Desain komunikasi visual sebagai media promosi museum purbakala Sangiran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi pariwisata. Ribuan

  pulau dengan berbagai macam suku dan kebudayaan serta alamnya yang elok menjadi obyek yang sangat menarik bagi wisatawan. Sejauh ini pemerintah terus berupaya menggali dan mengembangkan potensi-potensi tersebut. Salah satu potensi wisata yang menarik dan terus dikembangkan adalah wisata arkeologi.

  Bumi kita yang berusia jutaan tahun ini menyimpan banyak misteri yang belum terungkap sampai sekarang, khususnya kehidupan prasejarah di mana manusia mulai ada dan bagaimana mereka hidup di lingkungannya. Akan tetapi dengan bertambah tingginya kebudayaan manusia, sedikit demi sedikit misteri tersebut mulai terungkap. Para arkeolog berupaya untuk menggali, mempelajari dan menggambarkan kehidupan di masa itu melalui peninggalannya yang berupa fosil-fosil manusia, binatang, tumbuhan, batu-batuan dan alat-alat pendukung kehidupan di masa itu.

  Peninggalan arkeologi memiliki arti penting karena merupakan warisan budaya hasil sejarah manusia sepanjang masa. Fungsi peninggalan arkeologi dapat ditinjau dari tiga aspek. Pertama, aspek ilmiah dimana peninggalan arkeologi menjadi bukti, sumber dan obyek ilmu pengetahuan sejarah dan budaya. Kedua, aspek sosial dimana peninggalan arkeologi berperan sebagai cermin sejarah dan budaya untuk mengembangkan dan membina nilai budaya bangsa, pendidikan budaya bangsa dan untuk memupuk kepribadian bangsa di bidang kebudayaan dan ketahanan nasional. Ketiga, aspek pariwisata, dimana peninggalan arkeologi bisa menjadi tujuan wisata yang menarik bagi wisatawan karena selain menawarkan obyek sejarah dan budaya juga bisa menambah ilmu pengetahuan. (http://www.sinarharapan.co.id/feature/wisata/2003/043/wis01.html)

  Mengingat fungsinya yang demikian kompleks maka perlu diupayakan langkah pelestarian dan pengamanan secara optimal agar bisa memberi nilai lebih bagi masyarakat. Salah satunya adalah dengan membangun museum. Selain bertujuan untuk pelestarian dan pengamanan, museum merupakan media untuk menyajikan rekaman sejarah kebudayaan dan peradaban manusia sepanjang masa.

  Museum Purbakala Sangiran merupakan salah satu obyek wisata arkeologi yang sangat menarik. Sejak ditetapkan sebagai World Herritage (Warisan Dunia) oleh UNESCO pada tanggal 5 Desember 1996 dengan nama Sangiran Early

  

Man Site , kawasan ini tidak hanya menjadi aset penting bagi Pemerintah

  Kabupaten Sragen dan Indonesia, tetapi juga bagi dunia. Informasi yang terkandung dibalik gersangnya bukit-bukit di Sangiran menjadi daya tarik tersendiri bagi Situs Sangiran.

  Sangiran sebenarnya adalah nama kembar dari dua pedukuhan kecil yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Kedua perdukuhan ini dipisahkan oleh sungai Cemoro yang mengalir dari kaki Gunung Merapi menuju ke Sungai Bengawan Solo. Dukuh Sangiran sisi utara terletak di desa Krikilan, kecamatan Kalijambe, kabupaten Sragen, dan dukuh Sangiran sisi selatan masuk wilayah desa Krendowahono, kecamatan Gondangrejo, kabupaten Karanganyar. Secara administratif, situs seluas lebih

  2

  kurang 56 km tersebut mencakup tiga kecamatan di Kabupaten Sragen, yaitu Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh serta Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar.

  Penelitian tentang manusia purba dan binatang purba di Sangiran diawali oleh G.H.R. von Koenigswald, seorang ahli paleoanthropologi dari Jerman yang bekerja pada pemerintah Belanda di Bandung pada tahun 1930-an. Beliau adalah orang yang telah berjasa melatih masyarakat Sangiran untuk mengenali fosil dan memperlakukan fosil yang ditemukan dengan benar. Mengingat pentingnya hasil temuan di kawasan Sangiran tersebut, pada tahun 1977 Sangiran dan sekitarnya ditetapkan sebagai daerah cagar budaya, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 070/0/1977, tanggal 5 Maret 1977.

  Sampai saat ini, sebanyak 50 individu fosil manusia purba Homo erectus (manusia yang berjalan tegak) telah ditemukan. Jumlah ini mewakili 65% dari fosil Homo erectus yang ditemukan di seluruh Indonesia atau sekitar 50% dari populasi Homo erectus di dunia. Tidak hanya itu, temuan berupa peralatan batu yang pernah digunakan manusia purba tersebut belasan ribu jumlahnya sehingga bisa mengungkap kehidupan manusia purba dan budaya yang berkembang saat itu secara lengkap. Keseluruhan fosil yang telah ditemukan adalah sebanyak 13.809 buah. Jika dilihat dari jumlah dan jenisnya, Situs Sangiran merupakan situs manusia purba Homo Erectus terlengkap di Asia yang kehidupannya dapat dilihat secara berurutan dan tanpa terputus sejak 2 juta tahun yang lalu hingga 200.000 tahun yang lalu, yaitu sejak Kala Pleistosen Akhir hingga akhir Pleistosen Tengah.

  Berdasarkan hasil penelitian, terungkaplah sejarah terjadinya Kubah Sangiran, yaitu diawali pada 2,4 juta tahun yang lalu ketika kawasan Sangiran masih berupa hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi daratan atau kubah. Hal tersebut dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan jamannya. Oleh karena itu, Situs Sangiran memiliki peran yang sangat penting dalam memahami proses evolusi manusia.

  Pada awalnya hasil temuan fosil-fosil di kawasan Sangiran dikumpulkan di rumah Kepala Desa Krikilan, Bapak Totomarsono, sampai tahun 1975. Karena banyak wisatawan yang datang berkunjung ke tempat tersebut, maka dibangunlah

  2

  sebuah museum di atas tanah seluas 1.000 m yang terletak di samping Balai Desa Krikilan. Mengingat semakin banyaknya fosil yang ditemukan dan sekaligus untuk melayani kebutuhan para wisatawan akan tempat wisata yang nyaman, pada tahun 1980 dibangun sebuah museum yang lebih representatif menggantikan museum yang lama.

  Kompleks Museum Sangiran yang baru didirikan di atas tanah seluas 16.675 m² di desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen. Seluruh koleksinya berasal dari kawasan situs. Koleksi yang dipajang di museum hanya 2.931 buah, sisanya disimpan di gudang penyimpanan. Koleksi tersebut antara lain berupa fosil molusca, fosil hominid atau manusia, fosil binatang, fosil tumbuhan, batu-batuan, sedimen tanah dan juga peralatan batu yang dulu pernah dibuat dan digunakan oleh manusia purba yang pernah bermukim di Sangiran. Tujuan utama didirikannya Museum Sangiran tersebut adalah untuk menyelematkan dan mengamankan kawasan Situs Sangiran serta meningkatkan daya tarik wisata skala nasional dan internasional.

  Pada kenyataannya kawasan Museum Sangiran kurang diminati sebagai tujuan wisata karena letaknya yang terpencil serta lingkungan alamnya yang kering dan tandus. Hal ini sangat disayangkan mengingat banyaknya potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, dalam rangka meningkatkan daya tarik wisata, Dinas Pariwisata Kabupaten Sragen terus berupaya untuk melengkapi sarana dan prasarana pendukung, serta menyebarluaskan informasi kepada publik melalui promosi secara langsung maupun melalui media.

  Dalam perancangan ini penulis akan merancang beberapa alternatif desain komunikasi visual sebagai media promosi Museum Sangiran. Pencitraan Kawasan Sangiran sebagai warisan dunia dengan segala potensinya akan digambarkan secara visual agar masyarakat lebih mengenal Sangiran dan menjadikan Museum Sangiran sebagai tempat yang menarik untuk dikunjungi. Melalui Museum Sangiran, mereka bisa melakukan penelitian, belajar tentang masa lalu, atau mengembara bersama nenek moyang agar dapat memperluas wawasan, memperkaya pengalaman, membangkitkan kesadaran, serta memberi hiburan rohani.

B. Rumusan Masalah

  Berangkat dari latar belakang masalah tersebut, maka dirumuskan pertanyaan sebagai berikut : “Bagaimana bentuk rancangan desain komunikasi visual yang komunikatif dan estetik untuk mempromosikan Museum Sangiran agar lebih dikenal dan diminati sebagai salah satu tempat tujuan wisata ?”

C. Tujuan Perancangan

  Perancangan desain komunikasi visual sebagai media promosi Museum Sangiran ini bertujuan untuk :

1. Membuat perancangan media promosi yang efektif dan tepat sasaran sehingga

  Museum Sangiran lebih dikenal masyarakat dan menjadikannya alternatif tujuan wisata yang mendidik sekaligus menyenangkan (edutainment).

D. Manfaat Perancangan

  Perancangan ini diharapkan bermanfaat baik secara praktis maupun secara teoritis. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut :

  1. Manfaat bagi Dinas Pariwisata Kab. Sragen : Museum Purbakala Sangiran dapat dikenal oleh masyarakat luas. Melalui promosi kepada khalayak umum diharapkan banyak wisatawan yang berkunjung kesana.

  2. Manfaat bagi calon wisatawan Masyarakat mengenal, mengetahui dan berkunjung ke Museum Purbakala Sangiran pengembangan ilmu pengetahuan dan tempat wisata yang menarik.

  Selain itu juga mendapat wawasan dan khasanah pengetahuan mengenai apa itu Museum Purbakala Sangiran

  3. Manfaat teoritis Bagi desain Komunikasi Visual secara umum karya desain ini diharapkan dapat menjadi model pertimbangan dalam promosi kepariwisataan yang ada.

E. Metode Perancangan 1.

   Metode Pengumpulan Data

  Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode : a. Wawancara (interview)

  Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data dari nara sumber yang kompeten. Data tersebut berkaitan dengan keberadaan Situs Sangiran, museum dan kegiatan promosi yang pernah dilakukan. Metode ini digunakan sebagai alat utama dan dianggap sangat efektif demi mendapatkan informasi tentang kelebihan dan kekurangan serta permasalahan yang ada dalam menyusun perancangan ini sesuai kebutuhan obyek penelitian. Nara sumber yang diwawancara adalah Elfrida Anjarwati selaku Arkeolog di Sangiran dan Drs. Sarjito Nugroho D.S. selaku Kasub Registrasi dan Penyajian Museum Sangiran.

  b.

  Observasi Kegiatan ini meliputi pengamatan dan pencatatan secara sistematis obyek- obyek di Kawasan Sangiran dan media-media promosi yang telah dibuat serta hal-hal lain yang terkait dengan promosi Museum Sangiran. Selain itu penulis melakukan observasi di Museum Trinil sebagai obyek pembanding.

  c.

  Pengkajian data referensi Kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan referensi mengenai desain komunikasi, media promosi, dan juga permuseuman sebagai landasan teoritis dalam perancangan ini.

2. Metode Analisis Data

  Penulis menggunakan metode analisis data kualitatif. Analisis kualitatif merupakan analisis yang didasarkan pada adanya hubungan sematis antar variabel yang sedang diteliti untuk memperoleh makna hubungan variabel-variabel sehingga dapat digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan. Prinsip pokok analisis kualitatif adalah mengolah dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematis, teratur, terstruktur, dan mempunyai makna. (Jonatan Sarwono & Hary Lubis, 2007 : 110) Model analisis data yang digunakan adalah : a. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Treat)

  Model ini mengkaji hal atau gagasan yang dimulai dengan cara memilih dan menginventarisasi sebanyak mungkin segi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Museum Purbakala Sangiran. Segi kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi internal yang dikandung oleh obyek yang dinilai, sedangkan peluang dan ancaman merupakan faktor eksternal. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis akan membandingkan Museum Sangiran dengan kompetitornya, yaitu Museum Trinil di Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

E. Target Visual

  Banyak pemilihan media komunikasi visual yang mendukung kegiatan promosi pariwisata Museum Purbakala Sangiran. Media-media yang digunakan diantaranya : 1.

  Media Lini Atas (Above the line) Merupakan media iklan yang mempergunakan media cetak maupun media elektonik. Media yang digunakan dalam promosi ini adalah web dan koran.

  Guna membantu mempromosikan pariwisata Museum Purbakala Sangiran hingga keluar negeri.

2. Media Lini Bawah (Bellow the line)

  Media lini bawah adalah jenis iklan yang tidak termasuk dalam media lini atas, media tersebut meliputi : a.

  Booklet b. Poster c. Billboard d. X-banner e. Leaflet f. T-shirt g.

  Kalender h. Penunjuk arah i. Kartu nama j. Tiket masuk k.

  Mug l. Gantungan kunci m.

  Stiker n. Bolpoint o. Pin

F. Skematika Perancangan

  Latar Belakang Masalah

  Rumusan Masalah Tujuan Perancangan Identifikasi Identifikasi Data

  Analisa Masalah Pemecahan Masalah Konsep Perencanaan Perencanaan Media Perencanaan Kreatif

  Proses Perancangan Layout Pengembangan Ide Thumbnail

  Tight tissu Alternatif Desain Evaluasi / Seleksi Final Art Work