Bang Sani – Jakarta ; modernitas & pembangunan manusia
Jakarta: Modernitas dan Pembangunan Manusia
Penulis
: Ir. Triwisaksana, M.Sc.
Disain sampul
: Erwin Sinae
Tata Letak
: Farid
Foto ilustrasi
: Dudi, Khoirudin
Penerbit
: Lingkar Sejahtera Jakarta Gedung Sarinah Lt. 11 Jl. MH Thamrin, Jakarta Pusat
Tahun Terbit
: Juli, 2011
ii
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 : Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta
1. Barangsiapa dengan sengaja melanggar dan tanpa hak melakukan perbuatan seba- gaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Kata Pengantar
Bismillahirrahmanirrahim
Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan,
bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang- orang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridhoi. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan)
iii
mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembahKu dengan tidak mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu maka mereka itulah orang-orang yang fasik
(QS An-Nur, 55)
P Menciptakan keadilan dan menghasilkan kesejahteraan
ada hakikatnya, tujuan setiap negara atau suatu pemerintahan dimanapun dia berada dan dalam sistem apapun yang dijalankan adalah sama.
Luthfi Hasan Ishaaq, MA
bagi penduduknya. Keadilan dan kesejahteraan yang
Kata Pengantar
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat akan terwujud dalam bentuk terpenuhinya kebutuhan hidup serta terjaminnya rasa aman dalam kehidupan.
Secara eksplisit Allah SWT telah menjamin kedua hal tersebut sebagaimana disampaikan dalam firman-Nya di dalam Surat Al-Quraisy ayat ke 3-4 : “Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka’bah). Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ke- takutan.” Tinggal persoalannya adalah bagaimana pi hak- pihak yang diberi amanah untuk mengelola suatu negeri atau wilayah itu mampu mewujudkannya. Rasa aman dan nyaman, suatu keadaan yang Allah janjikan sebagaimana
iv
kutipan ayat 55 Surat An-Nur diatas, menjadi amanah bagi orang-orang yang beriman, yang dijadikan oleh Allah sebagai penguasa di muka bumi ini.
Nilai strategis yang dimiliki oleh Jakarta bukan hanya pada usianya semata. Sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi bangsa yang berpenduduk terbesar keempat di dunia, Jakarta merupakan amanat Allah yang tidak boleh disia- siakan. Berbagai bentuk “peradaban” (jika ingin disebut demikian) yang telah berlangsung di Jakarta semenjak jaman penjajahan hingga reformasi telah menghasilkan wajah Jakarta yang beragam. Namun dari seluruh periode tersebut, sepertinya ada satu bentuk kemiripan. Masing- masing era seakan-akan bertekad untuk memiliki prasasti yang menandai kemegahan sekaligus keberhasilan pembangunan.
Kata Pengantar
Namun setiap keberhasilan selalu memiliki ongkos yang harus dibayar. Ongkos itu bisa berupa beban sosial, ekonomi maupun moral. Di sinilah, saya berfikir, buku ini memiliki ‘angle’ yang menarik. Buku ini mencoba melawan arus tema-tema keseharian publik Jakarta. Di saat sebagian besar media dan publik sibuk berbicara tentang kemacetan yang mengerikan dan banjir yang tak jenuh berkunjung, Triwisaksana seakan ingin menarik perhatian publik pada problem yang lebih humanis dan mendasar. Kesejahteraan. Bagi Bang sani yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD DKI problem asasi dari Jakarta saat ini ialah keselarasan antara pembangunan -yang diwakili dengan kata modernitas- dan kesejahteraan.
Bang Sani mampu menguraikan pemikiran-pemikiran dan gagasan tentang kesejahteraan secara runtut. Termasuk di dalamnya menyampaikan gagasan-gagasan baru dalam mewujudkan jaminan sosial bagi warga. Contoh, ide menjadikan urusan ketenagakerjaan dan perumahan yang selama ini menjadi domain bidang perekonomian dan pembangunan, menjadi bagian bidang kesejahteraan (sosial) merupakan tawaran yang berani dan bukan ‘asal beda’. Argumen yang terangkum dalam kumpulan buah pemikiran ini menjelaskan bahwa peningkatan kesejahteraan dapat dilakukan melalui fokus peningkatan kesejahteraan para pekerja (upah, jaminan sosial pekerja), pengurangan angka pengangguran dan perumahan bagi kelompok miskin.
Kata Pengantar
Kontribusi tulisan dari Selamat Nurdin yang mem ban- dingkan kondisi “Jiwa dan Raga” di kota-kota besar lain di beberapa negara, serta tulusan dari Prof. Eko Prasodjo yang mengulas tentang Reformasi Birokrasi yang menjadi faktor penting kebijakan sosial turut memperkuat bobot buku ini meskipun disampaikan secara ringan.
Saya yakin buku ini akan sangat memberikan manfaat ba gi para pembacanya yang mencoba memahami pentingnya kebijakan sosial di Jakarta. Para penikmat buku ini juga akan memahami ragam aspek yang selama ini belum banyak tergali dari Jakarta. Lebih khusus bagi penulisnya, buku ini harus menjadi tonggak awal evaluasi terhadap keterlibatannya sebagai salah satu elemen strategis
vi
penentu kebijakan di Jakarta. Selamat berkarya lebih jauh... Semoga cita-cita Jakarta
Sejahtera segera terwujud.
Luthfi Hasan Ishaaq, MA Presiden PKS
Pengantar
Penerbit
K hadiah nobel pada tahun 1971. Kuznets-lah yang pertama
urang lebih empat dasawarsa yang lalu, Simon Kuznets, mengungkapkan kerisauannya atas temuan yang telah mengantarkannya meraih
kali memperkenalkan kumpulan indikator aktivitas ekonomi yang dinamakan dengan neraca pendapatan nasional. Salah satu indikator utama yang termasuk
di dalamnya, Pendapatan Domestik Bruto atau PDB. 1
Mengapa temuan ini begitu penting? Bayangkan sejenak! vii
Coba posisikan diri Anda menjadi pemimpin sebuah negara pada masa sebelum Kuznets mengumumkan temuannya. Lalu Anda dirongrong oleh sebuah pertanyaan. Bagaimana cara menentukan bahwa negara yang Anda pimpin lebih makmur atau lebih kaya daripada negara lainnya? Sebelum Kuznets memperkenalkan ide brillian -nya, nyaris tidak ada jawaban yang seragam. Inilah lompatan besar yang dihasilkan oleh Kuznets.
Namun, pakar ekonomi yang mengajar di Universitas Harvard itu rupanya cukup kuatir akan warisan intelektual yang dia miliki. Kuznetz kuatir bahwa serangkaian
Rico Marbun, M.Sc indikator perekonomian yang dia formulasikan lantas
1 Lihat Buku Mengukur Kesejahteraan, Joseph E. Stiglitz, Amartya Sen and Jean-Paul Fitousi, penerbit Margin Kiri
Pengantar Penerbit
disalah-artikan sebagai formulasi kesejahteraan. Dalam bahasa yang lebih sederhana, PDB tinggi memang berarti semakin tinggi pula kekayaan yang dimiliki oleh sebuah negara. Namun, sejatinya itu tak lantas berujung dengan tingginya kesejahteraan warga.
Kegelisahan itulah yang akan kita temukan dalam buku yang tersaji di hadapan Anda. Kumpulan ide yang dimiliki oleh Triwisaksana, dengan detail menghadirkan potret disharmoni pembangunan fisik dan pembangunan manusia di dalam kota yang telah berusia 484 tahun ini. Sebagai politisi yang pernah menjadi Ketua Partai Politik Islam terbesar di Jakarta dan kini menjabat sebagai Wakil Ketua DPRD, Bang Sani tentu paham benar segala
viii
kompleksitas yang terjadi di ibukota. Kegelisahan yang ditata dalam setiap sub-tema, sejatinya
tidak tepat bila dibaca sebagai sekadar ungkapan ketidakpuasan, apalagi hanya kemarahan tanpa solusi. Sebagai orang yang berkecimpung secara langsung dalam pengelolaan Jakarta, Bang Sani seperti ingin menghentak para pembaca untuk memalingkan perhatiannya lebih dari sekadar himpitan hidup sehari-hari. Sebut saja masalah kemacetan dan banjir yang tidak asing lagi bagi penduduk Jakarta. Bukan berarti kader PKS itu tidak peduli. Namun jika dibaca dengan cermat, pria kelahiran asli Jakarta itu ingin menjabarkan bahwa ada satu tema yang tidak boleh ditinggalkan dalam setiap deru roda pembangunan di
Pengantar Penerbit
Jakarta. Tema itu adalah Kesejahteraan dan Pembangunan Manusia.
Karena narasi besar tentang humanisasi pembangunan, maka Lingkar Sejahtera Jakarta merasa beruntung menjadi pihak yang pertama kali menyusun, merapikan serta menghadirkan buku ini kepada khalayak Ibukota. Harapannya, semoga sedikit jerih payah yang tentu belum menghadirkan kesempurnaan ini, dapat membawa secercah kebaikan buat kita semua.
Selamat Menikmati...
Rico Marbun, M.Sc
Direktur Lingkar Sejahtera Jakarta
ix
Segores Tinta
dari Penulis
S di antaranya, kedatangan Portugis yang kemudian diikuti
ejarah panjang Jakarta dengan pelabuhan besar Sunda Kelapa-nya, memang sudah menarik minat orang untuk datang sejak dahulu kala. Termasuk
dengan Belanda. Pihak-pihak tersebut yang pernah menguasai Jakarta, sejak zaman Portugis hingga VOC- Belanda, telah menjadikan Jakarta (Jayakarta) sebagai pusat kekuasaan. Demi menopang fungsi sebagai ‘power epicentrum’, berbagai bangunan simbol kekuasaan,
bendungan, stasiun kereta dan ruang publik dibangun. Dan hingga kini, sisa-sisa kemegahan itu masih bisa kita saksikan dalam jejak kota tua dan bangunan tua peninggalan Belanda yang bertebaran di Jakarta.
Memasuki periode pasca kemerdekaan di era Bung Karno, pembangunan simbol-simbol kemegahan Jakarta juga terus berlanjut. Monumen Nasional, Mesjid Istiqlal, dan Kawasan Senayan, kerap dibanggakan sebagai simbol keberhasilan atas capaian kemerdekaan. Orde Baru juga tidak ketinggalan. Presiden Soeharto dengan gelarnya sebagai Bapak Pembangunan, merancang Jakarta sebagai daerah yang sangat menarik bagi investor. Hasilnya, pemodal asing berduyun-duyun memadati Jakarta. Dan sempurnalah Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan ekonomi negara, dimana 70% uang nasional beredar di
Segores Tinta dari Penulis
dalamnya. Bahkan era reformasi yang sering didengungkan sebagai antitesa Orde Baru juga tidak ingin kalah dalam ‘memegahkan’ ibukota. Supermall mewah, toko-toko cabang dari berbagai merek terkenal dunia, gedung- gedung pencakar langit, apartemen, superblock dan lainnya, seakan bertumbuh bak jamur di musim hujan.
Sesungguhnya, tidak ada yang salah dengan kemegahan Jakarta. Bukan pula hal yang tercela bila pembangunan fisik dan infrastruktur melaju dengan pesat di ibukota. Namun tantangan terbesar yang akan dihadapi oleh pembuat kebijakan di Jakarta adalah bagaimana mengelola perkembangan dan dinamika kota dengan segala beban berat yang ditanggung, plus tuntutan warganya yang
xi
sangat beragam. Dengan status sebagai kota berpenduduk terbesar, kompleksitas permasalahan kota yang berusia hampir lima abad ini, tentu membutuhkan penanganan yang serius dan kerja yang cerdas.
Salah satu tantangan terbesar dalam mengelola Ja- kar ta adalah bagaimana menciptakan keseimbangan pertumbuhan kota dan pembangunan manusia di dalamnya. Disamping tingginya pertumbuhan ekonomi dan pesatnya pembangunan fisik, Jakarta harus memiliki Indeks Pembangunan Manusia sebagaimana negara maju. Bukan hal yang berlebihan jika Indeks Gini Ratio di ibukota harus ditargetkan serendah mungkin. Sebab inilah yang menjadi indikator bahwa pesatnya pembangunan Jakarta
dapat dinikmati oleh semua penduduk. Ir. Triwisaksana, M.Sc
Segores Tinta dari Penulis
Bagaimanakah kita bisa menilai indikator kesejahteraan seperti indeks pembangunan manusia, indeks kualitas kesehatan dan indeks kualitas hidup. Tentu yang dimaksud bukanlah sekadar angka statistik semata. Secara riil, indikator ini bisa dicermati dari capaian pemenuhan kebutuhan dasar bagi semua penduduk. Kebutuhan dasar seperti pendidikan, kesehatan, jaminan sosial, perumahan dan sanitasi, haruslah telah terpenuhi dengan memadai.
Buku ini mencoba merefleksikan sisi yang perlu mendapat perhatian kita semua. Jakarta tidak hanya terbangun secara fisik (raga), namun juga kesejahteraan semua penduduknya. Keterlibatan saya sebagai Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta dalam proses penyusunan kebijakan, penyerapan
xii
aspirasi, serta pemantauan kondisi masyarakat, telah mengantarkan saya pada perenungan panjang tentang sisi Jakarta yang lain. Kesejahteraan penduduk adalah tanggungjawab kita semua, terlebih bagi para perancang kebijakan. Perjuangan menyejahterakan warga Jakarta harus menjadi kesungguhan dengan azas kesetaraan yang melingkari rasa kebersamaan bagi kesejahteraan untuk semua. Harapan Saya, melalui lahirnya gagasan dalam buku ini dibarengi dengan embrio Komunitas Lingkar Sejahtera Jakarta, akan memantapkan langkah segenap warga semakin giat bergegas dalam kesetaraan dan kebersamaan cita-cita menuju kesejahteraan.
Dan tak lupa ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada keluarga tercinta, istri dan anak-
Segores Tinta dari Penulis
anak saya, orang tua dan mertua yang telah mendukung penuh kerja dan pengabdian saya di DPRD DKI Jakarta, yang bersabar atas kesibukan saya sebagai wakil rakyat maupun kader partai. Terimakasih juga saya sampaikan kepada seluruh rekan dan kolega yang telah bekerja sama dan mendukung kerja saya selama ini dan tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Juga kepada para sesepuh, tokoh masyarakat, pakar, LSM dan peneliti yang telah banyak memberikan nasehat, sumbangan pemikiran, diskusi dan masukan kepada saya dalam menjalankan amanah sebagai wakil rakyat. Secara khusus saya mengucapkan terimakasih kepada Sdr. Selamat Nurdin dan Prof. Eko Prasodjo yang bersedia menyumbangkan gagasan pemikirannya dalam bentuk tulisan untuk memperkuat
xiii
wacana dalam buku ini, Ustadz. Lutfi Hasan Ishaaq, MA
atas kesediaannya memberikan pengantar untuk buku ini ditengah kesibukan beliau memimpin salah satu partai terbesar di negeri ini, dan kepada Lingkar Sejahtera Jakarta (LSJ) yang telah menghimpun pemikiran saya dan menerbitkannya dalam bentuk buku. Terakhir, buku ini merupakan persembahan saya untuk seluruh warga Jakarta yang terus mendambakan kesejahteraan. Semoga memberikan manfaat dan kesejahteraan itu dapat terwujud dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Kebon Sirih, 22 Juni 2011.
Daftar Isi
Kata Pengantar ___ iii Pengantar Penerbit___ vii Segores Tinta dari Penulis___ x
1. Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia___ 1
2. Bangun Jiwa dan Raga Jakart a Bercermin kepada Negara ASEAN___ 22
I. Jakarta Sejahtera Berkelanjutan, Mengapa Tidak?___ 33
1. Gagasan Besa r Kesejahteraan___ 34
2. Menakar Visi Kesejahteraa n Kepemimpinan Jakarta___ 39 xiv
3. Membangun Basis Politik , Menciptakan Kesejahteraan___ 44
4. Mimp i Ibukota Sejahtera___ 49
II. Menuju Jaminan Sosial di Ibukota___ 57
1. Paradoks Waja h Pembangunan Jakarta___ 58
2. Jamsosda ala Jakarta___ 65
III. Sistem dan Jaminan Kesehatan bagi Warga___ 75
1. Warga Miski n Dilarang Sakit?___ 76
2. Jamkesda Baru untuk Jakarta Baru___ 82
3. Model Pembiayaa n Jamkesda Baru___ 89
IV. Semua Berhak Dapat Pendidikan Layak___ 97
1. Wajib Belajar 12 Tahun di Jakart a Mungkinkah?___ 98
2. Pendidikan Berkualita s untuk Semua Penduduk___ 103
V. Menempatkan Ekonomi Kerakyatan di Ibukota___ 109
1. Menggeliatkan UMK M di Jakarta___ 110
2. Menyelamatka n Pasar Tradisional___ 126
VI. Transportasi publik Nyaman untuk Warga___ 139
1. Transportasi Publik Handal sebagai Prioritas___ 140
2. Perlu Terobosan Kebijaka n untuk Busway___ 151
3. Tantanga n Implementasi ERP___ 156
VII. Birokrasi yang Bekerja dan Melayani___ 171
1. Mengubah Paradigm a Pelayanan Birokrasi di Jakarta___ 172 2. Reformasi Birokrasi menuju Profesionalitas dan Moralitas Aparatu r
untuk Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat___ 179
3. Menuju Birokras i yang Melayani___ 196 xv
VIII. Bekerja untuk Ibukota___ 203
1. Menanggulangi Kemiskina n di Ibukota___ 204
2. Rumah untu k Warga Marjinal___ 214
3. Tanggungjawab Bekerj a untuk Negeri___ 223
Jakarta :
Modernitas &
Pembangunan Manusia
M bertambah, lengkap dengan cahaya yang gemerlapan di
emasuki usianya yang menjelang lima abad, Jakarta berkembang semakin cantik dan megah. Gedung pencakar langit terus
malam hari. Pusat-pusat perbelanjaan yang juga berfungsi sebagai ‘ meeting point’ terus bertambah, diisi oleh gerai- gerai yang menjual produk fashion lokal hingga global. Demikian pula dengan apartemen yang terus menjamur. Keberadaannya kerap menarik orang untuk tinggal di
Jakarta yang menawarkan segala pesona. Melting point juga berkembang di berbagai kawasan dalam bentuk kafe, resto yang didukung dengan fasilitas cyber yang memberikan akses tanpa batas.
Namun pada saat yang sama, Jakarta juga terlihat semakin rapuh menanggung beratnya beban pembangunan. Pesatnya pertumbuhan kota, tidak diikuti dengan daya dukung alam dan keseimbangan ekologis. Permasalahan sampah, eksploitasi air tanah yang berlebihan, hilangnya ruang terbuka hijau hingga rusaknya daerah aliran sungai, tidak kunjung terselesaikan secara tuntas. Akibatnya, berbagai permasalahan lingkungan pun rutin mengunjungi Jakarta. Jakarta juga menghadapi meningkatnya segregasi fungsional antara daerah bisnis/perkantoran dan daerah pemukiman. Akibatnya terjadi pemborosan waktu
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
dan biaya transportasi, inefisiensi lahan dan kawasan, penurunan kualitas lingkungan terutama akibat polusi udara yang parah, serta kebutuhan yang besar terhadap sarana transportasi dan infrastruktur terkait lainnya.
Di sisi lain, segregasi sosial juga nampak tidak semakin membaik. Kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan antar kelompok pendapatan, etnis, suku dan golongan, rawan menimbulkan konflik-konflik sosial. Hal ini semakin diperburuk dengan semakin tergerusnya ruang-ruang publik kota yang digantikan oleh pusat-pusat bisnis, perbelanjaan dan perumahan mewah. Akhirnya Jakarta seperti sumbu panas yang mudah sekali tersulut menjadi konflik horizontal antar etnik, antar kampung maupun
antar kelompok.
Jakarta yang
erekonomian Jakarta yang digambarkan dengan
Semakin Megah
PDRB dalam lima tahun terakhir mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yaitu dari Rp.
501,8 triliun pada tahun 2006 menjadi Rp. 862,02 triliun pada tahun 2010. Dominasi sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dalam perekonomian Jakarta belum tergoyahkan disamping sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Perekonomian Jakarta juga tumbuh pesat dengan pertumbuhan ekonomi diatas pertumbuhan ekonomi nasional. Dalam periode 2006-2008, pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
6,2%. Dengan pendapatan per kapita sebesar Rp. 73,3 juta Dengan pendapatan per per tahun, Jakarta menjadi daerah dengan pertumbuhan kapita sebesar Rp. 73,3
juta per tahun, Jakarta ekonomi dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi dari menjadi daerah dengan
pertumbuhan dan pendapatan per kapita nasional. pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per
Pertumbuhan ekonomi Jakarta disokong oleh sektor tersier kapita yang lebih tinggi yang menyumbang sebesar 70% terhadap total PDRB. dari pertumbuhan dan
pendapatan per kapita Sektor tersier ini terutama adalah sektor perdagangan, nasional.
hotel, dan restoran yang mempunyai kontribusi terhadap perekonomian daerah sekitar 20 persen; sektor jasa keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan sekitar 28 persen; dan sisanya diberikan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa lainnya. Pada tahun 2009, pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor
pengangkutan dan komunikasi yaitu sebesar 15,6 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasa-jasa sebesar 6,5 persen, sektor bangunan sebesar 6,2 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih sebesar 4,6 persen, sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 4 persen, sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan dengan pertumbuhan
4 persen, sektor industri pengolahan sebesar 0,14 persen, sektor pertanian dengan pertumbuhan 0,3 persen, dan sektor pertambangan dan penggalian dengan pertumbuhan sebesar minus 4,34 persen.
Pertumbuhan ekonomi secara sektoral memperlihatkan sektor-sektor seperti sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan; sektor jasa-jasa mengalami pertumbuhan yang relatif stabil. Sementara
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
sektor bangunan dalam lima tahun terakhir mengalami pertumbuhan relatif cepat dibandingkan sektor-sektor lainnya. Menjamurnya pembangunan tower-tower apartemen di hampir seluruh penjuru ibukota, pusat- pusat perbelanjaan dari yang kelas menengah sampai yang super mewah menjadi simbol pertumbuhan dari sektor konstruksi. Belum lagi pembangunan yang berasal dari pengeluaran sektor pemerintah seperti Banjir Kanal Timur, jalan layang non tol dan rumah susun.
Selain konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi selama lima tahun juga mengalami pertumbuhan fe- no menal dengan kisaran sekitar 14 persen per tahun. Pertumbuhan ini didorong oleh perkembangan peng gunaan
teknologi informasi khususnya internet dan komunikasi seluler. Jakarta pun memiliki peluang besar untuk menjadi sentra industri teknologi-informasi yang sangat bertumpu pada sumber daya manusia (SDM) unggul. Jakarta sebagai pusat pendidikan teknologi in for masi dan telekomunikasi di Indonesia, memiliki potensi besar menjadi pusat industri teknologi-informasi karena memiliki infrastruktur dan SDM terlatih yang ber limpah. Jakarta ke depan bahkan dapat diposisikan se bagai electronic super sites yang fokus pada riset dan pengembangan teknologi (R&D), SDM, industri IT dan mikroelektronika.
Kemegahan Jakarta juga ditandai dengan lalulintasnya yang semakin padat dan kemacetan yang semakin akut. Tahun 2010 jumlah kendaraan bermotor di Jakarta mencapai 6,7 Juta unit, dengan kendaraan roda dua mencapai 4,3 Juta
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
unit dan sebanyak 2,4 Juta unit kendaraan roda empat. Setiap harinya pertumbuhannya mencapai 1.172 Unit dengan komposisi 986 kendaraan roda dua dan 186 roda empat. Kepadatan ini berdampak pada kondisi lalulintas yang tidak seimbang dimana sebagian besar waktu di jalan justru berada dalam kemacetan. Dari total waktu perjalanan pada beberapa ruas jalan, 40% merupakan waktu bergerak dan 60% merupakan waktu hambatan. Kecepatan rata-rata lalu lintas adalah 20,21 km/jam.
Penanaman modal baik PMDN maupun PMA dalam kurun waktu 2006-2009 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Investasi yang ditanamkan oleh pemodal asing di DKI Jakarta mengalami kinerja yang meningkat pada
tahun 2008, namun menurun tajam pada tahun 2009. Sementara untuk PMDN, investasi masih cenderung mengalami peningkatan meskipun peningkatan yang relatif rendah. Berbagai faktor memberikan pengaruh terhadap fluktuasi investasi di Jakarta. Walau penurunan investasi asing pada tahun 2009 diduga dipengaruhi oleh krisis global yang berlangsung saat itu, iklim investasi di Jakarta saat ini juga belum sepenuhnya menunjukkan kondisi yang kondusif. Dalam survei Doing Business 2011 yang dilakukan oleh IFC-The World Bank, Indonesia yang direpresentasikan oleh Jakarta, masih menempati peringkat 121 dari 180 negara dalam hal kemudahan melakukan usaha. Peringkat ini lebih rendah dari peringkat negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand dan Vietnam, yang menjadi kompetitor dalam
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
menarik investasi. Di Jakarta masih dibutuhkan waktu 43 hari untuk mengurus berbagai perijinan untuk investasi dengan 9 prosedur yang harus dilalui. Bandingkan dengan negara-negara maju yang hanya butuh 14 hari dan enam prosedur. Bahkan dibandingkan dengan kota-kota lain, dalam survei Sub National Doing Business 2010, Jakarta hanya menempati peringkat ke-7 dari 14 kota dalam kemudahan berusaha.
Potret Paradoks itengah kemegahan yang muncul, Jakarta Jakarta
6 gemerlap wajah kota. Secara ekonomi ini ditandai dengan D
juga masih menyimpan sejumlah kondisi yang paradoks dengan kemegahan, modernitas dan
angka koefisien Gini yang rendah. Dalam periode tahun 2006-2010, koefisien Gini di DKI Jakarta relatif stabil pada angka 0,36-0,38 yang menunjukkan masih cukup tingginya kesenjangan pendapatan diantara penduduk. Penilaian Bank Dunia menunjukkan bahwa 40% penduduk Jakarta hanya menikmati sekitar 17% kue ekonomi kota . Secara ekstrem, fenomena ketimpangan ini ditunjukkan dengan gedung-gedung perkantoran, apartemen mewah dan pusat perbelanjaan raksasa yang berdampingan dengan pemukiman padat dan kumuh. Potret lain adalah manusia gerobak yang berada di kolong-kolong flyover, atau bahkan di depan gedung perkantoran. Keberadaan kafe- kafe dan resto mewah yang hanya berjarak puluhan meter dengan warung-warung makan kecil yang tidak higienis.
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
Menumpuknya mobil-mobil mewah di samping bus kota non AC yang penuh sesak penumpang. Sementara, KRL ekonomi melaju dengan atap yang dipenuhi penumpang.
Tidak berlebihan jika dikatakan Jakarta masih dipenuhi dengan berbagai permasalahan sosial dan persoalan kesejahteraan ditengah kemegahan yang dihadirkan. Tuntutan sebagian masyarakat kota khususnya kaum pekerja dan kelas menengah kota mungkin lebih banyak pada bagaimana menghadirkan kota yang nyaman dan modern. Hal ini pula yang menggiring visi pembangunan kota juga diarahkan pada membangun kenyamanan kota. Akibatnya pembangunan kota juga diarahkan pada upaya menciptakan kenyamanan kota seperti
infrastruktur jalan ( flyover, underpass, jalan layang non tol), infrastruktur pengendali banjir seperti kanal banjir, waduk, pompa pengendali dan sebagainya. Padahal pembangunan infrastruktur jalan ini seperti beradu cepat dengan pertumbuhan kendaran di Jakarta dan sayangnya selalu kalah sehingga kemacetan semakin tidak teratasi. Pembangunan fisik juga didukung oleh sektor swasta yang secara agresif membangun properti seperti gedung perkantoran, apartemen, pusat perbelanjaan, entertainment center, berbagai bentuk melting point, bahkan rumah sakit dan fasilitas kesehatan yang megah. Gedung pendidikan, kesenian dan kebudayaan juga berdiri megah baik yang didirikan pemerintah maupun swasta untuk mendukung gaya hidup kota metropolitan internasional.
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
Pertanyaan besar yang Pertanyaan besar yang kemudian muncul adalah apakah kemudian muncul adalah pembangunan infrastruktur dan fisik ini sudah seimbang apakah pembangunan
infrastruktur dan fisik dengan pembangunan “perangkat lunak”nya untuk ini sudah seimbang menghasilkan kesejahteraan bagi semua penduduk
dengan pembangunan Jakarta? Apakah pembangunan fisik ini juga sudah “perangkat lunak”nya dirasakan manfaatnya oleh warga Jakarta khususnya 40% untuk menghasilkan kesejahteraan bagi penduduk yang masih berpendapatan rendah? Apakah semua penduduk kebijakan yang diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat Jakarta? dan pemenuhan kebutuhan dasar penduduk juga
berjalan sama cepat dengan pembangunan fisik? Apakah peningkatan kualitas manusia yang ditunjukkan dengan indeks pembangunan manusia (IPM) penduduk Jakarta sudah sama tinggi dengan pertumbuhan ekonomi daerah?
8 Sementara, sebagai konsekuensi tumbuh sebagai kota metropolitan modern, Jakarta juga dihinggapi problema yang berasal dari modernitas. Penyalahgunaan narkotika
dan obat terlarang, kenakalan remaja dan konflik yang terjadi di pusat-pusat hiburan dan kriminalitas yang lahir dari kesenjangan ekonomi, bukan sesuatu yang asing di Jakarta.
Tentu saja pertanyaan-pertanyan ini tidak bermaksud mendikotomikan atau mempertentangkan antara perkembangan kota modern dengan kesejahteraan masyarakat, seolah keduanya tidak dapat berjalan beriringan. Bukankah wacana “growth with welfare” sudah lama didengungkan para ekonom dunia? Kita tidak harus memilih salah satu, apakah pertumbuhan ekonomi dan pembangunan fisik atau pemenuhan
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
kebutuhan dasar? Bahkan dalam konsep welfare state yang berkembang di dunia terutama di Eropa Utara, pertumbuhan ekonomi dan berkembangnya bisnis sektor swasta menjadi pilar pembentuk kebijakan dan penerapan negara kesejahteraan. Tentu saja yang ingin ditekankan disini, adalah sejauh mana kebijakan sosial dan komitmen pembangunan kesejahteraan rakyat sudah dijalankan dengan baik, dan apakah anggaran sudah secara efektif diarahkan pada upaya peningkatan kesejahteraan rakyat untuk pemenuhan kebutuhan dasar.
Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Indonesia dan Jakarta
No Tahun
strategi pembangunan perkotaan di Jakarta. Pertama, D
ari sudut pandang ekonomi pembangunan, Tantangan terdapat beberapa kecenderungan yang Pembangunan patut diperhatikan bagi kebijakan dan Ibukota
korelasi positif antara pembangunan ekonomi dan tingkat urbanisasi. Tingkat urbanisasi akan semakin tinggi karena Jakarta memiliki gemerlap dan posisi sebagai Pertama, korelasi positif
antara pembangunan pusat kegiatan ekonomi, bisnis dan pemerintahan. ekonomi dan tingkat
Pendatang dari berbagai strata sosial-ekonomi dan level urbanisasi.
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
intelektualitas berduyun-duyun menuju Jakarta untuk “bertarung” meraih kesuksesan di ibukota.
Padahal bagi Indonesia, Jakarta berperan sebagai “ engine of development” dengan peranan penting bagi pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan Jakarta akan secara langsung berpengaruh pada pertumbuhan nasional. Dengan besarnya kontribusi Jakarta pada perekonomian nasional, maka setiap gangguan pada perekonomian Jakarta secara langsung akan berpengaruh pada perekonomian nasional. Karena itu menjadi penting untuk terus mempertahankan dan memastikan pertumbuhan Jakarta yang tinggi dan lestari (sustainable) ke depan.
Kedua, daerah-daerah Kedua, daerah-daerah metropolitan tumbuh lebih cepat metropolitan tumbuh dibandingkan daerah perkotaan lainnya yang lebih kecil. lebih cepat dibandingkan
Karena memiliki ukuran lebih besar dari kota disekililingnya, daerah perkotaan
lainnya yang lebih kecil. Jakarta akan terus menghadapi masalah yang semakin meningkat intensitasnya. Masalah yang dimaksud
terutama terkait dengan penciptaan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, pembangunan infrastruktur dan penyediaan jasa publik, serta perlindungan alam dan lingkungan hidup. Kegagalan dalam mengelola Jakarta, akan berimplikasi pada semakin meningkatnya derajat dan intensitas permasalahan sehingga berbagai permasalahan tersebut akan semakin sulit dipecahkan.
Ketiga, dengan intensitas keterkaitan antara desa-kota yang masih tinggi, Jakarta masih akan terus menjadi sasaran bagi
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
intelektualitas berduyun-duyun menuju Jakarta untuk datangnya pendatang dari desa-desa yang mulai mengalami Ketiga, dengan surplus tenaga kerja di sektor pertanian. Hal ini diperparah intensitas keterkaitan
antara desa-kota yang dengan semakin mudahnya transportasi menuju kota, dan masih tinggi, Jakarta
masih akan terus engine of development” dengan peranan penting bagi
kesenjangan desa-kota yang semakin tinggi.
menjadi sasaran bagi Selain itu, penting pula bagi para pengambil kebijakan datangnya pendatang untuk mengetahui dan memahami permasalahan Jakarta dari desa-desa yang
mulai mengalami yang kompleks dan telah menahun. Pertama, semakin surplus tenaga kerja di
perekonomian nasional, maka setiap gangguan pada meningkatnya segregasi sosial dan fungsional dari kelompok- sektor pertanian. kelompok pendapatan. Daerah bisnis/perkantoran dan daerah pemukiman yang semakin berjarak telah melahirkan
penting untuk terus mempertahankan dan memastikan
masyarakat Jabodetabek yang sebagiannya “penglajo” dari
pertumbuhan Jakarta yang tinggi dan lestari (
pinggiran bahkan luar kota ke pusat kota dan membutuhkan mobilitas tinggi. Jakarta juga menjadi kota unik dimana
“jumlah penduduk” pada siang hari bisa dua kali lipat
daerah-daerah metropolitan tumbuh lebih cepat
dari jumlahnya pada malam hari. Pola “penglajo” ini telah menimbulkan masalah pemborosan dan inefisiensi yang muncul akibat kemacetan. Segregasi ini juga melahirkan Jakarta yang dipenuhi oleh perumahan dan apartemen mewah yang hanya mampu diakses oleh rumah tangga kaya. Sementara kelompok pekerja menengah-bawah yang merupakan kelompok terbesar di Jakarta terpaksa tinggal luar kota seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi atau memaksakan diri hidup di lingkungan padat dan kumuh, sebagian bahkan di kamar-kamar kontrakan atau kost sempit dengan fasilitas seadanya.
Pada saat yang sama, Jakarta juga sayangnya belum
Ketiga, dengan intensitas keterkaitan antara desa-kota yang
memiliki sistem transportasi makro yang bersifat
masih tinggi, Jakarta masih akan terus menjadi sasaran bagi
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
massal, murah dan cepat. Akibatnya, ketidakseimbangan fungsional ini harus dibayar mahal oleh kota ini dalam bentuk munculnya kawasan-kawasan kumuh, penurunan kualitas lingkungan, rendahnya efisiensi lahan dan kawasan, serta jauhnya penduduk dengan tempat kerja. Variasi dari dampak yang muncul dalam mengatasi persoalan ini oleh masyarakat adalah, dipenuhinya jalan oleh sepeda motor sebagi pilihan sarana transportasi yang murah dan cepat.
Sementara itu, segregasi sosial antara kelompok pendapatan bawah dan menengah-atas di Jakarta yang terus meningkat. Ini merupakan sumber potensial bagi konflik-konflik sosial. Sistem kepemilikan pertanahan yang rumit dan tidak
tersedianya rumah murah yang layak, telah menciptakan pemukiman kumuh perkotaan dan rusaknya daerah aliran sungai. Kelompok miskin kota yang tidak memiliki tempat tinggal, kemudian menciptakan permukiman kumuh dan padat serta permukiman liar di bantaran sungai, bawah jembatan, dan jalur hijau. Ditambah lagi dengan hilangnya ruang-ruang publik kota, taman kota, ruang interaksi masyarakat, termasuk lapangan olahraga yang digantikan oleh berbagai pusat bisnis dan perbelanjaan telah semakin meningkatkan kerawanan sosial.
Kedua , masih tingginya jumlah penduduk miskin, pengangguran dan sektor informal kota. Kemiskinan terlihat semakin akut di Jakarta dan memiliki dampak sosial yang luas seperti kriminalitas, prostitusi, anak-anak jalanan, daerah-daerah kumuh, dan bahkan kerusuhan.
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
Sementara itu pengangguran masih terjadi dalam skala luas akibat rendahnya investasi dan masih terbatasnya lapangan kerja yang tersedia. Belanja pemerintah bahkan nyaris tidak memberi kontribusi terhadap pengurangan pengangguran. Penduduk yang sumber pendapatannya berasal dari usaha kecil dan mikro, umumnya sulit keluar dari tingkat pendapatan yang rendah. Mereka tumbuh hanya menjadi usaha yang subsisten, sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidup dengan penyerapan tenaga kerja yang terbatas.
Ketiga, masalah Jakarta yang semakin rawan adalah masalah lingkungan yang semakin parah akibat pertumbuhan populasi dan pembangunan yang tidak
berwawasan lingkungan. Masalah banjir, sampah, air bersih, pencemaran air, udara, dan tanah, menyusutnya daerah resapan air dan kawasan hijau, dan rusaknya daerah aliran sungai, terlihat semakin parah. Tanpa usaha perbaikan yang serius dan berkesinambungan, bukan mustahil suatu saat nanti lingkungan tidak akan mampu lagi menampung pertumbuhan kota. Hingga saat ini saja, Jakarta sudah menjadi kota paling tercemar ke-tiga di dunia setelah Mexico City dan Bangkok.
J lain. Namun itu semua bukanlah berarti Jakarta Pembangunan
akarta memang memiliki pendapatan per kapita Kerangka yang jauh lebih tinggi daripada daerah-daerah Dasar Menuju
tidak membutuhkan kebijakan sosial dan program yang Manusia Jakarta
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
diarahkan untuk menciptakan kesejahteraan. Betul, kita memang bisa mengatakan biarkan pasar dan sektor swasta bekerja karena mereka relatif bisa menciptakan efisiensi. Namun kebijakan yang secara khusus diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dan terpenuhinya kebutuhan dasar juga menjadi kebutuhan yang mendesak.
Memberikan perhatian pada penciptaan kesejahteraan di ibukota memiliki banyak rasionalitas. Pertama, kesejahteraan adalah tujuan bernegara selain keadilan. Dalam konteks daerah, kesejahteraan adalah tujuan utama kebijakan dan pengelolaan daerah dalam bentuk pemenuhan kebutuhan dasar penduduk. Bahkan
indikator keberhasilan sebuah daerah atau negara adalah kesejahteraan penduduknya dalam bentuk indeks pembangunan manusia. Secara politik, dukungan juga akan datang ketika sang pemimpin daerah bisa menciptakan kesejahteraan bagi rakyatnya.
Kedua ,
mempromosikan efisiensi ekonomi. Kesejahteraan yang lebih tinggi memiliki dampak eksternalitas positif baik dari sisi mikro maupun makro ekonomi sehingga akan mendorong peningkatan efisiensi ekonomi. Efisiensi inilah yang diharapkan akan dapat lebih memperbaiki alokasi sumber daya anggaran agar lebih mencapai sasaran. Sebagai kota modern, sudah selayaknya Jakarta menempatkan efisiensi dalam pengelolaan sumber daya anggaran dan sumber daya ekonomi yang dimilikinya.
kesejahteraan
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
Ketiga, kesejahteraan akan menurunkan kemiskinan yang menjadi problem utama sekaligus musuh pembangunan. Tidak ada satupun negara atau daerah yang ingin dicap sebagai miskin atau dikatakan memiliki tingkat kemiskinan tinggi. Keempat, kesejahteraan mendorong kesamaan sosial dan menurunkan kesenjangan sosial. Persamaan hak-hak ekonomi, politik, sosial-budaya hingga kesamaan perlakuan di depan hukum dapat dipromosikan dengan penciptaan kesejahteraan secara merata.
Kelima, kesejahteraan mempromosikan stabilitas sosial- politik. Stabilitas yang sejati hanya akan tercapai ketika semua warga sejahtera lahir dan batin. Stabilitas yang bersumber dari tindakan represif-manipulatif negara,
hanya akan menciptakan stabilitas artifisial yang semu. Keenam , kesejahteraan mendorong pemberdayaan ma-
syarakat yang dibutuhkan untuk melahirkan kemandirian. Dengan kemandirian ini diharapkan masyarakat se ma kin kreatif dan inovatif, serta semakin mengurangi keter- gantungannya kepada pemerintah.
Secara historis, penciptaan kesejahteraan bagi seluruh Secara historis, warga merupakan amanat perjuangan kemerdekaan. Para penciptaan
pendiri negeri telah menegaskan bahwa negara-bangsa kesejahteraan bagi seluruh
bernama Indonesia ini dibentuk untuk mengupayakan warga merupakan terciptanya kemakmuran lahir dan batin bagi segenap amanat perjuangan
penduduknya. Sejak awal merdeka, pemerintahan kemerdekaan. Indonesia selalu mengupayakan penyelenggaraan sistem
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
kesejahteraan sosial, salah satunya dicetuskan Kabinet Hatta (1949-1950) dengan rumusan “jaminan sosial”.
Pada prinsipnya, penciptaan kesejahteraan masyarakat membutuhkan tiga prasyarat dasar. Pertama, kehadiran pemerintahan yang memihak rakyat banyak (pro-poor government) dalam lingkungan politik yang stabil. Dalam alam demokrasi saat ini, stabilitas ini hanya dapat diraih melalui aliansi politik. Namun aliansi politik harus didasari oleh tujuan kesejahteraan publik ( welfare-driven), bukan kepentingan pragmatis jangka pendek orang-perorang.
Kedua , kehadiran institusi yang memihak rakyat banyak ( pro-poor institutions). Penyediaan kesejahteraan
16 membutuhkan institusi yang responsif, kompeten dan
bersih untuk memberikan pelayanan publik secara optimal. Disinilah reformasi birokrasi menjadi kata kunci terpenting dalam penciptaan kesejahteraan di Jakarta.
Ketiga, kehadiran kebijakan yang memihak rakyat banyak (pro-poor policy). Dalam dunia nyata, implementasi idealita adalah sulit dan sering menemui resistensi dari vested interest groups. Lebih jauh lagi, seringkali terjadi deviasi antara rencana dan realisasi. Disinilah dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah untuk mendahulukan kepentingan sosial diatas kepentingan kelompok-kelompok status quo , dalam bentuk mempromosikan kebijakan- kebijakan pembangunan sosial yang luas. Hanya dengan komitmen yang kuat maka kesejahteraan untuk semua akan terwujud.
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
Kerangka Dasar Pembangunan Kesejahteraan di DKI Jakarta
DKI Jakarta “Welfare City”
Reformasi
Aliansi Politik
dan Peran
Pro-poor government Pro-poor institutions
Pro-poor policy
eskipun sebagian penduduk Jakarta su- Pembangunan
d ah pada tahap pemenuhan kebutuhan Manusia melalui ter sier dan gaya hidup, namun tetap ada Memenuhi
kewajiban bagi pengelola pemerintahan dan pengambil Kebutuhan Dasar
kebijakan untuk memenuhi kebutuhan dasar. Pemenuhan kebutuhan ini adalah bagian dari tanggungjawab negara/ daerah terhadap penduduknya. Bahkan jika melihat bahwa, masih lebih dari 300 ribu penduduk Jakarta yang hidup dibawah garis kemiskinan dan masih cukup banyak penduduk yang hidup dengan pendapatan kurang dari 1 juta per bulan, maka menjadi sangat penting bagi pemerintah untuk tetap menyediakan pelayanan publik yang menjadi kebutuhan dasar penduduk.
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
Kebutuhan dasar Kebutuhan dasar penduduk pertama yang harus dipenuhi penduduk pertama adalah hak dasar bagi penduduk untuk memperoleh yang harus dipenuhi adalah hak dasar pendidikan yang layak. Bagi Jakarta sebagai kota inter- bagi penduduk untuk nasional, paling tidak setiap penduduk bisa bersekolah memperoleh pendidikan sampai dengan SMU atau wajib belajar 12 tahun. Namun yang layak. dari sisi anggaran, tentu saja target ini tidak mudah untuk
dipenuhi. Partisipasi publik masih tetap diperlukan untuk dapat terpenuhinya pemenuhan kebutuhan pendidikan 12 tahun. Setidaknya pemerintah dapat menjamin penduduk yang masuk kategori tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan dasar. Jakarta juga dapat berfokus pada peningkatan kualitas dan sarana pendidikan dan pemenuhan pada pendidikan khusus seperti pendidikan
18 kejuruan dalam rangka penyiapan sumber daya manusia siap kerja. Apalagi umumnya pendidikan kejuruan ini lebih diminati oleh siswa dari kelompok ekonomi menengah
ke bawah, sehingga menjadi sangat wajar jika subsidi dialokasikan kepada pendidikan kejuruan ini untuk pemenuhan kebutuhan pendidikan 12 tahun.
Pada urutan kedua Pada urutan kedua kebutuhan dasar yang harus kebutuhan dasar dipenuhi adalah kebutuhan akan pelayanan kesehatan. yang harus dipenuhi
Pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan ini umumnya adalah kebutuhan akan
pelayanan kesehatan. diimplementasikan melalui jaminan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Pada beberapa daerah, cakupan
jaminan layanan kesehatan ini bahkan bisa mencakup seluruh penduduk. Hal ini bisa direalisasikan bila jumlah penduduk tidak banyak atau ada skema keterlibatan partisipasi masyarakat melalui premi. Jakarta memiliki
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
APBD yang cukup besar, namun juga memiliki jumlah penduduk yang jauh lebih besar pula dibanding kabupaten/ kota lainnya di Indonesia. Sehingga di Jakarta mungkin saja diwujudkan jaminan pelayanan kesehatan yang mencakup seluruh penduduk, namun dekat residual, atau hanya diberikan bagi penduduk yang belum memiliki jaminan kesehatan dari sumber lain (Askes, Jamsostek, ASABRI dan asuransi swasta). Tentu saja jaminan ini memiliki batasan pelayanan kesehatan tingkat tiga, sebagaimana penggolongan dalam sistem kesehatan daerah. Namun yang juga sangat penting adalah memberikan jaminan layanan bagi ibu hamil dan balita, khususnya dalam memperoleh jaminan pelayanan pemeriksaan dan pemeliharaan gizi, mengingat mereka adalah kelompok
yang rentan dan memerlukan perhatian khusus. Jaminan Sosial menjadi kebutuhan ketiga yang harus Jaminan Sosial menjadi
dipenuhi setelah kebutuhan penduduk. Jaminan sosial ini kebutuhan ketiga yang harus dipenuhi setelah
mencakup jaminan sosial diluar pendidikan dan kesehatan. kebutuhan penduduk. Jaminan ini riilnya berupa jaminan khusus bagi kelompok masyarakat berkebutuhan khusus dan jaminan memperoleh pekerjaan/kesempatan berusaha. Jaminan sosial bagi pen- duduk berkebutuhan khusus mencakup layanan maupun prioritas khusus dalam pelayanan publik , bahkan termasuk potongan harga khusus untuk jasa yang disediakan oleh pemerintah, termasuk dalam bidang pariwisata. Sehingga penduduk berkebutuhan khusus ini mendapat pelayanan yang juga istimewa sesuai kebutuhannya tanpa bermaksud memandangnya sebagai kelompok yang lemah.
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
Jaminan penyediaan lapangan kerja dan kesempatan berusaha adalah wujud dari pemenuhan kebutuhan ekonomi penduduk. Hal ini dapat diwujudkan melalui peraturan dan iklim usaha yang kondusif untuk tumbuhnya kegiatan ekonomi dan usaha, termasuk mendorong berkembangnya usaha-usaha baru melalui berbagai skema kebijakan baik sisi permodalan maupun keterampilan usaha dan kemitraan usaha. Di negara- negara Eropa Utara, penerapan welfare state sangat didukung oleh berkembangnya sektor swasta dan kegiatan bisnis yang memungkinkan didapatkan penerimaan pajak yang cukup tinggi untuk membiayai sektor-sektor dan program jaminan sosial.
Kebutuhan dasar Kebutuhan dasar keempat yang harus terpenuhi untuk keempat yang harus pembangunan manusia di Jakarta adalah kebutuhan terpenuhi untuk
pembangunan manusia perumahan dan air bersih. Pembangunan pemukiman di Jakarta adalah yang dilakukan oleh pengembang swasta dengan
kebutuhan perumahan mekanisme pasar tidak mampu dijangkau masyarakat dan air bersih.
berpenghasilan rendah yang justru membutuhkan pemukiman dan saat ini tinggal dalam pemukiman yang tidak layak. Oleh karena itu tetap dibutuhkan keterlibatan pemerintah dalam penyediaan pemukiman bagi kelompok masyarakat ini yang merupakan pekerja pada berbagai sektor ekonomi di Jakarta. Disisi lain, pembenahan dan penataan kawasan padat penduduk juga diperlukan agar masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut dapat lebih baik. Apalagi kita juga harus memenuhi target pencapaian MDGs yaitu tercapainya City Without Slums . Bagian dari
Jakarta : Modernitas & Pembangunan Manusia
penataan pemukiman ini adalah pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi yang layak bagi penduduk, termasuk penduduk yang tinggal di kawasan padat dan kumuh.
Mewujudkan kesejahteraan untuk meningkatkan kualitas Meningkatkan kualitas pembangunan manusia memang harus dilakukan pembangunan manusia
memang harus secara menyeluruh dan terintegrasi. Oleh karena itu, dilakukan secara
gagasan yang ditawarkan adalah menyatukan urusan- menyeluruh dan urusan yang terkait dengan kesejahteraan dalam suatu terintegrasi. koordinasi. Penyatuan urusan kesejahteraan yang mencakup pendidikan, kesehatan, jaminan sosial dan layanan administrasi kependudukan, perumahan dan ketenagakerjaan bahkan bukan hanya di tingkat eksekutif pelaksana kebijakan, namun juga di legislatif sebagai
perumus kebijakan. Sudah selayaknya urusan-urusan yang terkait dengan kesejahteraan penduduk ini berada dalam satu komisi tersendiri di legislatif di DKI Jakarta sehingga pembahasannya lebih komprehensif.
Bangun Jiwa dan Raga Jakarta
Bercermin kepada Negara ASEAN
Selamat Nurdin
Ketua DPW PKS DKI Jakarta
B kehidupan di era modern. Jika dahulu kesejahteraan
erbagai indeks dan parameter konsep pembangunan dan kesejahteraan kini semakin berkembang sesuai dengan tahapan kualitas