Pemanfaatan Sampah Organik menjadi Kompo
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan
yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan.
Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.
Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses
penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian
dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih
cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi
masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian
dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
pengomposan yang sudah banyak beredar dan setiap aktivator memiliki
keunggulan sendiri-sendiri.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi penulisan
makalah “Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi sebagai Pupuk Organik” ini.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 1
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
B. Rumusan Masalah
Masalah yang ditimbulkan berupa pencemaran lingkungan (tanah, air dan
udara). Sementara itu pengetahuan peternak sangat kurang dalam mengolah limbah
kotoran ternaknya, sehingga kotoran tersebut dibuang dan mencemari lingkungan
disekitarnya. Dalam upaya menanggulangi limbah di atas dilakukanlah pengolahan
kotoran sapi menjadi pupuk organik (kompos).
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan
pengolahan limbah ternak sapi sebagai bahan baku kompos. Adapun manfaat
kompos ibarat multi-vitamin untuk kesuburan tanah. Kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki
struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan
meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 2
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
BAB II
PEMBAHASAN
A. Limbah Peternakan
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan pangan akan
daging
selalu
bertambah
sehingga
permintaan
hasil
ternak
mendorong
meningkatnya populasi ternak dan produktivitasnya. Namun ternyata peningkatan
usaha peternakan selain memberikan dampak positif yaitu menghasilkan produk
utama seperti daging, susu, dan telur juga memberikan dampak negatif karena
usaha peternakan pasti menghasilkan limbah. Limbah ternak merupakan sisa
buangan dari suatu kegiatan usaha meliputi : limbah padat dan cair seperti feses,
urine dan sisa pakan. Semakin besar skala usaha maka limbah yang dihasilkan
semakin banyak.
Adanya limbah dari usaha peternakan ini dirasakan mengganggu
kenyamanan lingkungan hidup dan lebih jauh merupakan beban yang
menghabiskan dana relatif besar untuk menanganinya sehingga masyarakat
cendrung lebih ke arah membuannya. Persepsi masyarakat terhadap limbah adalah
mengganggu sehingga harus disingkirkan. Persepsi seperti ini harus diganti bahwa
limbah ini mempunyai nilai ekonomi dan bisa dimanfaatkan dalam memperbaiki
lingkungan (Prihandarini, 2004).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, limbah
ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan menjadi kompos,
menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan secara ekonomis. Teknologi
yang dapat digunakan dalam penanganan masalah limbah ternak ini adalah
pemanfaatan
mikroorganisme
sebagai
upaya
untuk
mempercepat
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
proses
Page 3
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
dekomposisi menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos merupakan hasil akhir dan
atau hasil antara dari perubahan atau peruraian limbah ternak dan lain sebagainya
(Murbandono, 2002).
Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos
disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih
kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat
didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Dengan
menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68%); P
total (0,225%); C-organik (11,2 %); Kalium (0,55%) dan rasio C/N (16,47).
Pengelolaan limbah yang kurang baik akan membawa dampak yang serius
pada lingkungan, sebaliknya jika limbah dikelola dengan baik maka akan
memberikan nilai tambah. Salah satu bentuk pengelolaan limbah yang mudah
dilakukan yaitu dengan diolah menjadi pupuk kompos. Ginting (2007)
mengemukakan bahwa kompos adalah hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa
kotoran ternak atau feses, sisa pertanian, sisa makanan ternak dan sebagainya.
Dengan diolahnya limbah peternakan menjadi kompos akan membawa keuntungan
pada peternak dan petani yaitu untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan
dapat digunakan sebagai pupuk tanaman pertanian.
B. Pupuk Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 4
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Ratarata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk
dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang
ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya
gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di
mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton
dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah
organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat,
terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi
kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan
yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan.
Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.
Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses
penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian
dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 5
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi
masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian
dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain: PROMI (Promoting
Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic
Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan
cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki
keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan
murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan
organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah
pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 6
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman,
serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon
dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan
limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan
bahan baku pengomposan.
Jenis-Jenis Kompos
Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan
organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing
tersebut.
Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa
penggilingan tebu di pabrik gula.
Kompos bokashi.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah
juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti
menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih
enak.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 7
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas
metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di
tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 8
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang
granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air.
Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos
memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium
yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang
ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan
dengan NPK.
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk
cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada
pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil.
Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun
pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam
dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 9
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam
keadaan masam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase
(kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu
(Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan
setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun
tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur.
Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak
meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
C. Metode Pengomposan
1. Alat dan bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari
peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan
kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.
1. Terowongan udara (Saluran Udara)
Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara
Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu
Dimensi : panjang 2m, lebar ¼ - ½ m, tinggi ½ m
Sudut : 45o
Dapat dipakai menahan bahan 2 – 3 ton
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 10
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
2. Sekop
Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya
3.
Garpu/cangkrang
Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan
pemilahan sampah
4.
Saringan/ayakan
Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh
ukuran yang sesuai
Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang
diinginkan
5.
Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar
Termometer
Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian
dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat
Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak
mencemari kompos jika termometer pecah
6.
Timbangan
Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang
diinginkan
Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan
pengemasan
7.
Sepatu boot
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 11
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar
dari bahan-bahan berbahaya
8.
Sarung tangan
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan
bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan
9.
Masker
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas bahan
terbang lainnya
Tahapan Pengomposan
1. Pemilahan Sampah
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik
(barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti
karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga
sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.
3. Penyusunan Tumpukan
Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran
kemudian disusun menjadi tumpukan.
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang
dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang
berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 12
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
4. Pembalikan
Pembalikan
dilakuan
untuk
membuang
panas
yang
berlebihan,
memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan
di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu
penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman
Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu
kering (kelembaban kurang dari 50%).
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras
segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu
dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin
menurun hingga mendekati suhu ruangan.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 13
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang
baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan
kebutuhan pemasaran.
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan
terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit
jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin
terbawa oleh angin.
Kontrol Proses Produksi Kompos :
1. Proses pengomposan membutuhkan pengendalian agar memperoleh hasil yang
baik.
2. Kondisi ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau habitat
dimana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan berkembang biak dengan
optimal.
3. Jasad renik membutuhkan air, udara (O2), dan makanan berupa bahan organik
dari sampah untuk menghasilkan energi dan tumbuh.
Proses Pengontrolan
Proses pengontrolan yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah:
1. Monitoring Temperatur Tumpukan
2. Monitoring Kelembaban
3. Monitoring Oksigen
4. Monitoring Kecukupan C/N Ratio
5. Monitoring Volume
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 14
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat diambil beberapa simpulan
sebagai berikut : terjadi peningkatan kesadaran masyarakat tentang pencemaran
lingkungan oleh limbah peternakan, meningkatnya keterampilan masyarakat
petani/peternak dalam mengolah limbah kotoran ternak menjadi pupuk organik
(kompos) yang berkualitas dan telah dihasilkan pupuk kompos berkualitas dari
kotoran ternak.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 15
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Nofri. 2012. Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Sumber Pupuk Organik.
http://widyatan.com/index.php/arsip/artikel/sosek-pertanian-4/293pemanfaatan-limbah-ternak-sebagai-sumber-pupuk-organik
Anonim. 2010. Pengolahan Limbah Peternakan.
http://peterunkhair.blogspot.com/2010/12/pengolahan-limbahpeternakan.html
Setyawan, Hery. 2008. Teknologi Pembuatan Kompos Kotoran Sapi.
http://m4zakhid.wordpress.com/2008/09/16/teknologi-pembuatan-komposkotoran-sapi/
Wikipedia. 2014. Kompos. http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 16
Kompos April, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan
yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan.
Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.
Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses
penguraian bahan organic yang terjadi secara alami. Proses penguraian
dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih
cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organic, seperti untuk mengatasi
masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industry, serta limbah pertanian
dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
pengomposan yang sudah banyak beredar dan setiap aktivator memiliki
keunggulan sendiri-sendiri.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi penulisan
makalah “Pemanfaatan Limbah Ternak Sapi sebagai Pupuk Organik” ini.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 1
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
B. Rumusan Masalah
Masalah yang ditimbulkan berupa pencemaran lingkungan (tanah, air dan
udara). Sementara itu pengetahuan peternak sangat kurang dalam mengolah limbah
kotoran ternaknya, sehingga kotoran tersebut dibuang dan mencemari lingkungan
disekitarnya. Dalam upaya menanggulangi limbah di atas dilakukanlah pengolahan
kotoran sapi menjadi pupuk organik (kompos).
C. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pemanfaatan
pengolahan limbah ternak sapi sebagai bahan baku kompos. Adapun manfaat
kompos ibarat multi-vitamin untuk kesuburan tanah. Kompos akan meningkatkan
kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki
struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan
meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 2
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
BAB II
PEMBAHASAN
A. Limbah Peternakan
Peningkatan jumlah penduduk menyebabkan permintaan pangan akan
daging
selalu
bertambah
sehingga
permintaan
hasil
ternak
mendorong
meningkatnya populasi ternak dan produktivitasnya. Namun ternyata peningkatan
usaha peternakan selain memberikan dampak positif yaitu menghasilkan produk
utama seperti daging, susu, dan telur juga memberikan dampak negatif karena
usaha peternakan pasti menghasilkan limbah. Limbah ternak merupakan sisa
buangan dari suatu kegiatan usaha meliputi : limbah padat dan cair seperti feses,
urine dan sisa pakan. Semakin besar skala usaha maka limbah yang dihasilkan
semakin banyak.
Adanya limbah dari usaha peternakan ini dirasakan mengganggu
kenyamanan lingkungan hidup dan lebih jauh merupakan beban yang
menghabiskan dana relatif besar untuk menanganinya sehingga masyarakat
cendrung lebih ke arah membuannya. Persepsi masyarakat terhadap limbah adalah
mengganggu sehingga harus disingkirkan. Persepsi seperti ini harus diganti bahwa
limbah ini mempunyai nilai ekonomi dan bisa dimanfaatkan dalam memperbaiki
lingkungan (Prihandarini, 2004).
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, limbah
ternak dapat lebih bermanfaat setelah melalui proses pengolahan menjadi kompos,
menjadi sesuatu yang bermanfaat dan menguntungkan secara ekonomis. Teknologi
yang dapat digunakan dalam penanganan masalah limbah ternak ini adalah
pemanfaatan
mikroorganisme
sebagai
upaya
untuk
mempercepat
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
proses
Page 3
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
dekomposisi menjadi pupuk kompos. Pupuk kompos merupakan hasil akhir dan
atau hasil antara dari perubahan atau peruraian limbah ternak dan lain sebagainya
(Murbandono, 2002).
Keengganan peternak untuk memproses kotoran ternak menjadi kompos
disebabkan oleh lama waktu yang dibutuhkan selama proses pengomposan lebih
kurang 2 bulan. Namun dengan adanya berbagai teknologi, kotoran ternak dapat
didekomposisi menjadi kompos dalam waktu yang lebih singkat. Dengan
menggunakan cara ini didapat kandungan hara kompos yaitu N total (0,68%); P
total (0,225%); C-organik (11,2 %); Kalium (0,55%) dan rasio C/N (16,47).
Pengelolaan limbah yang kurang baik akan membawa dampak yang serius
pada lingkungan, sebaliknya jika limbah dikelola dengan baik maka akan
memberikan nilai tambah. Salah satu bentuk pengelolaan limbah yang mudah
dilakukan yaitu dengan diolah menjadi pupuk kompos. Ginting (2007)
mengemukakan bahwa kompos adalah hasil dari pelapukan bahan-bahan berupa
kotoran ternak atau feses, sisa pertanian, sisa makanan ternak dan sebagainya.
Dengan diolahnya limbah peternakan menjadi kompos akan membawa keuntungan
pada peternak dan petani yaitu untuk mengurangi pencemaran lingkungan dan
dapat digunakan sebagai pupuk tanaman pertanian.
B. Pupuk Kompos
Kompos adalah hasil penguraian parsial/tidak lengkap dari campuran
bahan-bahan organik yang dapat dipercepat secara artifisial oleh populasi berbagai
macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembap, dan aerobik atau
anaerobik (Modifikasi dari J.H. Crawford, 2003). Sedangkan pengomposan adalah
proses dimana bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 4
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
oleh mikroba-mikroba yang memanfaatkan bahan organik sebagai sumber energi.
Membuat kompos adalah mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar
kompos dapat terbentuk lebih cepat. Proses ini meliputi membuat campuran bahan
yang seimbang, pemberian air yang cukup, pengaturan aerasi, dan penambahan
aktivator pengomposan.
Sampah terdiri dari dua bagian, yaitu bagian organik dan anorganik. Ratarata persentase bahan organik sampah mencapai ±80%, sehingga pengomposan
merupakan alternatif penanganan yang sesuai. Kompos sangat berpotensi untuk
dikembangkan mengingat semakin tingginya jumlah sampah organik yang dibuang
ke tempat pembuangan akhir dan menyebabkan terjadinya polusi bau dan lepasnya
gas metana ke udara. DKI Jakarta menghasilkan 6000 ton sampah setiap harinya, di
mana sekitar 65%-nya adalah sampah organik. Dan dari jumlah tersebut, 1400 ton
dihasilkan oleh seluruh pasar yang ada di Jakarta, di mana 95%-nya adalah sampah
organik. Melihat besarnya sampah organik yang dihasilkan oleh masyarakat,
terlihat potensi untuk mengolah sampah organik menjadi pupuk organik demi
kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat (Rohendi, 2005).
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam
dengan bantuan mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan
yang terjadi secara alami berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses
pengomposan ini telah banyak dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan.
Baik pengomposan dengan teknologi sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi.
Pada prinsipnya pengembangan teknologi pengomposan didasarkan pada proses
penguraian bahan organik yang terjadi secara alami. Proses penguraian
dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan dengan lebih
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 5
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi
masalah sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian
dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik secara aerobik
maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain: PROMI (Promoting
Microbes), OrgaDec, SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic
Decomposer dan SUPERFARM (Effective Microorganism)atau menggunakan
cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator memiliki
keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan
murah untuk dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit.
Dekomposisi bahan dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri
dengan bantuan udara. Sedangkan pengomposan secara anaerobik memanfaatkan
mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara dalam mendegradasi bahan
organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan
untuk kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk
memperbaiki sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman
menjadi lebih tinggi. Kompos yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat
digunakan untuk menguatkan struktur lahan kritis, menggemburkan kembali tanah
pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan, sebagai bahan penutup
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 6
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai media tanaman,
serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Bahan baku pengomposan adalah semua material yang mengandung karbon
dan nitrogen, seperti kotoran hewan, sampah hijauan, sampah kota, lumpur cair dan
limbah industri pertanian. Berikut disajikan bahan-bahan yang umum dijadikan
bahan baku pengomposan.
Jenis-Jenis Kompos
Kompos cacing (vermicompost), yaitu kompos yang terbuat dari bahan
organik yang dicerna oleh cacing. Yang menjadi pupuk adalah kotoran cacing
tersebut.
Kompos bagase, yaitu pupuk yang terbuat dari ampas tebu sisa
penggilingan tebu di pabrik gula.
Kompos bokashi.
Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan
bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk
mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat
bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini
membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah. Aktivitas mikroba tanah
juga d iketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit.
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik
kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, seperti
menjadikan hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih
enak.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 7
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek:
Aspek Ekonomi :
1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah
2. Mengurangi volume/ukuran limbah
3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya
Aspek Lingkungan :
1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas
metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di
tempat pembuangan sampah
2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan
Aspek bagi tanah/tanaman:
1. Meningkatkan kesuburan tanah
2. Memperbaiki struktur dan karakteristik tanah
3. Meningkatkan kapasitas penyerapan air oleh tanah
4. Meningkatkan aktivitas mikroba tanah
5. Meningkatkan kualitas hasil panen (rasa, nilai gizi, dan jumlah panen)
6. Menyediakan hormon dan vitamin bagi tanaman
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 8
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
7. Menekan pertumbuhan/serangan penyakit tanaman
8. Meningkatkan retensi/ketersediaan hara di dalam tanah
Peran bahan organik terhadap sifat fisik tanah di antaranya merangsang
granulasi, memperbaiki aerasi tanah, dan meningkatkan kemampuan menahan air.
Peran bahan organik terhadap sifat biologis tanah adalah meningkatkan aktivitas
mikroorganisme yang berperan pada fiksasi nitrogen dan transfer hara tertentu
seperti N, P, dan S. Peran bahan organik terhadap sifat kimia tanah adalah
meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga memengaruhi serapan hara oleh
tanaman (Gaur, 1980).
Beberapa studi telah dilakukan terkait manfaat kompos bagi tanah dan
pertumbuhan tanaman. Penelitian Abdurohim, 2008, menunjukkan bahwa kompos
memberikan peningkatan kadar Kalium pada tanah lebih tinggi dari pada kalium
yang disediakan pupuk NPK, namun kadar fosfor tidak menunjukkan perbedaan
yang nyata dengan NPK. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman yang
ditelitinya ketika itu, caisin (Brassica oleracea), menjadi lebih baik dibandingkan
dengan NPK.
Hasil penelitian Handayani, 2009, berdasarkan hasil uji Duncan, pupuk
cacing (vermicompost) memberikan hasil pertumbuhan yang terbaik pada
pertumbuhan bibit Salam (Eugenia polyantha Wight) pada media tanam subsoil.
Indikatornya terdapat pada diameter batang, dan sebagainya. Hasil penelitian juga
menunjukkan bahwa penambahan pupuk anorganik tidak memberikan efek apapun
pada pertumbuhan bibit, mengingat media tanam subsoil merupakan media tanam
dengan pH yang rendah sehingga penyerapan hara tidak optimal. Pemberian
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 9
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
kompos akan menambah bahan organik tanah sehingga meningkatkan kapasitas
tukar kation tanah dan memengaruhi serapan hara oleh tanah, walau tanah dalam
keadaan masam.
Dalam sebuah artikel yang diterbitkan Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Institut Pertanian Bogor menyebutkan bahwa kompos bagase
(kompos yang dibuat dari ampas tebu) yang diaplikasikan pada tanaman tebu
(Saccharum officinarum L) meningkatkan penyerapan nitrogen secara signifikan
setelah tiga bulan pengaplikasian dibandingkan degan yang tanpa kompos, namun
tidak ada peningkatan yang berarti terhadap penyerapan fosfor, kalium, dan sulfur.
Penggunaan kompos bagase dengan pupuk anorganik secara bersamaan tidak
meningkatkan laju pertumbuhan, tinggi, dan diameter dari batang, namun
diperkirakan dapat meningkatkan rendemen gula dalam tebu.
C. Metode Pengomposan
1. Alat dan bahan
Peralatan yang dibutuhkan dalam pengomposan secara aerobik terdiri dari
peralatan untuk penanganan bahan dan peralatan perlindungan keselamatan dan
kesehatan bagi pekerja. Berikut disajikan peralatan yang digunakan.
1. Terowongan udara (Saluran Udara)
Digunakan sebagai dasar tumpukan dan saluran udara
Terbuat dari bambu dan rangka penguat dari kayu
Dimensi : panjang 2m, lebar ¼ - ½ m, tinggi ½ m
Sudut : 45o
Dapat dipakai menahan bahan 2 – 3 ton
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 10
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
2. Sekop
Alat bantu dalam pengayakan dan tugas-tugas lainnya
3.
Garpu/cangkrang
Digunakan untuk membantu proses pembalikan tumpukan bahan dan
pemilahan sampah
4.
Saringan/ayakan
Digunakan untuk mengayak kompos yang sudah matang agar diperoleh
ukuran yang sesuai
Ukuran lubang saringan disesuaikan dengan ukuran kompos yang
diinginkan
5.
Saringan bisa berbentuk papan saring yang dimiringkan atau saringan putar
Termometer
Digunakan untuk mengukur suhu tumpukan
Pada bagian ujungnya dipasang tali untuk mengulur termometer ke bagian
dalam tumpukan dan menariknya kembali dengan cepat
Sebaiknya digunakan termometer alkohol (bukan air raksa) agar tidak
mencemari kompos jika termometer pecah
6.
Timbangan
Digunakan untuk mengukur kompos yang akan dikemas sesuai berat yang
diinginkan
Jenis timbangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan penimbangan dan
pengemasan
7.
Sepatu boot
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 11
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi kaki selama bekerja agar terhindar
dari bahan-bahan berbahaya
8.
Sarung tangan
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi tangan selama melakukan pemilahan
bahan dan untuk kegiatan lain yang memerlukan perlindungan tangan
9.
Masker
Digunakan oleh pekerja untuk melindungi pernafasan dari debu dan gas bahan
terbang lainnya
Tahapan Pengomposan
1. Pemilahan Sampah
Pada tahap ini dilakukan pemisahan sampah organik dari sampah anorganik
(barang lapak dan barang berbahaya). Pemilahan harus dilakukan dengan teliti
karena akan menentukan kelancaran proses dan mutu kompos yang dihasilkan
2. Pengecil Ukuran
Pengecil ukuran dilakukan untuk memperluas permukaan sampah, sehingga
sampah dapat dengan mudah dan cepat didekomposisi menjadi kompos.
3. Penyusunan Tumpukan
Bahan organik yang telah melewati tahap pemilahan dan pengecil ukuran
kemudian disusun menjadi tumpukan.
Desain penumpukan yang biasa digunakan adalah desain memanjang
dengan dimensi panjang x lebar x tinggi = 2m x 12m x 1,75m.
Pada tiap tumpukan dapat diberi terowongan bambu (windrow) yang
berfungsi mengalirkan udara di dalam tumpukan.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 12
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
4. Pembalikan
Pembalikan
dilakuan
untuk
membuang
panas
yang
berlebihan,
memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan
di setiap bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu
penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil.
5. Penyiraman
Pembalikan dilakukan terhadap bahan baku dan tumpukan yang terlalu
kering (kelembaban kurang dari 50%).
Secara manual perlu tidaknya penyiraman dapat dilakukan dengan memeras
segenggam bahan dari bagian dalam tumpukan.
Apabila pada saat digenggam kemudian diperas tidak keluar air, maka
tumpukan sampah harus ditambahkan air. sedangkan jika sebelum diperas
sudah keluar air, maka tumpukan terlalu basah oleh karena itu perlu
dilakukan pembalikan.
6. Pematangan
Setelah pengomposan berjalan 30 – 40 hari, suhu tumpukan akan semakin
menurun hingga mendekati suhu ruangan.
Pada saat itu tumpukan telah lapuk, berwarna coklat tua atau kehitaman.
Kompos masuk pada tahap pematangan selama 14 hari.
7. Penyaringan
Penyaringan dilakukan untuk memperoleh ukuran partikel kompos sesuai
dengan kebutuhan serta untuk memisahkan bahan-bahan yang tidak dapat
dikomposkan yang lolos dari proses pemilahan di awal proses.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 13
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
Bahan yang belum terkomposkan dikembalikan ke dalam tumpukan yang
baru, sedangkan bahan yang tidak terkomposkan dibuang sebagai residu.
8. Pengemasan dan Penyimpanan
Kompos yang telah disaring dikemas dalam kantung sesuai dengan
kebutuhan pemasaran.
Kompos yang telah dikemas disimpan dalam gudang yang aman dan
terlindung dari kemungkinan tumbuhnya jamur dan tercemari oleh bibit
jamur dan benih gulma dan benih lain yang tidak diinginkan yang mungkin
terbawa oleh angin.
Kontrol Proses Produksi Kompos :
1. Proses pengomposan membutuhkan pengendalian agar memperoleh hasil yang
baik.
2. Kondisi ideal bagi proses pengomposan berupa keadaan lingkungan atau habitat
dimana jasad renik (mikroorganisme) dapat hidup dan berkembang biak dengan
optimal.
3. Jasad renik membutuhkan air, udara (O2), dan makanan berupa bahan organik
dari sampah untuk menghasilkan energi dan tumbuh.
Proses Pengontrolan
Proses pengontrolan yang harus dilakukan terhadap tumpukan sampah adalah:
1. Monitoring Temperatur Tumpukan
2. Monitoring Kelembaban
3. Monitoring Oksigen
4. Monitoring Kecukupan C/N Ratio
5. Monitoring Volume
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 14
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dapat diambil beberapa simpulan
sebagai berikut : terjadi peningkatan kesadaran masyarakat tentang pencemaran
lingkungan oleh limbah peternakan, meningkatnya keterampilan masyarakat
petani/peternak dalam mengolah limbah kotoran ternak menjadi pupuk organik
(kompos) yang berkualitas dan telah dihasilkan pupuk kompos berkualitas dari
kotoran ternak.
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 15
Pemanfaatan Sampah Organik sebagai
Kompos April, 2014
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Nofri. 2012. Pemanfaatan Limbah Ternak sebagai Sumber Pupuk Organik.
http://widyatan.com/index.php/arsip/artikel/sosek-pertanian-4/293pemanfaatan-limbah-ternak-sebagai-sumber-pupuk-organik
Anonim. 2010. Pengolahan Limbah Peternakan.
http://peterunkhair.blogspot.com/2010/12/pengolahan-limbahpeternakan.html
Setyawan, Hery. 2008. Teknologi Pembuatan Kompos Kotoran Sapi.
http://m4zakhid.wordpress.com/2008/09/16/teknologi-pembuatan-komposkotoran-sapi/
Wikipedia. 2014. Kompos. http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos
Teknologi Pengolahan Limbah dan Sisa Hasil Ternak
Page 16