program pembelajaran anak usia dini

i

MAKALAH
PROGRAM PEMBELAJARAN ANAK USIA DINI

NAMA KELOMPOK :
ANNISA NUR

1213054009

DHEA FEBRIANA

1213054019

IRMA FEBRIANA

1213054045

ISTIKHOMAH

1213054047


KIKI FATMALA

1213054049

MAULIDA MAHARTIKA

1213054057

NOERMA ATIKA

1213054065

TANTI DEWI ANITA

1213054085

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG

2014
i

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat_Nya kepada penulis sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Program Pembelajaran
Anak Usia Dini. Penulis berterimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kelemahan, oleh
karena itu penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang konstruktif dari
semua pihak demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pihak.

Panglima Polem, Oktober 2014

Penulis


ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................ ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
Bab I Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................... 2
1.3. Tujuan ......................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
2.1. Filosofi Pendidikan Progresivisme ............................................. 3
2.2. Pendekatan High/scope............................................................... 13
Bab III Penutup
3.1. Kesimpulan ................................................................................. 22
Daftar Pustaka

iii

1


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Filosofi adalah ilmu untuk memahami semua hal yang timbul dalam hidup
manusia, sedangkan filosofi pendidikan merupakan nilai-nilai dan keyakinankeyakinan secara filosofis yang menjiwai, dan mendasari dan memberikan
identitas (karakteristik) suatu sistem pendidikan. Filosofi yang dianut hendaknya
memenuhi syarat-syarat berfikir secara kritis, sistematis menyeluruh dan
mendalam.
Filosofi pendidikan dijiwai dan didasari oleh Pancasila, serta UUD 1945 yang
merupakan perwujudan jiwa dan nilai-nilai pancasila.
Pendekatan pembelajaran dapat berarti aturan pembelajaran yang berusaha
meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik siswa
dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar, Selain itu pendekatan
pembelajaran adalah arah suatu kebijaksanaan yang ditempuh guru atau siswa
dalam mencapai tujuan pengajaran dilihat dari bagaimana materi disajikan.
Pengertian lain dari pendekatan pembelajaran adalah jalan atau cara yang
digunakan oleh guru atau pembelajar untuk memungkinkan siswa belajar. Dari
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah cara

yang digunakan oleh guru dalam menyajikan suatu materi yang memungkinkan
siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
PAUD merupakan pembinaan yang ditujukan kepada anak usia dini melalui
pemberian

rangsangan

pendidikan

untuk

membantu

pertumbuhan

dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan masuk sekolah
dasar.


1

2

1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah yaitu
“Bagaimana filosofi progresivisme dan pendekatan kurikulum dalam Pendidikan
Anak Usia Dini?”
1.3. Tujuan
Tujuan membuat makalah ini yaitu untuk :
1.3.1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah program pembelajaran anak usia dini.
1.3.2. Untuk lebih memahami filosofi Progressivisme dan pendekatan
High/Scope.

2

3

BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Filosofi Pendidikan Progresivisme
2.1.1. Pengertian Progresivisme
Progresivisme menurut bahasa dapat diartikan sebagai aliran yang
menginginkan kemajuan-kemajuan secara cepat. Dalam konteks filsafat
pendidikan progresivisme adalah suatu aliran yang menekankan, bahwa
pendidikan bukanlah sekedar pemberian sekumpulan pengetahuan kepada
subjek didik, tetapi hendaklah berisi aktivitas-aktivitas yang mengarah
pada pelatihan kemampuan berfikir mereka sedemikian rupa, sehingga
mereka dapat berfikir secara sistematis melalui cara-cara ilmiah seperti
memberikan analisis, pertimbangan, dan perbuatan kesimpulan menuju
pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah
yang dihadapi. Progresivisme juga merupakan pandangan hidup yang
mempunyai sifat-sifat:
1.

Fleksibel ( Tidak kaku, tidak menolak perubahan,dan tidak terikat oleh
dokrin tertentu )

2.


Curious ( Ingin mengetahui, ingin menyelidiki )

3.

Toleran dan open-minded ( Mempunyai hati terbuka )

Aliran progresivisme memiliki sifat-sifat umum yaitu:
a.

Sifat Negatif
Sifat itu dikatakan negatif dalam arti bahwa, progresivisme menolak
otoritarisme dan absolutisms dalam segala bentuk, seperti misalnya
terdapat dalam agama, politik, etika dan epistemologi.

b.

Sifat Positif
Positif dalam arti, bahwa progresivisme menaruh kepercayaan
terhadap kekuatan alamiah dari manusia, kekuatan-kekuatan yang

diwarisi oleh manusia sejak ia lahir – man's natural powers. Terutama
3

4

yang dimaksud adalah kekuatan kekuatan manusia untuk terusmenerus melawan dan mengatasi kekuatan-kekuatan, takhayultakhayul dan kegawatan-kegawatan yang timbul dari lingkungan
hidup yang selamanya mengancam.
Progresivisme

yakin

bahwa

manusia

mempunyai

kesanggupan-

kesanggupan untuk mengendalikan hubungannya dengan alam, sanggup

meresapi rahasia¬rahasia alam, sanggup menguasai alam. Namun
disamping keyakinan-keyakinan tersebut ada juga kesangian dimana
apakah manusia itu sendiri mampu belajar bagaimana mempergunakan
kesanggupan itu, tetapi meskipun demikian progresivisme tetap bersikap
optimis, tetap percaya bahwa manusia dapat menguasai seluruh
lingkungannya, baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.

2.1.2. Progresivisme dalam sejarah
Secara historis, progresivisme ini telah muncul pada abad ke-19, namun
perkembangannya secara pesat baru terlihat pada awal abad ke-20,
terutama di negara Amerika Serikat.
Sebagai sebuah aliran filsafat pendidikan, progresivisme lahir sebagai
protes terhadap kebijakan-kebijakan pendidikan konvensional yang
bersifat formalis tradisionalis yang telah diwariskan oleh filsafat abad 19
yang dianggapnya kurang kondusif dalam melahirkan manusia-manusia
yang sejati. Dalam kesejarahannya, progersivisme muncul dari tokohtokoh filsafat pragmatisme seperti Charles S. Pierce, William James dan
John Dewey dan eksprimentalisme, seperti Prancis Bacon. Tokoh lain yang
memicu lahimya aliran ini adalah John Locke dengan ajaran tentang teori
kebebasan politiknya dan J.J Rousseau dengan keyakinannya bahwa
kebaikan berada dalam dirt manusia dan telah dibawanya sejak lahir dan

ialah yang mesti mempertahankan kebaikan itu agar selalu ada dalam
dirinya. Tuhan menganugerahkan manusia freedom sebagai suatu
kapasitas yang akan menggerakkan manusia untuk memilih dan
4

5

menetapkan mana perbuatan yang baik dan bajik dan mana yang tidak baik
dan tidak bajik untuk dirinya.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dimulai sejak
zaman renaisance juga turut ambit bagian dalam membentuk pole fikir
manusianya. Munculnya aliran progresivisme ini pun merupakan salah
satu.
Jawaban atas berbagai persoalan yang berkenaan dengan problem
pendidikan sebagai upaya menjadikan manusia sebagai manusia sejatinya.

2.1.3. Tokoh-Tokoh Progresivisme
1. William James (11 Januari 1842 - 26 Agustus. 1910)
James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari
eksistensi organik, barns mempunyai fungsi biologik dan nilai
kelanjutan hidup. Dan dia menegaskan agar fungsi otak atau pikiran itu
dipelajari sebagai bagian dari mata pelajaran pokok dari ilmu
pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk membebaskan ilmu jiwa
dari prakonsepsi teologis, dan menempatkannya di atas dasar ilmu
perilaku.
2. John Dewey (1859 - 1952)
Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih
menekakan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya
sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child
Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini
dibanding masa depan yang belum jelas.
Filsafat yang dianut Dewey adalah bahwa dunia fisik itu real dan
perubahan itu bukan sesuatu yang tak dapat direncanakan. Perubahan
dapat diarahkan oleh kepandaian manusia. Sekolah mesti membuat
siswa sebagai warga negara yang lebih demokratik, berpikir bebas dan
cerdas. Bagi Dewey ilmu pengetahuan itu dapat diperoleh dan
dikembangkan dengan mengaplikasikan pengalaman, lalu dipakai untuk
5

6

menyelesaikan persoalan barn. Pendidikan dengan demikian adalah
rekonstruksi pengalaman. Untuk memecahkan problem, Dewey
mengajarkan metode ilmiah dengan langkah-langkah sebagai berikut :
sadari problem yang ada, definiskan problem itu, ajukan sejumlah
hipotesis untuk memecahkannya,uji telik konsekuensi setiap hipotesis
dengan melihat pengalaman silam, alami dan tes solusi yang paling
memungkinkan.
3. Hans Vaihinger (1852 - 1933)
Hans Vaihinger Menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis.
Persesuaian dengan obyeknya tidak mungkin dibuktikan. Satu-satunya
ukuran bagi berpikir ialah gunanya (dalam bahasa Yunani Pragma)
untuk mempengaruhi kejadian-kejadian di dunia. Segala pengertian itu
sebenarnya buatan semata-mata; jika pengertian itu berguna. untuk
menguasai dunia, bolehlah dianggap benar, asal orang tabu saja bahwa
kebenaran ini tidak lain kecuali kekeliruan yang berguna saja.

Dalam aliran progresif ini Proses belajar mengajar di kelas ditandai dengan
beberapa hal antara lain :


Guru merencanakan pelajaran yang membangkitkan minat dan rasa
ingin tahu siswa.



Selain membaca buku siswa juga diharuskan berinteraksi dengan alam
misalnya melalui kerja lapangan atau lintas alam.



Guru membangkitkan minat siswa melalui permainan yang menantang
siswa untuk berpikir.



Siswa didorong untuk berinteraksi dengan sesamanya untuk
membangun pemahaman sosial.



Kurikulum menekankan studi alarm dan siswa dipajankan (exposed)
terhadap perkembangan barn dalam saintifik dan sosial.



Pendidikan sebagai proses yang terus menerus memperkaya siswa
umuk tumbuh, bukan sekedar menyiapkan siswa untuk kehidupan
6

7

dewasa. Para pendidik aliran ini sangat menentang praktik sekolah
tradisional, khususnya dalam lima hal : (1) guru yang otoriter, (2)
terlampau mengandalkan metode berbasis buku teks, (3) pembelajaran
pasif dengan mengingat fakta (4) filsafat empat tembok, yakni
terisolasinya pendidikandari kehidupan nyata, dan (5) penggunaan
rasa takut atau hukuman badan sebagai alat untuk menanamkan
disiplin pada siswa.
2.1.4. Dasar Filosofis Progresivisme
Progresivisme beranggapan bahwa kemajuan -kemajuan yang telah dicapai
oleh manusia tidak lain adalah karena kemampuan manusia dalam
mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan berdasarkan tata logik dan
sistematisasi berfikir ilmiah. Oleh karena itu, tugas pendidikan adalah
melatih kemampuan-kemampuan subjek didiknya dalam memecahkan
masalah kehidupan yang mengarah pada pengembangan ilmu pengetahuan
yang berguna bagi kehidupannya dalam masyarakat.
Ilmu pengetahuan diperoleh manusia dari proses interaksinya dengan
berbagai realita, baik melalui pengalaman langsung ataupun tidak
langsung. sebagai pragmatisme, aliran ini memandang ilmu pengetahuan
sebagai sesuatu yang bermanfaat, karena pengetahuan itu adalah saran bagi
kemajuan manusia.
Dengan demikian, ilmu pengetahuan disini sangat dinamis dan berubah
sesuai dengan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan
adalah bukti nyata suatu kemajuan manusia dalam menjalani kehidupan.
Semakin banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang dihasilkan oleh
manusia maka semakin maju pulalah suatu masyarakat.
Aliran ini memandang, bahwa yang rill adalah segala sesuatu yang dapat
dialami dan dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Manusia adalah
makhluk fisik yang berevolusi secara biologik, social dan psikologis dan
karena itu manusia terus menerus akan berkembang ke arah yang lebih baik
7

8

dan pengembangan, karena memang ia adalah organisms yang aktif, yang
secara

terus

menerus

merekonstruksi,

menginterpretasi

dan

mereorganisasikan kembali berbagai pengalamannya, sehingga manusia
akan selalu menemukan pengetahuan untuk, kemajuan dirinya tanpa henti.
Jadi, manusia sesuatu yang hakikatnya ini akan selalu menunjuk ke arah
kemajuan. Esensi kemanusiaan adalah semangat untuk mengadakan
perubahan-perubahan menuju kemajuan-kemajuan. Dan oleh karena itu,
lembaga

pendidikan

mestilah

berfungsi

sebagai

wahana

penumbuhkembangan daya kreafivitas subjek didiknya agar memiliki
kemampuan dalam mengatasi berbagai problem diri dan masyarakatnya,
sehingga memiliki semangat mengadakan pembaharuan-pembaharuan
yang berguna bagi pengembangan diri dan masyarakatnya progresivisme
berpendapat bahwa akal manusia bersifat aktif dan selalu ingin mencari
tabu dan meneliti, sehingga ia tidak mudah menerima begitu saja suatu
pandangan atau pendapat sebelum ia benar-benar membuktikan
kebenarannya secara empiris.
Untuk merealisasikan harapan tersebut, mendasarkan diri pada prinsipprinsip dasar progresivisme oleh George F. Kneller, dapat dirincikan
menjadi enam yaitu:
1. Pendidikan harus lebih aktif' dan berkaitan dengan minat anak
Progresivisme menekankan perlunya memusatkan pendidikan pada
anak sebagaimana adanya. Anak sebagai suatu keutuhan pribadi
mempunyai dunianya sendiri yang mesti dihormati dan dijadikan
pangkal tolah untuk kegiatan pendidikan. Sekolah mesti berpusat pada
anak sehingga proses belajar dan bahan atau mated belajar tidak hanya
ditemukan oleh guru melainkan didasarkan pada minat dan kebutuhan
anak sendiri.
2. Belajar melalui pemecahan masalah mesti menggantikan cara belajar
yang menekankan penerimaan beban jadi. Bagi progresivisme
pengetahuan merupakan alat untuk menangani situasi yang terus
8

9

menerus dimunculkan oleh gerak perubahan hidup. Bermakna, maka
kita mesti dapat berbuat sesuatu dengan pengetahuan tersebut.
3. Pendidikan mesti merupakan beban hidup sendiri dan bukan hanya
suatu persiapan untuk hidup. Semua hidup yang dinalar merupakan
suatu kegiatan belajar karena hal itu melibatkan penafsiran dan
penataan kembali pengalaman.
4. Peranan guru lebih sebagai pendamping dan penasehat daripada
sebagai penentu pokok Minat dan kebutuhan anak didiklah yang mesti
menjadi pokok tentang apa yang semestinya mereka pelajari. Anakanak mesti dibimbing untuk merencanakan kegiatan belajar mereka.
Guru menyediakan fasilitas dengan memberikan pengetahuan
danpengalamannya yang lebih luas untuk mereka gunakan, dan apabila
mengalami kemacetan guru perlu menolong.
5. Sekolah mesti mendorong adanya kerjasama di antara murid-murid
dan bukan persaingan. Manusia pada dasarnya merupakan makhluk
sosial dan mendapatkan kepuasannya terbesar dari hubunganhubungan mereka satu sama lain.
6. Demokrasi memungkinkan dan mendorong adanya pencaturan bebas
gagasan dan pencaturan macam-macam pribadi yang merupakan
syarat penting untuk pertumbuhan. Bagi kaum progresif kerjasama dan
demokrasi merupakan pengalaman yang dijalani bersama, sepetti
dinyatakan oleh Dewey: "suatu demokrasi itu lebih daripada sekedar
suatu bentuk pemerintahan. Demokrasi pertama-tama merupakan
suatu bentuk kehidupan bersama; suatu pengalaman komunikatif yang
digabungkan.”
2.1.5. Pemikiran Progresivisme Tentang Pendidikan
Asas pokok aliran ini adalah bahwa manusia selalu tetap survive terhadap
semua tantangan kehidupannya yang secara praktis akan senantiasa
mengalami kemajuan. Oleh karena itu aliran ini selalu memandang bahwa
9

10

pendidikan tidak lain tidak bukan adalah proses perkembangan, sehingga
seorang pendidik mesti selalu siap untuk senantiasa memodifikasi berbagai
metode dan strategi dalam pengupayaan ilmu-ilmu pengetahuan terbaru
dan berbagai perubahan-perubahan yang menjadi kecenderungan dalam
suatu masyarakat.
Aliran progresivisme sangat memberikan penghargaan yang tinggi
terhadap individualisms anak didik, namun ia juga menjunjung tinggi sikap
sosialitas, sehingga corak aktivitas pembelajaran yang ditonjolkan lebih
pada kooperasi dari kompetisi. Progresivisme juga menempatkan
pengajaran bahasa asing keno dan modern sebagai suatu yang dibutuhkan
bagi subjek didik sekolah tingkat menengah pertama, sebab hanya dengan
cara demikian pars subjek didik akan dapat mengenal dunia secara baik dan
luas.

2.1.6. Keyakinan-Keyakinan progresivisme tentang pendidikan
Istilah progresivisme dalam bagian ini akan dipakai dalam hubungannya
dengan pendidikan, dan menunjukkan sekelompok keyakinan-keyakinan
yang tersusun secara harmonis dan sistematis dalam hal mendidik.
Keyakinan-keyakinan yang didasarkan pada sekelompok keyakinan
filsafat yang lazim disebut orang pragmatisme, instrumentalisme, dan
eksperimentalisme.
Progresivisme sebagai filsafat dan progresifisme sebagai pendidikan erat
sekali hubungannya dengan kepercayaan yang sangat luas dari John Dewey
dalam lapangan pendidikan. Hal ini dapat dilihat dalam bukunya
Democracy And Aducation. Disini Dewey memperlihatkan keyakinankeyakinan dan wawasanya tentang pendidikan, serta mempraktekkannya
disekolah-sekolah yang ia dirikan Menurut Dewey tujuan umum
pendidikan ialah warga masyarakat yang demokratis. Isi pendidikanya
lebih mengutamakan bidang studi yang berguna atau langsung bisa
dirasakan oleh masyarakat seperti IPA, Sejarah, dan keterampilan.
10

11

Progresivisme tidak menghendaki adanya mats pelajaran yang diberikan
secara terpisah, melainkan hams diusahakan terintegrasi dalam unit.
Karena suatu perubahan selalu terjadi maka diperlukan fleksibilitas dalam
pelaksanaannya, dalam arti tidak kaku, tidak menghindar, dari perubahan,
tidak terikat le suatu doktrin tertentu, bersifat ingin tabu, toleran,
berpandangan luas serta terbuka.

2.1.7. Berbagai Kritik atas Progresivisme
Terdapat beberapa poin yang menjadi sasaran yang banyak dikritik terkait
dengan konsep pendidikan yang ditawarkan oleh progresivisme, yaitu:
1. Konsep pertumbuhan
Berdasarkan aktivitas diri anak merupakan konsep yang kabur.
Progresivisme seperti yang kits Bat menekankan pendidikan yang yang
berpusat pada anak. Menurut aliran ini aktivitas si anak akan membawa
kearah pertumbuhan dan perbaikan diri mereka. Tetapi spa artinya
pertumbuhan atau perbaikan ini kalau progresivisme menolakadanya
suatu tujuan akhir tertentu dari proses aktivitas diri anak, tanpa adanya
tujuan akhir tertentu tentang konsep pertumbuhan, kemajuan, ataupun
perbaikan menjadi suatu konsep yang kabur dan tidak jelas untuk diukur
tingkat keberhasilannya. Membandingkan dengan pengalaman yang
lalu saja belumlah cukup untuk melihat apakah, suatu langkah
merupakan pertumbuhan, kemajuan, dan perbaikan.
2. Prinsip bahwa anak hares dididik sesuai dengan minat dan kebutuhan
mereka sendiri serts guru hanya berfungsi sebagai pendamping
merupakan prinsip yang tidak realistis. Kesadaran, pengertian dan rasa
tanggung jawab anak mengalami perkembangan. Secara realistis, kits
tidak bisa mengharapkan tingkat kesadaran, pengertian, dan tanggung,
jawab yang sama dari seorang anak kelas II SD dengan anak mahasiswa
semester V suatu perguruan tinggi.
11

12

Seorang mahasiswa semester lebih dapat diharapkan mengetahui spa
yang menjadi minat dan kebutuhannya sehingga memungkinkan untuk
diberikan kebebasan mamilih isi dan cara pendidikan yang sesuai
dengan minat, bakat, dan kebutuhannya. Akan tetapi, seorang anak kelas
II SD, kemampuannya untuk membedakan mana hakiki dan yang tidak
benar merupakan hasil pemikiran prang dewasa. Kedewasaan berfikir
seseorang tidak mungkin dipaksakan.
Kedewasaan merupakan hasil disiplin yang perlu ditanamkan dan tanpa
bantuan dari seorang yang sudah dewasa tak mungkin bisa tercapai.
Disiplin diri rupanya tidak mungkin dipelajari sendiri oleh anak.
Bantuan dari luar untuk penanaman disiplin diri tersebut mutlak
diperlukan.
3. Pernyataan progresivisme bahwa cara belajar dengan memecahkan
masalah yang secara langsung dialami oleh anak merupak caara belajar
yang paling efektif tidak berlaku secara mutlak. Tidak dapat disangkal
bahwa secara psikologis anak akan tertarik untuk mempelajari hal-hal
yang secara langsung dialami sebagai penunjang kebutuhannya atau
membantu memecahkan masalah yang dihadapinya. Akan tetapi,
apakah pemenuhan kebutuhan dan pemecahan masalah yang secara
defacto dihadapi anak pada waktu dan tempat tertentu itu memang
merupakansesuatu yang secara objektif cukup penting serta alran
berpengaruh besar bagi kemampuan oelajar anak tersebut tidak dapat
diprediksi. Melatih anak untuk melatih aktif mencari pemecahan
masalah

yang

dihadapinya

dengan

menggunakan

khazanah

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya memang merupakan
sesuatu hal yang positif untuk pendidikan.
4. Tidak ada kaftan langsung antara sistem pendidikan progresif dengan
demokrasi. Dengan menekankan pentingaya kebebasan bagi anak untuk
berekspresi dan mengembangkan diri sesuai dengan minat dan bakatnya
serta pentingnya pengaturan kehidupan sekolah secara demokratis,
12

13

5. progresivisme memang menunjang perkembangan sistem demokrasi
dalam masyarakat. Akan tetapi, penghargaan terhadap nilai-nilai
demokrasi bukanlah monopoli sistem pendidikan progresif. Perlu
diingat bahwa aliran-aliran filsafat pendidikan yang lain seperti
perenialisme dan esensialisme yang oleh progresivisme dicap
konservatifpun menghargai dan memperjuangkan nilai-nilai demokrasi.
Masalahnya adalah bahwa konsep demokrasi itu sendiri mengandung
pengertian yang lugs dan memungkinkan adanya macam-macam
penafsiran dari sistem pemikiran yang berbeda-beda.

2.2. Pendekatan High/Scope
2.2.1. Sejarah High/Scope
Perkembangan model High/Scope dimulai pada 1962 dengan program
High/Scope pra sekolah perry, sebuah program bagi anak-anak usia tiga
dan empat tahun yang beroperasi di sekolah dasar Erry di Ypsilanti,
Michigan. Program ini adalah satu pelopor di tahun 1960-an untuk
membantu anak-anak mengatasi efek-efek negative kemiskinan dalam
persekolahan, sebuah gagasan yang selanjutannya terwujud dalam
program-program head start. Model ini adalah satu dari yang pertama
meraih desain experimental terperinci, anak-anak secara acak diberi tugas
atau tidak, memungkinkan para peneliti melacak dampak program
sepanjang kehidupan para peserta. penelitian ini menunjukkan bahwa
program pra-sekolah ini menyediakan begitu banyak jangka pendek dan
jangka panjang : persiapan bersekolah yang lebih baik, keberhasilan dalam
bersekolah, dan dalam masa dewasa, tingkat pelanggaran hukum yang
lebih rendah, tingkat pekerjaan yang lebih tinggi, dan tingkat kesejahteraan
yang lebih rendah. Program ini telah sering kali membiayai diri sendiri
dengan pengembalian pada para pembayar pajak dan peserta program :
16,14 dollar dikembalikan untuk setiap dollar yang dibayarkan
(Schweinhart dkk,2005 ).
13

14

Pada akhir 1950-an direktur Ypsilanti public school special education
(pendidikan khusus sekolah negeri Ypsilanti ) david weikrat menaruh
perhatian, begitu banyaknya anak yang mengalami kegagalan disekolah :
tidak naik kelas, ditempatkan dalam pendidikan khusus, dan putus sekolah.
Ia berusaha mengadakan perubahan disekolah untuk mengatasi masalah
ini, dan putus asa karena para administrator sekolah hanya memiliki sedikit
alternative nyata. Ia beralih kemasa pra-sekolah sebagai cara untuk
menjangkau anak-anak sebelum mereka jatuh kedalam pola sekolah
tradisional yang menjadi biang kegagalan mereka.
Dengan didampingi staf ahli psikologi penilitian dan guru, program prasekolah yang dirancang oleh Weikrat menimbulkan ketegangan creative
antara tuntutan ahli psikologi untuk dasar pemikiran nyata dan pendekatan
intuitive guru pra-sekolah terlatih dalam menangani anak-anak. Model
High/Scope berevolusi dari saling memberi dan menerima diantara
sekelompok orang yang memiliki gagasan-gagasan pasti mengenai
bagaimana melakukan banyak hal tapi terbuka pada ide-ide baru dan
mampu menyatukannya kedalam pemikiran dan praktik mereka.
Saat program High/Scope pra-sekolah perry memasuki tahun ke -2, para
stafnya menemukan dan merangkul gagasan perkembangan anak oleh jean
Piaget (yang diringkas oleh Piaget dan inhelder,1969). Piaget menawarkan
strukur konseptual yang dapat menjadi dasar pembangunan model
pendidikan anak usia dini ,sebuah dasar pemikiran nyata bagi kegiatan prasekolah. Piaget menawarkan gagasan ana sebagai pembeljar aktif , sebuah
gagasan yang tidak hanya memiliki daya Tarik intuitif tapi juga berakar
kuat pada tradisi anak usia dini yang kembali ke masa Frienrich Froebel
(1887) diabad ke-19. Dikemudian hari, karya ahli psikologi dan pendidik
Lev Vygotsky (1934/1962), khususnya pemikiran bahwa perkembangan
terjadi dalam lingkungn sosiokultural dimana orang dewasa menopang
pembelajaran anak, menjadi dasar bagi model pengajaran High/Scope.
14

15

Sementara model High/Scope berkembang, antusiame nasional pada
model pendidikan anak usia dini juga bermunculan. Pemerintah federal
menjaga antusiasme ini dengan menaruh minat aktif pada pendidikan anak
usia dini sebagai sarana untuk membantu anak-anak miskin menghindari
kegagalan bersekolah dan akibatnya yang tragis, war on poverty (perang
terhadap kemiskinan) dan economic opportunity act (undang-undang
kesempatan ekonomi) tahun 1964 oleh presiden Presiden Lyndon Johnson
mengawali peranan federal dalam pendidikan anak usia dini melalui
proyek head start nasional, yang sejak saat itu terus berkembang selama
bertahun-tahun.
Beberapa proyek mengizinkan yayasan High/Scope mengembangkan
model High/Scope lebih lanju dan memperluasnya kesekolah dasar. Pada
1968 pemerintah federal memulai proyek follow thorough untuk
memberikan pengayaan bagi anak-anak disekolah dasar yang telah
mengikuti head start (Weikart , Hohmann, dan Rihine,1981) proyek follow
through mungkin adalah proyek terbesar yang pernah di danai untuk
pengembangan contoh pendidikan anak usia dini.
Pada akhir 1970-an ,bantuan federal mengizinkan yayasan High/Scope
mengembangkan dan mengadaptasi model pendidikannya pada anak-anak
dengan kebutuhan khusus dan anak-anak dalam keluarga yang berbahasa
spanyol (hanes, flores, rosalio, weikart, dan sanchez, 1979) saat ini
High/Scope secara aktif menetapkan contohnya di negra-negara lain di
seluruh dunia pada akhir 2007, pusat pelatihan High/Scope dan institute
nasional berlisensi beroperasi di kanada, inggris raya, Indonesia, irlandia,
korea, meksiko, singpore, belanda, dan afrika selatan. Buku-buku teks
dasar dan instrument penilaiannya diterjemahkan kedalam Bahasa arab,
cina, belanda, vindlandia, prancis, korea, norwegia, spanyol, dan turki.
Usaha ini membantu menyabarkan contoh pendidikan yang demokratis
dalam pelaksanaanya, bisa disesuaikan dengan budaya dan Bahasa lokal,
15

16

dan terbuka untuk digunakan dimana pun oleh orang dewasa yang penuh
pemikiran.

2.2.2. Prinsip Dasar Pendekatan High/Scope
1) Anak sebagai pembelajar aktif yang menggunakan sebagian besar
waktunya di dalam learning center yang beragam. Anak terlibat
secara aktif dalam pengalaman belajar baik ketika berinteraksi dengan
teman maupun dengan guru atu orang tua. Orang dewasa yang
menggunakan model High/Scope harus bena-benar berkomitmen
dalam menyediakan situasi dimana anak-anak bisa belajar dengan
aktif dan membangun pengetahuan mereka sendiri. Banyak
pengetahuan yang dimiliki anak-anak berasal dari interaksi pribadi
dengan ide-ide, pengalaman dengan objek dan kegiatan fisik, dan
penerapan pemikiran logis terhadap semua pengalamaan ini. Peranan
orang dewasa sebagian besar adalah menyediakan koteks bagi
pengalaman ini, membantu anak-anak memikirkannya dengan logis,
dan melalui pengamatan, memahami kemajuan anak dan menopang
pembelajaran lebih lanjut berdasarkan pada tingkat dan minat
perkembangan sang anak.
2) Rutinitas

Sehari-hari

yang

konsisten

dalam

Perencanaan

dan Pelaksanaan Pembelajaran secara berulang-ulang (plan – do rewiew)
Untuk menciptakan lingkungan dimasa anak-anak belajar secara
aktif, rutinitas harian kelas yang konsisten dijaga dan hanya akan
berubah ketika anak sudah mendapatkan pemberitahuan yang adil
bahwa ada berbagai hal yang berbeda dihari berikutnya.
Rutinitas harian model High/Scope terdiri dari urutan rencanakantindakan- tinjauan, waktu dalam kelompok dan beberapa elemen
tambahan. Urutan rencanakan-lakukan-tinjauan adalah perangkat
utama dalam contoh yang memberikan kesempatan pada anak-anak
16

17

untuk mengungkapkan maksud tentang kegiatan mereka ambil
menjaga agar guru terlibat akrab dalam seluruh prosesnya. Urutan
berikut ini menjelaskan elemen-elemen dalam rutinits harian.
a. Waktu perencanaan: menyatakan maksud
Anak-anak membuat pilihan dan keputusan sepanjang waktu,
tapi sebagian besar program jarang membuat mereka berpikir
tentang keputusan ini dalam cara yang sitematis atau membantu
mereka menyadari kemungkinan dan akibat pilihan mereka.
Waktu perencanaan memberikan kesempatan konsisten dan ter
duga untuk mengungkapkan gagasan-gagasan dan maksud
mereka kepada orang dewasa dan memandang diri mereka
sebagai pribadi yang bertndak berdasarkan keputusan. Mereka
merasakan kekuatan mandiri dan kesenangan bekerja dengan
orang dewasa yang penuh perhatian sebagaimana dengan teman
sebaya. Dengan demikian, mereka dapat menyampaikan tujuan
mereka.
Guru membahas rancangan dengan anak-anak sebelum mereka
melaksanakannya. Hal ini memebantu anak-anak memebnetuk
gambaran mental tentang gagasan mereka dan mendapatkan
pemahaman tentang bagaimana melanjutkannya. Bagi orang
dewasa,

mengembangkan

sebuah

rencana

memberikan

kesempatan untuk mendorong, merespon gagasan anak-anak,
menyrankan cara-cara praktis untuk memperkuat rencana
tersebut sehingga bisa berhasil, dan memeahamiserta mengukur
tingkat perkembangan dan gaya pemikiran anak-anak.
b. Waktu bekerja: melaksanakan tujuan
Bagian “lakukan” dari urutan renacanakan-lakukan-tinjauan
adalah waktu untuk bekerja, periode setelah anak-anak
menyelesaikan perencanaan. Sebagai periode waktu terlama
bagaian ini adalah rutinitas harian, bagian ini adalah periode aktif
17

18

permainan bagi anak-anak dan orang dewasa. Sementara orang
dewasa tidak melakukan kegiatan waktu bekerja anak-anak
melaksanakan rencana kerja mereka tidak hanya duduk diam
sambil memerhahtikan. Peranan orang dewasa selama waktu
bekerja pertama-tama adalah melihat bagaimana anak-anak
mengumpulkan informasi, berinteraksi dengan teman sebaya,
dan memecahkan masalah, lalu memasuki kegiatan anak dan
menyokong pembelajaran dengan mendorong, memperluas,
menciptakan situasi pemecahan masalah, dan terlibat dalam
percakapan.
c. Waktu pembersihan
Waktu pembersihan digabungkan kedalam siklus rencanakanlakukan-tinjauan paa bagian yang jelas terlihat: setela bagian
“lakukan”. Dan waktu ini, anak-anak mengembalikan materi dan
perlengkapan ketempatnya yang telah diberi label dan
menyimpan proyek yang belum selesai, memebubuhi tanda
“sedang dikerjakan” jika mereka merasa perlu. Proses ini
mengembalikan tata tertib dikelas dan memberikaan kesempatan
pada anak-anak untuk belajar dan menggunakan banyak
ketrampilan kognitif, sepertiu mengelompokan dan mengurutkan
benda-benda. Hal yang paling penting adalah bagaimana
lingkungan pembelajaran disusun untuk membantu anak-anak
menggunakan materi. Semua materi didalam kelas yang tersedia
untuk digunakan oleh anak-anak diletakkan di rak terbuka yang
mudah di jangkau. Pelabelan yang jelas sangat penting, dengan
perwakilan bidang-bidang pembelajaran dan benda-benda di rak
(seperti benda sungguhan, gambar, foto) dan satu katta yang
ditulis dengan sederhana. Dengan rencana tersusun seperti ini,
anak-anak bisa mengembalikan semua materi pekerjaan
ketempat yang benar. Ini juga memberi mereka rasa percaya diri
18

19

dalam inisiatif mereka, yaitu dengan mengetahui dimana semua
hal yang mereka perlukan.
d. Waktu mengingat kembali: merefleksikan hasil yang dicapai
Waktu mengingat kembali adalah fase terakhir dari urutan
rencankan-lakukan-tinjauan. Ini adalah saat dimana anak-anak
merenungkan apa yang telah mereka capai atau alami. Anak-anak
menggambarkan pengalaman “waktu-bekerja” mereka dalam
beragam cara yang sesuai dengan perkembangan. Mereka dapat
mengingat kembali nama-nama anak yang mereka libatkan dalam
pelaksanaan rencana mereka, mendiktekan cerita tentang
kegiatan mereka, atau menceritakan masalah yang mereka temui.
Strategi mengingat lainnya mencakup membuat gambar tentang
apa yang telah mereka lakukan, membuat contoh, meninjau
rencana mereka, dan secara lisan mengingat kembali kejadian
yang telah berlalu.
3) Guru membantu anak untuk memilih apa yang akan mereka lakukan
setiap hari.
4) Melaksanakan perencanaan pembelajaran yang telah dibuat.
5) Mengulang kembali yang telah mereka pelajari yang bertujuan
membuat hubungan pengalaman lalu anak dengan apa yang akan
dipelajari.
6) Pengalaman lingkungan yang banyak mengandung pembelajaran (key
experience). Lingkungan yang digunakan diutamakan lingkungan
familiar dengan kehidupan anak sehingga anak sudah memiliki dasar
bagi pengembangan ilmunya.
7) Dukungan guru dalam interaksi dengan peserta didik sehingga
tercipta hubungan yang positif dalam menumbuhkan potensi anak.
8) Dukungan ini dapat berupa penguatan maupun hukuman disesuaikan
dengan prilaku yang muncul pada anak.
19

20

9) Penggunaan catatan anekdot untuk mencatat kemajuan yang
diperoleh anak secara berkelanjutan. Catatan anekdot juga berguna
untuk menentukan langkah selanjutnya dalam pembelajaran.

2.2.3. Materi Dan Kegiatan
1) Representatif kreatif. Kegiatan yang disusun menggunakan materi
yang dapat memancing proses berpikir kreatif anak, baik materi
pembelajaran maupun materi pergaulan.
2) Bahasa dan keaksaraan. Materi bahasa dan keaksaraan menunjang
anak dalam menghadapi lingkungan. Bahasa dan keaksaraan
mencakup kegiatan berkomunikasi verbal dan non verbal yang
dikembangkan dalam kegiatan membaca, menulis, berbicara, dan
menyimak.
3) Inisiatif dan hubungan sosial. Kecerdasan akademik harus ditunjang
dengan kecerdasan-kecerdasan lainnya, seperti hubungan sosial, agar
anak dapat berperan di masyarakat nantinya.
4) Gerakan. Anak selalu aktif untuk bergerak. Kegiatan yang
direncanakan dalam pembelajaran di sekolah High/Scope juga
mencakup aspek pengembangan motorik yang banyak distimulasi
melalui gerakan. Gerakan dapat dikembangkan lewat tarian,
outbound, ataupun senam.
5) Musik. Musik mengajarkan pada anak tentang keindahan bunyi
benda- benda yang ada di sekitar. Musik juga merupakan unsur yang
menyenangkan bagi anak yang berguna bagi pengembangan beberapa
aspek anak, seperti motorik, sosial-emosional, maupun seni.
6) Matematis. Merupakan kegiatan matematika dasar untuk anak usia
TK.
Kegiatan matematika di TK tidaklah sekompleks kegiatan
matematika di tingkat tinggi. Matematika yang banyak dikembangkan
20

21

di Tk meliputi : kegiatan klasifikasi, seriasi, bilangan, ruang, dan
waktu.
Peranan guru dalam pendekatan High/Scope antara lain menentukan
strategi interaksi yang positif, berfokus pada kekuatan anak,
membangun hubungan dengan anak, mendukung ide-ide bermain
anak, mengembangkan ketrampilan dalam bertanya serta mengajak
anak untuk memecahkan masalah jika terjadi konflik sosial

21

22

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Progresivisme merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada
tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan hares terpusat pada
anak bukan memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam
aliran ini diantaranya: George Axtelle, William O. Stanley, Ernest Bayley,
Lawrence B. Thomas dan Frederick C. Neff. Progresivisme merupakan
pandangan hidup yang mempunyai sifat-sifat: Fleksibel, Curious, Toleran dan
open-minded.
Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan
kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang wajar
dan dapat menghadapi dan mengatasi maslah-masalah yang bersifat menekan atau
mengancam adanya manusia itu sendiri. Aliran progresivisme juga memiliki
sifat¬sifat umum yaitu sifat negatif dan sifat positif. Inti dari proses pendidikan
bagi aliran progresivisme ini terdapat pada anak didik, karma anak didik dalam
konsepnya merupakan manusia yang memiliki potensi rasio dan intelektual yang
akan berkembang berdasarkan kondisi pendidikan. Aliran ini beranggapan bahwa
belajar merupakan proses yang bertumpu pada kelebihan akal manusia yang
bersifat kreatif dan dinamis sebagai potensi dasar manusia dalam memecahkan
berbagai masalah dalam kehidupannya. Jadi, aliran ini sangat menjunjung tinggi
individualitas anak didik, selain itu juga is menjunjung tinggi sikap sosialitas,
sehingga corak aktivitas pembelajaran yang ditonjolkan lebih pada kooperasi dari
pada kompetisi.
Pendekatan Pendididikan di High/Scope yang digunakan sekarang ini untuk
melayani

anak secara penuh dari usia prasekolah

dasar (Gestwicki, 2007). Pendekatan

sampai usia awal sekolah

ini dikembangkan Oleh David Weikart

pada tahun 1962. Pendekatan High/Scope muncul dengan suatu rencana proses
22

pendidikan yang dofukuskan pada aktivitas kelompok kecil, sehingga melibatkan
anak sebagai pembelajar aktif.
Pendekatan Pendididikan di High/Scope memiliki prinsip dasar yaitu anak
sebagai pembelajar aktif, rutinitas
perencanaan

Sehari-hari

yang

konsisten

dalam

dan pelaksanaan pembelajaran secara berulang-ulang (plan – do -

rewiew) dan peranan guru serta penggunaan catatan anekdot untuk mencatat
kemajuan yang diperoleh anak secara berkelanjutan.
Materi dan kegiatan dalam Pendekatan Pendididikan di High/Scope yaitu
representatif kreatif, bahasa dan keaksaraan, inisiatif dan hubungan sosial,
gerakan, musik, dan matematis.
Peranan guru dalam pendekatan High/Scope antara lain menentukan strategi
interaksi yang positif, berfokus pada kekuatan anak, membangun hubungan
dengan anak, mendukung ide-ide bermain anak, mengembangkan ketrampilan
dalam bertanya serta mengajak anak untuk memecahkan masalah jika terjadi
konflik sosial.

23

24

DAFTAR PUSTAKA

Budi M,. Ika. 2010. Pengemb. Kognitif.Pdf
(http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/modul/%20FILOSOFI%20DAN%20T
EORI%20PAUD.Pdf) diakses pada 05 oktober 2014
Roopnarine, Jaipaul L. 2011. Pendidikan Anak Usia Dini : Dalam Berbagai
Pendekatan. Jakarta : Kencana
Rudiansyah. 2010. Aliran Progresivisme (http://www.bukuriau.com/2012/06/aliranprogresivisme.html) diakses pada 05 oktober 2014

24