Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Puskesmas Helvetia Medan 2014
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014
PUTRI WAHYUNI 135102096
KARYA TULIS ILMIAH
D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
(3)
(4)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014
ABSTRAK Putri Wahyuni
Latar belakang : Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai macam penyakit. Imunisasi upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Sedangkan upaya imunisasi akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
Metode penelitian : Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini ibu yang memiliki bayi (9-11 bulan) 51 orang dengan
cara accidental sampling. Analisa data menggunakan fisher’s exact.
Hasil : Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden didapatkan umur 20-35 tahun 40 (78,4%), pendidikan SMA 35 (68,6%), bekerja 32 (62,7%), sumber informasi dari tenaga medis 32 (62,7%). Ibu berpengetahuan baik 28 (54,9%), ibu bersikap baik 26 (51,0%), ibu dengan faktor pendorong baik 28 (54,9%), dan imunisasi bayi lengkap 39 (76,5%). Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,040), terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,002), dan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong keluarga dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,001), terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong pendidikan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,011), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong pekerjaan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,101).
Kesimpulan : Pencapaian target cakupan imunisasi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan faktor pendorong. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi dasar agar pencapaian target cakupan imunisasi dasar lebih maksimal.
(5)
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmad-Nya yang telah dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Puskesmas Helvetia Medan 2014”.
Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan kemampuan pengetahuan penulis, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca sekalian, demi kebaikan dan kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Bidang Studi D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Selanjutnya penulis Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan banyak sekali bantuan baik material maupun dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan juga kepada :
1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Dr. dr. Juliandi Harahap, MA, selaku dosen pembimbing dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah.
(6)
4. Kepala Puskesmas Helvetia Medan, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.
5. Seluruh dosen dan staf Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yang telah banyak memberikan ilmunya serta tidak pernah bosan mendidik dan mengarahkan penulis.
6. Kedua orang tua dan seluruh keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril maupun material dan doa serta semangat belajar kepada penulis selama penulis mengikuti pendidikan.
7. Teman-teman mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara 2013/2014 yang telah banyak memberikan dukungan terhadap penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhirnya kepada Allah SWT sajalah penulis berserah diri. Penulis mengucapkan terima kasih dan berharap Karya Tulis Ilmiah yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis dan bagi siapa saja yang membacanya.
Medan, Juni 2014
(7)
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR SKEMA ... v
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... viii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B.Perumusan Masalah ... 3
C.Tujuan Penelitian ... 3
D.Manfaat Penelitian ... 4
1. Bagi peneliti ... 4
2. Bagi pendidikan ... 4
3. Bagi tempat peneliti ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Imunisasi ... 5
1. Pengerian Imunisasi ... 5
2. Tujuan Imunisasi ... 5
3. Manfaat Imunisasi ... 5
4. Macam-macam Imunisasi ... 6
5. Jenis Imunisasi Dasar ... 7
B.Faktor-faktor Yang Berpengaruh Dalam Pencapaian Imunisasi ... 10
1. Pengetahuan ... 10
2. Sikap ... 12
3. Faktor Pendorong ... 14
III KERANGKA PENELITIAN A.Kerangka Teori ... 17
B.Kerangka Konsep ... 17
C.Hipotesis ... 18
D.Definisi Operasional ... 18
BAB IV METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian ... 21
B.Populasi dan Sampel ... 21
1. Populasi ... 21
2. Sampel ... 21
C.Tempat Penelitian ... 22
D.Waktu Penelitian ... 23
E. Etika Penelitian ... 23
F. Alat Pengumpulan Data ... 24
G.Prosedur Pengumpulan Data ... 25
H.Analisa Data ... 26
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 27
B.Pembahasan ... 37
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 47
B.Saran ... 48 DAFTAR PUSTAKA
(8)
DAFTAR SKEMA
Skema 3.1 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Puskesmas Helvetia Medan... 17 Skema 3.2 Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan
Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Puskesmas Helvetia Medan... 18
(9)
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Defenisi Operasional...19 Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Ibu yang Menjadi Responden di Wilayah
Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 ... 27 Tabel 5.2 Distribusi Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 28 Tabel 5.2.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan
Tentang Pengetahuan yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan... 29 Tabel 5.3 Distribusi Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 29 Tabel 5.3.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan
Tentang Sikap yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 30 Tabel 5.4 Distribusi Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 30 Tabel 5.4.1 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan
Tentang Faktor Pendorong yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 31 Tabel 5.5 Distribusi Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah
Kerja Puskesmas Helvetia MedanTahun 2014... 32 Tabel 5.6 Hubungan Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 33 Tabel 5.7 Hubungan Sikap Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 34
(10)
Tabel 5.8 Hubungan Faktor Pendorong Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014... 35
(11)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Kepada Calon Rsponden Lampiran 2. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3. Lembar Kuesioner
Lampiran 4. Lembar Konsultasi KTI Lampiran 5. Surat Izin Penelitian Lampiran 6. Surat Balasan Lampiran 7. Data Output
(12)
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENCAPAIAN TARGET CAKUPAN IMUNISASI DASAR DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS HELVETIA MEDAN TAHUN 2014
ABSTRAK Putri Wahyuni
Latar belakang : Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai macam penyakit. Imunisasi upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita. Sedangkan upaya imunisasi akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal.
Tujuan : Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
Metode penelitian : Desain penelitian ini deskriptif korelasi dengan pendekatan cross
sectional. Sampel penelitian ini ibu yang memiliki bayi (9-11 bulan) 51 orang dengan
cara accidental sampling. Analisa data menggunakan fisher’s exact.
Hasil : Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden didapatkan umur 20-35 tahun 40 (78,4%), pendidikan SMA 35 (68,6%), bekerja 32 (62,7%), sumber informasi dari tenaga medis 32 (62,7%). Ibu berpengetahuan baik 28 (54,9%), ibu bersikap baik 26 (51,0%), ibu dengan faktor pendorong baik 28 (54,9%), dan imunisasi bayi lengkap 39 (76,5%). Dapat disimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,040), terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,002), dan terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong keluarga dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,001), terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong pendidikan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,011), tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong pekerjaan dengan cakupan imunisasi dasar (p = 0,101).
Kesimpulan : Pencapaian target cakupan imunisasi dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan faktor pendorong. Diharapkan kepada petugas kesehatan untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang imunisasi dasar agar pencapaian target cakupan imunisasi dasar lebih maksimal.
(13)
A. Latar Belakang
Imunisasi merupakan salah satu cara untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap berbagai macam penyakit, sehingga dengan imunisasi diharapkan bayi dan anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Oleh karena itu, imunisasi diharapkan dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Hidayat, 2009).
Anderson, dkk (1999) dalam jurnal Ali (2003) mengatakan bahwa imunisasi telah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat yang sangat penting. Program imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa dan merupakan usaha yang sangat hemat biaya dalam mencegah penyakit menular. Imunisasi juga telah berhasil menyelamatkan begitu banyak kehidupan dibandingkan dengan upaya kesehatan masyarakat lainnya. Sejak penetapan the Expanded Program on
Immunisation (EPI) oleh World Health Organization (WHO), cakupan imunisasi
dasar anak meningkat dari 5% hingga mendekati 80% di seluruh dunia. Sekurang-kurangnya ada 2,7 juta kematian akibat campak, tetanus neonatorum dan pertusis serta 200.000 kelumpuhan akibat polio yang dapat dicegah setiap tahunnya. Vaksinasi terhadap 7 penyakit telah direkomendasikan EPI sebagai imunisasi rutin di negara berkembang: BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis B.
Masalah kematian akibat campak di dunia pada tahun 2002 sebanyak 777.000 diantaranya 202.000 berasal dari Negara ASEAN, dan 15% dari kematian campak tersebut berasal dari Indonesia. Diperkirakan 30.000 anak Indonesia meninggal tiap tahunnya disebabkan komplikasi campak, artinya 1 anak meninggal tiap 20 menit
(14)
karena setiap tahunnya lebih dari 1 juta anak Indonesia belum terimunisasi campak. Campak salah satu Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) dan merupakan salah satu penyebab kematian anak di negara-negara berkembang termasuk di Indonesia. Salah satu upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal (Salim, dkk. 2008).
Upaya imunisasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat yang memuaskan. Namun dari Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI) ditemukan kasus polio dan difteri. 306 anak menderita poliomienitis pada periode Mei 2005 sampai dengan Februari 2006 sebagai akibat cakupan vaksinasi polio yang menurun di daerah Cidahu Sukabumi. Angka kejadian difteri yang masih tinggi pada tahun 2000 ditemukan1036 kasus dan 174 kasus pada tahun 2007 merupakan bukti bahwa vaksin DPT tidak merata (Depkes, 2007).
Menurut Ditjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PPPL), presentasi imunisasi dasar lengkap di Indonesia pada tahun 2012 adalah 85,2%. Dan untuk Sumatra Utara 81,1%. Sedangkan di Puskesmas Helvetia, pencapaian program imunisasi pada tahun 2013 sudah mencapai 90%. Dimana angka pencapaian target imunisasi di Puskesmas Helvetia sudah cukup baik. Diketahui bahwa BCG sebesar 97,4%, DPT-HB1 sebasar 98%, DPT-HB3 sebesar 97,2%, polio 1 sebesar 97,4%, polio 4 sebesar 99% dan campak sebesar 97,2%.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan.
(15)
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas maka peneliti membuat rumusan masalah yaitu : “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
2. Tujuan Khusus
a.Untuk mengetahui pencapainan target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
b.Untuk mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
c.Untuk mengetahui distribusi frekuensi sikap ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan. d.Untuk mengetahui distribusi frekuensi faktor pendorong ibu bayi terhadap
pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
e.Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
f. Untuk mengetahui hubungan sikap ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
(16)
g.Untuk mengetahui hubungan faktor pendorong ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Lahan Peneliti
Dapat jadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan, Puskesmas Helvetia Medan, serta instansi terkait lainnya dalam meningkatkan upaya pelayanan kesehatan khususnya dalam pemberian imunisasi dasar.
2. Bagi Pendidikan
Hasil penelitian dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam penelitian selanjutnya.
3. Bagi Responden
Sebagai bahan informasi serta masukan khususnya kepada ibu tentang pentingnya imunisasi.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai bahan pengetahuan dan sumber informasi untuk penelitian berikutnya yang sejenis.
(17)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Imunisasi
1. Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukan kedalam tubuh melalui suntikan misalnya vaksin BCG, DPT-HB, Campak dan melalui mulut misalnya vaksin polio (Hidayat, 2009).
2. TujuanImunisasi
Tujuan pemberian imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah (Hidayat, 2009).
3. Manfaat Imunisasi
Menurut Isfan (2006) manfaat imunisasi tidak hanya dirasakan oleh pemerintah dengen menurunnya angka kesakitan dan angka kematian penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, tetapi dirasakan juga oleh :
a. Bagi anak, dapat mencegah penderitaan yang disebabkan penyakit atau kecacatan.
b. Bagi keluarga, menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan yang dikeluarkan bila anak sakit. Hal ini akan mendorong penyiapan keluarga terencana agar sehat dan berkualitas.
(18)
c. Bagi negara, memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra bangsa
4. Macam-macamImunisasi
Menurut Hidayat (2009), berdasarkan proses atau mekanisme pertahanan tubuh imunisasi dibagi menjadi dua yaitu : imunisasi aktif dan imunisasi pasif.
a. Imunisasi Aktif
Imunisasi aktif merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan, sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik.Jika benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat merespon. Dalam imunisasi terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya, yang dijelaskan sebagai berikut :
1) Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan (berupa polisakarida, toksoid, virus yang dilemahkan, atau bakteri yang dimatikan).
2) Pelarut dapat berupa air steril atau berupa cairan kultur jaringan.
3) Preservatif, stabilizer, dan antibiotik yang berguna untuk mencegah tumbuhnya mikroba sekaligus untuk stabilisasi antigen.
4) Adjuvans yang terdiri atas garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imunogenitas antigen.
b. Imunisasi Pasif
Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang berasal dari plasma manusia
(19)
atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi.
5. Jenis-jenisImunisasiDasar
Di Indonesia terdapat jenis imunisasi yang diwajibkan oleh pemerintah yang disebut dengan imunisasi dasar. Beberapa imunisasi tersebut dijelaskan sebagai berikut :
a. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG (basillus calmette guerin) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang berat, sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun sudah dilakukan imunisasi BCG. TBC yang berat contohnya adalah TBC pada selaput otak, TBC milier pada seluruh lapangan paru, atau TBC tulang. (Hidayat, 2009).
Vaksin BCG merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang dilemahkan (Hidayat, 2009). Vaksin ini merupakan vaksin hidup, sehingga tidak diberikan pada pasien imunokompromise jangka panjang seperti leukimia, pengobatan steroid jangka panjang, HIV (Muslihatun.2010).
Diberikan pada bayi umur kurang dari atau sama dengan dua bulan. Pemberian imunisasi ini diberikan kepada anak apabila uji Mantoux negatif. Dosis yang diberikan untuk bayi adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml. Vaksin diberikan melalui suntikan intrakutan di daerah insersio muskulus deltoideus kanan (Muslihatun, 2010).
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) pada imunisasi BCG yaitu lokal superfisial 3 minggu setelah penyuntikan. Sembuh dalam 2-3 bulan, meninggalkan parut bulat dengan diameter 4-8 mm. Apabila dosis terlalu tinggi,
(20)
maka ulkus yang timbul lebih besar dan apabila penyuntikan yang terlalu dalam membuat parut yang terjadi tertarik ke dalam (Muslihatun, 2010).
b. Imunisasi hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis sebanyak 3 kali dan penguatnya dapat diberikan pada usia 6 tahun. Dosis imunisasi hepatitis B sebayak 0,5 ml dan diberikan secara intra muskular (Hidayat, 20009).
Menurut Muslihatun (2010) jadwal imunisasi hepatitis sebagai berikut :
1) Imunisasi Hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin setelah lahir untuk memutuskan rantai transmisi maternal ibu ke bayi.
2) Imunisasi Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari Hepatitis B-1 yaitu saat bayi berumur 1 bulan.
3) Imunisasi hepatitis B-3 diberikan minimal dengan interval 2 bulan dari Hepatitis B-2 yaitu saat bayi berumur 3-6 bulan.
c. Imunisasi polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan (Gupte, 2004).
Frekuensi pemberian pemberian imunisasi polio adalah empat kali. Waktu pemberian imunisasi polio pada umur 0- 11 bulan dengan interval pemberian 4 minggu. Cara pemberiannya melalui oral (Gupte, 2004).
(21)
d. Imunisasi DPT
Imunsasi DPT (diphteria, pertusis, tetanus) yang digunakan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis, dan tetanus. Vaksin DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya namun masih dapat merangsang pembentukan zat anti, (Hidayat, 2009).
Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti tertentu masih sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti. Pemberian kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2-11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberiannya melalui intra muskular (Gupte, 2004).
Reaksi KIPI vaksin ini antara lain reaksi lokal kemerahan, pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam ringan, gelisah dan menangis terus menerus beberapa jam pasca penyuntikan. Sedangkan reaksi KIPI yang paling serius adalah ensefalopati akut dan reaksi anafilaksis (Muslihatun, 2010).
e. Imunisasi campak
Imunisasi campak merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit campak pada anak karena termasuk penyakit menular. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan (Gupte, 2004).
Frekuensi pemberian imunisasi campak adalah satu kali. Waktu pemberian imunisasi campak pada umur 9-11 bulan. Cara pemberian imunisasi campak melalui subkutan (Gupte, 2004).
(22)
Menurut Muslihatun (2010) reaksi KIPI dari imunisasi campak sebagai berikut : 1)Demam lebih dari 39,50o C pada hari ke 5-6 selama 2 hari yang dapat
merangsang terjadinya kejang demam. 2)Ruam pada hari ke 7-10 selama 2-4 hari.
3)Gangguan sistem saraf pusat seperti sensefalitis dan ensefalopati pasca imunisasi.
B. Faktor-faktor yang Berpengaruh Dalam Pencapaian Imunisasi
1. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yaitu indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang. Dalam hal ini pengetahuan tercakup dalam domain kognitif yang memiliki enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Yang termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari suatu bahan yang dipelajari. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari orang lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya. b. Memahami (comprehesnsion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi
(23)
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi atau objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya (real). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem
solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisa (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.
e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakan atau untuk menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keselurahan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
(24)
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.
Menurut Khotimah dan Rusnelly (2008), umumnya orang yang berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat. Dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan.
Sedangkan menurut Cornelia, dkk (2013), pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden
2. Sikap
Sikap merupakan reakasi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Newcomb salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
(25)
pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau prilaku (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Sunaryo (2004), seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu:
a. Menerima (receiving)
Pada tingkatan ini, individu ingin dan memperhatikan rangsangan (stimulus) yang diberikan.
Misalnya, sikap ibu terhadap pemberian imunisasi, dapat dilihat dari kesediaan ibu tersebut untuk mengahadiri penyuluhan tentang imunisasi. Sedangkan ibu yang tidak menerima imunisasi, tidak peduli tentang adanya penyuluhan tersebut.
b. Merespon (responding)
Pada tingkatan ini, sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan.
Misalnya, ibu yang diwajibkan membawa anaknya ke posyandu untuk imunisasi, dan ibu melaksanakannya.
c. Menghargai (valuing)
Pada tingkatan ini, individu mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
Misalnya, seorang ibu mengajak ibu lain yang memiliki bayi untuk imunisasi ke posyandu dan mendiskusikan manfaat imunisasi.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Pada tingkatan ini, sikap individu akan bertanggung jawab dan siap menanggung segala resiko atas segala sesuatu yang telah dipilihnya. Misalnya, seorang ibu yakin akan manfaat imunisasi bagi kesehatan anaknya sehingga ia
(26)
tetap membawa anaknya imunisasi walaupun anaknya akan demam setelah imunisasi DPT-HB.
Menurut Khotimah dan Rusnelly (2008), faktor sikap merupakan faktor yang timbul dari dalam diri individu sendiri. Tidak membawa anak ketempat pelayanan kesehatan untuk diimunisasi dikarenakan sikap ibu yang tidak memahami pentingnya imunisasi. Sebaliknya ibu yang membawa anaknya untuk diimunisasi didorong oleh sikap ibu yang memahami pentingnya imunisasi untuk mencegah penyakit, mengetahui efek samping badan anak panas setelah diimunisasi merupakan hal yang wajar, memiliki keyakinan vaksin yang disuntikan aman bagi anak dan mendukung program imunisasi yang diberikan petugas kesehatan.
3. Faktor Pendorong
Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Untuk berlaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Menurut Paridawati (2013), salah satu yang melatarbelakangi sikap ibu yang positif terhadap imunisasi dasar karena selain petugas imunisasi yang aktif dan secara rutin memberikan pelayanan imunisasi di puskesmas juga tersedianya sarana dan prasarana. Sedangkan yang melatarbelakangi sikap ibu yang negatif terhadap imunisasi dasar adalah kurangnya sosialisasi atau penyuluhan kepada
(27)
masyarakat tentang penyakit yang timbul akibat imunisasi yang tidak lengkap dan jadwal pemberian imunisasi sesuai jenis imunisasi masing-masing.
Menurut Talu (2013), pendekatan budaya dapat dilakukan melalui tokoh masyarakat dan tokoh agama. Tokoh masyarakat setempat juga memiliki peranan yang penting dalam mendukung tugas tenaga kesehatan. Tokoh masyarakat memiliki kedekatan secara psikologis dan budaya dengan masyarakat setempat. Tenaga kesehatan juga perlu bekerja sama dengan tokoh agama karena tokoh agama dipandang oleh masyarakat sebagai orang yang dapat dipercaya sehingga masyarakat lebih mudah mengikuti arahan tokoh agama. Pesan-pesan kesehatan dapat disisipkan dalam ceramah yang dilakukan oleh tokoh agama.
Menurut Wardan (2013), peran keluarga sangat penting dalam pencapaian kelengkapan imunisasi bagi seorang balita, dengan demikian pentingnya saling pengertian dari seluruh keluarga untuk memberikan dukungan dan dorongan bagi terlaksananya pemberian imunisasi bagi seorang balita.
Sedangkan menurut Albertina, dkk (2008), alasan ketidaklengkapan terbanyak ialah ketidaktahuan akan jadwal imunisasi. Sebaiknya Dinas Kesehatan, Puskesmas, Posyandu maupun tenaga kesehatan mempublikasikan mengenai jadwal imunisasi secara lebih luas kepada para orang tua sehingga tidak ada lagi anak yang tidak mendapatkan imunisasi hanya karena orang tua tidak tahu jadwal.
Untuk tokoh-tokoh tersebut di atas, perubahan perilaku yang diharapkan mereka ini berperilaku sehat di tengah-tegah masyarakat. Dengan adanya tokoh-tokoh tersebut berprilaku sehat di tengah-tengah masyarakat ini merupakan role
(28)
memandang tokoh masyarakat (formal dan informal) sebagai panutannya atau acuannya. Artinya apapun yang dilakukan tokoh masyarakat sekitarnya. Misalnya ibu-ibu akan mengimunisasikan anaknya apabila ibu-ibu tokoh atau istri-istri tokoh masyarakat telah mengimunisasikan anaknya (Notoatmodjo, 2012).
Pendidikan juga dapat menjadi faktor pendorong untuk pencapaian target cakupan imunisasi. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut (Notoatmojo, 2012).
Pekerjaan juga dapat menjadi faktor pendorong untuk pencapaian target cakupan imunisasi. Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari-hari, jenis pekerjaan yang dilakukan dapat dikategorikan adalah tidak bekerja, wiraswata, pegawai negeri, dan pegawai swasta dalam semua bidang pekerjaan pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial yang baik. Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmojo, 2012).
(29)
Faktor predisposisi : o Pengetahuan o Sikap
o Kepercayaan dan keyakinan nilai-nilai
Faktor Pendukung :
o Lingkungan (sekitar rumah) o Ketersedianan fasilitas dan
sumber yang ada.
BAB III
KERANGKA PENELITIAN
A. Kerangka Teori
Dari tinjauan pustaka yang telah diuraikan terdapat tiga faktor yang mempengaruhi perilaku itu sendiri (Teori Lawrence Green) , dapat dilihat pada bagan berikut :
(Sumber : Notoatmodjo, 2012)
Skema 3.1. Kerangka Teori Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilyah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
B. Kerangka Konsep
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah pencapaian target cakupan imunisasi dasar, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini adalah pendidikan, sikap, pengetahuan, dan faktor pendorong. Adapun kerangka konsep
Faktor Pendorong : o Keluarga
o Teman o Guru
o Petugas Kesehatan
Perilaku Kesehatan
(30)
penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan adalah sebagai berikut :
Skema 3.2. Kerangka Konsep Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
C. Hipotesis
1. Ha : Ada hubungan antara pengetahuan ibu terhadap pencapaian target imunisasi dasar.
2. Ha : Ada hubungan antara sikap ibu terhadap pencapaian target imunisasi dasar.
3. Ha : Ada hubungan antara faktor pendorong ibu terhadap pencapaian target imunisasi dasar.
D. Defenisi Operasional
Defenisi operasional dapat bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran terhadap variabel-variabel penelitian dengan kriteria pengukuran sebagai berikut :
Pengetahuan
Sikap
Faktor Pendorong
Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar
(31)
Tabel 3.1. Defenisi Operasional
No Variabel Penelitian
Defenisi Operasional
Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur 1. Independen :
Pengetahuan Segala sesuatu yang diketahui oleh responden tentang imunisasi dasar. Kuesioner Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 1. Baik, apabila total skor responden antara (76% - 100%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 2. Cukup, apabila total skor responden antara (56% - 75%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 3. Kurang, apabila total skor responden antara (<56%) dari pertanyaan jawaban yang benar. Ordinal
2. Independen : Sikap Kesiapan atau kesediaan responden di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan agar bayinya mendapat imunisasi. Kuesioner Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 1. Baik, apabila total skor responden antara (76% - 100%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 2. Cukup, apabila total skor responden antara (56% - 75%) dari pertanyaan jawaban
(32)
yang benar. 3. Kurang, apabila total skor responden antara (<56%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 3. Independen :
Faktor pendukung Meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap perilaku para petugas kesehatan Kuesioner Jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi skor 0 1. Baik, apabila total skor responden antara (76% - 100%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 2. Cukup, apabila total skor responden antara (56% - 75%) dari pertanyaan jawaban yang benar. 3. Kurang, apabila total skor responden antara (<56%) dari pertanyaan jawaban yang benar. Ordinal
4. Dependen : Pencapaian target cakupan imunisasi dasar Jumlah kumulatif bayi yang dilakukan imunisasi dasar KMS Dokumenta si 1. Bayi dengan imunisasi dasar lengkap. 2. Bayi dengan imunisasi dasar tidak lengkap. Ordinal
(33)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan pendekatan cross sectional, dimana penelitian untuk mempelajari faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target imunisasi dasar di Puskesmas Helvetia medan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang memiliki bayi (9-11 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan bulan Februari sampai dengan bulan Mei tahun 2014 yang berjumlah 107 orang, yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu yang memiliki bayi (9-11 bulan) di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei tahun 2014 yang berjumlah 51 orang, yang bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan.
Dalam penelitian ini pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode accidental sampling atau pengambilan sampel yang dilakukan dengan kebetulan bertemu.
Rumus menentukan sampel :
(34)
Keterangan :
N : Besar populasi
n : besar sampel
d : tingkat kepercayaan dan ketetapan yang diinginkan (0,1)
Kriteria inklusi dan eksklusi : a.Kriteria inklusi
1) Ibu yang mempunyai bayi (9-11 bulan) yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei tahun 2014
2) Ibu yang membawa anak dan KMS ke posyandu b.Kriteria eksklusi
1) Jika ibu yang memiliki bayi 0-8 bulan 2) Jika responden dalam keadaan sakit 3) Jika tidak bersedia menjadi responden
4) Ibu yang membawa anak tapi tidak membawa KMS C. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014, dengan alasan bahwa di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan belum pernah diteliti mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar.
(35)
D. Waktu Penelitian
E. Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti mendapatkan izin dari ketua program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, dengan mengajukan surat permohonan izin penelitian ke Puskesmas Helvetia Medan. Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Peneliti tidak akan melakukan pemaksaan kepada responden untuk menjawab kuesioner yang diajukan peneliti, responden bebas menjawab kuesioner peneliti secara sukarela dan berhak mengundurkan diri dari penelitian. Sebagai bukti persetujuan menjadi responden maka peneliti memberikan lembar persetujuan menjadi responden kepada calon responden sebelum mengisi jawaban lembar kuesioner.
No Kegiatan
Bulan
Okt Nov Des Jan Feb Mart Apr Mei Jun
1 Pengajuan judul 2 Survei awal 3 Pengkajian
survei
4. Sidang proposal 5. Penelitian
(36)
Untuk menjaga kerahasiaan, nama responden tidak akan dicantumkan pada lembar kuesioner. Nama kuesioner akan diganti nomor kode dan informasi akan diambil hanya untuk diperlukan untuk penelitian.
F. Alat Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini disusun oleh peneliti berdasarkan tinjauan teoritis. Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Kuesioner terdiri dari 2 bagian, bagian pertama terdiri dari data demografi responden meliputi kode responden, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, sumber informasi dan yang kedua dengan mengunakan lembar kuesioner dengan 30 pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pengetahuan, 10 pertanyaan tentang sikap, dan 10 pertanyaan tentang faktor pendorong yang berhubungan dengan pencapaian target imuisasi dasar.
Dimana setiap jawaban yang benar diberi skor 1 dan jawaban yang salah diberi nilai 0. Dengan bentuk penilaian menggunakan skala ordinal dan cara menetapkan bobot jawaban terhadap tiap-tiap pertanyaan dengan kriteria pertanyaan baik, cukup, dan kurang.
Dengan penilaian kategori sebagai berikut :
1. Baik, apabila total skor responden antara (76% - 100%) dari pertanyaan jawaban yang benar.
2. Cukup, apabila total skor responden antara (56% - 75%) dari pertanyaan jawaban yang benar.
3. Kurang, apabila total skor responden antara (<56%) dari pertanyaan jawaban yang benar.
(37)
Dalam pengumpulan data diperlukan adanya alat dan cara mengumpulkan data yang baik sehingga data yang dikumpulkan merupakan data yang valid, andal
(realiable) dan aktual. Berikut ini akan dibahas tentang validitas dan reabilitas.
1. Uji validitas
Alat ukur atau instrumen penelitian yang dapat diterima sesuai standar adalah alat ukur yang telah melalui uji validitas dan reabilitas data. Uji validitas dalam penelitian ini dengan memberikan kuesioner kepada 10 responden. Dari perhitungan tersebut didapatkan 10 soal yang valid untuk pengetahuan, 10 soal untuk sikap, 10 soal untuk faktor pendorong. Dianalisa menggunakan SPSS, didapatkan nilai r hasil > r tabel.
2. Uji reabilitas
Menurut Nursalam (2008), reabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pegamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlainan. Uji reabilitas telah diujikan kepada 10 responden yang diteliti dan data dianalisa dengan uji cronbach’s alfa. Hasil yang didapatkan yaitu nilai cronbach untuk pertanyaan pengetahuan sebesar 0,943, nilai cronbach untuk pertanyaan sikap sebesar 0,950, dan nilai cronbach untuk pertanyaan sikap sebesar 0,946.
G. Prosedur Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan sendiri oleh peneliti dengan menggunakan kuesioner tentang fakto-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target imunisasi dasar di Puskesmas Helvetia Medan. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini dimulai dari mendapatkan surat permohonan izin pelaksana penelitian dari pihak pendidikan atau ketua pelaksana program D IV Bidan Pendidik Fakultas
(38)
Keperawatan Universitas Sumatra Utara, kemudian mengajukan surat permohonan izin pelaksanaan penelitian tersebut kepada pimpinan Puskesmas Helvetia Medan. Setelah mendapat persetujuan, peneliti melaksanakan pengumpulan data dimana responden sesuai dengan kriteria penelitian. Peneliti melakukan pendekatan kepada responden dan menjelaskan tentang tujuan penelitian dan menanyakan kesediaan responden dengan menggunakan infomend consent sebagai tanda pernyataan persetujuan menjadi responden. Setelah responden menandatangani surat persetujuan, kuesioner diisi langsung oleh responden. Kemudian kuesioner dikumpulkan kembali oleh peneliti dan diperiksa kelengkapannya sehingga data yang diperoleh terpenuhi.
H. Analisa Data
Analisa data dilakukan secara deskriptif dan diakukan perhitungan jumlah presentse masing-masing variabel yaitu :
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk menggambarkan distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti, meliputi data pengetahuan, sikap, dan faktor pendorong.
2. Analisa Bivariat
Untuk melihat perbandingan dan hubungan antara dua variabel, maka dilakukan uji statistik Chi-Square, yang dilakukan untuk melihat perbedaan dua proporsi antara dua variabel (dependen dan independen) data diolah dengan menggunakan komputerisasi (SPSS) dengan kemaknaan signifikan p < 0,05. Hasil analisa dikatakan bermakna apabila p < 0,05, artinya ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat yang diteliti.
(39)
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai terdapat hubungan antara faktor-faktor ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014.
Selama penelitian telah didapati 51 orang ibu bayi yang menjadi subjek penelitian yang dipilih dan sesuai berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi.
1. Karakteristik Demografi Ibu yang Menjadi Responden
Karakteristik responden ibu yang menjadi responden di Puskesmas Helvetia Medan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Karakteristik Ibu yang Menjadi Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia MedanTahun 2014
Karakteristik Kategori f %
Umur < 20 tahun
20 – 35 > 35 tahun
2 40 9 3,9 78,4 17,6
Total 51 100
Pendidikan SD
SMP SMA PT - 1 35 15 2,0 68,6 29,4
Total 51 100
Pekerjaan Bekerja
Tidak bekerja
32 19
62,7 37,3
Total 51 100
Sumber Informasi
Tenaga medis Tenaga non medis Media massa Leaflet 32 8 2 9 62,7 15,7 3,9 17,6
Total 51 100
(40)
Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui bahwa karakteristik demografi ibu yang menjadi responden yaitu umur ibu mayoritas berusia 20-35 tahun yaitu 40 orang (78,4%). Pendidikan ibu mayoritas SMA yaitu 35 orang (68,6%). Pekerjaan ibu mayoritas bekerja yaitu 32 orang (62,7%). Sumber informasi mayoritas didapat dari tenaga medis yaitu 32 orang (62,7%).
2. Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi
Dasar di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Pengetahuan ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.2.
Distribusi Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014
Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar
f %
Baik Cukup Kurang
28 13 10
54,9 25,5 19,6
Total 51 100
Berdasarkan tabel 5.2 diperoleh data mengenai pengetahuan ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar adalah mayoritas memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 28 orang (54,9%).
(41)
Tabel 5.2.1
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Pengetahuan yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan
Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f %
Pengertian imunisasi 36 70,6 15 29,4
Tujuan dari imunisasi 42 82,5 09 17,5
Manfaat imunisasi 36 70,6 15 29,4
Penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi 39 76,5 12 23,5
Cara pemberian imunisasi 40 78,4 11 21,6
Umur anak pertama kali diimunisasi 38 74,5 13 25,5
Berapa macam imunisasi dasar 38 74,5 13 25,5
Kapan imunisasi pada anak harus ditunda 40 78,4 11 21,6
Dampak imunisasi BCG 36 70,6 15 29,4
Dampak imunisasi DPT-Hb 45 88,2 06 11,8
Berdasarkan tabel diatas distribusi pernyataan diatas dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan dampak dari imunisasi DPT-Hb sebanyak 45 orang, dan mayoritas responden menjawab salah pada pernyataan pengertian imunisasi sebanyak 15 orang responden, pernyataan manfaat imunisasi sebanyak 15 orang responden, dan pernyataan dampak imunisasi BCG.
3. Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di
Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Sikap ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.3.
Distribusi Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar
f % Baik Cukup Kurang 26 11 14 51,0 21,6 27,5
(42)
Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data mengenai sikap ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar adalah mayoritas memiliki sikap yang baik sebanyak 26 orang (51,0%).
Tabel 5.3.1
DistribusiFrekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Sikap yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di
Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f %
Mengikut sertakan anak ke posyandu 44 86,3 7 13,7
Setuju jika anak ibu diimunisasi 37 72,5 14 27,5
Setuju jika anak ibu diberikan imunisasi lengkap 46 90,2 5 9,8
Imunisasi anak tepat waktu 44 86,3 7 13,7
Imunisasi penting untuk kesehatan anak 32 62,7 19 37,3
Manfaat imunisasi lebih besar 40 78,4 11 21,6
Imunisasi memberikan kekebalan tubuh 39 76,5 12 23,5
Imunisasi tidak diselenggarakan 31 60,8 20 39,2
Demam setelah imunisasi 29 56,9 22 43,1
Tidak membawa anaknya ke posyandu 35 68,6 16 31,4
4. Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan
Imunisasi Dasar di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
Faktor pendorong ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 5.4.
Distribusi Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia
Medan Tahun 2014
Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap
Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar
f % Baik Cukup Kurang 28 12 11 54,9 23,5 21,6
(43)
Berdasarkan tabel 5.4 diperoleh data mengenai faktor pendorong ibu bayi terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar adalah mayoritas memiliki faktor pendorong yang baik sebanyak 28 orang (54,9%).
Tabel 5.4.1
DistribusiFrekuensi Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Tentang Faktor Pendorong yang Berhubungan Dengan Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014
Pertanyaan
Pilihan Jawaban
Benar Salah
f % f % Adanya posyandu di daerah ibu tinggal 35 68,6 16 31,4 Kader untuk menyelenggarakan imunisasi 41 80,4 10 19,6
Yang dilakukan petugas kesehatan 48 94,1 03 05,9
Petugas kesehatan tidak membawa bayinya ke posyandu untuk di imunisasi
39 76,5 12 23,5 Melarang imunisasi karena tidak menguntungkan 33 64,7 18 35,3
Jika anak sakit 41 80,4 10 19,6
Jarak posyandu jauh 40 78,4 11 21,6
Suami, keluarga, atau kerabat ibu 35 68,6 16 31,4
Tokoh masyarakat atau tokoh agama 35 68,6 16 31,4
Tidak membawa anaknya untuk imunisasi 39 76,5 12 23,5
Berdasarkan tabel diatas distribusi pernyataan diatas dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan yang dilakukan petugas kesehatan sebanyak 48 orang responden, dan mayoritas responden menjawab salah pada pernyataan melarang imunisasi karena tidak menguntungkan sebanyak 18 orang responden.
5. Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas
Helvetia Medan Tahun 2014
Pencapaian cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan dapat dilihat dalam tabel berikut :
(44)
Tabel 5.5.
Distribusi Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia MedanTahun 2014
Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar f % Lengkap
Tidak lengkap
39 12
76,5 23,5
Total 51 100
Berdasarkan tabel 5.5 diperoleh data mengenai pencapainan target cakupan imunisasi dasar adalah mayoritas memiliki cakupan imunisasi yang lengkap sebanyak 39 orang (76,5%).
6. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014
Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabel 3 x 2, namun karena tidak memenuhi syarat uji Chi-square yaitu masih ada sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali
diuji dengan uji statistik Chi-square. Peneliti memutuskan untuk menggabungkan kelompok ibu yang berpengetahuan cukup dan ibu yang berpengetahuan kurang, sehingaa menjadi kelompok ibu yang berpengetahuan baik dan ibu yang berpengetahuan tidak baik. Dengan begitu didapatkan data dengan tabel 2x2 lalu diuji kembali dengan uji Fisher's Exact Test. Data tersebut layak diuji Fisher's Exact Test karena tidak ada nilai expeted yang kurang dari lima.
Hubungan antara pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan tahun 2014 adalah sebagai berikut :
(45)
Tabel 5.6.
Hubungan Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014.
Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Imunisasi
Cakupan Imunisasi Total ρ
value Lengkap TidakLengkap
f % f % f % 0,023
Baik Tidak Baik 25 14 49,0 27,5 3 9 07,8 19,6 28 23 54,9 45,1
Total 39 76,5 12 27,5 51 100,0
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang berpengetahuan baik yaitu sebanyak 28 orang (54,9%), dan cakupan imunisasi bayinya lengkap di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 25 orang (49,0%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher's Exact Test dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh nilai p = 0,023. Sehingga hasil yang didapat adalah p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
7. Hubungan Sikap Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi
Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabel 3 x 2, namun karena tidak memenuhi syarat uji Chi-square yaitu masih ada sel yang mempunyai nilai
expected kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali
diuji dengan uji statistik Chi-square. Peneliti memutuskan untuk menggabungkan kelompok ibu yang memiliki sikap cukup dan ibu yang memiliki sikap kurang, sehingaa menjadi kelompok ibu yang memiliki sikap baik dan ibu yang memiliki sikap tidak baik. Dengan begitu didapatkan data
(46)
dengan tabel 2x2 lalu diuji kembali denga uji Fisher's Exact Test. Data tersebut layak diuji Fisher's Exact Test karena tidak ada nilai expeted yang kurang dari lima.
Hubungan sikap ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 adalah sebagai berikut
Tabel 5.7
Hubungan Sikap Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Sikap Ibu Bayi Tentang Imunisasi
Cakupan Imunisasi Total ρ
value Lengkap TidakLengkap
f % f % f % 0,001
Baik Tidak Baik 25 14 47,1 25,5 1 11 02,0 21,6 26 25 51,0 49,0
Total 39 72,5 12 23,6 51 100
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang bersikap baik yaitu sebanyak 26 orang (47,1%), yang cakupan imunisasi bayinya lengkap di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 26 orang (51,0%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher's Exact Test dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh nilai p = 0,001. Sehingga hasil yang didapat adalah p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan sikap ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
8. Hubungan Faktor Pendorong Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target
Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014.
Pada awalnya data yang diperoleh berbentuk tabel 3 x 2, namun karena tidak memenuhi syarat uji Chi-square yaitu masih ada sel yang mempunyai nilai
(47)
expected kurang dari lima. Maka dilakukan penggabungan sel untuk kembali
diuji dengan uji statistik Chi-square. Peneliti memutuskan untuk menggabungkan kelompok ibu yang mempunyai faktor pendorong cukup dan ibu yang mempunyai faktor pendorong kurang, sehingaa menjadi kelompok ibu yang mempunyai faktor pendorong baik dan ibu yang mempunyai faktor pendorong tidak baik. Peneliti menggabungkan pendidikan SD,SMP, dan SMA, sehingga menjadi >SMA dan perguruan tinggi. Dengan begitu didapatkan data dengan tabel 2x2 lalu diuji kembali denga uji Fisher's Exact Test. Data tersebut layak diuji Fisher's Exact Test karena tidak ada nilai expeted yang kurang dari lima.
Hubungan faktor pendorong ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 5.8.
Hubungan Faktor Pendorong Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan
Tahun 2014. Faktor Pendorong Ibu Bayi Tentang Imunisasi
Kategori Cakupan Imunisasi Total ρ
value
Lengkap Tidak
Lengkap
f % f % f %
Keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat Baik Tidak Baik 28 11 54,9 21,6 0 12 00,0 23,5 28 23 54,9 45,1 0,001
Total 39 76,5 12 23,5 51 100
Pendidikan > SMA PT 24 15 47,1 29,4 12 0 23,5 0 36 15 70,6 29,4 0,011
Total 39 76,5 12 23,5 51 100
Pekerjaan Bekerja Tidak bekerja 27 12 52,9 23,5 5 7 9,8 13,7 32 19 62,7 37,3 0,101
(48)
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang faktor pendorong baik dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat yaitu sebanyak 28 orang (54,9%), yang cakupan imunisasi bayinya lengkap di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 28 orang (54,9%). Mayoritas ibu yang faktor pendorong dari pendidikan SMA yaitu sebanyak 36 orang (70,6%) yang cakupan imunisasi bayinya lengkap di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 24 orang (47,1%). Sedangkan mayoritas ibu yang faktor pendorong dari ibu yang bekerja yaitu sebanyak 32 orang (62,7%), yang cakupan imunisasi bayinya lengkap di Puskesmas Helvetia Medan sebanyak 27 orang (52,9%).
Dari hasil uji statistik dengan menggunakan uji Fisher's Exact Test dengan taraf signifikan 5% (0,05) diperoleh nilai p sebagai berikut :
a. Faktor pendorong dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat dengan p = 0,001. Sehingga hasil yang didapat adalah p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
b. Faktor pendorong dari pendidikan, dengan p = 0,011. Sehingga hasil yang didapat adalah p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi dari segi pendidikan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
c. Faktor pendorong dari pekerjaan, dengan p = 0,101. Sehingga hasil yang didapat adalah p > 0,05 maka Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi
(49)
dari segi pekerjaan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
B. Pembahasan
1. Diskusi hasil
a. Pengetahuan Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki pengetahuan yang baik sebanyak 28 orang (54,9%).
Apabila dilihat dari distribusi pernyataan tentang pengetahuan, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan dampak dari imunisasi DPT-Hb sebanyak 45 orang. Hal ini dapat menunjukan pengetahuan ibu tentang dampak imunisasi DPT-Hb rata-rata sudah baik. Ibu mengetahui bahwa setelah imunisasi DPT-Hb anaknya akan demam. Namun pada pernyataan tentang pengertian imunisasi, pernyataan manfaat imunisasi, dan pernyataan dampak imunisasi BCG, sebanyak 15 orang menjawab salah. Ibu masih banyak yang belum tau dampak dari imunisasi BCG sehingga petugas kesehatan berkewajiban untuk memberikan penyuluhan kepada ibu.
Umumnya orang yang berpengetahuan tinggi cenderung memiliki pola pikir yang lebih baik sehingga berusaha menerapkan pola perilaku hidup sehat. Dengan pengetahuan tinggi diharapkan dapat menimbulkan sikap perilaku yang dapat menangkal timbulnya perubahan perilaku yang negatif dari kesehatan (Khotimah dan Rusnelly, 2008).
(50)
b. Sikap Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Tahun 2014.
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki sikap yang baik sebanyak 26 orang (51,0%).
Pada distribusi pernyataan tentang sikap dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan setuju jika anak ibu diberikan imunisasi lengkap sebanyak 46 orang responden, dimana sebagian besar ibu setuju jika anak ibu diberikan imunisasi lengkap. Sedangkan mayoritas responden menjawab salah pada pernyataan demam setelah imunisasi sebanyak 22 orang responden, dimana ibu belum memahami penyebab demam jika anak diimunisasi sehingga dapat mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian imunisasi terhadap anaknya, sehingga petugas kesehatan harus memberi penyuluhan agar ibu mengetahui dampak setelah pemberian imunisasi.
Sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksana motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan atau prilaku (Notoatmodjo, 2012).
c. Faktor Pendorong Ibu Bayi Terhadap Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Tahun 2014.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu bayi yang faktor pendorong baik dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat yaitu sebanyak sebanyak 28 orang (54,9%). Mayoritas ibu yang faktor pendorong dari
(51)
pendidikan SMA yaitu sebanyak 36 orang (70,6%). Sedangkan mayoritas ibu yang faktor pendorong dari ibu yang bekerja yaitu sebanyak 32 orang (62,7%).
Distribusi pernyataan tentang faktor pendorong dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden menjawab benar pada pernyataan yang dilakukan petugas kesehatan agar tercapai imunisasi dasar lengkap pada bayi sebanyak 48 orang responden, dimana peran petugas kesehatan sudah cukup baik, petugas kesehatan sudah memberi penyuluhan dan selalu mengingatkan kepada ibu-ibu untuk membawa anaknya ke posyandu untuk diimunisasi. Namun dilihat dari mayoritas responden menjawab salah pada pernyataan melarang imunisasi karena tidak menguntungkan sebanyak 18 orang responden, dapat diartikan bahwa ibu dapat terpengaruh jika teman atau keluarga melarang ibu untuk memberikan imunisasi kepada anak dan mengatakan bahwa imunisasi itu tidak menguntungkan, sehingga ibu tidak membawa anaknya untuk imunisasi.
Untuk berlaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, dan para petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2012).
Faktor pendorong dari pendidikan dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden memiliki pendidikan terakhir SMA sebanyak 36 orang. Hal ini juga dapat berpengaruh terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar. Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.
(52)
Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Sedangkan faktor pendorong dari pekerjaan dapat dilihat bahwa dari 51 orang responden, mayoritas responden yang bekerja sebanyak 32 orang. Salah satu faktor ibu tidak membawa anaknya imunisasi disebabkan karena jadwal imunisasi bertepatan dengan jadwal bekerja ibu sehingga ibu tidak dapat membawa anaknya untuk imunisasi.
Pekerjaan dimiliki peranan penting dalam menentukan kwalitas manusia, pekerjaan membatasi kesenjangan antara informasi kesehatan dan praktek yang memotifasi seseorang untuk memperoleh informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah kesehatan (Notoatmojo, 2007).
d. Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Berdasarkan penelitian diperoleh data bahwa mayoritas ibu bayi di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan yang memiliki cakupan imunisasi yang lengkap sebanyak 39 orang (76,5%). Pencapaian target cakupan imunisasi dasar belum begitu baik, karena masih ada 12 responden imunisasi dasarnya belum lengkap. Hal ini dapat disebabkan karena ibu berpengetahuan yang kurang, memiliki sikap yg tidak baik, dukungan dari keluarga yang kurang, pendidikan ibu yang rendah, atau pekerjaan ibu yang menyebabkan ibu tidak membawa anaknya keposyandu.
Salah satu upaya yang efektif untuk menekan angka kesakitan dan kematian bayi dan balita adalah dengan imunisasi, sedangkan upaya imunisasi akan efektif bila cakupan dan kualitasnya sudah optimal (Salim, dkk. 2008).
(53)
e. Hubungan Antara Pengetahuan Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 sehingga Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu bayi yang memiliki pengetahuan tidak baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 14 orang (27,5%) dari 23 responden, dan mayoritas ibu bayi yang memiliki pengetahuan baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 25 orang (49,0%) dari 28 responden.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wati (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan dengan kelengkapan imunisasi anak dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,003. Begitu juga pada penelitian Sifa (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemberian imunisasi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,04.
Asumsi peneliti adalah hasil penelitian di atas bahwa terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan ibu terhadap pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan ibu yang baik sehingga ibu tahu manfaat imunisasi bagi kesehatan anaknya dan ibu akan berusaha untuk membawa anaknya imunisasi. Begitu juga sebaliknya, jika ibu berpengetahuan rendah maka ibu akan malas membawa anaknya untuk imunisasi karena ibu yang tidak tahu manfaat dari imunisasi tersebut. Sehingga
(54)
semakin baik pengetahuan ibu maka semakin baik pencapaian target cakupan imunisasi dasar.
f. Hubungan Sikap Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar Di Wilayah KerjaPuskesmas Helvetia Medan Tahun 2014.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 sehingga Ha diterima, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu bayi yang memiliki sikap tidak baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 14 orang (27,5%) dari 25 responden, dan mayoritas ibu bayi yang memiliki sikap baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 25 orang (49,0%) dari 26 responden.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hartatik, dkk (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara sikap ibu dengan kelengkapan imunisasi pada bayi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,001. Begitu juga pada penelitian Wahyu Sifa (2013), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,02.
Dalam penelitian ini hubungan yang bermakna terjadi antara sikap ibu dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar. Sikap ibu sangat berpengaruh terhadap pencapaian target cakupan imunisasi dasar, bila sikap ibu kurang baik maka ibu tidak datang ke posyandu untuk membawa anaknya imunisasi. Sebaliknya sikap ibu yang baik sangat mendukung ibu untuk membawa anaknya imunisasi. Hal ini berarti semakin baik sikap ibu maka semakin baik pencapaian target cakupan imunisasi dasar.
(55)
g. Hubungan Faktor Pendorong Ibu Bayi Dengan Pencapaian Target Cakupan Imunisasi Dasar di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan Tahun 2014. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang faktor pendorong dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu bayi yang memiliki faktor pendorong tidak baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 11 orang (21,6%) dari 23 responden, dan mayoritas ibu bayi yang memiliki faktor pendorong baik dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 28 orang (54,9%) dari 28 responden.
Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Dwiastuti dan Prayitno (2012), yang menyatakan :
1) Ada hubungan bermakna antara dukungan suami atau keluarga terhadap imunisasi dengan nilai p sebesar 0,001.
2) Ada hubungan bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan imunisasi dengan nilai p sebesar 0,001.
Asumsi peneliti adalah hasil penelitian di atas terdapat hubungan bermakna antara faktor pendorong ibu terhadap pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi ibu, seperti dukugan keluarga, petugas kesehatan, tokoh masyarakat, dan lain-lain. Dengan adanya dukungan tersebut akan mempengaruhi ibu untuk bersedia membawa bayinya ke posyandu untuk
(56)
imunisasi. Begitu juga sebaliknya, jika tidak terdapat dukungan maka akan mempengaruhi ibu untuk tidak membawa anaknya ke posyandu untuk imunisasi. Sehingga semakin baik faktor pendorong ibu maka semakin baik pencapaian target cakupan imunisasi dasar.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang faktor pendorong dari pendidikan diperoleh hasil bahwa nilai p < 0,05 maka Ha diterima. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi dari segi pendidikan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu yang faktor pendorong dari pendidikan perguruan tinggi dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 15 orang (29,4%) dari 15 responden. Dan mayoritas ibu bayi yang memiliki faktor pendorong dari pendidikan SMA dan cakupan imunisasinya lengkap sebanyak 24 orang (47,1%) dari 36 responden.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Hikmayati, dkk (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pendidikan ibu dengan kelengkapan imunisasi pada bayi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,045.
Asumsi peneliti adalah hasil penelitian di atas terdapat hubungan bermakna antara faktor pendorong ibu dari segi pendidikan terhadap pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Dapat dilihat bahwa ibu yang pendidikan terakhirnya perguruan tinggi memiliki cakupan imunisasi lengkap. Sedangkan ibu yang pendidikan terakhirnya SMA masih ada yang cakupan imunisasinya tidak lengkap. Hal ini berkemungkinan disebakan karena semakin tinggi pendidikan ibu semakin tinggi pengetahuan dan semakin baik sikap sehingga ibu akan membawa anaknya untuk imunisasi.
(57)
Sedangkan berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang faktor pendorong dari pekerjaan diperoleh hasil bahwa nilai p > 0,05 maka Ha ditolak. Artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan faktor pendorong ibu bayi dari segi pekerjaan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia Medan, dimana didapati mayoritas ibu yang faktor pendorong dari ibu yang bekerja dan cakupan imunisasi bayinya lengkap sebanyak 27 orang (52,9%) dari 32 responden. Dan mayoritas ibu bayi yang memiliki faktor pendorong dari ibu yang tidak bekerja dan cakupan imunisasinya lengkap sebanyak 12 orang (23,5%) dari 19 responden.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wadud (2013) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi pada bayi dengan dihasilkan nilai p sebesar 0,017.
Asumsi peneliti adalah hasil penelitian di atas tidak terdapat hubungan bermakna antara faktor pendorong ibu dari segi pekerjaan terhadap pencapaian target imunisasi dasar di wilayah kerja Puskesmas Helvetia. Dapat dilihat bahwa dari 51 responden mayoritas ibu yang memiliki cakupan imunisasi lengkap adalah ibu yang bekerja. Sedangkan ibu yang tidak bekerja mayoritas cakupan imunisasinya tidak lengkap. Hal ini berkemungkinan disebakan karena ibu yang tidak bekerja tidak diizinkan keluarganya untuk imunisasi, atau terlalu sibuk dengan pekerjaan rumah sehingga lupa untuk membawa anaknya untuk imunisasi. Namun pada ibu yang bekerja mayoritas cakupan imuinsasinya lengkap, berkemungkinan ibu menyempakan sebelum berangkat kerja untuk mengimunisasikan anaknya, atau meminta tolong kepada keluarga terdekat untuk menggantikannya membawa anaknya imunisasi.
(58)
2. ImplikasiPenelitian
Bagi pelayanan kebidanan diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi tenaga kesehatan khususnya bidan dalam memberikan perhatian terhadap asuhan kebidanan kepada ibu yang memiliki bayi atau yang akan memiliki bayi, agar ibu membawa anaknya ke posyandu untuk imunisasi sehingga anak bisa terhindar dari penyakit tertentu. Sebagai petugas kesehatan kita berperan penting dalam merubah paradigma dalam memberikan motivasi baik langsung kepada ibu ataupun melalui keluarga tentan pentingnya imunisasi.
(59)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar di wilayah kerjaPuskesmas Helvetia Medan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengetahuan responden mayoritas memiliki pengetahuan baik
2. Sikap responden mayoritas memiliki sikap baik
3. Faktor pendorong responden mayoritas memiliki faktor pendorong baik 4. Cakupan imunisasi bayi mayoritas memiliki cakupan imunisasi yang lengkap. 5. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu bayi dengan
pencapaian target cakupan imunisasi dasar. Hal ini berarti semakin baik pengetahuan seseorang maka pencapaian target cakupan imunisasi dasar juga semakin baik
6. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu bayi dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar. Hal ini berarti semakin baik sikap seseorang maka pencapaian target cakupan imunisasi dasar juga semakin baik
7. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong ibu bayi dari keluarga, tenaga kesehatan, dan masyarakat dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar. Terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong ibu bayi dari segi pendidikan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara faktor pendorong ibu bayi dari segi pekerjaan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar.
(60)
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan, maka saran yang diberikan sehubungan dengan penelitian adalah :
1. Diharapkan pada respoden dapat menjadikan penelitian ini sebagai bahan informasi serta masukan khususnya kepada ibu tentang pentingnya imunisasi. Sehingga ibu lebih memahami tentang imunisasi dan memiliki kesadaran untuk membawa anaknya ke posyandu untuk diberi imunisasi sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan.
2. Diharapkan kepada petugas kesehatan di Puskesmas Helvetia Medan, dapat meningkatkan pemberian pendidikan kesehatan khususnya dalam pendidikan kesehatan tentang pentingnya imunisasi dan kelengkapan imunisasi dasar bagi anak.
3. Diharapkan institusi pendidikan DIV bidan pendidik fakultas keperawatan USU agar lebih banyak menambah referensi tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pencapaian target cakupan imunisasi dasar, dan hasil penelitian dijadikan referensi dan bahan bacaan dalam penelitian selanjutnya.
4. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya untuk dapat dijadikan sebagai bahan pengetahuan dan sumber informasi untuk penelitian berikutnya yang sejenis.
(61)
DAFTAR PUSTAKA
Albertina, dkk. (2008). Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di
Jakarta. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Ali, M. (2003). Pengetahuan dan Sikap Ibu Bekerja dan Ibu tidak Bekerja. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
Cornelia, dkk. (2013). Gambaran Karakteristik Ibu Mengenai Pengetahuan
Imunisasi Dasar di Desa Karangsari Kecamatan Binong Kabupaten Subang.
Jurnal Pendidikan Bidan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.
Depkes. (2013). Data dan Informasi Kesehatan Sumatra Utara.
www.depkes.go.id.com
. (2007). Profil Kesehatan Indonesia.www.depkes.go.id.com
Dwiastuti, P dan Prayitno, N (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian Imunisasi BCG Di Wilayah Puskesmas UPT Cimanggis Kota
Depok. Jurnal Progam Studi S1 Kesehatan Masyarakat Stikes MH. Thamrin
Gupte, S. (2004). Panduan perawatan anak. Jakarta : Pustaka Populer Obor.
Hartatik, N, dkk. (2012). Hubungan Sikap Ibu Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Dengan Kelengkapan Imunisasi Pada Bayi Di Posyandu Desa Pucangan
Kecamatan Kauman Kabupaten Tulungagung. Jurnal DIII Kebidanan
Universitas Tulungagung.
Hidayat, A.A. (2009). Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Hidayat, A.A. (2011). Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
Hikmayati, D, M, dkk (2013). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Ibu Dengan
Kelengkapan Status Imunisasi Dasar Pada Balita Di Desa Melayu Ilir. Jurnal
(1)
cakupan imunisasi
Total lengkap tidak lengkap
pengetahuan baik Count 25 3 28
% of Total 49.0% 5.9% 54.9%
tidak baik Count 14 9 23
% of Total 27.5% 17.6% 45.1%
Total Count 39 12 51
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pengetahuan
(baik / tidak baik) 5.357 1.243 23.097 For cohort cakupan
imunisasi = lengkap 1.467 1.032 2.085
For cohort cakupan
imunisasi = tidak lengkap .274 .084 .895
N of Valid Cases 51
CROSSTABS
/TABLES=sikap BY cakupan_imunisasi /FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ RISK /CELLS=COUNT TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet2] D:\kti putri, new\kti\bivariat 51 responden.sav
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
(2)
sikap * cakupan imunisasi Crosstabulation cakupan imunisasi
Total lengkap tidak lengkap
sikap Baik Count 25 1 26
% of Total 49.0% 2.0% 51.0%
tidak baik Count 14 11 25
% of Total 27.5% 21.6% 49.0%
Total Count 39 12 51
% of Total 76.5% 23.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.421a 1 .001
Continuity Correctionb 9.298 1 .002
Likelihood Ratio 12.877 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear Association 11.197 1 .001
N of Valid Casesb 51
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.88.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for sikap (baik /
tidak baik) 19.643 2.290 168.483
For cohort cakupan
imunisasi = lengkap 1.717 1.203 2.451
For cohort cakupan
imunisasi = tidak lengkap .087 .012 .628
(3)
/STATISTICS=CHISQ RISK
/CELLS=COUNT TOTAL /COUNT ROUND CELL.
Crosstabs
[DataSet2] D:\kti putri, new\kti\bivariat 51 responden.sav
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
faktor pendorong * cakupan
imunisasi 51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
faktor pendorong * cakupan imunisasi Crosstabulation cakupan imunisasi
Total lengkap tidak lengkap
faktor pendorong Baik Count 28 0 28
% of Total 54.9% .0% 54.9%
tidak baik Count 11 12 23
% of Total 21.6% 23.5% 45.1%
Total Count 39 12 51
% of Total 76.5% 23.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 19.104a 1 .000
Continuity Correctionb 16.314 1 .000
Likelihood Ratio 23.809 1 .000
Fisher's Exact Test .000 .000
Linear-by-Linear Association 18.729 1 .000
N of Valid Casesb 51
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.41.
(4)
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort cakupan
imunisasi = lengkap 2.091 1.364 3.204
N of Valid Cases 51
Crosstabs
[DataSet1] G:\ok PRINT\bivariat 51 responden.sav
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pekerjaan * cakupan
imunisasi 51 100.0% 0 .0% 51 100.0%
pekerjaan * cakupan imunisasi Crosstabulation cakupan imunisasi
Total lengkap tidak lengkap
pekerjaan bekerja Count 27 5 32
% of Total 52.9% 9.8% 62.7%
tidak bekerja Count 12 7 19
% of Total 23.5% 13.7% 37.3%
Total Count 39 12 51
(5)
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 2.983a 1 .084
Continuity Correctionb 1.920 1 .166
Likelihood Ratio 2.905 1 .088
Fisher's Exact Test .101 .084
Linear-by-Linear Association 2.924 1 .087
N of Valid Casesb 51
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.47. b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for pekerjaan
(bekerja / tidak bekerja) 3.150 .830 11.958
For cohort cakupan
imunisasi = lengkap 1.336 .919 1.943
For cohort cakupan
imunisasi = tidak lengkap .424 .156 1.150
N of Valid Cases 51
Crosstabs
[DataSet1] G:\ok PRINT\bivariat 51 responden.sav
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
pendidikan * cakupan
(6)
pendidikan * cakupan imunisasi Crosstabulation cakupan imunisasi
Total lengkap tidak lengkap
pendidikan >SMA Count 24 12 36
% of Total 47.1% 23.5% 70.6%
PT Count 15 0 15
% of Total 29.4% .0% 29.4%
Total Count 39 12 51
% of Total 76.5% 23.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 6.538a 1 .011
Continuity Correctionb 4.817 1 .028
Likelihood Ratio 9.822 1 .002
Fisher's Exact Test .011 .008
Linear-by-Linear Association 6.410 1 .011
N of Valid Casesb 51
a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.53.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
For cohort cakupan
imunisasi = lengkap .667 .529 .840