Tesis Pengaruh Berpikir Divergen Adversi

PENGARUH BERPIKIR DIVERGEN, ADVERSITY QUOTIENT, KONSEP DIRI, DAN
SIKAP TENTANG MATEMATIKA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA
ASPEK KOGNITIF DAN ASPEK KETERAMPILAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI
DI KABUPATEN PINRANG
THE INFLUENCE OF DIVERGENT THINKING, ADVERSITY QUOTIENT, SELF-CONCEPT,
AND ATTITUDE ON MATHEMATICS TOWARD LEARNING RESULT OF MATHEMATICS
ON THE COGNITIVE AND SKILLS ASPECTS OF
GRADE XI STUDENTS AT PUBLIC SENIOR HIGH SCHOOLS
IN PINRANG DISTRICT
MASNUR
Universitas Negeri Makassar
masnur.arsyad91@gmail.com
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh berpikir divergen,
adversity quotient, konsep diri, dan sikap tentang matematika terhadap hasil belajar matematika
aspek kognitif dan aspek keterampilan siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang.
Jenis penelitian ini adalah penelitian ex-post facto. Populasi pada penelitian ini adalah
siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang tahun ajaran 2015/2016. Jumlah sampel 245
siswa yang diambil dengan menggunakan teknik proporsional stratified random sampling.
Instrumen pengumpulan data menggunakan tes kemampuan berpikir divergen, skala adversity
quotient, skala konsep diri, skala sikap tentang matematika, tes hasil belajar matematika aspek
kognitif, dan tes hasil belajar matematika aspek keterampilan. Data hasil penelitian dianalisis

dengan statistik deskriptif dan analisis jalur (path analysis).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri di
kabupaten Pinrang memiliki kemampuan berpikir divergen kategori sedang, adversity quotient
kategori sedang, konsep diri kategori sedang, sikap tentang matematika kategori tinggi, hasil
belajar matematika aspek kognitif kategori sedang, dan hasil belajar matematika aspek
keterampilan kategori tinggi; (2) berpikir divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar
matematika aspek kognitif sebesar 10,4% dan pengaruh tidak langsung (melalui sikap tentang
matematika) sebesar 4,1%; (3) adversity quotient tidak berpengaruh langsung terhadap hasil
belajar matematika aspek kognitif, namun berpengaruh tidak langsung (melalui sikap tentang
matematika) sebesar 5,8%; (4) konsep diri tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar
matematika aspek kognitif, namun berpengaruh tidak langsung (melalui sikap tentang
matematika) sebesar 21,5%; (5) sikap tentang matematika berpengaruh positif terhadap hasil
belajar matematika aspek kognitif sebesar 12,6%; (6) berpikir divergen berpengaruh positif
terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan sebesar 10,8% dan pengaruh tidak
langsung (melalui sikap tentang matematika) sebesar 4,1%; (7) adversity quotient tidak
perpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan, namun
berpengaruh tidak langsung (melalui sikap tentang matematika) sebesar 5,7%; (8) konsep diri
tidak perpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif, namun
berpengaruh tidak langsung (melalui sikap tentang matematika) sebesar 21,1%; dan (9) sikap
tentang matematika berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan

sebesar 12,2%.
Abstract. The study aims at examining the influence of divergent thinking, adversity
quotient, self-concept, and attitude on Mathematics toward learning result of Mathematics on
cognitive and skills aspects of grade XI students at SMAN (public senior high schools) in
Pinrang.
The study is ex-post facto research. The population of the study is grade XI students at
SMAN in Pinrang district of academic year 2015/2016. The samples are 245 students chosen by
employing proportional stratified random sampling technique. The instrument used to collect the
data is the test of divergent thinking ability, adversity quotient scale, self-concept scale, attitude
scale of Mathematics, test of Mathematics learning result on cognitive aspect, and test of
Mathematics learning result on skill aspect. Data is analyzed using statistics descriptive analysis
and path analysis.
The result of the study reveal that (1) most students of grade XI at SMAN in Pinrang
district have divergent thinking ability which is in fair category, adversity quotient is in fair
category, self-concept is in fair category, attitude on Mathematics is in high category,
1

Mathematics learning result on cognitive aspect is in fair category, and Mathematics learning
result on skills aspect is in high category; (2) divergent thinking gives positive influence towards
Mathematics learning result on cognitive aspect by 10.4% and gives indirect influence (through

attitude on mathematics) by 4.1%; (3) adversity quotient gives no direct influence towards
Mathematics learning result on cognitive aspect, however it gives indirect influence (through
attitude on Mathematics) by 5.8%; (4) self-concept gives no direct influence toward Mathematics
learning result on cognitive aspect, however it gives indirect influence (through attitude on
Mathematics) by 21.5%; (5) attitude on Mathematics gives positive influence towards
Mathematics learning result on cognitive aspect by 12.6%; (6) divergent thinking gives positive
influence towards Mathematics learning result on skills aspect by 10.8% and gives indirect
(through attitude on Mathematics) by 4.1%; (7) adversity quotient gives no direct influence
towards Mathematics learning result on skills aspect, however it gives indirect influence
(through attitude on Mathematics) by 5.7%; (8) self-concept gives no direct influence toward
Mathematics learning result on skills aspect, however it gives indirect influence (through attitude
on Mathematics) by 21.1%; (9) attitude on Mathematics gives positive influence towards
Mathematics learning result on skills aspect by 12.2%.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan pembelajaran matematika pada kurikulum 2013 (Hendriana H., dkk., 2014)
adalah 1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep secara luwus akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah; 2)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat
generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; 3)

memecahkan masalah; 4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel diagram, atau
media lain untuk memperjelas masalah; dan 5) memiliki sikap menghargai kegunaan matematika
dalam kehidupan, sikap rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika,
serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Butir-butir 1) sampai dengan 4)
dalam rumusan tujuan pembelajaran matematika di atas menggambarkan kompetensi atau
kemampuan berpikir matematika, sedang butir 5) melukiskan ranah afektif yang harus dimiliki
siswa yang belajar matematika.
Kompetensi lulusan program pendidikan harus mencakup tiga kompetensi, yaitu sikap,
pengetahuan, dan keterampilan. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional khususnya dalam
pembelajaran matematika dalam kurikulum 2013 perlu dijabarkan menjadi himpunan
kompetensi dalam tiga ranah kompetensi, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa yaitu berasal dalam
diri siswa atau faktor psikologi (misalnya sikap, konsep diri, adversity quotient, dan lain-lain)
sehingga dapat membentuk karakter yang lebih mampu merespon positif setiap perubahan siswa
dan faktor kemampuan intelektual (berpikir divergen, kemapuan kognitif dan keterampilan
matematika).
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana deskripsi berpikir divergen, advesity quotient, konsep diri, sikap tentang
matematika, hasil belajar matematika aspek kognitif, dan hasil belajar matematika aspek
keterampilan siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang?

2. Apakah ada pengaruh berpikir divergen terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif dan
hasil belajar matematika aspek keterampilan baik secara langsung maupun tidak langsung
(melalui sikap tentang matematika) siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang?
3. Apakah ada pengaruh adversity quotient terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif
dan hasil belajar matematika aspek keterampilan baik secara langsung maupun tidak
langsung (melalui sikap tentang matematika) siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten
Pinrang?
4. Apakah ada pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif dan hasil
belajar matematika aspek keterampilan baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui
sikap tentang matematika) siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang?
5. Apakah ada pengaruh langsung sikap tentang matematika terhadap hasil belajar matematika
aspek kognitif dan hasil belajar matematika aspek keterampilan siswa kelas XI SMA Negeri
di kabupaten Pinrang?

2

METODE PENELITIAN
Penelitian ini termasuk penelitian ex-post facto yang bersifat kausalitas. Penelitian expost facto dirancang untuk menerangkan adanya hubungan sebab akibat, peneliti dalam hal ini
akan menelusuri hubungan sebab akibat (kausal) dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan
sebelumnya antara: berpikir divergen, adversity quotient, konsep diri, dan sikap tentang

matematika terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif dan aspek keterampilan.
Adapun desain penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 1. Model Stuktural Hubungan Antara Variabel
Keterangan:
: Berpikir Divergen
: Adversity Quotient
: Konsep Diri
: Sikap
: Hasil Belajar Matematika Aspek Kogninif
: Hasil Belajar Matematika Aspek Keterampilan
: Hubungan langsung v. eksogen terhadap v. intervening
: Hubungan langsung v. eksogen terhadap v. endogen
: Kekeliruran regresi variabel
Sampel penelitian ini terdiri dari 245 siswa yang diambil menggunakan teknik sampling
acak strata proporsional (proporsional stratified random sampling). Instrumen yang digunakan
yaitu adversity quotient, konsep diri, dan sikap tentang matematika menggunakan skala likert
dalm bentuk angket. Dan berpikir divergen, hasil belajar matematika aspek kognitif dan aspek
keterampilan dalam bentuk tes.
Uji coba instrumen dilakukan di kelas lain yang tidak dijadikan sampel. Data analisis

terlebih dahulu dengan uji prasyarat, yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji hipotesis.
Uji hipotesis dengan menggunakan analisis jalur metode trimming.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Analisis Deskiptif
Secara deskriptif, data penelitian dapat dinyatakan dalam tabel 1.
Tabel 1. Ringkasan Hasil Perhitungan Statistik Deskriptif
Statistik

Rata-rata
Median
Modus
Standar Deviasi
Variansi
Skor Minimum
Skor Maksimum

Berpikir
Divergen
73,3

76,0
80,0
12,3
151,8
35,2
95,2

Adversity
Qoutient
127,8
127,0
135,0
14,2
201,9
85
179

Nilai Statistik
Konsep
Sikap Tentang

Diri
Matematika
95,9
106,3
97,0
107,0
89,0
111,0
14,4
13,4
207,5
178,4
42
56
142
142

3

HBM Aspek HBM Aspek

Kognitif
Keterampilan
74,4
80,2
76,7
81,3
80,0
80,4
10,6
8,9
112,2
79,5
43,3
50,0
93,3
94,6

Dari tabel 1, terlihat bahwa berpikir divergen siswa SMA Negeri di kabupaten Pinrang
tergolong sedang, adversity quotient tergolong sedang, konsep diri tergolong sedang, sikap
tentang matematika tergolong tinggi, hasil belajar matematika aspek kognitif tergolong sedang,

dan hasil belajar matematika aspek keterampilan tergolong tinggi.
Analisis Inferensial
Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu harus dilakukan uji prasyarat, yaitu uji
normalitas dan uji multikolinearitas. Pengujian hipotesis dengan menggunakan analisis jalur
metode trimming, yaitu dengan menghapus koefisien jalur yang tidak signifikan. Adapun
ringkasan hasil uji hipotesis sebagai berikut:
1. Koefisien sub struktur-1

Gambar 2. Diagram Jalur Sub Struktur-1
Persamaan Struktural:
Tabel 2. Koefisien Sub Struktur-1
Koefisien TakKoefisien
Model
tebakukan
Terbakukan
Berpikir Divergen (X1)
0,134
0,116
Adversity Quotient (X2)
0,155
0,162
Konsep Diri (X3)
0,574
0,605

2,525
2,664
9,493

0,012
0,008
0,001

Berdasarkan tabel 2, diperoleh nilai p 0,05 dan tabel > t hitung 1,971; maka
ditolak dan
diterima artinya jalur signifikan, masing-masing X1, X2, dan X3 berpengaruh
terhadap X4.
Tabel 3. Model Summary Sub Struktur-1
R2 terkorelasi
R
R2
0,772
0,596
0,591

0,001

Durbin-Watson
1,510

Dan berdasarkan tabel 3, diperoleh koefisien determinasi atau R2 0,596; ini berarti X1,
X2, dan X3 secara simultan dapat menjelaskan sekitar 59,6% atau 60% terhadap X4 dan 40%
sisanya dari variabel lain di luar model yang tidak ikut diamati.
Berdasarkan tabel 2, diperoleh koefisien jalur X1, X2, dan X3 masing-masing
. Berikut
0,116;
0,162;
0,605; dan
persamaan struktural sub struktur-1:
X4 = 0,116X1 + 0,162X2 + 0,605X3 + 0,636

4

2. Menghitung Koefisien Sub Struktur 2

Gambar 3. Diagram Jalur Sub Struktur 2
Persamaan Struktural:
Tabel 4. Koefisien Sub Struktur-2
Koefisien TakModel
tebakukan
Berpikir Divergen (X1)
0,279
Adversity Quotient (X2)
-0,008
Konsep Diri (X3)
-0,017
Sikap Matematika (X4)
0,283

Koefisien
Terbakukan
0,325
-0,011
-0,024
0,379

5,291
-0,136
-0,243
4,265

0,001
0,892
0,809
0,001

Berdasarkan tabel 4, diperoleh nilai dari X2 dan X3
0,05 dan nilai tabel < t hitung
1,971; maka
diterima dan
ditolak artinya jalur tidak signifikan. Jadi, masing-masing X2
dan X3 tidak berpengaruh terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif (Y1). Sehingga
dikeluarkan dari model sub struktur-2.
Jadi, persamaan stuktural sub struktur-2 setelah trimming sebagai berikut:

Tabel 5. Koefisien Sub Struktur-2 Trimming
Koefisien TakModel
tebakukan
Berpikir Divergen (X1)
0,278
Sikap Matematika (X4)
0,265

Koefisien
Terbakukan
0,323
0,355

5,391
5,923

0,001
0,001

Berdasarkan tabel 5, nilai dari X1 dan X4
0,05 dan nilai tabel > t hitung 1,971;
maka
diterima dan
ditolak artinya masing-masing X1 dan X4 berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika aspek kognitif (Y1).
Tabel 6. Model Summary Sub Struktur-2 Trimming
R2 terkorelasi
R
R2
p
0,556
0,309
0,303
0,001

Durbin-Watson
1,404

Setelah dilakukan metode trimming pada tabel 5, diperoleh nilai koefisien determinasi
atau
= 0,309; ini X1 dan X4 secara simultan dapat menjelaskan sekitar 30,9% atau 31%
terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif (Y1) dan 69% sisanya dari variabel lain di luar
model yang tidak ikut diamati.
Jadi, berdasarkan hasil analisis jalur sub struktur-2, maka persamaan struktural sub
struktur-2 sebagai berikut:
Y1 = 0,323X1

0,355X4

5

0,831

3. Menghitung Koefisien Sub Struktur 3

Gambar 4. Diagram Jalur Sub Struktur 3
Persamaan Struktural:
Tabel 7. Koefisien Sub Struktur-3
Koefisien TakModel
tebakukan
Berpikir Divergen (X1)
0,228
Adversity Quotient (X2)
-0,082
Konsep Diri (X3)
0,037
Sikap Matematika (X4)
0,244

Koefisien
Terbakukan
0,315
-0,135
0,062
0,389

T
5,164
-1,684
0,628
4,398

p
0,001
0,094
0,531
0,001

Berdasarkan tabel 7, diperoleh nilai dari X2 dan X3
0,05 dan nilai tabel < t hitung
1,971; maka
diterima artinya jalur tidak signifikan. Jadi, masing-masing X2 dan X3 tidak
berpengaruh terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan (Y2). Sehingga dikeluarkan
dari model sub struktur-3.
Jadi, persamaan stuktural sub struktur-3 setelah trimming sebagai berikut:

Tabel 8. Koefisien Sub Struktur-3 Trimming
Koefisien TakKoefisien
Model
tebakukan
Terbakukan
Berpikir Divergen (X1)
0,238
0,329
Sikap Matematika (X4)
0,219
0,349

5,480
5,829

0,001
0,001

Berdasarkan tabel 8, nilai dari X1 dan X4
0,05 dan nilai tabel > t hitung 1,971;
maka
diterima dan
ditolak artinya masing-masing X1 dan X4 berpengaruh terhadap hasil
belajar matematika aspek keterampilan (Y2).
Tabel 9. Model Summary Sub Struktur-3 Trimming
R2 terkorelasi
R
R2
p
0,556
0,309
0,303
0,001

Durbin-Watson
1,614

Setelah dilakukan metode trimming, berdasarkan pada tabel 9, diperoleh koefisien
determinasi atau nilai R2
0,309; ini berarti X1 dan X4 secara simultan dapat menjelaskan
sekitar 30,9% atau 31% terhadap Y2 dan 69% sisanya dari variabel lain di luar model yang tidak
ikut diamati.
Kemudian pada tabel 8, menunjukkan koefisien jalur X1 dan X4 masing-masing
. Berikut
diperoleh
0,329;
0,349; dan
persamaan struktural sub struktur-3:
Y2 = 0,233X1 0,239X4 0,831
4. Uji Kesesuaian Model
Setelah melakukan analisis jalur ketiga model struktural, maka akan dilakukan uji
kesesuaian model (godness of fit). Berdasarkan hasil keseuaian model diperoleh nilai koefisien Q
0,987. Apabila nilai Q makin mendekati Q 1, maka semakin baik pula kesesuaian model.
Selain itu, dilakukan uji kesignifikanan Q, berdasarkan hasil perhitungan (lampiran 8) diperoleh
6

nilai W
2,84 <
9,49. Sehingga pengujian tidak signifikan, maka hipotesis yang
menyatakan bahwa empat jalur yang dihapus itu diterima. Dengan demikian, model yang
menghapus jalur tersebut dianggap sesuai.
Berdasarkan hasil dari perhitungan analisis jalur baik sub struktur-1, sub struktur-2, dan
sub struktur-3, maka diagram jalur untuk analisis jalur sebagai berikut:

0,323

0,116

0,636

0,831

0,329
0,355

0,162
0,349
0,605
0,831

Gambar 5. Diagram Hasil Analisis Jalur
Persamaan Stuktural:
X4 = 0,116X1 + 0,162X2 + 0,605X3 + 0,636
Y1 = 0,323X1 0,355X4 0,831
Y2 = 0,329X1 0,349X4 0,831
Berdasarkan hasil perhitungan pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung, dan
pengaruh total, maka rangkuman dari koefisien jalur sebagai berikut:
Tabel 10. Rangkuman Koefisien Jalur
Pengaruh Kausal
Pengaruh Variabel
Langsung
Tidak langsung (melalui X4)
X1 terhadap X4
0,014
X2 terhadap X4
0,026
X3 terhadap X4
0,366
X1 terhadap Y1
0,104
0,041
X2 terhadap Y1
Tidak sig
0,058
X3 terhadap Y1
Tidak sig
0,215
X4 terhadap Y1
0,126
X1 terhadap Y2
0,108
0,041
X2 terhadap Y2
Tidak sig
0,057
X3 terhadap Y2
Tidak sig
0,211
X4 terhadap Y2
0,122
-

Total
0,014
0,026
0,366
0,145
0,058
0,215
0,126
0,149
0,057
0,211
0,122

Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian bahwa pada umumnya siswa kelas XI IPA SMA Negeri di
kabupaten Pinrang memiliki kemampuan berpikir divergen tergolong sedang, adversity quotient
tergolong sedang, konsep diri tergolong sedang, sikap tentang matematika tergolong tinggi, hasil
belajar matematika aspek kognitif tergolong sedang, dan hasil belajar matematika aspek
keterampilan tergolong tinggi.
1. Berpikir divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek
kognitif baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui sikap tentang
matematika)
Berpikir divergen secara langsung berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika
aspek kognitif siswa SMA Negeri di kabupaten Pinrang sebesar 0,104 atau 10,4%. Dan berpikir
divergen berpengaruh positif secara tidak langsung melalui sikap tentang matematika terhadap
hasil belajar matematika aspek kognitif sebesar 0,041 atau 4,1%. Selain itu, pengaruh total
7

berpikir divergen terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif sebesar 0,145. Artinya
berpikir divergen memberikan kontribusi atau pengaruh secara keseluruhan (baik secara
langsung maupun tidak langsung) terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif sebesar
14,5%. Hasil kontribusi langsung berpikir divergen terhadap hasil belajar matematika aspek
kognitif sejalan dengan hasil penelitian Unal H. (2009), hasil penelitian menyatakan bahwa
kemampuan berpikir divergen memberikan peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil
belajar siswa. Dan menurut penelitian Haylock dan Pehkonen (Unal H., 2009) menyatakan
bahwa kemampuan berpikir divergen digunakan untuk menyelidiki kemampuan kognitif dan
kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika. Dengan demikian semakin tinggi kemampuan
berpikir divergen siswa, begitupun sebaliknya. Hasil kontribusi secara tidak langsung berpikir
divergen terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif melalui sikap tentang matematika
sejalan dengan hasil penelitian Supardi (2013), bahwa siswa yang berpikir divergen dapat
mengambil keputusan yang logis dalam tindakan sehingga mempengaruhi tingkah-lakunya
dalam belajar matematika. Pada sisi yang lain siswa yang memiliki sikap negatif terhadap
matematika akan mengalami kesulitan untuk belajar matematika. Berbagai fakta tentang
rendahnya dimensi afektif dalam pembelajaran matematika akan menimbulkan permasalahan
yang berkaitan dengan pembelajaran matematika.
2. Adversity quotient berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek
kognitif baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui sikap tentang
matematika)
Adversity quotient tidak berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar matematika
aspek kognitif siswa SMA Negeri di kabupaten Pinrang. Namun adversity quotient berpengaruh
positif terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif melalui sikap tentang matematika
sebesar 0,058 atau 5,8%.
Pengaruh langsung adversity quotient terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif
sejalan dengan hasil penelitian Hidayatullah (2010), dari hasil penelitian diperoleh hasil r-hitung
0,042 r-tabel 0,1832 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara adversity quotient
dengan prestasi belajar siswa. Hal ini tentunya bertentangan dengan teori Stoltz (2005) bahwa
pada saat seseorang berada pada suatu keadaan sedang menghadapi suatu kesulitan, maka akan
mempengaruhi pencapaian keberhasilan atau hasil belajarnya khususnya dalam hal ini hasil
belajar matematika aspek kognitif. Dan hasil penelitian Supriadi (2013) menyatakan bahwa
terdapat pengaruh adversity quotient terhadap prestasi belajar matematika. Dengan arti lain,
semakin tinggi tingkat adversity quotient siswa, maka semakin tinggi pula prestasi belajar
matematikanya, dan sebaliknya semakin rendah tingkat adversity quotient siswa, maka semakin
rendah pula prestasi belajar matematikanya. Krathwol (Supardi dkk., 2010), menggambarkan
bahwa aspek sikap akan mempengaruhi seseorang dalam mengupayakan dirinya untuk
melakukan suatu hal. Dan juga pada penelitian Supardi (2013) bahwa keberhasilan siswa dalam
belajar tergantung bagaimana siswa tersebut mampu bersikap konsisten. Siswa yang konsisten
mampu menyelaraskan antara sikap dan perilakunya sampai pada tujuan yang dirahapkan
tercapai, khususnya hasil belajar matematika aspek kognitif.
3. Konsep diri berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif baik
secara langsung maupun tidak langsung (melalui sikap tentang matematika)
Berdasarkan hasil analisis sub struktur-2, bahwa konsep diri tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif siswa SMA Negeri di kabupaten
Pinrang. Namun, konsep diri berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek
kognitif melalui sikap tentang matematika sebesar 0,215 atau 21,5%.
Konsep diri tidak berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif,
sejalan dengan hasil penelitian Meanwhile, dkk. (Ayodele, 2011) bahwa tidak ada hubungan
signifikan antara konsep diri akademis siswa dengan hasil belajar siswa. Dan hasil penelitian
Garzarelli dkk. juga menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep diri
akademik dengan prestasi belajar siswa. Namun beberapa penelitan menunjukkan bahwa ada
pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar, yaitu hasil penelitaian Ferla J., dkk (2006) bahwa
konsep diri akademik mengacu pada pengetahuan dan persepsi individu tentang diri mereka
sendiri pada hasil akademiknya. Dan penelitian yang dilakukan oleh Ayodele (2011) pada siswa
SMA di Nigeria bahwa siswa dengan konsep diri yang tinggi dan positif menunujukkan hasil
belajar matematika yang memuaskan.
8

Hasil kontribusi secara tidak langsung konsep diri terhadap hasil belajar matematika aspek
kognitif melalui sikap tentang matematika sejalan dengan pendapat Supardi (2010) dengan
penelitiannya. Hasil penelitian yang diperoleh oleh Leonard dan Supardi yaitu ada pengaruh
positif dan signifikan antara konsep diri siswa terhadap sikap siswa pada matematika, dengan
koefisien jalur sebesar 0,074 atau 7,4%. Hal ini berarti ada pengaruh konsep diri terhadap hasil
belajar matematika aspek kognitif melalui sikap tentang matematika.
Selain itu, menurut Syam (2012) bahwa orang yang memiliki konsep diri positif akan lebih
optimis, percaya diri, dan selalu bersikap positif terhadap sesuatu, termasuk dalam menghadapi
kegagalan yang dialaminya, serta melakukan sesuatu demi keberhasilan di masa depan. Ini
berarti, siswa yang mempunyai konsep diri yang baik ditunjang dengan sikap yang baik akan
memberikan prestasi atau hasil belajar matematika yang baik. Dengan kata lain, siswa dengan
konsep diri yang tinggi mampu meyakinkan dirinya untuk menjadi pribadi yang baik,
menumbuhkan kepercayaan diri, dan mempunyai sikap yang baik akan menghasilkan pribadi
yang mampu menyelesaikan masalah dan memperoleh hasil belajar matematika yang baik.
4. Sikap tentang matematika berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika
aspek kognitif
Berdasarkan hasil analisis sub struktur-2, bahwa sikap tentang matematika berpengaruh
positif terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif siswa SMA Negeri di kabupaten Pinrang
sebesar 0,126 atau 12,6%. Kontribusi sikap tentang matematika terhadap hasil belajar
matematika aspek kognitif sejalan dengan pendapat Sudjana (2004), bahwa sikap merupakan
kesiapan dan kesediaan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek berdasarkan
penilaian terhadap objek itu, apakah berarti atau tidak bagi dirinya. Sehingga sikap berhubungan
dengan pengetahuan, dan perasaan seseorang terhadap objek. Sikap juga dapat dipandang
sebagai kecenderungan seseorang untuk berperilaku. Sikap dapat dipelajari dan dapat diubah
melalui proses belajar. Menurut Hanula (2002) sikap terhadap matematika sebagai pandangan
atau kecenderungan seseorang terhadap matematika. Pandangan atau kecenderungan ini akan
dapat dilihat dari tanggapan seseorang terhadap matematika baik tanggapan dalam hal emosi,
reaksi, harapan, dan nilai. Sikap terhadap matematika adalah perasaan terhadap matematika,
kesediaan untuk mempelajari, dan kesadaran terhadap matematika. Sehingga sikap tentang
matematika berpengaruh terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif.
5. Berpikir divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek
keterampilan baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui sikap tentang
matematika)
Berdasarkan hasil analisis sub struktur-3, bahwa berpikir divergen berpengaruh positif
terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan siswa SMA Negeri di kabupaten Pinrang
sebesar 0,108 atau 10,8%. Dan berpikir divergen berpengaruh positif secara tidak langsung
melalui sikap tentang matematika terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan sebesar
0,041 atau 4,1%. Selain itu, pengaruh total berpikir divergen terhadap hasil belajar matematika
aspek keterampilan sebesar 0,149. Artinya berpikir divergen memberikan kontribusi atau
pengaruh secara keseluruhan (baik secara langsung maupun tidak langsung) terhadap hasil
belajar matematika aspek keterampilan sebesar 14,9%.
Hasil kontribusi berpikir divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika
aspek keterampilan sejalan dengan penelitian Suma dkk. (2007), hasil penelitian menyatakan
bahwa dalam meningkatkan keterampilan berpikir siswa dan pemecahan masalah matematika
menekankan pengembangan dan implementasi kemampuan berpikir divergen. Dan menurut
Evan J. R. (Izzati, 2005) berpikir divergen dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kualitas
kemampuan pemecahan masalahnya.
6. Adversity quotient berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek
keterampilan baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui sikap tentang
matematika)
Berdasarkan hasil analisis sub struktur-2, bahwa adversity quotient tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan siswa SMA Negeri di
kabupaten Pinrang. Namun, adversity quotient secara tidak langsung berpengaruh positif
9

terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan melalui sikap tentang matematika sebesar
0,057 atau 5,7%.
Adversity quotient tidak memberikan kontribusi atau pengaruh langsung terhadap hasil
belajar matematika aspek keterampilan. Namun, hasil penelitian Supardi (2013) menyatakan
bahwa potensi adversity quotient sangat dibutuhkan dalam belajar matematika. Belajar pada
dasarnya adalah mengatasi kesulitan. Mengalami kesulitan, berarti seseorang masih diberi
kesempatan untuk mengasah kembali kepekaan perasaan, ketajaman pikiran, dan kecerdasan.
Siswa yang tidak memiliki adversity quotient berakibat pada ketidakmampuannya untuk
mengatasi permasalahan matematika. Dan menurut Stoltz (2005) menyatakan bahwa orang
sukses dalam belajar adalah orang yang memiliki adversity quotient tinggi. Adversity quotient
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.
Hasil kontribusi langsung adversity quotient terhadap hasil belajar matematika aspek
keterampilan sejalan dengan pendapat Sobel dan Maletsky (Amsikan, 2009) menyatakan bahwa
kegelisahan siswa terhadap pembelajaran matematika merupakan masalah umum yang
menyebabkan frustasi dan kecemasan bagi siswa yang akan mengakibatkan kegagalan siswa
dalam memperoleh hasil belajar. Selain itu, menurut Winkel (Amsikan, 2009) mengemukakan
bahwa sikap sebagai kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan,
lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Sikap disini berkaitan dengan
tindakan dan pilihan terhadap berbagai kemungkinan yang ada dalam menghadapi kesulitankesulitan pembelajaran matematika. Tindakan muncul sebagai akibat pilihan terhadap alternatifalternatif. Dan Bentley (Izzati, 2005) menambahkan bahwa keterampilan pemecahan masalah
dapat membantu siswa untuk berpikir fleksibel dan dapat mengembangkan kemampuan dan
sikap menghargai kegunaan matematika yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan atau
kesulitan dalam pembelajaran maupun kehidupan sehari-hari.
7. Konsep diri berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan
baik secara langsung maupun tidak langsung (melalui sikap tentang matematika)
Berdasarkan hasil analisis sub struktur-2, bahwa konsep diri tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan siswa SMA Negeri di
kabupaten Pinrang. Namun, konsep diri berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika
aspek keterampilan melalui sikap tentang matematika sebesar 0,211 atau 21,1%.
Konsep diri tidak berkontribusi langsung terhadap hasil belajar matematika aspek
keterampilan, sejalan dengan hasil penelitian Meanwhile, dkk. (Ayodele, 2011) bahwa tidak ada
hubungan signifikan antara konsep diri akademis siswa dengan hasil belajar siswa. Dan hasil
penelitian Garzarelli dkk. juga menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara konsep
diri akademik dengan prestasi belajar siswa. Namun, penelitian Ferla J., dkk (2006)
menunjukkan bahwa ada pengaruh konsep diri terhadap hasil belajar, konsep diri akademik
mengacu pada pengetahuan dan persepsi individu tentang diri mereka sendiri pada hasil
akademiknya. Dan penelitian yang dilakukan oleh Ayodele (2011) pada siswa SMA di Nigeria
bahwa siswa dengan konsep diri yang tinggi dan positif menunujukkan hasil belajar matematika
yang memuaskan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Philip R. Yates (1975), hasil yang diperoleh yaitu
adanya hubungan positif yang signifikan ditemukan berada diantara nilai konsep diri dan ratarata pencapaian akademik untuk total sampel, jenis kelamin perempuan, dan prestasi perempuan.
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi dkk. (2010), berdasarkan hasil penelitian
bahwa ada pengaruh positif dan signifikan antara konsep diri siswa terhadap hasil belajar
matematika, dengan besar koefisien jalur adalah 0,07 atau 7%.
8. Sikap tentang matematika berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika
aspek keterampilan
Berdasarkan hasil analisis sub struktur-3, bahwa sikap berpengaruh positif terhadap hasil
belajar matematika aspek keterampilan siswa SMA Negeri di kabupaten Pinrang sebesar 0,122
atau 12,2%. Hal tersebut sejalan dengan hasil penelitian Relich (1994) yang menyatakan bahwa
konsepsi, sikap, dan harapan siswa tentang matematika dianggap sebagai faktor yang mendasari
pengalaman sekolah dan hasil belajar. Sikap dapat meningkatkan hasil belajar matematika baik
di tingkat dasar, menengah, maupun tingkat tinggi.
Berdasarkan hasil penelitian, hal ini menunjukkan bahwa ranah kognitif secara langsung
berpengaruh positif atau memberi kontribusi yang lebih besar terhadap ranah kognitif
10

dibandingkan dengan pengaruh secara tidak langung (melalui ranah afektif). Dan ranah afektif
tidak berpengaruh secara langsung terhadap ranah kognitif, namun berpengaruh secara tidak
langsung (melalui ranah afektif).
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data penelitian pada bab sebelumnya, beberapa kesimpulan
dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang memiliki kemampuan
berpikir divergen berada pada katerogi sedang, adversity quotient berada pada kategori
sedang, konsep diri berada pada kategori sedang, sikap tentang matematika berada pada
kategori tinggi, hasil belajar matematika aspek kognitif berada pada kategori sedang, dan
hasil belajar matematika aspek keterampilan berada pada kategori tinggi.
2. Berpikir divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif siswa
kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang baik secara langsung maupun tidak langsung
(melalui sikap tentang matematika).
3. Adversity quotient tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika aspek
kognitif siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang, namun adversity quotient
berpengaruh secara tidak langsung melalui sikap tentang matematika terhadap hasil belajar
matematika aspek kognitif siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang.
4. Konsep diri tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika aspek kognitif
siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang, namun konsep diri berpengaruh secara
tidak langsung melalui sikap tentang matematika terhadap hasil belajar matematika aspek
kognitif siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang.
5. Sikap tentang matematika berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek
kognitif siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang.
6. Berpikir divergen berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek keterampilan
siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang baik secara langsung maupun tidak
langsung (melalui sikap tentang matematika).
7. Adversity quotient tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika aspek
keterampilan siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang, namun adversity quotient
berpengaruh secara tidak langsung melalui sikap tentang matematika terhadap hasil belajar
matematika aspek keterampilan siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang.
8. Konsep diri tidak berpengaruh langsung terhadap hasil belajar matematika aspek
keterampilan siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang, namun konsep diri
berpengaruh secara tidak langsung melalui sikap tentang matematika terhadap hasil belajar
matematika aspek keterampilan siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang.
9. Sikap tentang matematika berpengaruh positif terhadap hasil belajar matematika aspek
keterampilan siswa kelas XI SMA Negeri di kabupaten Pinrang.

DAFTAR PUSTAKA
Amsikan, S. 2009. Bidang Afektif dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal (online).
(http://www.unimor.ac.id/media/download/category/3-dokumenuniversitas?download=49%3Aartikel-, Diakses 2 September 2015)
Andinny, Y. 2013. Pengaruh Konsep Diri dan Berpikir Positif terhadap Prestasi Belajar
Matemtika Siswa. Jurnal Formatif ISSN:2088-351X.
Arifin, Z. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Ayodele, J. O. 2011. Self-Concept and Performance of Secondary School Students in
Mathematics. Jurnal Institute of Education University of Ado-Ekiti Nigeria
(http://www.ccsenet.org/journal/index.php/jedp/article/download/13911/9570, Diakses 20
Oktober 2015)
Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik: Panduan bagi Orang Tua dan Guru
dalam Memahami Psikologi Anak Usia SD, SMP, dan SMA. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Ferla, J., Valcke, M., & Cai, Y. 2006. Academic Self-Efficacy and Self-Concept: Reconsidering
Structural Relationship. Jurnal. Belgia: Ghent University.
11

Furahasekai.
2011.
Kemampuan
Berpikir
Kritis
dan
Kreatif
Matematika.
(http://furahasekai.com/2011/10/06/kemampuan-berpikir-kritis-dan-kreatif-matematika/,
Diakes 2 September 2015)
Gunawan, I. 2003. Taksonomi Bloom-Revisi Kognitif: Kerangka Landasan untuk Pembelajaran,
Pengajaran,
dan
Penilaian.
Jurnal
IKIP
PGRI
Madium
(online).
(https://www.academia.edu/6274013/Revisi_Taksonomi_Bloom, Diakses 11 September
2015).
Hamalik, O. 2009. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Hanula, M. 2002. Attitude toward Mathematics: Emotion, Expectation, and Value. Journal
(online). (www.cimm.ac.cr, Diakses 20 Agustus 2015).
Hariyanto. 2010. Pengertian Konsep Diri. Jurnal Psikologi (online). (www.belajarpsikologi.com,
Diakses 20 Agustus 2015).
Harjdana, A. M. 2003. Komunikasi Inrapersonal dan Interpersonal. Yogyakarta: Kanisus.
Haryanto. 2005. Pengembangan Cara Berpikir Divergen-Konvergen Sebagai Isu Kritis dalam
Proses Pembelajaran. Jurnal Majalah Ilmiah Pembelajaran Vol. 2 (Online).
Hay, I. 2005. Facilitating Childern’s Self-Concept: A Retionale and Evaluative Study. Australian
Journal of Guidance & Counselling Vol. 15, No. 1. (http://espace.library.uq.edu.au,
Diakses 20 Oktober 2015).
Hendriana, H. & Sumarmo, U. 2014. Penilaian Pembelajan Matematika. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hurlock, E. B. 2000. Perkembangan Anak Jilid 2 (Ahli bahasa: Tjandrasa M). Jakarta:Erlangga.
Izzati, N. 2009. Berpikir Kreatif dan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis: Apa,
Mengapa, dan Bagaimana Mengembangkannya pada Peserta Didik. Jurnal Seminar
Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika.
Kemendikbud. 2013. Kurikulum 2013. (kemdikbud.go.id/kemdikbud/artikel-mendikbudkurikulum2013, diakses 9 Desember 2015).
Kunandar. 2007. Guru Profesional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Lamoma. 2011. Kemampuan Berpikir Divergen Matematika. Seminar Nasional Pendidikan
Matematika UNPATTI.
Muslimin, T. P. 2014. Pengaruh Konsep Diri dan Minat Belajar terhadap Hasil Belajar
Matematika melalui Aktivitas Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif pada Siswa
Kelas VIII SMP di Kab. Enrekang. Tesis (tidak diterbitkan). Program Pascasarjana
Universitas Negeri Makassar.
Purwanto, N. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Puspasari. 2007. Mengukur Konsep Diri Anak. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Rakhmat, J. 2008. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Relich, J. 1994. Attitudes to Teaching Mathematics: Further Development of a Measurement
Instrument.
Mathematics
Education
Research
Journal
Vol.
6
No.1.
(http://www.merga.net.au/documents/MERJ_6_1_RelichWay%26Martin.pdf, Diakses 11
September 2015).
Rivai. 2003. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Sari, N. G. 2012. Aspek Afektif Taksonomi Bloom pada Pembelajaran Matematika Siswa.
Jurnal
Universitas
Muhammadiyah
Purworejo
(online).
(http://p4tkmatematika.org/fasilitasi/37-Prinsip-Penilaian-SMA-Setiawan.pdf, Diakses 11
September 2015).
Setiawan. 2008. Prinsip-prinsip Penilaian Pembelajaran Matematika SMA. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Matematika.
Stoltz G. 2005. Adversity Quotient: Mengubah Hambatan Menjadi Peluang (Ahli Bahasa:
Hermaya). Jakarta: Grasindo.
Suciati, I. 2013. Pengaruh Sosioemosi Dan Perkembangan Moral terhadap Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas XI SMA Negeri Di Kota Palu. Tesis magister (tidak
diterbitkan). PPs Universitas Negeri Makassar.
Sudjana, N. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Suharman. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya: Srikandi.
Suma, K., Sudiarta., Arnyana., & Martha. 2007. Pengembangan Keterampilan Berpikir Divergen
melalui Pemecahan Masalah Matematika. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran universitas
Pendidikan
Ganesha
(online).
(http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/31597155/BERFIKIR_DIVERGEN
___KONVERGEN.pdf, Diakses 2 September 2015).
12

Supardi U. S. dan Leonard. 2010. Pengaruh Konsep Diri, Sikap pada Matematika dan
Kecemasan Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Formatif UNINDRA.
Supardi U. S. 2013. Peranan Berpikir Kreatif dalam Proses Pembelajaran Matematika. Jurnal
Formatif
UNINDRA
2(3):
248-262
(online).
(http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1598/1/9.%20Supardi%20248-262.pdf,
Diakses 2 September 2015).
. 2013. Pengaruh Adversity Quotient terhadap Prestasi Belajar Matematika. Jurnal
Formatif
UNINDRA
3(1):
61-71
(online).
(http://portal.kopertis3.or.id/bitstream/123456789/1599/1/Supardi%20FORMATIF.pdf,
Diakses 2 September 2015).
Suprijono, A. 2012. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Syah, M. 2011. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syam, N. W. 2012. Psikologi Sosial sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa
Rekatama Media.
Tiro, M. A. 2008. Bagaimana Aku Berpikir?. Makassar: Andira Publisher.
Tiro, M. A., Sukarna, & Aswi. 2010. Analisis Jalur. Makassar: Andira Publisher.
Tirtarahardja. 2000. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Unal H. & Demir I. 2009. Divergent Thinking and Mathematics Achievement in Turkey:
Findings from the Programme for International Student Achievement. Jurnal Social and
Behavioral Sciences.
Wardani, S. 2013. Teknik Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika.
Yogyakarta: PPPPTK.
Zainuddin. 2011. Pentingnya Adversity Quotient dalam Meraih Prestasi Belajar. Jurnal.
Pontianak: Universitas Tanjungpura Pontianak.

13