EKO EFISIENSI TANAMAN JAGUNG. doc

LAPORAN PRAKTIKUM
MATA KULIAH SISTEM PERTANIAN TROPIKA
MENGUKUR EKOEFISIENSI DALAM PERTANIAN TROPIKA
(Pemanfaatan Nilai Tambah pada Produksi tanaman Jagung)

OLEH
Kelas : Agroteknologi A Kelompok : 2
1. ELIS SUSANTI
131510501021
2. YOKO SIMBOLON
131510501090
3. IWAN KURNIAWAN131510501024
4. LUPPY RITMA SINTHYA 131510501072

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
21 APRIL 2014
BAB.I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian eko-efisiensi
Eko efisiensi merupakan strategi yang menggabung-kan konsep efisiensi ekonomi
berdasarkan prinsip efisiensi penggunaan sumber daya alam. Eko efisi-ensi menurut Kamus
Lingkungan Hidup dan Ke-menterian Lingkungan Hidup Republik Indonesia didefinisikan
sebagai suatu konsep efisiensi yang memasukkan aspek sumber daya alam dan energi atau
suatu proses produksi yang meminimumkan penggunaan bahan baku, air, energi serta
dampak lingkungan per unit produk. Eko-efisiensi dapat di-artikan sebagai suatu strategi
yang menghasilkan suatu produk dengan kinerja yang lebih baik, dengan menggunakan
sedikit energi dan sumber daya alam. Dalam bisnis, eko efisiensi dapat dikata-kan sebagai
strategi bisnis yang mempunyai nilai lebih karena sedikit menggunakan sumber daya alam
serta mengurangi jumlah limbah dan pen-cemaran lingkungan.
Eko-efisiensi dilakukan untuk memaksimalkan efisiensi sumberdaya medapatkan
keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya melalui penaggunan seumberdaya yang sedikit)
dan meminimalkan dampak negatif dari sumberdaya yang akan digunakan (atau
meminimalkan jumlah polusi dan limbah dari kegiatan ekonomi). Oleh sebab itu untuk
menggunakan dan manambah nilai ekonomi hari hasil pertanian, baik input maupun output
agar dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Konsep eko-efisiensi menganggap polusi dan limbah sebagai beban biaya bagi usaha.
Hal ini dikarenakan polusi limba dan limbah yang dibuang masih memiliki nilai ekonomi.
Oleh karena itu, produksi dan mengurangi jumlah limbah dan polusi yang dihasilkan. Seperti

pada pemanfaatan limbah jadi penggilingan hasil panen jagung dapat digunakan sebagai
pakan ternak yang bernilai jual. Oleh sebab itu konsep eko-efisiensi diterapkan dan
mewujudkan pembangunan pertanian yang berkelanjutan.
1.2 Pengertian pangan produksi jagung
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, oleh sebab itu pemenuhan
atas pangan menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumberdaya
manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Permasalahan pangan
dan gizi mengalami perkembagnan yang sangat cepat dan kompleks. Perkembangan
lingkungan global seperti adanya global climate change dan meningkatkan harga minyak
dunia telah mendorong kompetisi penggunaan hasil pertanian untuk pangan (food), bahan
energi (fuel) dan pakan ternak (feed) ( Atmaka dan Bambang diakses April 2014).
Jagung (Zea mays, L.) merupakan tanaman asli benua Amerika. Di Indonesia, tanaman
jagung kali pertama datang pada abad 17, dibawa oleh bangsa Portugis. Jagung menjadi
tanaman pangan kedua setelah padi yang ditanamai hampir seluruh petani yang ada di

Nusantara. Selain untuk pemanfaatan untuk konsumsi seperti sayuran, buah jagung dapat
juga digunakan sebagai olahan makanan, dan hasil dari pipilan keringnya dimanfaatkan
sebagai pakan ternak (Yulhasmir 2009). Pemanfaatan dari tanaman jagung dapat
menguntungkan berbagai hasil yang dapat ditinjau dari nilai ekonomis, nilai ekologi dan nilai
sosialnya.

Produksi jagung di Indonesia selama 5 tahun terakhir terus meningkat, pada tahun 2006
mencapai sekitar 12 juta ton dan pada tahun 2010 ini diperkirakan meningkat menjadi 12,6
juta ton. Jagung digunakan untuk bahan baku industri pakan ternak. Untuk kebutuhan jagung
pada industri pakan ternak mencapai 5 juta ton/tahun dengan laju kenaikan sekitar 10-15%.
Oleh sebab itu kualitas dan mutu jagung harus ditingkatkan agar kualitas untuk pakan
memiliki nilai ekonomi yang tinggi.
Pati merupakan salah satu produk yang dihasilkan dari jagung. Pengolahan jagung
menjadi pati mempunyai prospek untuk meningkatkan nilai tambah jagung. Kebutuhan pati
nasional yang berkisar antara 1,5-2,0 juta ton yang ternyata belum mampu memenuhi dari
produksi dalam negeri sehingga Indonesia masih melalukan impor pati, baik dalam bentuk
alami maupun modifikasi. Kandungan pati yang ada pada jaung sekitar ±70% .

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui eko-efisiensi pertanian.
2. Untuk mengetahui pemanfaatan sekam jagung dari proses penggilingan
3. Untuk mengetahui hasil perhitungan biaya produksi dan keuntungan dengan
menggunakan B/C ratio
4. Untuk mengetahui kandungan kimia yang ada pada pati jagung
5. Untuk mengetahui pengaruh sosial dari konsep ekoefiensi


BAB 2. KAJIAN PUSTAKA

Ekoefisiensi menurut ( Clair, Paul 2013) berbagai konsep dan pendekatan perlu
datang bersama-sama jika kita ingin berhasil dalam memecahkan ini masalah. Kedua
pertanian intensif tinggi masukan dan pertanian rendah input perlu berkembang berdasarkan
prinsip agroekologi. Dalam arti luas, pertanian tinggi-masukan harus bertujuan menjadi lebih

eko-efisien, dan rendah input pertanian perlu meningkatkan produktivitas sementara tetap
mempertahankan efisiensi tinggi penggunaan input.
Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan
sumber daya yang mengubah suatu komoditi menjadi komoditi lainnya yang sama sekali
berbeda, baik dalam pengertian apa, dan dimana atau kapan komoditi-komoditi itu
dilokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap
komoditi itu. Istilah produksi berlaku untuk barang maupun jasa, karena istilah “komoditi”
memang mengacu pada barang dan jasa. Keduanya sama-sama dihasilkan dengan
mengarahkan modal atau tenaga kerja. pada konsep arus (flow concept) artinya adalah
produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagi tingkat-tingkat output perunit periode atau
waktu. Sedangkan otuputnya sendiri senantiasa diasumsikan konstan kualitasnya (Warsana
2007).
Menurut Syafruddin (2010) upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

produktivitas pada pendapatan petani jagung adalah meningkatkan nilai tambah hasil dari
usahatani dengan mengolah hasil panen menjadi bahan baku setengah jadi atau bahan jadi
seperti pembuatan beras dan tepung serta pembuatan pakan ternak dari jagung maupun
brangkasan.
Konsep efisiensi ekonomi merujuk kepada konsep efisiensi pareto, yaitu suatu
keadaan, dimana tidak ada alternatif alokasi sumberdaya yang dapat membuat satu orang
menjadi lebih baik tanpa merugikan orang lain. Dari sisi konsumen, efisiensi tercapai bila
konsumen memaksimumkan tingkat kepuasan atau utility. Sedangkan dari segi produsen,
dikatan efisien bila produsen memaksimumkan keuntungan. Effisiensi ekonomi dan
sustainability adalah dua konsep yang berbeda dan kadang terjadi perbedaan pendapat yang
mengarah pada konflik ( Suyanto.S 2002). Pada penelitian Warsana (2007). Efisiensi
ekonomi digunakan untuk menjelaskan situasi sumber-sumber dialokasikan secara optimal.
Sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya merupakan bagian terpenting dari
sumberdaya alam yang terdiri dari alam hewani, alam nabati, ataupun berupa batu-batuan dan
keindahan alam dan lain sebagainya, yang masing-masing mempunyai fungsi dan manfaat
sebagai unsur pembentuk lingkungan hidup. Karena sifatnya yang tidak dapat diganti-ganti
dan peranannya begitu besar bagi kehidupan manusia, maka upaya konservasi sumberdaya
alam hayati dan ekosistemnya sudah menjadi kewajiban mutlak dari setiap generasi di
manapun berada dan pada zaman kapanpun ( Suhartini 2009).


Menurut Suarni (2013) Pati tersusun paling sedikit oleh tiga komponen utama, yaitu
amilosa, amilopektin, dan bahan antara seperti lipid dan protein. Komponen tersebut
berpengaruh terhadap sifat fungsional dan amilografi tepung jagung. Komposisi amilosa dan
amilopektin didalam biji jagung terkendali secara genetik. Secara umum tipe endosperma gigi
kuda maupun mutiara mengandung amilosa 25-30% dan amilopektin 70-75% dari total pati.
Produksi jagung dunia menempati urutan ketiga setelah padi dan gandum. Distribusi
penanaman jagung terus meluas diberbagai negara dunia karena tanaman ini mempunyai
daya adaptasi yang luas didaerah subtropik dan tropik. Indonesia merupakan negara penghasil
jagung terbesar dikawasan Asia Tenggara, maka tidak ada berlebihan bila Indonesia
mengancang swasembada jagung ( Rukmana 1998).
Pemanfaatan efisiensi dari segi ekologi adalah sebagai pakan, jagung dimanfaatkan
sebagai sumber energi dengan istilah energi metabolis. Walaupun jagung mengandung protein
sebesar 8,5%, tetapi pertimbangan penggunaan jagung sebagai pakan adalah untuk energi.
Apabila energi yang terdapat pada jagung masih kurang, misalnya untuk pakan ayam broiler,
biasanya ditambahkan minyak agar energi ransum sesuai dengan kebutuhan ternak.
Kontribusi energi jagung adalah dari patinya yang mudah dicerna. Jagung juga mengandung
3,5% lemak, terutama terdapat di bagian lembaga biji. Kadar asam lemak linoleat dalam
lemak jagung sangat tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan ayam, terutama ayam
petelur Jagung mempunyai kandungan Ca dan P yang relatif rendah dan sebagian besar P
terikat dalam bentuk fitat yang tidak tersedia seluruhnya untuk ternak berperut tunggal.

Jagung mengandung lisin dan metionin yang relatif rendah dibanding gandum atau dedak
padi ( Budi, Elizabeth 2006)
Sekam merupakan hasil samping penggilingan padi tertinggi (15-20%), bersifat bulky
sehingga memerlukan ruang yang luas. Pemanfaatan sekam sampai saat ini antara lain
sebagai media tanam untuk jamur dan tanaman hias, sebagai ba-han bakar, abu gosok, dan
campur-an bahan pembuat genting. APESSI merupakan salah satu contoh pengering
multiguna ( Widowati 2001).
Menurut penelitian Musniah dan Syamdudin (2013) melakukan penganekaragaman
konsumsi pangan merupakan upaya untuk mewujudkan pola konsumsi pangan yang
beragam,bergizi seimbang dan aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup guna
memenuhi kebutuhan gizi untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif. Diversifikasi
produk jagung melalui pengolahan jagung menjadi berbagai macam produk olahan, akan

dapat meningkatkan nilai ekonomi dan nilai guna jagung sebagai bahan pangan non beras
disamping dapat menigkatkan pendapatan keluarga.

BAB 3. METODE PENGAMBILAN DATA

3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode pengambilan data wawancara dan merekam

video langsung oleh petani yang berada didaerah tersebut, penelitian dilaksanakan pada
tanggal 1 april 2014, bertempat di Desa Sumber Uring Kecamatan Sumber Sari Kabupaten
Jember. Dari hasil wawancara dengan pemilik tempat penggilingan dan lahan pertanian

jagung di Desa Sumberuring Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Pemilik yang
bernama Bapak Wisno berumur 36 tahun, penggilingan biasanya menerima hasil panen
langsung dari petani jagung untuk digiling. Penggilingan menggunakan alat mekanis yaitu
mesin Fumoki domping FC 40.
Hasil dari proses penggilingan ada tiga, yaitu jagung, empok(dedak) jagung, dan
tumpi (Pati) . Dari hasil penggilingan tersebut petani mendapatkan tumpi yang kemudian
digunakan sebagai pakan ternak dan dipasarkan. Jika pemilik jagung menggiling jagung
sekitar 10 kg pemilik jagung hanya membayar Rp. 3000, sehingga banyak yang ingin
menggilingkan hasil panen di tempat Bapak Husno. Tumpi hasil sisa dari penggilingan
kemudian dijual kembali untuk masyrakat untuk digunakan sebagai pakan ternak,baik ayam
maupun bebek. Dari penjualan tersebut Bapak Wisno menjual tumpi sekitar Rp 2000/kg.
Masyrakat banyak menggunakan sekam dari Bapak wisnu untuk dijadikan pakan ternak.
3.2 Data
Tabel 1. Sifat kimia dan reologi pati yang terkandung pada jagung

Su

mber : Syafruddin 2010

Tabel 2. Komposisi Kimia Jagung ( % Bobot kering)
No
.
1
2
3
4
5

Komponen

Lapisan Luar

Lembaga

Endosperm

Protein

Minyak
Karbohidrat
Serat Kasar
Mineral

6,2
1,5
75,1
17,0
1,2

21,0
32,0
34,0
2,9
10,1

11,0
1,5
86,5

0,0
0,5

Sumber : Rukmana 1998

Gambar 1. Skema pem buatan tepung jagung dari pati jagung
Tepung Jagung

Lontong Jagung

Perkedel Jagung
Pati Jagung
Wingko Jagung

Emping Jagung

Semarak Jagung

Jagung Berlian

Keripik Jagung
Sumber : Rukmana 1998

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.1 Efisiensi Ekonomi
Dari hasil observasi lahan, setiap hasil pemanenan tanaman jagung yang berada di
Desa Sumberuring Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Pengolahan hasil penggilingan

jagung menggunakan mesin Dompeng 40 pk. Hasil penggilingan jagung memiliki 3 bagian
yang akan diambil yaitu hasil jagung, empaok (dedak) jagung, dan tumping atau berupa pati
jagung. Perbandingan jika petani hanya menjual perpipil sekitar Rp. 3000 maka dapat hitung
menggunakan

850 kg
xRp 6500 per kg=Rp15.785,
350 2 Ha

biaya usaha tani jagung Rp 750.000

per sekali produksi. Jika petani menjual jagung perkilo dan menfaatkan hasil penggilingan
berupa sekam atau dedak bisa dihitung menggunakan(1). Biaya 850 kg x 3000/sekali giling =
Rp 225.000. (2). Hasil dengan menjual jagung perpipil sekitar 0.4117 x 850 kg/ha x 3000/ kg
= 1.049.835. (3). Hasil dari pemanfaatan penjualan dedak/pati jagung 0,1900 x 850 kg/ ha x
300/kg = 323.000 .jika ditambahakan dengan penjualan jagung murni 1.049.835 + 323.000 =
Rp1.372.835, keuntungan yang bisa didapat ( R- C ) dari pengeluaransekitar Rp 1.147.935
hasil perhitungan biaya dan hasil nilai tambah yang memanfaatkan penjualan sekam/dedak,
petani bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 1.147.935 dari penjualan jagung. Oleh sebab
itu jika petani memanfaatkan seluruh bagian yang tersisa bisa mendapatkan nilai tambah yang
cukup menguntungkan petani dan menimumkan input dan memaksimalkan outputnya.
Ekoefisiensi dari pengamatan yang dapat disimpulkan yaitu dari aspek ekonomi, yaitu
pemanfaatan sekam dan empok berupa pati dari penggilingan. Sekam dan empok yang
dihasilkan dari penggillingan dapat dipasarkan kembali untuk menambah ekonomi pemilik
penggilingan tersebut. peningkatan nilai ekonomi dari sekam untuk dijadikan pakan ternak
berupa pakan bebek atau ayam. Biasanya masyarakat yang berada di daerah tersebut akan
membeli sekam tersebut untuk membeli pakan ternak yang digunakan akan membantu untuk
memenuhi kebutuhan petani disekitar baik untuk kebutuhan usahatani ataupun kebutuhan
rumah tangga lainya. Sehingga pengolahan hasil penggilingan sekam tersebut tidak terbuang
begitu saja ataupun menjadi sampah.
4.1.2 Efisiensi Ekologi
Efisinsi dari aspek ekologi, hasil pemanenan jagung tersebut akan mempengaruhi
struktur dan fungsi yaitu pemanfaatan pengurangan jumlah limbah dari penggilingan dapat
diminimalisirkan dengan memanfaatkan hasil-hasil penggilingan yang berupa sekam, empok
dapat mengurangi dan menetralisir limbah yang dapat digunakan sebagai pakan ternak atau
dikonsumsi oleh manusia sendiri. sehingga, ekosistem yang berada didaerah tersebut menjadi
terjaga dan tidak terkontaminasi oleh pengaruh dari limbah hasil penggilingan. Untuk
menjaga ekosistem sekitar lingkungan pemanfaatan limbah sebagai pakan ternak merupakan

salah satu untuk mengurangi pencemaran udara disekitar. Secara teori pemanfaatan tongkol
jagung merupakan limbah pertanian yang cukup potensial untuk menghasilkan keuntungan
yang bisa juga digunakan sebagai bahan baku pembuatan bahan kimia. Pada kajian pustaka
kandungan pentosan pada jagung memiliki kadar yang cukup tinggi hasil dari pengolahan
kimia pentosan ini bisa berupa asam sulfat yang mana bisa dimanfaatkan sebagai unsur hara
mikro pada tanah.
4.1.3

Efisiensi sosial
Efisiensi dari aspek sosial, penggilingan jagung dari Bapak wisnu dapat membantu

mempermudah akses masyarakat atau petani jagung untuk menggiling hasil budidaya
usahatani jagung. Sehingga masyarakat yang berada di sekitar desa dapat bersosialisasi baik
antar petani maupun pemilik penggilingan, sehingga tidak ada pemisahan tentang pelapisanpelapisan sosial menjadi pembeda bagi masyarakat yang berada di Desa terebut.
Sehingga dari aspek eko-efisiensi yang memanfaatkan limbah sekam untuk digunakan
sebagai pakan ternak dapat mengefiensi dari pemanfaatan limbah dan meningkatkan nilai
ekonomi, ekologi dan sosial. Kearifan lokal yang berada di Desa tersebut Pemanfaatan
sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang dilakukan akan membantu petani untuk
menciptakan pertanian yang berkelanjutan berwawasan lingkungan. Sehingga ekosistem
biotik dan abiotik yang berada lingkungan sekitar tidak terganggu keberadaannya. Sosial
budaya disekitar akan terjaga dengan baik jika antara individu satu dengan yang lainnya
mempunyai rasa kepercayaan, solidarilitas, resiprositas lintas kelompok dan organisasi,
melalui kegiatan usahatani ataupun budidaya pemanfaatan sekam hingga pemasaran sekam
terdapat adanya suatau intaraksi ataupun siklus yang terjadi pada suatu kegiatan tersebut.
dengan adanya pemanfaatan pengolahan hasil limbah pertanian ini juga dapat menunjang
program dari pemerintah dalam mana untuk peningkatan pendapatan para petani dan juga
bisa membantu mengatasi kebutuhan bahan kimia ataupun pakan ternak yang berada di Desa
tersebut

BAB. V KESIMPULAN

1. Dari obervasi lahan dapat disimpulkan bahwa eko-efisiensi pertanian harus mencakup dari
nilai ekonomi, ekologi dan sosial.

2. Bahwa pemanfaatan hasil dari penggilingan jagung yang berupa sekam dapat digunakan
untuk pakan ternak dan menjadikan nilai jual dari hasil penggilingan.
3. Bahwa hasil dari perthitungan B/C ratio pengeluaran dan keuntungan pemanfaatan dedak
atau pati jagung sebagai pakan ternak bisa menambah nilai ekonomis sekitar Rp 1.147.935
dari penjualan dan produksi jagung.
4. Mengetahui pemanfaatan nilai tambah dari produksi jagung, petani bisa memanfaatkan
hasil dari panen jagung yang berupa dedak atau pati yang dapat digunakan sebagai pakan
ternak, sedangkan pati jagung bisa dimanfaatkan sebagai pembutan tepung yang bisa
menghasilkan berbagai produk olahan makanan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Tangendjaja dan Elizabeth Wina. 2006. Limbah Tanaman dan Produk
Samping Industri Jagung untuk Pakan. Balai Penelitian Ternak.
Bogor

Clair H, Hershey, Paul Neate. Eco- Efficiency: From Vision to Reality. CIAT.
Colombia
Masniah dan Syamsuddin. 2013 Pemanfaatan Jagung Dalam Pembuatan Aneka Macam
Olahan Untuk Memperkuat Ketahanan Pangan. Peneliti Balai Pengkajian Teknologi
Pertanian. Sulawesi Barat
Rukmana rahmat. 1998. Usahatani Jagung. Kanisius. Yogyakarta
Suarni, Firmansyah dan M. Aqil. 2013. Keragaman Mutu Pati Beberapa Varietas Jagun. Balai
Penelitian Tanaman Serealia. Sulawesi Selatan
Suhartini. 2009. Peran Konservasi Keanekaragaman Hayati Dalam Menunjang
Pembangunan Yang Berkelanjutan. Universitas Negeri Yogyakarta
Suyanto, S. 2002. Pertanian Sehat: Pandangan Dari Aspek Ekonomi. ICRAF-SE.
Bogor
Syafruddin. 2010. Modifikasi Sistem Pertanaman Jagung dan Pengolahan Brangkasan Untuk
Meningkatkan Pendapatan Petani di Lahan Kering. Balai Pengkajian Teknologi
Sulawesi Tengah
Warsana. 2007. Analisis Efisiensi dan Keuntungan Usaha Tani Jagung.
Universitas Diponegoro. Semarang
Widowati, Sri. 2001. Pemanfaatan Hasil Samping Penggilingan Padi dalam
Menunjang Sistem Agroindustri di Pedesaan. Balai Penelitian
Bioteknologi Tanaman Pangan. Bogor