Penggambaran Wanita Indonesia dalam Medi

Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki
Dylan Aprialdo Rachman
dylanaprialdorachman@yahoo.co.id / 125120201111006@mail.ub.ac.id

Cultural Studies
Dosen Pengampu: Desi Dwi Prianti, S. Sos, M. Comn

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Ilmu Komunikasi
Universitas Brawijaya
Malang
Abstrak

2

Artikel ini akan membahas bagaimana ideology kapitalisme mempengaruhi
media massa patriarki di Indonesia terutama dalam hal penggunaan wanita
sebagai komoditi untuk meraup keuntungan bagi para kaum elit pemegang
modal selaku penguasa rezim media massa patriarki. Mayoritas negara
Indonesia memiliki sistem budaya patriarki dimana peran ayah atau kaum pria
lebih superior dibandingkan wanita. Budaya ini menjadi bagian dari struktur sosial

tersendiri di masyarakat di Indonesia dan mempengaruhi pola kehidupan
masyarakat Indonesia sendirinya.
Seiring berkembangnya budaya patriarki di Indonesia, masuknya pengaruh
ideology kapitalisme ke dalam media massa di Indonesia yang mayoritas
dikuasai oleh kaum pria, membuat wanita-wanita di Indonesia dijadikan sekedar
objek tontonan dan sebagai subjek konsumsi sebagai bentuk ekonomi politik
media massa kapitalistik. Hal ini menyebabkan para kaum wanita menjadi
terpinggirkan perannya sebagai peran domestic di rumahnya serta peran
konsumsi diri mereka sendiri (belanja, mal, menonton iklan), terdapat
kesenjangan dan ketidakadilan, begitupun dengan penggambaran wanita dalam
media massa patriarki di Indonesia mengekspos bagian-bagian tubuh tertentu
untuk dijadikan komoditi atau sebagai alat untuk menjual produk tertentu.
Tubuh wanita dalam media massa patriarki terbagi menjadi fragmen-fragmen
tersendiri untuk ditonjolkan dengan menjual hasrat, sensualitas, kenikmatan, dan
seksualitas demi mendapatkan keuntungan. Muncul stereotype bahwa wanita
merupakan pihak yang lemah, tertindas, tidak berdaya, stereotype yang
digerakkan oleh media massa patriarki ini berakibat perubahan perilaku wanitawanita Indonesia dalam memandang dirinya. Seperti para artis-artis wanita
Indonesia yang rela menjual fragmen-fragmen tubuhnya demi mencapai jalan
pintas untuk memperoleh ketenaran, popularitas, kekayaan. Media massa
patriarki secara halus mampu melepas karakter wanita yang identik akan nilai

moral, tabu, kesopanan, beretika menjadi hanya sekedar tanda makna
sensualitas, hasrat, kepuasan, kenikmatan dan seksualitas.
Melalui pemahaman konsep akan sistem budaya patriarki, ekonomi politik
media massa, stereotype dan konsep masyarakat tontonan dalam kapitalisme,
penulis akan memaparkan bagaimana wanita-wanita Indonesia sebenarnya telah
dijadikan komoditi ekonomi politik media massa patriarki dalam pengaruh
kapitalisme sebagai objek untuk diekspos, dieksploitasi dan diintimidasi. Penulis
berargumen bahwa wanita secara tidak sadar sudah dijadikan objek patriarki
dibawah pengaruh kapitalisme oleh karena itu wanita-wanita di Indonesia harus
mampu tersadar dan berupaya melakukan perjuangan pelepasan diri dari
intimidasi dan eksploitasi media massa patriarki bukan hanya pada tataran
ekonomi saja tetapi pada tataran suprastruktur, budaya, wacana sosial dan juga
ideology.

1. Pendahuluan
Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

3


Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang semakin gencar di
era globalisasi ini membuat dunia mengalami perubahan pola kehidupan dalam
berbagai macam aspek. Batas-batas waktu dan ruang antar negara seolah-olah
menjadi hilang, proses interaksi dan komunikasi antar masyarakat menjadi
mudah, hilangnya batas-batas ruang dan waktu mengakibatkan berbagai macam
pesan-pesan mengalir dengan deras dan menerpa individu sebagai penerima
pesan, baik itu pesan positif maupun negative.
Era globalisasi yang terjadi di dunia diikuti oleh perkembangan ideology
kapitalisme yang berasal dari wilayah barat seperti Amerika dan Eropa, berbagai
macam pesan-pesan berbau kapitalisme disebarkan melalui media massa
secara serentak dan massif ke berbagai belahan dunia termasuk Indonesia,
masyarakat di Indonesia turut terkena imbasnya dalam pola kehidupan, sehingga
budaya-budaya kolektivisme, nilai-nilai etika, moral, kesopanan, adat yang
dijunjung

tinggi

kolektivisme


oleh

berubah

masyarakat
menjadi

Indonesia

budaya

menjadi

individualism,

tergerus.
masyarakat

Budaya
mulai


melupakan nilai-nilai luhur etika, moral, kesopanan dan adat, selain masyarakat
Indonesia sendiri yang terkena pengaruh, cara media massa di Indonesia dalam
penyebaran pesan-pesanpun dirasuki oleh ideology kapitalis.
Pesan-pesan yang dikonstruksi dan disebarkan oleh media massa di
Indonesia bersifat menjual, pesan merupakan komoditi kapitalisme yang dijual
untuk mencari keuntungan bagi para kaum elit sebagai penguasa rezim media
massa. Hal ini sesuai dengan Syahputra (2013, h. 20) bahwa sebuah rezim
media menentukan gerbang di mana informasi mengenai budaya, sosial,
ekonomi, politik bahkan isu agama akan mengalir, kemudian membentuk
lingkungan diskursif di mana suatu topic dibahas dipahami, dipercaya dan
disikapi. Karena sistem kapitalis sekarang ini media-media di Indonesia juga
dikuasai oleh sekelompok kaum borjuis/kaum elit pemegang modal dan
pemegang rezim kekuasaan media. Sehingga mereka bebas dalam menentukan
konstruksi realitas tertentu demi kepentingan mereka.
Salah satu bentuk dari pengaruh ideology kapitalisme adalah melanggengnya
budaya patriarki (man dominated world).Indonesia merupakan bagian dari
negara-negara timur dan mayoritas menganut budaya patriarki, patriarki adalah
kuasa ayah dalam keluarga yang didominasi laki-laki. Walby (dalam Izzati, 2013)
mengatakan bahwa patriarki adalah konstruksi sosial dan ideologis yang

Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

4

menganggap

laki-laki

(yang

merupakan

leluhur)

sebagai

superior


dari

perempuan. Dan patriarki sebagai sebuah sistem dan praktik dari struktur sosial
dimana laki-laki mendominasi, menindas, dan mengeksploitasi perempuan.
Banyak sekali berbagai macam daerah di Indonesia yang menganut budaya
patriarki seperti Jawa, Bali, Sumatera Utara, sementara daerah-daerah yang
menganut budaya matriarki hanya sedikit seperti Sumatera Barat.
Seiring berkembangnya ideology kapitalisme di Indonesia, perkembangan
budaya patriarki semakin berkembang dan digunakan secara berlebihan.
2. Stereotype dan Ekonomi Politik Tubuh
Media massa sebagai entitas bisnis masih menganggap perempuan sebagai
objek

yang

akan

mendatangkan

keuntungan


bagi

kaum

elit.

Alih-alih

mengedukasi masyarakat, media massa justru tampil sebagai agen yang
menyebarkan nilai-nilai budaya patriarki demi meraup keuntungan di ceruk pasar
yang didominasi pemikiran patriarki.
Media lebih banyak melirik pada orientasi bisnis semata. Sehingga
memanipulasi

pesan-pesan

hanya

untuk


kepentingan

pengiklan.

Demi

kepentingan iklan tersebut media massa kerap mengabaikan pembentukan
persepsi dan stereotype terhadap perempuan sebagai komoditi ekonomi politik
media saja. Berbagai macam bentuk penerapan stereotype media massa
patriarki kepada wanita di Indonesia adalah seperti berikut:
1. Jumlah perempuan yang bekerja di sektor komunikasi semakin besar,
namun hanya sedikit di antara mereka yang dapat mencapai posisi pada tingkat
pengambil keputusan atau menduduki jabatan-jabatan penentu dan dapat
mempengaruhi kebijakan di bidang media massa.
2. Penggambaran citra perempuan yang negatif dalam media massa, baik
elektronik maupun cetak. Media cenderung merendahkan dan tidak memberikan
gambaran yang seimbang tentang kehidupan dan sumbangsih perempuan pada
masyarakat.
3. Produk-produk media massa yang penuh kekerasan dan menurunkan

martabat perempuan atau bersifat pornografi membawa dampak negatif terhadap
perempuan dan partisipasi mereka dalam masyarakat.
4. Pengokohan peran-peran tradisional perempuan dalam program siarannya
juga membatasi peran serta perempuan dalam masyarakat.
Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

5

5. Iklan-iklan dan pesan-pesan komersial yang sering menggambarkan
perempuan

sebagai

konsumen

dan

menjadikan


anak

perempuan

dan

perempuan dari segala usia sebagai sasaran secara kurang layak.
Dalam media elektronik khususnya televisi, kita kerap menyaksikan tayangan
sinetron yang begitu menstereotipkan perempuan sebagai makhluk yang
emosional, irasional, dan sangat tergantung. Penggambaran perempuan dalam
media cetak juga tidak berbeda dengan media elektronik. Di media cetak, baik
majalah atau pun iklan di dalamnya, kerap dijumpai penggambaran citra standar
perempuan sebagai “pelayan domestik”.
Sebagai contoh iklan minuman bernergi, perempuan masih dicitrakan sebagai
makhluk sensual dan digambarkan sebagai sosok ibu rumah tangga yang patuh
dan hanya berkutat pada kegiatan domestiknya. Penggambaran perempuan
dalam iklan obat-obatan adalah perwujudan dari stigma perempuan yang
senantiasa berada dalam sektor domestik, konvensional, yang salah satu tugas
domestiknya berhubungan dengan pelayanan seksual suaminya. Contoh lain
seperti produk parfum Axe Apollo yang menggunakan figure wanita sebagai
bintang iklan yaitu Aura Kasih, Vicky Shu dan Tyas Mirasih menggunakan
pakaian ketat, dan iklan pocari sweat dengan menggunakan group idol JKT 48
dengan berpakaian menggunakan tanktop dan hotpants, contoh seperti ini
semakin mempertegas bahwa wanita merupakan komoditi kapitalistik dalam
budaya patriarki, wanita dijadikan alat sebagai pemuas hasrat kaum laki-laki.
Kapitalisme yang mempengaruhi budaya patriarki melepas karakter wanita
yang identik dengan kehalusan, beretika, adat, moral, tabu, kesopanan, dan
spiritual kearah fungsi ekonomi politik media patriarki. Tubuh menjadi komoditi
kapitalisme yang diperjual belikannya adalah tanda, makna, dan hasratnya
(Piliang, h. 332). Tubuh wanita terbagi menjadi bagian-bagian yang dapat
dipecah untuk dijadikan sebagai objek fetis, yaitu objek yang dipuja namun
dilecehkan dalam hal ini oleh kaum pria sebagai penguasa budaya patriarki.
Fragmen-fragmen tubuh wanita yang terbagi seperti bibir, paha, mata, pipi,
rambut,

betis,

perut,

pinggul

hingga

dada

semuanya

ditujukan

untuk

menyampaikan makna tertentu berupa pemuasan hasrat, sensualitas, erotisme
dan daya tarik seksual. Seperti yang terlihat pada gambar 1 fragmen tubuh
bagian paha, dada ditonjolkan dengan pakaian yang serba ketat. Begitupun pula
dengan gambar 2 pada iklan pocari sweat JKT 48 para personil memakai
Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

6

pakaian tanktop dengan hotpants untuk mengekspos bagian-bagian tubuh
sebagai sarana pendukung menjual komoditi minuman tersebut.

Gambar 1 dan 2: Iklan Axe Apollo dan Iklan Pocari Sweat

Akibat pengaruh kapitalisme tubuh yang indah disamakan dengan mobil yang
indah, pinggul yang sempurna disamakan dengan celana jeans yang sempurna,
sensualitas bibir disamakan dengan sensualitas permen, biscuit krim coklat,
setiap potensi dari tubuh wanita dieksplorasi dan dieksploitasi sedemikian rupa
sehingga bagian-bagian tubuh wanita bisa menjadi suatu komoditi yang menjual.
Peran tubuh wanita dalam komoditi kapitalisme sebagai tanda dan citra yang
diperjualbelikan terutama dalam iklan dan televisi mengandung dua hal yang
berseberangan. Di sisi pertama, tubuh wanita dijadikan sebagai alat untuk
menjual komoditi, sementara di sisi lain wanita itu sendiri juga memiliki peran
dominan dalam hal konsumsi seperti menonton TV, belanja, melihat iklan, artinya
wanita mengkonsumsi citra dirinya sendiri. Terpaan pesan-pesan media patriarki
dengan objek wanita membuat audiens wanita memandang citra dirinya sendiri di
media massa. Kondisi memandang tubuh sendiri di media (narsisisme) bisa
berakibat pada abnormalitas seksual di kalangan perempuan (Piliang, h. 333).
Dalam dunia perfilman Indonesiapun pengaruh kapitalisme dan patriarki begitu
kental terlihat dalam berbagai film-film Indonesia dengan genre horror namun
memasukkan unsur seksual kedalam film tersebut. Lagi-lagi perempuan
diposisikan sebagai objek tontonan dari kaum pria. Tubuhnya diekspos dengan
berbagai macam pengambilan gambar secara close-up dan menjadi bahan
utama bagi mata penonton terutama pria.
Hal ini merupakan salah satu dosa mematikan yang dikemukakan oleh
Jhonson dalam Syahputra (2013, h. 38) yaitu eksploitasi seks, memanfaatkan
wanita yang dikonstruksi secara seksual, mulai dari penggunaan kostum yang
minim hingga menonjolkan bagian-bagian tertentu dari tubuh perempuan.

Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

7

3. Wanita dalam Budaya Patriarki dan Masyarakat Tontonan
Carter dalam Piliang (2011, h. 331) mengatakan bahwa perempuan itu
marginal dan subordinat di dalam bidang budaya kerja maskulin (patriarki), akan
tetapi mereka dibentuk oleh ideology masyarakat patriarki untuk menjadi
dominan di bidang subordinat, sebagai objek konsumsi (consumer). Pria identik
dengan produksi (pabrik, teknologi, manajemen) sedangkan perempuan identik
dengan konsumsi (belanja, mal, dapur).
Sehingga yang terjadi dalam budaya di Indonesia sekarang ini adalah
terjadinya apa yang disebut oleh Piliang (2011, h.332) sebagai seksisme
kebudayaan. Istilah-istilah seperti bapak Rektor, bapak Dekan, bapak Menteri,
bapak Presiden merupakan istilah-istilah dominan dalam konteks budaya
patriarki. Sedangkan istilah-istilah seperti ibu Rektor, ibu Dekan, ibu Menteri,
pengusaha perempuan merupakan istilah-istilah yang termarginalkan dalam
budaya patriarki, kondisi ini menyebabkan terjadinya ketimpangan peran dalam
kehidupan. Atau misalkan istilah-istilah seperti pelacur sebagai sampah
masyarakat lebih popular dibandingkan lelaki berhidung belang, mengapa
aparat lebih suka menggerebek para pekerja seks komersial dibandingkan para
pria hidung belang yang datang ke lokalisasi.
Bentuk dominasi maskulin seperti ini merupakan bagian dari wacana media
massa

patriarki.

Kapitalisme

melancarkan

berbagai

strategi

dengan

pemanfaatan budaya patriarki sebagai alat untuk memperbesar akumulasi
keuntungan di seluruh dunia.
Perempuan

dalam

masyarakat

tontonan

merupakan

ungkapan

yang

dikemukakan oleh Guy Debord dalam Piliang (2011, h. 331) sebagai pembentuk
citra dan tanda berbagai macam komoditi (sales girl, cover girl, model girl,
umbrella girl), masyarakat tontonan menurut Debord adalah masyarakat yang
didalamnya setiap sisi kehidupan menjadi komoditi dan setiap komoditi tersebut
menjadi tontonan.
Tubuh perempuan dijadikan sebagai objek komoditi yang dijual untuk
mendapatkan profit. Wanita-wanita di Indonesia terutama para public figure
menggunakan tubuh mereka untuk dijual demi mendapatkan jalan pintas
menuju budaya popular, mengejar ketenaran dan popularitas, untuk mengejar
gaya hidup dan kepuasan memperoleh keuntungan material, padahal mereka
secara tidak sadar sedang dijadikan sebagai objek termarginalkan oleh media
Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

8

massa patriarki. Berbagai macam upaya menjual keseksian, sensasionalitas
tubuh dilakukan oleh kebanyakkan artis-artis Indonesia demi memperoleh
ketenaran secara instan.
4. Kesimpulan
Melanggengnya ideology kapitalisme dalam budaya patriarki membuat kaum
wanita di Indonesia harus memperjuangkan diri mereka bukan hanya dari sisi
ekonomi namun juga harus memperjuangkan diri dalam tataran lapisan
suprastruktur, ideology dan juga budaya mengingat masih belum ada gerakkan
yang berarti dari para kaum wanita Indonesia untuk melakukan perjuangan
membebaskan diri dari dominasi patriarki dalam media massa. Mies (1998, h.
178-179) menyatakan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh kaum wanita
dalam membebaskan dirinya dari belenggu ideology kapitalisme dalam budaya
patriarki diantaranya:.
Pertama, menjadikan women`s question sebagai bagian dari social question,
dalam artian segala macam bentuk pertanyaan atau wacana mengenai
perempuan harus diangkat dalam wacana sosial budaya.
Kedua, perempuan harus berani masuk ke dalam bagian produksi sosial
(yakni, buruh upahan di luar rumah tangga) untuk mencapai basis material bagi
kemandirian ekonomi dan emansipasi mereka.
Ketiga, Sebagaimana kapitalisme menghilangan perbedaan antara laki-laki
dan perempuan, karena mereka semua dibuat menjadi pekerja upahan tanpa
kepemilikan, maka tidak akan ada basis material bagi penindasan perempuan di
antara proletariat, dan kemudian tidak dibutuhkan gerakan khusus perempuan
dalam kelas pekerja;
Keempat, perempuan kelas pekerja kemudian harus berpartisipasi dalam
perjuangan umum melawan kelas musuh, bersama-sama dengan laki-laki di
dalam kelas mereka, dan kemudian menciptakan prakondisi titik awal untuk
mencapai emansipasi.
Kelima, perempuan sebagai perempuan mungkin ditindas atau disubordinasi,
tapi mereka tidak dieksploitasi. Jika mereka adalah pekerja upahan, maka
mereka dieksplotasi dengan cara yang sama sebagaimana pekerja laki-laki
dieksploitasi. Eksploitasi ini dapat mereka lawan, bersama-sama dengan laki-laki,
dalam sebuah perjuangan untuk mengubah relasi produksi (perjuangan kelas)
Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

9

Keenam,

perjuangan

melawan

penindasan

spesifik

mereka

sebagai

perempuan harus ditempatkan pada termin yang lebih ideologis. Perjuangan ini,
dalam berbagai kasus, adalah yang kedua setelah perjuangan kelas, yang
merupakan perjuangan utama. Maka, perempuan tidak harus membentuk
organisasi yang terpisah dan otonom. Organisasi mereka harus berada di bawah
arahan dari partai revolusioner. Organisasi perempuan yang terpisah akan
memecah belah persatuan dalam penindasan kelas, organisasi-organisasi
perempuan yang ada di Indonesia harus bersatu menyatukan visi mereka dalam
memperjuangkan emansipasi dan pembebasan diri dari media massa patriarki
yang dilanggengkan oleh sistem kapitalisme.

Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

10

Daftar Pustaka
Baran, Stanley J. 2012. Pengantar Komunikasi Massa: Melek Media dan Budaya,
Jakarta: Erlangga
Bungin, Burhan. 2011. Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus
Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Mies, Maria. 1998. Patriarchy & Accumulation on a World Scale: Women in the
Internasional Division of Labour, London: Zed Book, Ltd.
Izzati, Fathimah F. 2013. Women’s Question dalam Perjuangan Mengakhiri
Kapitalisme
dan
Patriarki,
diakses
pada
13
April
2014,
dari
http://indoprogress.com/2013/01/womens-question-dalam-perjuanganmengakhiri-kapitalisme-dan-patriarki/#_ftn5
Piliang, Yasraf A. 2011. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas
Kebudayaan, Bandung: Matahari.
Syahputra, Iswahyudi. 2013. Rezim Media: Pergulatan Demokrasi, Jurnalisme, dan
Infotainment dalam Industri Televisi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dylan Aprialdo Rachman
Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya
Wanita Indonesia Sebagai Komoditi Kapitalisme dalam Media Massa Patriarki

Dokumen yang terkait

Analisis komparatif rasio finansial ditinjau dari aturan depkop dengan standar akuntansi Indonesia pada laporan keuanagn tahun 1999 pusat koperasi pegawai

15 355 84

OPTIMASI FORMULASI dan UJI EFEKTIVITAS ANTIOKSIDAN SEDIAAN KRIM EKSTRAK DAUN KEMANGI (Ocimum sanctum L) dalam BASIS VANISHING CREAM (Emulgator Asam Stearat, TEA, Tween 80, dan Span 20)

97 464 23

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

Analisis tentang saksi sebagai pertimbangan hakim dalam penjatuhan putusan dan tindak pidana pembunuhan berencana (Studi kasus Perkara No. 40/Pid/B/1988/PN.SAMPANG)

8 102 57

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

Diskriminasi Perempuan Muslim dalam Implementasi Civil Right Act 1964 di Amerika Serikat

3 55 15

Hubungan antara Kondisi Psikologis dengan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Kelas IX Kelompok Belajar Paket B Rukun Sentosa Kabupaten Lamongan Tahun Pelajaran 2012-2013

12 269 5

Kekerasan rumah tangga terhadap anak dalam prespektif islam

7 74 74

Analisis pengaruh modal inti, dana pihak ketiga (DPK), suku bunga SBI, nilai tukar rupiah (KURS) dan infalnsi terhadap pembiayaan yang disalurkan : studi kasus Bank Muamalat Indonesia

5 112 147