BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cakupan Program Imunisasi - Cakupan Program Imunnisasi Dasar Terhadap Standart Pelayanan Minimal Imunisasi (SPM) di Puskesmas Helvetia dan Puskesmas Padang Bulan Medan Tahun 2012

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Cakupan Program Imunisasi Program Imunisasi berhasil menekan morbiditas dan mortalitas tujuh

  penyakit di Indonesia, yaitu : Tuberkulosis, Polio, Difteri, Tetanus, Pertusis, Campak, dan Hepatitis B. Program Imunisasi di Indonesia dimulai pada tahun 1956 dan pada tahun 1990, kita telah mencapai status Universal Child Immunization (UCI), yang merupakan suatu tahap dimana cakupan imunisasi di suatu tingkat administrasi telah mencapai 80% atau lebih. Tetapi kita masih memiliki tantangan mewujudkan 100% UCI Desa/Kelurahan pada tahun 2014, yang berarti cakupan imunisasi di seluruh desa dan kelurahan di Indonesia telah mencapai 80% atau lebih.

  Indikator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN Tahun 2010- 2014 dengan target tahun 2010 mencapai UCI desa/kelurahan 80% dan 80% bayi usia 0-11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2011 mencapai UCI 85%, dan 82% bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2012 mencapai UCI 90% dan 85% bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2013 mencapai UCI 95% dan 88% bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2014 mencapai UCI 100% dan 90% bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Target pada tahun 2014 seluruh desa/ kelurahan mencapai 100% UCI (Universal Child Immunization) atau 90% dari seluruh bayi di desa/ kelurahan tersebut memperoleh imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak.

  7

  8 Immunization (GAIN UCI) akan dilaksanakan secara bertahap mulai tahun 2010

  • – 2014, dengan sasaran seluruh bayi usia 0-11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap yaitu BCG, Hepatitis B, DPT-HB, Polio dan campak. Guna mecapai target 100% UCI desa/ kelurahan pada tahun 2014 perlu dilakukan berbagai upaya percepatan melalui Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional untuk mencapai UCI (;GAIN UCI).

  Indonesia bersama seluruh negara anggota WHO di Regional Asia Tenggara telah menyepakati tahun 2012 sebagai Tahun Intensifikasi Imunisasi Rutin atau Intensification of Routine Immunization (IRI). Hal ini sejalan dengan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional atau GAIN UCI yang bertujuan meningkatkan cakupan dan pemerataan pelayanan imunisasi sampai ke seluruh desa di Indonesia.

B. Imunisasi Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap tubuh anak.

  Caranya dengan pemberian vaksin. Vaksin ini berasal dari bibit penyakit tertentu yang dapat menimbulkan penyakit, tetapi penyakit ini terlebih dahulu dilemahkan / dimatikan sehingga tidak berbahaya lagi terhadap kelangsungan hidup manusia (Riyadi.s & Sukarmin, 2009).

1. Pengertian imunisasi

  Menurut Matondang CS, dkk,2005 yang dikutip kembali oleh Maryunani, 2010. Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan

  9 pada antigen yang serupa, tidak terjadi penyakit.

  Vaksin dimasukan ketubuh melalui suntikan atau diminum (oral) . Setelah vaksin masuk ketubuh , system pertahanan tubuh akan bereaksi membentuk antibodi.

  Reaksi ini sama seperti jika tubuh kemasukan virus atau bakteri yang sesungguhnya. Antibodi ini selanjutnya akan membentuk imunitas terhadap jenis virus atau bakteri tersebut (Williams, 2003).

  2. Tujuan Pemberian Imunisasi Tujuan dalam pemberian imunisasi, antara lain : a.

  Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu.

  b.

  Untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak.

  c.

  Agar anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas.

  d.

  Mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.

  e.

  Untuk mendapat eradikasi sesuatu penyakit dari suatu daerah atau negeri.

  f.

  Mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan menyebabkan kematian.

  g.

  Menghilangkan penyakit tertentu pada kelompok masyarakat (populasi) (Maryunani, 2010).

  3. Manfaat Imunisasi a.

  Untuk anak: Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan cacat atau kematian.

  10 Untuk Keluarga: Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak sakit.

  c.

  Untuk Negara: Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan Negara.

C. Macam Macam Imunisasi

  Ada dua macam imunisasi, yaitu: 1.

  Imunisasi Aktif Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan antigen kedalam tubuh sehingga zat antibody yang akan bertahan bertahun – tahun.

  Imunisasi aktif adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibody sendiri.

  Imunisasi aktif diberikan untuk pencegahan penyakit yang dilakukan dengan memberikan vaksin terhadap beberapa penyakit infeksi. Dalam imunisasi aktif tedapat empat macam kandungan dalam vaksinnya, antara lain: a.

  Antigen sebagai zat atau mikroba.

  b.

  Pelarut yang berupa air steril atau cairan kultur jaringan.

  c.

  Presevatif, stabilizer, dan antibiotika untuk menghindari tumbuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.

  d.

  Adjuvan yang terdiri dari garam aluminium untuk meningkatkan imunogenitas antigen.

  11 Imunisasi Pasif Imunisasi pasif adalah pemberian antibody dengan tujuan memberikan pencegahan atau pengobatan terhadap infeksi. Tujuan pemberian imunisasi pasif untuk pencegahan bila antibody diberikan pada pasien defisiensi sistem imun.

  Tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara menyuntikkan serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak mendapatkannya dari ibu pada saat dalam kandungan. Imunisasi pasif terdiri dari dua macam, yaitu: a.

  Imunisasi Pasif Bawaan Imunisasi pasif bawaan merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya berasal dari ibunya selama dalam kandungan b.

  Imunisasi pasif didapat Imunisasi pasif didapat merupakan imunisasi pasif dimana zat antinya didapat dari luar tubuh,misalnya dengan suntik atau serum yang mengandung zat anti (Maryunani, 2010).

D. Jenis-Jenis Imunisasi

  Ada dua Jenis imunisasi , yaitu : 1.

  Imunisasi dasar Merupakan imunisasi pertama yang perlu diberikan pada semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuh dari penyakit yang berbahaya. Kelima jenis imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun yaitu :

  12 1). Pengertian Imunisasi BCG

  Imunisasi BCG (Bacilli Calmette Guerin) merupakan imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC). 2). Pemberian Imunisasi BCG

  Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang. Diberi saat bayi usia 0 – 11 bulan. Diberikan secara intradermal dengan lokasi penyuntikan pada lengan kanan atas atau pada paha.

  3). Efek samping Pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar gatah bening diketiak atau leher bagian bawah , dan biasanya akan sembuh sendiri.

  4). Kontra indikasi Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang menderita TB atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang berat / menahun.

  b. Imunisasi DPT 1). Pengertian Imunisasi DPT

  Imunisasi DPT (Difteria, Pertusis, tetanus) merupakan imunisasi dengan memberikan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya yang dapat merangsang pembentukkan zat anti(toksoid).

  13 Pemberian imunisasi ini tiga kali dari bayi usia 2 -11 bulan, yaitu pada usia 2 bulan , 4bulan dan 6 bulan. Diberikan melalui suntikan intra muskuler (IM). 3). Efek samping

  Gejala yang muncul seperti demam yang disertai rewel selama 1-2 hari, pembengkakan, agak nyeri atau pegal – pegal pada tempat penyuntikan.

  Yang akan hilang sendiri dalam beberapa hari ,atau bila masih demam bias diberi obat penurun panas bayi.

  4). Kontra Indikasi Imunisasi DTP tidak dapat diberi pada anak yang mempunyai penyakit atau kelainan saraf baik bersifat keturunan atau bukan,anak yang demam dan bersifat alergi.

  c. Imunisasi Polio 1). Pengertian Imunisasi Polio

  Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan terhadap penyakit poliolielitis yang merupakan penyakit radang yang menyerang saraf dan dapat mengakibatkan kelumpuhan. 2). Pemberian Imunisasi Polio

  Pemberian iminisasi ini empat kali pada bayi usia 0 – 11 bulan,bisa diberi lebih dari jadwal yang telah ditentukan dan tidak akan berdampak buruk. Pemberian imunisasi ini melalui oral/mulut. Dan dapat mencekal penyakit polio hingga 90 % .

  14 Pada imunisasi ini hamper tidak ada efek samping, hanya sebagian kecil saja yang mengalami pusing, diare ringan dan sakit otot.

  4). Kontra Indikasi Imunisasi polio tidak diberikan pada anak yang menderita penyakit gangguan kekebalan. Begitu juga anak dengan penyakit HIV/AIDS, kanker, sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan radiasi umum.

  d. Imunisasi Campak 1). Pengertian Imunisasi Campak

  Imunisasi campak adalah imunisasi imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (morbili /

  measles ).

  2). Pemberian Imunisasi Pemberian imunisasi campak hanya satu kali pada bayi usia 9 – 11 bulan. Dan baiknya diberi pada usia 9 bulan dan dianjurkan pemberiannya sesuai jadwal, selain antibody dari ibu sudah menurun di usia bayi 9 bulan , penyakit campak umumnya menyerang anak usia balita. Cara pemberian imunisasi ini melalui subkutan. 3). Efek Samping

  Biasanya tidak terdapat reaksi akibat imunisasi, hanya terjadi demam ringan dan efek kemerahan pada pipi dibawah telinga pada hari ke 7 – 8 setelah penyuntikan, atau terdapat pula pembengkakan pada daerah penyuntikan.

  15 Imunisasi campak tidak diberikan pada anak dengan penyakit infeksi akut yang disertai demam, penyakit gangguan kekebalan, penyakit TBC, anak dengan kekurangan gizi berat dan anak dengan penyakit keganasan.

  e. Imunisasi Hepatitis B 1). Pengertian Imunisasi Hepatitis B

  Imunisasi Hepatitis B adalah imunisasi yang digunakan untuk menimbulkan kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B yaitu penyakit infeksi yang dapat merusak hati. 2). Pemberian Imunisasi Hepatitis B

  Imunisasi Hepatitis B ini diberikan tiga kali pada bayi usia 1 – 11 bulan ,dengan syarat kondisi bayi dalam keadaan stabil. Imunisasi hepatitis B diberikan dengan cara intramuskuler (IM) dibagian lengan atau paha bagian otot depan bayi. Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan karena bias mengurangi efektifitas vaksin. Tingkat kekebalannya cukup tinggi, setelah tiga kali suntikan lebih dari 95 % bayi mengalami respon imun yang cukup.

  3). Efek Samping Efek samping yang ditimbulkan imunisasi ini hanya berupa nyeri pada tempat penyuntikan , yang disusul demam ringan dan pembengkakan . reaksi ini hilang dalam waktu dua hari. 4). Kontra Indikasi Tidak dapat diberi pada anak yang menderita sakit berat (Maryunani, 2010).

  16 2. Imunisasi Booster

  Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan (revaksinasi) dari imunisasi dasar yang di berikan pada waktu-waktu tertentu dan juga diberikan bila terdapat wabah yang terjangkit atau bila terdapat kontak dengan penyakit bersangkutan (Maryunani, 2010).

  Imunisasi yang dianjurkan merupakan program imunisasi non-PPI. Anjuran ini berdasarkan rekomendasi dari organisasi profesi kedokteran anak, yakni Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Jenis imunisasi ini merupakan pelengkap dari program imunisasi yang diwajibkan pemerintah bagi anak- anak Indonesia. Jenis imunisasi booster atau imunisasi yang dianjurkan ini ada tujuh, yaitu : a . Hib (Haemophilus influenza type B) b . Varisela c . Tifoid d . MMR (Measless,Mumps,Rubella) e . Hepatitis B f . Pneumokokus (PVC) g . Influenza (PN,eveline & Nanang Djamaludin. 2010).

E. Penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi

  Penyakit yang dapat dicegah dengan pemberian Imunisasi ini adalah : 1 . Penyakit Difteri

  17 karena menimbulkan tenggorokan tersumbat dan kerusakan jantung yang menyebabkan kematian.

  2 . Penyakit Pertusis Penyakit pertusis adalah penyakit radang paru (pernafasan) yang disebut juga batuk rejan 100 hari, karena lama sakitnya lebih dari tiga bulan lebih. 3 . Penyakit tetanus

  Tetanus adalah suatu penyakit dengan gangguan neuromuscular akut berupa trismus, kekakuan oleh eksotoksin spesifik dari kuman anaerob clostridium tetani. 4 . Penyakit Tetanus Neonatorum

  Tetanus neonatorum ini disebabkan oleh pemotongan dan perawatan tali pusat yang tidak bersih.

  5 . Penyakit hepatitis B Penyakit hepatitis B adalah suatu peradangan dari hati yang terjadi karenaagen penyebab infeksi.

  6 . Penyakit Polio Penyakit polio adalah penyakit menular yang sangat berbahaya. Virus ini menyerang syaraf danbisa menyebabkan kelumpuhan total hanya dalam hitungan jam. 7 . Penyakit Campak

  Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular , ditandai dengan demam, batuk, konjungtivitis dan ruam kulit.

  8 . Penyakit TBC

  18 Tuberculosis adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobacterium

  tuberculosis sistemis, sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh

  dan lokasi terbanyak diparu yang merupakan lokasi infeksi primer (Maryunani, 2010).

F. Penyimpanan Vaksin

  Secara umum vaksin terdiri dari vaksin hidup dan vaksin mati yang mempunyai ketahanan dan stabilitas yang berbeda terhadap perbedaan suhu. Oleh karena itu harus diperhatikan syrat - syarat penyimpanan dan transportasi vaksin untuk menjamin kotensinya ketika diberikan kepada seorang anak. Rantai vaksin adalah rangkaian proses penyimpanan dan transportasi vaksin dengan menggunakan berbagai peralatan sesuai prosedur untuk menjamin kualitas vaksin sejak dari pabrik sampai diberikan kepada pasien.

  o o

  Secara umum semua vaksin sebaiknya disimpan pada suhu +2 C s/d 8

  C,

  o

  diatas suhu 8 C vaksin hidup akan cepat mati, vaksin polio hanya bertahan 2 hari, vaksin BCG dan Campak yang belum dilarutkan mati dalam tujuh hari. Vaksin polio oral yang belum dibuka lebih bertahan lama (2 tahun) bila disimpan pada

  o o o o

  suhu -25 C s/d -15

  C, namum hanya bertahan 6 bulan pada suhu +2 C s/d +8 C (Satgas, 2008).

  Hal-hal Yang dapat merusak vaksin dan komposisi vaksin yaitu: 1.panas dapat merusak semua vaksin. 2.Sinar matahari dapat merusak BCG. 3.

  Pembekuan toxoid. 4. Desinfeksi/antiseptic : sabun (Marimbi, 2010).

  19 Sebagian besar suntik diberikan melalui suntikan intramuscular atau subkutan dalam. Kecuali pada dua jenis vaksin yaitu OPV diberikan per-oral dan BCG diberikan dengan suntikan intradermal (dalam kulit). Pada sebagian petugas kesehatan yang kurang berpengalaman memberikan suntikan subkutan dalam, dianjurkan memberikan dengan cara intra muscular (Ranuh, 2008).

H. Teknik dan Ukuran Jarum

  Untuk mengurangi resiko penyebaran infeksi dan trauma akibat suntikan yang salah. Pada tiap suntikan harus digunakan tabung suntikan dan jarum baru, sekali pakai dan steril. Sebagian besar vaksin harus disuntikan ke dalam otot. Penggunaan jarum yang pendek meningkatkan resiko terjadinya suntikan subkutan yang kurang dalam. Hal ini menjadi masalah untuk vaksin – vaksin yang inaktif (inactivated). Standart jarum suntik ialah ukuran 23 dengan panjang 25 mm, tetapi ada perkecualian lain dalam beberapa hal seperti berikut :

  1. Pada bayi yang kurang bulan ,dapat dipakai jarum ukuran 26 dengan panjang 16 mm; 2. Untuk suntikan subkutan pada lengan atas, dipakai jarum ukuran 25 dengan panjang 16 mm, untuk bayi – bayi kecil dipakai ukuran 27 dengan panjang 12 mm; 3. Untuk suntikan intramuscular pada orang dewasa yang sangat gemuk (obese) dipakai jarum ukuran 23 dengan panjang 38 mm; 4. Untuk suntikan intradermal pada vaksinasi BCG dipakai jarum ukuran 25 – 27 dengan panjang 10 mm (Ranuh, et al. 2008).

  20 Vestus lateralis adalah otot bayi yang tebal dan besar, yang mengisi bagian anterolateral paha. Vaksin disuntikan batas antara sepertiga otot bagian atas dan tengah yang merupakan bagian paling tebal dan padat. Jarum harus membuat

  o o sudut 45 – 60 terhadap permukaan kulit ; dengan jarum kearah lutut.

  Anak atau bayi diletakkan diatas meja periksa, dapat dipegang oleh orang tua / pengasuh atau posisi setengah tidur pada pangkuan orang tua. Celana (popok) bayi harus dibuka bila menutupi otot vastus lateralis sebagai lokasi suntikan, bila tidak demikian vaksin akan disuntikkan terlalu bawah daerah paha.

  Kedua tangan dipegang menyilang pelvis bayi dan paha dipegang antara jempol dan jari – jari, sehingga mengurangi hambatan dalam proses penyuntikan dan membuatnya lebih lancar (Ranuh, et al. 2008).

  J. Pencatatan Imunisasi

  Setiap bayi / anak sebaiknya mempunyai dokumentasi imunisasi seperti kartu imunisasi yang dipegang oleh orang tua atau pengasuhnya. Setiap dokter atau tenaga paramedis yang memberikan imunisasi harus mencatat semua data – data yang relevan pada kartu imunisas. Data yang harus dicatat pada kartu imunisasi : 1. Jenis vaksin yang diberikan, termasuk nomor batch dan nama dagang; 2. Tanggal melakukan vaksinasi; 3. Efek samping bila ada; 4. Tanggal vaksinasi berikut; 5. Nama tenaga medis / paramedic yang memberikan vaksin. Pentingnya kartu vaksinasi ini untuk menilai jenis dan jumlah vaksin yang diberikan dan bagaimana pemberian vaksinasi selanjutnya untuk pasien dengan imunisasi tidak lengkap dan cara mengejar (catch up) imunisasi yang tertinggal (Ranuh,et al. 2008).

  21 catat nomor batch. Pastikan bahwa injeksi adrenaline BP (1 dalam 1000) tersedia dalam kotak obat yang sewaktu – waktu dibutuhkan untuk mengatasi reaksi alergi (Juffrie.M & Iyan.D, 2008).

  K. Standart Pelayanan Minimal (SPM)

  Keputusan menteri kesehatan RI Nomor 1457/Menkes/SK/X/2003 tentang standart pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten / kota Menteri kesehatan Republik Indonesia.bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 2 ayat (4) butir b, Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Pemerintah mempunyai kewenangan untuk menetapkan pedoman standar pelayanan minimal yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota (Kepmenkes, 2003).

  Standart pelayanan minimal bidang kesehatan pasal 2 ; 1. Kabupaten/kota menyelenggarakan pelayanan kesehatan sesuai Standart Pelayanan Minimal; 2.

  Standart Pelayanan Minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang meliputi jenis pelayanan beserta indikator pekerja dan target tahun 2010, diantaranya ; Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan usia sekolah mengenai pelayanan imunisasi, desa kelurahan

  (SPM) 100 % (Kepmenkes, 2003).

  UniversaI Child Immunization

  Indicator keberhasilan GAIN UCI mengacu pada RPJMN tahun 2010-2014 dengan target pencapaian sebagai berikut :

  1. Tahun 2010 Mencapai UCI desa/kelurahan 80 %, persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 80 %.

  2. Tahun 2011

  22 mendapat imunisasi dasar lengkap 82 %.

  3. Tahun 2012 Mencapai UCI desa/kelurahan 90 %, persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 88 %.

  4. Tahun 2013 Mencapai UCI desa/kelurahan 95 %, persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 88 %.

  5. Tahun 2014 Mencapai UCI desa/kelurahan 100 %, persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap 90 %.

  Dinas kesehatan kota medan (2012) menetapkan Standart Pelayanan Minimal Imunisasi tahun 2012 dari masing-masing jenis imunisasi harus mencapai target yaitu HB0 = 80 % ,BCG = 90 % ,DPT/HB = 95 % ,Polio = 95 % ,Campak = 95 %. Pemberian imunisasi ini harus sudah diberi kepada bayi sebelum usia 1 tahun.