BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Terhadap Produktivitas Pekerja PT. X 2015

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang dibuat pekerja maupun pengusaha sebagai upaya mencegah timbulnya kecelakaan akibat kerja dan penyakit akibat kerja dengan cara mengenali hal yang berpotensi menimbulkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta tindakan antisipatif apabila terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Tujuannya adalah untuk menciptakan tempat kerja yang nyaman, dan sehat sehingga dapat menekan serendah mungkin resiko kecelakaan dan penyakit (Friend & Khon, 2007).

  Keselamatan dan kesehatan merupakan hal yang penting secara ekonomi, moral, dan hukum, keselamatan dan kesehatan kerja telah menjadi isu penting.

  Perusahaan sedang berusaha untuk tetap menguntungkan dalam ekonomi global yang semakin kompetitif, untuk ini perusahaan menerapkan keselamatan dan kesehatan kerja agar praktik bisnis tetap berjalan dengan baik. Bagi banyak perusahaan besar program keselamatan, kesehatan, dan lingkungan merupakan bentuk perlindungan kelangsungan hidup pekerjanya (Friend & Khon, 2007).

  Persaingan industri yang semakin kompetitif menuntut perusahaan lebih mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimilikinya, secara garis besar sumber daya yang dimilikinya. : (1) finansial, (2) fisik, (3) manusia, (4) teknologi. Sumber daya yang dimiliki perusahaan terbatas jumlahnya, maka perusahaan dituntut mampu memberdayakan dan mengoptimalkan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sumber Daya Manusia (SDM) menempati tempat strategis dan penting diantara sumber daya lainnya (Sedarmayanti, 2007).

  SDM yang handal dan tangguh dibutuhkan dalam menunjang bisnis perusahaan agar dapat bersaing, oleh karena itu suatu perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan produktivitas sumber daya manusia yang ada. Produktivitas sumber daya manusia ditentukan oleh sejauh mana sistem yang ada di perusahaan mampu menunjang dan memuaskan keinginan seluruh pihak (Sedarmayanti, 2007).

  Produktivitas adalah kemampuan dalam memproduksikan barang atau jasa secara efisien dan efektif. Produktivitas tenaga kerja mengandung pengertian yakni perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran serta tenaga kerja per satuan waktu. Berdasarkan teori produktivitas, dikemukakan bahwa produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: latar belakang pendidikan dan keterampilan, disiplin, motivasi, sikap dan etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi dan kesempatan berprestasi (Sumarsono, 2003).

  Naiknya produksi tidaklah selalu diikuti oleh naiknya produktivitas, karena produksi sebagai aktivitas untuk menghasilkan barang atau jasa memerlukan masukan yang berkenaan dengan efisiensi penggunaan sumber-sumber dalam menghasilkan barang atau jasa, oleh karena itu bertambah besarnya produksi tidaklah selalu berarti bahwa produktivitasnya naik. Keselamatan dan kesehatan kerja para karyawan perlu juga diperhatikan, agar mereka terus dapat meningkatkan dan menjaga kualitas dan kuantitas kinerja mereka bagi perusahaan.

  Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas karyawan adalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Menurut Hariandja (2007) K3 merupakan aspek yang penting dalam usaha meningkatkan kesejahteraan serta produktivitas karyawan. Keselamatan kerja tinggi akan menekan tingkat kecelakaan yang menyebabkan sakit, cacat, dan kematian dapat ditekan sekecil mungkin. Keselamatan kerja rendah maka akan berpengaruh buruk terhadap kesehatan sehingga berakibat pada produktivitas yang menurun. Dalam beberapa tahun terakhir telah terjadi lebih dari 5.000 kematian saat bekerja (Friend & Khon, 2007).

  Menurut data Internasional Labour Organitation (ILO) pada tahun 2010 tercatatnya setiap tahunnya lebih dari 2 juta orang yang meninggal akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja, sekitar 160 juta orang menderita penyakit akibat kerja dan terjadi sekitar 270 juta kasus kecelakaan kerja pertahun di seluruh dunia (Ramli 2012). Menurut International Labor Organization (ILO), tingkat kecelakaan kerja dan berbagai ancaman Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Indonesia masih cukup tinggi, di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 korban fatal akibat kecelakaan kerja. Sehingga menurut kalkulasi ILO, kerugian yang harus ditanggung akibat kecelakaan kerja di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia juga tinggi, mencapai 4% dari produk nasional bruto (PNB) (Budianto, 2014).

  Di Indonesia, angka kecelakaan kerja menunjukkan angka yang sangat mengkuatirkan. Bahkan menurut penelitian International Labor Organization (ILO), Indonesia menempati urutan ke 52 dari 53 negara dengan manajemen K3 yang buruk. Padahal biaya yang akan dikeluarkan oleh perusahaan akan sangat besar apabila sampai terjadi kecelakaan ditempat kerja (Hanggraeni, 2012).

  Berdasarkan data PT Jamsostek jumlah kasus dalam 10 tahun terakhir berfluktasi. Hal ini sejalan dengan jumlah peserta aktif yang juga bersifat fluktulatif.

  Adapun mengenai rincian jumlah kasus kecelakaan selama tahun 2008-2012 dapat dijabarkan pada tabel sebagai berikut:

Tabel 1.1 Kasus Kecelakaan 2008-2012 Tahun Jumlah Kecelakaan

  2008 93.823 2009 96.135 2010 86.692 2011 92.000 2012 103.074

  Sumber: PT Jamsostek

  Kecelakaan kerja yang terjadi tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan suatu usaha. Kerugian yang diderita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun (Gravel, Rheaume & Legendre, 2011). Kecelakaan akan mengurangi produktivitas dan meningkatkan biaya produksi. Praktek-praktek keselamatan yang diperlukan di tempat kerja, untuk mengurangi kecelakaan kerja suatu perusahaan akan melaksanakan praktek keselamatan tersebut dituangkan dalam aturan dan kebijakan yang akan mengatur tindakan pekerja saat kerja. Peraturan tersebut diatur di dalam Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

  Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja mempunyai peranan penting dalam perusahaan, karena dampak kecelakaan dan penyakit yang diakibatkan karena kurangnya manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tidak hanya merugikan tenaga kerja, tetapi juga merugikan perusahaan dan negara baik secara langsung maupun tidak langsung.

  Menurut Undang-Undang Keselamatan Kerja No. 1 Tahun 1970, setiap tenaga kerja berhak mendapatkan perlindungan keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional. Hal ini dilakukan karena adanya perbedaan status sosial antara tenaga kerja dan pengusaha sebagai pemberi kerja dalam melakukan hubungan kerja dengan banyak sektor industri yang ada di Indonesia ini, salah satunya adalah industri pada bidang pertanian.

  Pertanian merupakan sektor ekonomi yang tangguh dalam menghadapi perkembangan ekonomi dunia. Salah satu subsektor penting dari sektor pertanian adalah perkebunan yang cakupan usahanya mencapai lebih dari seratus komoditi. Beberapa jenis komoditas perkebunan yang memberikan kontribusi besar bagi devisa negara seperti karet, kopi, kelapa dan kakao merupakan perkebunan rakyat. Di tengah-tengah perkembangan dan pembangunan berbagai komoditas konversional tersebut, muncul satu komoditas yang hingga akhir 1970 an hanya dikelola oleh perkebunan besar yaitu kelapa sawit. Pada saat itu pasar dunia menunjukkan tren permintaan minyak kelapa sawit yang meningkat sejalan dengan kemajuan teknologi pemanfaatan minyak kelapa sawit untuk kesejahteraan manusia. Inilah pemicu berbagai pihak, baik pemerintah dan swasta mengembangkan perkebunan kelapa sawit dalam skala besar dan direncanakan dengan baik (Badrun, 2006).

  Peningkatan ataupun penurunan produksi dan produktivitas suatu perusahaan dipengaruhi oleh peningkatan dan penurunan produksi dan produktivitas tenaga kerja yang tercakup didalamnya. Tenaga kerja pada perusahaan-perusahaan seperti perkebunan umumnya adalah karyawan. Karyawan yang berhubungan secara langsung dengan produk yang dihasilkan perkebunan adalah karyawan pemanen. Karyawan panen adalah karyawan yang kegiatannya memotong tanda buah yang sudah matang kemudian mengutip tandan dan brondolan yang berceceran didalam dan diluar piringan. Selanjutnya menyusun tandan buah di tempat pengumpulan hasil.

  PT. X merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak di bidang perkebunan yang mempekerjakan sekitar 787 karyawan. Pemanen sawit yang bekerja di PT. X hingga saat ini mencapai sebanyak 206 orang. Karyawan PT. X, terutama pemanen sawit dalam kegiatannya adalah orang yang paling membutuhkan jaminan keselamatan dan kesehatan karena kondisi tempat kerja mereka yang berisiko mengalami kecelakaan kerja, seperti tertimpa tandan sawit, luka pada mata saat memanen, terkena pelepah sawit, terkena biji kelapa sawit yang ujungnya terdapat duri dan juga berisiko menimbulkan Musculoskeletal Disorsers (MSDs). Mengatasi hal ini perusahaan menetapkan pelaksanaan program Keselamatan dan Kesehatan Kerja, dengan harapan karyawan dapat mematuhi peraturan-peraturan yang ada dalam perusahaan seperti pada saat bekerja karyawan harus menggunakan alat pelindung diri seperti helm, sepatu, dan penggunaan sarung tangan dan melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin.

  Perusahaan ini sudah melaksanakan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja sejak tahun 2004. Dengan adanya program keselamatan dan kesehatan kerja karyawan akan merasa aman, terlindungi dan terjamin keselamatannya, sehingga diharapkan dapat mencapai efisiensi baik dari segi biaya, waktu dan tenaga serta dapat meningkatkan produktivitas kerja.

  Kesehatan dan keselamatan karyawan mempengaruhi kemampuan mereka untuk bekerja secara produktif. Hasil OHS (Occupational Health and Safety) menyatakan ada empat alasan utama yang menghubungkan kesehatan dan keselamatan kerja dengan produktivitas antara lain: (1) Kebutuhan untuk menemukan cara yang lebih inovatif untuk mengurangi tingginya tingkat kecelakaan kerja dan penyakit. (2) Tekanan untuk mengurangi biaya sosial dan ekonomi cedera dan penyakit, khususnya biaya kompensasi. (3) Kebutuhan untuk meningkatkan produktivitas tenaga kerja yang tidak mengakibatkan karyawan bekerja lebih lama dan mengambil lebih banyak pekerjaan. (4) Kebutuhan untuk menyediakan kondisi kerja yang baik dengan cara merekrut dan mempertahankan pekerja terampil di pasar tenaga kerja yang ketat (OEHF, 2004).

  Perusahaan mengadakan program keselamatan dan kesehatan kerja yang diharapkan dapat menurunkan tingkat kecelakaan kerja, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan produktivitas kerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Katsuro (2010) pada industri makanan di Zimbabwe menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja yang dilakukan di industri makanan komersil mempengaruhi produktivitas karyawannya. Hasil penelitian Umoh tahun 2013 pada perusahaan manufaktur di Nigeria menyatakan bahwa kepatuhan karyawan dalam menjalankan peraturan keselamatan kerja mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.

  Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan sistem dan produktivitas kerja, oleh karena itu, peneliti tertarik meneliti tentang pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas karyawan di PT. X Tahun 2015.

1.2 Permasalahan

  Berdasarkan keterangan di atas maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas pekerja di PT. X Tahun 2015?

  1.3 Tujuan penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas pekerja di PT. X Tahun 2015.

  1.4 Hipotesis

  Terdapat pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja terhadap produktivitas pekerja di PT. X Tahun 2015.

  1.5 Manfaat Penelitian

  Dengan adanya penelitian ini di harapkan akan memberikan manfaat kepada berbagai pihak yaitu :

  1. Bagi PT. X dapat memberikan informasi tentang seberapa besar hubungan keselamatan dan kesehatan kerja dengan produktivitas karyawan.

  2. Sebagai masukan referensi untuk penulis/peneliti selanjutnya yang berhubungan

  dengan bidang keselamatan dan kesehatan kerja dan pengaruhnya dengan produktivitas kerja.