Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi Anak di Puskesmas Padang Bulan Medan Pada Tahun 2012

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TERHADAP

IMUNISASI ANAK DI PUSKESMAS PADANG BULAN

PADA TAHUN 2012

Oleh :

REBECCA PANJAITAN

090100353

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(2)

ABSTRAK

Imunisasi merupakan tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) didalam tubuh bayi dan anak. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaituTuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, dan Hepatitis B. Tingginyacakupan imunisasi belum tentu manggambarkan pemahaman dan pengetahuan ibu tentang imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibutentang imunisasi pada Puskesmas Padang Bulan Medan. Desainpenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 100 orang dengan teknik pengambilan sample quota sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus– November 2012, dengan instrumen penelitian berupa kuesioneryang meliputi data demografi dan kuesioner pengetahuan ibu. Hasil penelitian secara umum didapatkan 73 responden (73%) yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik, 15 responden (15%) yang memiliki pengetahuan dalam kategori cukup dan 12 responden (12%) yang memiliki pengetahuan yang kurang. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan responden yang berpengetahuan baik mayoritas yang berpendidikan D3 dan S1 masing masing 21 responden (95,4%) dan 23 responden (100%) dan responden yang berpengetahuan kurang responden yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 7 orang (100%).


(3)

ABSTRACT

Immunization is an act to provide protection (immunity) of the body of infants and children. Diseases that can be prevented by immunization ie Tuberculosis, Diphtheria, Pertussis, Measles, Polio, and Hepatitis B. The high immunization coverage is not necessarily manggambarkan understanding and knowledge of mothers about immunizations. This study aims to identify the knowledge of mothers on immunization in Padang Bulan health center field. The study design used in this study was descriptive with a large sample of 100 people with a sampling quota sampling techniques. The research was conducted in August-November 2012, with a research instrument in the form of a questionnaire that includes demographic data and questionnaires mother's knowledge. The results are generally obtained 73 respondents (73%) who have knowledge in either category, 15 respondents (15%) who have knowledge in the category and 12 respondents (12%) who have less knowledge. While the results of research based on the level of education of respondents were knowledgeable well-educated majority D3 and S1 respectively 21 respondents (95.4%) and 23 respondents (100%) and respondents were less knowledgeable respondents with elementary education level by 7 people (100% ).


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan KTI (Karya Tulis Ilmiah) ini yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu Terhadap Imunisasi Anak di Puskesmas Padang Bulan Medan Pada Tahun 2012”. Karya tulis ilmiah ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Sarjana Kedoteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada: 1. Prof. dr. Gontar A Siregar, Sp.PD.KGEH selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. Dr. Fitriani Lumongga Sp.PA selaku dosen pembimbing saya yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan.

3. Dosen - dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat / Ilmu Kedokteran Komunitas (IKM / IKK ) Fakultas Kedokteran Sumatera Utara

4. Hasak Panjaitan dan Riris Naiborhu selaku orang tua saya yang telah banyak memberikan semangat dan motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini

5. Seluruh civitas akademika Fakultas Kedokteran USU yang telah membantu selama perkuliahan.

6. Teman teman saya Christine, Ester, Sinly, Grace, Dorothy yang telah banyak memberikan masukan dan motivasi dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.


(5)

Demikian ucapan terima kasih ini disampaikan. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca, dan penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca.

Medan, 31 Mei 2012 Penulis


(6)

DAFTAR ISI

halaman

Halaman Persetujuan ... ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Gambar ... ... iv

Daftar Tabel... v

Daftar Lampiran ... vi

BAB 1 PENDAHULUAN ...

1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penelitian ... 3

1.4. Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Pengetahuan ... 4

2.1.1. Definisi Pengetahuan ... 4

2.1.2. Faktor Pengetahuan ... 4

2.2. Definisi Imunisasi ... 5

2.2.1. Prinsip Dasar Imunisasi ... 6

2.2.2. Tujuan Imunisasi... 6

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Imunisasi... 7

2.3. Imunisasi Dasar... 8

2.3.1. BCG ... 8

2.3.2. Hepatitis B ... 9

2.3.3. Polio ... 10

2.3.4. DPT... 10

2.3.5. Campak... 12

2.4. Imunisasi Anjuran... 13

2.4.1. HIB ... 14

2.4.2. Influenza... 14

2.4.3. Measles,Mumps,Rubella(MMR)... 15

2.4.4. Tifoid... 15

2.4.5. Hepatitis A... 16


(7)

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.. 18

3.1. Kerangka Konsep Penelitian ... 18

3.2. Definisi Operasional ... 18

3.3. Cara ukur... 18

3.4. Alat Ukur... 19

3.5. Kategori... 19

3.6. Skala Pengukuran... 19

BAB 4 METODE PENELITIAN... 20

4.1. Jenis Penelitian... 20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20

4.2.1 Lokasi Penelitian... 20

4.2.2. Waktu Penelitian... 20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

4.3.1. Populasi ... 20

4.3.2. Sampel ... 21

4.3.3. Kriteria Inklusi ... 21

4.3.4. Kriteria Eksklusi ... 21

4.4. Metode Penelitian... 21

4.5. Metode Pengumpulan Data ... 22

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil penelitian...23

5.1. Lokasi penelitian...23

5.1.2. Karateristik respnden...23

5.1.3. Deskripsi jawaban responden terhadap pertanyaan...25

5.1.4. Hasil analisa statistik...27

5.1.4.1. Hasil analisis univariat...27

5.1.4.2. Hasil analisis bivariat...27

5.2. Pembahasan...31

5.2.1. Pengetahuan responden tentang imunisasi...31

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan...32

6.2. Saran...33

DAFTAR PUSTAKA ...


(8)

ABSTRAK

Imunisasi merupakan tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) didalam tubuh bayi dan anak. Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaituTuberkulosis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio, dan Hepatitis B. Tingginyacakupan imunisasi belum tentu manggambarkan pemahaman dan pengetahuan ibu tentang imunisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan ibutentang imunisasi pada Puskesmas Padang Bulan Medan. Desainpenelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan besar sampel sebanyak 100 orang dengan teknik pengambilan sample quota sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus– November 2012, dengan instrumen penelitian berupa kuesioneryang meliputi data demografi dan kuesioner pengetahuan ibu. Hasil penelitian secara umum didapatkan 73 responden (73%) yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik, 15 responden (15%) yang memiliki pengetahuan dalam kategori cukup dan 12 responden (12%) yang memiliki pengetahuan yang kurang. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan tingkat pendidikan responden yang berpengetahuan baik mayoritas yang berpendidikan D3 dan S1 masing masing 21 responden (95,4%) dan 23 responden (100%) dan responden yang berpengetahuan kurang responden yang memiliki tingkat pendidikan SD sebanyak 7 orang (100%).


(9)

ABSTRACT

Immunization is an act to provide protection (immunity) of the body of infants and children. Diseases that can be prevented by immunization ie Tuberculosis, Diphtheria, Pertussis, Measles, Polio, and Hepatitis B. The high immunization coverage is not necessarily manggambarkan understanding and knowledge of mothers about immunizations. This study aims to identify the knowledge of mothers on immunization in Padang Bulan health center field. The study design used in this study was descriptive with a large sample of 100 people with a sampling quota sampling techniques. The research was conducted in August-November 2012, with a research instrument in the form of a questionnaire that includes demographic data and questionnaires mother's knowledge. The results are generally obtained 73 respondents (73%) who have knowledge in either category, 15 respondents (15%) who have knowledge in the category and 12 respondents (12%) who have less knowledge. While the results of research based on the level of education of respondents were knowledgeable well-educated majority D3 and S1 respectively 21 respondents (95.4%) and 23 respondents (100%) and respondents were less knowledgeable respondents with elementary education level by 7 people (100% ).


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan masalah yang penting dalam sebubuah keluarga terutama yang berhubungan dengan bayi dan anak. Mereka merupakan harta yang paling berharga sebagai titipan Tuhan yang Maha Esa, juga dikarenakan

kondisinya yg mudah sekali terkena penyakit. Oleh karena itu bayi dan anak menjadi prioritas utama,yang harus dijaga kesehatannya. Karena anak merupakan generasi penerus bangsa (Wijaya, 2005).

Salah satu strategi pembagunan kesehatan Nasional untuk mewujudkan Indonesia sehat 2010 adalah menerapkan Pembangunan Nasional berwawasan kesehatan yang berarti setiap upaya program pembangunan harus mempunyai kontribusi positif terhadap terbentuknya lingkungan sehat dan prilaku yang sehat. Sebagai acuan pembangunan kesehatan mengacung kepada konsep “paradigma sehat” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas yang utama pada pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh terpadu dan berkesinambungan (Depkes RI, 2005).

Upaya yang dilakukan untuk menurunkan tingkat angka kesakitan, kecacatan, dan kematian dari infeksi penyakit menular maupun tidak menular adalah dengan cara pemberian imunisasi dengan meningkatkan kesadaran pada ibu bahwa pentingnya imunisasi terhadap anak. Pemerintah telah melaksanakan imunisasi pada tahun 1956 yang dimulai di pulau jawa dengan vaksin cacar. Pada tahun 1972 Indonesia telah berhasil membasmi vaksin cacar. Bulan april 1974 indonesia resmi dikatakan bebas cacar oleh WHO.

Pada dasarnya, setiap bayi yang dilahirkan sudah memperoleh kekebalan secara alami dari ibu yang melahirkannya, namun kekebalan itu tidak bertahan lama. Oleh karena itu, bayi dapat di imunisasi segera setelah lahir. Sebaiknya, bayi sudah diimunisasi secara lengkap sebelum tahun pertama kehidupan (Depkes RI, 2004).

Peran seorang ibu pada program imunisasi sangat penting karena ibu adalah orang yang paling dekat dengan anaknya. Demikian juga tentang pengetahuan ibu terhadap imunisasi. Pengetahuan ibu akan mempengaruhi kepatuhan pemberian imunisasi dasar bayi. Masalah tentang pemahaman dan pengertian ibu terhadap imunisasi tidak menjadi masalah untuk dilaksanakan nya imunisasi, jika ada yg melakukan penyuluhanbagi para ibu (Ali, 2002).


(11)

Selain pengetahuan, status sosial ekonomi juga mempengaruhi pemberian imunisasi terhadap anak. Status ekonomi sosial di pengaruhi oleh pekerjaan, pendapatan keluarga, daerah tempat tinggal dan kebiasaan hidup (Noor, 2000).

Tahun 1977 ditentukan sebagai fase persiapan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan/penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) yaitu Tuberkulusis, Difteri, Pertusis, Campak, Polio serta Hepatitis B (Depkes RI,2005).

Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia PD31 tahun 2009 , target yang dicapai sebesar 90% untuk Sumatera Utara HB0 (48,5%), BCG (68,3%), polio1 (91,2%), polio2 (86,9%), polio3 (85,0%), polio4 (82,0%), DPT-HB (88,4%), DPT DPT-HB2 (85,6%), DPT DPT-HB3 (82,9%), campak (81,6%) (Depkes RI,2009).

Untuk data cakupan imunisasi di Dinas Kesehatan kota Medan tahun 2008 yakni : BCG sebesar 95,88%, DPT sebesar 98,91%, DPT3 92,36%, Polio 92,63%, campak 94,18% dan hepatitis B 59,47% (Profil dinas kesehatan Kota Medan 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah Bagaimana gambaran pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak di Puskesmas Padang Bulan Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu terhadap pemberian imunisasi pada anak di Puskesmas Padang bulan pada tahun 2012.


(12)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak berdasarkan tingkat pendidikan.

2. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak berdasarkan kelompok umur ibu.

3. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak berdasarkan jumlah anak.

4. Untuk mengetahui gambaranpengetahuan ibu terhadap imunisasi anak berdasarkan umur anak.

1.4 Manfaat Penelitian

1 menambah pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak di Puskesmas Padang Bulan pada tahun 2012.

2 Sebagai bahan masukan terhadap Puskesmas Padang Bulan tentang Pemberian imunisasi kepada anak dan juga melihat program keberhasilan imunisasi yang diberikan di Puskesmas Padang Bulan.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan 2.1.1 Definisi

pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan pengindraan terhadap obyek tertentu (Notoatmodjo, 2007).

2.1.2 Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan 1. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang di dapat tentang kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

2. Informasi/media massa

Informasi yang diperoleh dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

3. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan (Notoatmodjo, 2007).


(14)

2.2.

Definisi Imunisasi

Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui mulut, seperti vaksin polio (Hidayat,2005).

Imunitas secara pasif dapat diperoleh melalui dua bentuk pemberian, yaitu imunoglobulin non-spesifik (gamaglobulin) dan imunoglobulin spesifik, berasal dari plasma donor yang sudah sembuh atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non-spesifik diberikan pada anak dengan defisiensi imunoglobulin, sehingga memberikan perlindungan dengan sengaja dan cepat dan anak dapat terhindar dari kematian. Perlindungan ini tidak permanen, hanya berlangsung beberapa minggu saja dan relatif mahal. Imunoglobulin spesifik diberikan pada anak yang belum terlindung karena belum pernah mendapatkan vaksinasi kemudian terserang, misalnya penyakit difteri, tetanus, hepatitis A dan B (Ranuh, 2005).

Vaksinasi merupakan suatu tindakan yang dengan sengaja memberikan paparan pada suatu antigen berasal dari suatu patogen. Antigen yang diberikan telah dibuat sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan sakit, namun memproduksi limfosit yang peka, antibodi dan sel memori. Cara ini menirukan infeksi alamiah yang tidak menimbulkan sakit, namun cukup memberikan kekebalan. Tujuan vaksinasi adalah memberikan “infeksi ringan” yang tidak berbahaya, namun cukup untuk menyiapkan respon imun sehingga apabila terjangkit penyakit yang sesungguhnya di kemudian hari, anak tidak menjadi sakit karena tubuh dengan cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen/penyakit yang masuk tersebut (Ranuh, 2005).

2.2.1 Prinsip Dasar Pemberian Imunisasi

Prinsip dasar pemberian imunisasi adalah :

1. Bila ada antigen (kuman, bakteri, virus, parasit, racun kuman memasuki tubuh maka tubuh akan berusaha menolaknya, tubuh membuat zat anti berupa antibody atau anti toxin

2. Reaksi tubuh pertama kali terhadap antigen berlangsung secara lambat dan lemah sehingga tidak cukup banyak antibody yang terbentuk.


(15)

3. Pada reaksi atau respon yang kedua, ketiga, dan seterusnya tubuh sudah mulai lebih mengenal jenis antigen tersebut.

4. Setelah beberapa waktu, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang. Untuk mempertahankan agar tetap kebal, perlu diberikan antigen/imunisasi ulang.

5. Kadar antibody yang tinggi dalam tubuh menjamin anak akan sulit untuk terserang penyakit (Sujono, 2009).

2.2.2. Tujuan Imunisasi

Ada tiga tujuan utama pemberian imunisasi pada seseorang, yaitu mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi), serta menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (misalnya cacar).

Untuk tujuan mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, ditempuh dengan cara memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen yang masuk tersebut (Muslihatun, 2010)

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan imunisasi

1. Status imun pejamu

Terjadinya antibodi spesifik pejamu terhadap vaksin yang diberikan akan mempengaruhi keberhasilan imunisasi. Pada bayi semasa fetus mendapat antibodi maternal spesifik terhadap virus campak. Apabila vaksinasi campak diberikan pada saat kadar antibodi spesifik campak masih tinggi, maka akan memberikan efek yang kurang memuaskan. Demikian pula ASI yang mengandung IgA sekretori (sIgA) terhadap virus polio dapat mempengaruhi keberhasilan vaksinasi polio yang diberikan secara oral. Berdasarkan penelitian sub bagian Alergi-Imunologi bagian IKA FKUI/RSCM jakarta, kadar sIGA polio sudah tidak ditemukan lagi pada ASI setelah bayi berumur 5 tahun. Kadar sIGA yang tinggi terdapat pada kolostrum. Oleh karena itu bila vaksinasi polio oral diberikan pada masa pemberian kolostrum (usia 0-3 hari), hendaknya asi jangan diberikan dahulu 2 jam sebelum dan sesudah vaksinasi. Keberhasilan vaksinasi memerlukan maturitas imunologik. Fungsi makrofag pada neonatus Masih kurang terutama


(16)

fungsi mempresentasikan antigen. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang , sehingga imunisasi yang diberikan sebelum bayi berumur 2 tahun jangan lupa memberikan imunisasi ulangan. Keadaan gizi buruk menurunkan fungsi sel sistem imun seperti makrofag dan limfosit. Imunitas selulas menurun dan imunitas humoral spesifisitasnya rendah. Kadar umunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik karena kekurangan asam amino untuk mensintesis antibodi. Kadar komplemen juga berkurang dan mobilisasi makrofag berkurang, sehingga respon terhadap vaksin atau toksoid berkurang (Hidayat, 2005).

2. Faktor genetik pejamu

interaksi sel-sel sistem imun dipengaruhi oleh variabilitas genetik. Secara genetik, respon imun manusia terbagi menjadi respon baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu, tetapi terhadap antigen lain dapat sangat tinggi respon imunnya. Oleh karena itu sering ditemukan keberhasilan vaksinasi tidak sampai 100% (Hidayat, 2005).

3. Kualitas dan kuantitas vaksin

Cara pemberian vaksin akan mempengaruhi respon imun misalnya vaksin polio oral akan menimbulkan imunitas lokal dan sistemik, sedangkan vaksin polio paranteral hanya memberikan imunitas sistemik saja. Dosis vaksin yang tidak tepat juga mempengaruhi respon imun. Dosis terlalu tinggi akan menghambat respon imun yang diharapkan, sedangkan dosis terlalu rendah tidak dapat merangsang sel-sel imunokompeten. Dosis yang tepat dapat diketahui dari hasil uji klinis,karena itu dosis vaksin harus sesuai dengan dosis yang direkomendasikan. Frekuensi dan jarak pemberian juga mempengaruhi respon imun. Bila pemberian vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi spesifik masih tinggi, maka antigen yang masuk akan segera dinetralkan, sehingga tidak sempat merangsang sel imunokompeten, bahkan dapat terjadi reaksi arthus. Pemberian vaksin ulang (booster) sebaiknya mengikuti anjuran sesuai hasil uji klinis (Hidayat, 2005).


(17)

2.3. Imunisasi Dasar

Berdasarkan buku Imunisasi Pada Neonatus Bayi dan Balita oleh Muslihatun (2010) imunisasi yang diwajibkan sesuai program pemerintah adalah :

1. BCG 2. Hepatitis B 3. Polio 4. DPT 5. Campak

2.3.1 BCG

Baccile calmatte guerin (BCG) adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang di biakkan selama 1-3 tahun sehingga didapatkan basil yang tidak virulen, tetapi masih memiliki imunogenitas. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup sehingga tidak diberikan pada pasien imunokompronise jangka panjang (leukimia, pengobatan steroid jangka panjang, HIV). Vaksin BCG menimbulkan sensitivitas tuberkulin berkaitan dengan reaksi imunitas. Tujuan imunisasi BCG tidak untuk mencagah TBC tetapi megurangi resiko TBC berat, seperti TBC meningitis dan TBC miliar. BCG diberikan pada bayi yang berumur kurang dari dua bulan atau sama dengan dua bulan. Pemberian pada anak dengan uji mantoux negatif. Dosis untuk bayi (umur kurang dari 1 bulan) adalah 0,05 ml dan anak 0,10 ml. Vaksin diberikan melaui intrakutan di daerah insersio muskulus deltoideus kanan. Tempat ini dipilih sebagai daerah penyuntikan karena lebih tebal dan tidak mengganggu struktur otot. Vaksin BCG tidak boleh terkena sinar matahari harus disimpan 2-80 C, tidak boleh beku serta vaksin yang telah diencerkan harus dibuang dalam waktu 8 jam. Vaksin ulang tidak dianjurkan, efek proteksi 8-12 minggu setelah penyuntikan. KIPI pada imunisasi BCG yakni ulkus lokal superfisial 3 minggu setelah penyuntikan. Sembuh dalam 2-3 bulan, meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi maka ulkus yang timbul terlalu besar. Kadang-kadang dijumpai limfadenitis melekat pada kulit atau timbul fistula. Kontraindikasi pemberian imunisasi BCG, antara lain : reaksi tes mantoux lebih dari 5mm, sedang menderita infeksi HIV, atau resiko tinggi infeksi HIV,imunokompromise akibat pengobatan kortikosteroid, gizi buruk, demam tinggi, pernah TBC dan kehamilan (Muslihatun, 2010).


(18)

2.3.2 Hepatitis B

Pencegahan penyakit hepatitis B ditempuh melalui upaya preventif umum dan khusus. Upaya preventif khusus hepatitis B ditempuh dengan imunisasi pasif dan imunisasi aktif. Imunisasi pasif hepatitis B immune globulin (HBig) dalam waktu singkat memberikan proteksi, meskipun hanya untuk jangka pendek (3-6 bulan). Pemberian Hbig hanya pada kondisi pasca paparan, diantaranya needle stick injury, kontak seksual, bayi dari ibu dengan virus hepatitib B (VHB). Sebaiknya Hbig diberikan bersamaan dengan imunisasi aktif vaksin VHB agar proteksi lama. Imunisasi aktif vaksin VHB, diberikan dalam tiga seri pemberian. Pemberian yang tepat sesuai dosis yang direkomendasikan akan memberikan respon protektif (anti HBs lebih dari atau sama dengan 10 mIU/ mL). Vaksin deiberikan secara intramuskular dalam. Pada neonatus dan bayi pentuntikan di anterolateral paha, sedangkan anak besar dan dewasa di regio deltoid. Pemberian hepatitis b-1 saat bayi lahir, berdasarkan status HbsAg ibu saat melahirkan. Jika status HbsAg ibu tidak diketahui, hepatitis B-1 diberikan dalam 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 bulan dan antara 3-6 bulan. Apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui , dan pada perjalanannya ternyata ibu positif HbsAg, maka dapat diberikan Hbig o,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Apabila status HbsAg ibu positif, hepatitis B-1 diberikan dalam waktu 24-48 jam setelah lahir bersamaan dengan vaksin Hbig 0,5 ml. Imunisasi hepatitis b ulang (hepatitis B4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun ( Muslihatun,2010).

2.3.3 Polio (Oral Polio Vaccine (OPV) )

Vaksin virus polio hidup oral berisi virus polio tipe 1, 2, 3. Vaksin digunakan rutin sejak bayi lahir sebagai dosis awal, dengan dosis 2 tetes (0,1 ml). Imunisasi dasar umur 2-3 bulan dalam 3 dosis terpisah berturut turut dengan interval 6-8 minggu untuk mendapatkan imunitas jangka lama. Apabila OPV yang diberikan dimuntahkan dalam waktu 10 menit, maka dosis pemberian perlu diulangi. Virus vaksin akan menetap di usus dan memacu antibodi dalam darah dan ephitelum usus, sehingga menghasilkan perthanan lokal terhadap virus polio liar. Asi tidak berpengaruh pada respon antibodi. Apabila OPV yang diberikan dimuntahkan dalam waktu 10 menit, maka dosis pemberian perlu diulangi. Reaksi KIPI dari vaksin OPV antara lain gejala pusing, diare ringan dan nyeri otot. Kasus poliomielitis berkaitan dengan vaksin OPV, terjadi pada resipien (VAPP = vaccine associated polio paralytic) dan pada kontak virus yang menjadi neurovirulen (VDPV= vaccine derivate polio virus). Pada pemberian OPV, virus asal vaksin dapat bereplikasi dalam usus manusia, diekskresi melalui tinja selama 2-3 bulan. Kontraindikasi pemberian OPV, antara lain penyakit akut/demam


(19)

(suhu lebih dari 38,50C) muntah atau diare hebat maka pemberian vaksin harus ditunda. Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu -150C sampai -250C. Vaksin sangat stabil, tetapi sekali dibuka akan kehilangan potensi akibat perubahan PH setelah terpapar udara. Vaksin polio oral yang dibuka botolnya segera dibuang pada akhir kegiatan imunisasi. Dapat disimpan beku, suhu -200C. Vaksin beku dapat cepat dicairkan dengan ditempatkan diantara kedua telapak tangan dan digulir gulirkan. Vaksin harus dijaga tidak berubah warna, yaitu merah muda sampai oranye muda (sebagai indikator PH). Vaksin dapat dibekukan kembali asal, warna tidak berubah dan belum kadaluwarsa (Muslihatun, 2010).

Gambar 2.1. Pemberian Oral Polio Vaccine (sumber : antara news.com)

2.3.4 DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)

Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (Toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intra muskular. Vaksin DPT tidak dapat diberikan pada bayi yang menderita epilepsi dan selama demam. Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat,efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat karena kesakitan


(20)

kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, enselopati, dan shock (Muslihatun, 2010).

Gambar 2.2 Penyuntikan DPT secara Intra Muskular (sumber : pnccenter.co.id)

2.3.5 Campak

Ada dua jenis vaksin campak , yaitu vaksin yang berasal dari virus campak hidup dan dilemahkan dan vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan. Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml melalui suntikan subkutan dalam pada umur 9 bulan. Imunisasi ulangan perlu diberikan pada saat anak masuk SD (5-6 tahun) untuk mempertinggi serokonversi. Apabila anak pada umur 15-18 bulan telah mendapatkan vaksin MMR, maka imunisasi ulangan campak usia 5 tahun tidak perlu diberikan. Kontra indikasi pemberian imunisasi campak antara lain demam tinggi, sedang pengobatan imunosupresi, hamil, memiliki, memiliki riwayat alergi, sedang pengobatan imunoglobulin atau bahan-bahan dari darah. Reaksi KIPI akibat imunisasi campak banyak dijumpai pada pemberian vaksin campak dari virus yang dimatikan. Reaksi KIPI dari imunisasi campak tersebut antara lain : demam lebih dari 39,50C pada hari ke 5-6 selama 2 hari yang dapat merangsang terjadinya kejang demam, ruam pada hari ke 7-10


(21)

selama 2-4 hari serta gangguan sistem syaraf pusat, diantaranya : sensefalitis dan enselofalopati paskan imunisasi (Muslihatun, 2010).

Gambar 2.3. Penyuntikan Campak melalui Sub Kutan (sumber : bayisehat.net.com)

2.4. Imunisasi Anjuran

Berdasarkan buku Imunisasi Pada Neonatus Bayi dan Balita oleh Muslihatun (2010) imunisasi yang tidak termasuk dalam program pemerintah adalah :

1. MMR 2. HIB 3. Tifoid 4. Hepatitis A 5. Varisella 6. Influenza

2.4.1. Haemophilus Influenza Tipe B (Hib)

Vaksin Hib dibuat dari kapsul polyribosyribitol phosphate (PRP). Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi di indonesia, yaitu PRP-T dan PRP-OMP. Vaksin ini bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi Hib yang sering menyebabkan meningitis, pneumonia, selilitis, artritis dan epiglotis. Jadwal imunisasi vaksin PRP-T diberikan pada umur 2,4, dan 6 bulan. vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ke-3 (umur 6 bulan) tidak diperlukan. Vaksin Hib dapat


(22)

diberikan bersamaan dengan DPT dalam bentuk vaksin kombinasi. Dosis pemberian vaksin ini adalah 0,5 ml, diberikan melalui injeksi intramuskuler. Vaksin PRP-T atau PRP-OMP perlu diulang pada umur 18 bulan. Apabila anak datang usia 1-5 tahun, Hib nya diberikan satu kali saja (Muslihatun, 2010).

2.4.2. Influenza

Vaksin influenza mengandung virus yang tidak aktif. Terdapat dua macam vaksin yaitu whole virus dan split-virus vaccine. Untuk anak anak dianjurkan jenis split virus vaccine karena tidak menyebabkan demam tinggi. Vaksin ini dianjurkan diberikan secara teratur pada kelompok resiko tinggi, antara lain pasien asma dan kistik fibrosis, anak dengan penyakit jantung, dalam pengobatan imunosupresan, terinfeksi HIV, sickle cell anemia, penyakit ginjal yang membutuhkan obat aspirin jangka panjang. Pada anak atau dewasa dengan gangguan dengan gangguan fungsi imun, diberikan dua dosis dengan jarak interval minimal 4 minggu. Vaksin diberikan dengan suntikan subkutan atau intramuskuler. Satu dosis secara teratur setiap tahun dapat diberikan pada anak usia 9 tahun ke atas. Anak usia 6 bulan sampai 9 tahun bila mendapatkan vaksin pertama kali harus diberikan dosis dua kali berturut-turut dengan jarak 1 bulan. kontra indikasi vaksin influenza,antara lain hipersensitif anafilaksis terhadap vaksin influenza sebelumnya, alergi dengan telur, ibu hamil, dan ibu menyusui. Reaksi KIPI dari vaksin ini antara lain nyeri, eritema,dan indurasi di tempat penyuntikan, demam, lemas, mialgia setelah 6-12 jam paska imunisasi selama 1-2 hari (Muslihatun, 2010).

2.4.3. Measles, Mumps, Rubella (MMR)

Vaksin MMR merupakan vaksin kombinasi, bertujuan untuk mencegah penyakit campak, gondongan dan rubella. Vaksin MMR merupakan vaksin kering, mengandung vaksin hidup. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-80C atau lebih dan waktu 1 jam setelah dilarutkan dan diletakkan pada tempat sejuk, terlindung cahaya untuk menjaga vaksin tetap stabil dan tidak kehilangan potensinya. vaksin kehilangan potensi pada suhu 22-25oC. Dosis pemberian adalah satu kali 0,5 ml secara intramuskular atau subkutan dalam. Vaksin diberikan pada anak umur 15-18 bulan untuk menghasilkan serokonversi terhadap ketiga virus tersebut. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah imunisasi MMR pada usia 12-18 bulan, maka imunisasi campak 2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan. Vaksin ulang diberikan pada usia 10-12 tahun atau


(23)

12-18 tahun sebelum pubertas. Kontraindikasi imunisasi ini antara lain keganasan yang tidak diobati. Gangguan imunitas, alergi berat, demam akut, sedang mendapat vaksin hidup lain seperti BCG, kehamilan, dalam 3 bulan setelah transfusi darah atau pemberian imunoglobulin, defisiensi imun termasuk HIV dan setelah suntikan imunoglobulin. Reaksi KIPI dari MMR antara lain reaksi sistemik seperti malaise, ruam, demam, kejang demam 6-11 hari (Muslihatun, 2010).

2.4.4. Tifoid

Terdapat 2 jenis vaksin demam tifoid yaitu vaksin suntikan dan vaksin tifoid oral Ty21a. Vaksin suntikan diberikan secara intramuskular atau subkutan dalam pada daerah gluteal atau paha dengan dosis 0,5 ml. Vaksin suntikan diberikan pada umur lebih dari 2 tahun. Vaksin ulangan diberikan setiap 3 tahun. Vaksin oral dikemas dalam bentuk kapsul, disimpan pada suhu 2-80C. Vaksin diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dalam 3 dosis denganinterval selang sehari. Vaksin ulangan diberikan setiap 3-5 tahun. Vaksin ke-4 ini umumnya diberikan pada turis yang akan berkunjung ke daerah endemis tifoid. Reaksi KIPI vaksin ini antara lain reaksi lokal (bengkak,nyeri,kemerahan, di tempat penyuntikan). Kontra indikasi vaksin ini antara lain alergi bahan ajuvan vaksin dan demam. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-80C tidak boleh dibekukan dan akan kadaluwarsa dalam waktu 3 tahun ( Muslihatun, 2010).

2.4.5. Hepatitis A

Imunisasi aktif (hepatitis A vaccine/HAV) dibuat dari virus yang dimatikan (inactivated vaccine). Dosis vaksin 720 U diberikan dua kali secara intramuskular di daerah deltoid. Vaksin diberikan pada usia 2 tahun atau lebih. Suntikan ke 2 atau booster 6-12 bulan setelah dosis pertama diperkirakan anti HAV protektif menetap selama 20 tahun atau lebih. Pemberian bersamaan dengan vaksin lain (Hepatitis B atau tifoid) tidak mengganggu respon imun masing masing vaksin dan tidak meningkatkan frekuensi efek samping. Kombinasi Hepatitis A/Hepatitis B dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml intramuskuler. Vaksin kombinasi tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan, tetapi diberikan pada anak lebih dari 12 bulan untuk mengejar imunisasi hepatitis B yang belim lengkap. Efek samping dari vaksin ini sangat jarang. Reaksi lokal ringan merupakan efek tersering dan demam pada 4% resipien (Muslihatun, 2010).


(24)

2.4.6. Varisela

Dampak penyakit varisella pada orang dewasa lebih berat daripada anak-anak. Apabila dialami pada masa kehamilan dapat menyebabkan sindrom varisella kongenital dengan angka kematian tinggi. Vaksin varisela merupakan virus hidup varisella zooster yang dilemahkan dalam bubuk kering. Bentuk ini kurang stabil dibanding vaksin virus hidup yang lain. Vaksin harus disimpan pada suhu 2-80C. Efektivitas vaksin ini tidak diragukan lagi. Pemberian pada anak hanya diperlukan satu dosis vaksin. bagi individu imunokompromise, remaja dan dewasa memerlukan dua dosis selang 1-2 bulan. vaksin dapat diberikan bersamaan dengan MMR. Untuk anak yang kontak dengan penderita varisella, vaksin dapat mencegah penularan bila diberikan dalam 72 jam setelah kontak. Untuk anak imur lebih dari 13 tahun atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu. Reaksi KIPI vaksin ini antara lain reaksi lokal berupa demam dan ruam papul-vesikel ringan. Kontra indikasi vaksin antara lain demam tinggi, defisiensi imun seluler, seperti pengobatan keganasan, pengobatan kortikosteroid dosis tinggi serta alergi neomisin (Muslihatun, 2010).

Tabel 2.1. Dosis dan Cara Pemberian Imunisasi

Vaksin Dosis Cara pemberian

BCG 0,05 cc Intra kutan di muskulusdeltoideus

DPT 0,5 cc Intra Muskular

Hepatitis B 0,5 cc Intra Muskular

Polio 2 tetes Mulut

Campak 0,5 cc Subkutan daerah lengan kiri atas

T 0,5 cc Intra Muskular

(Sumber : Depkes RI, 2000).

Tabel 2.2 Jumlah, Interval waktu Pemberian Imunisasi

Vaksin Jumlah

Pemberian

Interval Waktu Pemberian

BCG 1 kali 0-11 bulan

DPT 3 kali 4 minggu 2-11 bulan

Hepatitis B 3 kali 4 minggu 0-11 bulan

Polio 4 kali 4 minggu 0-11 bulan

Campak 1 kali 9-11 bualn


(25)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah

(Variabel Independen) (Variabel Dependen)

Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Definisi Operasional

1. Imunisasi adalah tindakan yang dilakukan untuk membuat seorang anak memiliki kekebalan terhadap virus atau bakteri yang diberikan dengan cara menyuntikkan vaksin kedalam tubuh si anak.

2. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh ibu tentang imunisasi terhadap anak .

3. Ibu adalah wanita yang pernah melahirkan. 4. Bayi adalah anak yang berumur 0-12 bulan. 5. Balita adalah anak yang berumur 2-5 tahun.

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU

IMUNISASI PADA ANAK


(26)

3.3 Cara Ukur Pengetahuan

Cara ukur yang digunakan dalam penelitian ini berupa wawancara terhadap ibu ibu di Puskesmas Padang Bulan.

3.4 Alat Ukur Pengetahuan

Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner, pertanyaan yang diajukan sebanyak 21 pertanyaan. Pertanyaan dengan 2 pilihan jawapan benar dan salah.

1. Jawaban yang benar diberi skor 1. 2. Jawaban yang salah diberi skor 0.

3.5Kategori Pengetahuan

1. Baik (75-100%) : pertanyaan dijawab dengan benar. 2. Cukup (50-75%) : pertanyaan dijawab dengan benar. 3. Kurang (<50%) : pertanyaan dijawab dengan benar.

3.6 Skala Pengukuran

Pengetahuan : ordinal

Ordinal adalah data yang mempunyai order atau rangking atau peringkat kualitatif. Data ordinal kategorikal tidak dalam bentuk angka (kualitatif).


(27)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian deskriptif dengan desain penelitian cross sectional. Dengan satu kali pengamatan didapatkan data tentang pengetahuan dan sikap ibu terhadap imunisasi anak yang dilaksanakan pada Puskesmas Padang Bulan kota Medan pada tahun 2012.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Puskesmas Padang Bulan Kecamatan Medan Baru.

4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Bulan Agustus 2012 sampai dengan Bulan November 2012.

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki bayi dan balita yang mengimunisasikan anaknya di Puskesmas Padang Bulan kecamatan Medan Baru. Dengan jumlah populasinya mulai dari januari-desember 2011 sebanyak 920 orang.


(28)

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti. Penentuan sampel digunakan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

n = N 1+N (d2) Keterangan :

N = Besar Populasi

n = Besar sampel yang dicari

d = Tingkat Kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan yang nilainya 0,1

jadi besar sampel penelitian : n = 920 = 100 1+920 (0,1)2

Teknik pengambilan sampel adalah dengan cara Quota Sampling yaitu sampel yang akan diambil telah ditentukan jumlah dan kriterianya. Kalau jumlah tersebut sudah dicapai maka pengumpulan data dapat dihentikan.

4.3.3 Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah Seluruh ibu yang Memiliki bayi dengan umur (0-12) bulan dan balita dengan umur (2-5) tahun.

4.3.4 Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah ibu yang tidak bersedia menjadi responden.

4.4 Metode Penelitian

Jenis pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder.


(29)

1. Data primer yaitu dengan mengumpulkan data tentang pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak di Puskesmas Padang Bulan.

2. Data sekunder yaitu data mengeni jumlah populasi ibu yg memiliki bayi balita di Puskesmas Padang Bulan.

4.5 Metode Pengumpulan Data

Semua data yang telah dikumpulkan, dicatat, diteliti kemudian di olah

menggunakan program Statistic Package for Social Science (SPSS) sesui dengan tujuan penelitian yaitu gambaran pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak.

Data yang telah dikumpulkan secara manual dengan lengkap sebagai berikut :

1. Editing yaitu memeriksa semua kuisioner yang telah masuk apakah dapat

dijawab oleh responden.

2. Coding yaitu member kode atau langkah terhadap kuisioner.

3. Tabulating yaitu mempermudah analisa data pengolahan dari dan

pengambilan kesimpulan, maka hasil pengumpulan data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentasi.


(30)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini telah dilakukan pada bulan November 2012 di Puskesmas Padang Bulan dengan subjek penelitian 100 orang. Berdasarkan data yang dikumpulkan dan dianalisa maka dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan dibawah ini.

5.1.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan jalan Jamin GintingKelurahan Padang Bulan.

5.1.2 Karateristik Responden

Dalam penelitian ini ibu yang diteliti sebanyak 100 orang di Puskesmas Padang bulan dengan gambaran karateristik ibu meliputi umur, tingkat pendidikan, jumlah anak dan umur anak. Data lengkap mengenai karateristik ibu dapat diliat dari tabel-tabel yang ada dibawah ini.

Tabel 5.1 Distribusi Karateristik Ibu Berdasarkan Umur

Umur Jumlah (n) Persentase (%)

20-25 28 28

26-30 53 53

31-35 19 19


(31)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa rterbanyak adalah yang berumur 26-30 dengan total 53 ibu (53%) dan paling sedikit berumur 31-35 dengan total 19 ibu (19%).

Tabel 5.2 Distribusi Karateristik Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD/Sederajat 7 7

SMP/Sederajat 16 16

SMA/Sederajat D3 S1

Total

32 22 23

100

32 22 23

100i

Tingkat pendidikan merupakan faktor yang penting dalam menentukan tingkat pengetahuan ibu. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa ibu yang paling banyak adalah yg berpendidikan SMA dengan total 32 ibu (32%) dan paling sedikit yang berpendidikan SD dengan total 7 ibu (7%).

Tabel 5.3 Distribusi Karateristik Ibu Berdasarkan Jumlah Anak

Jumlah anak Jumlah (n) Persentase (%)

1-3 75 75

4-6 25 25

Total 100 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa ibu terbanyak adalah yang memiliki anak 1-3 dengan total 75 ibu (75%) dan yang paling sedikit adalah ibu yang memiliki anak 4-6 orang dengan total 25 ibu (25%).


(32)

Tabel 5.4 Distribusi Karateristik Ibu Berdasarkan Umur Anak

Umur anak (bulan)

Jumlah (n) Persentase (%)

1-5 68 68

6-10 32 32

Total 100 100

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa yang terbanyak adalah ibu yang memiliki anak dengan umur 1-5 bulan dengan total 68 ibu (68%) dan yang paling sedikit adalah ibu yang memiliki anak dengan umur 6-10 bulan dengan total 32 ibu (32%).

5.1.3 Deskripsi Jawaban Responden terhadap Pertanyaan Pengetahuan

Data lengkap jawaban ibu di Puskesmas Padang Bulan mengenai pengetahuan terhadap imunisasi pada anak.

Tabel 5.5 Jumlah dan Persentasi Jawaban Ibu terhadap Pertanyaan Gambaran Pengetahuan Ibu di Puskesmas Padang Bulan

No Item Pertanyaan

Pengetahuan Benar Salah

n (%) N (%)

1. Pengertian imunisasi 100 100 0 0

2. Pengertian vaksin 87 87 13 13

3. Tujuan imunisasi 99 99 1 1

4 Jenis jenis imunisasi dasar pada anak 96 96 4 4 5 Umur pada anak untuk pemberian

imunisasi BCG

91 91 9 9


(33)

No Item Pertanyaan Pengetahuan Benar Salah

n (%) N (%)

7 Lokasi penyuntikan BCG 95 95 5 5

8 Waktu untuk pemberian hepatitis B 63 63 37 37

9 Booster hepatitis B 49 49 51 51

10 Umur pada anak untuk pemberian polio 91 91 1 1

11 Cara pemberian polio 100 100 0 0

12 Efek samping polio 63 63 37 37

13 Tujuan imunisasi DPT 76 76 24 24

14 Frekuensi pemberian DPT 97 97 3 3

15 Umur anak untuk pemberian pertama DPT 75 75 25 25 16 Umur anak untuk pemberian kedua DPT 79 79 21 21 17 Umur anak untuk pemberian ketiga DPT 78 78 22 22

18 Efek samping DPT 86 86 14 14

19 Jenis vaksin campak 53 53 47 47

20 Umur anak pada pemberian vaksin campak 72 72 28 28

21 Kontraindikasi pemberian vaksin campak 71 71 29 29

Berdasarkan tabel di atas pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan pada nomor 1 yaitu sebesar 100% dan pada nomor 11 yaitu sebesar 100%. Pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah petanyaan pada nomor 9 yaitu sebesar 51%.


(34)

5.1.4 Hasil Analisa Statistik

5.1.4.1 Hasil Analisis Univariat

Distribusi responden berdarkan hasil ukur pengetahuan dapat diliat pada tabel berikut ini :

Tabel 5.6 Distribusi Responden Berdasarkan Hasil Ukur Pengetahuan :

Kategori Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 73 73

Cukup 15 15

Kurang 12 12

Total 100 100

Berdasarkam hasil analisis data pada tabel 5.6 diperoleh 73 ibu (73%) berpengetahuan baik, 15 ibu (15%) yang berpengetahuan cukup dan 12 ibu (12%) yang berpengetahuan kurang. Berdasarkan asumsi peneliti hal ini menunjukkan bahwa ibu ibu yang mengimunisasikan anaknya di Puskesmas Padang Bulan memiliki pengetahuan yang baik tentang imunisasi.

5.1.4.2 Hasil Analisis Bivariat

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan menurut umur ibu, tingkat pendidikan, jumlah anak dan umur anak dapat dilihat sebagai berikut

Tabel 5.7 Gambaran Tingkat Pengetahuan terhadap Kelompok Umur pada ibu :

Kelompok Umur Ibu

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % N %

20-25 20 71,4 6 21,4 2 7,14 28 100

26-30 38 71,6 8 15,09 7 13,20 53 100


(35)

Dari tabel 5.7 ibu yang berumur 20-25 memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 20 ibu (71,4%) yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 6 ibu (21,4%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 2 ibu (7,14%). Untuk ibu yang berumur 26-30 yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 38 ibu (71,6%) yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 8 ibu (15,09%) dan yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 7 ibu (13,20%). Untuk ibu yang berumur 31-35 yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 15 ibu (70,7%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 1 ibu (5,2%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 3 ibu (15,7%).

Tabel 5.8 Gambaran Tingkat Pengetahuan Terhadap Tingkat Pendidikan Pada Ibu

Tingkat Pendidikan

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % N %

SD 0 0 0 0 7 100 7 100

SMP 6 37,5 7 43,75 3 18,75 16 100

SMA D3 S1 23 21 23 71,8 95,4 100 7 1 0 21,8 4,5 0 2 0 0 6,25 0 0 32 22 23 100 100 100

Dari tabel 5.8 diatas diperoleh bahwa dari semua ibu yang memiliki tingkat pendidikan SD tidak ada yang memiliki pengetahuan yang baik dan tidak ada yang memiliki pengetahuan yang cukup sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 7 ibu (100%). Untuk ibu yang memiliki tingkat pendidikan SMP yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 6 ibu (37,5%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 7 ibu (43,75) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 3 ibu (18,75%). Untuk responden yang memiliki tingkat pendidikan SMA yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 23 ibu (71,8) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 7 ibu (21,8%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 2 ibu (6,25%). Untuk ibu yang memiliki tingkat pendidikan D3 yang memiliki pengetahuan yang


(36)

baik sebanyak 21 ibu (95,4%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 1 ibu (4,5%) dan tidak ada ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Tabel 5.9 Gambaran Tingkat pengetahuan Terhadap Jumlah Anak Pada Ibu :

Jumlah Anak

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % N %

1-3 59 78,66 11 14,66 5 6,66 75 100

4-6 14 56 4 16 7 28 25 100

Dari tabel 5.9 di atas dapat diperoleh bahwa dari semua responden yang memiliki jumlah anak 1-3 yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 59 ibu (78,66%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 11 ibu (14,66%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 5 ibu (6,66%). Untuk ibu yang memiliki jumlah anak 4-6 yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 14 ibu (56%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 4 ibu (16%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 7 ibu (28%).

Tabel 5.10 GambaranTingkat Pengetahuan Terhadap Umur Anak Pada Ibu :

Umur Anak (bulan)

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % N %

1-5 50 73,52 11 16,17 7 10,29 75 100

6-10 23 71,87 4 12,5 5 15,62 32 100

Dari tabel 5.10 di atas dapat diperoleh bahwa dari semua ibu yang memiliki anak dengan umur 1-5 bulan yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 50 ibu (73,52%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 11 ibu (16,17%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 7 ibu (10,29%). Untuk ibu yang memiliki anak dengan umur 6-10 bulan yang memiliki pengetahuan yang


(37)

baik sebanyak 23 ibu (71,87%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 4 ibu (12,5%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 5 ibu.

5.2 PEMBAHASAN

Jumlah ibu yang menjawab dengan benar mengenai pengertian imunisasi dengan benar adalah sebanyak 100 ibu (100%) yaitu seluruh ibu menjawab dengan benar. Dari hal ini dapat dilihat bahwa ibu mengerti akan pentingnya imunisasi bagi anak mereka.

Jumlah ibu yang menjawab dengan benar pernyataan mengenai pengertian vaksin adalah sebanyak 87 ibu (87%) dilihat dari banyaknya ibu yang menjawab dengan benar pengertian vaksin ini menyatakan bahwa ibu mengerti dan mengetahui jenis jenis vaksin apa saja yang di akan dilakukan untuk imunisasi anak.

Jumlah ibu yang menjawab dengan benar pernyataan mengenai tujuan imunisasi adalah sebanyak 99 ibu (99%). Hal ini mungkin karena ibu sadar pentingnya imunisasi pada anak. Ibu semakin mengerti bahwa dengan dilakukannya imunisasi pada anak maka anak tidak akan mudah untuk terserang suatu penyakit. Menurut teori untuk tujuan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada seseorang, ditempuh dengan cara memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen yang masuk tersebut (Muslihatun, 2010).

Jumlah ibu yang menjawab dengan benar pernyataan mengenai jenis jenis imunisasi dasar pada anak adalah sebanyak 96 ibu (96%). Hal ini mungkin karena ibu memperoleh penyuluhan tentang imunisasi yang dilakukan di Puskesmas maupun di Posyandu.

Berdasarkan penelitian pada tabel 5.7 diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu berdasarkan kelompok umur lebih tinggi pada umur 26-30 tahun sebanyak 38 ibu (71,6%) dibandingkan dengan kelompok umur ibu 20-25 tahun sebanyak 20 ibu (71,4%). Hal ini membuktikan bahwa tingkat pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor umur. Ibu yang berusia 26-30 tahun lebih matang dalam


(38)

berpikir dan bertindak sehingga lebih memahami akan pentingnya imunisasi pada anak sedangkan ibu yang berusia 20-25 tahun masih belum menyadari dengan begitu baik akan pentingnya imunisasi pada anak.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu yang baik berdasarkan tingkat pendidikannya adalah ibu yang memiliki tingkat pendidikan (SMA,D3,dan S1) sementara ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang kurang yaitu ibu yang berpendidikan (SD dan SMP). Berdasarkan teori pendidikan merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi tingkat pengetahuan karena pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan yang berlangsung di dalam hidup, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi dan mengerti akan informasi tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Dari hasil penelitian ibu yang memiliki anak dengan jumlah 4-6 orang memiliki pengetahuan yang kurang dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak dengan jumlah 1-3 orang. Hal ini mungkin dapat terjadi disebabkan ibunyang memiliki jumlah anak yang banyak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk mengurus anak dan suami serta sibuk untuk mengerjakan pekerjaan rumah sehingga ibu tidak mempunyai waktu untuk mengetahui lebih jelas tentang imunisasi pada anak.

Pengetahuan tentang imunisasi sebenarnya sangatlah penting bagi seorang ibu terutama mengenai pengertian imunisasi,tujuan imunisasi dan jenis imunisasi agar ibu lebih mengetahui dan sadar mengapa anak harus di imunisasi. Kita pernah mendengar lewat media massa bahwa sejak reformasi pada tahun 1998 imunisasi kurang dijalankan sehingga muncul kembali penyakit polio. Oleh karena itu diberikan penjelasan/penyuluhan mengenai pengertian,tujuan dan jenis imunisasi sebelum dilakukan imunisasi pada balita.


(39)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Padang Bulan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu di Puskesmas Padang bulan tergolong ke dalam tingkat pengetahuan yang baik.

2. Pengetahuan yang baik mayoritas yang memiliki tingkat pendidikan D3 dan S1.

3. Baiknya pengetahuan ibu tentang imunisasi yaitu seluruhibu sebanyak 100 ibu (100%) menjawab dengan benar pengertian imunisasi, sebanyak 99 ibu (99%) menjawab benar tujuan imunisasi dan 96 ibu (96%) menjawab benar jenis imunisasi dasar pada anak.

4. Pengetahuan ibu yang kurang terdapat pada pemberian ulang vaksin hepatitis B yaitu sebanyak 51 ibu (51%) dan jenis vaksin campak sebanyak 47 ibu (47%).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak di Puskesmas Padang Bulan yang baik menandakan bahwa petugas imunisasi di puskesmas tersebut telah berhasil memberikan penjelasan/penyuluhan maka petugas imunisasi tetap mempertahankan dan memingkatkan kinerjanya dalam imunisasi. 2. Petugas imunisasi di Puskesmas Padang Bulan harus memberikan

pelayanan yang baik dan nyaman kepada ibu ibu yang mengimunisasikan anaknya.

3. Petugas imunisasi juga harus rajin memberikan memberikan penyuluhan tentang imunisasi kepada ibu ibu.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Info Medika.

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta 16.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2004. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan. Avalaible from :

Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pelayanan

Imunisasi.DepartemenKesehatan.Availablefrom:

Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2005. Persentase Cakupan Imunisasi Menurut Provinsi. Departemen Kesehatan. Available from :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan. Available from :

[ accesed 17 april 2012]

Hidayat. 2003. Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel. Jakarta : Salemba Medika


(41)

Hidayat, A. 2005. Imunisasi Pada Anak. dalam : Dr. Dripa Sjabana, ed. Pengantar

Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika, Halaman 101-106

Muslihatun,W. 2010. Imunisasi Pada Neonatus Bayi dan Balita. Dalam : Dra. Wiwin Erni, ed. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya, Halaman 207-234.

Notoatmojo, S. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2009. Pelaksanaan Imunisasi.

14 april 2012]

Ranuh. 2005. Buku Panduan Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : Trans Info Medika

Sujono. 2009. Imunisasi Pada Anak. Dalam : dr.Sumitro, ed. Asuhan

Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu, Halaman 48.

Sularyo. 2002. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Dalam : Hariyono Suyitno, ed. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto, Halaman 2.

Wijaya. 2005.Sikap Manusia Teori dan Perkembangannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Yulianti, Lia., Rukiyah Yeyeh. 2010. Imunisasi. Dalam : Prayitno Hadi, ed.

Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Purwakarta : Trans Info Media, Halaman 312.


(1)

baik sebanyak 21 ibu (95,4%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 1 ibu (4,5%) dan tidak ada ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang.

Tabel 5.9 Gambaran Tingkat pengetahuan Terhadap Jumlah Anak Pada Ibu :

Jumlah Anak

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % N %

1-3 59 78,66 11 14,66 5 6,66 75 100

4-6 14 56 4 16 7 28 25 100

Dari tabel 5.9 di atas dapat diperoleh bahwa dari semua responden yang memiliki jumlah anak 1-3 yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 59 ibu (78,66%) yang memiliki tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 11 ibu (14,66%) dan yang memiliki tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 5 ibu (6,66%). Untuk ibu yang memiliki jumlah anak 4-6 yang memiliki tingkat pengetahuan yang baik sebanyak 14 ibu (56%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 4 ibu (16%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 7 ibu (28%).

Tabel 5.10 GambaranTingkat Pengetahuan Terhadap Umur Anak Pada Ibu : Umur Anak

(bulan)

Tingkat Pengetahuan

Total

Baik Cukup Kurang

n % n % n % N %

1-5 50 73,52 11 16,17 7 10,29 75 100

6-10 23 71,87 4 12,5 5 15,62 32 100

Dari tabel 5.10 di atas dapat diperoleh bahwa dari semua ibu yang memiliki anak dengan umur 1-5 bulan yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 50 ibu (73,52%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 11 ibu (16,17%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 7 ibu (10,29%). Untuk ibu yang memiliki anak dengan umur 6-10 bulan yang memiliki pengetahuan yang


(2)

baik sebanyak 23 ibu (71,87%) yang memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 4 ibu (12,5%) dan yang memiliki pengetahuan yang kurang sebanyak 5 ibu.

5.2 PEMBAHASAN

Jumlah ibu yang menjawab dengan benar mengenai pengertian imunisasi dengan benar adalah sebanyak 100 ibu (100%) yaitu seluruh ibu menjawab dengan benar. Dari hal ini dapat dilihat bahwa ibu mengerti akan pentingnya imunisasi bagi anak mereka.

Jumlah ibu yang menjawab dengan benar pernyataan mengenai pengertian vaksin adalah sebanyak 87 ibu (87%) dilihat dari banyaknya ibu yang menjawab dengan benar pengertian vaksin ini menyatakan bahwa ibu mengerti dan mengetahui jenis jenis vaksin apa saja yang di akan dilakukan untuk imunisasi anak.

Jumlah ibu yang menjawab dengan benar pernyataan mengenai tujuan imunisasi adalah sebanyak 99 ibu (99%). Hal ini mungkin karena ibu sadar pentingnya imunisasi pada anak. Ibu semakin mengerti bahwa dengan dilakukannya imunisasi pada anak maka anak tidak akan mudah untuk terserang suatu penyakit. Menurut teori untuk tujuan mencegah terjadinya suatu penyakit tertentu pada seseorang, ditempuh dengan cara memberikan infeksi ringan yang tidak berbahaya namun cukup untuk menyiapkan respon imun apabila terjangkit penyakit tersebut, anak tidak sakit karena tubuh cepat membentuk antibodi dan mematikan antigen yang masuk tersebut (Muslihatun, 2010).

Jumlah ibu yang menjawab dengan benar pernyataan mengenai jenis jenis imunisasi dasar pada anak adalah sebanyak 96 ibu (96%). Hal ini mungkin karena ibu memperoleh penyuluhan tentang imunisasi yang dilakukan di Puskesmas maupun di Posyandu.

Berdasarkan penelitian pada tabel 5.7 diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu berdasarkan kelompok umur lebih tinggi pada umur 26-30 tahun sebanyak 38 ibu (71,6%) dibandingkan dengan kelompok umur ibu 20-25 tahun sebanyak 20 ibu (71,4%). Hal ini membuktikan bahwa tingkat pengetahuan dapat


(3)

berpikir dan bertindak sehingga lebih memahami akan pentingnya imunisasi pada anak sedangkan ibu yang berusia 20-25 tahun masih belum menyadari dengan begitu baik akan pentingnya imunisasi pada anak.

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 5.8 diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan ibu yang baik berdasarkan tingkat pendidikannya adalah ibu yang memiliki tingkat pendidikan (SMA,D3,dan S1) sementara ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang kurang yaitu ibu yang berpendidikan (SD dan SMP). Berdasarkan teori pendidikan merupakan salah satu faktor yang memepengaruhi tingkat pengetahuan karena pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kemampuan yang berlangsung di dalam hidup, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima informasi dan mengerti akan informasi tersebut (Notoatmodjo, 2007).

Dari hasil penelitian ibu yang memiliki anak dengan jumlah 4-6 orang memiliki pengetahuan yang kurang dibandingkan dengan ibu yang memiliki anak dengan jumlah 1-3 orang. Hal ini mungkin dapat terjadi disebabkan ibunyang memiliki jumlah anak yang banyak lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah untuk mengurus anak dan suami serta sibuk untuk mengerjakan pekerjaan rumah sehingga ibu tidak mempunyai waktu untuk mengetahui lebih jelas tentang imunisasi pada anak.

Pengetahuan tentang imunisasi sebenarnya sangatlah penting bagi seorang ibu terutama mengenai pengertian imunisasi,tujuan imunisasi dan jenis imunisasi agar ibu lebih mengetahui dan sadar mengapa anak harus di imunisasi. Kita pernah mendengar lewat media massa bahwa sejak reformasi pada tahun 1998 imunisasi kurang dijalankan sehingga muncul kembali penyakit polio. Oleh karena itu diberikan penjelasan/penyuluhan mengenai pengertian,tujuan dan jenis imunisasi sebelum dilakukan imunisasi pada balita.


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Puskesmas Padang Bulan dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu di Puskesmas Padang bulan tergolong ke dalam tingkat pengetahuan yang baik.

2. Pengetahuan yang baik mayoritas yang memiliki tingkat pendidikan D3 dan S1.

3. Baiknya pengetahuan ibu tentang imunisasi yaitu seluruhibu sebanyak 100 ibu (100%) menjawab dengan benar pengertian imunisasi, sebanyak 99 ibu (99%) menjawab benar tujuan imunisasi dan 96 ibu (96%) menjawab benar jenis imunisasi dasar pada anak.

4. Pengetahuan ibu yang kurang terdapat pada pemberian ulang vaksin hepatitis B yaitu sebanyak 51 ibu (51%) dan jenis vaksin campak sebanyak 47 ibu (47%).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas maka saran yang dapat peneliti sampaikan adalah sebagai berikut :

1. Pengetahuan ibu terhadap imunisasi anak di Puskesmas Padang Bulan yang baik menandakan bahwa petugas imunisasi di puskesmas tersebut telah berhasil memberikan penjelasan/penyuluhan maka petugas imunisasi tetap mempertahankan dan memingkatkan kinerjanya dalam imunisasi. 2. Petugas imunisasi di Puskesmas Padang Bulan harus memberikan

pelayanan yang baik dan nyaman kepada ibu ibu yang mengimunisasikan anaknya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali. 2002. Ilmu Kesehatan Anak 2. Jakarta : Info Medika.

Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta 16.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia,2004. Profil Kesehatan Indonesia. Departemen Kesehatan. Avalaible from :

Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pelayanan

Imunisasi.DepartemenKesehatan.Availablefrom:

Departemen kesehatan Republik Indonesia, 2005. Persentase Cakupan Imunisasi

Menurut Provinsi. Departemen Kesehatan. Available from :

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009. Pelayanan Kesehatan Dasar. Departemen Kesehatan. Available from :

[ accesed 17 april 2012]

Hidayat. 2003. Metode Penelitian dan Pengambilan Sampel. Jakarta : Salemba Medika


(6)

Hidayat, A. 2005. Imunisasi Pada Anak. dalam : Dr. Dripa Sjabana, ed. Pengantar

Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta : Salemba Medika, Halaman 101-106

Muslihatun,W. 2010. Imunisasi Pada Neonatus Bayi dan Balita. Dalam : Dra. Wiwin Erni, ed. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta : Fitramaya, Halaman 207-234.

Notoatmojo, S. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta

Profil Dinas Kesehatan Kota Medan, 2009. Pelaksanaan Imunisasi.

14 april 2012]

Ranuh. 2005. Buku Panduan Masalah Bayi Baru Lahir. Jakarta : Trans Info Medika

Sujono. 2009. Imunisasi Pada Anak. Dalam : dr.Sumitro, ed. Asuhan

Keperawatan Pada Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu, Halaman 48.

Sularyo. 2002. Konsep Umum Tumbuh dan Kembang. Dalam : Hariyono Suyitno,

ed. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto, Halaman 2.

Wijaya. 2005.Sikap Manusia Teori dan Perkembangannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Yulianti, Lia., Rukiyah Yeyeh. 2010. Imunisasi. Dalam : Prayitno Hadi, ed.

Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Purwakarta : Trans Info Media,