LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN orang

LAPORAN PRAKTIKUM LAPANGAN MANAJEMEN
AGRIBISNIS
“KAPASITAS PRODUKSI, UPAH DAN DAERAH PEMASARAN
PR.SUKUN”
Desa Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus Jawa Tengah

OLEH
1. M. Saputra Yasmi

E1D013183

2. Enggar Saputra

E1D013158

Dosen Pembimbing : Ir.Redy Badrudin,M.M.

LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU
2015
BAB I
1

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara Agraris yang mengandalkan sektor pertanian sebagai salah satu

mata pencaharian maupun sebagai salah satu penopang pembangunan. Menurut Yulianik(2006)
sektor pertanian merupakan penopang perekonomian Indonesia karena pertanian memberikan
sumbangan untuk kas pemerintah. Sektor Pertanian dalam arti luas meliputi sektor pertanian,
perikanan, peternakan dan perkebunan. Pembangunan sektor pertanian bertujuan untuk
pemenuhan pangan dan gizi serta menambah pendapatan (kesejahteraan) masyarakat salah
satunya sebagai mata pencaharian.
Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang
dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan

terhadap pendapatan nasional yang tinggi, memberikan devisa bagi negara dan mempunyai efek
pengganda ekonomi yang tinggi dengan rendahnya ketergantungan terhadap impor (multiplier
effect), yaitu keterkaitan input-output antar industri, konsumsi dan investasi. Dampak pengganda
tersebut relatif besar, sehingga sektor pertanian layak dijadikan sebagai sektor andalan dalam
pembangunan ekonomi nasional. Sektor pertanian juga dapat menjadi basis dalam
mengembangkan kegiatan ekonomi perdesaan melalui pengembangan usaha berbasis pertanian
yaitu agribisnis dan agroindustri. Dengan pertumbuhan yang terus positif secara konsisten, sektor
pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional.
Sub sektor perkebunan merupakan salah satu sub sektor dari sektor pertanian yang dapat
meningkatkan devisa negara dan menyerap tenaga kerja. Pemerintah mengutamakan pada
subsektor perkebunan, karena memiliki daya tarik yang tinggi untuk diekspor ke negara maju
(Soediono, 1989). Komoditas yang termasuk komoditas sub sekor perkebunan meliputi kelapa
sawit, kelapa, karet, kopi , teh dan Tembakau.
PR. Sukun Sigaret merupakan salah satu produsen rokok di Indonesia yang mempunyai tiga
lini produksi atau tiga divisi dan memiliki satu penyimpanan produk jadi yang nantinya dari tiga
lini produksi akan disimpan dalam satu gudang yang disebut dengan Finish Product
Warehouse/FPWH. PR SUKUN adalah suatu perusahaan perseorangan yang didirikan bapak
MC Wartono pada tahun 1949 serta medapatkan izin cukai No. SIP 6500/F; No pengawasan
Bandrol K2417; dan izin HO No. 067/WF/HO.
2


Pada wa-ktu itu semua kegiatan perusahaan terpusat dikudus, meliputi bidang produksi,
keuangan ,personalian dan pemasaran. Daerah pemasarannya masih sangat terbatas, khusus
untuk memenuhi permintaan di Jawa Tengah.Kudus dikenal sebagai Kota Kretek. Tentu saja
selain dengan jenangnya di kabupaten ini tercatat ada lebih dari 100 pabrik rokok memproduksi
berbagai jenis rokok, mulai dari rokok klobot, kretek tangan, rokok mesin (filter), hingga cerutu.
Beragam pabrik besar, kecil, hingga industri rumahan tersebar di berbagai penjuru kota. Wilayah
Kabupaten Kudus merupakan salah satu kabupaten terkecil di Propinsi Jawa Tengah, dengan luas
wilayah 425.16 km2 / 42.516 ha. Secara administratif Kabupaten Kudus terdiri dari 9 kecamatan,
125 desa dan 7 kelurahan. Perekonomian Kabupaten Kudus didukung oleh berbagai sektor
dengan sektor andalan bidang industri terutama industri rokok yang memberikan kontribusi
terbesar, sehingga Kota Kudus disebut sebagai Kota Kretek (Kabupaten Kudus dalam Angka
2012).

1.2

Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka yang akan dibahas dalam laporan ini adalah :
1. Berapa Jumlah Produksi PR SUKUN?
2. Daerah mana saja yang menjadi tempat pemasaran PR SUKUN?


1.3

Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah di atas, praktikum ini bertujuan :
1. Untuk mengetahui jumlah produksi rokok PR SUKUN
2. Untuk mengetahui wilaya-wilayah pemasaran rokok PR SUKUN

BAB II
KERANGKA TEORITIS

Klasifikasi tanaman tembakau dalam sistematika tumbuhan sebagai berikut:
Regnum

: Plantae
3

Divisio

: Magnoliophyta


Kelas

: Magnoliopsida

Ordo

: Solanales

Famili

: Solanaceae

Sub Famili

: Nicotianae

Genus

: Nicotiana L.


Spesies

: N. tabaccum, N. rustica (Chairani, 2008)

Tanaman tembakau memiliki persyaratan untuk kondisi iklim, hal ini tujukan agar tanaman
tembakau dapat berproduktivitas secara baik dan maksimal.Iklim yang sesuai untuk tanaman
tembakau adalah :
a) Tanaman tembakau tidak menghendaki terhadap keadaan iklim kering dan iklim yang sangat
basah, tetapi hal ini tergantung dari varietas tanaman tembakau, karena setiap tanaman
tembakau memiliki kesesuaian iklim yang berbeda.
b) Angin kencang juga tidak diharapkan dalam budidaya tanaman tembakau, karena angin yang
kencang dapat merusak tanaman tembakau (tanaman roboh). Tetapi apabila menggunakan
teknik budidaya tembakau dibawah naungan akan memperkecil rusaknya tenaman tembakau.
Selain itu juga angin yang kencang akan berpengaruh terhadap mengering dan mengerasnya
tanah tang dapat menyebabkan berkurangnya kandungan oksigen yang ada didalam tanah.
Angin yang kencang juga dapat merusak gudang penyimpanan daun tembakau yang sudah
dipanen.
c) Untuk tanaman tembakau dataran rendah, curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun, sedangkan
untuk tembakau dataran tinggi, curah hujan rata-rata 1500–3500 mm/tahun.

d) Penyinaran cahaya matahari yang kurang dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman kurang
baik sehingga produktivitasnya rendah. Oleh karena itu lokasi untuk tanaman tembakau
sebaiknya dipilih di tempat terbuka dan waktu tanam disesuaikan dengan jenisnya.
e) Suhu udara yang cocok untuk pertumbuhan tanaman tembakau berkisar antara 21–32,3
derajat C (Tegar, 2010).
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi
tergantung Negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah
dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membakar agar asapnya dapat
dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
4

Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang dapat
dimasukan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir, bungkusanbungkusan terseut juga umumnya disertai pesan kesehatan yang memperingatkan perokok akan
bahaya kesehatan yang dapat ditimbulkan dari merokok, misalnya kanker paru-paru atau
serangan jantung (waulaupun pada kenyatannya itu hanya tinggal hiasan, jarang sekali dipatuhi
atau dilaksanakan).
Manajemen produksi adalah kegiatan untuk mengadakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengkoordinasian, untuk mengelola secara optimal faktor-faktor produksi atau
sumber daya manusia, mesin dan bahan baku yang tersedia (universitas Sumatra Utara,2008).
Dalam proses produksi, perusahaan mengeluarkan biaya produksi seperti seperti bahan baku,

biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan biaya-biaya pabrikasi untuk menghasilkan produk
utama(main product), dimana produk utama merupakan tujuan utama dari hasil produksi, tetapi
dalam proses produksi tersebut tidak dapat terhindarkan bahwa ada sisa, limbah atau sampah dari
produk utama yang digunakan, yang biasanya disebut produk sampingan (by product) (Setiawan
dan Hastoni,2011).
Bahan baku adalah bahan baku yang membentuk bagian integral dari produk jadi dan
dimasukkan secara ekspilisit dalam perhitungan biaya produk. Bahan penolong adalah bahan
baku yang diperlukan untuk penyelesaian suatu produk tetapi tidak diklasifikasikan sebagai
bahan baku karena bahan baku tersebut tidak menjadi bagian dari produk. Tenaga kerja langsung
adalah tenaga kerja yang melakukan konversi bahan baku langsung menjadi produk jadi dan
dapat dibebankan secara layak ke produk terteentu. Tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga
kerja yang tidak dapat ditelusuri ke konstruksi atau komposisi dari produk jadi
(Widileestariningtyas,Oni dkk, 2012).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Lokasi Perusahaan


5

Lokasi perusahaan sejak berdirinya hingga sekarang bertempat di Desa Gondosari, Kecamatan
Gebog, Kabupaten Kudus. Melihat berdirinya PR Sukun, maka kita tidak akan lepas dari bapak
Mc. Wartono. Beliau adalah pendiri dan mengembangkannya sampai menjadi besar.
3.1.1

Pendirian Perusahaan

PR Sukun dirintis oleh Mochammad Wartono (Mc Wartono) pada 17 Agustus 1947 di Desa
Gondosari, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus. Bermula dari perkembangan bisnis rokok
kretek yang cukup pesat pascakemerdekaan, khususnya di Pulau Jawa, Mc Wartono kemudian
mulai membuka industri rumah tangga rokok kretek. Selain melihat potensi pasar yang cukup
bagus, Mc Wartono tergerak hatinya untuk membantu meningkatkan taraf hidup warga desa yang
saat itu masih memprihatinkan dengan cara membuka lapangan kerja.
Usaha ini pada mulanya hanya mempekerjakan beberapa orang saja. Produk yang dihasilkan
pertama kali adalah jenis rokok klobot dengan sebutan “Siyem”. Pada perkembangannya, usaha
rumahan ini terus berkembang hingga mampu menampung tenaga kerja lebih banyak. Mulai
tahun 1950, Mc. Wartono mengeluarkan merk rokok “Sukun”. Merk baru ini ternyata mengalami
perkembangan yang lebih pesat lagi, hingga akhirnya nama “Sukun” digunakan sebagai nama

perusahaan.
Ketekunan dalam membina usahanya yang berorientasi terhadap pemenuhan kepuasan
konsumen, kearifan dalam membina tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitasnya, serta
pandangan jauh ke depan terhadap situasi ekonomi nasional, semua ini membuat usahanya
semakin berkembang. Tenaga kerjanya sampai dengan sekarang sudah menjadi ribuan karyawan,
bermacam-macam jenis rokok untuk berbagai tingkat harga dengan merk “Sukun” dihasilkan
untuk memenuhi kebutuhan pasar (hampir di seluruh pantai utara Pulau Jawa).
Mc Wartono wafat 20 Februari 1974 dengan meninggalkan istri, enam anak dan tak kurang
10.000 karyawan. Usaha yang telah dirintisnya kemudian dilanjutkan oleh empat anak lakilakinya yang kemudian menjadi Direksi PR Sukun hingga kini. Mereka adalah H Tas’an
Wartono, H Rindho Wartono, H Yusuf Wartono dan H Edy Wartono. Sedangkan dua orang
putrinya kemudian mengikuti suaminya dan mendirikan perusahaan rokok juga. Mereka adalah
Hj Sri Fatimah Wartono almh. (mendirikan PR Siyem di Semarang) dan Hj Ani Wartono
(mendirikan PR Langsep di Kudus).

6

3.1.2

Perkembangan PR Sukun


Hasil produksi pertama yang dihasilkan pada tahun 1947 adalah jenis rokok kretek klobot.
Pada saat tersebut memang belum berkembang rokok dengan bungkus papir / kertas sigaret.
Jumlah produksi yang dihasilkan pertama kali berkisar 10.000 batang/hari. Sampai saat ini hasil
produksi PR. Sukun dapat dikelompokkan menjadi tiga bagian yakni rokok klobot, sigaret kretek
tangan dan sigaret kretek mesin.
Rokok Klobot adalah rokok yang bahan pembungkusnya berasal dari klobot (kulit jagung)
yang pengerjaanya dilinting satu persatu dengan tangan, maka istilah untuk pembuatanya adalah
karyawan “Tukang linting”.
Sigaret Kretek Tangan (SKT) Adalah rokok yang bahan pembungkusnya berasal dari kertas
papir. Cara pengerjaannya setiap rokok digiling satu persatu dengan satu alat giling dari bahan
kayu maka istilah untuk pembuatannya adalah “karyawan tukang giling”, sedangkan pembantu
karyawan giling supaya rapi biasanya disebut “karyawan batil”.
Sigaret Kretek Mesin (SKM) yaitu rokok yang pengerjaan pembuatan menjadi batangbatangan rokok dilakukan dengan mesin (mekanisasi) dan biasanya diberi filter pada setiap
ujungnya.
3.1.3 Kapasitas Produksi
Jumlah kapasitas produksi rata-rata PR Sukun setiap hari yaitu :
1. Klobot : ± 150.000 batang/hari
2. SKT

: ± 5.000.000 batang/hari

3. SKM

: ± 6.000.000 batang/hari

Selanjutnya untuk jumlah karyawan di lingkungan PR Sukun ± 7.000 orang dimana 90% dari
jumlah tersebut adalah wanita. Selanjutnya dari jumlah tersebut dapat dibagi meliputi karyawan
borong, karyawan harian dan karyawan bulanan.

3.1.4 Upah Tenaga Kerja
Tenaga kerja wanita biasanya ditempatkan pada bagian batil, linting dan pengepakan. Untuk
bagian ini memang yang diprioritaskan adalah tenaga kerja wanita karena perusahaan
mempunyai alasan-alasan sebagai berikut :
7

 Bahwa tenaga kerja wanita pada umumnya lebih tekun dibandingkan dengan tenaga kerja
pria
 Tenaga kerja wanita lebih rapi dalam melinting rokok, hal tersebut sangat diperlukan
karena untuk industri rokok kretek masalah kehalusan pelintingan memegang peranan
yang sangat penting
 Tenaga kerja wanita lebih mudah untuk diatur dibandingkan dengan tenaga kerja pria
Yang dimaksud dengan tenaga kerja batil adalah tenaga kerja yang mempunyai tugas untuk
meratakan ujung rokok. Jadi begitu rokok sudah selesai dilinting oleh bagian pelintingan maka
diujung rokok masih banyak tembakau yang keluar dari ujungnya maka disini tugas bagian batil
untuk meratakan dengan jalan memotong kedua ujung rokok yang tembakaunya keluar. Begitu
rokok sigaret selesai diratakan di bagian batil maka sebelum diserahkan ke bagian pengepakan,
rokok tersebut harus melewati bagian sortir yang akan mengontrol apakah rokok sudah
memenuhi syarat untuk dipasarkan. Setelah selesai di sortir lalu selanjutnya diserahkan ke bagian
untuk dimasukkan ke dalam slop, pres dan bal untuk dipasarkan ke masyarakat.
Tingkatan upah yang diberikan oleh PR Sukun dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain :
 Jabatan/level dari tenaga kerja
Semakin tinggi jabatan seorang tenaga kerja otomatis akan semakin besar upah yang akan
diterimanya.
 Masa kerja/lama kerja seorang tenaga kerja di perusahaan
 Kekomplekkan dari pekerjaan
 Semakin luas pekerjaan dari seorang tenaga kerja, akan semakin besar upah yang akan
diterimanya karena bagaimanapun juga tanggung jawab mereka jelas lebih besar daripada
tenaga kerja lainnya.
Resiko dari pekerjaan
 Penilaian prestasi tenaga kerja selama bekerja di Perusahaan Rokok Sukun
Sistem pengupahan di PR Sukun digolongkan menjadi tiga, yaitu :

8

1. Karyawan borongan, gaji diberikan sesuai dengan kapasitas pekerjaan yang telah
dikerjakan dan dibayarkan dalam setiap hari kerjanya. Sebagian besar dari mereka
bertugas melinting dan mengepak rokok.
2. Karyawan harian, gaji diperhitungkan setiap hari dan diberikan setiap minggu, yang terdiri
dari upah rokok ditambah dengan premi. Premi dihitung berdasarkan penilaian 3K yaitu
Kerajinan (Kehadiran), Keterampilan (Prestasi) dan Keahlian (fabatan). Karyawan harian
mempunyai kegiatan antara lain sebagai petugas gudang tembakau dan cengkeh, tenaga
sortir lintingan, reparasi gilingan, pembantu kantor dan tenaga kebersihan. PR Sukun juga
tercatat sebagai anggota PPRK (Persatuan Pengusaha Rokok Kudus) yang bertujuan untuk
menjalin kerja sama yang balk antara berbagai perusahaan rokok kretek dilingkungan kota
Kudus dan sekitarnya. Penetapan standar upah bagi pekerja borongan dan harian diatur
melalui PPRK. Bagi karyawan harian dan borongan disediakan fasilitas kesehatan berupa
poliklinik dan layanan KB disetiap lokasi kerja. Perusahaan juga akan menanggung biaya
opname karyawan atau biaya perawatan medis secara khusus apabila diperlukan.
3. Karyawan bulanan, gaji diterima setiap bulan. Pembagian gaji ini didasarkan pada
komponen yang berlaku yaitu seperti tunjangan jabatan, pendidikan, tunjangan keahlian,
tunjangan jabatan, lembur, kemampuan dan usaha karyawan serta kebijaksanaan
pimpinan.
Seluruh karyawan/karyawati PR Sukun ikut program Jamsostek dan juga mendapat tunjangan
berupa : tunjangan kesehatan dan tunjangan hari tua.
Perusahaan melakukan berbagai training bagi karyawannya untuk mengimbangi gerak maju
perusahaan, baik yang diadakan di dalam perusahaan maupun diluar perusahaan. Guna
memenuhi persyaratan tertentu dalam rangka meningkatkan kualitas pekerjaan dan kesejahteraan
serta tanggung jawab sosial terhadap karyawan, perusahaan memberikan upah yang memadai.
Selain ituperusahaan juga menyediakan kebugaran jasmani, klinik kesehatan yang tersedia bagi
seluruh karyawan, koperasi karyawan, tunjangan dan jaminan sosial juga diberikan untuk lebih
memberikan motivasi dan ketenangan bekerja bagi karyawan.
a. Jumlah Tenaga Kerja
PR Sukun berjumlah 7.000 Orang tenaga kerja terdiri dari :
9

 600 Tenaga kerja rokok klobot
 2.100 tenaga kerja sigaret kretek tangan
 1.200 tenaga kerja batil
 1.600 tenaga kerja pembungkusan
 1.100 tenaga kerja harian
 400 tenaga kerja bulanan
90% tenaga kerja adalah wanita, karena wanita lebih memenuhi syarat untuk pembuatan rokok
yang memerlukan kesabaran dan ketelitian.
b. Jam kerja
Jam kerja karyawan anatar pukul 07.00 – 15.00 WIB. Waktu istirahat 90 menit pada pukul
12.00 -13.30 WIB. Hari kerja karyawan sabtu –kamis. Penentuan hari libur selain hari besar rabo
kliwon dan kamis pon, karena bertepatan dengan wafatnya Bapak dan Ibu Mc Wartono.
c. Gaji dan Cuti
Karena perusahaan rokok adalah labor intensif, maka upah buruh langsung merupakan unsur
yang penting dalam pembentukan haraga pokok. Upah buruh langsung (borongan) terdiri dari :
 Upah sortir
 Upah mengupas rokok rusak
 Upah Rajang cengkih
 Upah tukang kebersihan
 Upah karywan baru masuk
 Upah sopir dan kernet
 Upah harian untuk karywan pembuat rokok sigaret kretek tangan sebesar Rp1.550,00 per
1.000 batang, sedangkan untuk rokok klobot sebesar Rp 1.700,00 per 1000 batng. Upah
bulanan diberikan kepada pegawai kantor.
Tariff tersebut diatur dalam KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) yang merupakan hasil
musyawarah wakil perusahaan dengan buruh.

d. Kesejahteraan
10

Perusahaan Rokok “Sukun “ memberi jaminan social bagi karyawan , Yaitu :
 Biaya Pengobatan
 Tunjangan Hari Raya
 Uang Jasa
 Premi
 Asuransi Sosial Tenaga Kerja
Tambahan Upah 50% Apabila ada karyawan yang mampu menyelesaikan lebih dari 3.000
batang sigaret tangan perharinya.
Pemasaran PR Sukun
Sampai awal tahun 2003 jumlah macam rokok yang dipasarkan terdiri dari :
Sigaret Kretek Tangan
Nama
Sukun King Size
Sukun King Size
Sukun King Size
Sukun Djadja
Sukun Abu-Abu
Sukun Orange
Sukun Orange
Sukun Remadja
Sukun 2000
Sukun Istimewa
Sukun Kelobit Manis dan Tawar

Isi (Batang)
10
12
6
10
10
10
5
10
12
10
6

Terdapat beberapa daerah yang menjadi daerah pemasaran rokok hasil produksi PR. Sukun.
Daerah itu meliputi :
1. Jawa Tengah dan DIY. Produk-produk PR Sukun di wilayah Jateng terkonsentrasi di
wilayah pantura, mulai Brebes sampai Rembang. Sukun juga hadir di Solo raya dan
Purwokerto. Di Jogja, produk-produk Sukun hadir di seluruh wilayah, mulai dari Kota
Jogja, Sleman, Bantul, Gunung Kidul, hingga Kulonprogo.
2. Jawa Barat. Di provinsi ini, produk Sukun dipasarkan di Cirebon, Tasikmalaya, Serang
dan Sukabumi.

11

3. Jawa Timur. Wilayah pantura masih menjadi basis peredaran rokok Sukun di Jawa Timur,
mulai dari Tuban hingga ke Sidoarjo.
4. Luar Jawa. Sumatra Utara, Riau, Jambi, Lampung, KalimantanTimur, Kalimantan barat,
Ujung Pandang, Bali, Lombok
Saluran distribusi yang digunakan perusahaan dalam menyalurkan hasil produksi PR. Sukun
kepada konsumen adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan – agen – pedagang besar – pengecer – konsumen
2. Perusahaan – perwakilan – pedagang besar – pengecer – konsumen
3. Perusahaan – pengecer – konsumen

BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
12

1. Jumlah kapasitas produksi rata-rata PR Sukun setiap hari yaitu :


Klobot

: ± 150.000 batang/hari



SKT : ± 5.000.000 batang/hari



SKM

: ± 6.000.000 batang/hari

2. Upah tenaga kerja di PR sukun bergantung pada jabatan dan level dari tenaga kerja
semakin tinggi jabatan seorang tenaga kerja upah yang diterimanya akan semakin besar,
di PR SUKUN pembagian upah digolongkan menjadi tiga yaitu


Karyawan Borongan, gaji yang didapat sesuai dengan kapasitas perkerjaan yang telah
dikerjakan dan dibayar dalam setiap harinya.



Karyawan harian, gaji diperhitungkan setiap hari dan diberikan setiap minggu, yang
teridir dari upah rokok ditambah dengan premi.



Karyawan bulanan, gaji diterima setiap bulan. Pembagian gaji ini didasarkan pada
komponen yang berlaku yaitu seperti tunjangan jabatan, pendidikan, tunjangan
keahlian, tunjangan jabatan, lembur, kemampuan dan usaha karyawan serta
kebijaksanaan pimpinan.

Upah harian untuk karyawan pembuat rokok sigaret kretek tangan sebesar Rp 1.550,00
per 1000 batang, sedangkan untuk rokok klobot sebesar Rp 1.700,00 per 1000 batang.
Upah bulanan diberikan kepada pegawai kantor.
Tarif tersebut telah diatur dalam KKB (Kesepakatan Kerja Bersama) yang merupakan
hasil musyawarah wakil perusaahan dengan buruh.

DAFTAR PUSTAKA

13

Chairani, H. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid III. Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Kejuruan : Jakarta.
Setiawan dan Hastoni.2008. Analisa produk sampingan dalam menentukan tingkat pendapatan.
Jurnal kesatuan. No 1:volume 10
Tegar, A. 2010. Teknik Budidaya Tembakau. Atikel Budidaya Tanaman, Ikan dan Jamur.
Universitas Sumatera Utara.2011. Manajemen Produksi.diakses melalui repository.usu.ac.id
(28 November 2015)
Wartono, Mc. 2013. Perkembangan Perusahaan.
http://prsukunmcwarono.blogspot.co.id/2013/05/pr-sukun-mc-wartono.html
Widilestariningtyas,Ony.,Sri Dewi Anggadini.,Dony Waluya Firdaus. 2012. Akuntansi
Biaya.Graha Ilmu.Yogyakarta.
www. Teknik Budidaya Tembakau.com. diakses tanggal 28 November 2015.
Yulianik, Siswi. 2006. Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi. Skripsi:
Universitas Diponegoro

LAMPIRAN

14

15

16