PROSES LELANG DALAM KEPAILITAN dan
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
PROSES LELANG DALAM
KEPAILITAN
Oleh
Abuyazid Bustomi., SH., MH.1
ABSTRAK
Harta pailit dijual secara lelang atau di
bawah tangan dengan ijin Hakim Pengawas.
Dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa
meskipun dibolehkan adanya penjualan harta
pailit di bawah tangan dengan seijin hakim
pengawas, tetapi dalam era globalisasi dan
reformasi dimana transparansi, efisiensi dan
efektifitas merupakan semangat masyarakat di
segala bidang kehidupan, kiranya penjualan
melalui lelang merupakan alternatif yang tepat
yang tepat dan cepat digunakan dalam
penyelesian kepailitan.
Penyelesaian hutang tersebut harus
dilaksanakan secara cepat dan efektif. Sarana
dan prasarana yang penting dalam rangka
penyediaan sarana hukum yang dapat
digunakan sebagai landasan bagi upaya
penyelesaian utang piutang yaitu peraturan
keapailitan, yang dapat memenuhi kebutuhan
dunia usaha yang semakin berkembang cepat
dan luas.
Terhadap asset debitur pailit yang
bersekala besar yang melibatkan banyak buruh
dan kreditur akan lebih aman dan kecil
resikonya apabila meminta atau memakai jasa
Kantor Lelang Negara dari pada Kurator yang
melaksanakan sendiri dalam melakukan
penjualan asset tersebut di bawah tangan
kepada calon pembeli atau pihak ketiga.
Para pemohon lelang harus dapat
menyadari bahwa alternatif lelang adalah
alternatif yang paling baik karena penjualan
dan nilai asset debitor yang telah mengalami
kepailitan dapat terlaksana lebih objektif
dan optimal, walaupun di dalam ketentuan
Undang-Undang Kepailitan diperbolehkan
juga penjualan di bawah tangan. 2 Debitor
1
. Abuyazid Bustomi, SH.,MH, Dosen
Fakultas Hukum Universitas Palembang.
2
. Munir Fuady, Hukum Pailit Teori
dalam Prakte, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999, Hlm. 111.
merupakan
pihak
yang
paling
berkepentingan mengenai hal ini debitor
harus benar-benar memahami. Misalnya
mengenai propertinya, dia harus tahu
berapa nilai propertinnya, proses lelangnya
dan fee yang terkait.
Kata Kunci : Proses Lelang Harta Pailit
I. Pendahuluan.
A. Latar belakang
Pengaruh gejolak moneter sejak
tahun 1997 telah menimbulkan kesulitan
yang sangat besar terhadap perekonomia
nasional terutama kemampuan dunia usaha
dalam mengembangkan usahanya, bahkan
untuk
mempetahankan
kelangsungan
usahanya
juga
kemampuan
untuk
memenuhi kewajiban pembayaran hutang
kepada kreditur.
Penyelesaian hutang tersebut harus
dilaksanakan secara cepat dan efektif.
Sarana dan prasarana yang penting dalam
rangka penyediaan sarana hukum yang
dapat digunakan sebagai landasan bagi
upaya penyelesaian utang piutang yaitu
peraturan
keapailitan,
yang
dapat
memenuhi kebutuhan dunia usaha yang
semakin berkembang cepat dan luas.
Dalam kasus kepailitan Direktorat
Jenderal Piutang Negara “ terbawa serta”
dalam hal menangani lelang eksekusi.
Mengenai pengaturan lelang,mengenai hal
ini masih menggunakan peraturan yang
kuno yaitu Peraturan lelang Stb. 1908.
Kemudian yang berkaitan dengan tarif
diatur dalam Peraturan Pemerintah, yang
juga masih dalam tahap revisi. Sedangkan
proses dan aturan main seluruhnya diatur
olek SK Menteri Keuangan.
Selama ini masalah kepailitan dan
penudaan pembayaran diatur dalam
Undang-Undang tentng Kepailitan atau
Faillissements-Verordering
yang
diundangkan dalam Staatsblad tahun 1905
Nomor 217 Juncto Staatsblad tahun 1906
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
235
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
Nomor 348. Dan sesuai dengan UndangUndang Nomor 4 tahun 1998 tanggal 20
Agustus 1998 tentang Kepailitan yang
sekarang menjadi Undang-Undang Nomor
37 Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan Dan Penundaan.
Dengan
adanya undang-undang ini dapat dikatakan
sebagai suatu kemajuan karena ini
menunjukkan
adanya
tekad
untuk
menyelesaikan permaslahan perekonomian
melalui proses hukum yang cepat dan
pasti.
Dalam pasal 185 ayat (2) UU No.
37 tahun 2004 ditentukan bahwa harta
pailit dijual secara lelang atau di bawah
tangan dengan ijin Hakim Pengawas. Dari
ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa
meskipun dibolehkan adanya penjualan
harta pailit di bawah tangan dengan seijin
hakim pengawas, tetapi dalam era
globalisasi
dan
reformasi
dimana
transparansi, efisiensi dan efektifitas
merupakan semangat masyarakat di segala
bidang kehidupan, kiranya penjualan
melalui lelang merupakan alternatif yang
tepat yang tepat dan cepat digunakan
dalam penyelesian kepailitan.
Untuk penjualan di muka umum,
tergantung Kurator apakah akan memaki
jasa Biro Lelang Swasta untuk bertindak
sebagai penghubung (arranger) di dalam
hubungan dengan Kantor Lelang Negara
atau Kantor Pelayanan Piutang dan
Lerlang Negara (KP2LN), karena tersebut
terakhir sebagai kantor Pemerintah yang
akan melaksanakan setiap transaksi lelang
asset negara atau swasta di muka umum,
atau Kaurator sendiri yang akan
menghubungi Kantor Lelang Negara dalam
rangka pelaksanaan di muka umum atas
asset dibitur tersebut. 3
Terhadap asset debitur pailit yang
bersekala besar yang melibatkan banyak
3
. Tafrizal Hasan Gewang, Panduan
Singkat Kurator, THG Yustisia, Jakarta,
2005, Hlm. 42.
buruh dan kreditur akan lebih aman dan
kecil resikonya apabila meminta atau
memakai jasa Kantor Lelang Negara dari
pada Kurator yang melaksanakan sendiri
dalam melakukan penjualan asset tersebut
di bawah tangan kepada calon pembeli
atau pihak ketiga.
Apabila lelang di muka umum
berjalan dan asset debitur pailit telah
berhasil melalui penawar tertinggi sesuai
dengan harga limit yang ditetapkan oleh
Kurator, tidak berarti uang hasil penjualan
tersebut langsung dibagikan kepada
kreditur separatis atau kreditur biasa atau
konkuren. Kurator wajib membuat Daftar
Pembagian untuk dimintakan persetujuan
kepada Hakim Pengawas 4, lelang harus
mengkualifikasikan harta pailit sebagai
lelang eksekusi dan oleh karenanya harus
dilakukan oleh Kantor Lelang Negara atau
KP2LN dan tidak bisa dilaksanakan oleh
Balai Lelang.
Para pemohon lelang harus dapat
menyadari bahwa alternatif lelang adalah
alternatif yang paling baik karena
penjualan dan nilai asset debitor yang
telah
mengalami
kepailitan
dapat
terlaksana lebih objektif dan optimal,
walaupun di dalam ketentuan UndangUndang Kepailitan diperbolehkan juga
penjualan di bawah tangan. 5Debitor
merupakan
pihak
yang
paling
berkepentingan mengenai hal ini debitor
harus benar-benar memahami. Misalnya
mengenai propertinya, dia harus tahu
berapa nilai propertinnya, proses lelangnya
dan fee yang terkait.
Berangkat dari uraian tersebut di atas
penulis mencoba mengkaji pelaksanaan
4
. Pasal 185 ayat (1) UUK berbuinyi
“ Semua benda harus dijual di muka
umum sesuai dengan tata cara yang
ditentukan dalam Peraturan PerundangUndangan”.
5
. Munir Fuady, Hukum Pailit
Teori dalam Prakte, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1999, Hlm. 111.
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
236
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
lelang asset debitur dalam upaya
penyelesaian
pembayaran hutangnya
kepada kreditur, dengan mempokuskan
kajian tersebut pada “ Proses Lelang
Dalam Kepailitan “.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan
dibahas dalam makalaha ini adalah sebagai
berikut : Bagaimana Tata cara Prosedur
Lelang terhadap harta debitor dalam
Kepailitan ? Faktor-faktor apa yang yang
mempengaruhi pelaksanaan Lelang bagi
asset Debitor yang mengalami pailit ?
C. Metode Penulisan
Kajian dalam penulisan ini adalah
suatu kajian hukum normatif atau
penelitian
doktrinal
Arif
Sidharta,
penulisan
normatif
atau
penelitian
doktrinal mencakup :
Dasar-dasar landasan berlakunya
norma yaitu dengan menelaaah asas-asas
hukum, kaidah-kaidah, putusan-putusan
kaidah hukum berdasarkan hukum dan
politik hukum, yang bagian-bagian penting
ditetapkan menjadi undang-undang atau
peraturan
oleh
pihak-pihak
yang
berwenang ;
Asas-asas atau prinsip dari suatu norma,
yaitu dengan menghimpun menafsirkan,
dan memaparkan bahan-bahan hukum ;
Tujuan dari suatu norma (lingkup teleogis
atau menyangkuit tujuan dari suatu normas
hukum);
Lingkup berlakunya suatu norma (lingkup
epiologis);
Akibat dari penerapan norma hukum
(lingkungan aksiologis atau meyangkut
penelitian/teori-teori.6
Penelitian ini didasarkan atas
bahan-bahan
hukum
lainnya
berupamkepustakaan,
peraturan
perundang-undang dan dokumen hukum
lainnya yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan (library research). Selanjutnya
bahan-bahan hukum yang telah diolah
tersebut kemudian dilakukan analisis yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk
menarik suatu kesimpulan yang sahih dari
suatu dokumen-dokumen hukum resmi
uatamanya perundang-undnagan. 7
Penggnaan teknik analisis ini
dilakukan untuk mengabstraksi konsepkonsep hukum dan norma-norma hukum
yang mengatur tentang Dasr hukum
Lelang, Tata cara Prosedur Lelang terhadap
asset Debitor yang telah mengalami
Kepailitan.
II. Pembahasan
Lelang di Indonesia mulai dikenal
tahun 1908 dengan dikeluarkannya Vendu
Reglement (peraturan Lelang Stb. 1908
Nomor 190. Pengertian penjualan umum
(lelang) dapat ditemukan dalam pasal 1
Vendu Reglement yang menyebutkan
bahwa lelang adalah setiap penjualan
barang di muka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan dan atau
tertulis melalui usaha mengumpulkan para
peminat/ peserta lelang penjualan umum
tersebut harus dipimpin oleh pejabat
lelang.
Lelang harta pailit pada dasarnya
adalah lelang eksekusi dalam rangka
melaksanakan putusan pengadilan, yang
dalam hal ini Pengadilan Niaga. Lelang
dilakukan di depan umum, dengan cara
penawaran harga yang kompetitif, dan
dilaksanakan oleh Pejabat Lelang selaku
pejabat umum yang independen. Dengan
melaksanakan penjualan harta pailit secara
lelang berarti kepentingan berbagai pihak
seperti debitor maupun pembeli lelang itu
7
6
. Rudhi Prasetya, Kedudukan
Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1985, Hlm. 9
. Soejono Soekanto dan Sri
Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT.
Raja Garafindo Persada, Jakarta, 2001,
Hlm. 43.
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
237
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
sendiri dapat terlindungi, lebih efisien dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Dipilihnya penjualan secara lelang
didepan umum terhadap asset debitor yang
telah mengalami kepailitan merupakan
alternatif terbaik, hal ini
disebabkan
penjualan secara lelang lebih :
Objektif, Lelang dilakukan secara
terbuka, tidak ada prioritas di antara
peserta lelang, kesamaan hak dan
kewajiban antara peserta dan pemohon
lelang akan mengahasilkan pelaksanaan
lelang yang obyektif;
Kompetitif, Lelang menciptakan
mekanisme penawaran dengan persaingan
bebas di antara para penawar sehingga
akan tercapai harga yang wajar dan
memadai sesuai dengan yang dikehendaki
penjual;
Built In Control,
Lelang
diumumkan lebih dahulu dan dilaksanakan
di depan umum. Bahkan sejak diumumkan
pihak yang berkeberatan dapat mengajukan
verzet/gugatan. Dengan ini diharapkan
dapat terhindar adanya penyimpanganpentimpangan yang merugikan;
Authentik, artinya dari setiap
pelaksanaan lelang diterbitkan risalah
lelang yang merupakan akta authentik.
Dengan risalah lelang, pembeli dapat
mempertahankan haknya, dapat digunakan
untuk balik nama dan bagi penjual dapat
digunakan
sebagai
bukti
telah
dilaksanakannya penjualan dengan baik
sesuai prosedur.
Secara umum lelang penjualan
barang yang terbuka untuk umum baik
secara langsung maupun melalui media
elektronik dengan cara penawaran harga
secara lisan dan atau tertulis yang
didahului dengan usaha mengumpulkan
peminat, Hal ini dapat dijumpai dalam
Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 304/MK.01/2002 tanggal
13 Juni 2002 tentang petunjk lelang.
Dalam ketentuan penjualan Lelang dalam
rangka kepoailitan atau dasar hukum lelang
adalah sebagai berikut :
1. Peraturan lelang/vendu reglement (Stb.
1908 Nomor 189);\
2. Instruksi Lelang/Vendu Instruksi (Stb.
1908 Nomor. 190);
3. Peraturan Pemungutan Bea Lelang
untuk Pelelangan dan Penjualan Umum
(Peraturan Pemerintah 15 Desember
1949, Stb. 1949 Nomor. 390);
4. Keputusan Menteri Keuangan No.
304/KMK.01/2002 tanggal 13 Juni
2002 tentangh Petunjuk Pelaksanaan
Lelang;
5. Keputusan Menteri Keuangan No.
305/KMK.01/2002 tanggal 13 Juni
2002 tentang Pejabat Lelang;
6. Keputusan Menteri Keuangan No.
306/KMK.01/2002 tanggal 13 Juni
2002 tentang Balai Lelang dan
7. Surat Edaran Direktorat Jenderal
Piutang dan Lelang Negara No. SE12/PL/2001 tanggal 19 April 2001
tentang Lelang harta Pailit.
Berangkat dari ketentuan dan dasar
hukum tentang lelang
terhadap asset
debitur tersebut. Lelang dilakukan di
depan umum, dengan cara penawaran
harga yang kompetitif, dan dilaksanakan
oleh pejabat lelang selaku pejabat umum
yang independen. Dengan melaksanakan
penjualan harta pailit secara lelang berarti
kepentingan berbagai pihak seperti debitor,
kreditor maupun pembeli lelang itu sendiri
dapat
terlindunggi
dan
adapat
dipertanggung
jawabkan.
Dalam
pelaksanaannya lelang terhadap harta
debitor dalam kepailitan harus melalui tata
cara dan prosedur yang telah ditentukan.
II. Proses dan Prosedur Lelang Dalam
Kepailitan
Pihak kurator ataupun Balai Harta
Peninggalan (BHP) yang akan melepas
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
238
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
asset
tersebut
setidaknya
harus
mempertimbangkan dua aspek. Aspek
pertama yaitu aspek yuridisnya, apakah
dengan menjual harta lelang ini seorang
tidak akan dipermasalahkan nantinya bila
tidak memuaskan para pihak. Hal ini
terkait dengan kapan harus menjualnya,
bagaimana prosedurnya penjualannya,
apakah memerlukan ijin, dan pasal mana
yang mengatur hal tersbut. Hal lain adalah
terkait dengan aspek bisnis, yaitu untuk
mencapai harga setinggi-tingginya. Jika
perlu yang bersangkutan akan menyewa
ahli untuk memberikan analisa saat yang
tepat kapan menjual asset-asset tersebut,
misalnya apakah dijual sebagian ataukah
keseluruhan. Dari kedua aspek ini, kurator
harus dapat memilih manakah yang paling
tepat. Kurator dapat memilih melalui
lelang dengan memepertimbangkan asasasas lelang dan kelebihannya.
Terhadap barang-barang tidak
bergerak tereksekusi yang akan dijual
dengan perantaraan kantor lelang negara
dan pada umumnya disita terlebih dahulu,
juga terhadap barang bergerak sama saja
halnya atau sebelumnya telah diletakkan
di bawah sita jaminan. 8
Lelang
menganut
asas
taransparansi dan publicity, yang artinya
tidak ada orang yang tidak tahu bahwa
pada tanggal sekian akan dilaksanakan
acara lelang dan terbuka untuk mum
karena sudah diberitahukan sesuai dengan
peraturan yang ada. Lelang juga menganut
asas Certainty, dimana siapapun yang
menang lelang pasti mendapatkan barang
dan
dokumen-dokumennya
beswerta
risalah lelang. Dengan adanya lelang
terbuka akan ada competition dalam
pelaksanaannya. Jadi bisa menyenangkan
kreditor dan debitor untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.
8
. Djazuli Bachar, Eksekusi
Putusan Perkara Perdata,
Akademika
Pressindo, Jakarta, 1995, Hlm. 97.
Syarat permohonan lelang diajukan secara
tertulis oleh Balai Harta Peninggalan
(BHP) dan kurator yang ditunjuk, dimana
dalam permohonan tersebut disebutkan
sipenjual harus memberikan nilai limit
yang disampaikan sebelum pelaksanaan
lelang. Prosedur dan tata cara pelaksanaan
lelang akan melibatkan pemohon lelang/
kurator/BHP, PUPN dan Balai lelang,
peserta lelang, surat kabar/ pengumuman
lelang, kantor kas negara dan pihak bank.
Adapun prosedur lelang tersebut adalah
sebagai berikut :
Permohonan lelang dari pemohon
lelang
atau
kurator
memberikan
permohonannya kepada Kantor Pelayanan
Piutang dan Lelang Negara (KP2LN)
beserta dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan barang tersebut;
Dengan adanya permohonan ini,
maka kantor lelang akan memberikan
waktu kapan akan dilaksnakan lelang.
Waktu ini bisa ditentukan oleh para pihak;
Kurator/BHP akan mengumumkan disurat
kabar harian setempat, jika tempat
barangnya
tersebar,
maka
pengumumamnnya harus dilakukan di
temapat yang dikehendaki penjual. Namun
bila barangnya lebih dari tiga maka cukup
diumumkan di Jakarta;
Para pihak yang telah melihat
pengumuman, kemudian berkeinginan
menjadi peserta lelang untuk mendapat
nomor peserta lelang, maka pihak tersebut
harus membayar uang jaminnan yang
sudah ditentukan oleh penjual;
Setelah
negosiasi
dan
lelang
etrselenggara, jika lelangnya berupa tanah
dan bangunan, maka kantor lelang minta
SKT (Surat keterangan Tanag0, Srertifikat
tanah kepada Badan Pertanahan.
Sebelum lelang dimulai, kurator/pemohon
memberikan nilai limit menggunakan
appraisal yang etrpercaya dan ahli supaya
nilainya maksimal;
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
239
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
Dalam pelaksanaan lelang, baik
tertutup atau terbuka, penawar yang
tertinggi dan melebihi bilai limit, oleh
pejabat lelang dengan persetujuan ditunjuk
sebagai pembeli;
Pemenang lelang membayar harga kepada
KP2LN dengan sejumlah pajak, bea lelang,
dan
uang
miskin.
KP2LN
akan
meneruskan uang ini kepada si penjual;
Pembeli akan menerima barang baik
langsung maupun tidak langsung, tidak
langsung bilamana jumlah barangnya
cukup banyak; dan
KP2LN pada waktu lelang tersebut akan
menyerahkan
dokumennya
kepada
pemenang lelang dengan petikan lelang.
Penjual juga akan mendapat salinan rislah
lelang tersebut.
Secara umum kewajiban peserta
lelang adalah menyetor uang jaminan ke
pejabat lelang. Hal ini dapat diwakilkan
kepada
kuasanya
ataupun
dengan
konsersium, pihak yang ditunjuk dalam
konsorsium harus hadir dalam pelaksanaan
lelang. Bila tidak ada kuasa, lelangnya bisa
dianggap tidak sah dan bila lelangnya
dalam bentuk tertutup, maka ia harus
mengisi surat penawaran dengan baik dan
benar. Selanjutnya pemenang lelang harus
membayar uang pokok lelang, uang miskin
dan pajak/pengutan lain seperti BPHTB.
Sedangkan hak dari peserta
lelang/pembeli adalah meminta keterangan
atas dokumen-dokumen barang yang
dilelang, melibatkan dan memeriksa
barang, meminta kembali uang jaminan
bila tidak jadi membeli barang lelang,
meminta bukti petikan/grosse risalah
lelang untuk balik nama, dan sebagainya.
III. Faktor-Faktor
Mempengaruhi
Pelaksanaan Lelang
Asset Debitor
Dalam Kepailitan
Secara umum proses
lelang
terhadap semua asset/harta debitor yang
telah mengalami pailit
harus dijual
dihadapan umum atau dijual di bawah
tangan dengan izin hakim pengawas.
Dalam pelaksanaannya lelang mempunyai
dua fungsi yaitu fun gsi privat dan fungsi
publik, dimana fungsi privat lelang terletak
pada hakekat lelang yang merupakan alat
untuk mengadakan perjanjian jual beli
barang dengan car-cara yang diatur
undang-undang, yang pelaksanaannya
bersifat
transparan
dengan
cara
pembentukan harga yang khas dan
kompetitif sehingga penawar denmgan
harga tertinggi yang telah mencapai atau
melampaui nilai limit pembelinya.
Sedangkan Fungsi Publik
tercermin dari pengamanan aset yang
dimiliki/dikuasai
negara
untuk
meningkatkan
efsiensi
dan
tertib
administrasi dari pengelolaan aset tersebut,
pelayana penjualan barang dalam rangka
mewujudkan law enforcement yang
mencerminkan keadilan, keamanan dan
kepastian hukum serta mengumpulkan
penerimaan negara dalam bentuk Bea
Lelang dan Uang Miskin. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya prosedur lelang
sering kali
kurang dilaksanakan
sebagaimana mestinya, dimana hal ini
dapat menimbulkan permaslahan hukum
seperti gugatan terhadap lelang tersebut.
Adapu permasalahan lelang terhadap harta
pailit adalah sebagai berikut :
Penggologan jenis lelang harta pailit,
selain KP2LN, kewenangan lelang juga
ada pada balai lelang, sebagai Kantor
lelang swasta, kewenangan balai lelang
terbatas hanya melakukan lelang sukarela.
Sedangkan pailit adalah merupakan
keputusan pengadilan masuk dalam
kategori eksekusi;
Pengumuman lelang,
terhadap boedel
pailit, khusunya untuk barang tidak
bergerak apabila mengacu pada HIR akan
memakan waktu lama, sedangkan dalam
ketentuan
undang-undang
kepailitan
diperlukan proses yang cepat;
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
240
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
Nilai limit, dimana harga yang terbentuk
dalam lelang, yang menajdi persoalan
bagaimana cara kurator menentukan nilai
limit dan dapat dipertanggung jawabkan
karena yang namanya harga mengandung
sifat obyektif, tetapi juga sifat subyektif;
Penndaan Lelang, sering dimanfaatkan
untuk mengahalangi pelaksanaan lelang
dan
berpotensi
menhambat
proses
penyelesaian kasus kepailitan.
Untuk
menjaga kelancaran penyelesaian kasus
kepailitan perlu adanya penegasan dari
Makamah Agung mengenai putusan atau
penetapan apa saja yang dapat menunda
pelaksanaan lelang kepailitan serta jangka
waktu penundaan pelaksanaan lelang;
Legalitas barang yang dilelang, karena
banyaknya harta pailit yang akan di lelang
tersebut dapat menyebabkan kurator tidak
mengetahui secara keseluruhan legalitas
obyek yang akan dilellang, dan ini akan
menyebabkan permasalahan dikemudian
hari seperti adanya gugatan dari pihak
ketiga;
Cara Pembayaran, yang pada prinsipnya
pembayaran dalam lelang dilakukan secar
tunai selambat-lambatnya 3 hari kerja
setelah pelaksanaan lelang, akan tetapi
pembayaran tidak tunai dapat dilakukan
dengan izin kasus perkasus dari Direktorat
Jenderal atas nama Menteri Keuangan, dan
ini memberikan peluang ketidak pastian
hukum.
Berangkat
dari
permasalahan
tersebut di atas tentang berbagai faktor
yang dapat menghambat
proses
pelaksanaan lelang harta debitor yang telah
mengalami kepailitan, secara umum lebih
disebabkan ketidak tegasan peraturan
perundang-undangan tentang mekanisme
tata cara pelaksanaan lelang yang pada
akhirnya
memberikan
interprestasi
penafsiran yang berbeda.
Hal ini
memberikan celah
bagi pihak-pihak
tertentu untuk menghambat atau mencari
keuintungan dari proses pelaksanaan lelang
tersebut.
IV. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pembahasan atas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Terhadap proses lelang semua harta
Debitor yang mengalami Kepailitan,
Kurator mengajukan surat permohonan
kepada Direktorat Jenderal Piutang dan
Lelang Negara, kemudian KP2LN
menentukan tanggal, waktu dan tempat
pelaksanaan lelang dengan memperhatikan
keinginan pemohon lelang. Dimana semua
harta pailit dijual dihadapan umum. Dalam
pelaksanaannya Prosedur lelang sering kali
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya
sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku, hal ini sering
menimbulkan permasalahan dikemudian
hari berupa gugatan dari pihak ketiga.
Dimana dalam prosedur lelang, pelaksana
lelang harus memberuitahukan kepada
orang yang menempati atau menguasai
barang yang akan di lelang tersebut.
Bahkan terkesan proses dari permohonan
lelang sering kali terasa sangat lamban.
Faktor yang paling sering menghambat
dalam proses lelang harta debitor yang
mengalami
kepailitan,
antara
lain
mengenai harga limit yang sering bocor,
dimana pihak lain bisa mengetahui lebih
dahulu.
Kurang tegasnya pengaturan
tentang
bagaimana
cara
kurator
menentukan nilai limit harga yang dapat
dipertanggung jawabkan, karena yang
namanya harga mengandung sifat obyektif
dan subyektif. Tidak ada aturan yang tegas
mengenai ketentuan apa saja yang dapat
melakukan penundaan lelang, hal ini
tentunya dapat merugikan debitor, kreditor
dan pihak calon pembeli/pemenang lelang.
2. Saran
Umumnya Putusan pengadilan
niaga
tentang
pernyataan
pailit,
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
241
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
penunjukan
haklim
pengawas
dan
penunjukan kurator. Selanjutnya kurator
mempunyai hak untuk menjual barang
secar langsung pada saat yang tepat.
Untuk hal tersebut berupa penjualan harta
pailit kiranya kurator tidak perlu meminta
izin dari pihak manapun termasuk Hakim
Pengawas, ketua Pengadilan Negeri
maupun Pengadilan Niaga.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Djazuli Bachtiar, Rksekusi Putusan
Perkara Perdata, Akademika Pressindo,
Jakarta, 1995.
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori
dan Praktek,
PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999.
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri
Perseroan Terbatas,
PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1995.
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja,
Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Tafrizal
Hasan
Gewang,
Panduan
Singkat Praktek Kurator, THG Yustisia,
Jakarta, 2005.
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Hutang,
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor. 131.
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
242
PROSES LELANG DALAM
KEPAILITAN
Oleh
Abuyazid Bustomi., SH., MH.1
ABSTRAK
Harta pailit dijual secara lelang atau di
bawah tangan dengan ijin Hakim Pengawas.
Dari ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa
meskipun dibolehkan adanya penjualan harta
pailit di bawah tangan dengan seijin hakim
pengawas, tetapi dalam era globalisasi dan
reformasi dimana transparansi, efisiensi dan
efektifitas merupakan semangat masyarakat di
segala bidang kehidupan, kiranya penjualan
melalui lelang merupakan alternatif yang tepat
yang tepat dan cepat digunakan dalam
penyelesian kepailitan.
Penyelesaian hutang tersebut harus
dilaksanakan secara cepat dan efektif. Sarana
dan prasarana yang penting dalam rangka
penyediaan sarana hukum yang dapat
digunakan sebagai landasan bagi upaya
penyelesaian utang piutang yaitu peraturan
keapailitan, yang dapat memenuhi kebutuhan
dunia usaha yang semakin berkembang cepat
dan luas.
Terhadap asset debitur pailit yang
bersekala besar yang melibatkan banyak buruh
dan kreditur akan lebih aman dan kecil
resikonya apabila meminta atau memakai jasa
Kantor Lelang Negara dari pada Kurator yang
melaksanakan sendiri dalam melakukan
penjualan asset tersebut di bawah tangan
kepada calon pembeli atau pihak ketiga.
Para pemohon lelang harus dapat
menyadari bahwa alternatif lelang adalah
alternatif yang paling baik karena penjualan
dan nilai asset debitor yang telah mengalami
kepailitan dapat terlaksana lebih objektif
dan optimal, walaupun di dalam ketentuan
Undang-Undang Kepailitan diperbolehkan
juga penjualan di bawah tangan. 2 Debitor
1
. Abuyazid Bustomi, SH.,MH, Dosen
Fakultas Hukum Universitas Palembang.
2
. Munir Fuady, Hukum Pailit Teori
dalam Prakte, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung,
1999, Hlm. 111.
merupakan
pihak
yang
paling
berkepentingan mengenai hal ini debitor
harus benar-benar memahami. Misalnya
mengenai propertinya, dia harus tahu
berapa nilai propertinnya, proses lelangnya
dan fee yang terkait.
Kata Kunci : Proses Lelang Harta Pailit
I. Pendahuluan.
A. Latar belakang
Pengaruh gejolak moneter sejak
tahun 1997 telah menimbulkan kesulitan
yang sangat besar terhadap perekonomia
nasional terutama kemampuan dunia usaha
dalam mengembangkan usahanya, bahkan
untuk
mempetahankan
kelangsungan
usahanya
juga
kemampuan
untuk
memenuhi kewajiban pembayaran hutang
kepada kreditur.
Penyelesaian hutang tersebut harus
dilaksanakan secara cepat dan efektif.
Sarana dan prasarana yang penting dalam
rangka penyediaan sarana hukum yang
dapat digunakan sebagai landasan bagi
upaya penyelesaian utang piutang yaitu
peraturan
keapailitan,
yang
dapat
memenuhi kebutuhan dunia usaha yang
semakin berkembang cepat dan luas.
Dalam kasus kepailitan Direktorat
Jenderal Piutang Negara “ terbawa serta”
dalam hal menangani lelang eksekusi.
Mengenai pengaturan lelang,mengenai hal
ini masih menggunakan peraturan yang
kuno yaitu Peraturan lelang Stb. 1908.
Kemudian yang berkaitan dengan tarif
diatur dalam Peraturan Pemerintah, yang
juga masih dalam tahap revisi. Sedangkan
proses dan aturan main seluruhnya diatur
olek SK Menteri Keuangan.
Selama ini masalah kepailitan dan
penudaan pembayaran diatur dalam
Undang-Undang tentng Kepailitan atau
Faillissements-Verordering
yang
diundangkan dalam Staatsblad tahun 1905
Nomor 217 Juncto Staatsblad tahun 1906
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
235
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
Nomor 348. Dan sesuai dengan UndangUndang Nomor 4 tahun 1998 tanggal 20
Agustus 1998 tentang Kepailitan yang
sekarang menjadi Undang-Undang Nomor
37 Nomor 37 Tahun 2004 Tentang
Kepailitan Dan Penundaan.
Dengan
adanya undang-undang ini dapat dikatakan
sebagai suatu kemajuan karena ini
menunjukkan
adanya
tekad
untuk
menyelesaikan permaslahan perekonomian
melalui proses hukum yang cepat dan
pasti.
Dalam pasal 185 ayat (2) UU No.
37 tahun 2004 ditentukan bahwa harta
pailit dijual secara lelang atau di bawah
tangan dengan ijin Hakim Pengawas. Dari
ketentuan tersebut dapat dilihat bahwa
meskipun dibolehkan adanya penjualan
harta pailit di bawah tangan dengan seijin
hakim pengawas, tetapi dalam era
globalisasi
dan
reformasi
dimana
transparansi, efisiensi dan efektifitas
merupakan semangat masyarakat di segala
bidang kehidupan, kiranya penjualan
melalui lelang merupakan alternatif yang
tepat yang tepat dan cepat digunakan
dalam penyelesian kepailitan.
Untuk penjualan di muka umum,
tergantung Kurator apakah akan memaki
jasa Biro Lelang Swasta untuk bertindak
sebagai penghubung (arranger) di dalam
hubungan dengan Kantor Lelang Negara
atau Kantor Pelayanan Piutang dan
Lerlang Negara (KP2LN), karena tersebut
terakhir sebagai kantor Pemerintah yang
akan melaksanakan setiap transaksi lelang
asset negara atau swasta di muka umum,
atau Kaurator sendiri yang akan
menghubungi Kantor Lelang Negara dalam
rangka pelaksanaan di muka umum atas
asset dibitur tersebut. 3
Terhadap asset debitur pailit yang
bersekala besar yang melibatkan banyak
3
. Tafrizal Hasan Gewang, Panduan
Singkat Kurator, THG Yustisia, Jakarta,
2005, Hlm. 42.
buruh dan kreditur akan lebih aman dan
kecil resikonya apabila meminta atau
memakai jasa Kantor Lelang Negara dari
pada Kurator yang melaksanakan sendiri
dalam melakukan penjualan asset tersebut
di bawah tangan kepada calon pembeli
atau pihak ketiga.
Apabila lelang di muka umum
berjalan dan asset debitur pailit telah
berhasil melalui penawar tertinggi sesuai
dengan harga limit yang ditetapkan oleh
Kurator, tidak berarti uang hasil penjualan
tersebut langsung dibagikan kepada
kreditur separatis atau kreditur biasa atau
konkuren. Kurator wajib membuat Daftar
Pembagian untuk dimintakan persetujuan
kepada Hakim Pengawas 4, lelang harus
mengkualifikasikan harta pailit sebagai
lelang eksekusi dan oleh karenanya harus
dilakukan oleh Kantor Lelang Negara atau
KP2LN dan tidak bisa dilaksanakan oleh
Balai Lelang.
Para pemohon lelang harus dapat
menyadari bahwa alternatif lelang adalah
alternatif yang paling baik karena
penjualan dan nilai asset debitor yang
telah
mengalami
kepailitan
dapat
terlaksana lebih objektif dan optimal,
walaupun di dalam ketentuan UndangUndang Kepailitan diperbolehkan juga
penjualan di bawah tangan. 5Debitor
merupakan
pihak
yang
paling
berkepentingan mengenai hal ini debitor
harus benar-benar memahami. Misalnya
mengenai propertinya, dia harus tahu
berapa nilai propertinnya, proses lelangnya
dan fee yang terkait.
Berangkat dari uraian tersebut di atas
penulis mencoba mengkaji pelaksanaan
4
. Pasal 185 ayat (1) UUK berbuinyi
“ Semua benda harus dijual di muka
umum sesuai dengan tata cara yang
ditentukan dalam Peraturan PerundangUndangan”.
5
. Munir Fuady, Hukum Pailit
Teori dalam Prakte, PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1999, Hlm. 111.
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
236
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
lelang asset debitur dalam upaya
penyelesaian
pembayaran hutangnya
kepada kreditur, dengan mempokuskan
kajian tersebut pada “ Proses Lelang
Dalam Kepailitan “.
B. Permasalahan
Adapun permasalahan yang akan
dibahas dalam makalaha ini adalah sebagai
berikut : Bagaimana Tata cara Prosedur
Lelang terhadap harta debitor dalam
Kepailitan ? Faktor-faktor apa yang yang
mempengaruhi pelaksanaan Lelang bagi
asset Debitor yang mengalami pailit ?
C. Metode Penulisan
Kajian dalam penulisan ini adalah
suatu kajian hukum normatif atau
penelitian
doktrinal
Arif
Sidharta,
penulisan
normatif
atau
penelitian
doktrinal mencakup :
Dasar-dasar landasan berlakunya
norma yaitu dengan menelaaah asas-asas
hukum, kaidah-kaidah, putusan-putusan
kaidah hukum berdasarkan hukum dan
politik hukum, yang bagian-bagian penting
ditetapkan menjadi undang-undang atau
peraturan
oleh
pihak-pihak
yang
berwenang ;
Asas-asas atau prinsip dari suatu norma,
yaitu dengan menghimpun menafsirkan,
dan memaparkan bahan-bahan hukum ;
Tujuan dari suatu norma (lingkup teleogis
atau menyangkuit tujuan dari suatu normas
hukum);
Lingkup berlakunya suatu norma (lingkup
epiologis);
Akibat dari penerapan norma hukum
(lingkungan aksiologis atau meyangkut
penelitian/teori-teori.6
Penelitian ini didasarkan atas
bahan-bahan
hukum
lainnya
berupamkepustakaan,
peraturan
perundang-undang dan dokumen hukum
lainnya yang diperoleh melalui penelitian
kepustakaan (library research). Selanjutnya
bahan-bahan hukum yang telah diolah
tersebut kemudian dilakukan analisis yang
memanfaatkan seperangkat prosedur untuk
menarik suatu kesimpulan yang sahih dari
suatu dokumen-dokumen hukum resmi
uatamanya perundang-undnagan. 7
Penggnaan teknik analisis ini
dilakukan untuk mengabstraksi konsepkonsep hukum dan norma-norma hukum
yang mengatur tentang Dasr hukum
Lelang, Tata cara Prosedur Lelang terhadap
asset Debitor yang telah mengalami
Kepailitan.
II. Pembahasan
Lelang di Indonesia mulai dikenal
tahun 1908 dengan dikeluarkannya Vendu
Reglement (peraturan Lelang Stb. 1908
Nomor 190. Pengertian penjualan umum
(lelang) dapat ditemukan dalam pasal 1
Vendu Reglement yang menyebutkan
bahwa lelang adalah setiap penjualan
barang di muka umum dengan cara
penawaran harga secara lisan dan atau
tertulis melalui usaha mengumpulkan para
peminat/ peserta lelang penjualan umum
tersebut harus dipimpin oleh pejabat
lelang.
Lelang harta pailit pada dasarnya
adalah lelang eksekusi dalam rangka
melaksanakan putusan pengadilan, yang
dalam hal ini Pengadilan Niaga. Lelang
dilakukan di depan umum, dengan cara
penawaran harga yang kompetitif, dan
dilaksanakan oleh Pejabat Lelang selaku
pejabat umum yang independen. Dengan
melaksanakan penjualan harta pailit secara
lelang berarti kepentingan berbagai pihak
seperti debitor maupun pembeli lelang itu
7
6
. Rudhi Prasetya, Kedudukan
Mandiri Perseroan Terbatas, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 1985, Hlm. 9
. Soejono Soekanto dan Sri
Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, PT.
Raja Garafindo Persada, Jakarta, 2001,
Hlm. 43.
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
237
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
sendiri dapat terlindungi, lebih efisien dan
dapat dipertanggung jawabkan.
Dipilihnya penjualan secara lelang
didepan umum terhadap asset debitor yang
telah mengalami kepailitan merupakan
alternatif terbaik, hal ini
disebabkan
penjualan secara lelang lebih :
Objektif, Lelang dilakukan secara
terbuka, tidak ada prioritas di antara
peserta lelang, kesamaan hak dan
kewajiban antara peserta dan pemohon
lelang akan mengahasilkan pelaksanaan
lelang yang obyektif;
Kompetitif, Lelang menciptakan
mekanisme penawaran dengan persaingan
bebas di antara para penawar sehingga
akan tercapai harga yang wajar dan
memadai sesuai dengan yang dikehendaki
penjual;
Built In Control,
Lelang
diumumkan lebih dahulu dan dilaksanakan
di depan umum. Bahkan sejak diumumkan
pihak yang berkeberatan dapat mengajukan
verzet/gugatan. Dengan ini diharapkan
dapat terhindar adanya penyimpanganpentimpangan yang merugikan;
Authentik, artinya dari setiap
pelaksanaan lelang diterbitkan risalah
lelang yang merupakan akta authentik.
Dengan risalah lelang, pembeli dapat
mempertahankan haknya, dapat digunakan
untuk balik nama dan bagi penjual dapat
digunakan
sebagai
bukti
telah
dilaksanakannya penjualan dengan baik
sesuai prosedur.
Secara umum lelang penjualan
barang yang terbuka untuk umum baik
secara langsung maupun melalui media
elektronik dengan cara penawaran harga
secara lisan dan atau tertulis yang
didahului dengan usaha mengumpulkan
peminat, Hal ini dapat dijumpai dalam
Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia Nomor 304/MK.01/2002 tanggal
13 Juni 2002 tentang petunjk lelang.
Dalam ketentuan penjualan Lelang dalam
rangka kepoailitan atau dasar hukum lelang
adalah sebagai berikut :
1. Peraturan lelang/vendu reglement (Stb.
1908 Nomor 189);\
2. Instruksi Lelang/Vendu Instruksi (Stb.
1908 Nomor. 190);
3. Peraturan Pemungutan Bea Lelang
untuk Pelelangan dan Penjualan Umum
(Peraturan Pemerintah 15 Desember
1949, Stb. 1949 Nomor. 390);
4. Keputusan Menteri Keuangan No.
304/KMK.01/2002 tanggal 13 Juni
2002 tentangh Petunjuk Pelaksanaan
Lelang;
5. Keputusan Menteri Keuangan No.
305/KMK.01/2002 tanggal 13 Juni
2002 tentang Pejabat Lelang;
6. Keputusan Menteri Keuangan No.
306/KMK.01/2002 tanggal 13 Juni
2002 tentang Balai Lelang dan
7. Surat Edaran Direktorat Jenderal
Piutang dan Lelang Negara No. SE12/PL/2001 tanggal 19 April 2001
tentang Lelang harta Pailit.
Berangkat dari ketentuan dan dasar
hukum tentang lelang
terhadap asset
debitur tersebut. Lelang dilakukan di
depan umum, dengan cara penawaran
harga yang kompetitif, dan dilaksanakan
oleh pejabat lelang selaku pejabat umum
yang independen. Dengan melaksanakan
penjualan harta pailit secara lelang berarti
kepentingan berbagai pihak seperti debitor,
kreditor maupun pembeli lelang itu sendiri
dapat
terlindunggi
dan
adapat
dipertanggung
jawabkan.
Dalam
pelaksanaannya lelang terhadap harta
debitor dalam kepailitan harus melalui tata
cara dan prosedur yang telah ditentukan.
II. Proses dan Prosedur Lelang Dalam
Kepailitan
Pihak kurator ataupun Balai Harta
Peninggalan (BHP) yang akan melepas
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
238
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
asset
tersebut
setidaknya
harus
mempertimbangkan dua aspek. Aspek
pertama yaitu aspek yuridisnya, apakah
dengan menjual harta lelang ini seorang
tidak akan dipermasalahkan nantinya bila
tidak memuaskan para pihak. Hal ini
terkait dengan kapan harus menjualnya,
bagaimana prosedurnya penjualannya,
apakah memerlukan ijin, dan pasal mana
yang mengatur hal tersbut. Hal lain adalah
terkait dengan aspek bisnis, yaitu untuk
mencapai harga setinggi-tingginya. Jika
perlu yang bersangkutan akan menyewa
ahli untuk memberikan analisa saat yang
tepat kapan menjual asset-asset tersebut,
misalnya apakah dijual sebagian ataukah
keseluruhan. Dari kedua aspek ini, kurator
harus dapat memilih manakah yang paling
tepat. Kurator dapat memilih melalui
lelang dengan memepertimbangkan asasasas lelang dan kelebihannya.
Terhadap barang-barang tidak
bergerak tereksekusi yang akan dijual
dengan perantaraan kantor lelang negara
dan pada umumnya disita terlebih dahulu,
juga terhadap barang bergerak sama saja
halnya atau sebelumnya telah diletakkan
di bawah sita jaminan. 8
Lelang
menganut
asas
taransparansi dan publicity, yang artinya
tidak ada orang yang tidak tahu bahwa
pada tanggal sekian akan dilaksanakan
acara lelang dan terbuka untuk mum
karena sudah diberitahukan sesuai dengan
peraturan yang ada. Lelang juga menganut
asas Certainty, dimana siapapun yang
menang lelang pasti mendapatkan barang
dan
dokumen-dokumennya
beswerta
risalah lelang. Dengan adanya lelang
terbuka akan ada competition dalam
pelaksanaannya. Jadi bisa menyenangkan
kreditor dan debitor untuk mendapatkan
hasil yang maksimal.
8
. Djazuli Bachar, Eksekusi
Putusan Perkara Perdata,
Akademika
Pressindo, Jakarta, 1995, Hlm. 97.
Syarat permohonan lelang diajukan secara
tertulis oleh Balai Harta Peninggalan
(BHP) dan kurator yang ditunjuk, dimana
dalam permohonan tersebut disebutkan
sipenjual harus memberikan nilai limit
yang disampaikan sebelum pelaksanaan
lelang. Prosedur dan tata cara pelaksanaan
lelang akan melibatkan pemohon lelang/
kurator/BHP, PUPN dan Balai lelang,
peserta lelang, surat kabar/ pengumuman
lelang, kantor kas negara dan pihak bank.
Adapun prosedur lelang tersebut adalah
sebagai berikut :
Permohonan lelang dari pemohon
lelang
atau
kurator
memberikan
permohonannya kepada Kantor Pelayanan
Piutang dan Lelang Negara (KP2LN)
beserta dokumen-dokumen yang berkaitan
dengan barang tersebut;
Dengan adanya permohonan ini,
maka kantor lelang akan memberikan
waktu kapan akan dilaksnakan lelang.
Waktu ini bisa ditentukan oleh para pihak;
Kurator/BHP akan mengumumkan disurat
kabar harian setempat, jika tempat
barangnya
tersebar,
maka
pengumumamnnya harus dilakukan di
temapat yang dikehendaki penjual. Namun
bila barangnya lebih dari tiga maka cukup
diumumkan di Jakarta;
Para pihak yang telah melihat
pengumuman, kemudian berkeinginan
menjadi peserta lelang untuk mendapat
nomor peserta lelang, maka pihak tersebut
harus membayar uang jaminnan yang
sudah ditentukan oleh penjual;
Setelah
negosiasi
dan
lelang
etrselenggara, jika lelangnya berupa tanah
dan bangunan, maka kantor lelang minta
SKT (Surat keterangan Tanag0, Srertifikat
tanah kepada Badan Pertanahan.
Sebelum lelang dimulai, kurator/pemohon
memberikan nilai limit menggunakan
appraisal yang etrpercaya dan ahli supaya
nilainya maksimal;
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
239
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
Dalam pelaksanaan lelang, baik
tertutup atau terbuka, penawar yang
tertinggi dan melebihi bilai limit, oleh
pejabat lelang dengan persetujuan ditunjuk
sebagai pembeli;
Pemenang lelang membayar harga kepada
KP2LN dengan sejumlah pajak, bea lelang,
dan
uang
miskin.
KP2LN
akan
meneruskan uang ini kepada si penjual;
Pembeli akan menerima barang baik
langsung maupun tidak langsung, tidak
langsung bilamana jumlah barangnya
cukup banyak; dan
KP2LN pada waktu lelang tersebut akan
menyerahkan
dokumennya
kepada
pemenang lelang dengan petikan lelang.
Penjual juga akan mendapat salinan rislah
lelang tersebut.
Secara umum kewajiban peserta
lelang adalah menyetor uang jaminan ke
pejabat lelang. Hal ini dapat diwakilkan
kepada
kuasanya
ataupun
dengan
konsersium, pihak yang ditunjuk dalam
konsorsium harus hadir dalam pelaksanaan
lelang. Bila tidak ada kuasa, lelangnya bisa
dianggap tidak sah dan bila lelangnya
dalam bentuk tertutup, maka ia harus
mengisi surat penawaran dengan baik dan
benar. Selanjutnya pemenang lelang harus
membayar uang pokok lelang, uang miskin
dan pajak/pengutan lain seperti BPHTB.
Sedangkan hak dari peserta
lelang/pembeli adalah meminta keterangan
atas dokumen-dokumen barang yang
dilelang, melibatkan dan memeriksa
barang, meminta kembali uang jaminan
bila tidak jadi membeli barang lelang,
meminta bukti petikan/grosse risalah
lelang untuk balik nama, dan sebagainya.
III. Faktor-Faktor
Mempengaruhi
Pelaksanaan Lelang
Asset Debitor
Dalam Kepailitan
Secara umum proses
lelang
terhadap semua asset/harta debitor yang
telah mengalami pailit
harus dijual
dihadapan umum atau dijual di bawah
tangan dengan izin hakim pengawas.
Dalam pelaksanaannya lelang mempunyai
dua fungsi yaitu fun gsi privat dan fungsi
publik, dimana fungsi privat lelang terletak
pada hakekat lelang yang merupakan alat
untuk mengadakan perjanjian jual beli
barang dengan car-cara yang diatur
undang-undang, yang pelaksanaannya
bersifat
transparan
dengan
cara
pembentukan harga yang khas dan
kompetitif sehingga penawar denmgan
harga tertinggi yang telah mencapai atau
melampaui nilai limit pembelinya.
Sedangkan Fungsi Publik
tercermin dari pengamanan aset yang
dimiliki/dikuasai
negara
untuk
meningkatkan
efsiensi
dan
tertib
administrasi dari pengelolaan aset tersebut,
pelayana penjualan barang dalam rangka
mewujudkan law enforcement yang
mencerminkan keadilan, keamanan dan
kepastian hukum serta mengumpulkan
penerimaan negara dalam bentuk Bea
Lelang dan Uang Miskin. Akan tetapi
dalam pelaksanaannya prosedur lelang
sering kali
kurang dilaksanakan
sebagaimana mestinya, dimana hal ini
dapat menimbulkan permaslahan hukum
seperti gugatan terhadap lelang tersebut.
Adapu permasalahan lelang terhadap harta
pailit adalah sebagai berikut :
Penggologan jenis lelang harta pailit,
selain KP2LN, kewenangan lelang juga
ada pada balai lelang, sebagai Kantor
lelang swasta, kewenangan balai lelang
terbatas hanya melakukan lelang sukarela.
Sedangkan pailit adalah merupakan
keputusan pengadilan masuk dalam
kategori eksekusi;
Pengumuman lelang,
terhadap boedel
pailit, khusunya untuk barang tidak
bergerak apabila mengacu pada HIR akan
memakan waktu lama, sedangkan dalam
ketentuan
undang-undang
kepailitan
diperlukan proses yang cepat;
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
240
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
Nilai limit, dimana harga yang terbentuk
dalam lelang, yang menajdi persoalan
bagaimana cara kurator menentukan nilai
limit dan dapat dipertanggung jawabkan
karena yang namanya harga mengandung
sifat obyektif, tetapi juga sifat subyektif;
Penndaan Lelang, sering dimanfaatkan
untuk mengahalangi pelaksanaan lelang
dan
berpotensi
menhambat
proses
penyelesaian kasus kepailitan.
Untuk
menjaga kelancaran penyelesaian kasus
kepailitan perlu adanya penegasan dari
Makamah Agung mengenai putusan atau
penetapan apa saja yang dapat menunda
pelaksanaan lelang kepailitan serta jangka
waktu penundaan pelaksanaan lelang;
Legalitas barang yang dilelang, karena
banyaknya harta pailit yang akan di lelang
tersebut dapat menyebabkan kurator tidak
mengetahui secara keseluruhan legalitas
obyek yang akan dilellang, dan ini akan
menyebabkan permasalahan dikemudian
hari seperti adanya gugatan dari pihak
ketiga;
Cara Pembayaran, yang pada prinsipnya
pembayaran dalam lelang dilakukan secar
tunai selambat-lambatnya 3 hari kerja
setelah pelaksanaan lelang, akan tetapi
pembayaran tidak tunai dapat dilakukan
dengan izin kasus perkasus dari Direktorat
Jenderal atas nama Menteri Keuangan, dan
ini memberikan peluang ketidak pastian
hukum.
Berangkat
dari
permasalahan
tersebut di atas tentang berbagai faktor
yang dapat menghambat
proses
pelaksanaan lelang harta debitor yang telah
mengalami kepailitan, secara umum lebih
disebabkan ketidak tegasan peraturan
perundang-undangan tentang mekanisme
tata cara pelaksanaan lelang yang pada
akhirnya
memberikan
interprestasi
penafsiran yang berbeda.
Hal ini
memberikan celah
bagi pihak-pihak
tertentu untuk menghambat atau mencari
keuintungan dari proses pelaksanaan lelang
tersebut.
IV. Penutup
1. Kesimpulan
Dari pembahasan atas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
Terhadap proses lelang semua harta
Debitor yang mengalami Kepailitan,
Kurator mengajukan surat permohonan
kepada Direktorat Jenderal Piutang dan
Lelang Negara, kemudian KP2LN
menentukan tanggal, waktu dan tempat
pelaksanaan lelang dengan memperhatikan
keinginan pemohon lelang. Dimana semua
harta pailit dijual dihadapan umum. Dalam
pelaksanaannya Prosedur lelang sering kali
tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya
sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku, hal ini sering
menimbulkan permasalahan dikemudian
hari berupa gugatan dari pihak ketiga.
Dimana dalam prosedur lelang, pelaksana
lelang harus memberuitahukan kepada
orang yang menempati atau menguasai
barang yang akan di lelang tersebut.
Bahkan terkesan proses dari permohonan
lelang sering kali terasa sangat lamban.
Faktor yang paling sering menghambat
dalam proses lelang harta debitor yang
mengalami
kepailitan,
antara
lain
mengenai harga limit yang sering bocor,
dimana pihak lain bisa mengetahui lebih
dahulu.
Kurang tegasnya pengaturan
tentang
bagaimana
cara
kurator
menentukan nilai limit harga yang dapat
dipertanggung jawabkan, karena yang
namanya harga mengandung sifat obyektif
dan subyektif. Tidak ada aturan yang tegas
mengenai ketentuan apa saja yang dapat
melakukan penundaan lelang, hal ini
tentunya dapat merugikan debitor, kreditor
dan pihak calon pembeli/pemenang lelang.
2. Saran
Umumnya Putusan pengadilan
niaga
tentang
pernyataan
pailit,
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
241
Abuyazid Bustomi, Proses Lelang Dalam Kepailitan, Halaman. 491 - 498
penunjukan
haklim
pengawas
dan
penunjukan kurator. Selanjutnya kurator
mempunyai hak untuk menjual barang
secar langsung pada saat yang tepat.
Untuk hal tersebut berupa penjualan harta
pailit kiranya kurator tidak perlu meminta
izin dari pihak manapun termasuk Hakim
Pengawas, ketua Pengadilan Negeri
maupun Pengadilan Niaga.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Djazuli Bachtiar, Rksekusi Putusan
Perkara Perdata, Akademika Pressindo,
Jakarta, 1995.
Munir Fuady, Hukum Pailit Dalam Teori
dan Praktek,
PT. Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1999.
Rudhi Prasetya, Kedudukan Mandiri
Perseroan Terbatas,
PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung, 1995.
Soejono Soekanto dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja,
Grafindo Persada, Jakarta, 2001.
Tafrizal
Hasan
Gewang,
Panduan
Singkat Praktek Kurator, THG Yustisia,
Jakarta, 2005.
Undang-Undang
Republik
Indonesia
Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan
dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Hutang,
Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor. 131.
Solusi Volume VI, Nomor 3, September 2014
242