analisis besi dalam darah dengan metode

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Besi adalah logam yang beraneka ragam penggunaannya serta melimpah
keberadaannya. Besi yang dapat dikonsumsi oleh manusia berada dalam bentuk
ionnya yaitu Fe2+ dan Fe3+. Dalam tubuh, besi esensial memproduksi hemoglobin
yang berfungsi dalam mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan tubuh, mengangkut
elektron dalam sel dan mensistesis enzim yang mengandung besi yang dibutuhkan
untuk menggunakan O2 selama memproduksi energi seluler. Pada tubuh manusia
yang memiliki berat sekitar 70 kg hanya terkandung besi sebanyak 3,5 g, 70%
diantaranya dalam bentuk hemoglobin. Namun apabila jumlah kadar besi yang
dikonsumsi terlalu berlebihan dapat menyebabkan kerusakan hati, diabetes dan
penyumbatan pembuluh jantung (Shyla B,dkk.,2012).
Besi merupakan salah satu sumber mineral yang terdapat dalam air minum. Fe logam
berat esensial, di mana keberadaannya dalam kadar tertentu sangat dibutuhkan oleh
tubuh manusia, namun dalam kadar yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun.
Dalam air minum, kadar besi dan mangan yang diperbolehkan yakni masing- masing
0,3 mg/L dan 0,4 mg/L.
Terkait dengan pemikiran inilah, maka dilakukan percobaan penentuan kadar besi
(Fe) secara spektrofotometri sinar tampak.


1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yaitu berapa kadar besi dalam darah?
1.3 Tujuan Percobaan
Adapun tujuan yaitu menentukan kadar besi secara spektrofotometri sinar tampak.
1.4 Manfaat Percobaan
Untuk mengetahui kadar besi dalam darah dengan menggunakan spektrofotometri
sinar tampak.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Besi
Besi merupakan logam dengan kelimpahan terbanyak kedua setelah aluminium pada
kulit bumi dan ditemukan dalam bentuk divalen dan trivalen dimana dalam bentuk
divalent berperan sebagai mikronutrisi esensial. Penentuan besi dapat menggunakan
berbagai metode, seperti spektrofotometri serapan atom, metode flow injection, dan
fluorometri, namun yang banyak digunakan pada penentuan besi adalah
spektrofotometri UV-tampak karena akurasi yang baik, cepat, dan mudah (Shyla
B,dkk.,2012).
Besi merupakan salah satu logam transisi bernomor massa 26. Dilihat dari nomor
massanya dapat diketahui bahwa besi memiliki elektron yang tidak berpasangan

dalam bentuk ionnya. Sedangkan o-Phen memiliki pasangan elektron bebas (PEB)
yang terdapat pada N sebanyak dua. Berdasarkan definisi dari Rivai tahun 1995,
proses pembentukan senyawa kompleks koordinasi adalah perindahan satu atau lebih

pasangan elektron dari ligan ke ion logam. Jadi ligan bertindak sebagai pemberi
elektron (basa Lewis) dan ion logam sebagai penerima elektron (asam Lewis) dimana
pada penelitian ini ligan yang digunakan adalah o-Phen, dan logam yang digunakan
adalah besi (Rahayu, 2013).
Keberadaan besi pada kerak bumi berada pada urutan keempat terbesar. Besi
ditemukan dalam bentuk kation Ferro (Fe 2+) dan ferri (Fe3+) (Rahmayani, 2009). Besi
Fe2+ maupun Fe3+ merupakan suatu logam transisi. Ion logam transisi berada dalam
suatu keadaan oksidasi positif, dalam keadaan tersebut yang ditinjau adalah orbital d.
Orbital d yang ada pada logam transisi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pada
keadaan t2g dan eg. Kondisi penempatan elektron pada masing-masing orbital
menyebabkan adanya konfigurasi low-spin dan high-spin (Rhicard, 1994).

2.2 Darah
Di dalam sel darah merah terdapat pigmen berwarna merah yang disebut dengan
hemoglobin. Sebagian besar kandungan dari hemoglobin adalah unsur besi. Adanya
unsur besi ini dapat berfungsi untuk mengatur sistem metabolisme dalam tubuh

manusia (Trianjaya, 2009).
Dalam tubuh manusia terdapat 60 sampai 80 persen besi dalam hemoglobin.
Hemoglobin merupakan senyawa protein heme yang mengandung Fe 2+. Hemoglobin
berfungsi mengangkut oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh yang lain. Pada

hemoglobin tersebut besi berperan sebagai pusat pengikat oksigen. Meskipun protein
heme tidak mampu mengikat oksigen, Fe2+ mempunyai kecenderungan cukup besar
untuk mengikat oksigen sehingga pengangkutan oksigen dalam tubuh dapat berjalan
(Rahmayani, 2009).
Fungsi utama dari sel darah merah (eritrosit) adalah mentransfer hemoglobin.
Eritrosit normal berbentuk bulat atau agak oval dengan diameter 7 – 8 mikron
(normosit). Dilihat dari samping, eritrosit nampak seperti cakram atau bikonkaf
dengan sentral akromia kira-kira ⅓ - ½ diameter sel. Dalam mengevaluasi morfologi
sel darah merah pada sediaan apus, ada 4 hal yang harus diperlihatkan : 1. bentuknya
(shape), 2. ukurannya (size), 3. warnanya (staining), dan 4. struktur intraselluler
(structure) (Patologi klinik, 2006).
Pada molekul hemoglobin, oksigen dapat berikatan dengan zat besi pada kondisi
tekanan parsial yang tinggi. Agar dapat berikatan dengan zat besi yang terkonjugasi
dengan hemoglobin, oksigen memberikan lone pair-nya pada ion Fe2+ yang berada
dalam keadaan low spin (Winter, 1994).

2.3 Spektrofotometri Sinar Tampak
Dalam analisis kimia dikenal berbagai macam cara untuk mengetahui data kualitatif
dan kuantitatif baik yaang menggunakan suatu peralatan optik (instrumen) ataupun
dengan cara basah. Alat isntrumen biasanya dipergunakan untuk menentukan suatu

zat berkadar rendah, biasanya dalam satuan ppm (part per million) atau ppb (part per
billion) (Triyati, 1985).
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrometer
dan fotometer. Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum pada
panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya
yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi (Trianjaya, 2009).
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi
yang stabil dan intensitasnya tinggi. Pada spektrofotometer sinar tampak, sumber
cahaya biasanya menggunakan lampu tungsten yang sering disebut lampu wolfram.
Wolfram digunakan sebagai lampu pada spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya
yang memiliki titik didih yang sangat tinggi yakni 5930 °C. Lampu ini mirip dengan
bola lampu pijar biasa, daerah panjang gelombang (l ) adalah 350 – 2200 nanometer
(nm) (Jaya Hardi, 2015 ).
Menurut Khopkar (2003), komponen-komponen terpenting dari spektrofotometer
yaitu :

1. Sumber Spektrum
Sinar yang biasa digunakan pada spektroskopi absorbsi adalah lampu wolfram.
Lampu hidrogen atau deuterium digunakan sebagai sumber spektrum pada daerah
UV. Untuk mendapatkan tegangan yang stabil dapat digunakan transformator.
2. Monokromator

Digunakan untuk memperoleh sumber sinar yang monokromatis. Alatnya dapat
berupa prisma atau grating. Untuk mengarahkan sinar monokromatis yang
diinginkan dari hasil penguraian dapat digunakan celah.
3. Sel Absorbsi
Pada pengukuran di daerah tampak kuvet kaca atau kuvet kaca corex dapat
digunakan.
4. Detektor
Peranan detektor penerima adalah memberikan respon terhadap cahaya pada
berbagai panjang gelombang.

Gambar Instrumentasi alat Spektofotometri Visible
Sumber : Jaya Hardi, 2015

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu Percobaan
Percobaan ini dilakukan pada tanggal 07 Desember 2015 di Laboratorium Kimia
Analitik, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Tadulako.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini antara lain spektofotometer 20, kuvet, gelas
kimia 100 mL, gelas ukur 100 mL dan 10 mL, labu ukur (100 mL, 50 mL, dan 25

mL) dan 50 mL, pipet tetes, botol semprot, rak tabung, kuvet, sendok zat, batang
pengaduk, lemari asam, neraca analitik, dan botol bekas.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini antara lain feri ammonium sulfat, akuades,
HCl pekat, serbuk besi, kalium tiosianat, larutan HCl 4 N, dan KSCNS 2 M, darah,
larutan standar besi 100 ppm, dan tissu.S

3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan Larutan Standar

Feri ammonium sulfat sebanyak 0,216 g dilarutkan dalam air, lalu ditambahkan 2,5
mL larutan HCl pekat dan diencerkan hingga 0,250 mL. Selanjutnya 25 mg serbuk
besi dilarutkan dalam 25 mL HNO3 1:3 dan diencerkan hingga 250 mL. selanjutnya 5
g kalium tiosianat dilarutkan dalam 25 mL akuades.

3.3.2 Penentuan panjang gelombang maksimun
Larutan standar besi sebanyak 0,3 mL dimasukkan dalam labu takar 25 mL kemudian
ditambahkan 2,5 mL larutan tiosianat (KSCN 2 M) dan 1.5 mL HCl 4 N, lalu
ditambahkan akuades hingga tanda batas. Kemudian diukur serapan dari larutan
tersebut pada panjang gelombang antara 375-525 nm. Lalu dibuat kurva serapan vs

panjang gelombang dan ditentukan panjang gelombang maksimumnya.

3.3.3 Penentuan kurva kalibrasi
Larutan standar besi dimasukkan dalam labu ukur 25 mL masing-masing sebanyak 0
mL; 0,05 mL; 0,1 mL; 0,15 mL; dan 0,2 mL. Kemudian dalam masing-masing labu
takar dimasukkan 2,5 mL larutan tiosianat dan 1,5 ml HCN 4 N, lalu ditambahkan
aquadest sampai tanda batas. Kemudian diukur serapan dari semua larutan pada
panjang gelombang maksimum dan dibuat kurva kalibrasinya.


3.3.4 Penentuan kadar besi dalam larutan
Larutan cuplikan dimasukkan dalam labu ukur 25 mL masing-masing sebanyak 0.125
mL. Kemudian ditambahkan 2,5 mL larutan tiosianat dan 1,5 mL HCN 4 N, lalu
ditambahkan aquades hingga tanda batas. Kemudian diukur serapannya pada panjang
gelombang dan dialurkan serapan tersebut. Kemudian menentukan kadar besi dari
cuplikan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
4.1.1 Penentuan panjang gelombang maksimun
λ (nm)

A

400

-0,008

420


0,002

440

-0,018

460

0,038

480

0,050

500

0,043

520


0,040

λ maks = 480 nm
4.1.2 Penentuan kurva kalibrasi.
Fe ( mL)

A

0

0,030

0,05

0,050

0,1

0,046


0,15

0,049

0,2

0,049

4.1.2 penentuan kadar besi dalam larutan
Fe ( sampel darah )
λ 480

A
0,030

4.2 Pembahasan
Besi adalah metal berwarna putih keperakan, liat, dan dapat dibentuk. Besi
merupakan elemen kimiawi yang dapat dipenuhi hampir di semua tempat di muka
bumi, pada semua bagian lapisan geologis dan semua badan air. Tubuh manusia
hanya mengandung besi sebanyak 4 gram. Adanya unsur besi di dalam tubuh
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut dalam mengatur
metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam
hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.

Percobaan kali ini bertujuan untuk menentukan kadar besi dalam dalam secara
spektrofotometer sinar tampak. Sinar tampak adalah sinar yang dapat dilihat oleh
mata manusia. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata manusia adalah cahaya dengan
panjang gelombang 400-800 nm. Spektrofotometer sinar tampak yang digunakan
pada percobaan ini yaitu spektronik 20.
Perlakuan pertama adalah menentukan panjang gelombang maksimum dari besi.
Sebanyak 0,15 ml larutan standar besi 100 ppm ditambahkan dengan 2,5 ml larutan
tiosianat dan 1,5 ml HCl 4 N dalam labu ukur 25 ml. Kemudian mengukur serapan
dari larutan tersebut pada panjang gelombang antara 400 – 520 nm, pada tiap
kenaikan 20 nm. Kemudian menentukan panjang gelombang maksimum. Menurut
Day dan Underwood (1994), bahwa Panjang gelombang maksimum pada besi adalah
580-590 nm. Namun hasil yang diperoleh panjang gelombang maksimum yaitu pada
440 nm sehingga diperoleh nilai serapan sebesar 0,050.
Perlakuan kedua adalah penentuan kurva kalibrasi. Tujuannya adalah untuk membuat
kurva kalibrasi yang nantinya akan digunakan untuk menghitung kadar besi dalam
sampel air. Kurva kalibrasi yaitu plot kedalam grafik hubungan antara konsentrasi
dan transmitansi. Pertama-tama memasukkan dalam 5 labu 25 ml dengan larutan
standar besi 100 ppm masing-masing 0 ml, 0,05 ml, 0,1 ml, 0,15 ml dan 0,2 ml.
kemudian menambahkan pada masing-masing labu ukur larutan tiosianat 2,5 ml dan
1,5 ml larutan HCl 4 N sambil menambahkan aquades sampai tanda batas. Dalam
keadaan dasar, larutan besi tidak berwarna sehingga perlu menambahkan larutan

tiosianat agar membentuk kompleks larutan berwarna dan menambahkan HCl 4 N
agar larutan bersifat asam. Selanjutnya mengukur serapan masing-masing larutan
menggunakan spektronik 20 pada panjang gelombang maksimum yakni 480 nm.
Metode yang digunakan adalah metode tiosianat. Di mana Besi bervalensi dua
maupun besi bervalensi tiga dapat membentuk kompleks berwarna dengan suatu
reagen pembentuk kompleks dimana intensitas warna yang terbentuk dapat diukur
dengan spektrofotometri sinar tampak. Dari hasil pengukuran didapatkan bahwa nilai
serapan tidak berbanding lurus dengan jumlah Fe (besi) dalam larutan. Hal ini tidak
sesuai literatur. Di mana menurut Kartasasmita (2008), semakin banyak jumlah Fe
(besi) dalam larutan, maka nilai serapan akan semakin tinggi. Hal ini dikarenakan
semakin banyak elektron valensi yang menyerap cahaya sehingga meningkatkan nilai
absorbansinya. Karena reaksi antara Fe (besi) dengan larutan tiosianat akan
membentuk kompleks berwana.
Perlakuan ketiga adalah penentuan kadar besi dalam larutan. Dengan cara mengambil
sampel darah manusia sebanyak 0,125 ml atau sebanyak 3 tetes. Kemudian
memasukkan sampel darah kedalam labu ukur 25 ml dan menambahkan dengan 2,5
ml larutan tiosianat dan 1,5 ml larutan HCl 4 N sambil menambahkan aquades sampai
tanda batas. Karena warna besi relatif lemah yaitu warna kuning maka dicampurkan
dengan larutan tiosianat yang mempunyai warna yang kuat yaitu merah. Proses ini
disebut juga pembentukan kompleks. Penggunaan aquadest dikarenakan aquadest
merupakan pelarut yang tidak akan ikut bereaksi dengan sampel dan merupakan

penyerap cahaya yang baik. Dan penambahan HCl adalah untuk mempermudah
proses pembentukan kompleks tiosinat dan besi. Dengan reaksi sebagai berikut :
Fe3+ + SCN-

(FeSCN)2+

Proses selanjutnya mengukur serapan pada panjang gelombang maksimum yakni 480
nm. Hasil yang diperoleh nilai serapan adalah 0,050. Dari hasil perhitungan dapat
dilihat bahwa kadar besi dalam darah adalah 1,6216 g/ 100 mL. Menurut Trianjaya
dan Zunaidi (2009) Tubuh manusia hanya mengandung besi sebanyak 4 g. Adanya
unsur besi di dalam tubuh berfungsi untuk memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut
dalam mengatur metabolisme tubuh. Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat
dalam hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.
Jadi dapat dikatakan hasil percobaan yang dilakukan sangat berbeda jauh dengan
literatur yang ada, hal ini disebabkan oleh kurangnya ketepatan, ketelitian, dan
kecermatan pada saat praktikum sehingga data yang diperoleh kurang akurat.

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Spektrofotometer adalah sutu alat yang digunakan untuk menentukan suatu
senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan mengukur transmitan
ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari konsentrasi.
2. Spektrofotometer sinar tampak terdiri dari : sumber cahaya, monokromator,
kuvet/tempat sampel, detector dan amplifier.

3. Panjang gelombang maksimum larutan standar adalah 460 nm yang nilai
absorbansi tertinggi sebesar 0,473 nm.
4. Diperoleh nilai kadar besi dalam sampel darah 8, 4486 g/ 100 mL.
5. Pada pembentukan kompleks, larutan Fe berfungsi sebagai atom pusat, larutan
tiosianat berfungsi sebagai ligan, larutan asam kuat yang digunakan berupa larutan
HCl, dan blanko yang digunakan berupa aquades.

5.2 Saran
Diharapkan untuk praktikum selanjutnya agar dilakukan lebih teliti agar memperoleh
hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah Rahmayani. 2009. Analisa Kadar Besi (Fe) Dan Tembaga (Cu) Dalam Air
Zamzam Secara Spektrofotometri Serapan Atom (SSA).

Hardy, J. 2015. Bahan Ajar Analisis Instrumen. FMIPA UNTAD. Palu.
Khopkar, S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta. Universitas Indonesia
Press.
Patologi Klinik, Laboratorium (2006). Diktat Hematologi 2002. Fakultas Kedokteran,
Universitas Hasanuddin.
Rahayu Dinararum R dan R. Djarot Sugiarso K. S.2013. Studi Gangguan Krom (III)
pada Analisa Besi dengan Pengompleks 1, 10-Fenantrolin pada pH 4,5 secara
Spektrofotometri UV-tampak. Jurnal Sains dan Seni POMITS. Vol.,2. No.,02.

Rhicard, W, G,. Scott,P.R. 1994. Energy Level in Atoms and Molekuls. Oxford :
Oxford University Press.

Shyla B., Bhaskar C. V. and Nagendrappa G. (2012). Iron (III) Oxidized Nucleophilic
Coupling of Catechol with o-tolidine/p-toluidine Followed by 1,10Phenantrolin as New and Sensitivity Improved Spectrophotometric Methods for
Iron Present in Chemical, Pharmaceutical, Edible Green Leaves, Nuts, and
Lake Water Samples. Spectrochimica Acta Part A: Molecular and Biomolecular
Spectroscopy 86, 152–158.

Slamet, J. S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta. Penerbit Andi.
Triyati, Etty. 1985. Spektrofotometri Ultra Violet dan Sinar Tampak Serta Aplikasinya
Dalam Oseanologi.
Winter, J.M. 1994. d-Block Chemistry. Oxford University Press Inc. New York .
Zunaidi Trianjaya. 2009. Penentuan Kadar Besi Pada Soft Water Secara
Spektrofotometri Di PT Coca Cola Bottling Indonesia.

LAMPIRAN
1. Diagram Alir
1.1 Penentuan Larutan Standar
1.1.1 Larutan standar besi
0,216 gr feri ammonium sulfat

+ Air
+ 2,5 ml HCl pekat
Mengencerkan hingga 250 ml

1.1.2 Larutan KCNS 2 M
5 gram kalium tiosianat

25 ml akuades

1.2 Penentuan Panjang Gelombang Maksimun
0,15 ml larutan standar
besi

+ 2,5 ml larutan tiosianat
+ 1,5ml HCl 4 N
Spektrofotometri visible

1.3 penentuan kurva kalibrasi
larutan standar besi

+ 0 ml; 0,05 ml; 0,1ml;1,5 ml; dan 2 ml larutan

2.5 ml larutan tiosianat
dan 3 ml HCL

besi

ukur serapan dan
dan panjang gelombang
1.4 Penentuan kadar besi dalam larutan
Larutan cuplikan 0.125 ml

+ 2.5 ml larutan tiosianat
+ 1,5 ml HCN4 N
Ukur serapan dan panjang
gelombang maksimum

2. Analisa Data
1.

Penetapan kadar besi dalam larutan
 Perhitungan konsentrasi larutan standar Fe
a. Untuk V1 = 0 mL
V1 . M1

= V2 . M2

0 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0 ppm . 100 mL = 25 mL . M2
M2

=

0 ppm. 100 mL
50 mL

= 0 ppm

b. Untuk V1 = 0.05 mL
V1 . M1

= V2 .M2

0.05 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0.05 ppm .100 mL = 25 mL . M2
M2

=

0.05 ppm . 100 mL
25 mL

= 0.2 ppm

c. Untuk V1 = 0.1 mL
V1 . M1

= V2 .M2

0.1 mL .100 ppm

= 25 mL . M2

0.1 ppm . 100 mL

= 25 mL . M2

M2

=

0.1 ppm . 100 mL
25 mL

= 0.4 ppm

d. Untuk V1 = 0.15 mL
V1 . M1

= V2 .M2

0.15 mL .100 ppm = 25 mL . M2
0.15ppm . 100 mL = 25 mL . M2
M2

=

0.15 ppm . 100 mL
25 mL

= 0.6 ppm

e. Untuk V1 = 0.2 mL
V1 . M1

= V2 .M2

0.2 mL .100 ppm

= 25 mL . M2

0.2 ppm . 100 mL

= 25 mL . M2

M2

=

0.2 ppm . 100 mL
25 mL

= 0.8 ppm



Perhitungan Regresi
x (ppm)

y (A)

xy

X2

0

0,044

0

0

0,2

0,077

0,0154

0,04

0,4

0,064

0,0256

0,16

0,6

0,067

0,0402

0.36

0,8

0,156

0,1248

0,64

∑x = 2

∑y = 0,408

∑xy =0,206

∑x2 = 1,2

x =

∑x 2
= =0,4
n
5

y =

∑ y 0,408
=
=¿ 0,0816
n
5

b =

=

n ( ∑ xy ) −( ∑ x )(∑ y)
n ( ∑ x 2 )−(∑ x) ²
5 ( 0,206 )−( 2 ) (0,408)
5 ( 1,2 )−( 2)²

= 0,107
y
y1

= y + b ( xi – x)
= 0,0816+ 0,107 (0 – 0,4) = 0,0388

y2

= 0,0816+ 0,107 (0,2 – 0,4) = 0,0602

y3

= 0,0816+ 0,107 (0,4– 0,4) = 0,0816

y4

= 0,0816+ 0,107 (0,6 – 0,4) = 0,1030

y5

= 0,0816+ 0,107 (0,8 – 0,4) = 0,1244

GRAFIK SEBELUM DAN SESUDAH REGRESI



SEBELUM REGRESI

Absorbansi

Kurva sebelum regresi
0.18
0.16
0.14
0.12
0.1
0.08
0.06
0.04
0.02
0

0.16
f(x) = 0.11x + 0.04
R² = 0.61
0.08
0.04

0

0.06

Linear ()

0.07

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Konsentrasi (ppm)



SESUDAH REGRESI

Kurva sesudah regresi
0.14
0.12
0.1
Absirbansi

0.12

f(x) = 0.11x + 0.04
R² = 1

0.1
0.08

0.08
0.06

0.06
0.04

Linear ()

0.04

0.02
0

0

0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9
Konsentrasi (ppm)

I

Penentuan Kadar Besi dalam Larutan Sampel Darah

Tg

α

=k=

dy
dx

y 3− y 2

k = x 3−x 2
k=......?
k=

0,0816−0,0602
0,4−0,2

k = 0,107
Dimana :

A= k C
ket: A = Absorbansi Darah

C =
=

A
k
0,904
0,107

= 8, 4486 g/ 100 mL
Jadi kadar besi dalam sampel darah adalah 8, 4486 g/ 100 mL.



Kurva serapan (A) VS Panjang Gelombang (λ)

asorbansi

serapan vs P. gelombang
0.5
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
400

420

440

460

panjang gelombang

LEMBAR ASSISTENSI

480

500

NAMA
STAMBUK
KELOMPOK
ASISTEN
No

Hari/tanggal

: ANDINI PRATIWI
: G 301 13 013
: II (Dua)
: DINI NOVIYANDARI
Keterangan

Paraf