KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN
BIOMEKANIKA
PERTEMUAN #14
TKT207
|
ERGONOMI DAN
PERANCANGAN
SISTEM KERJA
6623 – TAUFIQUR RACHMAN
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KEMAMPUAN AKHIR YANG
DIHARAPKAN
• Mampu merancang sistem kerja yang ergonomis
berdasarkan biomekanika.
INDIKATOR PENILAIAN
• Ketepatan dalam merancang sistem kerja yang
ergonomis berdasarkan biomekanika.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
2
BIOMEKANIKA …(1/2)
• Merupakan aplikasi mekanika pada sistem biologi.
• Merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi
hasil ergonomi, yaitu penelitian tentang kekuatan fisik
manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia
ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta
peralatan yang harus dirancang agar sesuai dengan
kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja
tersebut.
• Menurut Hay (1985:2), biomekanika adalah ilmu yang
mempelajari mengenai gaya-gaya internal dan eksternal yang
bekerja pada tubuh manusia dan akibat dari gaya yang
dihasilkan.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
3
BIOMEKANIKA …(2/2)
• Menurut biomekanika_teaching.htm (2008:1):
– Mekanika merupakan salah satu cabang ilmu dari bidang
ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan
bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan
mekanik yang disebut gaya. Mekanika merupakan cabang
ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika.
– Kemudian biomekanika merupakan bidang ilmu aplikasi
mekanika pada sistem biologi, kombinasi antara disiplin
ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan
fisiologi, dan prinsip mekanika dipakai dalam
penyusunan konsep, analisis, desain dan pengembangan
peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
4
STUDI BIOMEKANIKA
• Dapat diterapkan pada:
– Perancangan kembali pekerjaan yang sudah
ada,
– Evaluasi pekerjaan,
– Penyaringan pegawai,
– Tugas-tugas penanganan manual,
– Pembebanan statis, dan
– Penentuan sistem waktu.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
5
PRINSIP BIOMEKANIKA
1)
Kurangi berat benda yang ditangani.
2)
Manfaatkan dua atau lebih orang untuk memindahkan barang yang berat.
3)
Ubahlah aktivitas jika mungkin, sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.
4)
Minimasi jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
5)
Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6)
Kurangi frekuensi pemindahan.
7)
Berikan waktu istirahat.
8)
Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan
tenaga.
9)
Rancang container agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat
dengan tubuh.
10) Benda yang berat dijaga setinggi lutut.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
6
DASAR PERANCANGAN BIOMEKANIKA
A. MEMILIH INDIVIDU
1) Jangan memilih yang stereotif
2) Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian
B. TEKNIK MENGAJAR
3) Gunakan pemindahan dengan “gaya bebas (free style)”
4) Jangan tergelincir
5) Jangan bertindak bodoh
6) Jangan melintir (twist) ketika bergerak
C. MERANCANG KERJA
7) Letakan beban yang kompak container
8) Jangan meletakkan beban di atas lantai
9) Genggamlah dengan baik
10) Pertahankan beban dekat dengan beban
11) Jangan memindahkan barang di atas bahu
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
7
KETERANGAN A.1) & A.2)
A.1) Jangan memilih yang stereotipe.
– Pemilihan
berdasarkan
keserupaan
merupakan
diskriminasi. Variabilitas individu yang besar meskipun
dalam suatu populasi. Pengaruh umur terhadap
kapabilitas tidak sebesar pengaruh suseptibilitas
terhadap sakit (injury). Rata-rata wanita memindahkan
60% dibandingkan rata-rata pria.
A.2) Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian.
– Orang yang kuat memindahkan lebih banyak dan lebih
aman daripada orang yang lemah. Pemilihan
berdasarkan kelompok otot yang digunakan untuk
pekerjaan spesifik, bukan dengan berdasar sinar-X.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
8
KETERANGAN B.3) S/D B.6)
B.3) Gunakan pemindahan dengan “gaya bebas” (free style).
– Pemindahan squat membutuhkan energi lebih, otot kaki
yang lebih kuat dan jarang digunakan, squat baik untuk
beban yang berat dan kelompok.
B.4) Jangan tergelincir.
– Jaga agar kaki terpisah, kaki yang berlawanan did depan
jika berputar, gunakan alas kaki anti-gelincir.
B.5) Jangan bertindak bodoh.
– Kerjakan dengan tenang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu
lambat.
B.6) Jangan melintir (twist) ketika bergerak.
– Penunjang yang buruk bagi cakram (disk).
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
9
KETERANGAN C.7) S/D C.11)
C.7)
Letakan beban yang kompak container.
– Pemegangan adalah hal yang utama. Kontainer yang sulit ditangani membuat
aspek biomekanika menjadi buruk dan menghalangi pandangan.
C.8)
Jangan meletakkan beban di atas lantai.
– Biomekanika menjasi buruk saat mengangkat maupun menaruh, ditambah
ekstra metabolisme untuk gerakan tubuh. Setinggi lutut yang terbaik.
C.9)
Genggamlah dengan baik.
– Pegang dengan tangan, jangan dengan ujung jari. Jangan memegang pada
bagian yang tajam.
C.10) Pertahankan beban dekat dengan beban.
– Berguna untuk meniminasi torsi. Jangan menggunakan baju yang dapat
menyangkut pada beban.
C.11) Jangan memindahkan barang di atas bahu.
– Biomekanika yang dipekerjakan seburuk jika melewati dada. Berbahaya jika
benda jatuh.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
10
FATIGUE (KELELAHAN) …(1/2)
• Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada
syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak dapat
berfungsi sebagai mana mestinya.
• Semakin berat beban yang dikerjakan dan gerakan
semakin tidak teratur, maka timbulnya fatigue lebih
cepat.
• Timbulnya fatigue ini perlu dipelajari untuk
menentukan tingkat kekuatan otot manusia,
sehingga pekerjaan yang akan dilakukan atau
dibebankan dapat sesuai dengan kemampuan otot
tersebut.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
11
FATIGUE (KELELAHAN) …(2/2)
• Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal, yaitu:
1) Perasaan lelah,
2) Perubahan fisiologis tubuh,
3) Menurunnya kemampuan kerja.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue adalah:
1) Tenaga yang dikeluarkan,
2) Frekuensi dan lamanya bekerja,
3) Cara dan sikap melakukan aktivitas,
4) Jenis olahraga,
5) Jenis kelamin, dan
6) Umur.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
12
RWL (Recommended Weight Limit)
•
Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH) mengidentifikasi adanya masalah back injuries yang
dipublikasikan dalam The Work Practices Guide for Manual Lifting
(Henry, et al, 1993).
•
Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi pada punggung
manusia.
•
Salah satu metode NIOSH adalah RWL yang ditetapkan pada tahun
1991 di Amerika Serikat.
•
Metode RWL adalah metode yang merekomendasikan batas beban
yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun
pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalam jangka waktu
yang lama.
•
Input metode RWL adalah jarak beban terhadap manusia, jarak
perpindahan, dan postur tubuh (sudut yang dibentuk).
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
13
PERSAMAAN RWL
•
•
Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk
diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah
sebagai berikut (Waters, et al, 1993):
𝑹𝑾𝑳 = 𝑳𝑪 × 𝑯𝑴 × 𝑽𝑴 × 𝑫𝑴 × 𝑨𝑴 × 𝑭𝑴 × 𝑪𝑴
Keterangan:
– LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
– HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H
– VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 − 0,003 𝑉 − 75
• VM untuk orang Indonesia = 1 − 0,00326 𝑉 − 69
– DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
– AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 – 0,0032(°)
– FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
– CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
14
CATATAN PERSAMAAN RWL
•
•
•
•
•
H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik
pusat tubuh.
V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai
tujuan
A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
Persamaan RWL dari NIOSH berlaku pada keadaan (Waters, et al, 1994):
1) Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan
ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2) Beban diangkat dengan kedua tangan.
3) Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu
maksimal 8 jam.
4) Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk
atau berlutut.
5) Tempat kerja tidak sempit.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
15
Tabel CM (Coupling Multiplier)
Coupling
Type
V < 30 inchies V > 30 inchies
(75 cm)
(75 cm)
Good
1,00
1,00
Fair
0,95
1,00
Poor
0,90
0,95
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
16
Tabel Frekuensi Multiplier ...(1/2)
≤ 1 jam
≤ 2 jam
≤ 8 jam
Frekuensi
Lifts/min
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
0,2
1,00
1,00
0,95
0,95
0,85
0,85
0,5
0,97
0,97
0,92
0,92
0,81
0,81
1
0,94
0,94
0,88
0,88
0,75
0,75
2
0,91
0,91
0,84
0,84
0,65
0,65
3
0,88
0,88
0,79
0,79
0,55
0,55
4
0,84
0,84
0,72
0,72
0,45
0,45
5
0,80
0,80
0,60
0,60
0,35
0,35
6
0,75
0,75
0,50
0,50
0,27
0,27
7
0,70
0,70
0,42
0,42
0,22
0,22
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
17
Tabel Frekuensi Multiplier ...(2/2)
≤ 1 jam
≤ 2 jam
≤ 8 jam
Frekuensi
Lifts/min
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
8
0,60
0,60
0,35
0,35
0,18
0,18
9
0,52
0,52
0,30
0,30
0,00
0,15
10
0,45
0,45
0,26
0,26
0,00
0,13
11
0,41
0,41
0,00
0,23
0,00
0,00
12
0,37
0,37
0,00
0,21
0,00
0,00
13
0,00
0,34
0,00
0,00
0,00
0,00
14
0,00
0,31
0,00
0,00
0,00
0,00
15
0,00
0,28
0,00
0,00
0,00
0,00
>15
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
18
PERHITUNGAN RWL & LI
•
Dalam praktik pengangkatan material secara manual, terdapat 2 kondisi
kritis yang harus ditinjau RWL-nya, yaitu:
a)
Kondisi awal pengangkatan (origin)
b)
Kondisi akhir pengangkatan (destination)
•
Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWL
yang paling kecil.
•
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index (LI),
untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko
cedera tulang belakang, dengan menggunakan persamaan:
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏
𝑳𝑰 =
𝑹𝑾𝑳
•
Jika LI > 1, aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.
•
Jika LI < 1, aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang (Waters, et al, 1993).
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
19
ANALISIS METODE REBA
• Pada tahun 1995, McAtamney dan Hignett
memperkenalkan metode Rapid Entery Body
Assesment (REBA).
• Metode tersebut dapat digunakan secara cepat
untuk menilai postur seorang pekerja.
• Input yang digunakan dalam metode REBA
adalah pengambilan data postur pekerja
menggunakan handycam, penentuan sudut pada
batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan
bawah dan pergelangan tangan.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
20
PROSES METODE REBA
Mulai
Merekam postur dengan
handycam
Menentukan sudut pada
postur pekerja
Menentukan berat badan,
coupling & aktivitas
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perhitungan skor REBA
berdasarkan tabel REBA
Mengelompokkan ke
action level metode REBA
Selesai
6623 - Taufiqur Rachman
21
PROSES #1
• Merekam postur dengan handycam (Pengambilan data
postur kerja dengan menggunakan foto atau video).
– Dengan melakukan perekaman atau pemotretan
postur tubuh pekerja, maka dapat diperoleh
gambaran sikap pekerja dan leher, punggung, lengan,
pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci.
– Hal ini dikarenakan untuk penelitian diperlukan data
yang detail, sehingga peneliti dapat menghasilkan
data yang akurat untuk tahap perhitungan bobot dan
analisis.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
22
PROSES #2
•
Menentukan sudut pada postur pekerja (Penentuan sudut-sudut dari bagian
tubuh pekerja).
– Setelah hasil rekaman ataupun foto postur pekerja diperoleh, kemudian
dilakukan perhitungan terhadap besar sudut dari masing-masing segmen
tubuh yaitu punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan, dan kaki.
– Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu grup A dan B.
– Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher, dan kaki.
– Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan.
– Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui
skornya.
– Kemudian dengan skor tersebut, digunakan untuk melihat tabel A untuk
grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor masing-masing tabel.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
23
GAMBAR RANGE PERGERAKAN
PUNGGUNG
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
24
TABEL SKOR PERGERAKAN PUNGGUNG
Pergerakan
Skor
Tegak/ Alamiah
1
0° - 20° flexion
0° - 20° extention
20° - 60° flexion
>20° extention
>20° flexion
2
3
Perubahan Skor
+1 jika memutar
atau miring ke
samping
4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
25
GAMBAR RANGE PERGERAKAN LEHER
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
26
TABEL SKOR PERGERAKAN LEHER
Pergerakan
Skor
0° - 20° flexion
1
>20° extention atau
in-extention
2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
+1 jika memutar
atau miring ke
samping
6623 - Taufiqur Rachman
27
GAMBAR RANGE PERGERAKAN KAKI
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
28
TABEL SKOR PERGERAKAN KAKI
Pergerakan
Skor
Kaki tertopang, bobot
tersebar merata, jalan
atau duduk
1
Kaki tidak tertopang,
bobot tidak tersebar
merata/postur tidak
stabil
2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
• +1 jika lutut
antara 30° dan
60° flexion.
• +2 jika lutut
lebih dari 60°
flexion
(tidak
ketika duduk).
6623 - Taufiqur Rachman
29
GAMBAR RANGE PERGERAKAN
LENGAN ATAS
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
30
TABEL SKOR PERGERAKAN LENGAN ATAS
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
•
20° extention sampai
20° flexion
1
>20° extention
20° - 45° flexion
2
45° - 90° flexion
3
>90° flexion
4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
•
•
+1
jika
posisi
lengan:
• abducted
• rotated.
+1
jika
bahu
ditinggikan.
+1 jika bersandar,
bobot
lengan
ditopang
atau
sesuai gravitasi
6623 - Taufiqur Rachman
31
GAMBAR RANGE PERGERAKAN
LENGAN BAWAH
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
32
TABEL SKOR PERGERAKAN
LENGAN BAWAH
Pergerakan
Skor
60° - 100° flexion
1
100° flexion
2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
33
GAMBAR RANGE PERGERAKAN
PERGELANGAN TANGAN
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
34
TABEL SKOR PERGERAKAN
PERGELANGAN TANGAN
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
0° - 15° flexion atau
extention
1
>15° flexion atau
extention
2
+1 jika
pergelangan
tangan
menyimpang atau
berputar
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
35
PROSES #3
• Menentukan berat badan, coupling dan aktivitas
(Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan
aktifitas pekerja).
– Berikut adalah skor untuk faktor berat benda yang
diangkat, coupling dan aktivitas pekerja:
Tabel Skor Berat Beban Yang Diangkat
0
10 kg
Penambahan beban
yangtiba-tiba atau secara
cepat
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
36
TABEL SKOR COUPLING
0 (Good)
Pegangan pas dan tepat di tengah,
genggaman kuat
1 (Fair)
Pegangan tangan bisa diterima tapi tidak
ideal atau coupling lebih sesuai digunakan
oleh bagian lain dari tubuh
2 (Poor)
Pegangan tangan tidak bisa diterima
walaupun memungkinkan
+1(Unacceptable)
Dipaksakan, genggaman yang tidak aman
tanpa pegangan, coupling tidak sesuai
digunakan oleh bagian lain dari tubuh
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
37
TABEL ACTIVITY SCORE
Jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan
+1
lebih dari 1 menit
Jika pengulangan gerakan dalam waktu
+1 singkat, diulang lebih dari 4 kali per menit
(tidak termasuk berjalan)
Jika gerakan menyebabkan perubahan atau
+1 pergeseran postur yang cepat dari postur
awal
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
38
PROSES #4
• Perhitungan skor REBA berdasarkan tabel
REBA (Perhitungan nilai REBA untuk postur
yang bersangkutan).
– Terdapat 3 tabel untuk menentukan skor
REBA:
• Tabel A
• Tabel B
• Tabel C
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
39
PERHITUNGAN SKOR A
Skor
Punggung
Skor Leher
Skor
Tabel
A
Skor
Tabel
A
Skor Kaki
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Skor
Grup
A
Skor
Berat
Beban
6623 - Taufiqur Rachman
40
TABEL A
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
41
PERHITUNGAN SKOR B
Skor Lengan
Atas
Skor Lengan
Bawah
Skor
Tabel
B
Skor
Pergelangan
Tangan
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Skor
Tabel
B
Skor
Grup
B
Skor
Coupling
6623 - Taufiqur Rachman
42
TABEL B
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
43
PERHITUNGAN SKOR REBA
Skor
Grup
A
Skor
Grup
B
Skor
Tabel
C
Skor
Tabel
C
Activity
Score
Skor
REBA
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
44
TABEL C
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
45
ALUR METODE REBA
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
46
TABEL LEVEL RISIKO & TINDAKAN
Action
Level
Skor
REBA
Level
Risiko
Tindakan
Perbaikan
0
1
Bisa diabaikan
Tidak perlu
1
2–3
Rendah
Mungkin perlu
2
4–7
Sedang
Perlu
3
8 – 10
Tinggi
Perlu segera
4
11 – 15
Sangat tinggi
Perlu saat ini juga
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
47
ANALISIS METODE RULA
•
Tahun 1993, Dr. Lynn McAtamney memunculkan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assessment) yang merupakan metode cepat penilaian postur
tubuh bagian atas.
•
Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan
bawah, punggung, dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang
dipakai (statis/dinamis), dan jumlah pekerjaan.
•
Metode ini menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan
seperti resiko pada pekerjaan yang berhubungan dengan upper limb
disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang
berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan
dan kerja statis yang berulang).
•
Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup, yaitu:
1)
Grup A : lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
2)
Grup B : leher, tulang belakang dan kaki.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
48
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(1/7)
1. Lengan Atas
Gambar Lengan Atas
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
49
TABEL SKOR LENGAN ATAS
Pergerakan
Skor
Untuk 20° extention
hingga 20° flexion
+1
extention lebih dari
20° atau 20° - 45°
flexion
+2
45° - 90° flexion
+3
90° flexion atau lebih
+4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
• +1 jika
pundak/bahu
ditinggikan
• +1 jika lengan
atas abducted
• –1 jika operator
bersandar atau
bobot lengan
ditopang
6623 - Taufiqur Rachman
50
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(2/7)
2. Lengan Bawah
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari
penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut yaitu:
Gambar Lengan Bawah
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
51
TABEL SKOR LENGAN BAWAH
Pergerakan
Skor
60° - 100° flexion
+1
Kurang dari 60° atau
lebih dari 100° flexion
+2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
+1 jika lengan
bekerja melintasi
garis tengah badan
atau keluar dari
sisi
6623 - Taufiqur Rachman
52
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(3/7)
3. Pergelangan Tangan
Panduan untuk
pergelangan tangan
dikembangkan dari
penelitian Health and
Safety Executive,
digunakan untuk
menghasilkan skor
postur sebagai
berikut:
Gambar Lengan Bawah
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
53
TABEL SKOR
PERGELANGAN TANGAN
Pergerakan
Skor
Berada pada posisi
netral
+1
0° - 15° flexion
maupun extention
+2
15° atau lebih flexion
maupun extention
+3
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
+1 jika
pergelangan
tangan
menyimpang atau
berputar
6623 - Taufiqur Rachman
54
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(4/7)
4. Putaran Pergerakan Tangan (PPT)
Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang
dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur
netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:
Tabel Skor Putaran Pergerakan Tangan
Pergerakan
Pergelangan tangan berada pada rentang
menengah putaran
Jika pergelangan tangan pada atau hampir
berada pada akhir rentang putaran
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
Skor
+1
+2
55
TABEL GRUP A …(1/2)
Pergelangan Tangan
Lengan
Atas
1
2
3
Lengan
Bawah
1
2
3
4
PPT
PPT
PPT
PPT
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
1
2
3
3
3
3
4
4
4
2
3
3
3
3
3
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
5
5
1
3
3
4
4
4
4
5
5
2
3
4
4
4
4
4
5
5
3
4
4
4
4
4
5
5
5
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
56
TABEL GRUP A …(1/2)
Pergelangan Tangan
Lengan
Atas
4
5
6
Lengan
Bawah
1
2
3
4
PPT
PPT
PPT
PPT
1
2
1
2
1
2
1
2
1
4
4
4
4
4
5
5
5
2
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
5
5
5
6
6
1
5
5
5
5
5
6
6
7
2
5
6
6
6
6
7
7
7
3
6
6
6
7
7
7
7
8
1
7
7
7
7
7
8
8
9
2
8
8
8
8
8
9
9
9
3
9
9
9
9
9
9
9
9
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
57
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(5/7)
5. Otot
Tabel Otot
Pergerakan
Postur statis, berlangsung selama 10
menit atau lebih
Gerakan berulang 4 kali atau lebih
dalam 1 menit
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
Skor
+1
+1
58
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(6/7)
5. Beban
Tabel Beban
Pergerakan
Skor
Beban < 2 kg, intermiten
0
Beban 2-10 kg, intermiten
+1
Beban 2-10 kg, statis atau repetitif
+2
Beban >10 kg, refetitif atau dengan kejutan
+3
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
59
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(7/7)
Skor A (Hasil dari Tabel A)
Skor penggunaan otot grup A
Skor
C
Skor tenaga (beban) grup A
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
60
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(1/6)
1. Leher
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan
pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et
al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
Gambar Leher
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
61
TABEL SKOR LEHER
Pergerakan
Skor
0° - 10° flexion
+1
10° - 20° flexion
+2
20° atau lebih flexion
+3
extention
+4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
+1 jika leher
diputar atau posisi
miring,
dibengkokkan ke
kanan atau kiri.
6623 - Taufiqur Rachman
62
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(2/6)
2. Punggung
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy,
Grandjean dan Grandjean et al:
Gambar Punggung
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
63
TABEL SKOR PUNGGUNG
Pergerakan
Skor
Duduk dan ditopang
dengan baik dengan
sudut paha tubuh 90°
atau lebih
+1
• +1 jika tubuh
diputar
0° - 20° flexion
+2
20° - 60° flexion
+3
• +1 jika tubuh
miring
kesamping
60° atau lebih flexion
+4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
6623 - Taufiqur Rachman
64
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(3/6)
3. Kaki
Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan
sebagai berikut:
Tabel Skor Kaki
Pergerakan
Skor
Kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata
+1
Berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki
dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.
+1
Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar
merata.
+2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
65
TABEL GRUP B …(1/2)
Punggung
1
2
3
4
5
6
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
3
2
3
3
4
5
5
6
6
7
7
2
2
3
2
3
4
5
5
5
6
7
7
7
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
5
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
8
8
6
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
Leher
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
66
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(4/6)
4. Otot
Tabel Skor Otot
Pergerakan
Skor
Postur statis, berlangsung selama 10
menit atau lebih
+1
Gerakan berulang 4 kali atau lebih
dalam 1 menit
+1
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
67
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(5/6)
5. Beban
Tabel Skor Beban
Pergerakan
Beban < 2 kg, intermiten
Beban 2-10 kg, intermiten
Beban 2-10 kg, statis atau repetitif
Beban >10 kg, refetitif atau dengan
kejutan
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
Skor
0
+1
+2
+3
68
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(6/6)
Skor B (Hasil dari Tabel B)
Skor penggunaan otot grup B
Skor
D
Skor tenaga (beban) grup B
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
69
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
Skor
C
Grand Skor
(Grand
Score)
Skor
D
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
70
TABEL GRAND SCORE
Skor D
Skor
C
1
2
1
1
2
2
2
2
3
3
3
4
3
4
5
4
4
6
5
5
7+
5
5
3
4
5
6
7
8
3
3
4
4
5
5
3
3
4
4
5
5
3
3
4
5
6
6
4
4
5
6
6
7
4
5
6
6
7
7
5
6
7
7
7
7
6
6
7
7
7
7
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
71
ALUR METODE RULA
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
72
TABEL ACTIVITY SCORE
Action
Level
Skor
RULA
Tindakan
1
1 atau 2
Bisa diterima jika tidak dipertahankan atau
tidak berulang dalam periode yang lama
2
3 atau 4
Diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga
diperlukan perubahan-perubahan
5 atau 6
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera
dilakukan
7
Kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan
dan perubahan diperlukan dengan segera
(saat itu juga)
3
4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
73
CATATAN METODE RULA
• Metode RULA memiliki keterbatasan dalam pengukurannya,
diantaranya (Corlett,1998):
a) Tangan: metode ini tidak bisa mengukur gerakan tangan
menggenggam, meluruskan, memutar, memerlukan tekanan
pada telapak tangan.
b) Tempat kerja: metode ini tidak mengukur antropometri
tempat kerja yang dapat menyebabkan terjadinya postur
janggal.
c) Ketidaknyamanan: metode ini tidak mengukur derajat
ketidaknyamanan akibat dimensi fisik tempat kerja.
• Meskipun begitu, metode ini juga memiliki banyak keuntungan
yaitu mudah digunakan, cepat, praktis, dapat dikombinasikan
dengan metode lainnya dan dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam melakukan investigasi lebih lanjut tindakan perbaikan.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
74
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
75
PERTEMUAN #14
TKT207
|
ERGONOMI DAN
PERANCANGAN
SISTEM KERJA
6623 – TAUFIQUR RACHMAN
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KEMAMPUAN AKHIR YANG
DIHARAPKAN
• Mampu merancang sistem kerja yang ergonomis
berdasarkan biomekanika.
INDIKATOR PENILAIAN
• Ketepatan dalam merancang sistem kerja yang
ergonomis berdasarkan biomekanika.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
2
BIOMEKANIKA …(1/2)
• Merupakan aplikasi mekanika pada sistem biologi.
• Merupakan salah satu dari empat bidang penelitian informasi
hasil ergonomi, yaitu penelitian tentang kekuatan fisik
manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia
ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta
peralatan yang harus dirancang agar sesuai dengan
kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas kerja
tersebut.
• Menurut Hay (1985:2), biomekanika adalah ilmu yang
mempelajari mengenai gaya-gaya internal dan eksternal yang
bekerja pada tubuh manusia dan akibat dari gaya yang
dihasilkan.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
3
BIOMEKANIKA …(2/2)
• Menurut biomekanika_teaching.htm (2008:1):
– Mekanika merupakan salah satu cabang ilmu dari bidang
ilmu fisika yang mempelajari gerakan dan perubahan
bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh gangguan
mekanik yang disebut gaya. Mekanika merupakan cabang
ilmu yang tertua dari semua cabang ilmu dalam fisika.
– Kemudian biomekanika merupakan bidang ilmu aplikasi
mekanika pada sistem biologi, kombinasi antara disiplin
ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu biologi dan
fisiologi, dan prinsip mekanika dipakai dalam
penyusunan konsep, analisis, desain dan pengembangan
peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
4
STUDI BIOMEKANIKA
• Dapat diterapkan pada:
– Perancangan kembali pekerjaan yang sudah
ada,
– Evaluasi pekerjaan,
– Penyaringan pegawai,
– Tugas-tugas penanganan manual,
– Pembebanan statis, dan
– Penentuan sistem waktu.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
5
PRINSIP BIOMEKANIKA
1)
Kurangi berat benda yang ditangani.
2)
Manfaatkan dua atau lebih orang untuk memindahkan barang yang berat.
3)
Ubahlah aktivitas jika mungkin, sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.
4)
Minimasi jarak horizontal antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
5)
Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6)
Kurangi frekuensi pemindahan.
7)
Berikan waktu istirahat.
8)
Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan
tenaga.
9)
Rancang container agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat
dengan tubuh.
10) Benda yang berat dijaga setinggi lutut.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
6
DASAR PERANCANGAN BIOMEKANIKA
A. MEMILIH INDIVIDU
1) Jangan memilih yang stereotif
2) Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian
B. TEKNIK MENGAJAR
3) Gunakan pemindahan dengan “gaya bebas (free style)”
4) Jangan tergelincir
5) Jangan bertindak bodoh
6) Jangan melintir (twist) ketika bergerak
C. MERANCANG KERJA
7) Letakan beban yang kompak container
8) Jangan meletakkan beban di atas lantai
9) Genggamlah dengan baik
10) Pertahankan beban dekat dengan beban
11) Jangan memindahkan barang di atas bahu
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
7
KETERANGAN A.1) & A.2)
A.1) Jangan memilih yang stereotipe.
– Pemilihan
berdasarkan
keserupaan
merupakan
diskriminasi. Variabilitas individu yang besar meskipun
dalam suatu populasi. Pengaruh umur terhadap
kapabilitas tidak sebesar pengaruh suseptibilitas
terhadap sakit (injury). Rata-rata wanita memindahkan
60% dibandingkan rata-rata pria.
A.2) Pilih orang yang kuat berdasarkan pengujian.
– Orang yang kuat memindahkan lebih banyak dan lebih
aman daripada orang yang lemah. Pemilihan
berdasarkan kelompok otot yang digunakan untuk
pekerjaan spesifik, bukan dengan berdasar sinar-X.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
8
KETERANGAN B.3) S/D B.6)
B.3) Gunakan pemindahan dengan “gaya bebas” (free style).
– Pemindahan squat membutuhkan energi lebih, otot kaki
yang lebih kuat dan jarang digunakan, squat baik untuk
beban yang berat dan kelompok.
B.4) Jangan tergelincir.
– Jaga agar kaki terpisah, kaki yang berlawanan did depan
jika berputar, gunakan alas kaki anti-gelincir.
B.5) Jangan bertindak bodoh.
– Kerjakan dengan tenang, tidak terlalu cepat, tidak terlalu
lambat.
B.6) Jangan melintir (twist) ketika bergerak.
– Penunjang yang buruk bagi cakram (disk).
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
9
KETERANGAN C.7) S/D C.11)
C.7)
Letakan beban yang kompak container.
– Pemegangan adalah hal yang utama. Kontainer yang sulit ditangani membuat
aspek biomekanika menjadi buruk dan menghalangi pandangan.
C.8)
Jangan meletakkan beban di atas lantai.
– Biomekanika menjasi buruk saat mengangkat maupun menaruh, ditambah
ekstra metabolisme untuk gerakan tubuh. Setinggi lutut yang terbaik.
C.9)
Genggamlah dengan baik.
– Pegang dengan tangan, jangan dengan ujung jari. Jangan memegang pada
bagian yang tajam.
C.10) Pertahankan beban dekat dengan beban.
– Berguna untuk meniminasi torsi. Jangan menggunakan baju yang dapat
menyangkut pada beban.
C.11) Jangan memindahkan barang di atas bahu.
– Biomekanika yang dipekerjakan seburuk jika melewati dada. Berbahaya jika
benda jatuh.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
10
FATIGUE (KELELAHAN) …(1/2)
• Fatigue adalah suatu kelelahan yang terjadi pada
syaraf dan otot-otot manusia sehingga tidak dapat
berfungsi sebagai mana mestinya.
• Semakin berat beban yang dikerjakan dan gerakan
semakin tidak teratur, maka timbulnya fatigue lebih
cepat.
• Timbulnya fatigue ini perlu dipelajari untuk
menentukan tingkat kekuatan otot manusia,
sehingga pekerjaan yang akan dilakukan atau
dibebankan dapat sesuai dengan kemampuan otot
tersebut.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
11
FATIGUE (KELELAHAN) …(2/2)
• Menurut Barnes, fatigue dapat dilihat dari tiga hal, yaitu:
1) Perasaan lelah,
2) Perubahan fisiologis tubuh,
3) Menurunnya kemampuan kerja.
• Faktor-faktor yang mempengaruhi fatigue adalah:
1) Tenaga yang dikeluarkan,
2) Frekuensi dan lamanya bekerja,
3) Cara dan sikap melakukan aktivitas,
4) Jenis olahraga,
5) Jenis kelamin, dan
6) Umur.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
12
RWL (Recommended Weight Limit)
•
Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health
(NIOSH) mengidentifikasi adanya masalah back injuries yang
dipublikasikan dalam The Work Practices Guide for Manual Lifting
(Henry, et al, 1993).
•
Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi pada punggung
manusia.
•
Salah satu metode NIOSH adalah RWL yang ditetapkan pada tahun
1991 di Amerika Serikat.
•
Metode RWL adalah metode yang merekomendasikan batas beban
yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun
pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalam jangka waktu
yang lama.
•
Input metode RWL adalah jarak beban terhadap manusia, jarak
perpindahan, dan postur tubuh (sudut yang dibentuk).
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
13
PERSAMAAN RWL
•
•
Persamaan untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk
diangkat seorang pekerja dalam kondisi tertentu menurut NIOSH adalah
sebagai berikut (Waters, et al, 1993):
𝑹𝑾𝑳 = 𝑳𝑪 × 𝑯𝑴 × 𝑽𝑴 × 𝑫𝑴 × 𝑨𝑴 × 𝑭𝑴 × 𝑪𝑴
Keterangan:
– LC : (Lifting Constanta) konstanta pembebanan = 23 kg
– HM : (Horizontal Multiplier) faktor pengali horizontal = 25/H
– VM : (Vertical Multiplier) faktor pengali vertikal = 1 − 0,003 𝑉 − 75
• VM untuk orang Indonesia = 1 − 0,00326 𝑉 − 69
– DM : (Distance Multiplier) faktor pengali perpindahan = 0,82 + 4,5/D
– AM : (Asymentric Multiplier) faktor pengali asimentrik = 1 – 0,0032(°)
– FM : (Frequency Multiplier) faktor pengali frekuensi
– CM : (Coupling Multiplier) faktor pengali kopling (handle)
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
14
CATATAN PERSAMAAN RWL
•
•
•
•
•
H = Jarak horizontal posisi tangan yang memegang beban dengan titik
pusat tubuh.
V = Jarak vertikal posisi tangan yang memegang beban terhadap lantai
D = Jarak perpindahan beban secara vertikal antara tempat asal sampai
tujuan
A = Sudut simetri putaran yang dibentuk antara tangan dan kaki.
Persamaan RWL dari NIOSH berlaku pada keadaan (Waters, et al, 1994):
1) Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada penambahan
ataupun pengurangan beban ditengah-tengah pekerjaan.
2) Beban diangkat dengan kedua tangan.
3) Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu
maksimal 8 jam.
4) Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan saat duduk
atau berlutut.
5) Tempat kerja tidak sempit.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
15
Tabel CM (Coupling Multiplier)
Coupling
Type
V < 30 inchies V > 30 inchies
(75 cm)
(75 cm)
Good
1,00
1,00
Fair
0,95
1,00
Poor
0,90
0,95
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
16
Tabel Frekuensi Multiplier ...(1/2)
≤ 1 jam
≤ 2 jam
≤ 8 jam
Frekuensi
Lifts/min
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
0,2
1,00
1,00
0,95
0,95
0,85
0,85
0,5
0,97
0,97
0,92
0,92
0,81
0,81
1
0,94
0,94
0,88
0,88
0,75
0,75
2
0,91
0,91
0,84
0,84
0,65
0,65
3
0,88
0,88
0,79
0,79
0,55
0,55
4
0,84
0,84
0,72
0,72
0,45
0,45
5
0,80
0,80
0,60
0,60
0,35
0,35
6
0,75
0,75
0,50
0,50
0,27
0,27
7
0,70
0,70
0,42
0,42
0,22
0,22
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
17
Tabel Frekuensi Multiplier ...(2/2)
≤ 1 jam
≤ 2 jam
≤ 8 jam
Frekuensi
Lifts/min
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
V < 75
V ≥ 75
8
0,60
0,60
0,35
0,35
0,18
0,18
9
0,52
0,52
0,30
0,30
0,00
0,15
10
0,45
0,45
0,26
0,26
0,00
0,13
11
0,41
0,41
0,00
0,23
0,00
0,00
12
0,37
0,37
0,00
0,21
0,00
0,00
13
0,00
0,34
0,00
0,00
0,00
0,00
14
0,00
0,31
0,00
0,00
0,00
0,00
15
0,00
0,28
0,00
0,00
0,00
0,00
>15
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
18
PERHITUNGAN RWL & LI
•
Dalam praktik pengangkatan material secara manual, terdapat 2 kondisi
kritis yang harus ditinjau RWL-nya, yaitu:
a)
Kondisi awal pengangkatan (origin)
b)
Kondisi akhir pengangkatan (destination)
•
Nilai RWL harus dihitung untuk masing-masing kondisi, dan dipakai RWL
yang paling kecil.
•
Setelah nilai RWL diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting Index (LI),
untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko
cedera tulang belakang, dengan menggunakan persamaan:
𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑩𝒂𝒅𝒂𝒏
𝑳𝑰 =
𝑹𝑾𝑳
•
Jika LI > 1, aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang.
•
Jika LI < 1, aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang
belakang (Waters, et al, 1993).
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
19
ANALISIS METODE REBA
• Pada tahun 1995, McAtamney dan Hignett
memperkenalkan metode Rapid Entery Body
Assesment (REBA).
• Metode tersebut dapat digunakan secara cepat
untuk menilai postur seorang pekerja.
• Input yang digunakan dalam metode REBA
adalah pengambilan data postur pekerja
menggunakan handycam, penentuan sudut pada
batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan
bawah dan pergelangan tangan.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
20
PROSES METODE REBA
Mulai
Merekam postur dengan
handycam
Menentukan sudut pada
postur pekerja
Menentukan berat badan,
coupling & aktivitas
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perhitungan skor REBA
berdasarkan tabel REBA
Mengelompokkan ke
action level metode REBA
Selesai
6623 - Taufiqur Rachman
21
PROSES #1
• Merekam postur dengan handycam (Pengambilan data
postur kerja dengan menggunakan foto atau video).
– Dengan melakukan perekaman atau pemotretan
postur tubuh pekerja, maka dapat diperoleh
gambaran sikap pekerja dan leher, punggung, lengan,
pergelangan tangan hingga kaki secara terperinci.
– Hal ini dikarenakan untuk penelitian diperlukan data
yang detail, sehingga peneliti dapat menghasilkan
data yang akurat untuk tahap perhitungan bobot dan
analisis.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
22
PROSES #2
•
Menentukan sudut pada postur pekerja (Penentuan sudut-sudut dari bagian
tubuh pekerja).
– Setelah hasil rekaman ataupun foto postur pekerja diperoleh, kemudian
dilakukan perhitungan terhadap besar sudut dari masing-masing segmen
tubuh yaitu punggung (batang tubuh), leher, lengan atas, lengan bawah,
pergelangan tangan, dan kaki.
– Pada metode REBA segmen-segmen tubuh tersebut dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu grup A dan B.
– Grup A meliputi punggung (batang tubuh), leher, dan kaki.
– Sementara grup B meliputi lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan
tangan.
– Dari data sudut segmen tubuh pada masing-masing grup dapat diketahui
skornya.
– Kemudian dengan skor tersebut, digunakan untuk melihat tabel A untuk
grup A dan tabel B untuk grup B agar diperoleh skor masing-masing tabel.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
23
GAMBAR RANGE PERGERAKAN
PUNGGUNG
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
24
TABEL SKOR PERGERAKAN PUNGGUNG
Pergerakan
Skor
Tegak/ Alamiah
1
0° - 20° flexion
0° - 20° extention
20° - 60° flexion
>20° extention
>20° flexion
2
3
Perubahan Skor
+1 jika memutar
atau miring ke
samping
4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
25
GAMBAR RANGE PERGERAKAN LEHER
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
26
TABEL SKOR PERGERAKAN LEHER
Pergerakan
Skor
0° - 20° flexion
1
>20° extention atau
in-extention
2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
+1 jika memutar
atau miring ke
samping
6623 - Taufiqur Rachman
27
GAMBAR RANGE PERGERAKAN KAKI
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
28
TABEL SKOR PERGERAKAN KAKI
Pergerakan
Skor
Kaki tertopang, bobot
tersebar merata, jalan
atau duduk
1
Kaki tidak tertopang,
bobot tidak tersebar
merata/postur tidak
stabil
2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
• +1 jika lutut
antara 30° dan
60° flexion.
• +2 jika lutut
lebih dari 60°
flexion
(tidak
ketika duduk).
6623 - Taufiqur Rachman
29
GAMBAR RANGE PERGERAKAN
LENGAN ATAS
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
30
TABEL SKOR PERGERAKAN LENGAN ATAS
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
•
20° extention sampai
20° flexion
1
>20° extention
20° - 45° flexion
2
45° - 90° flexion
3
>90° flexion
4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
•
•
+1
jika
posisi
lengan:
• abducted
• rotated.
+1
jika
bahu
ditinggikan.
+1 jika bersandar,
bobot
lengan
ditopang
atau
sesuai gravitasi
6623 - Taufiqur Rachman
31
GAMBAR RANGE PERGERAKAN
LENGAN BAWAH
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
32
TABEL SKOR PERGERAKAN
LENGAN BAWAH
Pergerakan
Skor
60° - 100° flexion
1
100° flexion
2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
33
GAMBAR RANGE PERGERAKAN
PERGELANGAN TANGAN
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
34
TABEL SKOR PERGERAKAN
PERGELANGAN TANGAN
Pergerakan
Skor
Perubahan Skor
0° - 15° flexion atau
extention
1
>15° flexion atau
extention
2
+1 jika
pergelangan
tangan
menyimpang atau
berputar
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
35
PROSES #3
• Menentukan berat badan, coupling dan aktivitas
(Penentuan berat benda yang diangkat, coupling dan
aktifitas pekerja).
– Berikut adalah skor untuk faktor berat benda yang
diangkat, coupling dan aktivitas pekerja:
Tabel Skor Berat Beban Yang Diangkat
0
10 kg
Penambahan beban
yangtiba-tiba atau secara
cepat
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
36
TABEL SKOR COUPLING
0 (Good)
Pegangan pas dan tepat di tengah,
genggaman kuat
1 (Fair)
Pegangan tangan bisa diterima tapi tidak
ideal atau coupling lebih sesuai digunakan
oleh bagian lain dari tubuh
2 (Poor)
Pegangan tangan tidak bisa diterima
walaupun memungkinkan
+1(Unacceptable)
Dipaksakan, genggaman yang tidak aman
tanpa pegangan, coupling tidak sesuai
digunakan oleh bagian lain dari tubuh
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
37
TABEL ACTIVITY SCORE
Jika 1 atau lebih bagian tubuh statis, ditahan
+1
lebih dari 1 menit
Jika pengulangan gerakan dalam waktu
+1 singkat, diulang lebih dari 4 kali per menit
(tidak termasuk berjalan)
Jika gerakan menyebabkan perubahan atau
+1 pergeseran postur yang cepat dari postur
awal
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
38
PROSES #4
• Perhitungan skor REBA berdasarkan tabel
REBA (Perhitungan nilai REBA untuk postur
yang bersangkutan).
– Terdapat 3 tabel untuk menentukan skor
REBA:
• Tabel A
• Tabel B
• Tabel C
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
39
PERHITUNGAN SKOR A
Skor
Punggung
Skor Leher
Skor
Tabel
A
Skor
Tabel
A
Skor Kaki
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Skor
Grup
A
Skor
Berat
Beban
6623 - Taufiqur Rachman
40
TABEL A
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
41
PERHITUNGAN SKOR B
Skor Lengan
Atas
Skor Lengan
Bawah
Skor
Tabel
B
Skor
Pergelangan
Tangan
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Skor
Tabel
B
Skor
Grup
B
Skor
Coupling
6623 - Taufiqur Rachman
42
TABEL B
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
43
PERHITUNGAN SKOR REBA
Skor
Grup
A
Skor
Grup
B
Skor
Tabel
C
Skor
Tabel
C
Activity
Score
Skor
REBA
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
44
TABEL C
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
45
ALUR METODE REBA
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
46
TABEL LEVEL RISIKO & TINDAKAN
Action
Level
Skor
REBA
Level
Risiko
Tindakan
Perbaikan
0
1
Bisa diabaikan
Tidak perlu
1
2–3
Rendah
Mungkin perlu
2
4–7
Sedang
Perlu
3
8 – 10
Tinggi
Perlu segera
4
11 – 15
Sangat tinggi
Perlu saat ini juga
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
47
ANALISIS METODE RULA
•
Tahun 1993, Dr. Lynn McAtamney memunculkan metode RULA (Rapid
Upper Limb Assessment) yang merupakan metode cepat penilaian postur
tubuh bagian atas.
•
Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan
bawah, punggung, dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang
dipakai (statis/dinamis), dan jumlah pekerjaan.
•
Metode ini menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan
seperti resiko pada pekerjaan yang berhubungan dengan upper limb
disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang
berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan
dan kerja statis yang berulang).
•
Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup, yaitu:
1)
Grup A : lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
2)
Grup B : leher, tulang belakang dan kaki.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
48
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(1/7)
1. Lengan Atas
Gambar Lengan Atas
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
49
TABEL SKOR LENGAN ATAS
Pergerakan
Skor
Untuk 20° extention
hingga 20° flexion
+1
extention lebih dari
20° atau 20° - 45°
flexion
+2
45° - 90° flexion
+3
90° flexion atau lebih
+4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
• +1 jika
pundak/bahu
ditinggikan
• +1 jika lengan
atas abducted
• –1 jika operator
bersandar atau
bobot lengan
ditopang
6623 - Taufiqur Rachman
50
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(2/7)
2. Lengan Bawah
Rentang untuk lengan bawah dikembangkan dari
penelitian Grandjean dan Tichauer. Skor tersebut yaitu:
Gambar Lengan Bawah
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
51
TABEL SKOR LENGAN BAWAH
Pergerakan
Skor
60° - 100° flexion
+1
Kurang dari 60° atau
lebih dari 100° flexion
+2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
+1 jika lengan
bekerja melintasi
garis tengah badan
atau keluar dari
sisi
6623 - Taufiqur Rachman
52
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(3/7)
3. Pergelangan Tangan
Panduan untuk
pergelangan tangan
dikembangkan dari
penelitian Health and
Safety Executive,
digunakan untuk
menghasilkan skor
postur sebagai
berikut:
Gambar Lengan Bawah
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
53
TABEL SKOR
PERGELANGAN TANGAN
Pergerakan
Skor
Berada pada posisi
netral
+1
0° - 15° flexion
maupun extention
+2
15° atau lebih flexion
maupun extention
+3
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
+1 jika
pergelangan
tangan
menyimpang atau
berputar
6623 - Taufiqur Rachman
54
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(4/7)
4. Putaran Pergerakan Tangan (PPT)
Putaran pergerakan tangan (pronation dan supination) yang
dikeluarkan oleh Health and Safety Executive pada postur
netral berdasar pada Tichauer. Skor tersebut adalah:
Tabel Skor Putaran Pergerakan Tangan
Pergerakan
Pergelangan tangan berada pada rentang
menengah putaran
Jika pergelangan tangan pada atau hampir
berada pada akhir rentang putaran
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
Skor
+1
+2
55
TABEL GRUP A …(1/2)
Pergelangan Tangan
Lengan
Atas
1
2
3
Lengan
Bawah
1
2
3
4
PPT
PPT
PPT
PPT
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3
2
3
3
3
3
3
4
4
1
2
3
3
3
3
4
4
4
2
3
3
3
3
3
4
4
4
3
2
4
4
4
4
4
5
5
1
3
3
4
4
4
4
5
5
2
3
4
4
4
4
4
5
5
3
4
4
4
4
4
5
5
5
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
56
TABEL GRUP A …(1/2)
Pergelangan Tangan
Lengan
Atas
4
5
6
Lengan
Bawah
1
2
3
4
PPT
PPT
PPT
PPT
1
2
1
2
1
2
1
2
1
4
4
4
4
4
5
5
5
2
4
4
4
4
4
5
5
5
3
4
4
4
5
5
5
6
6
1
5
5
5
5
5
6
6
7
2
5
6
6
6
6
7
7
7
3
6
6
6
7
7
7
7
8
1
7
7
7
7
7
8
8
9
2
8
8
8
8
8
9
9
9
3
9
9
9
9
9
9
9
9
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
57
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(5/7)
5. Otot
Tabel Otot
Pergerakan
Postur statis, berlangsung selama 10
menit atau lebih
Gerakan berulang 4 kali atau lebih
dalam 1 menit
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
Skor
+1
+1
58
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(6/7)
5. Beban
Tabel Beban
Pergerakan
Skor
Beban < 2 kg, intermiten
0
Beban 2-10 kg, intermiten
+1
Beban 2-10 kg, statis atau repetitif
+2
Beban >10 kg, refetitif atau dengan kejutan
+3
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
59
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP A …(7/7)
Skor A (Hasil dari Tabel A)
Skor penggunaan otot grup A
Skor
C
Skor tenaga (beban) grup A
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
60
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(1/6)
1. Leher
Kelompok B, rentang postur untuk leher didasarkan
pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et
al. Skor dan kisaran tersebut adalah:
Gambar Leher
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
61
TABEL SKOR LEHER
Pergerakan
Skor
0° - 10° flexion
+1
10° - 20° flexion
+2
20° atau lebih flexion
+3
extention
+4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
+1 jika leher
diputar atau posisi
miring,
dibengkokkan ke
kanan atau kiri.
6623 - Taufiqur Rachman
62
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(2/6)
2. Punggung
Kisaran untuk punggung dikembangkan oleh Druy,
Grandjean dan Grandjean et al:
Gambar Punggung
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
63
TABEL SKOR PUNGGUNG
Pergerakan
Skor
Duduk dan ditopang
dengan baik dengan
sudut paha tubuh 90°
atau lebih
+1
• +1 jika tubuh
diputar
0° - 20° flexion
+2
20° - 60° flexion
+3
• +1 jika tubuh
miring
kesamping
60° atau lebih flexion
+4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
Perubahan Skor
6623 - Taufiqur Rachman
64
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(3/6)
3. Kaki
Kisaran untuk kaki dengan skor postur kaki ditetapkan
sebagai berikut:
Tabel Skor Kaki
Pergerakan
Skor
Kaki tertopang ketika duduk dengan bobot seimbang rata
+1
Berdiri dimana bobot tubuh tersebar merata pada kaki
dimana terdapat ruang untuk berubah posisi.
+1
Kaki tidak tertopang atau bobot tubuh tidak tersebar
merata.
+2
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
65
TABEL GRUP B …(1/2)
Punggung
1
2
3
4
5
6
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
Kaki
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
1
3
2
3
3
4
5
5
6
6
7
7
2
2
3
2
3
4
5
5
5
6
7
7
7
3
3
3
3
4
4
5
5
6
6
7
7
7
4
5
5
5
6
6
7
7
7
7
7
8
8
5
7
7
7
7
7
8
8
8
8
8
8
8
6
8
8
8
8
8
8
8
9
9
9
9
9
Leher
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
66
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(4/6)
4. Otot
Tabel Skor Otot
Pergerakan
Skor
Postur statis, berlangsung selama 10
menit atau lebih
+1
Gerakan berulang 4 kali atau lebih
dalam 1 menit
+1
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
67
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(5/6)
5. Beban
Tabel Skor Beban
Pergerakan
Beban < 2 kg, intermiten
Beban 2-10 kg, intermiten
Beban 2-10 kg, statis atau repetitif
Beban >10 kg, refetitif atau dengan
kejutan
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
Skor
0
+1
+2
+3
68
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
GRUP B …(6/6)
Skor B (Hasil dari Tabel B)
Skor penggunaan otot grup B
Skor
D
Skor tenaga (beban) grup B
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
69
LANGKAH PENILAIAN SKOR RULA
Skor
C
Grand Skor
(Grand
Score)
Skor
D
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
70
TABEL GRAND SCORE
Skor D
Skor
C
1
2
1
1
2
2
2
2
3
3
3
4
3
4
5
4
4
6
5
5
7+
5
5
3
4
5
6
7
8
3
3
4
4
5
5
3
3
4
4
5
5
3
3
4
5
6
6
4
4
5
6
6
7
4
5
6
6
7
7
5
6
7
7
7
7
6
6
7
7
7
7
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
71
ALUR METODE RULA
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
72
TABEL ACTIVITY SCORE
Action
Level
Skor
RULA
Tindakan
1
1 atau 2
Bisa diterima jika tidak dipertahankan atau
tidak berulang dalam periode yang lama
2
3 atau 4
Diperlukan pemeriksaan lanjutan dan juga
diperlukan perubahan-perubahan
5 atau 6
Pemeriksaan dan perubahan perlu segera
dilakukan
7
Kondisi ini berbahaya maka pemeriksaan
dan perubahan diperlukan dengan segera
(saat itu juga)
3
4
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
73
CATATAN METODE RULA
• Metode RULA memiliki keterbatasan dalam pengukurannya,
diantaranya (Corlett,1998):
a) Tangan: metode ini tidak bisa mengukur gerakan tangan
menggenggam, meluruskan, memutar, memerlukan tekanan
pada telapak tangan.
b) Tempat kerja: metode ini tidak mengukur antropometri
tempat kerja yang dapat menyebabkan terjadinya postur
janggal.
c) Ketidaknyamanan: metode ini tidak mengukur derajat
ketidaknyamanan akibat dimensi fisik tempat kerja.
• Meskipun begitu, metode ini juga memiliki banyak keuntungan
yaitu mudah digunakan, cepat, praktis, dapat dikombinasikan
dengan metode lainnya dan dapat dijadikan sebagai pedoman
dalam melakukan investigasi lebih lanjut tindakan perbaikan.
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
74
Materi #14 TKT207 - Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja
6623 - Taufiqur Rachman
75