Makalah Hukum Internasional Rombel 5
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem Pemerintahan yang berlaku di dunia secara umum dibagi menjadi 3
yaitu Sistem Pemerintahan Parlementer, Sistem Pemerintahan Presidensial dan
Sistem Pemerintahan Campuran. Indonesia menggunakan Sistem Pemerintahan
Presidensial sejak tanggal 18 Agustus 1945, hal ini dibuktikan oleh Pasal 4 Ayat 1
UUD 1945, Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD dan
Pasal 17 berisi :
1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri Negara
2. Menteri-Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
3. Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan
4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran Kementrian Negara diatur oleh
Undang-Undang
Tapi pada prakteknya pemerintah pada masa itu banyak mengalami
perubahan dinamika sejarah sistem politik. Indonesia pernah merasakan jaman
Demokrasi Parlementer, era Demokrasi Terpimpin, era Demokrasi Pancasila,
hingga Demokrasi Multipartai di era Reformasi saat ini. Pasang surutnya sistem
pemerintahan berpengaruh pada pembangunan negeri ini. Tanpa kita sadari sistem
pemerintahan sangat bepengaruh dalam jalannya pemerintahan di negeri kita.
Oleh sebab itu saya mencoba menggali sedikit penerapan Sistem Pemerintahan
Presidensial pada Masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi.
1.2
Maksud dan Tujuan
Dalam pembahasan makalah ini saya mencoba mencari tahu dan
membandingkan Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial pada Masa Orde
Lama, dan Reformasi dan pengaruhnya terhadap pembangunan negeri ini.
Kelebihan dan Kekurangan pemerintahan Indonesia dari Masa Orde Lama, Orde
Baru dan Reformasi. Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Pemerintahan Indonesia yang diberikan oleh Bapak Drs. H. Darmaji, MH.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Masa Orde Lama
Setelah Indonesia merdeka Undang-Undang Dasar 1945 belum dapat
diterapkan karena pada saat itu belum terbentuknya lembaga legislative dan pada
masa itu seakan-akan presiden memiliki kekuasaan di segala bidang.
Presiden memegang kekuasaan pada saat itu meliputi :
1. Presiden adalah pelaksana kedaulatan rakyat
2. Presiden berwewenang menetapkan dan mengubah UUD
3. Presiden melaksanakan kekuasaan pemerintahan
4. Presiden berwenang menetapkan GBHN
5. Presiden berwenang membuat segala bentuk peraturan perundangan
Pada saat itu jabatan-jabatan yang telah ada yaitu :
1. Jabatan Presiden
2. Jabatan Wakil Presiden
3. Menteri – Menteri
4. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Pada saat itu Presiden memiliki kekuasaan yang sangat luas sehingga
cenderung bersifat diktator maka terbitlah maklumat Wakil Presiden Nomor X
tanggal 16 Oktober 1945. Isinya sebagai berikut :
1. KNIP ikut menetapkan GBHN bersama Presiden
2. KNIP bersama Presiden menetapkan UU
3. Karena keadaan yang genting maka BP KNIP menjalankan tugas dan
kewajibannya bertanggung jawab pada KNIP
4. Sejak saat itu BP KNIP tidak boleh ikut campur dalam kebijakan pemerintah
sehari – hari
5. Dengan dikeluarkannya maklumat tersebut maka kekuasaan Presiden menjadi
berkurang karena beralih sebagian menjadi tugas KNIP yang semula sebagai
pembantu presiden berubah menjadi badan yang berkedudukan sebagai
perlemen
(Badan Perwakilan Rakyat)
Pada tanggal 17 Agustus 1950-6 Juli 1959 Presiden Soekarno mulai
menerapkan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Sebelum
Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besarbesaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui tiga Negara
bagian yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara
Sumatra Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal
17 Agustus 1950 sejak saat itu Indonesia menganut sistem Pemerintahan
Parlementer.
Pada tahun 1959 Presiden Soekarno memberikan tugas kepada
Konstituante untuk membuat Undang-Undang Dasar yang baru sesuai dengan
amanat UUDS 1950, tetapi belum dapat terlaksana sehingga Presiden Soekarno
menyampaikan konsepsi mengenai Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu
yang berisi ide untuk kembali lagi ke UUD 1945. Akhirnya Presiden
mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang salah satu isinya
membubarkan Konstituante, berlakunya UUD 1945 dan dibentuknya MPRS dan
DPAS.
Kekurangan pada Masa Orde Lama Terjadi Perubahan Sistem
Pemerintahan dari Presidensial menjadi Sistem Pemerintahan Parlementer dan
kembali lagi ke UUD 1945. Hal ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan
dalam dunia perpolitikan dimana terjadinya pergantian kabinet hingga 7 kali
antara lain :
1. 1950-1951 - Kabinet Natsir
2. 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
3. 1952-1953 - Kabinet Wilopo
4. 1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
5. 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap
6. 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
7. 1957-1959 - Kabinet Djuanda
Kabinet-kabinet di atas dapat dikatakan belum berhasil dalam
melaksanakan program kerjanya karena kabinet-kabinet di atas baru terbentuk
belum berapa lama sudah dibubarkan oleh presiden. Akibat yang dapat dirasakan
dari pergantian kabinet dalam waktu yang singkat menyebabkan masyarakat
Indonesia pada saat itu hilang kepercayaan karena program-program kerja kabinet
tidak dapat direalisasikan. Penyimpangan pada masa itu yaitu Preseiden Soekarno
diakui sebagai presiden seumur hidup. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan
UUD 1945. Selain itu kedudukan Presiden seolah-olah lebih tinggi daripada MPR
dan mulai bermunculan gerakan separatis.
Hubungan politik luar negeri Indonesia yaitu Indonesia mengganggap
negaranya paling baik dan paling hebat tanpa membandingkannya dengan Negara
tetangga lainnya ini biasa kita kenal dengan “Politik Mercusuar”. Indonesia
cenderung mengikuti kelompok NEFO (New Emergining Forces) kelompok
Negara-negara baru yang sedang bermunculan yang berhaluan komunis, Indonesia
terlibat konflik dengan Malaysia, dan munculnya politik poros.
Presiden Soekarno banyak menyumbangkan gagasan-gagasan dalam
politik luar negeri. Mengadakan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 di
Bandung. Konferensi tersebut membuahkan Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
Presiden Soekarno mulai mengalami berbagai penyakit yang
dikonsultasikan kepada dokter China dari Beijing. Ada beberapa kelompok yang
diisukan berebutan kekuasaan ketika itu, kelompok Dewan Jenderal yang akan
menggulingkan Presiden Soekarno di satu pihak, dan kelompok Dewan Revolusi
yang setia kepada Presiden Soekarno.
Meningkatnya suhu politik pada tahun 1965, dikaitkan dengan siapa
pengganti Presiden Soekarno kalau yang bersangkutan wafat, karena sejak
Indonesia merdeka, hanya beliau seorang yang menjadi presiden bahkan wakil
presiden tidak pernah ditunjuk, dipilih ataupun diangkat sejak Bung Hatta
meninggalkan kabinet.
Hanya dua tokoh yang disebut-sebut sebagai pengganti Presiden Soekarno
ketika itu, yaitu Jendral Abdul haris Nasution dan Letnan Jederal Ahmad Yani,
kedua tokoh tersebut sangat dibenci oleh PKI karena kedua tokoh tersebut
dianggap menghalang-halangi PKI mendekati Soekarno. Puncaknya terjadi
pembantaian pada tanggal 30 September 1965 di Lubang Buaya Jakarta dengan
sasaran para jendral yang selama ini paling keras menentang dipersenjatainya
kaum buruh tani.
Jenderal DR. A. H. Nasution luput dari pembunuhan karena yang
tertembak adalah putrinya dan ajudan beliau Letnan Piere Tandean yang disangka
adalah beliau. Jenderal-jendral yang terbunuh antara lain yaitu Ahmad Yani, M. T
Haryono, S. Parman, Suprapto, D. I. Panjaitan, Sutoyo. Kekosongan pimpinan
angkatan darat membuat Presiden Soekarno mengumumkan Jenderal Pranoto
untuk memimpin AD, tetapi Soeharto mengumumumkan dirinya sebagai
penguasa keadaan padahal beliau sebagai pemimpin Kostrad. Soeharto mendapat
perintah untuk memusnahkan PKI dan berhasil sehingga Soeharto diangkat
menjadi pejabat presiden. Masa jabatan Presiden Soekarno berakhir pada tanggal
22 Februari 1967.
2.2
Masa Reformasi
Setelah berakhirnya masa jabatan Presiden Soeharto maka tampuk
pemerintahan diserahkan kepada Wakil Presiden pada masa itu yaitu B.J Habibie.
Sejak kursi pemerintahan berada di tangan B.J Habibie maka Indonesia memasuki
era reformasi dawali dengan agenda utama mereformasikan seluruh kebijakan
pada Orde Baru yang berseberangan dengan nilai-nilai demokrasi. Pada masa
pemerintahan B.J Habibie Indonesia kehilangan Timor-Timur yang diberikan
referendum. Pada tahun 1999 B.J habibie digantikan oleh Kyai Haji Abdurrahman
Wahid yang biasa disapa Gus dur.
Abdurahman Wahid menjabat sebagai Presiden Indonesia keempat pada
tahun 1999 sampai dengan tahun 2001. Ada beberapa perubahan pada masa
pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid yaitu diakuinya agama konghuchu di
Indonesia dan menghapus diskriminasi terhadap komunitas Tionghoa,
perompakan Departemen yaitu dengan membubarkan Departemen Penerangan
yang dianggap beliau penghalang dalam kebebasan pers. Selain itu Departemen
Sosial juga dibubarkan dengan alasan Departemen ini paling banyak korupsi.
Pada Bulan Februari tahun 2000 Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid
meminta Wiranto untuk memundurkan diri dari Menteri Kordinator Bidang
Politik dan Keamanan, alasannya Wiranto dianggap penghalang dalam reformasi
militer dan Wiranto diduga terkait dalam pelanggaran HAM di Timor-Timur.
Pada Bulan April tahun 2000 Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid memecat
Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan yaitu Jusuf Kalla dan Menteri
Negara BUMN yaitu Laksamana Sukardi. Kedua Menteri tersebut dipecat dengan
tuduhan korupsi. Selain itu ada juga kekurangannya stabilitas politik dan
sosial tidak berjalan dengan baik karena Kyai Haji Abdurrahman Wahid selaku
presiden dengan mudah mencopot jabatan-jabatan di pemerintahan yang beliau
anggap melakukan korupsi dan sebagainya. Sikap beliau pada masa itu banyak
dibenci oleh lawan politiknya. Oleh sebab itu lawan-lawan politiknya mencari
celah untuk menjatuhkan kursi kepemimpinan beliau pada masa itu. Dalam tahun
yang sama Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid terlibat kasus Bullogate. Gus
Dur dituduh menyimpan sumbangan dari Sultan Brunai dan beliau tak mampu
untuk membuktikannya sehingga beliau dicopot dari jabatannya dan digantikan
oleh wakilnya yaitu Megawati.
Presiden Kelima di Indonesia adalah Megawati Soekarno Putri diangkat
melalui Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Presiden Megawati menjabat
dari tahun 2001-2004 menggantikan Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid.
Tidak terlau banyak perubahan yang dirasakan pada masa itu.
Pada tahun 2004 diadakan pemilu secara langsung dan yang memperoleh
suara terbanyak adalah Susilo Bambang Yudhoyono yang berasal dari Partai
Demokrat. Susilo Bambang Yudhoyono akrab disapa SBY menggantikan
Megawati menjadi Presiden keenam dan terpilih lagi pada pemilu tahun 2009 dan
menjabat sebagai presiden ketujuh sampai tahun 2014.
Kelebihan Masa Reformasi
1. Mulai terjadi banyak pembenahan yaitu dibuatnya Undang-Undang yang
mengatur tentang Anti Monopoli dan persaingan sehat, perubahan undangUndang Partai Politik, dan yang paling penting adalah UU Otonomi Daerah yang
mampu menahan gejolak disintegrasi yang telah diwarisi pada masa Orde Baru
2. Pada Masa Pemerintahan Kyai Haji Abdurrahman Wahid Tahun Baru Cina
(Imlek) menjadi hari libur nasional, mengakui agama Konghucu,
memperjuangkan kebebasan berekspresi, persamaan hak, semangat keberagaman,
dan demokrasi di Indonesia mulai ditegakkan
3. Pemilihan Umum secara langsung dipelopori oleh Megawati, rakyat dapat
memilih presiden tanpa harus melewati mekanisme DPR-MPR
4. Mulai banyak partai politik yang berkembang
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
6. Memberantas korupsi
7. Meningkatkan kualitas hidup sosial dengan cara menutup situs porno yang
merusak moral bangsa khususnya bagi generasi muda
8. Meningkatkan kualitas pendidikan secara bertahap buktinya merubah
kurikulum yang berlaku pada Masa Orde Lama dan Orde disertai dengan Biaya
Operasional Sekolah (BOS) yang bertujuan untuk meringankan beban orang tua
dalam biaya sekolah
9. Demokrasi telah dilaksanakan dengan baik
10. Masyarakat dan pers bebas untuk mengekspresikan dirinya
11. Masyarakat melalui DPR ikut mengawasi jalannya pemeritahan
Kekurangan Masa Reformasi
1. Pada Masa Pemerintahan Presiden B.J Habibie memperbolehkan referendum
di Provinsi Timor-Timur sehingga menyebabkan Timor-Timur lepas dari
Indonesia
2. Pada Masa Pemerintahan Kyai Haji Abdurrahman Wahid kompromistis dalam
menghadapi gerakan separatis. Beliau membiarkan bintang kejora OPM
dikibarkan di tanah pertiwi ini.
3. Kebebasan yang dimiliki masyarakat cenderung dimanfaatkan oleh oknumoknum politik untuk mengganggu stabilitas politik misalnya banyaknya teroris
yang mengganggu ketentraman masyarakat di Indonesia
2.3
Perbedaan Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Orde
Lama, Masa Orde Baru dan Masa Reformasi
Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Orde Lama
1.
Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian
diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di beberapa
negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri dari Presiden
sebagai kepala negara konstitusional (constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan.
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan
Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat
berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin
Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan
terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan
check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
Dalam Bidang Politik Soekarno mengumumkan Manipol USDEK,
Manipol adalah “Manivesto Politik” sedangkan USDEK adalah singkatan dari
Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kesejahteraan Rakyat. Partai politik yang berkembang
pada jaman itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Komunis Indonesia
(PKI), Partai Agama diambil alih oleh Nahdlatul Ulama (NU), PSII dan lain-lain.
Partai politik memiliki peranan yang kecil. Masa Orde Lama terlihat
sekali peranan pengaruh dan peranan presiden dalam segala bidang.
Demokrasi Terpimpin memiliki dua belas definisi yaitu Demokrasi yang
mendasari sistem pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan
pimpinan satu kekuasaan sentral di tangan satu orang, tiap-tiap orang diwajibkan
untuk berbakti kepada kepentingan umum masyarakat, bangsa dan Negara. Semua
orang Indonesia dinyatakan berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak
dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Ajaran Presiden Soekarno pada masa itu
yang amat kental adalah Nasakom (Nasional, Agama, Komunis). Dalam
menghayati Hidup Pancasila diperas menjadi Trisila dan diperas lagi menjadi
Ekasila.
Dalam Bidang Ekonomi terjadi perubahan sistem ekonomi dari ekonomi
liberal menjadi ekonomi komando. Ekonomi pada Masa Orde Lama terasa kurang
berkembang karena pemerintah pada masa itu sibuk dengan urusan politik. Tetapi
masa itu Bung Hatta telah mengenalkan koperasi sebagai lembaga yang bergerak
dalam bidang ekonomi yang berfungsi membantu masyarakat pada jaman itu.
Dalam Bidang Pendidikan Masa Orde Lama pemerintah Orde Lama mulai
mendirikan Perguruan Tinggi yang sekarang menjadi Perguaruan Tinggi ternama
seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut
Pertanian Bogor (IPB) dan UNAIR. Perguruan Tinggi tersebut tersebar di seluruh
Pulau Jawa. Keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya tenaga pengajar di
provinsi di luar Pulau Jawa menyebabkan kemerosotan pendidikan mulai terjadi.
Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Reformasi
Masa Reformasi ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998 dari kursi kepresidenan. Jabatan presiden kemudian diisi
oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto
disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap
pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya Reformasi yang mengiringi keruntuhan
rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia.
Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena dalam fase
ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun. Masa Reformasi
merupakan masa transisi, dapat kita lihat penerapan Sistem Pemerintahan
Presidensial pada masa itu mulai bangkit dengan tumbuhnya proses demokrasi.
Asas Sentralisasi berubah menjadi asas Desentralisasi, dimana penyerahan
kekuasaan dari pusat ke daerah. Dengan adanya penyerahan kekuasaan dari pusat
ke daerah hal ini membawa dampak positif yaitu pembangunan di daerah akan
lebih terfokus.
Pemerintahan Prof. DR. Ir. Ing. B.J Habibie tidak berlangsung lama
dimulai tanggal 21 Mei 1998 dan berakhir pada tanggal 20 Oktober 1999. Beliau
hanya menjalankan kepemimpinan transisi dan tidak mau dipilih lagi pada
pemilihan Presiden berikutnya. Perubahan yang dilakukan Presiden B.J Habibie
adalah membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Beliau
membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol kebebasan
berpendapat dan kegiatan organisasi. Gaya kepemimpinan Presiden B.J Habibie
adalah ramah dan supel di kalangan media massa.
Prof. DR. Ir. Ing B.J Habibie kemudian digantikan oleh Kyai Haji
Abdurrahman Wahid yang lebih terkenal dengan nama Gus Dur. Pada Masa
pemerintahan Gus Dur sistem politik lebih demokratis, lebih menghargai HAM,
menghargai perbedaan agama, suku, ras dan adat. Masa pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid berlangsung dari tahun 1999 sampai dengan 2001 dan
digantikan dengan wakil presidennya yaitu Megawati Soekarno Putri. Pada tahun
2004 diadakan pemilu secara langsung dan yang memperoleh suara terbanyak
adalah Susilo Bambang Yudhoyono sehingga Susilo Bambang Yudhoyono resmi
dilantik sebagai presiden Republik Indonesia keenam menggantikan Megawati
Soekarno Putri. Pada tahun 2009 diadakan pemilu dan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dipercaya masyarakat unuk menjabat sebagai presiden ketujuh bangsa
Indonesia untuk periode 2009-2014.
Pada masa Reformasi dalam bidang politik mulai banyak terjadi
pembenahan strukrutur pemerintahan (reformasi birokrasi), mulai banyak
bermunculan partai politik baru dan PNS (abdi negara) dilarang untuk ikut
berpolitik.
Dalam Bidang Ekonomi terjadi banyak pembenahan dan sekarang
Indonesia sedang bersaing dengan ekonomi global. Dalam pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono memberikan alternative bagi masyarakat yang
kurang mampu dengan program BLT (Bantuan Langsung Tunai) agar
mempermudah masyararakat yang kurang mampu dalam membiayai kehidupan
ekonomi.
Dalam Bidang Pendidikan tertuang pada pasal 31 ayat 4 UUD 1945 hasil amandemen
menyebutkan: “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari
Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.
Anggaran pendidikan nasional pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahidmencapai
presentase yang tinggi (22,5 %). Setelah Abdurrahman Wahid lengser dari kursi kepresidenan dan
posisinya digantikan oleh Megawati, presentase anggaran pendidikan kian menurun. Pada tahun
2003, pemerintahannya mengucurkan 5,7 % dari total pendapatan nasional dan daerah. Sedangkan
sisanya dianggarkan untuk keperluan lain yang menurut pemerintah lebih urgent. Misalnya
pembelian dua buah pesawat perangRusia.
Pergantian pemerintahan dari Megawati ke Susilo Bambang
Yudoyono belum membawa angin segar dalam pernaikan kondisi rakyat
Indonesia. Tahun 2005 Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kallamenaikkan
harga BBM sebanyak dua kali. Ironinya, kenaikan harga BB mini diapologikan
untuk disubsidikan pada sektor pendidikan dan kesehatan. Padahal tahun 2005
pemerintah hanya menganggarkan 7,4 %dari APBN untuk pendidikan dan pada
tahun 2006 pemerintah menganggarkan 8,1 % untuk pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem Pemerintahan yang dianut oleh tiap Negara berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh keadaan bangsa dan negaranya. Sistem Pemerintahan pada suatu
Negara tertuang pada Konstitusinya. Sistem Pemerintahan Presidensial yang
dianut oleh bangsa Indonesia tercantum dalam UUD 1945. Sistem Pemerintahan
Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci
pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)
2. Sistem Konstitusional
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan
Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Soeharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah
adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu
tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden
dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih
stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat
negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di
Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak
merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan
yang konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi.
Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi :
1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif
2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan
perubahan atau amandemen atas UUD 1945 dengan mengamandemen UUD 1945
menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945
telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000,
2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi
pedoman
bagi
sistem
pemerintahan
Indonesia
sekarang
ini.
Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah
diamandemen. Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa
transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD
1945 hasil amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia
masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan
adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun.
Untuk masa jabatan 2004-2009, presiden dan wakil presiden akan dipilih secara
langsung oleh rakyat dalam satu paket
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan
anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi
jalannya pemerintahan
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan
parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahankelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem
pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari
DPR. Jadi DPR tetap memiliki kekuasaan megawasi presiden meskipun secara
tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undangundang dan hak budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem
presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan
secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian
kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan
fungsi anggaran. Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial belum berjalan
dengan baik pada Masa Orde Lama, Masa Orde Baru dan pada Masa Reformasi
mulai terjadi pembenahan hingga kini.
Pada Dasarnya manusia diciptakan tidak ada yang sama. Manusia adalah
pribadi yang unik dan semua manusia memiliki bakat dan kharisma untuk menjadi
pemimpin tetapi yang membedakannya adalah kadarnya. Pemimpin di negeri kita
memiliki gaya dan corak sendiri dalam menjalankan roda pemerintahannya hal ini
dipengaruhi pola pikir masing-masing pemimpin. Dengan sifat dasar manusia
selalu ingin berubah menjadi lebih baik. Sifat inilah yang menjadi salah satu
faktor bagi pemimpin kita untuk mengarahkan seluruh masyarakatnya menuju
kehidupan yang lebih baik. Namun dalam prakteknya tidak dapat berjalan dengan
mulus tetapi melaui banyak sekali rintangan. Dari pemaparan di atas dapat kita
bandingkan Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial pada Masa Orde Lama,
Orde Baru dan Reformasi.
Pada Masa Orde Lama tampak sekali terjadinya transisi dimana Sistem
Pemerintahan Presidensial berubah menjadi Sistem Pemerintahan Parlementer dan
kembali lagi menjadi Sistem Pemerintahan Presidensial dimana sistem
ekonominya pun ikut berubah dari sistem ekonomi liberal menjadi sistem
ekonomi komando. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi parlementer pada
tahun 1945-1959 dan demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1965. Dapat kita
simpulkan bahwa kepemimpinan Presiden Soekarno pada masa itu cenderung
fokus untuk menerapkan sistem pemerintahan yang dianggap beliau terbaik dan
sesuai dengan masyarakat Indonesia. Sehingga pemerintahan pada masa itu dapat
dikatakan belum begitu maju sebab pemerintah hanya berkutak masalah politik
tanpa memperhatikan aspek-aspek lain yang mendukung dalam jalannya
pembangunan di Indonesia.
Pada Masa Orde Baru Sistem Pemerintahan Presidensial belum berjalan
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Banyak juga terjadi penyimpangan,
tetapi pembangunan pada masa itu amat pesat khususnya dalam bidang ekonomi.
Semua pembangunan pada masa itu tampak begitu maju walau terjadi
kesenjangan pembangunan di pemerintah pusat dan daerah. Jika kita amati
pembangunan pada masa itu terkesan terlalu pesat tanpa diimbangi dengan
kualitas sumber daya manusia yang baik sehingga dapat dikatakan pembangunan
pada masa itu hanya dirasakan dan dinikmati oleh kroni-kroni Presiden Soeharto
sebab KKN merajalela dan menjadi salah satu faktor hancurnya perekonomian
Indonesia pada masa itu dan dampaknya dirasakan hingga kini. Demokrasi yang
dianut adalah demokrasi Pancasila.
Awal Masa Reformasi diawali dengan amandemen UUD 1945 yang
dilakukan sebanyak 4 kali dimulai dari tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Pada
Masa Reformasi saat ini kita sendiri dapat melihat dan merasakan Sistem
Pemerintahan Presidensial telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pemerintah telah melakukan banyak kebijakan dalam segala bidang tetapi
dalam prakteknya belum sesuai dengan harapan masyarakat. Hal ini disebabkan
karena kualitas sumber daya manusia dan sikap serta mental masyarakat dalam
mengikuti atau sadar akan aturan masih jauh dari harapan.
Pada Masa Reformasi pelaksana sistem pemerintahan demokrasi pancasila
diterapkan sesuai dengan asas demokrasi yang berlandaskan Pancasila dengan
prinsip-prinsip kedaulatan rakyat, kesamaan politik, konsultasi rakyat, dan suara
mayoritas dari rakyat. Pemerintah memberikan gerak kepada partai politik dan
DPR untuk mengawasi jalannya roda pemerintahan secara kritis. Dapat kita
simpulkan penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Reformasi masih
dalam proses perbaikan dan kita sebagai generasi penerus bangsa ikut ambil
bagian dalam menegakkan Sistem Pemerintahan Presidensial dan menjaga agar
sistem pemerintahan Indonesia tetap berada di jalurnya.
3.2
Saran
Kita sebagai masyarakat yang kritis tidak dilarang untuk membandingkan
penerapan Sistem Pemerintahan dari Masa Orde Lama hingga Masa Reformasi,
tetapi kita jangan terlalu fokus hanya untuk membandingkan. Perbandingan
tersebut untuk menjadi pedoman kita dalam pelaksanaan praktek pembangunan
pemerintahan Indonesia ke depannya agar lebih baik karena kita sebagai calon
aparatur pemerintahan. Jangan hanya terfokus untuk membandingkan Sistem
Pemerintahan Indonesia tanpa ada partisipasi secara aktif dalam upaya menjaga
agar Sistem Pemerintahan Indonesia tetap berada di jalurnya.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.wikipedia.com
Thoha, Miftah. 200. Ilmu Administrasi Publik. Penerbit : Jakarta
Syafiie, Inu Kencana. 2010, Ilmu Politik, Rineka Cipta, Jakarta.
Materi kuliah dari Bapak Drs. H. Darmaji, MH
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Sistem Pemerintahan yang berlaku di dunia secara umum dibagi menjadi 3
yaitu Sistem Pemerintahan Parlementer, Sistem Pemerintahan Presidensial dan
Sistem Pemerintahan Campuran. Indonesia menggunakan Sistem Pemerintahan
Presidensial sejak tanggal 18 Agustus 1945, hal ini dibuktikan oleh Pasal 4 Ayat 1
UUD 1945, Presiden memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD dan
Pasal 17 berisi :
1. Presiden dibantu oleh menteri-menteri Negara
2. Menteri-Menteri diangkat dan diberhentikan oleh Presiden
3. Setiap Menteri membidangi urusan tertentu dalam pemerintahan
4. Pembentukan, pengubahan, dan pembubaran Kementrian Negara diatur oleh
Undang-Undang
Tapi pada prakteknya pemerintah pada masa itu banyak mengalami
perubahan dinamika sejarah sistem politik. Indonesia pernah merasakan jaman
Demokrasi Parlementer, era Demokrasi Terpimpin, era Demokrasi Pancasila,
hingga Demokrasi Multipartai di era Reformasi saat ini. Pasang surutnya sistem
pemerintahan berpengaruh pada pembangunan negeri ini. Tanpa kita sadari sistem
pemerintahan sangat bepengaruh dalam jalannya pemerintahan di negeri kita.
Oleh sebab itu saya mencoba menggali sedikit penerapan Sistem Pemerintahan
Presidensial pada Masa Orde Lama, Orde Baru dan Reformasi.
1.2
Maksud dan Tujuan
Dalam pembahasan makalah ini saya mencoba mencari tahu dan
membandingkan Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial pada Masa Orde
Lama, dan Reformasi dan pengaruhnya terhadap pembangunan negeri ini.
Kelebihan dan Kekurangan pemerintahan Indonesia dari Masa Orde Lama, Orde
Baru dan Reformasi. Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sistem Pemerintahan Indonesia yang diberikan oleh Bapak Drs. H. Darmaji, MH.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Masa Orde Lama
Setelah Indonesia merdeka Undang-Undang Dasar 1945 belum dapat
diterapkan karena pada saat itu belum terbentuknya lembaga legislative dan pada
masa itu seakan-akan presiden memiliki kekuasaan di segala bidang.
Presiden memegang kekuasaan pada saat itu meliputi :
1. Presiden adalah pelaksana kedaulatan rakyat
2. Presiden berwewenang menetapkan dan mengubah UUD
3. Presiden melaksanakan kekuasaan pemerintahan
4. Presiden berwenang menetapkan GBHN
5. Presiden berwenang membuat segala bentuk peraturan perundangan
Pada saat itu jabatan-jabatan yang telah ada yaitu :
1. Jabatan Presiden
2. Jabatan Wakil Presiden
3. Menteri – Menteri
4. Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP)
Pada saat itu Presiden memiliki kekuasaan yang sangat luas sehingga
cenderung bersifat diktator maka terbitlah maklumat Wakil Presiden Nomor X
tanggal 16 Oktober 1945. Isinya sebagai berikut :
1. KNIP ikut menetapkan GBHN bersama Presiden
2. KNIP bersama Presiden menetapkan UU
3. Karena keadaan yang genting maka BP KNIP menjalankan tugas dan
kewajibannya bertanggung jawab pada KNIP
4. Sejak saat itu BP KNIP tidak boleh ikut campur dalam kebijakan pemerintah
sehari – hari
5. Dengan dikeluarkannya maklumat tersebut maka kekuasaan Presiden menjadi
berkurang karena beralih sebagian menjadi tugas KNIP yang semula sebagai
pembantu presiden berubah menjadi badan yang berkedudukan sebagai
perlemen
(Badan Perwakilan Rakyat)
Pada tanggal 17 Agustus 1950-6 Juli 1959 Presiden Soekarno mulai
menerapkan Undang-Undang Dasar Sementara Republik Indonesia. Sebelum
Republik Indonesia Serikat dinyatakan bubar, pada saat itu terjadi demo besarbesaran menuntut pembuatan suatu Negara Kesatuan. Maka melalui tiga Negara
bagian yaitu Negara Republik Indonesia, Negara Indonesia Timur, dan Negara
Sumatra Timur dihasilkan perjanjian pembentukan Negara Kesatuan pada tanggal
17 Agustus 1950 sejak saat itu Indonesia menganut sistem Pemerintahan
Parlementer.
Pada tahun 1959 Presiden Soekarno memberikan tugas kepada
Konstituante untuk membuat Undang-Undang Dasar yang baru sesuai dengan
amanat UUDS 1950, tetapi belum dapat terlaksana sehingga Presiden Soekarno
menyampaikan konsepsi mengenai Demokrasi Terpimpin pada DPR hasil pemilu
yang berisi ide untuk kembali lagi ke UUD 1945. Akhirnya Presiden
mengeluarkan Dekrit Presiden pada tanggal 5 Juli 1959 yang salah satu isinya
membubarkan Konstituante, berlakunya UUD 1945 dan dibentuknya MPRS dan
DPAS.
Kekurangan pada Masa Orde Lama Terjadi Perubahan Sistem
Pemerintahan dari Presidensial menjadi Sistem Pemerintahan Parlementer dan
kembali lagi ke UUD 1945. Hal ini menyebabkan terjadi ketidakseimbangan
dalam dunia perpolitikan dimana terjadinya pergantian kabinet hingga 7 kali
antara lain :
1. 1950-1951 - Kabinet Natsir
2. 1951-1952 - Kabinet Sukiman-Suwirjo
3. 1952-1953 - Kabinet Wilopo
4. 1953-1955 - Kabinet Ali Sastroamidjojo I
5. 1955-1956 - Kabinet Burhanuddin Harahap
6. 1956-1957 - Kabinet Ali Sastroamidjojo II
7. 1957-1959 - Kabinet Djuanda
Kabinet-kabinet di atas dapat dikatakan belum berhasil dalam
melaksanakan program kerjanya karena kabinet-kabinet di atas baru terbentuk
belum berapa lama sudah dibubarkan oleh presiden. Akibat yang dapat dirasakan
dari pergantian kabinet dalam waktu yang singkat menyebabkan masyarakat
Indonesia pada saat itu hilang kepercayaan karena program-program kerja kabinet
tidak dapat direalisasikan. Penyimpangan pada masa itu yaitu Preseiden Soekarno
diakui sebagai presiden seumur hidup. Hal ini jelas-jelas bertentangan dengan
UUD 1945. Selain itu kedudukan Presiden seolah-olah lebih tinggi daripada MPR
dan mulai bermunculan gerakan separatis.
Hubungan politik luar negeri Indonesia yaitu Indonesia mengganggap
negaranya paling baik dan paling hebat tanpa membandingkannya dengan Negara
tetangga lainnya ini biasa kita kenal dengan “Politik Mercusuar”. Indonesia
cenderung mengikuti kelompok NEFO (New Emergining Forces) kelompok
Negara-negara baru yang sedang bermunculan yang berhaluan komunis, Indonesia
terlibat konflik dengan Malaysia, dan munculnya politik poros.
Presiden Soekarno banyak menyumbangkan gagasan-gagasan dalam
politik luar negeri. Mengadakan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 di
Bandung. Konferensi tersebut membuahkan Gerakan Non-Blok pada tahun 1961.
Presiden Soekarno mulai mengalami berbagai penyakit yang
dikonsultasikan kepada dokter China dari Beijing. Ada beberapa kelompok yang
diisukan berebutan kekuasaan ketika itu, kelompok Dewan Jenderal yang akan
menggulingkan Presiden Soekarno di satu pihak, dan kelompok Dewan Revolusi
yang setia kepada Presiden Soekarno.
Meningkatnya suhu politik pada tahun 1965, dikaitkan dengan siapa
pengganti Presiden Soekarno kalau yang bersangkutan wafat, karena sejak
Indonesia merdeka, hanya beliau seorang yang menjadi presiden bahkan wakil
presiden tidak pernah ditunjuk, dipilih ataupun diangkat sejak Bung Hatta
meninggalkan kabinet.
Hanya dua tokoh yang disebut-sebut sebagai pengganti Presiden Soekarno
ketika itu, yaitu Jendral Abdul haris Nasution dan Letnan Jederal Ahmad Yani,
kedua tokoh tersebut sangat dibenci oleh PKI karena kedua tokoh tersebut
dianggap menghalang-halangi PKI mendekati Soekarno. Puncaknya terjadi
pembantaian pada tanggal 30 September 1965 di Lubang Buaya Jakarta dengan
sasaran para jendral yang selama ini paling keras menentang dipersenjatainya
kaum buruh tani.
Jenderal DR. A. H. Nasution luput dari pembunuhan karena yang
tertembak adalah putrinya dan ajudan beliau Letnan Piere Tandean yang disangka
adalah beliau. Jenderal-jendral yang terbunuh antara lain yaitu Ahmad Yani, M. T
Haryono, S. Parman, Suprapto, D. I. Panjaitan, Sutoyo. Kekosongan pimpinan
angkatan darat membuat Presiden Soekarno mengumumkan Jenderal Pranoto
untuk memimpin AD, tetapi Soeharto mengumumumkan dirinya sebagai
penguasa keadaan padahal beliau sebagai pemimpin Kostrad. Soeharto mendapat
perintah untuk memusnahkan PKI dan berhasil sehingga Soeharto diangkat
menjadi pejabat presiden. Masa jabatan Presiden Soekarno berakhir pada tanggal
22 Februari 1967.
2.2
Masa Reformasi
Setelah berakhirnya masa jabatan Presiden Soeharto maka tampuk
pemerintahan diserahkan kepada Wakil Presiden pada masa itu yaitu B.J Habibie.
Sejak kursi pemerintahan berada di tangan B.J Habibie maka Indonesia memasuki
era reformasi dawali dengan agenda utama mereformasikan seluruh kebijakan
pada Orde Baru yang berseberangan dengan nilai-nilai demokrasi. Pada masa
pemerintahan B.J Habibie Indonesia kehilangan Timor-Timur yang diberikan
referendum. Pada tahun 1999 B.J habibie digantikan oleh Kyai Haji Abdurrahman
Wahid yang biasa disapa Gus dur.
Abdurahman Wahid menjabat sebagai Presiden Indonesia keempat pada
tahun 1999 sampai dengan tahun 2001. Ada beberapa perubahan pada masa
pemerintahan Presiden Abdurahman Wahid yaitu diakuinya agama konghuchu di
Indonesia dan menghapus diskriminasi terhadap komunitas Tionghoa,
perompakan Departemen yaitu dengan membubarkan Departemen Penerangan
yang dianggap beliau penghalang dalam kebebasan pers. Selain itu Departemen
Sosial juga dibubarkan dengan alasan Departemen ini paling banyak korupsi.
Pada Bulan Februari tahun 2000 Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid
meminta Wiranto untuk memundurkan diri dari Menteri Kordinator Bidang
Politik dan Keamanan, alasannya Wiranto dianggap penghalang dalam reformasi
militer dan Wiranto diduga terkait dalam pelanggaran HAM di Timor-Timur.
Pada Bulan April tahun 2000 Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid memecat
Menteri Negara Perindustrian dan Perdagangan yaitu Jusuf Kalla dan Menteri
Negara BUMN yaitu Laksamana Sukardi. Kedua Menteri tersebut dipecat dengan
tuduhan korupsi. Selain itu ada juga kekurangannya stabilitas politik dan
sosial tidak berjalan dengan baik karena Kyai Haji Abdurrahman Wahid selaku
presiden dengan mudah mencopot jabatan-jabatan di pemerintahan yang beliau
anggap melakukan korupsi dan sebagainya. Sikap beliau pada masa itu banyak
dibenci oleh lawan politiknya. Oleh sebab itu lawan-lawan politiknya mencari
celah untuk menjatuhkan kursi kepemimpinan beliau pada masa itu. Dalam tahun
yang sama Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid terlibat kasus Bullogate. Gus
Dur dituduh menyimpan sumbangan dari Sultan Brunai dan beliau tak mampu
untuk membuktikannya sehingga beliau dicopot dari jabatannya dan digantikan
oleh wakilnya yaitu Megawati.
Presiden Kelima di Indonesia adalah Megawati Soekarno Putri diangkat
melalui Sidang Istimewa MPR pada tahun 2001. Presiden Megawati menjabat
dari tahun 2001-2004 menggantikan Presiden Kyai Haji Abdurrahman Wahid.
Tidak terlau banyak perubahan yang dirasakan pada masa itu.
Pada tahun 2004 diadakan pemilu secara langsung dan yang memperoleh
suara terbanyak adalah Susilo Bambang Yudhoyono yang berasal dari Partai
Demokrat. Susilo Bambang Yudhoyono akrab disapa SBY menggantikan
Megawati menjadi Presiden keenam dan terpilih lagi pada pemilu tahun 2009 dan
menjabat sebagai presiden ketujuh sampai tahun 2014.
Kelebihan Masa Reformasi
1. Mulai terjadi banyak pembenahan yaitu dibuatnya Undang-Undang yang
mengatur tentang Anti Monopoli dan persaingan sehat, perubahan undangUndang Partai Politik, dan yang paling penting adalah UU Otonomi Daerah yang
mampu menahan gejolak disintegrasi yang telah diwarisi pada masa Orde Baru
2. Pada Masa Pemerintahan Kyai Haji Abdurrahman Wahid Tahun Baru Cina
(Imlek) menjadi hari libur nasional, mengakui agama Konghucu,
memperjuangkan kebebasan berekspresi, persamaan hak, semangat keberagaman,
dan demokrasi di Indonesia mulai ditegakkan
3. Pemilihan Umum secara langsung dipelopori oleh Megawati, rakyat dapat
memilih presiden tanpa harus melewati mekanisme DPR-MPR
4. Mulai banyak partai politik yang berkembang
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
6. Memberantas korupsi
7. Meningkatkan kualitas hidup sosial dengan cara menutup situs porno yang
merusak moral bangsa khususnya bagi generasi muda
8. Meningkatkan kualitas pendidikan secara bertahap buktinya merubah
kurikulum yang berlaku pada Masa Orde Lama dan Orde disertai dengan Biaya
Operasional Sekolah (BOS) yang bertujuan untuk meringankan beban orang tua
dalam biaya sekolah
9. Demokrasi telah dilaksanakan dengan baik
10. Masyarakat dan pers bebas untuk mengekspresikan dirinya
11. Masyarakat melalui DPR ikut mengawasi jalannya pemeritahan
Kekurangan Masa Reformasi
1. Pada Masa Pemerintahan Presiden B.J Habibie memperbolehkan referendum
di Provinsi Timor-Timur sehingga menyebabkan Timor-Timur lepas dari
Indonesia
2. Pada Masa Pemerintahan Kyai Haji Abdurrahman Wahid kompromistis dalam
menghadapi gerakan separatis. Beliau membiarkan bintang kejora OPM
dikibarkan di tanah pertiwi ini.
3. Kebebasan yang dimiliki masyarakat cenderung dimanfaatkan oleh oknumoknum politik untuk mengganggu stabilitas politik misalnya banyaknya teroris
yang mengganggu ketentraman masyarakat di Indonesia
2.3
Perbedaan Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Orde
Lama, Masa Orde Baru dan Masa Reformasi
Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Orde Lama
1.
Demokrasi Parlementer (1945-1959)
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan sebutan demokrasi parlementer. Sistem
parlementer ini mulai berlaku sebulan setelah kemerdekaan diproklamasikan. Sistem ini kemudian
diperkuat dalam Undang-Undang Dasar 1949 (Konstitusi RIS) dan Undang-Undang Dasar
Sementara (UUDS) 1950. Meskipun sistem ini dapat berjalan dengan memuaskan di beberapa
negara Asia lain, sistem ini ternyata kurang cocok diterapkan di Indonesia. Hal ini ditunjukkan
dengan melemahnya persatuan bangsa. Dalam UUDS 1950, badan eksekutif terdiri dari Presiden
sebagai kepala negara konstitusional (constitutional head) dan perdana menteri sebagai kepala
pemerintahan.
2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)
Pandangan A. Syafi’i Ma’arif, demokrasi terpimpin sebenarnya ingin menempatkan
Soekarno sebagai “Ayah” dalam famili besar yang bernama Indonesia dengan kekuasaan terpusat
berada di tangannya. Dengan demikian, kekeliruan yang besar dalam Demokrasi Terpimpin
Soekarno adalah adanya pengingkaran terhadap nilai-nilai demokrasi yaitu absolutisme dan
terpusatnya kekuasaan hanya pada diri pemimpin. Selain itu, tidak ada ruang kontrol sosial dan
check and balance dari legislatif terhadap eksekutif.
Dalam Bidang Politik Soekarno mengumumkan Manipol USDEK,
Manipol adalah “Manivesto Politik” sedangkan USDEK adalah singkatan dari
Undang-Undang Dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin,
Ekonomi Terpimpin, dan Kesejahteraan Rakyat. Partai politik yang berkembang
pada jaman itu adalah Partai Nasional Indonesia (PNI), Partai Komunis Indonesia
(PKI), Partai Agama diambil alih oleh Nahdlatul Ulama (NU), PSII dan lain-lain.
Partai politik memiliki peranan yang kecil. Masa Orde Lama terlihat
sekali peranan pengaruh dan peranan presiden dalam segala bidang.
Demokrasi Terpimpin memiliki dua belas definisi yaitu Demokrasi yang
mendasari sistem pemerintahannya kepada musyawarah dan mufakat dengan
pimpinan satu kekuasaan sentral di tangan satu orang, tiap-tiap orang diwajibkan
untuk berbakti kepada kepentingan umum masyarakat, bangsa dan Negara. Semua
orang Indonesia dinyatakan berhak untuk mendapatkan penghidupan yang layak
dalam masyarakat, bangsa dan Negara. Ajaran Presiden Soekarno pada masa itu
yang amat kental adalah Nasakom (Nasional, Agama, Komunis). Dalam
menghayati Hidup Pancasila diperas menjadi Trisila dan diperas lagi menjadi
Ekasila.
Dalam Bidang Ekonomi terjadi perubahan sistem ekonomi dari ekonomi
liberal menjadi ekonomi komando. Ekonomi pada Masa Orde Lama terasa kurang
berkembang karena pemerintah pada masa itu sibuk dengan urusan politik. Tetapi
masa itu Bung Hatta telah mengenalkan koperasi sebagai lembaga yang bergerak
dalam bidang ekonomi yang berfungsi membantu masyarakat pada jaman itu.
Dalam Bidang Pendidikan Masa Orde Lama pemerintah Orde Lama mulai
mendirikan Perguruan Tinggi yang sekarang menjadi Perguaruan Tinggi ternama
seperti Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut
Pertanian Bogor (IPB) dan UNAIR. Perguruan Tinggi tersebut tersebar di seluruh
Pulau Jawa. Keterbatasan sarana dan prasarana serta kurangnya tenaga pengajar di
provinsi di luar Pulau Jawa menyebabkan kemerosotan pendidikan mulai terjadi.
Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Reformasi
Masa Reformasi ditandai dengan lengsernya Presiden Soeharto pada
tanggal 21 Mei 1998 dari kursi kepresidenan. Jabatan presiden kemudian diisi
oleh wakil presiden, Prof. DR. Ir. Ing. B.J. Habibie. Turunnya presiden Soeharto
disebabkan karena tidak adanya lagi kepercayaan dari rakyat terhadap
pemerintahan Orde Baru. Bergulirnya Reformasi yang mengiringi keruntuhan
rezim tersebut menandakan tahap awal bagi transisi demokrasi Indonesia.
Transisi demokrasi merupakan fase krusial yang kritis karena dalam fase
ini akan ditentukan ke mana arah demokrasi akan dibangun. Masa Reformasi
merupakan masa transisi, dapat kita lihat penerapan Sistem Pemerintahan
Presidensial pada masa itu mulai bangkit dengan tumbuhnya proses demokrasi.
Asas Sentralisasi berubah menjadi asas Desentralisasi, dimana penyerahan
kekuasaan dari pusat ke daerah. Dengan adanya penyerahan kekuasaan dari pusat
ke daerah hal ini membawa dampak positif yaitu pembangunan di daerah akan
lebih terfokus.
Pemerintahan Prof. DR. Ir. Ing. B.J Habibie tidak berlangsung lama
dimulai tanggal 21 Mei 1998 dan berakhir pada tanggal 20 Oktober 1999. Beliau
hanya menjalankan kepemimpinan transisi dan tidak mau dipilih lagi pada
pemilihan Presiden berikutnya. Perubahan yang dilakukan Presiden B.J Habibie
adalah membangun pemerintahan yang transparan dan dialogis. Beliau
membebaskan para tahanan politik dan mengurangi kontrol kebebasan
berpendapat dan kegiatan organisasi. Gaya kepemimpinan Presiden B.J Habibie
adalah ramah dan supel di kalangan media massa.
Prof. DR. Ir. Ing B.J Habibie kemudian digantikan oleh Kyai Haji
Abdurrahman Wahid yang lebih terkenal dengan nama Gus Dur. Pada Masa
pemerintahan Gus Dur sistem politik lebih demokratis, lebih menghargai HAM,
menghargai perbedaan agama, suku, ras dan adat. Masa pemerintahan Presiden
Abdurrahman Wahid berlangsung dari tahun 1999 sampai dengan 2001 dan
digantikan dengan wakil presidennya yaitu Megawati Soekarno Putri. Pada tahun
2004 diadakan pemilu secara langsung dan yang memperoleh suara terbanyak
adalah Susilo Bambang Yudhoyono sehingga Susilo Bambang Yudhoyono resmi
dilantik sebagai presiden Republik Indonesia keenam menggantikan Megawati
Soekarno Putri. Pada tahun 2009 diadakan pemilu dan presiden Susilo Bambang
Yudhoyono dipercaya masyarakat unuk menjabat sebagai presiden ketujuh bangsa
Indonesia untuk periode 2009-2014.
Pada masa Reformasi dalam bidang politik mulai banyak terjadi
pembenahan strukrutur pemerintahan (reformasi birokrasi), mulai banyak
bermunculan partai politik baru dan PNS (abdi negara) dilarang untuk ikut
berpolitik.
Dalam Bidang Ekonomi terjadi banyak pembenahan dan sekarang
Indonesia sedang bersaing dengan ekonomi global. Dalam pemerintahan Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono memberikan alternative bagi masyarakat yang
kurang mampu dengan program BLT (Bantuan Langsung Tunai) agar
mempermudah masyararakat yang kurang mampu dalam membiayai kehidupan
ekonomi.
Dalam Bidang Pendidikan tertuang pada pasal 31 ayat 4 UUD 1945 hasil amandemen
menyebutkan: “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari
Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) serta Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.
Anggaran pendidikan nasional pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahidmencapai
presentase yang tinggi (22,5 %). Setelah Abdurrahman Wahid lengser dari kursi kepresidenan dan
posisinya digantikan oleh Megawati, presentase anggaran pendidikan kian menurun. Pada tahun
2003, pemerintahannya mengucurkan 5,7 % dari total pendapatan nasional dan daerah. Sedangkan
sisanya dianggarkan untuk keperluan lain yang menurut pemerintah lebih urgent. Misalnya
pembelian dua buah pesawat perangRusia.
Pergantian pemerintahan dari Megawati ke Susilo Bambang
Yudoyono belum membawa angin segar dalam pernaikan kondisi rakyat
Indonesia. Tahun 2005 Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kallamenaikkan
harga BBM sebanyak dua kali. Ironinya, kenaikan harga BB mini diapologikan
untuk disubsidikan pada sektor pendidikan dan kesehatan. Padahal tahun 2005
pemerintah hanya menganggarkan 7,4 %dari APBN untuk pendidikan dan pada
tahun 2006 pemerintah menganggarkan 8,1 % untuk pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem Pemerintahan yang dianut oleh tiap Negara berbeda-beda. Hal ini
dipengaruhi oleh keadaan bangsa dan negaranya. Sistem Pemerintahan pada suatu
Negara tertuang pada Konstitusinya. Sistem Pemerintahan Presidensial yang
dianut oleh bangsa Indonesia tercantum dalam UUD 1945. Sistem Pemerintahan
Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Sebelum Diamandemen.
Pokok-pokok sistem pemerintahan negara Indonesia berdasarkan UUD 1945
sebelum diamandemen tertuang dalam Penjelasan UUD 1945 tentang tujuh kunci
pokok sistem pemerintahan negara tersebut sebagai berikut.
1. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum (rechtsstaat)
2. Sistem Konstitusional
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat
4. Presiden adalah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi dibawah
Majelis Permusyawaratan Rakyat
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak
bertanggungjawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Berdasarkan tujuh kunci pokok sistem pemerintahan, sistem pemerintahan
Indonesia menurut UUD 1945 menganut sistem pemerintahan presidensial.
Sistem pemerintahan ini dijalankan semasa pemerintahan Orde Baru di bawah
kepemimpinan Presiden Soeharto. Ciri dari sistem pemerintahan masa itu adalah
adanya kekuasaan yang amat besar pada lembaga kepresidenan. Hampir semua
kewenangan presiden yang di atur menurut UUD 1945 tersebut dilakukan tanpa
melibatkan pertimbangan atau persetujuan DPR sebagai wakil rakyat. Karena itu
tidak adanya pengawasan dan tanpa persetujuan DPR, maka kekuasaan presiden
sangat besar dan cenderung dapat disalahgunakan. Mekipun adanya kelemahan,
kekuasaan yang besar pada presiden juga ada dampak positifnya yaitu presiden
dapat mengendalikan seluruh penyelenggaraan pemerintahan sehingga mampu
menciptakan pemerintahan yang kompak dan solid. Sistem pemerintahan lebih
stabil, tidak mudah jatuh atau berganti. Konflik dan pertentangan antar pejabat
negara dapat dihindari. Namun, dalam praktik perjalanan sistem pemerintahan di
Indonesia ternyata kekuasaan yang besar dalam diri presiden lebih banyak
merugikan bangsa dan negara daripada keuntungan yang didapatkanya.
Memasuki masa Reformasi ini, bangsa Indonesia bertekad untuk menciptakan
sistem pemerintahan yang demokratis. Untuk itu, perlu disusun pemerintahan
yang konstitusional atau pemerintahan yang berdasarkan pada konstitusi.
Pemerintah konstitusional bercirikan bahwa konstitusi negara itu berisi :
1. adanya pembatasan kekuasaan pemerintahan atau eksekutif
2. jaminan atas hak asasi manusia dan hak-hak warga negara
Berdasarkan hal itu, Reformasi yang harus dilakukan adalah melakukan
perubahan atau amandemen atas UUD 1945 dengan mengamandemen UUD 1945
menjadi konstitusi yang bersifat konstitusional, diharapkan dapat terbentuk sistem
pemerintahan yang lebih baik dari yang sebelumnya. Amandemen atas UUD 1945
telah dilakukan oleh MPR sebanyak empat kali, yaitu pada tahun 1999, 2000,
2001, dan 2002. berdasarkan UUD 1945 yang telah diamandemen itulah menjadi
pedoman
bagi
sistem
pemerintahan
Indonesia
sekarang
ini.
Sistem pemerintahan Negara Indonesia Berdasarkan UUD 1945 Setelah
diamandemen. Sekarang ini sistem pemerintahan di Indonesia masih dalam masa
transisi. Sebelum diberlakukannya sistem pemerintahan baru berdasarkan UUD
1945 hasil amandemen keempat tahun 2002, sistem pemerintahan Indonesia
masih mendasarkan pada UUD 1945 dengan beberapa perubahan seiring dengan
adanya transisi menuju sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan baru
diharapkan berjalan mulai tahun 2004 setelah dilakukannya Pemilu 2004.
Pokok-pokok sistem pemerintahan Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Bentuk negara kesatuan dengan prinsip otonomi daerah yang luas. Wilayah
negara terbagi dalam beberapa provinsi
2. Bentuk pemerintahan adalah republik, sedangkan sistem pemerintahan
presidensial
3. Presiden adalah kepala negara dan sekaligus kepala pemerintahan. Presiden
dan wakil presiden dipilih dan diangkat oleh MPR untuk masa jabatan lima tahun.
Untuk masa jabatan 2004-2009, presiden dan wakil presiden akan dipilih secara
langsung oleh rakyat dalam satu paket
4. Kabinet atau menteri diangkat oleh presiden dan bertanggung jawab kepada
presiden
5. Parlemen terdiri atas dua bagian (bikameral), Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). Para anggota dewan merupakan
anggota MPR. DPR memiliki kekuasaan legislatif dan kekuasaan mengawasi
jalannya pemerintahan
6. Kekuasaan yudikatif dijalankan oleh Makamah Agung dan badan peradilan
dibawahnya
Sistem pemerintahan ini juga mengambil unsur-unsur dari sistem pemerintahan
parlementer dan melakukan pembaharuan untuk menghilangkan kelemahankelemahan yang ada dalam sistem presidensial. Beberapa variasi dari sistem
pemerintahan presidensial di Indonesia adalah sebagai berikut :
1. Presiden sewaktu-waktu dapat diberhentikan oleh MPR atas usul dari
DPR. Jadi DPR tetap memiliki kekuasaan megawasi presiden meskipun secara
tidak langsung.
2. Presiden dalam mengangkat penjabat negara perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR
3. Presiden dalam mengeluarkan kebijakan tertentu perlu pertimbangan atau
persetujuan dari DPR
4. Parlemen diberi kekuasaan yang lebih besar dalam hal membentuk undangundang dan hak budget (anggaran)
Dengan demikian, ada perubahan-perubahan baru dalam sistem
pemerintahan Indonesia. Hal itu diperuntukan dalam memperbaiki sistem
presidensial yang lama. Perubahan baru tersebut, antara lain adanya pemilihan
secara langsung, sistem bikameral, mekanisme cheks and balance, dan pemberian
kekuasaan yang lebih besar kepada parlemen untuk melakukan pengawasan dan
fungsi anggaran. Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial belum berjalan
dengan baik pada Masa Orde Lama, Masa Orde Baru dan pada Masa Reformasi
mulai terjadi pembenahan hingga kini.
Pada Dasarnya manusia diciptakan tidak ada yang sama. Manusia adalah
pribadi yang unik dan semua manusia memiliki bakat dan kharisma untuk menjadi
pemimpin tetapi yang membedakannya adalah kadarnya. Pemimpin di negeri kita
memiliki gaya dan corak sendiri dalam menjalankan roda pemerintahannya hal ini
dipengaruhi pola pikir masing-masing pemimpin. Dengan sifat dasar manusia
selalu ingin berubah menjadi lebih baik. Sifat inilah yang menjadi salah satu
faktor bagi pemimpin kita untuk mengarahkan seluruh masyarakatnya menuju
kehidupan yang lebih baik. Namun dalam prakteknya tidak dapat berjalan dengan
mulus tetapi melaui banyak sekali rintangan. Dari pemaparan di atas dapat kita
bandingkan Penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial pada Masa Orde Lama,
Orde Baru dan Reformasi.
Pada Masa Orde Lama tampak sekali terjadinya transisi dimana Sistem
Pemerintahan Presidensial berubah menjadi Sistem Pemerintahan Parlementer dan
kembali lagi menjadi Sistem Pemerintahan Presidensial dimana sistem
ekonominya pun ikut berubah dari sistem ekonomi liberal menjadi sistem
ekonomi komando. Demokrasi yang dianut adalah demokrasi parlementer pada
tahun 1945-1959 dan demokrasi terpimpin pada tahun 1959-1965. Dapat kita
simpulkan bahwa kepemimpinan Presiden Soekarno pada masa itu cenderung
fokus untuk menerapkan sistem pemerintahan yang dianggap beliau terbaik dan
sesuai dengan masyarakat Indonesia. Sehingga pemerintahan pada masa itu dapat
dikatakan belum begitu maju sebab pemerintah hanya berkutak masalah politik
tanpa memperhatikan aspek-aspek lain yang mendukung dalam jalannya
pembangunan di Indonesia.
Pada Masa Orde Baru Sistem Pemerintahan Presidensial belum berjalan
sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Banyak juga terjadi penyimpangan,
tetapi pembangunan pada masa itu amat pesat khususnya dalam bidang ekonomi.
Semua pembangunan pada masa itu tampak begitu maju walau terjadi
kesenjangan pembangunan di pemerintah pusat dan daerah. Jika kita amati
pembangunan pada masa itu terkesan terlalu pesat tanpa diimbangi dengan
kualitas sumber daya manusia yang baik sehingga dapat dikatakan pembangunan
pada masa itu hanya dirasakan dan dinikmati oleh kroni-kroni Presiden Soeharto
sebab KKN merajalela dan menjadi salah satu faktor hancurnya perekonomian
Indonesia pada masa itu dan dampaknya dirasakan hingga kini. Demokrasi yang
dianut adalah demokrasi Pancasila.
Awal Masa Reformasi diawali dengan amandemen UUD 1945 yang
dilakukan sebanyak 4 kali dimulai dari tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002. Pada
Masa Reformasi saat ini kita sendiri dapat melihat dan merasakan Sistem
Pemerintahan Presidensial telah dilaksanakan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Pemerintah telah melakukan banyak kebijakan dalam segala bidang tetapi
dalam prakteknya belum sesuai dengan harapan masyarakat. Hal ini disebabkan
karena kualitas sumber daya manusia dan sikap serta mental masyarakat dalam
mengikuti atau sadar akan aturan masih jauh dari harapan.
Pada Masa Reformasi pelaksana sistem pemerintahan demokrasi pancasila
diterapkan sesuai dengan asas demokrasi yang berlandaskan Pancasila dengan
prinsip-prinsip kedaulatan rakyat, kesamaan politik, konsultasi rakyat, dan suara
mayoritas dari rakyat. Pemerintah memberikan gerak kepada partai politik dan
DPR untuk mengawasi jalannya roda pemerintahan secara kritis. Dapat kita
simpulkan penerapan Sistem Pemerintahan Presidensial Masa Reformasi masih
dalam proses perbaikan dan kita sebagai generasi penerus bangsa ikut ambil
bagian dalam menegakkan Sistem Pemerintahan Presidensial dan menjaga agar
sistem pemerintahan Indonesia tetap berada di jalurnya.
3.2
Saran
Kita sebagai masyarakat yang kritis tidak dilarang untuk membandingkan
penerapan Sistem Pemerintahan dari Masa Orde Lama hingga Masa Reformasi,
tetapi kita jangan terlalu fokus hanya untuk membandingkan. Perbandingan
tersebut untuk menjadi pedoman kita dalam pelaksanaan praktek pembangunan
pemerintahan Indonesia ke depannya agar lebih baik karena kita sebagai calon
aparatur pemerintahan. Jangan hanya terfokus untuk membandingkan Sistem
Pemerintahan Indonesia tanpa ada partisipasi secara aktif dalam upaya menjaga
agar Sistem Pemerintahan Indonesia tetap berada di jalurnya.
DAFTAR PUSTAKA
www.google.com
www.wikipedia.com
Thoha, Miftah. 200. Ilmu Administrasi Publik. Penerbit : Jakarta
Syafiie, Inu Kencana. 2010, Ilmu Politik, Rineka Cipta, Jakarta.
Materi kuliah dari Bapak Drs. H. Darmaji, MH