3 NILAI SUMBER DAYA MANUSIA
3
NILAI SUMBER DAYA MANUSIA
Nabi saw bersabda: “Setiap muslim wajib bersedekah.” Para sahabat
bertanya, "Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?" Nabi saw
menjawab: "Hendaklah dia bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk
kemanfaatan bagi dirinya sehingga dapat bersedekah." Mereka bertanya
lagi:” Bagaimana kalau dia tidak mampu?" Nabi menjawab: "Hendaklah dia
menolong orang yang membutuhkan keterampilannya." Mereka bertanya
lagi: "Bagaimana kalau dia tidak dapat melakukannya?" Nabi menjawab:
"Hendaklah dia menyuruh manusia berbuat yang ma'ruf." Mereka
bertanya: "Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?" Nabi saw
menjawab, "Cegahlah dirimu dari berbuat kejahatan (jangan mengganggu
orang lain) itupun sedekah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits
sumber
di atas
daya
mengingatkan
nilai
bahwa nilai
manusia (SDM) umumnya
khususnya dalam dunia bisnis
memberikan
kita
dan
adalah lebih pada
tambah (value
added).
Bukan
menjadi beban bagi orang lain atau menjadi beban
bagi perusahaan tempat dia bekerja.
saw juga bersabda: “Sebaik-baik
kamu
Karena Rasul
manusia diantara
adalah manusia yang paling bermanfaat,
1
diperlukan
berguna
tidak diperlukan
dia
dapat
mengurus dirinya sendiri.” (al hadits)
Perintah setiap muslim wajib bersedekah berarti
bahwa
setiap
tambah
muslim
atau memberi
wajib
memberikan
manfaat
dimanapun
nilai
dia
berada. Perintah itu dilanjutkan dengan menyuruh
kita bekerja seperti menjadi seorang wirausahawan
agar kita dapat memperoleh pendapatan selanjutnya
sebagian dari pendapatan itu disedekahkan.
Namun
bila kita tidak dapat menjadi wirausahawan maka kita
diminta untuk menjadi pegawai yang cakap sehingga
dapat memberikan nilai tambah
tampat
kita
bekerja
bagi perusahaan
sehingga
memperoleh
pendapatan. Selanjutnya sebagian dari pendapatan
itu disedekahkan.
Namun bila keterampilan yang kita miliki tidak
dibutuhkan
maka
kita
diminta
untuk
menyuruh
manusia berbuat yang ma’ruf, mencegah mereka dari
perbuatan
yang mungkar. Dan
bila
hal
itu
tidak
dapat kita lakukan maka kita diminta untuk menahan
diri atau diam, jangan sampai diri kita menggangu
orang lain.
Hadits di atas sekali lagi menggambarkan nilai
sumber daya manusia dalam Islam umumnya dan
2
khususnya dalam dunia bisnis. Bahkan ajaran Islam
menggambarkan
SDM
yang
berkualitas
seperti pohon yang baik, dimana
batangnya menjulang ke langit
adalah
akarnya kokoh,
dan lebat buahnya.
Allah berfirman:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.”
(QS. (14)
Ibrahim : 24-25)
Kalimat yang baik hanya akan keluar
dari
SDM yang baik. SDM yang baik seperti pohon yang
baik. Pohon yang baik adalah pohon yang akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon
3
yang baik itu akan memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhannya.
Pohon yang baik adalah pohon yang akarnya
teguh, yang bila pohon itu terkena tiupan angin yang
besar sekalipun pohon itu tidak akan pernah tumbang.
Bila diibaratkan sebagai SDM yang baik berarti SDM
itu memiliki iman yang kuat
kehidupan
yang
baik.
dan nilai-nilai (values)
Rasul
saw
bersabda:
“Perumpamaan orang mukmin seperti tanaman. Tidak
henti-henti
senantiasa
angin
meniupnya
menerima
dan
cobaan.
perumpamaan orang munafik seperti
orang
mukmin
Sedangkan
pokok pohon
yang kuat yang tidak dapat digoyangkan sampai
ia harus ditebang”. (HR. Bukhary dan Muslim)
Sedangkan maksud cabangnya (menjulang) ke
langit dapat diartikan pohon itu dapat menjadi petunjuk
arah (kompas) yang baik. Yang berarti SDM itu dapat
dijadikan sebagai contoh tauladan bagi orang lainnya.
Sedangkan pohon itu akan memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya dapat diartikan
bahwa SDM yang baik itu senantiasa memberikan
sedekah dari rezeki yang diperolehnya. Sebagaimana
firman Allah:
4
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik
di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan. (Qs. Al-imran:134)
Dalam ilmu manajemen strategi
management) ada
bernama
(strategic
suatu strategi manajemen yang
”strategi
core
competence”
(Core
competence Strategic). ”Strategi core competence” ini
adalah
strategi
memiliki
kemampuan
inti yang
sesungguhnya dimiliki oleh suatu perusahaan. Dengan
kemampuan
inti
(core
competence)
ini
suatu
perusahaan dapat berjalan, memiliki dan menghasilkan
aneka produk,
menciptakan serangkaian bisnis dan
sebagainya.
Strategi Core competence ini
ada
yang
mengibaratkan sebagai sebuah pohon seperti
pada
ayat Al Qur’an dalam surat Ibrahim ayat ke 24-25.
5
Mereka katakan: “Batang pohonnya merupakan produk
intinya
(core
product).
Cabang
dan
rantingnya
merupakan unit bisnisnya. Sedangkan daun, bunga dan
buahnya adalah produk akhirnya (end product). Bagian
yang kelihatan itu bukanlah bagian terpenting dari
sebuah pohon. Tetapi bagian terpenting justru tidak
nampak, karena berada didalam tanah yang disebut
sebagai
akar.
Akar
inilah
yang
disebut
kemampuan inti (core competence). Karena
sebagai
akar
inilah yang memberikan sari makanan pada pohon dan
menjaga kelestarian pohon itu. Kemampuan inti yang
diibaratkan akar ini yang jarang dapat ditiru, karena
tersembunyi letaknya. Demikian pula halnya dengan
core competence itu, sulit untuk dapat ditiru karena
kemampuannya tersembunyi.”
SDM yang bernilai memiliki
iman
Sumber daya manusia (SDM) yang bernilai di
sisi Allah adalah SDM yang memiliki
benar,
iman yang
yang dibuktikan dengan sikap yang benar
pula. Mereka tidak menyukai mengolok-olok kaum
yang lain, karena sadar
boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka. Mereka tidak suka
mencela diri sendiri (saudara seagama), tidak panggil
6
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
kebanyakan
prasangka, tidak suka
menjauhi
mencari-cari
kesalahan orang lain, dan tidak suka menggunjing (QS.
49 Al Hujuraat : 11-12) Mereka yang beriman juga
apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhan-lah mereka bertawakal. Mereka mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang di
berikan Allah kepada mereka. Mereka berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah berfirman:
”Sesungguhnya
orang-orang
yang
beriman
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”
(QS. 49 Al Hujuraat : 15)
7
”Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,
3- (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka. 4- Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”(QS. Al An
faal : 2-4)
Sumber daya manusia (SDM) yang
iman yang benar, akan
memiliki
teruji dalam menghadapi
berbagai cobaan dan godaan. Allah berfirman:
8
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi? 3- Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orangorang yang dusta.” (QS. 29 Al Ankabut : 2-3)
Kisah berikut menggambarkan bagaimana berbisnis
yang didasarkan iman, kejujuran menjadi pegangan
utamanya. Dikisahkan dalam salah satu hadist
yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhary dan Imam Muslim
bahwa
Nabi
Muhammad
saw
bersabda:
“Suatu
ketika ada seorang lelaki membeli sebidang tanah
dari seorang
lelaki
lainnya.
Beberapa
hari
kemudian si pembeli
menemukan tempayan
berisi
tanah yang dibelinya. Maka
emas didalam
yang
9
datanglah
si pembeli
kepada si pemilik
tanah
yang dibelinya, katanya: ”Ambillah emas milikmu ini,
karena
sesungguhnya
tanahmu saja
emas
dan
milkmu.”
aku
aku tidak
Si
pemilik
hanya
membeli
hendak membeli
tanah malah berkilah
dengan menyatakan: “Sesungguhnya
aku
menjual
dan
semua
di dalamnya.” Ternyata
kedua
yang
kepadamu
terkandung
tanah
milikkku
telah
orang lelaki itu, si pembeli dan si penjual sama-sama
tidak mau mengambil
akhirnya
mereka
tempayan emas itu
meminta
orang ketiga
memutuskan perselisihan diantara
ketiga yang menghakimi
ini bertanya:
untuk
mereka. Orang
kedua orang
“Apakah kalian
hingga
berdua
yang
baik
mempunyai
mempunyai anak?”
Salah seorang menjawab: “Aku mempunyai
budak
pria.”
Sedang
yang seorang
seorang
lainnya
menjawab: ““Aku mempunyai seorang budak wanita.”
Orang
ketiga berkata: “Kawinkanlah budak pria dan
budak wanita
mereka berdua
milik kalian, kemudian nafkahilah
dengan emas ini.” (Muhammad A.
Aljundi, 101 Kisah Teladan,
Mitra Pustaka, cetakan
IX, Yokyakarta, 2004)
10
SDM memiliki
Sumber
yang
ilmu
daya
akan diangkat
manusia
(SDM)
derajatnya
yang
di sisi
bernilai
Allah
di
samping memiliki iman yang kuat juga adalah SDM
yang memiliki
ilmu. Allah berfirman:
” Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan..” (Qs 58 Al
Mujaadilah : 11)
11
Mengapa ?
Karena hanya mereka yang benar
beriman dan berilmu yang mudah diberi tahu dan
diajak untuk berbuat baik dan menaati perintah Allah.
Sebaliknya mereka yang kurang beriman atau tidak
beriman dan berilmu tanggung amat sulit untuk diatur,
karena
kurangnya pemahaman
bersihnya
hati
mereka.
disamping
kurang
Begitulah
Allah
menggambarkan sikap orang beriman dan berilmu
dalam majelis. Karena memiliki iman dan ilmu inilah
maka Allah menyuruh malaikat sujud kepada Adam
(QS 2 Al Baqarah : 34)
Lalu
ilmu
apa
yang
harus
dimiliki
agar
keimanan kita tetap terpelihara agar dapat hidup di
didunia dan akherat bahagia? Pertama:
ilmu untuk
dapat memahami Al Qur’an dan Hadits Rasul. Ilmu
ini diperlukan agar kita dapat bergaul dengan Sang
Khalik
dan sesama
dengan
pantas,
termasuk
didalamnya human skill dan conceptual skill. Kedua:
ilmu dunia terutama yang menyangkut profesi kita
(technical skill) agar dapat hidup dengan kompetitif
(QS. 8 Al anfaal
: 60).
Ketiga:
ilmu
manajemen
umum agar dapat mengelola minimal keluarga kita
(QS. At Tahrim : 6). Keempat: ilmu sejarah, khususnya
12
yang berhubungan dengan kejadian masa lalu, sebagai
bekal mendatang (QS. 59 Al Hasyr : 18).
Berikut ini akan dikisahkan bagaimana pebisnis
yang memiliki iman dan ilmu menerapkan ilmunya
dalam berbisnis.
Abu
adalah
Hanifah yang dikenal sebagai Imam Hanafi
seorang
sebelum
pedagang
tokonya
pakaian.
Setiap
pagi
dibuka beliau senantisa mensortir
barang dagangannya. Dipisahkannya pakaian yang
baik dengan pakaian
yang cacat
pakaian
itu
yang sudah buruk, pakaian
dan pakaian yang tidak cacat. Semua
dipisah-pisahkannya
tempatnya.
Selanjutnya pakaian yang cacat diberi harga discount
50%
dari
harga normal dan ditempatkan terpisah
dengan pakaian yang masih baik.
Suatu ketika beliau pergi untuk berdakwah. Maka
tokonya dititipkan pada pedagang toko di sebelahnya
atau pada pedagang yang berada disebelahnya dengan
memberikan pesan-pesan tertentu agar tidak ada
pembeli yang tertipu.
Ketika dia kembali dari dakwahnya rupanya barang
yang cacat dijual dengan harga yang normal. Akibatnya
Imam Abu Hanifah menjadi gundah. ”bukankah sudah
13
kukatakan barang yang dipisahkan itu cacat dan
dihargai 50% dari harga normal?” tanya Abu Hanifah.
”Benar kau telah menyatakannya tetapi aku lupa”,
jawab orang yang dititipinya.
Maka
Imam Abu Hanifah menanyakan alamat
orang yang membeli pakaian yang cacat itu untuk
dikembalikan
uangnya
yang
lebih.
Tapi
rupanya
pedagang yang dititipi tidak menanyakan alamat orang
yang membeli. Maka ditanyakanlah ciri-ciri orang yang
membeli pakaian yang cacat itu. Selanjutnya
Imam
Abu Hanifah mencari orang itu disekeliling kota, namun
orang yang dicarinya tidak ditemukannya. Maka uang
penjualan pakaian
yang cacat
itu diinfakkannya
semua. Sejak peristiwa itu Imam Abu Hanifah tidak lagi
mau menitipkan barang dagangannya kepada orang lain
karena khawatir kejadian yang sama akan terulang
kembali.
Nilai SDM tergantung pada akhlaknya
Nilai sumber daya manusia (SDM) umumnya dan
khususnya
dalam
berbisnis
adalah
lebih
pada
peningkatan mutu akhlaknya, dalam pengertian niat
dan perbuatannya harus dapat
tambah (value added)
memberikan nilai
bagi lingkungannya. Hal
ini
14
sejalan
dengan sabda Rasulullah berikut: “Kamu
tidak akan
dapat memperoleh simpati semua orang
dengan hartamu tetapi kamu akan dapat memperoleh
simpati dengan wajah yang menarik (simpati) dan
dengan akhlak yang baik.” (HR. Abu Ya'la dan AlBaihaqi)
Dalam
hadits
”Sesungguhnya
yang lain Rasul
Allah
tidak
saw
bersabda:
memandang (menilai)
rupa dan kekayaanmu, tetapi yang Allah pandang
(nilai) adalah hati (niat)
Bukhary
dan Muslim).
dan perbuatanmu.” (HR.
Hadits
Rasul saw
terakhir
tersebut sesuai dengan firman Allah berikut:
”Dan masing-masing orang memperoleh derajatderajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya.
Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan. “(QS. 6 al An’aam : 132)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
15
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku
supaya
kamu
saling
kenal
mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antaramu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”(HR. 49 al Hujuraat : 13)
Tuntutan agar kita bersikap yang terbaik
Allah dan
sesama
ciptaan
adalah
sangat
kepada
logis,
apalagi Allah SWT telah memuliakan kita sebagai
anak Adam lebih dari
sesungguhnya
makhluk lainnya. Karena
bersikap yang
baik
adalah
bekal
(investasi) untuk kebaikan diri kita sendiri yang akan
diganjari
oleh Allah
dengan ganjaran
yang tiada
pernah terputus. Sebaliknya sikap buruk akan dapat
merugikan diri kita sendiri. Allah berfirman:
16
”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anakanak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami
lebihkan
mereka
dengan
kelebihan
yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.” (QS. 17 Al Israa : 70)
”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 5- Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka), 6- kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya. ” (QS. At Tiin : 4-6)
17
”Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang
menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barang
siapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka
sendirilah
mereka
menyiapkan
(tempat
yang
menyenangkan), 45- agar Allah memberi pahala
kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang-orang yang ingkar. ”(QS. 30 Ar Rum : 44-45)
Kisah berikut menggambarkan bagaimana Islam
mensyaratkan
SDM
yang
kuat
itu. Dikisahkan
sekumpulan pemuda muslim tengah berkumpul untuk
bertanding mengadu kekuatan. Mereka berkumpul
untuk menggerakkan sebuah batu yang besar. Bagi
mereka
yang
dapat
menggerakkan
sebuah
batu
yang besar maka dia dianggap sebagai jagoan.
18
Kebetulan saat
itu
Nabi
saw
lewat. Beliau
bertanya: ”Hai Apakah yang tengah kalian lakukan?”
”Kami sedang mengadu kekuatan diantara kami.
Kami ingin melihat siapa diantara kami orang yang
paling kuat itu,” jawab mereka.
”Inginkah
kalian tahu siapa orang yang paling
kuat dan energitik itu?” tanya Nabi.
”Tentu ya Rasulullah, bukankah tidak ada wasit
lain
yang lebih baik daripada Anda yang dapat
memberikan gelar kebanggaan
kepada kami itu?”
Sahut mereka.
Mereka berfikir bahwa sebentar lagi Nabi akan
mengumumkan
siapa yang akan menjadi juara dan
tangannya akan diangkat oleh Nabi saw.
Tetapi
jawabannya
sungguh
diluar
dugaan
mereka karena Rasul saw bersabda: ”Seorang yang
paling kuat (juara) adalah orang yang jika dia suka
atau
tertarik kepada
sesuatu, maka rasa sukanya
tidak akan melalaikannya dari ikatan yang hak dan
kemanusiaan, serta
tidak akan
kedalam kejahatan.
Jika dia marah dan dikuasai
oleh emosinya, maka dia
dengan
tidak
dapat
menjerumuskannya
mengontrol dirinya,
mengatakan sesuatu
kecuali
yang
benar dan tidak akan keluar dari mulutnya kata-kata
19
dusta dan keji.
Dan jika dia berkuasa
dan tidak
satupun yang dapat mengekangnya, maka tangannya
tidak akan mengambil sesuatu yang melebihi haknya.”
(Mutahhari
M.,
Kisah
Sejuta Hikmah: Orang-orang
Bijak buku kedua, cet II, Pustaka Hidayah, Jakarta,
1991).
SDM yang kuat menurut Islam
Kisah pemuda muslim yang tengah berkumpul
untuk
bertanding
mengadu
kekuatan
di atas
menggambarkan persyaratan SDM yang kuat dalam
Islam. SDM yang kuat itu adalah:
apabila
a) SDM
yang
suka atau tertarik kepada sesuatu, maka
rasa sukanya tidak akan melalaikannya dari ikatan
yang hak dan kemanusiaan, serta rasa sukanya tidak
akan
SDM
menjerumuskannya
yang apabila
emosinya,
maka dia
kedalam kejahatan; b)
dia marah dan dikuasai oleh
masih
dapat
mengontrol
dirinya, sehingga tidak mengatakan sesuatu kecuali
yang benar dan dari
mulutnya tidak akan
keluar
kata-kata dusta dan keji; c) SDM yang kuat itu
adalah SDM yang apabila
dia berkuasa dan tidak
satupun yang dapat mengekangnya, maka tangannya
20
tidak akan mengambil sesuatu melebihi haknya (yang
bukan haknya).
Kemampuan mengendalikan rasa suka
Rasa suka atau ketertarikan kepada sesuatu,
sering
membuat
kita
lalai
dari ikatan yang hak
(kebenaran) dan kehalalan
bahkan
kedalam kejahatan. Sejarah
orang
yang jatuh cuma
ketertarikan
kepada
terjerumus
membuktikan
banyak
karena kesukaan atau
sesuatu hal. Sebagai contoh,
akibat menyukai harta dan tahta, maka harta dan
tahta dijadikan tuhan, dia
untuk
meraihnya,
halalkan
memfitnah,
segala cara
membunuh
karakter
lawan, dan perbuatan tercela lainnya.
Akibat suka
atau
dia lakukan
tertarik
hubungan
kepada
bebas,
lawan
jenis,
kumpul kebo
dan
perzinahan. Akibat
menyukai
korupsi, manipulasi
atau perbuatan salah lainnya.
Akibat menyukai
makan minum
berbagai
makan-minum
berlebihan
macam komplikasi
contoh lainnya.
harta
melakukan
dia
lakukan
mengakibatkan
sehingga
menderita
penyakit dan berbagai
Padahal Allah berfirman:
21
”Dan hamba yang dicintai
Allah adalah orang-
orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta
Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan
tidak
berzina,
barangsiapa
yang
melakukan
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa
(nya)” (QS. Al Furqan : 68)
Tentang
jabatan
Rasul
saw
”Sesungguhnya kalian berambisi
jabatan,
sayangnya
bersabda:
memegang suatu
jabatan itu
pada hari
kiamat
hanya akan menjadi penyesalan.” (HR. Bukhary)
”Sesungguhnya jabatan (tahta)
sesungguhnya jabatan (tahta)
itu amanah dan
itu pada hari kiamat
akan mendatangkan penyesalan dan kehinaan, kecuali
bila yang
memegang jabatan itu
menunaikan hak
kewajibannya dan memenuhi tanggungjawabnya.”(HR.
Muslim)
22
Tentang
makan
dan
minum
Rasul saw
bersabda: ”Akan datang sesudahku suatu kaum yang
makan dengan bermacam-macam makanan, minum
dengan
beraneka macam
pakaian
dengan
mereka
berbicara
minuman, mengenakan
bermacam-macam
panjang
difikirkan lebih dahulu.
pakaian, dan
bertele-tele
tanpa
Mereka itu adalah sejelek-
jelek ummatku.” (HR. Bukhary)
Rasul saw juga bersabda: ”Yang
paling aku
takuti adalah keinginan jahat soal perut (makan)
dan
kemaluanmu,
dan
nafsu
yang
menghancurkannya.” (HR. Ahmad)
Kisah
seorang
rasa
berikut
beriman
menggambarkan
yang
berusaha
bagaimana
mengendalikan
sukanya dari perolehan keuntungan yang tidak
wajar besarnya. Namun dia berhasil mengendalikan
dirinya untuk
tidak tergoda
menggiurkan tersebut
dari hasil bisnis
yang
tetapi diperoleh dengan cara
yang tidak terpuji.
Imam
Ja’far, menyuruh
pembantunya
yang
bernama Mushadif untuk berangkat berdagang ke
Mesir dengan modal 1000 dinar. Setelah uang 1000
dinar itu dibelikan barang-barang kebutuhan seharihari, Mushadif berangkat
ke Mesir
bersama-sama
23
dengan pedagang lainnya. Setibanya di perbatasan
mereka mendapat
informasi bahwa barang yang
mereka bawa sedang amat dicari, dan mendapat
pasaran yang baik. Sehingga akan dibeli berapapun
harganya.
Maka
mereka
bersepakat
untuk
mengambil keuntungan paling tidak 100%. Berdasar
kesepakatan itu setiba di Mesir mereka membuat
pasar gelap dan menjual
harga
dua
kali lipat
barang mereka dengan
dari
harga
biasanya
dan
ternyata barangnya habis ludes.
Dengan
dengan
gembira
membawa
Mushadif
keuntungan
menghadap Imam Ja’far
untuk
kembali ke Madinah
1000
dinar.
Dia
menyerahkan dua
kantong berisi uang 1000 dinar. Tetapi Imam Ja’far
menanyakan asal muasal dua kantung berisi masingmasing 1000 dinar itu. ”Yang satu adalah modal yang
Imam
berikan dan satu kantung lainnya
adalah
keuntungannya”, jawab Mushadif.
”Banyak benar”, kata Imam, ”coba kau jelaskan
bagaimana cara kau dapat memperoleh keuntungan
sebanyak
ini?”
Maka
Mushadif
menceritakan
pengalamannya, yang sama-sama bersumpah dengan
pedagang lainnya untuk tidak menjual barang-barang
itu kecuali dengan keuntungan dua kali lipat.
24
Mendengar
yang demikian
”Subhanallah, kalian
”Kalian
Imam Ja’far
sanggup
berkata:
berbuat demikian?”
bersumpah untuk membuat pasar gelap dan
menjual
barang dengan harga dua kali lipat di
tengah-tangah kaum muslimin?” ”Masya Allah, tidak
Mushadif, aku
keuntungan
tidak menginginkan
perniagaan
dan
seperti ini.” Selanjutnya Imam Ja’far
mengambil salah satu dari dua kantung yang ada.
Lalu dia berkata: ”Aku tidak ada urusan dengan yang
satu ini.” Selanjutnya beliau berkata: ”Hai Mushadif,
sesungguhnya
berperang
adalah
lebih mudah
daripada mencari yang halal.” (Muthahhari M., Kisah
Sejuta Hikmah: Orang-orang Bijak, Pustaka Hidayah,
Jakarta, 1989)
Mengendalikan diri ketika marah
Ciri orang
apabila
kuat
kedua
adalah: orang yang
dia marah dan dikuasai oleh emosinya,
dia masih dapat
mengendalikan dirinya. Sehingga
tidak mengatakan sesuatu kecuali
benar, bukan
kata-kata
dusta
perkataan yang
dan keji.
Allah
berfirman:
25
”Orang yang bertakwa adalah orang-orang yang
yang
menahan
amarahnya
(kesalahan) orang. Dan
serta
mema`afkan
Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan.” (QS. 3 ’Ali Imran : 134)
Rasul
adalah
saw juga bersabda: ”Orang
orang
yang
mampu
yang
kuat
menahan hawa
nafsunya ketika marah.” (HR. Bukhary Muslim)
Dalam hadits yang lain Rasul saw juga bersabda:
”Seorang
mu’min
mencela
(menista),
bukanlah
seorang
mengutuk, dan
yang
suka
mengucapkan
kata-kata keji dan kata-kata kotor.” (HR. Turmudzi)
Kemampuan mengendalikan diri ketika berkuasa
Ciri orang kuat ketiga adalah
berkuasa
dan
mengekangnya,
tidak
maka
satupun
tangannya
apabila
yang
tidak
dia
dapat
akan
mengambil sesuatu melebihi haknya (yang bukan
2 karena sadar
haknya). Hal yang demikian dilakukan
26
3
bahwa perbuatan yang demikian dilarang. Bila hal
yang demikian
berkhianat
dilakukan
maka
berarti dia
telah
kepada Allah, Rasul dan orang yang
beriman. Nabi s.a.w telah bersabda: ”Bendahari yang
amanah dan melaksanakan (menunaikan) apa yang
diperintahkan dengan sempurna serta melakukannya
dalam keadaan senang hati, menyerahkan (sesuatu)
yang
diperintahkan
supaya
diberikan.
Maka
dia
termasuk sebagai seorang yang bersedekah.” (HR.
Bukhary dan Muslim)
Dalam
hadits
yang
memperingatkan mereka
Rasul
s.a.w
yang diserahi amanah dan
telah mendapatkan upah
dipakai untuk mencari
lain
yang semestinya
tetapi
keuntungan pribadinya, maka
mereka dianggap telah melakukan perbuatan korupsi.
Beliau
bersabda: “Barangsiapa yang kami angkat
menjadi
pegawai
(karyawan)
untuk
mengerjakan
sesuatu (tugas), kemudian kami beri dia upah yang
semestinya
(pantas),
tetapi
dia
mengambil
lebih
(banyak) dari upah yang semestinya berarti dia telah
(melakukan) korupsi (ghulul)” (HR. Abu Dawud).
Rasul saw juga bersabda:
“Barangsiapa
yang
kami serahi tugas, kemudian menyembunyikan sekecil
jarum atau lebih, maka itu akan menjadi ghulul (korupsi)
27
yang harus dipikul pada hari kiamat kelak.” (HR.
Muslim).
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul-Nya
kamu
mengkhianati
dan jangan pula
amanah-amanah
yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu itu
hanyalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar.”(QS. 8 Al Anfal : 27 - 28).
Pribadi yang baik itu
yakni
ibarat kalimat yang baik,
seperti pohon yang baik
gambarkan
yang
(menjulang) ke langit
seperti
Allah
berakar teguh, cabangnya
yang dapat
memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya
seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Rasul saw
bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik
orang mukmin
yang lemah.
Karena
daripada
itu pegang
28
teguhlah
setiap kebajikan
manfaat.
Dan
yang akan memberi
mohonlah pertolongan
Allah, dan
janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Dimana
bila kamu mendapat bencana, janganlah mengatakan:
“Andaikata
saya
berbuat
begini, pasti begini
dan
begini, tetapi katakanlah: “Telah ditakdirkan Allah apa
yang dikehendakki-Nya”. Karena ucapan: “Andaikata
sekiranya”, itu akan membuka amalan syaitan.” (HR.
Muslim)
Ketika
kami
sedang
memperbaiki
(merenovasi)
rumah kami Rasulullah saw lewat dan bertanya:”
Hai
apa
yang
sedang
kalian
lakukan?”
”Ya
Rasulullah kami sedang merperbaiki rumah kami
yang hampir rubuh.” jawab kami. Rasul menjawab:
”Saya
rasa
kematian akan lebih cepat
daripada
rubuhnya rumah kalian, (oleh karena lebih sibuklah
29
kalian
memperbaiki
akhlak
kalian
jangan cuma
disibuki dengan memperbaiki rumah saja) (alhadits).
Nabi
Muhammad saw bersabda dalam salah satu
hadits yang
diriwayatkan oleh
Imam Muslim sebagai
Imam Bukhary dan
berikut: “Suatu ketika ada
seorang lelaki membeli sebidang tanah dari seorang
lelaki lainnya. Beberapa hari kemudian si pembeli
menemukan tempayan
yang berisi
emas didalam
tanah yang dibelinya. Maka datanglah
kepada si pemilik
si pembeli
tanah yang dibelinya, katanya:
”Ambillah emas milikmu ini, karena sesungguhnya
aku hanya membeli
hendak membeli
malah berkilah
aku
tanahmu saja
kedua
yang
tanah
dengan menyatakan: “Sesungguhnya
terkandung
tanah
sama-sama tidak mau mengambil
mereka
milikkku dan
di dalamnya.” Ternyata
orang lelaki itu, si pembeli
hingga akhirnya
aku tidak
emas milkmu.” Si pemilik
telah menjual kepadamu
semua
dan
dan
si penjual
tempayan emas itu
meminta
orang ketiga
untuk memutuskan perselisihan diantara
mereka.
Orang ketiga yang menghakimi kedua orang yang baik
ini bertanya: “Apakah kalian berdua mempunyai anak?”
30
Salah seorang menjawab: “Aku mempunyai
budak
pria.”
Sedang
seorang
yang seorang
lainnya
menjawab: ““Aku mempunyai seorang budak wanita.”
Orang
ketiga berkata: “Kawinkanlah budak pria dan
budak wanita
milik kalian, kemudian nafkahilah
mereka berdua
dengan emas ini.” (Muhammad A.
Aljundi, 101 Kisah Teladan,
Mitra Pustaka, cetakan
IX, Yokyakarta, 2004)
SDM bernilai tinggi dan bernilai rendah
SDM yang bernilai adalah SDM yang beriman,
berilmu dimana iman dan ilmunya dipraktekannya
dalam
kehidupannya
sehari-hari,
pengalamannya itu diajarkan
kemudian
kepada orang
lain.
Sehingga semakin banyak orang yang mencontoh
perbuatan baiknya. Oleh karenanya orang seperti ini
patut dijadikan contoh dan
diirii.
Sebagaimana
Rasul bersabda: ”Tidak boleh iri kecuali kepada dua
orang.
Pertama: Seorang
yang
Allah
beri
ilmu,
diamalkannya kemudian diajarkannya kepada orang
lain. Kedua: Seorang yang Allah beri harta, yang
dengan harta itu
ditegakkannya agama Allah. (HR.
Bukhary dan Muslim)
31
Namun SDM yang bernilai tinggi adalah SDM
yang
dilandasi
’Abdullah
dengan
bin Amir
hati
yang bersih.
Rasulullah
saw
Dari
ditanya:”Ya
Rasulullah siapakah orang yang paling utama?” Rasul
saw menjawab: ”Setiap orang yang hatinya bersih dari
iri hati dan dendam dan juga benar bicaranya.” Beliau
ditanya lagi: ”Berbicara yang benar kami tahu, tetapi
apa arti
hati yang bersih dari iri hati dan dendam?”
Rasul saw menjawab: ”Hati yang bersih dari iri hati
dan dendam adalah hati yang tidak ada dosa, hati
yang tidak ada niat jahat, hati yang tidak ada niat
menipu dan hati yang tidak ada perasaan iri hati.”
(HR. Ibnu Majah)
Kebalikan dari SDM yang bernilai tinggi adalah
SDM yang bernilai paling rendah yakni SDM yang
jahat:
yang suka
memukuli
hidup
pembantunya
serta
dan
kikir
dengan
SDM
orang benci
kepadanya; SDM yang tidak mau
kesalahan dan
membenci
suka
pembantunya;
mengakui
yang
menyendiri
orang
tidak mau
dan
menerima
permintaan maaf bahkan tidak (mau) memaafkan;
SDM yang tidak dapat diharapkan kebaikannya dan
(orang
lain)
tidak
aman
dari
kejelekannya.
Sebagaimana sabda Rasul saw : ” Inginkah engkau
32
kuberitahukan orang yang paling jahat diantaramu ?”
Sahabat: ” Ingin
ya Rasulullah.” Rasul bersabda:
”Sejelek-jelek kamu
adalah
orang
yang hidup
sendirian, dia pukuli hambanya, tetapi dia
tidak mau
memberikan apa-apa kepadanya.” Selanjutnya beliau
bertanya lagi kepada sahabatnya: ’ Inginkah engkau
kuberitahukan
orang yang lebih jelek dari itu
Sahabat: ” Ingin
?”
ya Rasulullah.” Rasul bersabda:
”Itulah orang yang membenci orang lain dan mereka
membencinya.” .Selanjutnya
beliau
bertanya
lagi
kepada sahabatnya: ’ Inginkah engkau kuberitahukan
orang yang lebih jelek dari pada itu ?” Sahabat: ” Ingin
ya Rasulullah.” Rasul bersabda: ”Itulah orang yang
tidak mau
mengakui
menerima
permintaan
memaafkan.”
kesalahan dan
maaf
bahkan
tidak mau
tidak (mau)
Selanjutnya beliau bertanya lagi: ’
Inginkah engkau kuberitahukan orang yang lebih jelek
dari itu
?” Sahabat: ” Ingin
ya Rasulullah.” Rasul
bersabda: ”Itulah orang yang tidak dapat diharapkan
kebaikannya
dan
(orang lain)
tidak aman
dari
kejelekannya.” (HR. Thabrani)
Sebagai penutup
marilah kita renungkan sabda
Rasul berikut: “Mukmin yang kuat lebih baik daripada
33
orang mukmin
teguhlah
manfaat.
yang lemah.
setiap kebajikan
Dan
Karena
itu pegang
yang akan memberi
mohonlah pertolongan
Allah, dan
janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Dimana
bila kamu mendapat bencana, janganlah mengatakan:
“Andaikata
saya
berbuat
begini, pasti begini
dan
begini, tetapi katakanlah: “Telah ditakdirkan Allah apa
yang dikehendakki-Nya”. Karena ucapan: “Andaikata
sekiranya”, itu akan membuka amalan syaitan.” (HR.
Muslim)
Nilai SDM
Kebahagian
hidup dengan
menjadi
hamba
bermanfaat
34
Kebahagian
baik
untuk
atau kenikmatan hidup
diri sendiri
perusahaan didapat
daya manusia (SDM)
berusaha
yang
yang
selalu
atau untuk keberhasilan
dengan
yang
menjadi
perbuatan
memiliki sumber
bersyukur
sehingga
pribadi atau perusahaan
memberi manfaat. Pribadi
bermanfaat
di dunia
akan
atau pekerjaan
atau
perusahaan
berusaha
melakukan
dengan
baik. Kalau
2 pekerjaan yang
mereka beriman maka perbuatan atau
baik itu akan didasarkan iman kepada Allah (ikhlas).
Tentu
saja
pribadi
atau
perusahaan
yang
bermanfaat akan dapat menuai hasilnya kelak. Rasul
saw bersabda:
“Menghemat dalam nafkah separo pendapatan
(belanja), dan mengasihi serta menyayangi orang lain
adalah separo akal, sedangkan bertanya dengan baik
adalah separo ilmu.” (HR. Ath-Thabrani)
“Seorang yang baik keislamannya ialah yang
meninggalkan apa-apa yang tidak berkepentingan
dengannya.” (HR. Tirmidzi)
“Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya
semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan
barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah
akan merendahkannya.” (HR. Ath-Thabrani)
35
“Barangsiapa melakukan pemborosan (royal dan
tabdzir) maka Allah akan mencegahnya dari perolehan
(rezekiNya).” (HR. Asysyihaab)
“Orang
yang membawa
(mengangkut)
barang dagangannya maka dia (akan)
kesombongan.”
sendiri
terbebas dari
(HR.
Al-Baihaqi)
Tidak boleh menjual buah-buahan sampai terbukti
benar kebaikannya. (HR. Ath-Thahawi)
“Rasulullah
Saw
melarang
penjualan
karena
terpaksa (dipaksa menjual karena terdesak kebutuhan)
dan
melarang
penjualan
dengan
pemalsuan
(penipuan).” (HR. Mashabih Assunnah)
“Orang kaya yang menunda-nunda (mengulurulurkan
waktu)
pembayaran
utangnya
adalah
kezaliman.” (HR. Bukhari)
“Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik dalam
membayar utangnya.” (HR. Bukhari)
“Waspadalah dan hindarilah do'a orang yang dalam
kesulitan untuk membayar kembali utangnya.” (HR. AdDailami)
Sebaliknya
SDMnya ingkar
melakukan
pribadi
atau
(kufur) nikmat
perbuatan
perusahaan
yang
maka mereka akan
atau pekerjaan
asal jadi
36
atau sekedarnya saja. Perbuatan atau pekerjaan
asal jadi
adalah
bentuk
pengingkaran
terhadap
aturan Allah, Sang Maha Pemberi setiap apa yang
diminta hamba-Nya,
yang dapat
merugikan kita
semua. Allah berfirman:
”Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang
menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa
yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah
mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan),
agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang
beriman dan beramal saleh dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
ingkar.”(QS. 30 Ar Rum : 44-45)
37
”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buahbuahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu
berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.. Dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan
yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa
yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat
zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).”(QS. 14
Ibrahim : 32-34)
38
NILAI SUMBER DAYA MANUSIA
Nabi saw bersabda: “Setiap muslim wajib bersedekah.” Para sahabat
bertanya, "Bagaimana kalau dia tidak memiliki sesuatu?" Nabi saw
menjawab: "Hendaklah dia bekerja dengan ketrampilan tangannya untuk
kemanfaatan bagi dirinya sehingga dapat bersedekah." Mereka bertanya
lagi:” Bagaimana kalau dia tidak mampu?" Nabi menjawab: "Hendaklah dia
menolong orang yang membutuhkan keterampilannya." Mereka bertanya
lagi: "Bagaimana kalau dia tidak dapat melakukannya?" Nabi menjawab:
"Hendaklah dia menyuruh manusia berbuat yang ma'ruf." Mereka
bertanya: "Bagaimana kalau dia tidak melakukannya?" Nabi saw
menjawab, "Cegahlah dirimu dari berbuat kejahatan (jangan mengganggu
orang lain) itupun sedekah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits
sumber
di atas
daya
mengingatkan
nilai
bahwa nilai
manusia (SDM) umumnya
khususnya dalam dunia bisnis
memberikan
kita
dan
adalah lebih pada
tambah (value
added).
Bukan
menjadi beban bagi orang lain atau menjadi beban
bagi perusahaan tempat dia bekerja.
saw juga bersabda: “Sebaik-baik
kamu
Karena Rasul
manusia diantara
adalah manusia yang paling bermanfaat,
1
diperlukan
berguna
tidak diperlukan
dia
dapat
mengurus dirinya sendiri.” (al hadits)
Perintah setiap muslim wajib bersedekah berarti
bahwa
setiap
tambah
muslim
atau memberi
wajib
memberikan
manfaat
dimanapun
nilai
dia
berada. Perintah itu dilanjutkan dengan menyuruh
kita bekerja seperti menjadi seorang wirausahawan
agar kita dapat memperoleh pendapatan selanjutnya
sebagian dari pendapatan itu disedekahkan.
Namun
bila kita tidak dapat menjadi wirausahawan maka kita
diminta untuk menjadi pegawai yang cakap sehingga
dapat memberikan nilai tambah
tampat
kita
bekerja
bagi perusahaan
sehingga
memperoleh
pendapatan. Selanjutnya sebagian dari pendapatan
itu disedekahkan.
Namun bila keterampilan yang kita miliki tidak
dibutuhkan
maka
kita
diminta
untuk
menyuruh
manusia berbuat yang ma’ruf, mencegah mereka dari
perbuatan
yang mungkar. Dan
bila
hal
itu
tidak
dapat kita lakukan maka kita diminta untuk menahan
diri atau diam, jangan sampai diri kita menggangu
orang lain.
Hadits di atas sekali lagi menggambarkan nilai
sumber daya manusia dalam Islam umumnya dan
2
khususnya dalam dunia bisnis. Bahkan ajaran Islam
menggambarkan
SDM
yang
berkualitas
seperti pohon yang baik, dimana
batangnya menjulang ke langit
adalah
akarnya kokoh,
dan lebat buahnya.
Allah berfirman:
“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah
membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti
pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.”
(QS. (14)
Ibrahim : 24-25)
Kalimat yang baik hanya akan keluar
dari
SDM yang baik. SDM yang baik seperti pohon yang
baik. Pohon yang baik adalah pohon yang akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon
3
yang baik itu akan memberikan buahnya pada setiap
musim dengan seizin Tuhannya.
Pohon yang baik adalah pohon yang akarnya
teguh, yang bila pohon itu terkena tiupan angin yang
besar sekalipun pohon itu tidak akan pernah tumbang.
Bila diibaratkan sebagai SDM yang baik berarti SDM
itu memiliki iman yang kuat
kehidupan
yang
baik.
dan nilai-nilai (values)
Rasul
saw
bersabda:
“Perumpamaan orang mukmin seperti tanaman. Tidak
henti-henti
senantiasa
angin
meniupnya
menerima
dan
cobaan.
perumpamaan orang munafik seperti
orang
mukmin
Sedangkan
pokok pohon
yang kuat yang tidak dapat digoyangkan sampai
ia harus ditebang”. (HR. Bukhary dan Muslim)
Sedangkan maksud cabangnya (menjulang) ke
langit dapat diartikan pohon itu dapat menjadi petunjuk
arah (kompas) yang baik. Yang berarti SDM itu dapat
dijadikan sebagai contoh tauladan bagi orang lainnya.
Sedangkan pohon itu akan memberikan buahnya pada
setiap musim dengan seizin Tuhannya dapat diartikan
bahwa SDM yang baik itu senantiasa memberikan
sedekah dari rezeki yang diperolehnya. Sebagaimana
firman Allah:
4
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik
di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang
menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan. (Qs. Al-imran:134)
Dalam ilmu manajemen strategi
management) ada
bernama
(strategic
suatu strategi manajemen yang
”strategi
core
competence”
(Core
competence Strategic). ”Strategi core competence” ini
adalah
strategi
memiliki
kemampuan
inti yang
sesungguhnya dimiliki oleh suatu perusahaan. Dengan
kemampuan
inti
(core
competence)
ini
suatu
perusahaan dapat berjalan, memiliki dan menghasilkan
aneka produk,
menciptakan serangkaian bisnis dan
sebagainya.
Strategi Core competence ini
ada
yang
mengibaratkan sebagai sebuah pohon seperti
pada
ayat Al Qur’an dalam surat Ibrahim ayat ke 24-25.
5
Mereka katakan: “Batang pohonnya merupakan produk
intinya
(core
product).
Cabang
dan
rantingnya
merupakan unit bisnisnya. Sedangkan daun, bunga dan
buahnya adalah produk akhirnya (end product). Bagian
yang kelihatan itu bukanlah bagian terpenting dari
sebuah pohon. Tetapi bagian terpenting justru tidak
nampak, karena berada didalam tanah yang disebut
sebagai
akar.
Akar
inilah
yang
disebut
kemampuan inti (core competence). Karena
sebagai
akar
inilah yang memberikan sari makanan pada pohon dan
menjaga kelestarian pohon itu. Kemampuan inti yang
diibaratkan akar ini yang jarang dapat ditiru, karena
tersembunyi letaknya. Demikian pula halnya dengan
core competence itu, sulit untuk dapat ditiru karena
kemampuannya tersembunyi.”
SDM yang bernilai memiliki
iman
Sumber daya manusia (SDM) yang bernilai di
sisi Allah adalah SDM yang memiliki
benar,
iman yang
yang dibuktikan dengan sikap yang benar
pula. Mereka tidak menyukai mengolok-olok kaum
yang lain, karena sadar
boleh jadi mereka (yang
diolok-olok) lebih baik dari mereka. Mereka tidak suka
mencela diri sendiri (saudara seagama), tidak panggil
6
memanggil dengan gelar-gelar yang buruk.
kebanyakan
prasangka, tidak suka
menjauhi
mencari-cari
kesalahan orang lain, dan tidak suka menggunjing (QS.
49 Al Hujuraat : 11-12) Mereka yang beriman juga
apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka,
dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya
bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada
Tuhan-lah mereka bertawakal. Mereka mendirikan
shalat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang di
berikan Allah kepada mereka. Mereka berjihad di jalan
Allah dengan harta dan jiwa mereka. Allah berfirman:
”Sesungguhnya
orang-orang
yang
beriman
hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan
mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada
jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar.”
(QS. 49 Al Hujuraat : 15)
7
”Sesungguhnya
orang-orang yang beriman itu
adalah mereka yang apabila
disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada
mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka
(karenanya) dan kepada Tuhan-lah mereka bertawakal,
3- (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang
menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan
kepada mereka. 4- Itulah orang-orang yang beriman
dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh
beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan
ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia.”(QS. Al An
faal : 2-4)
Sumber daya manusia (SDM) yang
iman yang benar, akan
memiliki
teruji dalam menghadapi
berbagai cobaan dan godaan. Allah berfirman:
8
”Apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman",
sedang mereka tidak diuji lagi? 3- Dan sesungguhnya
Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang
yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orangorang yang dusta.” (QS. 29 Al Ankabut : 2-3)
Kisah berikut menggambarkan bagaimana berbisnis
yang didasarkan iman, kejujuran menjadi pegangan
utamanya. Dikisahkan dalam salah satu hadist
yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhary dan Imam Muslim
bahwa
Nabi
Muhammad
saw
bersabda:
“Suatu
ketika ada seorang lelaki membeli sebidang tanah
dari seorang
lelaki
lainnya.
Beberapa
hari
kemudian si pembeli
menemukan tempayan
berisi
tanah yang dibelinya. Maka
emas didalam
yang
9
datanglah
si pembeli
kepada si pemilik
tanah
yang dibelinya, katanya: ”Ambillah emas milikmu ini,
karena
sesungguhnya
tanahmu saja
emas
dan
milkmu.”
aku
aku tidak
Si
pemilik
hanya
membeli
hendak membeli
tanah malah berkilah
dengan menyatakan: “Sesungguhnya
aku
menjual
dan
semua
di dalamnya.” Ternyata
kedua
yang
kepadamu
terkandung
tanah
milikkku
telah
orang lelaki itu, si pembeli dan si penjual sama-sama
tidak mau mengambil
akhirnya
mereka
tempayan emas itu
meminta
orang ketiga
memutuskan perselisihan diantara
ketiga yang menghakimi
ini bertanya:
untuk
mereka. Orang
kedua orang
“Apakah kalian
hingga
berdua
yang
baik
mempunyai
mempunyai anak?”
Salah seorang menjawab: “Aku mempunyai
budak
pria.”
Sedang
yang seorang
seorang
lainnya
menjawab: ““Aku mempunyai seorang budak wanita.”
Orang
ketiga berkata: “Kawinkanlah budak pria dan
budak wanita
mereka berdua
milik kalian, kemudian nafkahilah
dengan emas ini.” (Muhammad A.
Aljundi, 101 Kisah Teladan,
Mitra Pustaka, cetakan
IX, Yokyakarta, 2004)
10
SDM memiliki
Sumber
yang
ilmu
daya
akan diangkat
manusia
(SDM)
derajatnya
yang
di sisi
bernilai
Allah
di
samping memiliki iman yang kuat juga adalah SDM
yang memiliki
ilmu. Allah berfirman:
” Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka
lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan
untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu,
maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orangorang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan..” (Qs 58 Al
Mujaadilah : 11)
11
Mengapa ?
Karena hanya mereka yang benar
beriman dan berilmu yang mudah diberi tahu dan
diajak untuk berbuat baik dan menaati perintah Allah.
Sebaliknya mereka yang kurang beriman atau tidak
beriman dan berilmu tanggung amat sulit untuk diatur,
karena
kurangnya pemahaman
bersihnya
hati
mereka.
disamping
kurang
Begitulah
Allah
menggambarkan sikap orang beriman dan berilmu
dalam majelis. Karena memiliki iman dan ilmu inilah
maka Allah menyuruh malaikat sujud kepada Adam
(QS 2 Al Baqarah : 34)
Lalu
ilmu
apa
yang
harus
dimiliki
agar
keimanan kita tetap terpelihara agar dapat hidup di
didunia dan akherat bahagia? Pertama:
ilmu untuk
dapat memahami Al Qur’an dan Hadits Rasul. Ilmu
ini diperlukan agar kita dapat bergaul dengan Sang
Khalik
dan sesama
dengan
pantas,
termasuk
didalamnya human skill dan conceptual skill. Kedua:
ilmu dunia terutama yang menyangkut profesi kita
(technical skill) agar dapat hidup dengan kompetitif
(QS. 8 Al anfaal
: 60).
Ketiga:
ilmu
manajemen
umum agar dapat mengelola minimal keluarga kita
(QS. At Tahrim : 6). Keempat: ilmu sejarah, khususnya
12
yang berhubungan dengan kejadian masa lalu, sebagai
bekal mendatang (QS. 59 Al Hasyr : 18).
Berikut ini akan dikisahkan bagaimana pebisnis
yang memiliki iman dan ilmu menerapkan ilmunya
dalam berbisnis.
Abu
adalah
Hanifah yang dikenal sebagai Imam Hanafi
seorang
sebelum
pedagang
tokonya
pakaian.
Setiap
pagi
dibuka beliau senantisa mensortir
barang dagangannya. Dipisahkannya pakaian yang
baik dengan pakaian
yang cacat
pakaian
itu
yang sudah buruk, pakaian
dan pakaian yang tidak cacat. Semua
dipisah-pisahkannya
tempatnya.
Selanjutnya pakaian yang cacat diberi harga discount
50%
dari
harga normal dan ditempatkan terpisah
dengan pakaian yang masih baik.
Suatu ketika beliau pergi untuk berdakwah. Maka
tokonya dititipkan pada pedagang toko di sebelahnya
atau pada pedagang yang berada disebelahnya dengan
memberikan pesan-pesan tertentu agar tidak ada
pembeli yang tertipu.
Ketika dia kembali dari dakwahnya rupanya barang
yang cacat dijual dengan harga yang normal. Akibatnya
Imam Abu Hanifah menjadi gundah. ”bukankah sudah
13
kukatakan barang yang dipisahkan itu cacat dan
dihargai 50% dari harga normal?” tanya Abu Hanifah.
”Benar kau telah menyatakannya tetapi aku lupa”,
jawab orang yang dititipinya.
Maka
Imam Abu Hanifah menanyakan alamat
orang yang membeli pakaian yang cacat itu untuk
dikembalikan
uangnya
yang
lebih.
Tapi
rupanya
pedagang yang dititipi tidak menanyakan alamat orang
yang membeli. Maka ditanyakanlah ciri-ciri orang yang
membeli pakaian yang cacat itu. Selanjutnya
Imam
Abu Hanifah mencari orang itu disekeliling kota, namun
orang yang dicarinya tidak ditemukannya. Maka uang
penjualan pakaian
yang cacat
itu diinfakkannya
semua. Sejak peristiwa itu Imam Abu Hanifah tidak lagi
mau menitipkan barang dagangannya kepada orang lain
karena khawatir kejadian yang sama akan terulang
kembali.
Nilai SDM tergantung pada akhlaknya
Nilai sumber daya manusia (SDM) umumnya dan
khususnya
dalam
berbisnis
adalah
lebih
pada
peningkatan mutu akhlaknya, dalam pengertian niat
dan perbuatannya harus dapat
tambah (value added)
memberikan nilai
bagi lingkungannya. Hal
ini
14
sejalan
dengan sabda Rasulullah berikut: “Kamu
tidak akan
dapat memperoleh simpati semua orang
dengan hartamu tetapi kamu akan dapat memperoleh
simpati dengan wajah yang menarik (simpati) dan
dengan akhlak yang baik.” (HR. Abu Ya'la dan AlBaihaqi)
Dalam
hadits
”Sesungguhnya
yang lain Rasul
Allah
tidak
saw
bersabda:
memandang (menilai)
rupa dan kekayaanmu, tetapi yang Allah pandang
(nilai) adalah hati (niat)
Bukhary
dan Muslim).
dan perbuatanmu.” (HR.
Hadits
Rasul saw
terakhir
tersebut sesuai dengan firman Allah berikut:
”Dan masing-masing orang memperoleh derajatderajat (seimbang) dengan apa yang dikerjakannya.
Dan Tuhanmu tidak lengah dari apa yang mereka
kerjakan. “(QS. 6 al An’aam : 132)
Dalam ayat yang lain Allah berfirman:
15
”Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan
kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan
dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersukusuku
supaya
kamu
saling
kenal
mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu
di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di
antaramu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”(HR. 49 al Hujuraat : 13)
Tuntutan agar kita bersikap yang terbaik
Allah dan
sesama
ciptaan
adalah
sangat
kepada
logis,
apalagi Allah SWT telah memuliakan kita sebagai
anak Adam lebih dari
sesungguhnya
makhluk lainnya. Karena
bersikap yang
baik
adalah
bekal
(investasi) untuk kebaikan diri kita sendiri yang akan
diganjari
oleh Allah
dengan ganjaran
yang tiada
pernah terputus. Sebaliknya sikap buruk akan dapat
merugikan diri kita sendiri. Allah berfirman:
16
”Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anakanak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan
Kami
lebihkan
mereka
dengan
kelebihan
yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami
ciptakan.” (QS. 17 Al Israa : 70)
”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. 5- Kemudian Kami
kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya
(neraka), 6- kecuali orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh; maka bagi mereka pahala
yang tiada putus-putusnya. ” (QS. At Tiin : 4-6)
17
”Barang siapa yang kafir maka dia sendirilah yang
menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barang
siapa yang beramal saleh maka untuk diri mereka
sendirilah
mereka
menyiapkan
(tempat
yang
menyenangkan), 45- agar Allah memberi pahala
kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh
dari karunia-Nya. Sesungguhnya Dia tidak menyukai
orang-orang yang ingkar. ”(QS. 30 Ar Rum : 44-45)
Kisah berikut menggambarkan bagaimana Islam
mensyaratkan
SDM
yang
kuat
itu. Dikisahkan
sekumpulan pemuda muslim tengah berkumpul untuk
bertanding mengadu kekuatan. Mereka berkumpul
untuk menggerakkan sebuah batu yang besar. Bagi
mereka
yang
dapat
menggerakkan
sebuah
batu
yang besar maka dia dianggap sebagai jagoan.
18
Kebetulan saat
itu
Nabi
saw
lewat. Beliau
bertanya: ”Hai Apakah yang tengah kalian lakukan?”
”Kami sedang mengadu kekuatan diantara kami.
Kami ingin melihat siapa diantara kami orang yang
paling kuat itu,” jawab mereka.
”Inginkah
kalian tahu siapa orang yang paling
kuat dan energitik itu?” tanya Nabi.
”Tentu ya Rasulullah, bukankah tidak ada wasit
lain
yang lebih baik daripada Anda yang dapat
memberikan gelar kebanggaan
kepada kami itu?”
Sahut mereka.
Mereka berfikir bahwa sebentar lagi Nabi akan
mengumumkan
siapa yang akan menjadi juara dan
tangannya akan diangkat oleh Nabi saw.
Tetapi
jawabannya
sungguh
diluar
dugaan
mereka karena Rasul saw bersabda: ”Seorang yang
paling kuat (juara) adalah orang yang jika dia suka
atau
tertarik kepada
sesuatu, maka rasa sukanya
tidak akan melalaikannya dari ikatan yang hak dan
kemanusiaan, serta
tidak akan
kedalam kejahatan.
Jika dia marah dan dikuasai
oleh emosinya, maka dia
dengan
tidak
dapat
menjerumuskannya
mengontrol dirinya,
mengatakan sesuatu
kecuali
yang
benar dan tidak akan keluar dari mulutnya kata-kata
19
dusta dan keji.
Dan jika dia berkuasa
dan tidak
satupun yang dapat mengekangnya, maka tangannya
tidak akan mengambil sesuatu yang melebihi haknya.”
(Mutahhari
M.,
Kisah
Sejuta Hikmah: Orang-orang
Bijak buku kedua, cet II, Pustaka Hidayah, Jakarta,
1991).
SDM yang kuat menurut Islam
Kisah pemuda muslim yang tengah berkumpul
untuk
bertanding
mengadu
kekuatan
di atas
menggambarkan persyaratan SDM yang kuat dalam
Islam. SDM yang kuat itu adalah:
apabila
a) SDM
yang
suka atau tertarik kepada sesuatu, maka
rasa sukanya tidak akan melalaikannya dari ikatan
yang hak dan kemanusiaan, serta rasa sukanya tidak
akan
SDM
menjerumuskannya
yang apabila
emosinya,
maka dia
kedalam kejahatan; b)
dia marah dan dikuasai oleh
masih
dapat
mengontrol
dirinya, sehingga tidak mengatakan sesuatu kecuali
yang benar dan dari
mulutnya tidak akan
keluar
kata-kata dusta dan keji; c) SDM yang kuat itu
adalah SDM yang apabila
dia berkuasa dan tidak
satupun yang dapat mengekangnya, maka tangannya
20
tidak akan mengambil sesuatu melebihi haknya (yang
bukan haknya).
Kemampuan mengendalikan rasa suka
Rasa suka atau ketertarikan kepada sesuatu,
sering
membuat
kita
lalai
dari ikatan yang hak
(kebenaran) dan kehalalan
bahkan
kedalam kejahatan. Sejarah
orang
yang jatuh cuma
ketertarikan
kepada
terjerumus
membuktikan
banyak
karena kesukaan atau
sesuatu hal. Sebagai contoh,
akibat menyukai harta dan tahta, maka harta dan
tahta dijadikan tuhan, dia
untuk
meraihnya,
halalkan
memfitnah,
segala cara
membunuh
karakter
lawan, dan perbuatan tercela lainnya.
Akibat suka
atau
dia lakukan
tertarik
hubungan
kepada
bebas,
lawan
jenis,
kumpul kebo
dan
perzinahan. Akibat
menyukai
korupsi, manipulasi
atau perbuatan salah lainnya.
Akibat menyukai
makan minum
berbagai
makan-minum
berlebihan
macam komplikasi
contoh lainnya.
harta
melakukan
dia
lakukan
mengakibatkan
sehingga
menderita
penyakit dan berbagai
Padahal Allah berfirman:
21
”Dan hamba yang dicintai
Allah adalah orang-
orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta
Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah
(membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar,
dan
tidak
berzina,
barangsiapa
yang
melakukan
demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa
(nya)” (QS. Al Furqan : 68)
Tentang
jabatan
Rasul
saw
”Sesungguhnya kalian berambisi
jabatan,
sayangnya
bersabda:
memegang suatu
jabatan itu
pada hari
kiamat
hanya akan menjadi penyesalan.” (HR. Bukhary)
”Sesungguhnya jabatan (tahta)
sesungguhnya jabatan (tahta)
itu amanah dan
itu pada hari kiamat
akan mendatangkan penyesalan dan kehinaan, kecuali
bila yang
memegang jabatan itu
menunaikan hak
kewajibannya dan memenuhi tanggungjawabnya.”(HR.
Muslim)
22
Tentang
makan
dan
minum
Rasul saw
bersabda: ”Akan datang sesudahku suatu kaum yang
makan dengan bermacam-macam makanan, minum
dengan
beraneka macam
pakaian
dengan
mereka
berbicara
minuman, mengenakan
bermacam-macam
panjang
difikirkan lebih dahulu.
pakaian, dan
bertele-tele
tanpa
Mereka itu adalah sejelek-
jelek ummatku.” (HR. Bukhary)
Rasul saw juga bersabda: ”Yang
paling aku
takuti adalah keinginan jahat soal perut (makan)
dan
kemaluanmu,
dan
nafsu
yang
menghancurkannya.” (HR. Ahmad)
Kisah
seorang
rasa
berikut
beriman
menggambarkan
yang
berusaha
bagaimana
mengendalikan
sukanya dari perolehan keuntungan yang tidak
wajar besarnya. Namun dia berhasil mengendalikan
dirinya untuk
tidak tergoda
menggiurkan tersebut
dari hasil bisnis
yang
tetapi diperoleh dengan cara
yang tidak terpuji.
Imam
Ja’far, menyuruh
pembantunya
yang
bernama Mushadif untuk berangkat berdagang ke
Mesir dengan modal 1000 dinar. Setelah uang 1000
dinar itu dibelikan barang-barang kebutuhan seharihari, Mushadif berangkat
ke Mesir
bersama-sama
23
dengan pedagang lainnya. Setibanya di perbatasan
mereka mendapat
informasi bahwa barang yang
mereka bawa sedang amat dicari, dan mendapat
pasaran yang baik. Sehingga akan dibeli berapapun
harganya.
Maka
mereka
bersepakat
untuk
mengambil keuntungan paling tidak 100%. Berdasar
kesepakatan itu setiba di Mesir mereka membuat
pasar gelap dan menjual
harga
dua
kali lipat
barang mereka dengan
dari
harga
biasanya
dan
ternyata barangnya habis ludes.
Dengan
dengan
gembira
membawa
Mushadif
keuntungan
menghadap Imam Ja’far
untuk
kembali ke Madinah
1000
dinar.
Dia
menyerahkan dua
kantong berisi uang 1000 dinar. Tetapi Imam Ja’far
menanyakan asal muasal dua kantung berisi masingmasing 1000 dinar itu. ”Yang satu adalah modal yang
Imam
berikan dan satu kantung lainnya
adalah
keuntungannya”, jawab Mushadif.
”Banyak benar”, kata Imam, ”coba kau jelaskan
bagaimana cara kau dapat memperoleh keuntungan
sebanyak
ini?”
Maka
Mushadif
menceritakan
pengalamannya, yang sama-sama bersumpah dengan
pedagang lainnya untuk tidak menjual barang-barang
itu kecuali dengan keuntungan dua kali lipat.
24
Mendengar
yang demikian
”Subhanallah, kalian
”Kalian
Imam Ja’far
sanggup
berkata:
berbuat demikian?”
bersumpah untuk membuat pasar gelap dan
menjual
barang dengan harga dua kali lipat di
tengah-tangah kaum muslimin?” ”Masya Allah, tidak
Mushadif, aku
keuntungan
tidak menginginkan
perniagaan
dan
seperti ini.” Selanjutnya Imam Ja’far
mengambil salah satu dari dua kantung yang ada.
Lalu dia berkata: ”Aku tidak ada urusan dengan yang
satu ini.” Selanjutnya beliau berkata: ”Hai Mushadif,
sesungguhnya
berperang
adalah
lebih mudah
daripada mencari yang halal.” (Muthahhari M., Kisah
Sejuta Hikmah: Orang-orang Bijak, Pustaka Hidayah,
Jakarta, 1989)
Mengendalikan diri ketika marah
Ciri orang
apabila
kuat
kedua
adalah: orang yang
dia marah dan dikuasai oleh emosinya,
dia masih dapat
mengendalikan dirinya. Sehingga
tidak mengatakan sesuatu kecuali
benar, bukan
kata-kata
dusta
perkataan yang
dan keji.
Allah
berfirman:
25
”Orang yang bertakwa adalah orang-orang yang
yang
menahan
amarahnya
(kesalahan) orang. Dan
serta
mema`afkan
Allah menyukai orang-orang
yang berbuat kebajikan.” (QS. 3 ’Ali Imran : 134)
Rasul
adalah
saw juga bersabda: ”Orang
orang
yang
mampu
yang
kuat
menahan hawa
nafsunya ketika marah.” (HR. Bukhary Muslim)
Dalam hadits yang lain Rasul saw juga bersabda:
”Seorang
mu’min
mencela
(menista),
bukanlah
seorang
mengutuk, dan
yang
suka
mengucapkan
kata-kata keji dan kata-kata kotor.” (HR. Turmudzi)
Kemampuan mengendalikan diri ketika berkuasa
Ciri orang kuat ketiga adalah
berkuasa
dan
mengekangnya,
tidak
maka
satupun
tangannya
apabila
yang
tidak
dia
dapat
akan
mengambil sesuatu melebihi haknya (yang bukan
2 karena sadar
haknya). Hal yang demikian dilakukan
26
3
bahwa perbuatan yang demikian dilarang. Bila hal
yang demikian
berkhianat
dilakukan
maka
berarti dia
telah
kepada Allah, Rasul dan orang yang
beriman. Nabi s.a.w telah bersabda: ”Bendahari yang
amanah dan melaksanakan (menunaikan) apa yang
diperintahkan dengan sempurna serta melakukannya
dalam keadaan senang hati, menyerahkan (sesuatu)
yang
diperintahkan
supaya
diberikan.
Maka
dia
termasuk sebagai seorang yang bersedekah.” (HR.
Bukhary dan Muslim)
Dalam
hadits
yang
memperingatkan mereka
Rasul
s.a.w
yang diserahi amanah dan
telah mendapatkan upah
dipakai untuk mencari
lain
yang semestinya
tetapi
keuntungan pribadinya, maka
mereka dianggap telah melakukan perbuatan korupsi.
Beliau
bersabda: “Barangsiapa yang kami angkat
menjadi
pegawai
(karyawan)
untuk
mengerjakan
sesuatu (tugas), kemudian kami beri dia upah yang
semestinya
(pantas),
tetapi
dia
mengambil
lebih
(banyak) dari upah yang semestinya berarti dia telah
(melakukan) korupsi (ghulul)” (HR. Abu Dawud).
Rasul saw juga bersabda:
“Barangsiapa
yang
kami serahi tugas, kemudian menyembunyikan sekecil
jarum atau lebih, maka itu akan menjadi ghulul (korupsi)
27
yang harus dipikul pada hari kiamat kelak.” (HR.
Muslim).
Allah berfirman:
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
mengkhianati Allah dan Rasul-Nya
kamu
mengkhianati
dan jangan pula
amanah-amanah
yang
dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui.
Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu itu
hanyalah cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah-lah
pahala yang besar.”(QS. 8 Al Anfal : 27 - 28).
Pribadi yang baik itu
yakni
ibarat kalimat yang baik,
seperti pohon yang baik
gambarkan
yang
(menjulang) ke langit
seperti
Allah
berakar teguh, cabangnya
yang dapat
memberikan
buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya
seperti sudah dijelaskan sebelumnya. Rasul saw
bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik
orang mukmin
yang lemah.
Karena
daripada
itu pegang
28
teguhlah
setiap kebajikan
manfaat.
Dan
yang akan memberi
mohonlah pertolongan
Allah, dan
janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Dimana
bila kamu mendapat bencana, janganlah mengatakan:
“Andaikata
saya
berbuat
begini, pasti begini
dan
begini, tetapi katakanlah: “Telah ditakdirkan Allah apa
yang dikehendakki-Nya”. Karena ucapan: “Andaikata
sekiranya”, itu akan membuka amalan syaitan.” (HR.
Muslim)
Ketika
kami
sedang
memperbaiki
(merenovasi)
rumah kami Rasulullah saw lewat dan bertanya:”
Hai
apa
yang
sedang
kalian
lakukan?”
”Ya
Rasulullah kami sedang merperbaiki rumah kami
yang hampir rubuh.” jawab kami. Rasul menjawab:
”Saya
rasa
kematian akan lebih cepat
daripada
rubuhnya rumah kalian, (oleh karena lebih sibuklah
29
kalian
memperbaiki
akhlak
kalian
jangan cuma
disibuki dengan memperbaiki rumah saja) (alhadits).
Nabi
Muhammad saw bersabda dalam salah satu
hadits yang
diriwayatkan oleh
Imam Muslim sebagai
Imam Bukhary dan
berikut: “Suatu ketika ada
seorang lelaki membeli sebidang tanah dari seorang
lelaki lainnya. Beberapa hari kemudian si pembeli
menemukan tempayan
yang berisi
emas didalam
tanah yang dibelinya. Maka datanglah
kepada si pemilik
si pembeli
tanah yang dibelinya, katanya:
”Ambillah emas milikmu ini, karena sesungguhnya
aku hanya membeli
hendak membeli
malah berkilah
aku
tanahmu saja
kedua
yang
tanah
dengan menyatakan: “Sesungguhnya
terkandung
tanah
sama-sama tidak mau mengambil
mereka
milikkku dan
di dalamnya.” Ternyata
orang lelaki itu, si pembeli
hingga akhirnya
aku tidak
emas milkmu.” Si pemilik
telah menjual kepadamu
semua
dan
dan
si penjual
tempayan emas itu
meminta
orang ketiga
untuk memutuskan perselisihan diantara
mereka.
Orang ketiga yang menghakimi kedua orang yang baik
ini bertanya: “Apakah kalian berdua mempunyai anak?”
30
Salah seorang menjawab: “Aku mempunyai
budak
pria.”
Sedang
seorang
yang seorang
lainnya
menjawab: ““Aku mempunyai seorang budak wanita.”
Orang
ketiga berkata: “Kawinkanlah budak pria dan
budak wanita
milik kalian, kemudian nafkahilah
mereka berdua
dengan emas ini.” (Muhammad A.
Aljundi, 101 Kisah Teladan,
Mitra Pustaka, cetakan
IX, Yokyakarta, 2004)
SDM bernilai tinggi dan bernilai rendah
SDM yang bernilai adalah SDM yang beriman,
berilmu dimana iman dan ilmunya dipraktekannya
dalam
kehidupannya
sehari-hari,
pengalamannya itu diajarkan
kemudian
kepada orang
lain.
Sehingga semakin banyak orang yang mencontoh
perbuatan baiknya. Oleh karenanya orang seperti ini
patut dijadikan contoh dan
diirii.
Sebagaimana
Rasul bersabda: ”Tidak boleh iri kecuali kepada dua
orang.
Pertama: Seorang
yang
Allah
beri
ilmu,
diamalkannya kemudian diajarkannya kepada orang
lain. Kedua: Seorang yang Allah beri harta, yang
dengan harta itu
ditegakkannya agama Allah. (HR.
Bukhary dan Muslim)
31
Namun SDM yang bernilai tinggi adalah SDM
yang
dilandasi
’Abdullah
dengan
bin Amir
hati
yang bersih.
Rasulullah
saw
Dari
ditanya:”Ya
Rasulullah siapakah orang yang paling utama?” Rasul
saw menjawab: ”Setiap orang yang hatinya bersih dari
iri hati dan dendam dan juga benar bicaranya.” Beliau
ditanya lagi: ”Berbicara yang benar kami tahu, tetapi
apa arti
hati yang bersih dari iri hati dan dendam?”
Rasul saw menjawab: ”Hati yang bersih dari iri hati
dan dendam adalah hati yang tidak ada dosa, hati
yang tidak ada niat jahat, hati yang tidak ada niat
menipu dan hati yang tidak ada perasaan iri hati.”
(HR. Ibnu Majah)
Kebalikan dari SDM yang bernilai tinggi adalah
SDM yang bernilai paling rendah yakni SDM yang
jahat:
yang suka
memukuli
hidup
pembantunya
serta
dan
kikir
dengan
SDM
orang benci
kepadanya; SDM yang tidak mau
kesalahan dan
membenci
suka
pembantunya;
mengakui
yang
menyendiri
orang
tidak mau
dan
menerima
permintaan maaf bahkan tidak (mau) memaafkan;
SDM yang tidak dapat diharapkan kebaikannya dan
(orang
lain)
tidak
aman
dari
kejelekannya.
Sebagaimana sabda Rasul saw : ” Inginkah engkau
32
kuberitahukan orang yang paling jahat diantaramu ?”
Sahabat: ” Ingin
ya Rasulullah.” Rasul bersabda:
”Sejelek-jelek kamu
adalah
orang
yang hidup
sendirian, dia pukuli hambanya, tetapi dia
tidak mau
memberikan apa-apa kepadanya.” Selanjutnya beliau
bertanya lagi kepada sahabatnya: ’ Inginkah engkau
kuberitahukan
orang yang lebih jelek dari itu
Sahabat: ” Ingin
?”
ya Rasulullah.” Rasul bersabda:
”Itulah orang yang membenci orang lain dan mereka
membencinya.” .Selanjutnya
beliau
bertanya
lagi
kepada sahabatnya: ’ Inginkah engkau kuberitahukan
orang yang lebih jelek dari pada itu ?” Sahabat: ” Ingin
ya Rasulullah.” Rasul bersabda: ”Itulah orang yang
tidak mau
mengakui
menerima
permintaan
memaafkan.”
kesalahan dan
maaf
bahkan
tidak mau
tidak (mau)
Selanjutnya beliau bertanya lagi: ’
Inginkah engkau kuberitahukan orang yang lebih jelek
dari itu
?” Sahabat: ” Ingin
ya Rasulullah.” Rasul
bersabda: ”Itulah orang yang tidak dapat diharapkan
kebaikannya
dan
(orang lain)
tidak aman
dari
kejelekannya.” (HR. Thabrani)
Sebagai penutup
marilah kita renungkan sabda
Rasul berikut: “Mukmin yang kuat lebih baik daripada
33
orang mukmin
teguhlah
manfaat.
yang lemah.
setiap kebajikan
Dan
Karena
itu pegang
yang akan memberi
mohonlah pertolongan
Allah, dan
janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Dimana
bila kamu mendapat bencana, janganlah mengatakan:
“Andaikata
saya
berbuat
begini, pasti begini
dan
begini, tetapi katakanlah: “Telah ditakdirkan Allah apa
yang dikehendakki-Nya”. Karena ucapan: “Andaikata
sekiranya”, itu akan membuka amalan syaitan.” (HR.
Muslim)
Nilai SDM
Kebahagian
hidup dengan
menjadi
hamba
bermanfaat
34
Kebahagian
baik
untuk
atau kenikmatan hidup
diri sendiri
perusahaan didapat
daya manusia (SDM)
berusaha
yang
yang
selalu
atau untuk keberhasilan
dengan
yang
menjadi
perbuatan
memiliki sumber
bersyukur
sehingga
pribadi atau perusahaan
memberi manfaat. Pribadi
bermanfaat
di dunia
akan
atau pekerjaan
atau
perusahaan
berusaha
melakukan
dengan
baik. Kalau
2 pekerjaan yang
mereka beriman maka perbuatan atau
baik itu akan didasarkan iman kepada Allah (ikhlas).
Tentu
saja
pribadi
atau
perusahaan
yang
bermanfaat akan dapat menuai hasilnya kelak. Rasul
saw bersabda:
“Menghemat dalam nafkah separo pendapatan
(belanja), dan mengasihi serta menyayangi orang lain
adalah separo akal, sedangkan bertanya dengan baik
adalah separo ilmu.” (HR. Ath-Thabrani)
“Seorang yang baik keislamannya ialah yang
meninggalkan apa-apa yang tidak berkepentingan
dengannya.” (HR. Tirmidzi)
“Barangsiapa rendah hati kepada saudaranya
semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan
barangsiapa mengangkat diri terhadapnya maka Allah
akan merendahkannya.” (HR. Ath-Thabrani)
35
“Barangsiapa melakukan pemborosan (royal dan
tabdzir) maka Allah akan mencegahnya dari perolehan
(rezekiNya).” (HR. Asysyihaab)
“Orang
yang membawa
(mengangkut)
barang dagangannya maka dia (akan)
kesombongan.”
sendiri
terbebas dari
(HR.
Al-Baihaqi)
Tidak boleh menjual buah-buahan sampai terbukti
benar kebaikannya. (HR. Ath-Thahawi)
“Rasulullah
Saw
melarang
penjualan
karena
terpaksa (dipaksa menjual karena terdesak kebutuhan)
dan
melarang
penjualan
dengan
pemalsuan
(penipuan).” (HR. Mashabih Assunnah)
“Orang kaya yang menunda-nunda (mengulurulurkan
waktu)
pembayaran
utangnya
adalah
kezaliman.” (HR. Bukhari)
“Sebaik-baik kamu ialah yang paling baik dalam
membayar utangnya.” (HR. Bukhari)
“Waspadalah dan hindarilah do'a orang yang dalam
kesulitan untuk membayar kembali utangnya.” (HR. AdDailami)
Sebaliknya
SDMnya ingkar
melakukan
pribadi
atau
(kufur) nikmat
perbuatan
perusahaan
yang
maka mereka akan
atau pekerjaan
asal jadi
36
atau sekedarnya saja. Perbuatan atau pekerjaan
asal jadi
adalah
bentuk
pengingkaran
terhadap
aturan Allah, Sang Maha Pemberi setiap apa yang
diminta hamba-Nya,
yang dapat
merugikan kita
semua. Allah berfirman:
”Barangsiapa yang kafir maka dia sendirilah yang
menanggung (akibat) kekafirannya itu; dan barangsiapa
yang beramal saleh maka untuk diri mereka sendirilah
mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan),
agar Allah memberi pahala kepada orang-orang yang
beriman dan beramal saleh dari karunia-Nya.
Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang
ingkar.”(QS. 30 Ar Rum : 44-45)
37
”Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan
menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia
mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buahbuahan menjadi rezki untukmu, dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu
berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.. Dan Dia
telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan
yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah
menundukkan bagimu malam dan siang. Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala apa
yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu
menghitung ni`mat Allah, tidaklah dapat kamu
menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat
zalim dan sangat mengingkari (ni`mat Allah).”(QS. 14
Ibrahim : 32-34)
38