Penerapan Paikem Pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Oleh Guru PKN SMP Di Kota Surakarta

KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA SURAKARTA

Skripsi Oleh :

Tri Winarni NIM K6404058 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA SURAKARTA

Oleh : Tri Winarni NIM K6404058 SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

commit to user

commit to user

commit to user

Tri Winarni.PENERAPAN PAIKEM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OLEH GURU PKn SMP DI KOTA SURAKARTA . Skripsi, Surakarta : Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Juli 2012

Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1). Mengetahui pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di Surakarta, 2). Mengetahui penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan oleh guru PKn SMP di Surakarta, 3). Mengetahui hasil dari penerapan metode PAIKEM dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan adalah informan, dokumen, serta tempat dan peristiwa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi berperan pasif, wawancara mendalam, dan analisis dokumen. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi data. Teknik analisis data menggunakan analisis interaktif terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) tahap pra lapangan, (2) tahap penelitian lapangan, (3) tahap analisis data, dan (4) tahap penulisan laporan.

Kesimpulan hasil penelitian adalah : (1).Bahwa pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di Surakarta sebagian besar sudah menggunakan metode PAIKEM. Dari 8 sekolah yang di teliti yaitu SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, dan SMP Murni 1 Surakarta sudah menggunakan metode CTL. SMP Kristen 3 Surakarta menggunakan metode pembelajaran terpadu, sedangkan SMP Negeri 16 Surakarta dan SMP Muhammadiyah 7 Surakarta menggunakan pendekatan pembelajaran kooperatif, (2). Bahwa penerapan pendekatan PAIKEM yang diterapkan di SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri

15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen

3 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta dan SMP Murni 1 Surakarta sudah berjalan dengan lancar. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama antara guru dengan guru, guru dengan kepala sekolah dan guru dengan siswa dalam mewujudkan tujuan yang sama yaitu peningkatan kualitas pendidikan. Penerapan pendekatan PAIKEM selain dapat ditemukan secara langsung dengan jalan observasi mengikuti kegiatan pembelajaran PKn di dalam kelas, juga dapat ditemukan secara implicit dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh guru yang mengajar pada mata pelajaran PKn, Pada RPP yang disusun oleh beberapa guru pendidikan kewarganegaraan, terkandung secara implicit penerapan pendekatan PAIKEM dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini terlihat dari penerapan metode diskusi, pengkaitan dengan masalah nyata yang sedang terjadi yang digunakan dalam beberapa pertemuan untuk membahas sebuah kompetensi dasar. Penerapan dari diskusi dan pengkaitan dengan masalah yang ada memperlihatkan adanya praktik penerapan pendekatan PAIKEM, (3). Bahwa hasil dari pendekatan PAIKEM yang digunakan di SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP

commit to user

Muhammadiyah 7 Surakarta dan SMP Murni 1 Surakarta dalam kegiatan belajar mengajar, yaitu: prestasi, motivasi dalam belajar meningkat, siswa berani bicara dan mengungkapkan pendapat, siswa lebih paham dan menguasai IPTEK dan bisa menerapkannya langsung. Siswa lebih aktif dalam KBM karena tidak terpancang pada guru saja dan lebih menikmati proses KBM karena merasa nyaman dalam belajar.

commit to user

Tri Winarni. IMPLEMENTATION OF PAIKEM ON CIVIC EDUCATION BY CIVIC TEACHER OF SMP IN CURRICULUM BASED ON SCHOOL

UNIT LEVEL IN SURAKARTA. Undergraduate thesis. Surakarta: education and teacher training, Sebelas Maret University. April 2012.

The aims of this research are: (1) to know learning approach used by the civic teacher of SMP in Surakarta, (2) to know the implementation PAIKEM approach on civic education by civic (Pkn) teacher of SMP in Surakarta, (3) to know the result of PAIKEM method implementation in curriculum based on school unit level.

This research used descriptive qualitative method with one focus strategy. Data source used were informant, document, place and events. The data collecting technique used were passive observation, deep interview, and document analysis. Validity and interactive analysis consisted of collecting data, reducing data, showing data and concluding data. The research procedures followed these steps: (1) pre-field step, (2) field research step, (3) data analysis, and (4) writing report.

The conclusions of the research result are: (1). That approach learning that is used by civics teacher of Junior High School in Surakarta most of them are using PAIKEM method. From 8 schools which were researched, SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Murni 1 Surakarta are using CTL mrthod. SMP Kristen 3 Surakarta are using integrated learning approach, whereas SMP Negeri 16 Surakarta and SMP Muhammadiyah 7 Surakarta using cooperative learning approach, (2). That application of PAIKEM approach that is applicated in SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta and SMP Murni 1 Surakarta is running smoothly. This can be seen from cooperation between teachers and teachers, teachers and headmaster, and teachers and students in realizing the same purpose; it is enhancement of education quality. That the implementation of PAIKEM approach besides it could be found directly by observing the learning and teaching process in the class. It also could be found implicitly on its lesson plan (RPP) which was arranged by the teacher of Pkn, on some RPP of Pkn teacher there were the implementation of PAIKEM implicitly on doing teaching process. It could be seen from the using of discussion method, connecting real problem happen now were used in some meetings to discuss basic competence. Connecting real problem happen now showed the implementation of PAIKEM approach, (3). That the result of PAIKEM approach that is used in in SMP Negeri 14 Surakarta, SMP Negeri 15 Surakarta, SMP Negeri 16 Surakarta, SMP Negeri 20 Surakarta, SMP Kristen 3 Surakarta, SMP Kristen 4 Surakarta, SMP Muhammadiyah 7 Surakarta and SMP Murni 1 Surakarta used in teaching learning process such as: good achievement, increasing motivation on learning, students were brave to talk and deliver the ideas, students were more understand and master IPTEK and they could applied it directly. Students became more active in teaching and learning

commit to user

teaching and learning process because they felt safe and secure in learning.

commit to user

“ Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupan..”

(Q.S AL Baqarah : 286)

“ Fa inna ma’al Usri Yusraa ( Yusran)” artinya: sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.

(Q.S Al Insyirah: 5)

commit to user

Karya ini dipersembahkan kepada:  Bapak dan Ibu atas doa, semangat, dan

kasih sayangnya  Kakak-kakak tercinta  Achmad Maulana dan Farah terkasih  Keluarga Tante Ema  Teman-Teman PKn Angkatan 2004  Almamater

commit to user

Puji Syukur dipanjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi dan penelitian lapangan

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi

3. Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan, yang telah memberikan pengarahan dan ijin atas penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Dra. C.H Baroroh, M.Si sebagai Pembimbing I yang telah memberikan curahan pikiran, mengarahkan dan membimbing serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini

5. Bapak Drs. Utomo, M.Pd, Pembimbing II yang telah mengarahkan dan membimbing serta memotivasi penulis dalam penyusunan skripsi, dan menyelesaikan studi ini

6. Ibu Erna Yuliandari, S.H, Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran selama penulis menempuh pendidikan di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

7. Segenap Dosen Pengajar Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan dan wawasan kepada penulis

commit to user

melakukan penelitian, sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan skripsi dari penulis.

9. Guru-Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri dan Swasta untuk wawancaranya sehingga diperoleh data yang berhubungan dengan skripsi dari penulis.

10. Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu yang telah membantu tersusunnya skripsi ini.

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan Yang Maha Esa. Walaupun disadari dalam skripsi ini masih ada kekurangan, namun

diharapkan skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan juga dunia pragmatika.

Surakarta, Juli 2012

Penulis

commit to user

3. Hasil dari Pendekatan PAIKEM dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan.....................................................................

C. Temuan Studi.................................................................................

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan....................................................................................

B. Implikasi........................................................................................

C. Saran............................................................................................. DAFTAR PUSTAKA................................................................................

57

59

62

63

64

66

commit to user

Halaman

Tabel 1. Perbedaan pembelajaran CTL dan Tradisional.................................. 20 Tabel 2. Tempat Penelitian ............................................................................ 39 Tabel 3. Waktu dan Kegiatan Penelitian ........................................................ 40 Tabel 4. Jumlah Penduduk Surakarta tahun 2002 .......................................... 50 Tabel 5. Banyaknya Pencari Kerja Menurut Tingkat Pendidikan tahun

2002 .................................................................................................. 50 Tabel 6. Jumlah Sekolah Tiap Kecamatan di Kota Surakarta tahun

2002/2003…… ................................................................................. 51 Tabel 7. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan Guru PKn SMP di

Surakarta……................................................................................... 53 Tabel 8. Pendekatan Pembelajaran yang digunakan Guru PKn SMP di

Surakarta……................................................................................... 54 Tabel 9. Hasil Penggunaan Pendekatan PAIKEM……................................... 58

commit to user

Halaman

Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ............................................................. 38 Gambar 2. Model Analisis Interaktif .............................................................. 47

commit to user

Surakarta…………………………………………………... .. 154

Lampiran 19. Surat Permohonan Ijin Penelitian di SMP Muhammadiyah 7

Surakarta…………………………………………………... .. 155

Lampiran 20 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 14 Surakarta................................................................. 156

Lampiran 21 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 15 Surakarta................................................................. 157

Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 16 Surakarta................................................................. 158

Lampiran 23 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Negeri 20 Surakarta................................................................. 159

Lampiran 24 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Kristen 3 Surakarta.................................................................. 160

Lampiran 25 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Kristen 4 Surakarta.................................................................. 161

Lampiran 26 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Murni 1 Surakarta ................................................................... 162

Lampiran 27 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMP

Muhammadiyah 7 Surakarta ................................................... 163

Lampiran 28 Surat Permohonan Ijin Kepada Kepala Dinas Dikpora

Surakarta ................................................................................. 164

commit to user

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Percepatan arus informasi dalam era globalisasi dewasa ini menuntut semua bidang kehidupan untuk menyusun visi, misi, tujuan dan strategi agar sesuai dengan kebutuhan serta tidak ketinggalan jaman. Penyesuaian tersebut secara langsung mengubah tatanan dalam sistem makro, meso maupun mikro. Demikian pula dalam sistem pendidikan, sistem pendidikan nasional senantiasa harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik ditingkat lokal, nasional, global.

Keberhasilan dalam pendidikan nasional diperlukan sistem dan manajemen pendidikan yang tepat dan sesuai dengan tuntutan perkembangan di era globalisasi. Serta melalui sistem pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mengembangkan fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam upaya untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dengan tuntutan perkembangan IPTEK dan globalisasi yang menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, maka diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas dan berbudi pekerti luhur. Untuk itu diperlukan perubahan dalam pola pikir dalam memberikan suatu materi pembelajaran yang baik dan berkualitas.

commit to user

pendidikan yang baik diantaranya yaitu “Peserta didik, pendidik atau guru, interaksi edukatif antara peserta didik dan pendidik, isi pendidikan dan suasana pendidikan“. Soedomo Hadi,dkk(1999 :19-27). Dari beberapa komponen yang berpengaruh terhadap kegiatan sekolah khususnya dalam proses belajar mengajar, guru perlu mendapat perhatian yang khusus di dalam pendidikan karena baik buruknya suatu pendidikan pada dasarnya tergantung dari aktifitas dan kreatifitas guru tersebut.

Guru dalam memberikan suatu materi pembelajaraan semestinya diberikan kebebasan yang lebih leluasa untuk mengembangkan suatu materi sesuai dengan kurikulum yang ada. Materi yang disampaikan oleh seorang guru lebih dahulu dipersiapkan sebelum melakukan suatu pembelajaran.

Menurut Moh Uzer Usman (2001 :5) “Persiapan yang harus dilaksanakan seorang guru sebelum kegiatan belajar mengajar meliputi Merumuskan Tujuan pembelajaran Khusus(TPK) yang hendak dicapai, menentukan materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan tersebut, menentukan metode mengajar yang merupakan wahana pengembangan materi pelajaran sehingga dapat diterima dan menjadi milik siswa. Kemudian menentukan alat peraga pengajaran yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah penerimaan materi pelajaran oleh siswa serta dapat menunjang tercapainya tujuan trersebut. Langkah yang terakhir adalah menentukan alat evaluasi yang dapat mengukur tercapai tidaknya tujuan yang hasilnya dapat dijadikan feedback bagi guru dalam meningkatkan kualitas mengajarnya maupun kualitas belajar siswa”.

Dalam dunia pendidikan, Pendidikan Kewarganegaraan adalah salah satu pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting. Hal ini terbukti diwajibkannya pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan mulai dari tingkat SD hingga perguruan tinggi. Hal ini mengingat Pendidikan Kewarganegaraan memiliki peran yang sangat penting untuk menjadikan dan menghasilkan manusia-manusia yang mampu berwarga negara yang baik dan benar serta sadar akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.

commit to user

terlepas dari kehidupan sehari-hari. Seperti contohnya : HAM, Peradilan Nasional, Hubungan Internasional dan masih banyak lagi materi yang lain. Kesemuanya itu tidak terlepas dari hak dan kewajiban warga negara ataupun hak dan kewajiban negara, karena materi yang menjadi lingkup Pendidikan kewarganegaraan berhubungan dengan kenyataan atau fenomena kehidupan sehari-hari yang sedang terjadi di masyarakat.

Hasil pembelajaran dalam dunia pendidikan di Indonesia masih belum menggembirakan. Menurut Sumarna dalam Wasis (2006: 2), ”kebanyakan peserta didik mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan pengetahuan dalam kehidupan nyata”. Hal tersebut disebabkan adanya kecenderungan pembelajaran di kelas yang berorientasi pada penguasaan materi yang terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan kehidupan jangka panjang. Pembelajaran lebih banyak memaparkan fakta, pengetahuan dan hukum kemudian dihapalkan bukan mengaitkannya dengan pengalaman empiris dalam kehidupan nyata. Pendidikan hendaknya mampu menjadikan peserta didik dapat memperkaya pengalaman belajarnya sehingga mampu membangun pemahaman dan pengetahuan terhadap dunia sekitarnya.

Upaya pemerintah dalam memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia terus dilaksanakan, beragam program inovatif digunakan untuk restrukturisasi pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan nasional adalah dengan penyempurnaan kurikulum. Di Indonesia telah mengalami perubahan kurikulum beberapa kali. Saat ini kurikulum yang wajib digunakan oleh tiap-tiap satuan pendidikan adalah Kurikulum 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Dengan penerapan KTSP mulai tahun ajaran 2006/2007 yang merupakan penyempurnaan dari Kurikulum Berbasisi Kompetensi (KBK), maka

commit to user

Dengan demikian, kurikulum dari sekolah satu dengan sekolah yang lainnya bisa berbeda. Namun demikian, kurikulum yang dibuat sekolah harus mengacu pada standar nasional yang ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).

Kurikulum tingkat satuan pendidikan menggambarkan bahwa siswa yang telah mengikuti kegiatan belajar menguasai konsep pengetahuan dan mampu menganalisis kebutuhan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya di sekolah setelah mengikuti berbagai mata pelajaran. Hal ini menuntut kualitas guru yang memadai. Kualitas guru dapat dilihat dari bagaimana guru menerapkan kurikulum tingkat satuan pendidikan. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan, guru diharapkan dapat menggunakan metode dan pendekatan pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru mempengaruhi berhasil tidaknya peserta didik dalam memahami materi pelajaran. Proses belajar mengajar harus menggunakan model-model pendekatan yang efektif untuk mengembangkan kecakapan hidup siswa yang meliputi kemampuan untuk belajar sepanjang hayat, kemampuan berpikir kompleks, kemampuan berkolaborasi, kemandirian dan sebagainya. Menurut Uzer Usman (2005:30-33) bahwa ”dalam menciptakan belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa yaitu melibatkan siswa secara aktif, menarik minat dan perhatian siswa, membangkitkan motivasi siswa, prinsip individualitas, peragaan dalam pengajaran.

Seorang guru yang baik harus mampu menyusun strategi pembelajaran, sehingga mampu membawa siswa untuk aktif belajar karena kesadaran dan ketertarikan siswa cukup tinggi. Guru dapat menyajikan kegiatan belajar mengajar yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa. Menurut Gary dan Margaret dalam Mulyasa (2007:21)mengemukakan bahwa ”guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut :1) memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif, 2) kemampuan

commit to user

memberikan umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), dan 4) memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.”Usaha untuk membangun motivasi siswa dapat diperoleh dari unsur eksternal yaitu suasana kelas untuk belajar harus efektif. Suasana kelas yang efektif dalam belajar dapat diperoleh dengan menerapkan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.

Pelajaran Pkn merupakan pelajaran yang ada di setiap jenjang pendidikan, tetapi pada kenyataannya masih banyak guru yang belum menggunakan metode yang sesuai, metode pembelajaran yang masih banyak dipakai adalah metode ceramah. Pada proses belajar mengajar di kelas, metode ceramah memposisikan guru sebagai subjek sentral dan siswa sebagai objek sehingga membuat siswa jenuh dan malas dalam menerima pelajaran. Keaktifan siswa dengan menggunakan metode ceramah sangat kurang karena siswa terkondisikan untuk mendengarkan ceramah guru. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa.

Salah satu komponen dalam KTSP yang harus dipenuhi oleh tiap satuan pendidikan adalah mengoptimalkan proses pembelajaran dengan salah satu metode pembelajaran yang berbasis nilai. Contoh metode pembelajaran yang berbasis lingkungan adalah pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

Pembelajaran dilandasi strategi yang berprinsip pada:berpusat pada peserta didik, mengembangkan kreativitas peserta didik, suasana yang menarik, menyenangkan, dan bermakna, prinsip pembelajaran aktif, Inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM), mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai dan makna, belajar melalui berbuat, peserta didik aktif berbuat, menekankan pada penggalian, penemuan, dan penciptaan, pembelajaran dalam situasi nyata dan konteks sebenarnya, menggunakan pembelajaran tuntas di sekolah.

Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret. Dampak positif dari

commit to user

keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya. Seperti yang terdapat dalam empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.

Dalam pembelajaran Pkn masih banyak guru yang menggunakan pendekatan konvensional dimana guru masih menggunakan metode ceramah, sehingga siswa merasa jenuh dalam menerima pelajaran, hal ini menyebabkan kreativitas dan ketertarikan siswa dalam mempelajari pelajaran Pkn sangat kurang dan pada akhirnya prestasi belajar siswa untuk mata pelajaran Pkn masih kurang.

Berdasarkan pemaparan masalah di atas, maka penulis bermaksud untuk mengadakan penelitian dengan judul “Penerapan PAIKEM Pada Mata

Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Oleh Guru Pkn SMP Di Kota Surakarta”

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Pendekatan pembelajaran apakah yang digunakan oleh guru PKn SMP di Surakarta ?

2. Bagaimanakah penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran

pendidikan kewarganegaraan oleh guru Pkn SMP di Surakarta?

3. Bagaimanakah hasil dari pendekatan PAIKEM SMP di Surakarta?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pendekatan pembelajaran yang digunakan oleh guru PKn SMP di Surakarta.

2. Penerapan pendekatan PAIKEM pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan oleh guru Pkn SMP di Surakarta

3. Hasil dari metode pendekatan PAIKEM SMP di Surakarta.

commit to user

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan, baik manfaat secara praktis maupun teoritis, yaitu sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Memberikan kontribusi positif yang bermanfaat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam bidang belajar mengajar mengenai peranan pendekatan PAIKEM terhadap kualitas proses pembelajaran.

b. Sebagai bahan pertimbangan dan pengembangan bagi penelitian-penelitian yang dilakukan di masa yang akan datang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi siswa Memberikan kemudahan dalam belajar PKn dan memahami materi PKn dengan pendekatan PAIKEM.

b. Bagi guru Sebagai masukan bagi guru di bidang studi PKn sebagai suatu pendekatan pembelajaran alternatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran kepada siswanya.

c. Bagi peneliti Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang telah penulis terima di dalam perkuliahan, khususnya tentang pembelajaran PKn serta menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang dunia pembelajaran.

commit to user

LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Tentang Mata Pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan

a. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

Peraturan Mentri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi untuk pendidikan dasar menengah menetapkan bahwa ” Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mampu memiliki hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (PERMENDIKNAS RI No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah)

Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan misi dan tugasnya memiliki fungsi. :

1) Membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan

2) Membentuk peserta didik memiliki rasa cinta tanah air.

3) Membentuk peserta didik untuk menerapkan kebersaman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi terwujudnya persatuan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. (E. Mulyasa,2006:97 )

Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.

2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta anti korupsi.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (http://ucupneptune:blogspot.com, 01 April 2009)

commit to user

diwujudkan dengan cara kesempatan belajar pada siswa secara aktif pada pembelajaran. Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru untuk mengembangkan nilai-nilai demokrasi di sekolah. Siswa dengan bebas mengungkapkan gagasan dan pikirannnya tanpa ada rasa ketakutan terhadap guru. Hal ini akan tercipta menumbuhkan demokratisasi dalam kelas, yang akan mendorong terciptanya suasana yang kondusif dalam meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran yang optimal.

Pembelajaran pendidikan kewarganegaran hendaknya mengutamakan proses pembinaan nilai, sikap dan perilaku-perilaku positif supaya dapat internalisasaikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan harus dibuat pada suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan termotifasi sampai akhir proses pembelajaran. Siswa akan belajar dengan baik serta mudah mengikuti proses pembelajaran dengan baik serta mudah mengikuti proses pembelajaran dengan model pembelajaran yang sesuai.

Menurut Arnie Fajar (2005: 141) mengatakan bahwa “ mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warganegara indonesia yang cerdas, terampil, yang berkarakter yang diamanatkan oleh pancasila dan UUD 1945”. Pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang mengandung nilai-nilai moral yang akan mempengaruhi cara berfikir dan bertingkah laku anak, baika yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Bidang studi ini telah ditetapkan oleh MPR dengan Tap MPR No. II/MRR/1998 yang mana sebagai realisasinya dalam GBHN sebagai berikut:

commit to user

unsur-unsurnya yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa dan nilai-nilai 45 kepada generasi muda di masukkan dalam kurikulum du sekolah-sekolah, mulai dari TK sampau Unuversitas baik negewri maupun swasta. (Depdikbud, 2006: 53) Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa perhatian pemerintah sangat

besar terhadap bidang studi ini, sehingga pemerintah menetapkan untuk diadakan mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan di setiap jenjang pendidikan mulai dari taman Kanak-Kanak Sampai Perguruan Tinggi. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral tersebut diharapkan dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku kehidupan sehari-hari, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dan mahkluk ciptaan Tuhan.

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan membakali siswa dengan budi pekerti, pengetahuan kemanusiaan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara agar menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh Bangsa dan Negara. Pendidikan kewarganegaraan adalah “ pendidikan yang mengembangkan semangat kebangsaan dan cinta tanah air”. (Pasal 37 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional)

Pendidikan kewarganegaraan dianggap sebagai pendidikan demokrasi yang menjadi strategis dan mutlak bagi perwujudan masayarakat dan negara demokrasi. Demokrasi dalam suatu negara hanya akan tumbuh subur apabila dijaga oleh warga negara yang demokratis. Warganegara yang demokratis bukan hanya dapat menikmati hak kebebasan individu, tetapi juga harus memikul tanggung jawab secara bersama-sama dengan orang lain untuk membentuk masa depan yang cerah. Sesungguhnya, kehidupan yang demokratis adalah cita-cita yang dicerminkan dan diamanatkan oleh para pendiri bangsa dan negara ketika mereka pertama kali merumuskan pancasila dan UUD 1945.

Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan agar setiap warga Negara memiliki wawasan kesadaran bernegara untuk bela negara dan memiliki pola

commit to user

Pancasila, semua itu diperlukan demi tetap utuh dan tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil, akan membuahkan sikap mental bersifat cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku sebagai berikut:

1) Beriman dan bertagwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa.

2) Berbudi pekerti luhur, disiplin dalam bermasyarakat, bangsa dan Negara.

3) Bersikap rasional, dinamis dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara.

4) Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran Bela Negara.

5) Aktif memenfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara. Melalui pendidikan kewarganegaraan ini diharapkan mampu untuk memahami, menganalisis dan menjawab masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat, bangsa dan negaranya secara berkesinambungan dan konsisten dengan cita-cita dan tujuan nasional seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.

Dari uraian tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa dalam mengisi kemerdekaan menghadapi pengaruh global, maka setiap warganegara harus tetap pada jatidirinya yang berjiwa patriotik dan cinta tanah air di dalam perjuangan non fisik sesuai dengan bidang profesi masing-masing di dalam semua aspek kehidupan, khususnya untuk memerangai keterbelakangan, kemiskinan, kesenjanagan sosial, korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia guna memiliki daya saing/kompetitif, transparan dan memelihara serta menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, berfikir objektif rasional dan mandiri, sehingga menjadi bangsa yang dapat diperhitungkan dalam peraturan global dan Negara Kesatuan Republik Indonesia tetap utuh, tegak dan jaya sepanjang masa.

Menurut Winarno, 2005: 10 Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan misi dan tugasnya memiliki fungsi sebagai berikut:

commit to user

civic education. Pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan pengetahuan dan kemampuan peserta didik bergkenaan dengan peran, tugas, hak, kewajiban, dan tanggung jawab sebagai warganegara dalam berbagai aspek kehidupan bernegara.

2) Sebagai pendidikan nilai dan karakter. Dalam hal ini pendidikan kewarganegaraan bertugas membina dan mengembangkan nilai / kepribadian kewarganegaraan yang dianggap baik sehingga terbentuk warganegara yang berkarakter baik bagi bangsa yang bersangkutan.

3) Sebagai pendidik demokrasi (politik). Pendidikan kewarganegaraan mengembban tugas menyaiapkan peserta didik menjadi warganegara yang demokratis untuk mendukung tegaknya demokrasi Negara. Dengan pendidikan kewarganegaraan maka akan ada sosialisasi, diseminasi dan penyebarluasan nilai-nilai demokrasi pasda masyarakat.

4) Sebagai pendidik bela negara. Pendidikan kewarganegaraan bertugas membentuk peserta didik agar memiliki kesadaran bela negara sehingga diandalkan untuk menjaga kelangsungan negara dari berbagai ancaman.

b. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, Keterbukaan dan jaminan keadilan.

2) Norma hukum dan persatuan, meliputi: Tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib disekolah, Norma yang berlaku dimasyarakat5, Peraturan- peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan bangsa dan bernegara, Sistem hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional.

3) Hak asasi manusia, meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan kewajiban anggota masyarakart, Instrumen nasional dan Internasional HAM, Pemajuan, Penghormatan dan perlindungan HAM.

4) Kebutuhan warganegara, meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warganegara.

commit to user

pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di indonesia, Hubungan dasar negara denagan konstitusi.

6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintah desa dan kecamatan, Pemerintah daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi.

7) Pancasila, meliputi: Kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan idiologi Negara, Proses perumusan pancasaila sebagai dasar Negara, Pengalaman nilai-nilai poancasila dalam kehidupan seharai-hari, Pancasila sebagai idiologi terbuka.

8) Globalisasi, meliputi: globalisasi dilingkungan, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Hubungan internasional dan organio sasi internasional, dan Menevaluasi globalisasi.

c. Sejarah dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia mengalami perkembangan dan perubahan seiring dengan tuntutan zaman dan pergantian rezim. “Pendidikan Kewarganegaraan dimulai dengan mata pelajaran kewarganegaraan (1957), Civic (1962), Pendidikan kewargaan Negara (1968), Pendidikan Moral Pancasila / PMP (1984), Pendidikan Pancasila dan Kwarganegaraan / PPKn (1994), dan pelajaran Pendidikan Kewaganegaraan (2004)”. (Winarno, 2005:8)

“Pendidikan Kewarganegaraan yang kita kenal sekarang telah mengalami perjalanan panjang dan melalui kajian kritis sejak tahun 1960-an yang dikenal dengan mata pelajaran “Civic” di sekolah dasar dan merupakan embrio dari “Civic Education” sebagai “the body of knowledge”. Pendidikan Kewarganegaraan sebagai instumen pengetahuan diarahkan untuk membangun masyarakat demokrasi yang beradap”.(Syahrial Syarbaini, 2006: 3)

commit to user

a. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)

1) Pengertian CTL

Contextual Teaching and Learning atau disebut juga pembelajaran kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru dalam mengaitkan materi pelajaran dengan kehidupan nyata dan memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajarinya dengan kehidupan mereka (Depdiknas, 2007: 19). Melalui pembelajaran kontekstual diharapkan konsep-konsep materi pelajaran dapat diintegrasikan dalam konteks kehidupan nyata dengan harapan siswa dapat memahami apa yang dipelajarinya dengan lebih baik dan mudah.

CTL adalah sebuah sistem yang menyeluruh, yang terdiri dari bagian- bagian yang terhubung satu sama lain, maka dihasilkan pengaruh yang melebihi hasil yang diberikan bagian-bagian secara terpisah. Setiap bagian yang berbeda ini memberikan sumbangan dalam menolong siswa memahami tugas sekolah. Secara bersama-sama, mereka membentuk suatu sistem yang memungkinkan para siswa melihat makna di dalamnya, dan mengingat materi akademik. (Elaine B Johnson, 2007: 65)

Melalui pendekatan pembelajaran kontekstual diharapkan guru dapat menghadirkan situasi dunia nyata ke kelas dan mendorong siswa untuk membuat dan menghubungkan pengetahuan yang telah dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan nyata sehari-hari.

2) Elemen dalam CTL

Dalam CTL terdapat beberapa elemen yang harus diperhatikan oleh guru ketika melakukan kegiatan pembelajaran. Menurut Zahorik dalam E. Mulyasa (2005: 138), ada lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :

(1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik. (2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju ke bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus). (3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: menyusun konsep sementara, melakukan sharing untuk memperoleh masukan dari orang lain serta merevisi dan mengembangkan konsep. (4) Pembelajaran ditekankan pada upaya

commit to user

terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang dipelajari.

Kelima elemen CTL tersebut mengarah pada pembelajaran yang berpusat pada siswa yang merupakan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Oleh karena itu, kelimanya harus dilaksanakan pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran.

3) Komponen-komponen CTL

Pendekatan pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen yang melandasi pelaksanaan proses pembelajaran. Menurut Depdiknas (2007: 5), ketujuh komponen tersebut adalah : konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflektion) dan penilaian sesungguhnya (autentic assesment). Suatu kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual jika telah menerapkan ketujuh komponen tersebut dalam kegiatan pembelajaran. 1.Konstruktivisme (Constructivism)

Konstruktivisme adalah teori belajar yang menyatakan bahwa orang menyusun atau membangun pemahaman mereka dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal dan kepercayaan mereka (Depdiknas, 2007: 5). Dalam hal ini tugas guru antara lain :

a) Guru menjadikan pengetahuan bermakna dan relevan bagi siswa

b) Guru memberi kesempatan siswa menemukan dan menerapkan idenya sendiri

c) Guru menyadarkan siswa agar menerapkan strategi mereka sendiri 2.Menemukan (Inquiry)

Inquiry adalah proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan melalui proses berpikir secara sistematis (Wina Sanjaya, 2006;119). Secara umum proses inquiry ini meliputi kegiatan sebagai berikut :

a) Siswa merumuskan masalah

b) Siswa mengamati atau melakukan observasi

c) Siswa menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, table dan karya lain.

commit to user

teman sekelas, guru atau audien lain. 3.Bertanya (Questioning) Dalam proses pembelajaran kontekstual, guru tidak menyampaikan informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh karena itu, peran bertanya sangat penting, karena melalui pertanyaan-pertanyaan tersebut guru dapat membimbing dan mengarahkan siswa untuk menemukan setiap materi yang dipelajarinya.

Tujuan dari proses bertanya menurut Depdiknas (2007: 6), sebagai berikut:

a) Guru menggali informasi dari siswa

b) Guru membangkitkan respon siswa

c) Guru mengecek pemahaman siswa

d) Guru memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki oleh guru

e) Guru menyegarkan kembali pengetahuan siswa 4.Masyarakat Belajar (Learning Community) Masyarakat belajar adalah sekelompok siswa yang terikat dalam kegiatan belajar agar terjadi proses belajar lebih dalam (Depdiknas, 2007: 7). Konsep ini menyarankan agar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Penerapan konsep masyarakat belajar menurut Depdiknas (2007: 7) terwujud dalam :

a) Pembentukan kelompok kecil

b) Pembentukan kelompok besar

c) Mendatangkan “ahli” ke kelas

d) Bekerja dengan kelas sederajat

e) Bekerja kelompok dengan kelas di atasnya f)Bekerja dengan masyarakat 5.Pemodelan (Modelling) Pemodelan adalah proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar (Depdiknas, 2007: 8). Jadi dalam kegiatan belajar

commit to user

setiap siswa. 6.Refleksi (Reflection)

Refleksi memungkinkan cara berpikir tentang apa yang telah siswa pelajari dan untuk membantu siswa menggambarkan makna personal siswa sendiri. Menurut Depdiknas (2007: 8) refleksi yang dapat diterapkan oleh guru adalah sebagai berikut :

a) Pertanyaan langsung tentang apa-apa yang diperoleh siswa pada hari ini

b) Catatan di buku siswa

c) Kesan dan saran siswa tentang pembelajaran hari ini

d) Diskusi

e) Hasil karya 7.Penilaian Otentik (Autentic Assesment) Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan dicapai. Hal-hal yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian menurut Abdul Majid (2006: 186) antara lain :

a) Proyek/kegiatan dan laporannya

b) Pekerjaan rumah

c) Kuis

d) Karya siswa

e) Presentasi / penampilan siswa

f) Demonstrasi

g) Laporan

h) Jurnal

i) Hasil tes tulis j) Karya tulis

4) Pelaksanaan Pembelajaran kontekstual

Sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan CTL jika telah menerapkan ketujuh komponen CTL, yaitu jika filosofi belajarnya adalah kontruktivisme selalu ada unsur bertanya, pengetahuan dan pengalaman diperoleh dari kegiatan menemukan terbentuk masyarakat belajar, ada model yang ditiru dan

commit to user

besar langkah-langkahnya sebagai berikut :

1) Kembangkan pemikiran bahwa anak akan lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.

2) Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik

3) Kembangkan sikap ingin tahu siswa dengan bertanya

4) Ciptakan masyarakat belajar (belajar dalam kelompok-kelompok)

5) Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran

6) Lakukan refleksi di akhir pertemuan

7) Lakukanlah penialaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

Agar proses pembelajaran kontekstual dapat efektif, terdapat beberapa tahap yang perlu dilakukan guru. Tahap tersebut adalah : perencanaan, pelaksanaan dan penilaian (Depdiknas, 2007: 11).

1) Perencanaan Perencanaan merupakan kegiatan pertama yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pembelajaran. Menurut Depdiknas (2007: 11), untuk keperluan perencanaan, guru diharapkan melaksanakan beberapa hal sebagai berikut :

a) Mengkaji konsep, teori atau kompetensi yang akan dipelajari siswa. b) Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama. c) Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengkaitkannya dengan konsep atau teori yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual. d) Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan mengkaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa dan lingkungan kehidupan mereka.

Melalui perencanaan pembelajaran ini diharapkan guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku, dalam hal ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

2) Pelaksanaan Pada dasarnya, pelaksanaan pembelajaran mengacu pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya. Dalam hal ini, aktivitas pembelajaran yang melibatkan siswa mengikuti tahap-tahap yang telah

commit to user

pembelajaran kontekstual diperlukan strategi sebagai berikut :