.
Air limbah tidak mencemari sumber air bersih. c.
Tempat penampungan air limbah tidak menimbulkan bau, tidak menjadi sarang nyamuk dan letaknya jauh dari sumber air bersih (jarak minimal 10 meter) dari gedung sekolah.
d.
Tersedia saluran pembuangan air limbah yang terpisah dengan saluran penuntasan air hujan.
e.
Saluran pembuangan air limbah harus terbuat dari bahan kedap air dan tertutup.
f.
Keberadaan SPAL tidak mencemari lingkungan.
g.
Air limbah dibuang melalui tangki septic dan kemudian diresapkan ke dalam tanah.
h.
Pembuangan air limbah dari dapur, dan WC harus memenuhi syarat kesehatan kedap air, tertutup, dan diberi bak kontrol pada jarak tertentu supaya mudah dibersihkan bila terjadi penyumbatan sehingga dapat mengalir dengan lancar.
3. Toilet (Kamar Mandi, WC, dan Urinoir) a.
b.
Tersedia toilet yang terpisah antara laki-laki dan perempuan.
c.
Proporsi jumlah WC/Urinoir adalah 1 WC/Urinoir untuk 40 siswa dan 1 WC untuk 25 orang siswi.
d.
Toilet harus dalam keadaan bersih.
e.
Lantai toilet tidak ada genangan air.
f.
Tersedia lubang penghawaan yang langsung berhubungan dengan udara luar.
Letak toilet harus terpisah dari ruang kelas, ruang UKS, ruang guru, perpustakaan. g.
Bak penampung air harus tidak menjadi tempat perindukan nyamuk (Kepmenkes, 2006).
4. Sarana Pembuangan Sampah Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya (Sumantri, 2010).
a.
Tersedia tempat pembuangan sampah di setiap ruangan dengan tertutup.
b.
Tersedia bak/tempat pembuangan sampah yang memenuhi syarat kesehatan antara lain : bebas lalat dan serangga, dapat menampung sampah dengan baik, tidak menimbulkan bau, letaknya jauh dari gedung sekolah (kelas, warung sekolah).
c.
Tempat pembuangan sampah dan air limbah tidak dekat dengan sumber air bersih (jarak minimal 10 meter).
d.
Pengangkutan sampah.
e.
Pelekatan tempat pembuangan/pengumpulan sampah sementara dengan ruang kelas berjarak minimal 10 m.
5. Halaman, pekarangan dan pagar Kebersihan dan pemeliharaan pagar sekolah perlu pula menjadi perhatian, selalu kelihatan rapih dan menyenangkan. Rumput, tanaman dan pohon-pohon disekolah hendaknya selalu dipelihara, dengan demikian akan didapatkan udara yang segar dan disamping itu halaman menjadi terlindung dari terik matahari (Sutatmo, 1979).
1. Halaman a.
Tidak ada genangan air dan tidak berdebu b. Bebas dari bangunan, benda, tanaman yang berbahaya c. Ada tanaman perindang penghijauan dan tanaman hias d. Halaman ditata dengan baik, bersih indah dan serasi, tidak becek dan tidak menjadi tempat bersarang dan berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya e. Ada bagian yang dipergunakan untuk upacara bendera, senam dan bermain f. Ada saluran pembuangan air yang berfungsi baik 2. Pekarangan/ Kebun Sekolah a.
Kebun ditanami dan ditata secara teratur, bersih dan rapi b. Dapat dimanfaatkan sebagai tempat peternakan, perkebunan, perikanan, tanaman produktif dan apotik hidup c.
Dipergunakan sebagai sarana pembelajaran d. Tidak terdapat benda-benda dan tanaman yang membahayakan e. Tidak menjadi sarang nyamuk 3. Pagar Sekolah a.
Pagar dapat melindungi seluruh sekolah b. Pintu pagar dapat berfungsi dengan baik c. Pagar terbuat dari bahan baku atau tumbuhan yang kuat d. Pagar terawat baik, bersih dan serasi (Tim Pelaksana UKS Pusat, 2010).
2.6 Sistem Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh dan terorganisir yang terdiri atas beberapa sub sistem yang saling berhubungan dan ditentukan oleh batas-batas yang jelas dan dapat dibedakan dari lingkungannya, dengan kata lain sistem merupakan suatu rangkaian dari bagian-bagian yang saling berhubungan untuk mencapai keluaran yang diinginkan secara efektif dan efisien. Adapun unsur sistem yang saling berhubungan adalah masukan (input), proses (process), keluaran (output), umpan balik (feed back), dampak (impact), dan lingkungan (environment) yang menunjukkan bahwa pendekatan ini sekaligus merupakan alat untuk melakukan perubahan dan peningkatan (Azwar, 2010). Secara garis besar elemen-elemen dalam sistem itu adalah sebagai berikut : a.
Masukan (input) : adalah kumpulan elemen atau bagian yang terdapat dalam sistem dan berfungsi mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Untuk sebuah organisasi dikenal dengan 6 M yaitu manusia (man), uang (money), sarana (material), metode (methode), pasar (market) dan mesin (machine).
b.
Proses : adalah kumpulan bagian atau elemen yang berfungsi untuk mengubah masukan sehingga menghasilkan keluaran (output) yang direncanakan.
c.
Keluaran (output) : adalah hal yang dihasilkan oleh proses dalam sistem.
d.
Efek (effect) : adalah perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat yang diukur dengan peran serta masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. e.
Dampak (impact) : adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran setelah beberapa waktu lamanya.
f.
Umpan balik (feed back) : adalah juga merupakan hasil dari proses yang sekaligus sebagai masukan untuk sistem tersebut.
g.
Lingkungan (environment) : adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi memengaruhi sistem tersebut.
Pencapaian suatu tujuan (output) dalam proses manajemen suatu sistem dipengaruhi oleh fungsi-fungsi manajemen tersebut yaitu meliputi perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengawasan (controlling).
2.7 Manajemen Kesehatan Dalam pengertian pembangunan kesehatan dewasa ini, manajemen kesehatan dipandang sebagai salah satu unsur dari 3 unsur pembangunan kesehatan. Unsur- unsur tersebut secara keseluruhan ialah pelaksana, pembina dan pengembangan upaya kesehatan.
Kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan dalam penelitian ini diarahkan untuk menjawab permasalahan penelitian yang ada di sekolah dengan cara terpenuhinya tujuan penelitian yaitu dengan melakukan penilaian kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan di sekolah dasar wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang meliputi : a.
Masukan (input) yaitu yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan. b.
Proses, yaitu pelaksanaan dari kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan.
c.
Keluaran (output) yaitu hasil dari pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan.
2.7.1 Masukan (Input)
1. Petugas di Puskesmas : tenaga yang ditunjuk/ditugaskan untuk mengelola program UKS yang terdiri dari tenaga inti yaitu sarjana kesehatan masyarakat atau D3 kesehatan lingkungan dan tenaga pendukung seperti bidan atau perawat kesehatan masyarakat.
2. Biaya Operasional : yang dimaksud biaya disini adalah dana yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan dengan tujuan memelihara dan mencegah penyakit berbasis lingkungan.
3. Sarana dan Prasarana : dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan haruslah ditunjang dengan sarana yang minimal. Misalnya adanya ruangan khusus UKS dan alat kesehatan.
2.7.2 Proses Yaitu kumpulan bagian dari sistem yang berfungsi untuk mengubah input sehingga menghasilkan suatu output yang direncanakan.
Pembangunan kesehatan yang berkelanjutan membutuhkan tenaga kesehatan yang memadai baik dari segi kualitasnya maupun segi jumlahnya. Untuk menghasilkan tenaga kesehatan yang berkualitas dibutuhkan juga proses pembinaan yang berkualitas. Oleh karena itu, salah satu fokus pembinaan petugas kesehatan adalah pembinaan petugas/guru UKS di sekolah dasar wilayah kerja puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang.
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten yang melaksanakan upaya kesehatan komprehensif kepada masyarakat dan mempunyai tugas dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan upaya kesehatan secara paripurna kepada masyarakat di wilayah kerjanya (Depkes, 2004).
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan dilakukan melalui langkah-langkah : perencanaan (penyusunan POA), pelatihan (meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pelaksana dan petugas UKS), dan pengawasan (meliputi pembinaan yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten maupun petugas UKS puskesmas terhadap guru UKS).
2.7.2.1 Perencanaan (planning)
Pentingnya kedudukan dan peranan perencanaan bagi semua pihak yang bergerak dalam bidang kesehatan maka telah mewajibkan bagi semua pihak untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup tentang perencanaan. Strategi perencanaan sangat penting sebagai proses membangun sistem tujuan dan merumuskan rencana untuk mencapai tujuan tersebut sehingga perencanaan tersebut memerlukan komitmen untuk masa depan organisasi kesehatan, waktu yang cukup dalam keterlibatan proses perencanaan, serta kemauan untuk mengubah program tindakan berdasarkan hasil perencanaan (Carson et al., 1994).
Perencanaan merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk merumuskan masalah-masalah kesehatan, menentukan kebutuhan dan sumber daya yang tersedia, menetapkan tujuan program yang paling pokok, dan menyusun langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Muninjaya, 2004). Pada pengertian diatas perencanaan menganut beberapa upaya menjabarkan cara penyelesaian masalah yang telah ditetapkan ke dalam unsur-unsur rencana yang lengkap serta saling terkait dan terpadu hingga dapat dipakai sebagai pedoman dalam melaksanakan cara penyelesaian masalah (Azwar, 2010).
Stoner dan Wankel (1986) merumuskan 4 langkah perencanaan, yaitu ; 1. Mendefinisikan situasi sekarang
Serangkaian kegiatan untuk mengkaji situasi kondisi organisasi dan kemampuan organisasi untuk mencapai tujuan.
2. Menetapkan tujuan Perencanaan dimulai dengan keputusan tentang organisasi yang dibutuhkan.
Mengidentifikasi prioritas dan menjadi lebih spesifik tentang tujuan untuk dapat memfokuskan sumber daya secara efektif.
3. Mengidentifikasi bantuan dan hambatan untuk tujuan Mengenal hambatan yang sedang terjadi sekarang, agar dapat mengantisipasi situasi masa depan, masalah, dan peluang dari perencanaan.
4. Mengembangkan rencana atau serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan Langkah dalam proses perencanaan ini meliputi pengembangan berbagai program alternatif tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, mengevaluasi alternatif, dan memilih alternatif yang paling cocok untuk mencapai tujuan.
2.7.2.2 Pengorganisasian (organizing)
Pengorganisasian adalah pengelompokan berbagai kegiatan yang diperlukan, menetapkan tugas-tugas pokok dan wewenang untuk melaksanakan suatu rencana sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Sebuah organisasi merupakan sebagai suatu sistem kegiatan terkoordinasi secara sadar dari dua orang atau lebih, yang memiliki empat karakteristik dasar, yaitu ; 1.
Upaya anggota individu yang sinkron 2. Ada tujuan organisasi umum untuk dicapai 3. Ada pembagian kerja yang memungkinkan anggota untuk menjadi ahli dalam tugas-tugas khusus
4. Ada rantai komando dimana anggota organisasi melapor kepada manajer yang mengarahkan tindakan mereka (Carson, et al.,1994).
2.7.2.3 Penggerakan (actuating)
Sebagai usaha untuk menciptakan kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga pelaksana program berjalan sesuai dengan rencana dalam rangka pencapaian tujuan.
Penggerakan memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya manusia. Seorang pemimpin yang ingin berhasil menggerakkan dan mengarahkan pegawainya agar bekerja lebih produktif perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan dalam empat hal, yaitu ; (Azwar, 2010) 1.
Pengetahuan dan keterampilan kepemimpinan (leadership) 2. Pengetahuan dan keterampilan motivasi (motivating) 3.
Pengetahuan dan keterampilan komunikasi (communication)
4. Pengetahuan dan keterampilan pengarahan(directing) a.
Pelatihan Pelatihan didefinisikan sebagai usaha yang terencana dari organisasi untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program secara keseluruhan. Upaya pelatihan harus dapat memberikan pengalaman belajar yang baik bagi petugas maupun bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2005).
Pelaksana pelatihan dimaksudkan adalah untuk mendapatkan tenaga kerja yang memiliki pengetahuan, keterampilan, kemampuan dan sikap yang baik untuk mengisi jabatan pekerjaan yang tersedia dengan produktivitas kerja yang tinggi, yang mampu menghasilkan hasil kerja yang baik. Dalam pengertian umum, latihan berkaitan erat dengan pemberian bantuan kepada para pegawai, dengan maksud agar pegawai yang dilatih tersebut dapat meningkatkan dan mengembangkan kemampuannya baik dari segi kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan yang lebih berkualitas.
Sasaran utama pelatihan adalah para petugas kesehatan sebagai ujung tombak dalam jalur distribusi dan pelayanan. Kemudian para pengecer swasta, kader kesehatan, tokoh masyarakat, dan tokoh agama (Notoatmodjo, 2005).
2.7.2.4 Pengawasan (controlling)
Selain perencanaan dan pelatihan juga dibutuhkan pengawasan yang merupakan salah satu pencapaian target pembinaan kesehatan. Pengawasan adalah penilaian, pengukuran, dan sekaligus koreksi terhadap setiap penampilan petugas dan penampilan program yang kemudian dilanjutkan dengan mengarahkannya sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai (Azwar, 2010).
Pengawasan atau pengendalian adalah suatu fungsi utama manajemen dan berhubungan erat dengan fungsi perencanaan. Perencanaan menetapkan sasaran atau tujuan keseluruhan untuk organisasi kesehatan. Tapi manajemen kemudian harus memastikan bahwa rencana direalisasikan yang harus dicapai melalui fungsi pengawasan, yaitu : standar yang ditetapkan untuk tujuan organisasi, membandingkan kinerja aktual dibandingkan dengan standar yang ditetapkan, bila ada penyimpangan negatif dari standar yang ditetapkan, langkah terakhir mensyaratkan bahwa tindakan perbaikan diambil (Carson, et al., 1994).
Pengawasan atau evaluasi merupakan kesempatan mendidik para pelaksana untuk menghindari segala bentuk penyimpangan dan segera memperbaiki kesalahan apabila dijumpai. Kegiatan pengawasan pada dasarnya membandingkan kondisi yang ada dengan yang seharusnya terjadi (Murti, 2011).
2.7.3 Keluaran (Output) Salah satu efektifitas dari suatu organisasi yang dapat dinilai dari cakupan.
Sedangkan yang dimaksud dengan efektifitas adalah seberapa besar suatu tujuan itu sedang atau telah tercapai. Untuk kegiatan pembinaan kesehatan lingkungan diharapkan pelaksanaannya sesuai dengan apa yang ditetapkan, sehingga program UKS dapat berjalan dengan baik hingga masalah-masalah yang terjadi pada anak sekolah dapat diturunkan (Murti, 2011).
2.8 Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan
Evaluasi adalah bagian yang penting dari proses manajemen, karena evaluasi dapat diperoleh dari umpan balik (feed back) terhadap program atau pelaksana kegiatan. Tanpa evaluasi, akan sulit mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan yang direncanakan telah mencapai tujuan atau belum. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa evaluasi adalah membandingkan antara hasil yang telah dicapai oleh suatu program dengan tujuan yang direncanakan, dilanjutkan dengan pengambilan keputusan serta penyusunan saran-saran, yang dapat dilakukan pada setiap tahap dari pelaksanaan program (Nasution, 1997).
Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat merencanakan suatu program, dapat dibedakan atas tiga macam yaitu : (Azwar, 2010)
1. Penilaian pada tahap awal program (Formatif Evaluation) Penilaian yang dilakukan disini adalah pada saat merencanakan suatu program, tujuan utamanya adalah untuk meyakinkan bahwa rencana yang akan disusun benar-benar telah sesuai dengan masalah yang ditemukan, dalam arti dapat menyelesaikan masalah tersebut.
2. Penilaian pada tahap pelaksana program (Promotive Evaluation) Penilaian pada saat program sedang dilaksanakan, tujuannya adalah untuk mengukur apakah program yang sedang dilaksanakan telah sesuai dengan rencana atau tidak, atau apakah ada penyimpangan yang dapat merugikan dari program tersebut.
3. Penilaian pada tahap akhir program (Summative Evaluation) Penilaian pada tahap saat program telah selesai dilaksanakan, tujuannya dibedakan atas dua macam, yaitu untuk mengukur keluaran (out put) serta untuk mengukur dampak (impact) yang telah dihasilkan.
2.9 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan studi kepustakaan, kerangka konsep disusun sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Konsep PenelitianPembinaan Kesehatan Lingkungan a.
Perencanaan b. Pelatihan c. Pengawasan
Pencapaian Hasil Kegiatan a.
Tercapai b.
Tidak tercapai