BAB III METODE PENELITIAN - Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

  Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif klausal. Menurut Erlina (2008:65) “ desain penelitian merupakan cetak biru bagi pengumpulan, pengukuran, dan penganalisisan data”. Tujuan dari peneliti menggunakan penelitian asosiatif kausal yaitu untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih atau menjelaskan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Hubungan yang diuji adalah hubungan secara simultan dan parsial terhadap variabel dependen.

   Defenisi Operasional Variabel

  3.2

  3.2.1 Corporate Social Responsibility (CSR)

  Dalam penelitian ini, pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan variabel dependen atau variabel terikat. Pengungkapan tanggung jawab sosial merupakan data yang diungkap baik yang berkaitan dengan tema lingkungan, energi, kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, produk, keterlibatan masyarakat dan umum yang di check list.

   Profitabilitas

  3.2.2 Profitabilitas adalah kemampuan sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba

  dalam rangka meningkatkan nilai pemegang saham. Ada terdapat beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu : return of equity (ROE), return on assets (ROA), earning per share (EPS), net profit dan

  

operating ratio . Dalam penelitian ini, indikator profitabilitas yang digunakan

  adalah return on assets (ROA) yang merupakan ukuran efektifitas perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizkia (2012) dengan alasan rasio ini dapat mengukur sejauh mana perusahaan menghasilkan laba bersih pada sejumlah aset tertentu. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : laba bersih setelah pajak (EAT)

  ( ) = total aset

   Umur Perusahaan (AGE)

3.2.3 Umur perusahaan dalam penelitian ini adalah lamanya hidup suatu

  perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis dan mampu bersaing dalam dunia usaha serta mampu mempertahankan kesinambungan usahanya. Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah :

  Tahun berjalan ℎ ( ) =

  Tahun perusahan listing di BEI atau Tahun IPO

  3.2.4 Leverage (LEV)

Leverage merupakan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang

  dalam rangka membiayai kegiatan operasionalnya, dalam penelitian ini, rumus yang digunakan adalah : Total Hutang

  ( ) = Total Ekuitas

  3.2.5 Ukuran Perusahaan (SIZE)

  Ukuran perusahaan dalam penelitian ini adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan yang diukur dengan jumlah karyawan, jumlah aktiva, volume penjualan, atau peringkat indeks yang dalam penelitian ini digunakan adalah total aset.

  ℎ ( ) = LN Total

   Ukuran Dewan Komisaris (UDK)

  3.2.6 Ukuran dewan komisaris diangap sebagai sebuah mekanisme pengendalian

  intern yang bertanggung jawab untuk mengawasi dan memonitor tindakan manajemen puncak. Ukuran dewan komisaris yang digunakan dalam penelitian ini konsisten dengan Beasley (2000) dalam Sembiring (2005) yaitu jumlah anggota dewan komisaris.

  ( ) = ∑Dewan Komisaris Perusahaan

  Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka secara ringkas dapat dilihat dari tabel sebagai berikut :

Tabel 3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel

  No Definisi Skala Pengukuran

  Penelitian Variabel Terikat

  1 CSR Disclosure CSR Disclosure CSR Disclosure diukur merupakan data menggunakan metode tahunan yang content analysis . Kategori diungkapkan instrumen pengungkapan perusahaan yang yang digunakan konsisten meliput i tema dengan penelitian lingkungan, energi, Sembiring (2005) yang kesehatan dan terdiri dari 78 item keselamatan tenaga pengungkapan. Skala kerja, lain-lain pengukuran yang tenaga kerja, digunakan adalah apabila produk, keterlibatan item informasi tidak ada masyarakat dan maka diberi skor 0, umum sedangkan apabila item informasi yang ditentukan ada dalam laporan tahunan maka diberi skor 1.

  Variabel Bebas

  2 Profitabilitas Profitabilitas adalah ( ) kemampuan dari modal yang

  = laba bersih setelah diinvestasikan dalam keseluruhan pajak (EAT)/total aset aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor. Terdapat beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu :

  return of equity , return on assets , earning per share , net profit margin.

  3 Umur Perusahaan Umur perusahaan adalah lamanya waktu hidup suatu perusahaan yang menunjukkan bahwa perusahaan tetap eksis, mampu

  ℎ ( ) bersaing dalam = Tahunberjalan dunia usaha dan

  /Tahun perusahan listing mampu di BEI atau Tahun IPO mempertahankan kesinambungan usahanya serta merupakan bagian dari dokumentasi yang menunjukan tujuan dari perusahaan tersebut.Umur perusahaan, diproksikan sejak perusahaan didirikan. Umur perusahaan dihitung dengan tahun berjalan dikurangi dengan tahun berdiri perusahaan.

  4 Leverage (LEV) Leverage merupakan tingkat ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya, dengan DER = Total Hutang demikian leverage

  Total Ekuitas juga mencerminkan tingkat resiko keuangan perusahaan.

  5 Ukuran Ukuran perusahaan Perusahaan adalah suatu skala dimana dapat diklasifikasikan

  3.3.1 Populasi Penelitian

  Populasi adalah kumpulan dari semua kemungkinan orang-orang, benda- benda, dan ukuran lain, yang menjadi objek perhatian atau kumpulan seluruh objek yang menjadi perhatian (Suharyadi dan Purwanto,2009:7). Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan manufaktur dengan sub sektor aneka industri yang terdaftar di BEI, dengan alasan perusahaan-perusahaan manufaktur lebih banyak mempunyai pengaruh atau dampak terhadap lingkungan disekitarnya sebagai akibat dari aktivitas yang dilakukan perusahaan. Penelitian ini menggunakan periode penelitian tahun 2009 sampai dengan 2012.

  3.3.2 Sampel Penelitian

  Sampel adalah suatu bagian dari populasi tertentu yang menjadi perhatian (Suharyadi dan Purwanto,2009:7). Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik sampling yang besar kecilnya perusahaan yang dapat diukur dengan jumlah karyawan, total aktiva, volume penjualan, atau peringkat indeks.

  Size = LN Total Aset

  6 Ukuran Dewan Komisaris

  Dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak.

  Banyaknya jumlah anggota dewan komisaris perusahaan. UDK=

  ∑Dewan Komisaris Perusahaan

3.3 Populasi dan Sampel

  anggota sampelnya dipilih secara khusus berdasarkan kriteria tertentu untuk tujuan penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan sampel yang

  

representative sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria

  sampel yang akan digunakan yaitu : Perusahaan manufaktur dengan sub- sektor aneka industri yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2009-2012 secara berturut-turut dengan satuan mata uang rupiah dan menyediakan informasi pertanggungjawaban sosial pada laporan tahunan perusahaan yang bersangkutan.

  Dari kriteria purposive sampling diatas maka peneliti mendapatkan 11 (sebelas) perusahaan manufaktur sub-sektor aneka industri setiap tahunnya yang termasuk dalam populasi penelitian. Dan proses sampling hasilnya dapat dilihat di dalam lampiran 1 dan 2.

Tabel 3.2 Sampel Penelitian No Sampel Perusahaan

  1 PT. Astra International Tbk

  2 PT Indomobil Sukses Internasional Tbk 3 PT. Selamat Sempurna Tbk.

  4 PT. Eratex Djaja Tbk.

  5 PT. Ever Shine Textile Industry Tbk 6 PT. Prima Alloy Steel Universal Tbk.

  7 PT. Pan Brothers Tbk

  8 PT. Asia Pacific Fibers Tbk

  9 PT. Nusantara Inti Corpora Tbk

  10 PT. Unitex Tbk

  11 PT Jembo Cable Company Tbk

3.4 Jenis dan Sumber Data

  3.4.1 Jenis Data

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Dalam hal ini data penelitian ini adalah data gabungan yaitu penggabungan antara data

  time series yaitu periode penelitian dari tahun 2009 sampai dengan tahun

  2012, dan data cross sectional yaitu dengan sampel yang memenuhi criteria ada 11 perusahaan. Data sekunder yaitu sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain) berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Bambang Supomo, 2002). Dalam hal ini data yang dibutuhkan adalah laporan tahunan perusahaan manufaktur dengan sub sektor aneka industri yang terdaftar di BEI.

  3.4.2 Sumber Data

  Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari:

  1. ICMD (Indonesian Capital Market Directory).

  2. Data base pasar modal, situs resmi BEI yait, tahun 2009- 2012, untuk mengetahui informasi pengungkapan sosial yang diungkapkan.

  3.5 Metode Pengumpulan Data

  Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Dalam hal ini metode dokumentasi yang dimaksud adalah dilakukan dengan cara mengumpulkan data dengan kategori dan klasifikasi dari berbagai sumber dan juga data dari laporan tahunan yang dipublikasikan oleh BEI yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan kemudian mengunduh laporan tersebut.

  3.6 Teknik Analisis Data

  Metode analisis data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode regresi linier berganda yang dimaksud untuk menguji kekuatan hubungan antara pengungkapan tanggung jawab sosial dengan variabel independennya yaitu profitabilitas (ROA), umur perusahaan (AGE), leverage (LEV), ukuran perusahaan (SIZE), dan ukuran dewan komisaris (UDK). Model yang digunakan adalah :

  Y = a + b

  1 X 1 + b

  2 X 2 + b

  3 X 3 + b

  4 X 4 + b

  5 X 5 + e

  Dimana : a = konstanta Y = CSR X = Profitabilitas (ROA)

  1 X 2 = Umur perusahaan (AGE)

  X

  3 = Leverage (LEV) X = Ukuran perusahaan (SIZE)

  4 X 5 = Ukuran dewan komisaris (UDK)

  e = Error b

  1 , b 2 , b 3 , b 4 , b 5 = koefisien regresi

  Adapun asumsi-asumsi yang digunakan dalam metode regresi linier berganda, yaitu:

  1. Model regresi harus linier dalam parameter 2. Variabel bebas tidak berkorelasi dengan disturbance term (Error) .

  3. Varian untuk masing-masing error term (kesalahan) konstan

  4. Tidak terjadi autokorelasi

  5. Model regresi dispesifikasi secara benar. Tidak terdapat bias spesifikasi dalam model yang digunakan dalam analisis empiris.

  6. Jika variabel bebas lebih dari satu, maka antara variabel bebas (explanatory) tidak ada hubungan linear yang nyata

3.7 Analisis Data

3.7.1 Analisis Statistik Deskriptif

  Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel- variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata, maksimal, minimal dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian.

3.7.2 Uji Asumsi Klasik

  Uji asumsi klasik dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antar variabel penelitian yang ada dalam model regresi.

  Pengujian yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.

3.7.2.1 Uji Normalitas

  Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dengan analisis grafik dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot dan dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya maka data menunjukkan pola distribusi normal sehingga model regresi memenuhi asumsi normalitas.

  Alat uji normalitas yang lain digunakan dalam penelitian ini adalah uji One– Sample Kolmogorov-Smirnov Test. Dimana hasil uji yang tidak signifikan dengan tarif alfa 0,05 menunjukkan variabel-variabel tersebut normal.

  3.7.2.2 Uji Multikolinieritas

  Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Nilai tolerance dan Variance Inflacation Factor (VIF) digunakan untuk mendeteksi adanya multikolineritas. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas mana yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jika nilai tolerance yang rendah dengan nilai VIF tinggi karena (VIF = 1/tolerance) dan menunjukkan adanya koliniearitas yang tinggi. Nilai batas yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tolerance mendekati 1 atau sama dengan nilai VIF disekitar angka 10. Gejala multikolinieritas akan didefinisikan jika VIF lebih besar dari 10 (Gujarati, 1995).

  3.7.2.3 Uji Autokorelasi

  Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan periode t – 1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi ada karena observasi yang berurutan sepanjang waktu beraitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas autokorelasi.

  Jika terdapat korelasi maka terdapat autokorelasi. Jika autokorelasi berakibat pada:

  • Standar error dan varian dari komponen residual cenderung

  under estimated

  • Hasil uji t dan F menjadi tidak valid, akibatnya signifikannya menjadi bias
  • Estimator OLS akan sensitive pada setiap perubahan sampel

3.7.2.4 Uji Heterokedastisitas

  Menurut Ghozali (2005), uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual 1 pengamat ke pengamat yang lain. Jika variance dari residual 1 pengamat ke pengamat lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi homoskedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran.

  Salah satu cara untuk menditeksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen (SRESID) yaitu dengan residualnya (ZPRED).

3.8.3 Uji Hipotesis

  2 Uji Koefisien Determinasi (R 3.8.3.1 )

  2 Ghozali (2005) menyatakan bahwa nilai R digunakan untuk

  mengukur tingkat kemampuan model dalam menerangkan variabel

  2

  independen. Namun, karena R kelemahan mendasar dimana adanya bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, dalam penelitian ini yang digunakan adalah

  2

adjusted R berkisar antara nol sampai satu. Hal ini dikarenakan nilai

Adjusted R² dapat naik atau turun apabila satu variabel independen

  2

  ditambahkan kedalam model. Jika nilai adjusted R semakin mendekati satu, maka kemampuan model tersebut semakin baik dalam menjelaskan variabel dependen dan begitu juga sebaliknya.

3.8.3.2 Uji t (t-test)

  Uji t dilakukan untuk menguji tingkat signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara parsial. Pengujian ini dilakukan uji dua arah dengan hipotesis: Ho : Xi = 0, artinya tidak ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Ho : Xi # 0, artinya ada pengaruh secara signifikan dari variabel independen terhadap variabel dependen. Kriteria pengujian ditetapkan sebagai berikut: 1. Jika nilai -thitung > -ttabel atau thitung < ttabel, maka Ho diterima.

  2. Jika nilai thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel, maka Ho ditolak.

  3. Tingkat signifikansi yang digunakan sebesar 5 persen, dengan kata lain jika P (probabilitas) > 0,05 maka dinyatakan tidak signifikan.

  3.8.3.2 Uji F (F-test)

  Menurut Ghozali (2005) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level

  0,05 (α = 5%). Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:

  1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima(koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan kelimat variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

  2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan kelima variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

  3.8.3.3 Analisis Regresi Linear Berganda

  Analisis regresi berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen CSR disclosure. Adapun model regresi yang dikembangkan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan ditunjukkan dalam persamaan berikut:

  CSR = a + b

  1 ROA + b

  2 AGE + b

  3 LEV + b

  4 SIZE + b

  5 UDK + e Keterangan : CSR = indeks praktik pengungkapan CSR suatu perusahaan a = intersep model b = koefisien regresi model ROA = return on asset atau profitabilitas perusahaan AGE = Age of Firm atau umur perusahaan LEV = leverage SIZE = ukuran perusahaan UDK = ukuran dewan komisaris e = error term model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

  Statistik deskriptif digunakan untuk menggambarkan variabel-variabel dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan adalah rata-rata, maksimal, minimal, dan standar deviasi untuk mendeskripsikan variabel penelitian. Analisis tersebut disajikan dalam tabel di bawah ini. Untuk data setiap variabel dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

  Sumber : SPSS 16, Data diolah 2014 Berikut ini adalah perincian deskriptif dari data yang telah diolah :

  1. Variabel CSR memiliki nilai minimum sebesar 0,064, nilai maksimum sebesar 0,615, mean sebesar 0,24534, dan standard deviation sebesar 0,119521 dengan jumlah sampel 44.

  Descriptive Statistics N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CSR

44 .064 .615 .24534 .119521

ROA

44 -.420 .663 .05423 .162917

AGE

44 1.003 1.015 1.00929 .002546

LEV

44 -15.054 5.227 1.07990 3.248638

SIZE

44 25.211 32.357 2.72969E1 1.491642

UDK

44 2.000 11.000 4.36364 2.552618

Valid N (listwise) 44

  2. Variabel ROA memiliki nilai minimum sebesar -0,420, nilai maksimum sebesar 0,663, mean sebesar 0,05423, dan standard deviation sebesar 0,162917 dengan jumlah sampel 44.

  3. Variabel AGE memiliki nilai minimum sebesar 1,003, nilai maksimum sebesar 1,015, mean sebesar 1,00929, dan standard deviation sebesar 0,002546 dengan jumlah sampel 44.

  4. Variabel LEV memiliki nilai minimum sebesar -15,054, nilai maksimum sebesar 5,227, mean sebesar 1,07990, dan standard deviation sebesar 3,248638 dengan jumlah sampel 44.

  5. Variabel SIZE memiliki nilai minimum sebesar 25,211, nilai maksimum sebesar 32,357, mean sebesar 27,29692, dan standard deviation sebesar 1,491642 dengan jumlah sampel 44.

  6. Variabel UDK memiliki nilai minimum sebesar 2,000, nilai maksimum sebesar 11,000, mean sebesar 4,36364, dan standard deviation sebesar 2,552618 dengan jumlah sampel 44.

4.2 Uji Asumsi Klasik

  Pengujian yang digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas.

4.2.1 Uji Normalitas

  Ada dua cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi apakah distribusi data normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.

A. Analisis Grafik

  Analisis grafik dapat dilihat dengan menggunakan grafik histogram dan grafik normal probability plot. Dalam grafik histogram, distribusi data normal ditunjukkan oleh gambar kurva atau histogram yang tidak menceng ke kiri atau menceng ke kanan. Sedangkan pengujian normalitas dengan menggunakan P-P Plot, dengan kriteria apabila titik-titik pada P-P Plot berada pada garis diagonal dan mengikuti arah diagonal, maka dapat dinyatakan bahwa distribusi data berasal dari populasi yang terdistribusi normal.

Gambar 4.1 Grafik HistogramGambar 4.2 Grafik Normal Probability Plot

B. Uji Statistik

  Untuk mendeteksi normalitas data, dapat pula dilakukan melalui analisis statistik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (K-S). Dasar untuk pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut :

  a. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal.

  b. Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan secara statistik maka diterima, yang berarti data terdistribusi normal.

Tabel 4.2 Uji Statistik

  One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N

  44 Normal Parameters a Mean .0000000 Std. Deviation .08224235 Most Extreme Differences Absolute .105 Positive .105

  Negative -.063 Kolmogorov-Smirnov Z .696 Asymp. Sig. (2-tailed) .718 a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data

  Dari hasil pengolahan data tersebut, besar nilai Kolmogorov-Smirnov

  

Z adalah 0,696 dan signifikansi pada 0,718 sehingga dapat disimpulkan

  bahwa data terdistribusi secara normal karena 0,718 > 0,05. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh dari analisis grafik.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

  Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independent). Nilai tolerance dan Variance Inflacation Factor (VIF) digunakan untuk mendeteksi adanya multikolinearitas. Kriteria dinyatakan bahwa variabel bebas tidak saling intervensi satu sama lain ketika

  1. Jika nilai tolerance >10 persen dan nilai VIF <10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

  2. Jika nilai tolerance <10 persen dan nilai VIF >10, maka dapat disimpulkan bahwa ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi. Uji multikolinearitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas

  Model Unstandardized Coefficients

Standardized

  

Coefficients

T Sig.

  Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance

  VIF 1 (Constant) -1.642 5.789 -.284 .778 ROA .079 .083 .108 .948 .349 .962 1.040 AGE 1.982 5.663 .042 .350 .728 .857 1.167 LEV .000 .004 -.005 -.045 .964 .950 1.053 SIZE -.010 .010 -.122 -.986 .331 .818 1.222 UDK .034 .006 .726 5.973 .000 .843 1.186

a. Dependent Variable: CSR

  Pada tabel hasil uji multikolinearitas di atas, diperoleh nilai VIF tidak ada yang melebihi dari nilai 10 dan Tolerance <10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi tersebut tidak terdapat masalah multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.

4.2.3 Uji Autokorelasi

  Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu periode t dengan kesalahan periode t – 1. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi ada karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas autokorelasi. Data pada penelitian ini memiliki unsur waktu karena didapatkan antara tahun 2009-2012.

  Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin- Watson (DW-test). Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi adalah:

  • Angka D-W dibawah -2, berarti ada autokorelasi positif,
  • Angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi, • Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

Tabel 4.4 Uji Autokorelasi

  Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson a 1 .726 .527 .464 .087486 1.972 a. Predictors: (Constant), UDK, LEV, ROA, AGE, SIZE

  b. Dependent Variable: CSR Berdasarkan tabel diatas diketahui nilai statistik D-W sebesar 1,972.

  Angka ini terletak diantara -2 dan +2, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada terjadi autokorelasi dalam penelitian ini.

4.2.4 Uji Heterokedastisitas

  Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari satu pengamatan dengan pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

  Pada penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya problem heterokedastisitas digunakan scatter plot. Kriterianya adalah apabila titik-titik pada scatter plot atau diagram pencar tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dinyatakan bahwa model regresi tidak terkendala heterokedastisitas.

Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas Berdasarkan grafik scatter plot diatas, dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terkendala heterokedastisitas, hal ini dikarenakan diagram berbentuk pencar dan tidak membentuk pola tertentu.

4.3 Uji Hipotesis

  2

4.3.1 Uji Koefisien Determinasi (R )

  2 Koefisien determinasi (R ) pada intinya mengukur seberapa jauh

  kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Dalam hal ini kita menggunakan R Square (angka korelasi yang dikuadratkan) yang juga disebut sebagai angka Koefisien Determinasi (rumus untuk koefisien

  2

  determinasi ini adalah R x 100% ). Hasil perhitungan koefisien determinasi

  2

  (R ) dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4.5 Koefisien Determinasi

  b Model Summary

  Adjusted R Std. Error of the Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson a 1 .726 .527 .464 .087486 1.972 a. Predictors: (Constant), UDK, LEV, ROA, AGE, SIZE

  b. Dependent Variable: CSR

  Berdasarkan output SPSS pada tabel 4.5 di atas tampak bahwa dari

  2 hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi (R ) sebesar 0,527.

  Hal ini menunjukkan bahwa besar pengaruh variabel independen yaitu ROA,

  AGE, LEV, SIZE, dan UDK terhadap variabel dependen nilai CSR yang dapat diterangkan oleh model persamaan ini sebesar 52,7% sedangkan sisanya sebesar 47,3% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar variabel penelitian.

4.3.2 Uji t (t-test)

  Uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi konstanta dari setiap variabel independennya, sedangkan untuk melihat besarnya pengaruh digunakan angka Beta atau Standardized Coefficients sesuai dengan teori dalam buku Sarwono(2006:161). Hasil pengujian untuk uji t dapat dilihat pada tabel 4.6.sebagai berikut :

Tabel 4.6 Uji t (t-test)

  a Coefficients

  Standardized Unstandardized Coefficients Coefficients Model B Std. Error Beta T Sig. 1 (Constant) -1.642 5.789 -.284 .778

ROA .079 .083 .108 .948 .349

  

AGE 1.982 5.663 .042 .350 .728

LEV .000 .004 -.005 -.045 .964

SIZE -.010 .010 -.122 -.986 .331

UDK .034 .006 .726 5.973 .000

a. Dependent Variable: CSR

  Untuk variabel ROA (return to asset), berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa t hitung = 0,948, sedangkan t tabel = 2,023 sehingga t hitung < t tabel maka ROA secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh ROA terhadap pengungkapan CSR sebesar 0,108 atau 10,8% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin dalam signifikansi penelitian yang menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,349 > 0,05), sehingga ROA tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dalam hal ini, H1 ditolak dan H0 diterima maka ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

  Untuk variabel AGE, berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa t hitung = 0,350, sedangkan t tabel = 2,023 sehingga t hitung < t tabel maka umur perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh AGE terhadap pengungkapan CSR sebesar 0,042 atau 4,2% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin dalam signifikansi penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,728 > 0,05) sehingga AGE tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dalam hal ini, H1 ditolak dan H0 diterima maka AGE tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

  Untuk variabel LEV, berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa t = -0,045, sedangkan t = 2,023 sehingga t < t maka

  

hitung tabel hitung tabel

tingkat leverage secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.

  Besarnya pengaruh LEV terhadap pengungkapan CSR sebesar -0,05 atau 5% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin dalam signifikansi penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,964 > 0,05) sehingga LEV tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dalam hal ini, H1 ditolak dan H0 diterima maka LEV tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

  Untuk variabel SIZE, berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa t hitung = -0,986, sedangkan t tabel = 2,023 sehingga t hitung < t tabel maka ukuran perusahaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh SIZE terhadap pengungkapan CSR sebesar - 0,122 atau 12,2% dianggap tidak signifikan. Hal ini tercermin dalam signifikansi penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 (0,331 > 0,05) sehingga SIZE tidak berpengaruh dan tidak signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dalam hal ini, H1 ditolak dan H0 diterima maka SIZE tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

  Untuk variabel UDK, berdasarkan data tersebut dapat kita simpulkan bahwa t = 5,973, sedangkan t = 2,023 sehingga t > t maka

  

hitung tabel hitung tabel

  ukuran dewan komisaris secara parsial berpengaruh terhadap variabel dependen. Besarnya pengaruh UDK terhadap pengungkapan CSR sebesar 0,726 atau 72,6% dianggap signifikan. Hal ini tercermin dalam signifikansi penelitian menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (0,000 > 0,05) sehingga UDK berpengaruh dan signifikan terhadap pengungkapan CSR. Dalam hal ini, H1 diterima dan H0 ditolak maka UDK berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

4.3.3 Uji F (F-test)

  Menurut Ghozali (2005) uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen. Pengujian dilakukan dengan menggunakan significance level

  0,05 (α = 5%). Ketentuan penerimaan atau penolakan hipotesis adalah sebagai berikut:

  1. Jika nilai signifikan > 0,05 maka hipotesis diterima (koefisien regresi tidak signifikan). Ini berarti bahwa secara simultan kelima variabel independen tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

  2. Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka hipotesis ditolak (koefisien regresi signifikan). Ini berarti secara simultan kelima variabel independen tersebut mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

  Untuk hasil pengujian atas uji F dapat dilihat pada tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7 Uji F (f-test)

  ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

  1 Regression .323 5 .065 8.451 .000 a Residual .291 38 .008 Total .614

  43

  a. Predictors: (Constant), UDK, LEV, ROA, AGE, SIZE

  b. Dependent Variable: CSR

  Pada tabel Anova diatas, dapat diketahui bahwa nilai F sebesar

  hitung

  8,451 yang lebih besar dari F tabel yaitu 4,091 dan probabilitas value atau signifikansi dalam penelitian ini adalah 0,000 (penyederhanaan desimal dari 0,000001) yang lebih kecil dari 0,05. Dengan demikian H0 ditolak yaitu ROA, AGE, LEV, SIZE, dan UDK tidak berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan CSR. Artinya, ROA, AGE, LEV, SIZE, dan UDK berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan CSR.

4.3.4 Analisis Regresi Linier Berganda

  Analisis regresi linier berganda digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen pengungkapan CSR, dimana penelitian ini menggunakan metode enter. Dari pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan dalam pengolahan data.

  Berdasarkan pengolahan data dengan SPSS, diperoleh hasil pada

tabel 4.8 sebagai berikut :Tabel 4.8 Uji Regresi Coefficients

  a Model Unstandardized Coefficients

  Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) -1.642 5.789 -.284 .778

  ROA .079 .083 .108 .948 .349 AGE 1.982 5.663 .042 .350 .728 LEV .000 .004 -.005 -.045 .964 SIZE -.010 .010 -.122 -.986 .331 UDK .034 .006 .726 5.973 .000

a. Dependent Variable: CSR

  Berdasarkan tabel diatas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

  

CSR = -1,642 + 0,079ROA + 1,982AGE + 0,000019LEV – 0,010SIZE +

0,034UDK + e

  Maksud dari persamaan diatas adalah :

  1. Konstanta sebesar -1,642 menunjukkan bahwa jika tidak ada variabel ROA, AGE, LEV, SIZE, dan UDK atau jika variabel independen bernilai konstan maka akan menurunkan nilai CSR sebesar 1,642.

  2. Setiap terjadi kenaikan pada variabel ROA (return to asset), akan diikuti dengan kenaikan pada variabel CSR sebesar 0,079 satuan dan variabel lainnya dianggap konstan.

  3. Setiap terjadi kenaikan pada variabel AGE atau umur perusahaan, akan diikuti dengan kenaikan pada variabel CSR sebesar 1,982 satuan dan variabel lainnya dianggap konstan.

  4. Setiap terjadi kenaikan pada variabel LEV atau umur tingkat leverage, akan diikuti dengan kenaikan pada variabel CSR sebesar 0,000019 satuan dan variabel lainnya dianggap konstan.

  5. Setiap terjadi penurunan pada variabel SIZE atau ukuran perusahaan, akan diikuti dengan penurunan pada variabel CSR sebesar 0,010 satuan dan variabel lainnya dianggap konstan.

  6. Setiap terjadi kenaikan pada variabel UDK atau ukuran dewan komisaris, akan diikuti dengan kenaikan pada variabel CSR sebesar 0,034 satuan dan variabel lainnya dianggap konstan.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

4.4.1 Pengaruh Profitabilitas (ROA) Terhadap Pengungkapan CSR

  Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel ROA (return on asset) terhadap pengungkapan CSR, dapat diketahui bahwa variabel ROA tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis pertama (H1) ditolak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005), Anggraini (2006), dan Reverte (2008) yang menemukan pengaruh profitabilitas yang tidak signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  ROA menggambarkan tingkat profitabilitas perusahaan, dengan demikian

tingkat profitabilitas perusahaan tidak berpengaruh terhadap besar pengungkapan

CSR. Artinya bahwa perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi belum tentu lebih banyak melakukan aktivitas sosial dan mengungkapkannya dalam

  

laporan tahunan perusahaannya karena perusahaan lebih berorientasi pada laba

semata. Hal didukung dengan argumentasi bahwa ketika perusahaan memiliki

tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen) menganggap tidak perlu

melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi tentang sukses keuangan

perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas rendah, mereka berharap

para pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja perusahaan. “Good

news” ini dapat berupa aktivitas-aktivitas sosial lingkungan yang dilakukan oleh

perusahaan (Heinze,1976 dalam Hackston & Milne (1996)). Hasil penelitian ini

tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa dengan adanya laba yang tinggi

maka manajemen akan melakukan pengungkapan sosial yang luas.

4.4.2 Pengaruh AGE (Umur Perusahaan) Terhadap Pengungkapan CSR

  Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel AGE (umur perusahaan) terhadap pengungkapan CSR, dapat diketahui bahwa variabel AGE tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis kedua (H2) ditolak. Hal ini tidak didukung oleh penelitian terdahulu. Perusahaan dengan umur yang lebih lama belum tentu paling banyak mengungkapkan aktivitas sosialnya, karena bias saja perusahaan yang baru berdiri lebih aktif dalam melakukan kegiatan sosial dan mengungkapkannya secara lengkap dalam laporan tahunannya.

  Hal ini berarti bahwa penelitian ini tidak mendukung teori yang menyatakan bahwa perusahaan yang pada umumnya dengan umur yang lebih lama cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi sosial dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki umur bediri yang lebih sedikit.

  4.4.3 Pengaruh Leverage Terhadap Pengungkapan CSR

  Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel Leverage terhadap pengungkapan CSR yang diukur dengan debt to equity ratio, dapat diketahui bahwa variabel Leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis ketiga (H3) ditolak. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005), Anggraini (2006), Reverte (2008), Rizkia (2012), dan Haryanto (2007) yang menemukan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Hal ini berarti bahwa tinggi rendahnya variabel leverage tidak mempengaruhi pengungkapan CSR. Penelitian ini

  Leverage merupakan alat untuk tidak mendukung teori sebagai berikut.

mengukur seberapa besar perusahaan tergantung pada kreditor dalam membiayai

asset perusahaan. Perusahaan yang memiliki proporsi utang lebih besar dalam

struktur pemodalannya akan mempunyai biaya keagenan yang lebih besar. Dengan

demikian, semakin besar proporsi utang suatu perusahaan, maka semakin luas pula

informasi yang dibutuhkan atau yang harus dipaparkan. Akan tetapi, berdasarkan

teori agensi, manajemen perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi akan

mengurangi pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya. Hal ini dilakukan

agar tidak menjadi sorotan dari para debtholders.

  4.4.4 Pengaruh SIZE (Ukuran Perusahaan) Terhadap Pengungkapan CSR

  Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel ukuran perusahaan (SIZE) terhadap pengungkapan CSR, dapat diketahui bahwa variabel ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis keempat (H4) ditolak. Hal ini berarti bahwa perusahaan dengan aset yang besar belum tentu mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaanya secara luas, pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan juga bergantung pada tingkat kepekaan perusahaan dalam kepedulian akan lingkungan sosialnya.

  Banyak peneliti yang telah melakukan penelitian mengenai hubungan pengaruh antara ukuran perusahaan dan pengungkapan CSR. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Anggraini (2006) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR.

  Dan tidak didukung oleh penelitian seperti yang dilakukan oleh Reverte (2008), Anggraini (2006), dan Sembiring (2006) yang tidak mendukung hasil penelitian ini. Secara umum menyatakan bahwa semakin besar suatu perusahaan maka pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuat juga cenderung semakin luas. Penelitian ini tidak mendukung teri menurut Cowen

  et. al., (1987) dalam Sembiring (2005), secara teoritis perusahaan besar tidak

  akan lepas dari tekanan, dan perusahaan yang lebih besar dengan aktivitas operasi dan pengaruh yang lebih besar terhadap masyarakat mungkin akan memiliki pemegang saham yang memperhatikan program sosial yang dibuat perusahaan sehingga pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan akan semakin luas.

  

4.4.5 Pengaruh UDK (Ukuran Dewan Komisaris) Terhadap Pengungkapan

CSR

  Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel ukuran dewan komisaris (UDK) terhadap pengungkapan CSR, dapat diketahui bahwa variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh positif secara signifikan terhadap pengungkapan CSR. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis kelima (H5) diterima. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Sembiring (2005) yang menemukan bahwa ukuran dewan komisaris berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.

  Dewan komisaris dianggap sebagai suatu mekanisme pengendalian internal yang dianggap bertanggung jawab untuk memonitor atau mengawasi tindakan manajemen puncak. Berkaitan dengan ukuran dewan komisaris, Sembiring (2005) menyatakan bahwa semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO dan memonitoring yang dilakukan akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Dikaitkan dengan pengungkapan informasi oleh perusahaan, kebanyakan penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara berbagai karakteristik dewan komisaris dengan tingkat pengungkapan informasi oleh perusahaan.

  

4.4.6 Pengaruh Profitabilitas (ROA), Umur Perusahaan (AGE), Leverage

(LEV), Ukuran Perusahaan (SIZE), dan Ukuran Dewan Komisaris (UDK) terhadap pengungkapan CSR

  Berdasarkan hasil pengujian pengaruh variabel profitabilitas (ROA), umur perusahaan (AGE), leverage, ukuran perusahaan (SIZE), dan ukuran dewan komisaris (UDK) secara simultan terhadap pengungkapan CSR, dapat diketahui bahwa kelima variabel tersebut secara simultan berpengaruh terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan. Oleh karena itu dapat dinyatakan bahwa hipotesis keenam (H6) diterima. Hal ini berari bahwa meskipun secara parsial kelima variabel bebas tersebut memiliki hasil yang berbeda-beda yaitu ada yang berpengaruh dan ada yang tidak berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, namun secara bersama-sama (simultan) kelima variabel bebas tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR suatu perusahaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka berikut adalah kesimpulan yang dapat diberikan :

  1. Secara simultan variabel independen yang terdiri dari profitabilitas(ROA), umur perusahaan, leverage, ukuran perusahaan, dan ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

  2. Dari hasil apabila dilakukan uji secara parsial, dapat disimpulkan :

  a. Profitabilitas yang diukur dengan ROA terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

  b. Umur perusahaan terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

  c. Leverage terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

  d. Ukuran perusahan terbukti tidak berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan CSR.

Dokumen yang terkait

Pengaruh Peranan Audit Internal Dan Budaya Organisasi Terhadap Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Pada Pt. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, Medan

0 1 13

Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Garmen Dan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei Dengan Menggunakan Metode Altman’s Z-Score

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisis Laporan Keuangan - Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Financial Distress Pada Perusahaan Garmen Dan Tekstil Yang Terdaftar Di Bei Dengan Menggunakan Metode Altman’s Z-Score

0 0 19

B. Industri Keramik, Porselen dan Kaca - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 27

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 12

Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

0 0 30

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah - Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

0 0 13

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Audit Delay: Suatu Studi Kasus Pada Perusahaan Jasa Yang Terdaftar di BEI

0 0 13