BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kebijakan Dividen - Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Kebijakan Dividen

  Ang (1997) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Dividen ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Apabila perusahaan penerbit saham mampu menghasilkan laba yang besar maka ada kemungkinan pemegang sahamnya akan menikmati keuntungan dalam bentuk dividen yang besar pula.

  Menurut Bringham dan Gapenski (1996) ada beberapa teori tentang kebijakan dividen : Bird In The Hand Theory, salah satu asumsi dari teori M-M menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi tingkat keuntungan yang diisyaratkan oleh investor. Sementara itu menurut Gordon dan Lintner (1956) tingkat keuntugan yang diisyaratkan akan naik apabila pembgian dividen dikurangi, karena investor lebih yakin terhadap penerimaan dividen daripada kenaikan nilai modal yang akan dihasilkan dari laba ditahan . Gordon dan Lintner beranggapan investor memandag bahwa satu burung ditangan lebih berharga daripada seribu burung diudara, namun M-M berpendapat bahwa tidak semua investor berkepentingan untuk menginvestasikan kembali dividen mereka di perusahaan yang sama dengan memiliki resiko yang sama, oleh sebab itu tingkat resiko pendapatan mereka di masa yang akan datang bukannya ditentukan oleh kebijakan dividen tetapi ditentukan oleh tingkat resiko investasi baru.

  Berdasarkan konsep Bird In The Hand Theory jika perusahaan menganut konsep tersebut, maka perusahaan harus membagi seluruhEarning After Taxdalam bentuk dividen kepada investor dengan tidak mementingkan berapa jumlah laba yang ditahan untuk perusahaan.Tax Preference Theory adalah suatu teori yang menyatakan bahwa jika capital gain dikenakan pajak dengan tarif yang lebih rendah daripada pajak atas dividen, maka saham yang memiliki pertumbuhan tinggi menjadi lebih menarik. Tetapi sebaliknya jika capital gain dikenai pajak yang sama dengan pendapatan atas dividen, maka keuntungan capital gain menjadi berkurang. Karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gain karena dapat menunda pembayaran pajak.

  Dilihat dari konsep Tax Preference Theory tersebut, jika manajemen cenderung mempercayai tax preference theory maka perusahaan harus menahan seluruh keuntungan yang dimilikinya dan tidak dibagikan kepada investor.Kebijakan dividen digunakan sebagai salah satu cara untuk mengurangi biaya keagenan, pembayaran dividen yang lebih besar akan memperbesar kesempatan untuk mendapatkan dan tambahan dari sumber eksternal (Crutchley dan Hansen 1989 dalam Abdullah 2001).

2.1.1.1 Information Content or Signaling Hypothesis

  Dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik dimasa yang akan datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan normal diyakini investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mengalami masa sulit dimasa mendatang. Namun demikian sulit dikatakan apakah kenaikan atau penurunan harga setelah adanya kenaikan atau penurunan dividen semata-mata disebabkan oleh efek sinyal atau mungkin preferensi terhadap dividen.Menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai Dividend Payout Ratio yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.

2.1.1.2 Teori Keagenan

  Teori keagenan menjelaskan bahwa kepentingan manajer dan kepentingan pemegang saham seringkali bertentangan, sehingga bisa menyebabkan terjadi konflik diantara keduanya (Jensen dan Meckling 1976 dalam Kumar 2007). Hal ini terjadi karena manajer berusaha untuk mengutamakan kepentingan pribadinya yang tidak sesuai dengan keinginan pemegang saham dimana kepentingan manajer dapat menambah biaya perusahaan yang mengurangi keuntungan perusahaan. Menurunnya keuntungan perusahaan menyebabkan penerimaan pemegang saham juga menurun. Konflik yang terjadi ini dapat dikurangi dengan adanya suatu mekanisme kontrol atau pengawasan sehingga dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut. Mekanisme pengawasan menimbulkan adanya biaya keagenan.

  Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengurangi adanya biaya keagenan adalah dengan pembayaran dividen yang dapat menjadi bonding bagi manajer. Pembagian dividen ini membuat pemegang saham mendapatkan pendapatan tambahan selain dari

  

capital gain . Dividen juga membuat pemegang saham mempunyai kepastian pendapatan (Crutchley dan Hansen 1989 dalam Kumar 2007).

2.1.2 Langkah-langkah Pembayaran Dividen

  Langkah-langkah atau prosedur pembayaran dividen adalah pengumuman emiten atas dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham yang disebut juga dengan tnggal pengumuman dividen (Ang, 1997). Tanggal-tanggal yang perlu diperhatikan dalam pembayaran dividen yaitu : 1.

  Tanggal Pengumuman Tanggal pengumuman merupakan tanggal yang secara resmi diumumkan oleh emiten tentang bentuk dan besarnya serta jadwal pembayaran dividen yang akan dilakukan. Pengumuman ini biasanya untuk pembagian dividen regular.

  Isi pengumuman tersebut menyampaikan hal-hal yang dianggap penting yakni tanggal pencatatan, tanggal pembayaran, dan besarnya dividen kas per lembar.

2. Tanggal pencatatan dalam daftar pemegang saham

  Tanggal pencatatan merupakan tanggal dimana perusahaan harus catatan nama dari para pemegang saham. Para pemilik saham yang terdaftar sebagai pemegang saham pada perusahaan publik atau emiten tersebut diberikan hak untuk memperoleh pembagian dividen, sedangkan pemegang saham yang tidak terdaftar pada tanggal pencatatan tidak diberikan hak untuk mendapat dividen.

  3. Tanggal cum-dividen Tanggal ini merupakan tanggal hari terakhir perdagangan saham yang masih melekat hak untuk mendapatkan dividen baik dividen tunai maupun dividen saham.

  4. Tanggal ex-dividend Tanggal ini merupakan tanggal dimana perdagangan saham sudah tidak melekat lagi hak untuk memperoleh dividen. Jadi jika investor membeli saham pada tanggal ini atau sesudahnya, maka investor tersebut tidak dapat mendaftarkan namanya untuk mendapatkan dividen.

  5. Tanggal Pembayaran Tanggal ini merupakan tanggal dimana perusahaan melakukan pembayaran dividen kepada para pemegang saham yang telah memiliki hak atas dividen. Jadi pada tanggal tersebut para investor sudah dapat mengambil dividen sesuai dengan bentuk dividen yang telah diumumkan oleh emiten (dividen tunai, dividen saham).

2.1.3 Pola Pembayaran Dividen

  Keputusan mengenai dividend payout ratio adalah keputusan yang menyangkut bagaimana cara dan dalam bentuk apa dividen dibayarkan kepada pemegang saham. Ada beberapa pola pembayaran dividen yang dapat dipilih sebagai alternatif dividend payout ratio perusahaan (Ang,1997) yaitu : 1.

  Stable and occasionally Increasing Dividen per-share Kebijakan ini menetapkan dividend per saham yang stabil, selama tidak ada peningkatan yang permanen dalam earning power dan kemampuan membayar dividen. Manajemen akan menaikkan dividen jika ada keyakinan bahwa tingkat yang lebih tinggi tersebut dapat dipertahankan. Hal ini dilandasi adanya psikologi pemegang saham, dimana bila dividen naik maka akan menaikkan juga harga saham dan sebaliknya.

  2. Stable dividend per-share Dasar pemikirannya adalah bahwa pasar mungkin akan menilai suatu saham lebih tinggi bila dividen yang diharapkan tetap stabil daripada bila dividen berfluktuasi. Perusahaan yang memilih cara ini akan membayar dividen dalam jumlah yang tetap dari tahun ke tahun.

  3. Stable Payout Ratio Dalam pola pembayaran dividen ini, jumlah dividden dihitung berdasarkan suatu presentase tetap dari laba. Bila laba berfluktuasi, maka jumlah dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham pun akan ikut berfluktuasi.

4. Regular Dividen Plus Extras

  Dalam cara ini, dividen regular ditetapkan dalam jumlah yang diyakini mampu dipertahankan di masa mendatang tanpa menghiraukan fluktuasi laba dan kebutuhan investasi modal. Bila tambahan kas tersedia, perusahaan memberikan dividen ekstra (bonus) kepada pemegang saham. Pola ini mengakui bahwa dividen mempunyai kandungan informasi, sehingga dengan pemberian dividen ekstra dapat menarik minat pemodal yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan harga saham.

5. Fluctuating Dividends and Payout Ratio

  Dalam pola pembayaran ini besarnya dividen dan payout ratio disesuaikan dengan perubahan laba dan kebutuhan investasi modal perusahaan untuk setiap periode. Oleh karena itu besar dividen dan payout ratio yang dibayarkan berfluktuasi mengikuti fluktuasi laba dan kebutuhan investasi.

2.1.4 Bentuk Dividen yang Dibayarkan

  Dan adapun bentuk dividen yang dibayarkan dapat dibedakan atas : Dividen tunai adalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk uang tunai. Pengumuman dividen tunai adalah suatu kewajiban dan pembayaran yang umumnya yang dilakukan secara sengaja, maka biasanya merupakan kewajiban lancar.Dividen sahamadalah dividen yang dibayarkan dalam bentuk saham dengan proporsi tertentu. Pembagian saham dianggap besar, jika perbandingan saham baru yang dibagikan dengan saham yang sudah adalebih besar 25%. Sebaliknya jika perbandingan tersebut lebih kecil dari 25%, maka dianggap kecil.Dividen propertiadalah merupakan pembagian laba kepada pemegang saham atau investor dalam bentuk barang yang dapat berupa barang dagangan, real estate atau investasi yang dirancang oleh dewan direksi.Dividen likuidasiadalah dividen yang diberikan kepada pemegang saham sebagai akibat dilikuidasinya perusahaan. Dividen yang dibagikan adalah selisih nilai realisasi asset perusahaan dikurangi semua kewajibannya.

2.1.5 Dividend Payout Ratio

  Setiap perusahaan menginginkan adanya pertumbuhan dan juga dapat membayar dividen kepada pemegang saham, tetapi kedua tujuan itu saling bertentangan. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan berarti laba yang ditahan akan makin kecil dan akan mengakibatkan terhambatnya tingkat pertumbuhandalam pendapatan dan harga sahamnya. Jika perusahaan meningkatkan laba yang ditahan untuk meningkatkan investasi, tingkat pembayaran dividen akan semakin rendah.

  Menurut (Sri Sudarsi,2002), Dividend Payout Ratio adalah “Dividend Payout Ratio yang dikukur melalui perbandingan dividen per lembar saham dengan earning per lembar saham”.

  Menurut Ang, Robert (1997 : 623), “Dividend Payout Ratio adalah

  persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai “Cash Dividend”. Dividen Payout Ratio merupakan perbandingan antara dividend per share dengan earnings per share pada periode yang bersangkutan”.

  Di dalam komponen Dividend Per Share terkandung unsur dividen sehingga jika semakin besar dividen yang dibagikan maka semakin besar pula Dividend Payout Ratio-nya. Banyak perusahaan berusaha untuk mempertahankan Dividend Payout Ratio, pendapatan yang diinginkan untuk suatu periode yang panjang, artinya terdapat target

  Diviend Payout Ratio untuk jangka panjang atau mempertahankan

  pendapatan. Hasilnya, dividen biasanya dipertahankan pada jumlah konstan dan dinaikkan hanya jika manajer yakin bahwa relatif mudah untuk mempertahankan kenaikan pembayaran tersebut dimasa depan.

2.1.6 Likuiditas

  Rasio likiuditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Likuiditas juga bisa berarti mudah tidaknya suatu jenis investasidicairkan menjadi uang kas (Anaroga 2001:79). Likuiditas perusahaan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa indikator rasio seperti current ratio, quick ratio, dan cash ratio. Penelitian ini hanya berfokus pada rasio lancar.

  Rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi utang jangka pendeknya dengan menggunakan aktiva lancarnya. Aktiva lancar merupakan kas dan aktiva lain yang secara wajar dapat direalisasi sebagai kas atau dijual/digunakan selama satu tahun (dalam siklus operasi normal perusahaan). Aktiva lancar umumnya meliputi kas, efek-efek (surat berharga atau sekuritas) yang telah jatuh tempo dalam satu tahun fiskal ke depan, piutang, persediaaan, dan beban dibayar dimuka. Kewajiban lancarmerupakan kewajiban yang diharapkan akan dilunasi dalam periode waktu yang lebih pendek, biasanya satu tahun. Kewajiban lancar meliputi utang usaha, wesel tagih jangka pendek, utang jatuh tempo yang kurang dari satu tahun, akrual pajak dan beban-beban akrual lainnya.

  Rasio lancar merupakan rasio yang sering digunakan dalam mengukur tingkat likuiditas. Rasio lancar yang rendah berarti kewajiban lancar meningkat lebih cepat dari aktiva lancar dan hal ini menunjukkan adanya risiko likuiditas yang tinggi. Sebaliknya, angka rasio lancar yang tinggi juga tidak bagus karena akan memberikan dampak yang buruk terhadap profitabilitas perusahaan. Angka rasio lancar yang tinggi menunjukkan banyaknya dana yang menganggur yang pada akhirnya akan mengurangi kemampuan laba perusahaan. Berkurangnya kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tentunya akan mempengaruhi daya tarik investor terhadap saham perusahaan.

  2.1.7 Current Ratio Rasio likuiditas yang umum digunakan adalah current ratio.

  Current Ratio merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk

  mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunujukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang.Current Ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan masalah dalam likuiditas. Sebaliknya suatu perusahaan yang current ratio-nya terlalu tinggi juga kurang bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampuan memperoleh laba perusahaan.Dengan mengetahui berapa lama perusahaan telah mengalami current ratio yang kurang memuaskan, keadaan perusahaan sekarang dapat disimpulkan apakah dapat dianggap normal atau tidak.

  Current Ratio yang tinggi bisa disebabkan oleh kondisi perdagangan yang kurang baik atau manajemen yang bobrok.

  2.1.8 Profitabilitas

  Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan (analisis fundamental perusahaan) karena laba perusahaan selain merupakan indikator kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya juga merupakan elemen dalam penciptaan nilai perusahaan yang menunjukkan prospek perusahaan di masa yang akan mendatang.

  Dari sini permasalahannya menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva bersih seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba. Hubungan seperti itu merupakan salah satu analisis yang memberikan gambaran lebih, walaupun sifat dan waktu dari nilai yang ditetapkan pada neraca cenderung menyimpang hasilnya. Bentuk paling mudah dari analisis profitabilitas adalah menghubungkan laba bersih (pendapatan bersih) yang dilaporkan terhadap total aktiva dineraca.

2.1.9 Return on Assets

  Return on Assets atau disebut juga rentabilitas ekonomi ialah laba

  usaha dengan modal sendiri dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan dinyatakan dalam persentase (Riyanto,2001:36). Oleh karena pengertian rentabilitas sering digunakan untuk mengukur efisien penggunaan modal di dalam suatu perusahaan, maka rentabilitas ekonomi sering pula dimaksudkan sebagai kemampuan suatu perusahaan dengan seluruh modal yang bekerja di dalam nya untuk menghasilkan laba.

  Rasio ini mengukur tingkat pengembalian investasi yang telah dilakukan perusahaan dengan menggunakan seluruh aktiva yang dimilikinya. Semakin tinggi ROA semakin tinggi keuntungan. Semakin tinggi keuntungan yang dihasilkan perusahaan akan menjadikan investor tertarik akan nilai saham.

2.1.10 Earnings Per Share

  Rasio Earnings Per Share digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan.

  EPS menggambarkan profitabilitas perusahaan yang tergambar dalam setiap lambar saham (Darmadji dan Fakhruddin,2008). Semakin tinggi nilai EPS tentu saja menyebabkan semakin besar laba dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima pemegang saham.

  Umumnya perhitungan EPS menggunakan basis laporan keuangan akhir tahun, namun dapat pula menggunakan laporan keuangan tengah tahunan. Dalam praktiknya, laba per lembar saham dihitung dengan membagi laba bersih dengan jumlah rata-rata tertimbang dari jumlah lembar saham biasa yang beredar sepanjang tahun. Jumlah rata-rata diperlukan dalam perhitungan karena jumlah saham yang beredar selama satu tahun tidak selalu tetap, atatu dengan kata lain, jumlah saham yang beredar dapat berubah.

2.1.11. Penelitian terdahulu

  Dalam ulasan beberapa penelitian berikut ini akan diuraikansecara ringkas, mengenai hasil penelitian terdahulu yang menghubungkan faktor-faktor yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio. Dengan demikian hasil penelitian ini akan mengacu pada hasil penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Meskipun ruang lingkup penelitian hampir sama yaitu pada masalah pembagian dividen, tetapi karena obyek penelitian yang berbeda mengakibatkan beberapa hasil berbeda pula. Berikut adalah penelitian terdahulu yang diuraikan secara ringkas:

  Kadir (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen pada Perusahaan Credit

  Agencies Go Public di turnover, debt to equity ratio (DER), return on invesment (ROI), dan current ratio. Dan metode analisis yang

  digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa asset turnover, DER, an ROI memiliki pengaruh signifikan terhadap DPR sementara current ratio tidak berpengaruh secara signifikan.

  Andriyani (2008) yang menganalisis pengaruh cash ratio, debt to

  equity ratio, insider ownership, invesment oppourtunity set, dan profitability terhadap kebijakan dividen yang dilakukan pada perusahaan otomotif yang listed di Bursa Efek Indonesia pada periode 2004-2006. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa cash ratio, debt

  equity ratio , invesment opportunity set, dan return on asset secara

  parsial berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio, sedangkan insider ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap

  dividend payout ratio.

  Puspita (2009) meneliti pengaruh variabel cash ratio, growth, firm

  

size, return on asset(ROA), debt to total asset (DTA ) dan debt to equity

ratio (DER) terhadap dividend payout ratio (DPR). Hasil penelitiannya

  menunjukkan bahwa cash ratio, firm size, dan return on asset (ROA) berpengaruh signifikan positif terhadap DPR, sedangkan growth berpengaruh signifikan negatif terhadap DPR.

  Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dan Achyani (2006) terhadap seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta periode 1999-2003 untuk menguji pengaruh antara variabel independen investasi perusahaan, ukuran perusahaan dan variabel dependen dividend payout ratio. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua variabel tersebut tidak berpengaruh siginifikan terhadap dividend

  payout ratio. Metode yang digunakan yaitu analisis regresi.

  Utami (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Dividen pada Sektor Industri Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2003-2007” menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara EPS dan TATO terhadap DPR. Sementara itu variabel yang lainnya yaitu CR, NPM, ROE, ROI, DR, dan DER tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR.

  Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda.

  Arilaha (2007), dalam penelitiannya tentang “Pengaruh Free Cash Flow, Profitabilitas, Likuiditas, dan Leverage terhadap kebijakan Dividen” mengatakan bahwa hanya satu variabel saja yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen yaitu ROI.

  Sementara ketiga variabel lainnya yaitu free cash flow, leverage, dan likuiditas tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan dividen atau dividend payout ratio. Model analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda.

  Berikut ini disajikan tabel review hasil penelitian terahulu tentang pengaruh berbagai faktor terhadap rasio pembayaran dividen, sebagai berikut :

Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Teradahulu

  Peneliti dan Teknik analisis

  No. tahun Variabel penelitian Hasil penelitian data penelitian

  Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa asset

  turnove r, DER, dan Current Ratio, Asset

  Regresi Linear ROImemiliki pengaruh

  1. Kadir (2010) Turnover, DER, berganda yangsignifikan terhadap

ROI, DPR

  DPRsementara current ratio tidak berpengaruh secara signifikan.

  Cash ratio,

  IOS, dan ROA berpengaruh signifikan

  Cash ratio, debt to terhadap DPR

  2. Andriyani equity ratio, insider dan DER berpengaruh Analisis regresi

  (2008) ownership,

  IOS, dan negatif

  profitability terhadap DPR sedangkan

  IOS tidak berpengaruh signifikan terhadap DPR. Menunjukkan bahwa cash

  , growth,

  cash ratio ratio, firm size, dan Return firm size, Retun On On Asset (ROA) Asset (ROA), Debt to

  berpengaruh signifikan

  Total Asset (DTA )

  3. Puspita (2009) Analisis regresi positif terhadap DPR,

  Debt to Debt to

  sedangkan dan DPR

  Total Asset growth berpengaruh

  signifikan negatif terhadap DPR. Investasi Variabel investasi perusahaan, perusahaan, likuiditas,

  4. Analisis regresi likuiditas, profitabilitas, pertumbuhan Damayanti dan profitabilitas, perusahaan,

  Achyani pertumbuhan ukuran perusahaan tidak (2006) perusahaan, dan berpengaruh signifikan ukuran perusahaan terhadap DPR

  Terdapat hubungan yang Signifikan antara EPS,dan

  TATO EPS, TATO, CR,

  terhadap DPR. Enam

  5. Utami (2009) NPM, ROE, Regresi linear variabel

ROI,DR, DER, DPR

  yang lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR. Dari hasil penelitian hanya variabel ROI saja yang memiliki pengaruh yang

  Free Cash Flow, positif dan signifikan

  Regresi Linear

  6. Arilaha (2007) ROI, Current Ratio, terhadap DPR berganda sementara ketiga variabel

DER, DPR

  yang lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap DPR

  Perbedaan dan Persamaan Penelitian

  Adapun perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dalam penelitian ini variabel yang digunakan sebagai variabel independen adalah Return on Invesment, Debt to Equity Ratio, Current

  Ratio, dan Firm Size. Alasan pemilihan variable-variabel tersebut

  adalah dalam penelitian-penelitian sebelumnya, variabel-variabel tersebut telah diuji tetapi dalam kurun waktu yang berbeda-beda dan diuji dengan variabel-variabel inidipenden yang berbeda pula. Penelitian ini juga menggunakan periode waktu dan sampel penelitian yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah hasil yang akan diperoleh nantinya dapat mendekati hasil atau berbeda hasil dengan penelitian- penelitian sebelumnya. Sedangkan untuk persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penggunaan variabel dependen, dalam hal ini yang dimaksud yaitu Dividend Payout Ratio. Kemudian ada beberapa persamaan dari variabel indipenden yang digunakanuntuk meneliti pengaruhnya terhadap variabel dependen.

2.2 Kerangka Konseptual

  Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor-faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuaraikan di awal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antar Variabel . Variabel bebas Variabel terikat

  H1 Likuiditas H1

  Dividen Payout (currentratio)

  H2

  Ratio

  H2

  Variabel bebas Profitabilitas (ROA) &(EPS)

  H3 Dalam penelitian ini ukuran Likuiditas diwakili oleh current ratio untuk mengetahui kesanggupan memenuhi kewajiban jangka pendek karena rasio ini menunujukkan seberapa jauh tuntutan dari kreditor jangka pendek dipenuhi oleh aktiva yang diperkirakan menjadi uang tunai dalam periode yang sama dengan jatuh tempo utang. Ukuran Profitabilitas diwakili oleh

  return on asset (ROA) dan earnings per share (EPS) untuk melihat dan

  mengukur keberhasilan serta kemampuan management didalam mengelola asset perusahaan untuk menghasilkan laba. Masing-masing hubungan antara variabel bebas current ratio, return on asset, dan earning per share

2.3 Hipotesis

  Hipotesis merupakan kesimpulan awal yang bersifat sementara dari penelitian yang masih harus diuji kebenarannya. Berdasarkan tinjauan teori diatas, maka hipotesis dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

  H1 : Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend Payout

  Ratio

  H2 : Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Dividend

  Payout Ratio

  H3 : Likuiditas dan Profitabilitas berpengaruh secara bersama-sama terhadap

  Dividend Payout Ratio

Dokumen yang terkait

Pengaruh Likuiditas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 56 97

Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Besar Barang Produksi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2010-2014

2 16 66

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Teori Agensi - Pengaruh Kualitas Audit dan Auditor Tenure terhadap Earnings Management pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 27

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Signalling Theory (Teori Sinyal) - Analisis Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, Leverage, Free Cash Flow dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terda

0 1 25

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Bank - Pengaruh Kualitas Aktiva Produktif, Tingkat Suku Bunga dan Loan to Deposit Ratio (LDR) terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2010-2013

0 2 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Dividen - Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dividend Payout Ratio Saham LQ45 Di Bursa Efek Indonesia

0 2 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Trade-Off Theory - Pengaruh Perputaran Piutang dan Perputaran Persediaan Terhadap Net Profit Margin pada Perusahaan Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 24

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Pengaruh Perputaran Kas, Net Profit Margin, dan Perputaran Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 28

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Profitabilitas 2.1.1.1. Pengertian Profitabilitas - Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Sektor Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Pengertian dan Fungsi kredit - Pengaruh Jumlah Kredit yang diberikan dan Tingkat Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 2 16