Studi Kelayakan Benturan Kepentingan 1

KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
REPUBLIK INDONESIA
STUDI KELAYAKAN
TENTANG
RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG POLITIK, HUKUM,
DAN KEAMANAN TENTANG PEDOMAN PENANGANAN BENTURAN
KEPENTINGAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KOORDINATOR
BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN
A.

Pendahuluan
1. Latar Belakang
Benturan kepentingan merupakan suatu kondisi dimana pertimbangan
pribadi mempengaruhi dan/atau dapat menyingkirkan profesionalitas seorang
pejabat dalam mengemban tugas. Pertimbangan pribadi tersebut dapat
berasal dari kepentingan pribadi, kerabat atau kelompok yang kemudian
mendesak atau mereduksi gagasan yang dibangun berdasarkan nalar
profesionalnya sehingga keputusannya menyimpang dan akan berimplikasi
pada penyelenggaraan negara khususnya di bidang pelayanan publik
menjadi tidak efisien dan efektif.

Ketentuan tentang Benturan Kepentingan mengacu pada UndangUndang No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme. Pada Pasal 5 UndangUndang No 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih
dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme dinyatakan bahwa setiap
Penyelenggara Negara berkewajiban untuk:
1. mengucapkan sumpah atau janji sesuai dengan agamanya sebelum
memangku jabatannya;
2. bersedia diperiksa kekayaannya sebelum, selama, dan setelah menjabat;
3. melaporkan dan mengumumkan kekayaan sebelum dan setelah menjabat;
4. tidak melakukan perbuatan korupsi, kolusi, dan nepotisme;
5. melaksanakan tugas tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras, dan
golongan;
6. melaksanakan tugas dengan penuh rasa tanggungjawab dan tidak
melakukan perbuatan tercela, tanpa pamrih baik untuk kepentingan
pribadi, keluarga, kroni, maupun kelompok, dan tidak mengharapkan
imbalan dalam bentuk apapun yang bertentangan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku; dan
7. bersedia menjadi saksi dalam perkara korupsi, kolusi, dan nepotisme serta
dalam perkara lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan yang berlaku.

2


Secara khusus belum ada peraturan perundang-undangan, dalam hal ini,
Undang-Undang, dan/atau Peraturan Pemerintah, dan/atau Peraturan
Presiden yang khusus mengatur Benturan Kepentingan. Pengaturan
mengenai Benturan Kepentingan diatur pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 37 Tahun
2012 tentang Pedoman Umum Penanganan Benturan Kepentingan
(selanjutnya disebut dengan Permenpan dan RB No 37/2012).
Berdasarkan penjelasan diatas, maka Studi Kelayakan ini akan menganalisis
rancangan Permenko Polhukam yang selanjutnya untuk dapat diajukan
menjadi Permenko Polhukam dilihat dari ketentuan Perancangan Peraturan
Perundang-undangan.
2. Permasalahan
Dari latar belakang diatas, maka studi kelayakan Rancangan Permenko
ini akan menganalisis beberapa permasalahan sebagai berikut:
a. Apakah dasar hukum rancangan Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Pedoman Penanganan Benturan
Kepentingan di Lingkungan Kemenko Polhukam sudah tepat?
b. Bagaimana teknik perancangan untuk rancangan Peraturan Menteri
Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Pedoman

Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Kemenko Polhukam?
B.

Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Studi Kelayakan ini dimaksudkan untuk memberikan panduan dalam
penyusunan rancangan Peraturan Menteri.
2. Tujuan
Memberikan saran masukan kepada pimpinan dan unit pemrakarsa.

C.

Analisis
1. Dasar Hukum
a. Dasar hukum yang digunakan secara khusus untuk menyusun rancangan
Peraturan Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan
tentang Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan
Kemenko Polhukam yaitu Permenpan dan RB 37 Tahun 2012 tentang
Benturan Kepentingan, khususnya pada Lampiran Bab VIII yakni
“Menugaskan kepada semua pimpinan instansi pemerintah untuk

menindaklanjuti panduan penanganan benturan kepentingan ini serta
mensosialisasikan kepada seluruh pegawai di lingkungan masingmasing”.

b. Permenpan dan RB 37 Tahun 2012 tentang Benturan Kepentingan ini
merupakan Peraturan Menteri yang dibuat bukan berdasarkan delegasi

3

dari suatu peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi. Permenpan
dan RB ini dibentuk berdasarkan kewenangan Kemenpan dan RB yaitu
menyelenggarakan urusan pemerintahan dibidang pendayagunaan
aparatur negara dan reformasi birokrasi.
c. Berdasarkan kewenangan yang dimiliki oleh Kemenpan inilah, Permenpan
dan RB 37 Tahun 2012 tentang Benturan Kepentingan berlaku bagi
instansi pemerintah sebagai pedoman untuk mengenal, mencegah dan
mengatasi benturan kepentingan serta sebagai pedoman dalam
menyusun kebijakan tentang benturan kepentingan.
d. Mengingat tidak adanya delegasi dari peraturan perundang-undangan
yang lebih tinggi dan belum ada peraturan perundang-undangan yang
lebih tinggi yang mengatur tentang benturan kepentingan, maka terdapat

kesulitan untuk dapat menentukan bentuk, format dan pengaturan yang
paling ideal tentang benturan kepentingan.
e. Selanjutnya terdapat kritik terkait substansi pada Permenpan dan RB 37
Tahun 2012 tentang Benturan Kepentingan yang perlu mendapatkan
perhatian yaitu:
1) Permenpan dan RB 37 Tahun 2012 tentang Benturan Kepentingan
telah menentukan subyek pada pengaturan ini yaitu penyelenggara
negara. Namun definisi penyelenggara negara pada Permenpan
37/2012 ini tidak sejalan dengan Undang-Undang Nomor 28 tahun
1999. Sehingga sebaiknya nomenklatur “penyelenggara negara tidak
muncul pada Rancangan Permenko Polhukam ini, mengingat
Pedoman Penanganan Benturan Kepentingan dibuat untuk seluruh
pejabat dan pegawai di lingkungan Kemenko Polhukam, tidak hanya
untuk Penyelenggara Negara.
2) Tata cara mengatasi terjadinya benturan kepentingan yang ada pada
Permenpan ini hanya mengatur apabila ada aduan dari masyarakat.
Kiranya pada Rancangan Permenko Polhukam mengatur tata cara
pengananan benturan kepentingan dari beberapa kondisi.
3) Ketentuan mengenai sanksi tidak jelas dan tegas pada Bab IV angka
4 huruf g dinyatakan bahwa:

“4. serangkaian tindakan yang diperlukan apabila seorang
penyelenggara
Negara berada dalam situasi benturan
kepentingan.
Tindakan
tersebut
sebagai
langkah
lanjutan
setelah
penyelenggara Negara melaporkan situasi benturan kepentingan
yang dihadapinya, antara lain adalah:
Pemberian sanksi bagi yang melanggarnya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan”

Berdasarkan bunyi ketentuan pada Bab IV angka 4 huruf g tersebut,
terdapat ketidakjelasan pengenaan sanksi tersebut, apakah sanksi
diberikan kepada pejabat atau pegawai yang terbukti dalam
melakukan tindakan atau menetapkan keputusan memiliki


4

kepentingan yang saling berbenturan/mengandung benturan
kepentingan atau pengenaan sanksi juga berlaku kepada orang yang
melaporkan bahwa dirinya berada pada situasi yang berpotensi
berbenturan kepentingan. Tentunya pengenaan sanksi akan lebih
tepat diberikan kepada pejabat atau pegawai yang terbukti melakukan
tindakan atau menetapkan keputusan mengandung benturan
kepentingan.
Selanjutnya ketentuan mengenai pengenaan sanksi pada Bab V
angka 5 huruf a belum tergambar jelas. Untuk itu untuk rancangan
Permenko Polhukam perlu mengatur lebih detail mengenai pengenaan
sanksi.
2. Teknik Perancangan
a. Judul
Rancangan Peraturan ini berjudul: “Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Politik, Hukum, dan Keamanan tentang Pedoman Penanganan Benturan
Kepentingan di Lingkungan Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum,
dan Keamanan. Kata “pedoman” disini terlihat bersifat fleksibel dan lebih
mengarah ke aturan kebijakan/peraturan kebijakan. Namun mengacu pada

Permenko Polhukam Nomor 14 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Tata Naskah Dinas Kemenko Polhukam, maka setiap rancangan Pedoman
yang sedang disusun harus menjadi bagian dari Peraturan Menteri. Dengan
demikian, pedoman ini akan menjadi lampiran yang menjadi bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Menteri.
Selain itu, untuk dapat diklasifikasikan sebagai peraturan perundangundangan maka rancangan peraturan ini agar mengacu pada ketentuan
Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan yang menyatakan bahwa
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan peraturan
perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan pengundangan.
b. Konsideran Menimbang.
Konsiderannya harus memuat uraian singkat mengenai pokok pikiran yang
menjadi pertimbangan dan alasan pembentukan Permenko Polhukam dan
pasal pada peraturan perundang-undangan yang mendelegasikan
pembentukan Permenko Polhukam (apabila ada delegasi).

c. Dasar hukum pada Mengingat.
Agar mencantumkan dasar hukum yang memerintahkan pembentukan
peraturan perundang-undangan, dimungkinkan untuk mencantumkan dasar

hukum yang berkaitan erat dan tidak memasukan dasar hukum yang tidak
berkaitan dengan rancangan permenko yang akan disusun.

5

d. Batang Tubuh
Terdapat dua format yang dapat digunakan yaitu:
1) Format pertama.
Format sesuai ketentuan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dimana semua
ketentuan masuk dalam batang tubuh dan dikelompokkan berbentuk
pasal-pasal.
2) Format kedua
Format sesuai Permenko Polhukam Nomor 14 Tahun 2012 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Tata Naskah Dinas Kemenko Polhukam dimana
semua ketentuan tercantum pada Lampiran yang berbentuk Pedoman,
sedangkan pada batang tubuh di Peraturan Menteri hanya memuat
beberapa pasal ini.
Kedua format diatas dapat digunakan salah satunya, disesuaikan dengan
karakteristik substansi dan kebutuhan organisasi. Namun apabila melihat

karakteristik substansi, maka dapat digunakan format kedua.
e. Ketentuan Penutup dan Penutup
Bunyi disesuaikan dengan UU No 12 Tahun 2012 tentang Pembentukan
Perundang-Undangan.
f. Lampiran
Mengingat digunakan format kedua sebagaimana dimaksud pada huruf d
diatas, maka semua ketentuan dan substansi masuk pada Lampiran. Untuk
Lampiran, telah disusun substansi mengacu kepada Permenpan dan RB 37
Tahun 2012 tentang Benturan Kepentingan dan hal krusial yang perlu
menjadi perhatian yaitu mengenai “Tata Cara Penanganan Benturan
Kepentingan” yang kiranya perlu jelas alur dan mekanismenya.
D. Kesimpulan
1.

2.

3.

Penyusunan rancangan Permenko Polhukam tentang Pedoman
Penanganan Benturan Kepentingan telah sesuai dengan Permenpan dan

RB 37 Tahun 2012 tentang Benturan Kepentingan, khususnya pada
Lampiran Bab VIII yakni “Menugaskan kepada semua pimpinan instansi
pemerintah untuk menindaklanjuti panduan penanganan benturan
kepentingan ini serta mensosialisasikan kepada seluruh pegawai
di lingkungan masing-masing”.
Untuk dapat diklasifikasikan sebagai peraturan perundang-undangan maka
rancangan peraturan ini agar mengacu pada ketentuan Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.
Terdapat kritik terkait substansi pada Permenpan dan RB 37 Tahun 2012
tentang Benturan Kepentingan yang kiranya perlu untuk mendapatkan
perhatian pada saat penyusunan Permenko Polhukam tentang Pedoman
Penanganan Benturan Kepentingan ini.

6

Jakarta, April 2015
Disusun oleh
Kasubbag PUU
ttd
Erika

Perancang PUU
ttd
Angelia Rosi Pertiwi