Perancangan Pengembangan Model Desain Telepon Umum sebagai Media Komunikasi Publik Pt. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. ( Telkom )

TELEPON UMUM SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PUBLIK PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. ( TELKOM )

Diajukan untuk menempuh Tugas Akhir guna mencapai gelar Sarjana Seni Jurusan Desain Komunikasi Visual

oleh:

TABAH SANTOSO

C.0703038

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Konsep Karya Tugas Akhir dengan judul :

PERANCANGAN PENGEMBANGAN MODEL DESAIN TELEPON UMUM SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PUBLIK PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. ( TELKOM )

Telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji, Dalam sidang Tugas Akhir

Disetujui Oleh:

Pembimbing Tugas Akhir I Pembimbing Tugas Akhir II

Andreas Slamet Widodo, S.Sn, M.Hum Jazuli Abdin Munib, S.Sn NIP. 19751201 200112 1002

NIP 19750516 200212 1 001

Koordinator Tugas Akhir

Arief Imam Santoso, S.Sn NIP. 19790327 200501 1002

Disahkan dan dipertanggung jawabkan pada Sidang Tugas Akhir Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarta 2011

Pada Tanggal : Ketua Sidang Tugas Akhir :

1. Hermansyah Muttaqin, S.Sn (…………………) NIP. 1971115 2000604 1 001

Sekretaris Sidang Tugas Akhir:

2. Esty Wulandari, S.Sos, M.Si (…………………) NIP. 19791109 200801 2 015

Pembimbing Tugas Akhir I :

3. Andreas S.Widodo, S.Sn, M.Hum (…………………) NIP. 19751201 200112 1 002

Pembimbing Tugas Akhir II :

4. Jazuli Abdin Munib, S.Sn (.………………...) NIP 19750516 200212 1 001

Mengetahui, 29 April 2011

Dekan Ketua Jurusan Fakultas Sastra dan Seni Rupa

Desain Komunikasi Visual

Drs. Sudarno, M.A Drs. Edi Wahyono Hardjanto. M.Sn NIP. 1953031 4198506 1001

NIP. 19510713 1982031 1001

( TELKOM )

Tabah Santoso¹ Andreas S.Widodo, S.Sn, M.Hum². Jazuli Abdin Munib, S.Sn ²

ABSTRAKSI

2011. Pengantar Karya Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Pengembangan Model Desain Telepon Umum Sebagai Media Komunikasi Publik PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM). Adapun permasalahan yang dikaji adalah bagaimana membuat inovasi desain dan teknologi telekomunikasi telepon umum yang tepat (ergonomis), efektif dan efisien sehingga bisa menjadi solusi komunikasi bagi masyarakat Indonesia. Dengan begitu penyelengaraan fasilitas umum dapat direalisasikan dengan lebih baik seiring dengan perkembangan teknologi. Pemilihan media sebagai sarana informasi tentang keberadaan serta regulasi tarif telepon umum yang tepat dan jelas akan menambah tingkat kepercayaan masyarakat untuk tetap mengunakan telepon umum. Perusakan terhadap fasilitas telepon umum dapat di siasati dengan cara menempatkan telepon umum di area dengan tingkat pengawasan yang cukup dan lingkungan ramai yang terang seperti stasiun pompa bensin, rumah sakit, kantor polisi, mall, tempat hiburan dan sekolah. Selain itu penciptaan logo STOP MERUSAK TELEPON UMUM diharapkan menjadi penunjang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak merusak fasilitas telepon umum. Karena pada dasarnya masyarakat masih tetap menginginkan keberadaan telepon umum dan pemerintah dapat membantu melalui penegakan Kepmenhub No KM 20/2001 tentang penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, operator pemegang lisensi jaringan tetap diwajibkan menyediakan akses telepon umum sekurang-kurangnya 3% dari kapasitas terpasang.

¹ Mahasiswa Jurusan Deskomvis Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS dengan NIM C.0703038

( TELKOM )

Tabah Santoso¹

Andreas S.Widodo, S.Sn, M.Hum². Jazuli Abdin Munib, S.Sn ²

ABSTRACT

2011. Who deliver this final research paper, entitled Perancangan Pengembangan Model Desain Telepon Umum Sebagai Media Komunikasi Publik PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM). The problem studied is how to make innovation design and public telephone telecommunications technology (ergonomics), effective and efficient so that it can

be a communication solution for the people of Indonesia. That way the implementation of public facilities can be realized better in line with technological development. Selection of media as a means of information about the presence and regulation of phone rates are appropriate and clear general will increase the level of public trust to keep using a

public phone. Destruction of public telephone facilities to prevent with how to put pay phones in areas with adequate levels of supervision and a bright noisy environments such as gas stations, hospitals, police stations, malls, entertainment and schools. In addition, the creation of the logo STOP MERUSAK TELEPON UMUM expected to be a support to raise public

awareness so as not to damage the public telephone facilities. Because, basically, the payphones still wanted the existence of a public phone and the government can help through the enforcement of Ministerial Decree No. KM 20/2001 on telecommunication network, fixed network service licensees are required to provide public telephone access to at least 3% of installed capacity.

____________________

¹ College Student Majority Visual Communication Design and Letter and Art Faculty UNS.

Kedua Orangtuaku Untuk dukungannya selama ini.

" If the processor is a computer's heart, giving it life and keeping things running, then graphics is its soul."

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelimpahan Rahmat-nya sehingga penulis dapat menyusun Konsep Pengantar Karya Tulis ini sebagiamana yang telah diwajibkan sebagai syarat gelar Kesarjanaan Seni Jurusan Desain Komunikasi Visual Fakultas Sastra dan Seni Rupa.

Dapat selesainya Tugas Akhir ini tentu saja tidak lepas dari dukungan berbagai pihak yang telah memberikan masukan dan dorongan baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tugas Akhir ini hingga proses pengerjaan dapat selesai. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Drs. Sudarno, M.A , Dekan Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS.

2. Drs. Edi Wahyono Hardjanto,M.Sn selaku Ketua Jurusan Deskomvis.

3. Hermansyah Muttaqin, S.Sn selaku Ketua Sidang Tugas Akhir.

4. Andreas S. Widodo, S.Sn, M.Hum selaku Pembimbing Tugas Akhir I.

5. Jazuli Abdin Munib, S.Sn selaku Pembimbing Tugas Akhir II.

6. Esty Wulandari, S.Sos, M.Si selaku Sekretaris Sidang Tugas Akhir.

7. Arief Imam Santoso, S.Sn selaku Pembimbing Akademik.

8. Bambang Purwadi, S.IP bidang akademik Jurusan Desain Komunikasi Visual.

9. Pihak PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. Cab. Kota Surakarta. Akhirnya penulis berharap penyusunan Konsep Pengantar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat, meskipun penulis sadar masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan banyak hal yang harus penulis pelajari. Akhir kata penulis harapkan semoga dapat menjadikan ini semua lebih baik. Amin.

Surakarta, April 2011

i. Iklan Selip .............................................................................................................. 76 j. Stiker ...................................................................................................................... 77 k. Teaser ................................................................................................................... 78

BAB VI. PENUTUP.............................................................................................................. 79

A. Kesimpulan............................................................................................................... 79

B. Saran......................................................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................ 82 Ucapan Terima Kasih.............................................................................................................. 83

LAMPIRAN

Halaman

Gambar 1. Level dan Kategori Inovasi................................................................................... 12 Gambar 2. Skema Design Management.................................................................................. 19 Gambar 3. Contoh perhitungan ergonomi mobil Ferrari......................................................... 22 Gambar 4. Konsep dasar telekomunikasi................................................................................ 25 Gambar 5. Unit telepon umum PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk....................................... 38 Gambar 6. Skema tarif telepon umum PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk........................... 38 Gambar 7. Wartel ( Warung Telekomunikasi) PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk ............. 39 Gambar 8. Telepon seluler kartu GSM (IM3-Indosat)........................................................... 40

( TELKOM )

Tabah Santoso¹ Andreas S.Widodo, S.Sn, M.Hum². Jazuli Abdin Munib, S.Sn ²

ABSTRAKSI

2011. Pengantar Karya Tugas Akhir ini berjudul Perancangan Pengembangan Model Desain Telepon Umum Sebagai Media Komunikasi Publik PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM). Adapun permasalahan yang dikaji adalah bagaimana membuat inovasi desain dan teknologi telekomunikasi telepon umum yang tepat (ergonomis), efektif dan efisien sehingga bisa menjadi solusi komunikasi bagi masyarakat Indonesia. Dengan begitu penyelengaraan fasilitas umum dapat direalisasikan dengan lebih baik seiring dengan perkembangan teknologi. Pemilihan media sebagai sarana informasi tentang keberadaan serta regulasi tarif telepon umum yang tepat dan jelas akan menambah tingkat kepercayaan masyarakat untuk tetap mengunakan telepon umum. Perusakan terhadap fasilitas telepon umum dapat di siasati dengan cara menempatkan telepon umum di area dengan tingkat pengawasan yang cukup dan lingkungan ramai yang terang seperti stasiun pompa bensin, rumah sakit, kantor polisi, mall, tempat hiburan dan sekolah. Selain itu penciptaan logo STOP MERUSAK TELEPON UMUM diharapkan menjadi penunjang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak merusak fasilitas telepon umum. Karena pada dasarnya masyarakat masih tetap menginginkan keberadaan telepon umum dan pemerintah dapat membantu melalui penegakan Kepmenhub No KM 20/2001 tentang penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, operator pemegang lisensi jaringan tetap diwajibkan menyediakan akses telepon umum sekurang-kurangnya 3% dari kapasitas terpasang.

¹ Mahasiswa Jurusan Deskomvis Fakultas Sastra dan Seni Rupa UNS dengan NIM C.0703038

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Telekomunikasi merupakan bentuk kegiatan pelayanan lalu lintas berita, uang dan barang serta merupakan jaringan yang penting di setiap bangsa atau negara. Bidang ini mempunyai jangkauan terhadap perkembangan kehidupan manusia dan menjadi faktor yang mempengaruhi proses perubahan yang terjadi dalam masyarakat di Indonesia maupun dunia. Peningkatan penyelenggaraan serta pembangunan telekomunikasi ini, telah meningkatkan penyebaran informasi dalam segala aspek kehidupan seperti di bidang politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan. Telekomunikasi mempunyai fungsi sosial, menghilangkan isolasi daerah terpencil, juga merupakan alat terdepan dalam upaya menghimpun dan menyalurkan potensi kegiatan ekonomi dari dan kepada seluruh lapisan serta anggota masyarakat. Kemajuan teknologi dapat mendorong perkembangan ekonomi dan menyelesaikan beberapa masalah sosial seperti kemiskinan dan pengangguran, bila dikelola dengan benar.

Telepon umum adalah sarana komunikasi telepon yang di tujukan penggunaanya untuk khalayak umum. Cara pengoperasiannya dapat menggunakan beberapa jenis koin/ uang logam yang berbeda dan kartu telepon umum sebagai alat pembayaran yang sah atas biaya percakapan. Telepon umum merupakan bentuk layanan pemerintah kepada masyarakat. Berdasar Kepmenhub No KM 20/2001 tentang penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, operator Telepon umum adalah sarana komunikasi telepon yang di tujukan penggunaanya untuk khalayak umum. Cara pengoperasiannya dapat menggunakan beberapa jenis koin/ uang logam yang berbeda dan kartu telepon umum sebagai alat pembayaran yang sah atas biaya percakapan. Telepon umum merupakan bentuk layanan pemerintah kepada masyarakat. Berdasar Kepmenhub No KM 20/2001 tentang penyelenggaraan jaringan telekomunikasi, operator

Dari segi pemakaian telepon umum sangat sederhana dan mudah, angkat gagang telepon, masukan uang koin pecahan Rp. 100,- atau Rp. 500,- atau prepaid card dilanjutkan dengan menekan nomor yang akan dihubungi. Keberadaan telepon umum masih sangat di butuhkan masyarakat yang tidak memiliki sambungan telepon rumah dan telepon seluler. Dalam keadaan darurat, telepon umum bisa menjadi andalan. Misalnya, ketika tengah malam seseorang ingin berkomunikasi tapi pulsa telefon selulernya habis dan tidak ada gerai pulsa yang masih buka atau telefon genggamnya ketinggalan. Itulah kenapa di luar negeri juga telepon umum masih disediakan dan begitu penting keberadaannya.

Telepon umum sejak beberapa tahun lalu jarang digunakan atau di temukan, karena banyak yang rusak akibat masyarakat selaku pengguna kurang disiplin saat memakainya, misalnya terjadi perusakan dan pembobolan. Kalahnya pamor telepon umum akan serangan dari GSM (Global System for Mobile Communication) ataupun CDMA (Code Division Multiple Access) yang menawarkan paket telepon murah dan banyaknya telepon seluler yang semakin canggih juga merupakan ancaman tersendiri yang harus dihadapi oleh PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM). Selain itu kurangnya informasi fitur kepada masyarakat akan apa saja yang bisa dilakukan dengan telepon umum Telepon umum sejak beberapa tahun lalu jarang digunakan atau di temukan, karena banyak yang rusak akibat masyarakat selaku pengguna kurang disiplin saat memakainya, misalnya terjadi perusakan dan pembobolan. Kalahnya pamor telepon umum akan serangan dari GSM (Global System for Mobile Communication) ataupun CDMA (Code Division Multiple Access) yang menawarkan paket telepon murah dan banyaknya telepon seluler yang semakin canggih juga merupakan ancaman tersendiri yang harus dihadapi oleh PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM). Selain itu kurangnya informasi fitur kepada masyarakat akan apa saja yang bisa dilakukan dengan telepon umum

Dari alasan tersebut di atas maka penulis mengangkat telepon umum sebagai tema dalam penulisan Kolokium dan Tugas Akhir serta memilih judul “PERANCANGAN PENGEMBANGAN MODEL DESAIN TELEPON UMUM

SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI PUBLIK PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, Tbk. ( TELKOM )” dengan harapan agar penulis bisa membantu

memberi rancangan inovasi kepada PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk dan awareness kepada masyarakat akan pentingnya fasilitas telepon umum sebagai sarana telekomunikasi publik dan wajib menjaganya.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang menjadi pokok permasalahan adalah :

1. Bagaimana merancang Inovasi Produk telepon umum yang ergonomis baik dari desain dan teknologi telekomunikasi?

2. Bagaimana merancang Inovasi Strategi telepon umum yang lebih tepat ?

3. Bagaimana merancang suatu pesan positif ajakan untuk mengurangi perusakan terhadap fasilitas telepon umum ?

C. Tujuan Perancangan

Adapun tujuan dari perancangan ini adalah :

1. Merancang Inovasi Produk telepon umum yang ergonomis baik dari desain dan teknologi telekomunikasi.

2. Merancang Inovasi Strategi telepon umum yang tepat.

3. Merancang pesan positif ajakan untuk mengurangi perusakan terhadap fasilitas telepon umum.

D. Target Visual

Target visual promosi ini adalah :

1. Visual Identity : Logotype , beserta tagline atau slogan Logo STOP MERUSAK TELEPON UMUM

2. Media Lini Atas

a. Iklan Media Cetak

1) Iklan selip koran

b. Iklan Teaser TVC

3. Media Lini Bawah Point Of Purchase permanen :

a. Desain produk telepon umum terdiri dari :

1) Desain unit telepon umum

2) Desain booth telepon umum interior – eksterior

3) Desain sistem navigasi telepon umum

4) Desain fitur baru telepon umum

5) Desain kabel USB internet

b. Desain Sign Board telepon umum

c. Kartu telepon umum

d. Manual Book

e. Stiker “STOP MERUSAK TELEPON UMUM”

E. Target Audience dan Target Market

Target audience dari perancangan ini adalah masyarakat yang ingin memanfaatkan jasa telekomunikasi umum dengan sarana yang nyaman serta mudah untuk digunakan kapan saja dengan fitur teknologi yang lebih baik dan easy use disemua lapisan masyarakat.

1. Target Audience

a. Geografis Primer

: Karesidenan Surakarta

Sekunder

: Seluruh Masyarakat Indonesia

b. Demografis Jenis kelamin

: Laki –laki dan Perempuan

Usia : 6 - 50 th Status Sosial

: Semua status sosial

c. Psikografis Primer

: Masyarakat umum yang ingin bertelekomunikasi dengan

Sekunder : Masyarakat yang ingin sewaktu-waktu dapat ber- komunikasi.

2. Target Market

a. Geografis Primer : Karesidenan Surakarta Sekunder

: Seluruh Masyarakat Indonesia

b. Demografis Jenis kelamin

: Laki –laki dan Perempuan

Usia

: 6 - 50 th

Status Sosial

: Semua status sosial

c. Psikografis Primer

: Masyarakat umum yang ingin bertelekomunikasi dengan

jangkauan yang lebih luas. Sekunder : Masyarakat yang ingin sewaktu-waktu dapat ber- komunikasi.

BAB II KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Telepon Umum

1. Sejarah Fasilitas Telepon Umum

Telepon umum pertama kali di temukan oleh William Gray tahun 1889 dan dipasang pada sebuah bank di daerah Hartford Connecticut. Penemuan tersebut berkembang dengan pesat dan pada tahun 1992 jumlah telepon umum di Amerika Serikat 81.000 buah. Pada tahun 1905, telepon umum koin ciptaan Bell dipasang pertama kali secara outdoor pada Jalan Cincinnati. Telepon umum itu tidak begitu menarik perhatian masyarakat karena pemakaian telepon secara pribadi kurang bisa dilakukan di tempat publik. Maka dari itu, pada tahun 1950- an, Bell mendesain kotak telepon (kamar untuk menelepon) dari kaca dan alumunium yang cukup memuat satu orang di dalamnya. Hal ini merupakan kemajuan pesat setelah bertahun-tahun lamanya kayu digunakan untuk membuat kotak telepon.

Pada tahun 1910, Western Electic dan Gray Telephone Pay Station Co. menandatangani kesepakatan untuk Gray agar membuat Coin Collector (tempat memasukkan koin pada telepon umum) pada ciptaan Bell menggunakan hak paten yang dimiliki oleh Gray and Western Electric. Hasil dari perjanjian tersebut adalah diproduksinya pengumpul koin tipe 50A pada tahun 1911. Pada akhir tahun 1912, 25.000 telepon umum koin dengan pengumpul koin tipe 50A dipesan untuk kota New York saja. Tipe 50A ini memiliki 3 lubang untuk berbagai macam Pada tahun 1910, Western Electic dan Gray Telephone Pay Station Co. menandatangani kesepakatan untuk Gray agar membuat Coin Collector (tempat memasukkan koin pada telepon umum) pada ciptaan Bell menggunakan hak paten yang dimiliki oleh Gray and Western Electric. Hasil dari perjanjian tersebut adalah diproduksinya pengumpul koin tipe 50A pada tahun 1911. Pada akhir tahun 1912, 25.000 telepon umum koin dengan pengumpul koin tipe 50A dipesan untuk kota New York saja. Tipe 50A ini memiliki 3 lubang untuk berbagai macam

Telepon umum sering kali di temukan terpasang di area-area publik dan terminal transportasi seperti bandar udara, stasiun kereta atupun perempatan jalan dengan persetujuan pemberian tanah keuntungan dari telepon umum di dapat dengan dua cara yaitu perusahaan penyedia faslitas telepon umum membayar sewa lokasi dan mengambil keuntungan sisanya atau pemilik lahan membayar sewa telepon umum tersebut dan membagi keuntungannya dengan perusahaan yang bersangkutan. Telepon umum khususnya di stasiun pengisian pembakaran gas di desain agar para pekerjanya dapat menggunakan telepon umum tanpa harus meninggalkan kendaraan operasional. Di tinggalkannya telepon umum oleh perusahaan penyedia layanan seluler telah menyebab banyak pihak merasa dirugikan karena tidak lagi dapat menikmati layanan telepon yang murah.

2. Perkembangan Desain Telepon Umum

Perkembangan desain telepon tidak lepas dari tawaran seribu dollar oleh Bell, dan salah satu seniman dari 10 seniman yang mendapat tawaran oleh perusahaan Telepon Bell (Bell Telephone Company) adalah Henry Dreyfuss yang berlatar belakang dari perancang panggung dan berubah haluan pada tahun 1929 pada desain industri. Henry Dreyfuss diminta oleh Bell Telephone Company untuk mendesain telepon-telepon masa mendatang. Dia menegaskan bahwa desain dengan spekulatif dari bentuk luar saja tidaklah relevan, karena itu menolak dan Perkembangan desain telepon tidak lepas dari tawaran seribu dollar oleh Bell, dan salah satu seniman dari 10 seniman yang mendapat tawaran oleh perusahaan Telepon Bell (Bell Telephone Company) adalah Henry Dreyfuss yang berlatar belakang dari perancang panggung dan berubah haluan pada tahun 1929 pada desain industri. Henry Dreyfuss diminta oleh Bell Telephone Company untuk mendesain telepon-telepon masa mendatang. Dia menegaskan bahwa desain dengan spekulatif dari bentuk luar saja tidaklah relevan, karena itu menolak dan

tatkala pengajuan desain tidak menemui kelayakan, mereka meminta Dreyfuss melakukan berdasarkan cara yang diinginkan semula.

Bell pertama kali memperkenalkan pesawat telepon (Hand-Set) yang dirancang oleh para insinyur guna mengantikan model-model tegak lurus yang dibuat pada tahun 1927. Tetapi pada tahun 1937 model itu telah di ganti Dreyfuss

dengan “pesawat yang dirangkaiakan”. Semula terbuat dari logam, baru tahun 1940-an dibuat dengan plastik. Bentuk desain pesawat telepon itu sengaja dibuat

sederhana serta layak dipakai dimana saja, baik dirumah maupun dikantor. Keberhasilan desain tersebut menyebabkan Dreyfuss diangkat sebagai konsultan pada Bell, dan selama beberapa tahun ia menangani semua produknya, yang terdiri dari seratus jenis pada tahun 1950.

Dreyfuss berkeyakinan bahw a “mesin-mesin disiapkan bagi orang-orang yang lebih ingin efisien. Selama bertahun-tahun Dreyfuss menyusun buku tentang manusia dalam “The Measure of Man” yang membahas tentang Ergonomi.

B. Inovasi

1. Defenisi Inovasi

Istilah inovasi pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Schumpeter pada tahun 1934. Inovasi atau innovation berasal dari kata “to innovate” yang artinya membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Menurut The American Heritage Dictionary, inovasi adalah perbuatan dengan mengenalkan Istilah inovasi pertama kali diperkenalkan oleh Joseph Schumpeter pada tahun 1934. Inovasi atau innovation berasal dari kata “to innovate” yang artinya membuat perubahan atau memperkenalkan sesuatu yang baru. Menurut The American Heritage Dictionary, inovasi adalah perbuatan dengan mengenalkan

Berbeda dengan yang lainnnya, De Jong & Den Hartog (2003) menekankan bahwa inovasi meliputi pengembangan dan implementasi terhadap suatu yang baru. Dari berbagai pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa inovasi adalah tindakan melakukan eksploitasi, pengenalan, pengembangan, dan pengimplementasian pada sesuatu dengan mengunakan ide-ide dan cara-cara yang baru sehingga menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Inovasi bertujuan untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu produk, karena produk rentan terhadap perubahan kebutuhan dan selera konsumen akan teknologi. Inovasi produk yang dilakukan haruslah melalui hasil penelitian pasar, sehingga dapat menghasilkan produk yang sesuai dengan selera konsumen karena selera pasar akan menyebabkan suatu produk akan diminati atau tidak.

Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan – gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian pengertian inovasi dapat semakin di perluas menjadi “Sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai – nilai dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/ diterapkan/ dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan Pengertian inovasi tidak hanya terbatas pada benda atau barang hasil produksi saja, tetapi mencakup ideologi, kepercayaan, sikap hidup, informasi, perilaku, atau gerakan – gerakan menuju kepada proses perubahan di dalam segala bentuk tata kehidupan masyarakat. Dengan demikian pengertian inovasi dapat semakin di perluas menjadi “Sesuatu ide, produk, informasi teknologi, kelembagaan, perilaku, nilai – nilai dan praktek-praktek baru yang belum banyak diketahui, diterima dan digunakan/ diterapkan/ dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu lokalitas tertentu, yang dapat digunakan mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala aspek kehidupan

2. Tipe - tipe Inovasi

Dalam inovasi sendiri terbagi dalam tiga tipe umum yang lebih sederhana antara lain:

a. Inovasi incremental : Inovasi incremental dapat diartikan sebagai perubahan atau penyesuaian sederhana dalam produk, jasa atau proses yang ada. Dorongan utama dari inovasi incremental dalam banyak perusahaan selama beberapa tahun terakhir berasal dari program –program yang ditujukan pada peningkatan hasil terus menerus, pengurangan biaya, dan pengelolaan kualitas.

b. Inovasi architectural: Inovasi architectural dapat diartikan sebagai inovasi yang merupakan penerapan dari teknologi yang sudah ada atau baru muncul (emerging) untuk memecahkan suatu persoalan yang sebenarnya di awalnya tidak dimaksudkan untuk hal tersebut.

c. Inovasi radical: Inovasi radical dapat diartikan sebagai inovasi yang mengubah secara drastis kemampuan, menghasilkan produk atau proses baru yang berbeda dari sebelumnya atau tidak pernah ada sebelumnya.

Gambar 1. Level dan Kategori Inovasi

Sumber: http://rajapresentasi.com/2008/08/managing-innovationstrategy

(20 April 2011)

Namun sebagian besar dari kategorisasi ini cenderung berfokus pada hasil, yaitu produk atau jasa, tetapi hanya sedikit membicarakan tentang proses, dan konteks yang diperlukan agar terjadi inovasi. Untuk mencapai itu, perilaku yang ada, kepercayaan, keahlian, pengalaman dan kerangka kerja perlu di pahami sehingga bisa tahu yang benar dan dikerjakan. Inovasi adalah seni membuat jaringan baru dan terus menerus demi perubahan adanya perubahan (Stamm, 2008). Berdasarkan teori- teori yang di kemukakan dapat disimpulkan bahwa inovasi berkaitan dengan apa yang dilakukan perusahaan untuk menciptakan suatu produk atau jasa baru berdasarkan selera konsumen.

3. Penerimaan Inovasi Produk

Proses penerimaan konsumen terhadap inovasi produk memerlukan

waktu, menurut Kotler (2002: 405) proses penerimaan konsumen berfokus pada proses mental yang dilalui seseorang mulai dari saat pertama mendengar tentang inovasi tersebut sampai akhir penerimaan. Penerimaan produk baru tersebut melalui 5 tahap berikut:

a. Kesadaran (awareness) Konsumen menyadari adanya inovasi tersebut tapi masih kekurangan informasi mengenai hal tersebut.

b. Minat (interest)Konsumen terdorong untuk mencari informasi mengenai inovasi tersebut.

c. Evaluasi (evaluation)

Konsumen mempertimbangkan untuk mencoba inovasi tersebut.

d. Percobaan (trial) Konsumen mencoba inovasi tersebut untuk memperbaiki perkiraannya atas nilai inovasi tersebut.

e. Penerimaan (adoption) Konsumen memutuskan untuk menggunakan inovasi tersebut sepenuhnya dan secara teratur. Agar inovasi tersebut dapat berhasil maka perusahaan harus melalui tahap-

tahap tersebut. Menurut Kotler (2002: 406-408) ada 4 faktor yang mempengaruhi proses penerimaan yaitu: tahap tersebut. Menurut Kotler (2002: 406-408) ada 4 faktor yang mempengaruhi proses penerimaan yaitu:

b. Pengaruh pribadi dalam penerimaan produk baru. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh seseorang terhadap orang lain dalam probabilitas sikap dan pemakaian.

c. Karakteristik inovasi mempengaruhi tingkat penerimaannya. Beberapa produk dapat langsung disukai, sedangkan produk lain memerlukan waktu yang lama untuk diterima. Disini terdapat 4 karakteristik yang sangat penting yang mempengaruhi tingkat penerimaan suatu inovasi yaitu:

1) Keunggulan relatif (relative advantage), sampai tingkat mana inovasi itu tampak lebih unggul daripada produk yang sudah ada.

2) Kesesuaian (compatibility), sejauh mana inovasi tersebut sesuai dengan nilai dan pengalaman perorangan dalam masyarakat.

3) Kerumitan (complexity), sejauh mana inovasi itu relatif sukar dimengerti atau digunakan.

4) Kemampuan berkomunikasi (communicability), sampai sejauh mana manfaat yang diperoleh dari pengunaan inovasi tersebut dapat diminati atau dijelaskan kepada orang lain.

5) Perbedaan kesiapan organisasi untuk mencoba produk baru. Penerimaan (adopsi) akan terkait dengan berbagai variabel di lingkungan organisasi (kemajuan masyarakat, pendapatan masyarakat), organisasi itu sendiri

(ukuran, laba, tekanan untuk berubah) dan pengelolaannya (level pendidikan, umur, kecanggihannya).

C. Desain Produk (Product Inovation)

1. Pengertian Desain

Istilah desain, secara umum dapat berarti potongan, model, moda, bentuk atau pola; konstruksi, rencana, mempunyai maksud, merencanakan; baik, bagus, atau indah bentuknya. Kegiatan desain mencakup berbagai bidang, seperti bidang produksi, tekstil, interior, mebel, benda-benda pakai dan segala macam penciptaan benda yang membutuhkan paduan artistik fungsionil dan ekonomis dari yang mempergunakan teknologi rendah sampai dengan yang mempergunakan teknologi tinggi. Menurut Philip Kotler (2001:353) definisi rancangan adalah: “ Totalitas fitur yang mempengaruhi penampilan dan fungsi produk tertentu menurut yang diisyaratkan oleh pelanggan ”.

Rancangan sangat penting dalam membuat dan memasarkan jasa eceran (retail services), pakaian, barang-barang kemasan, dan peralatan tahan lama. Perancang harus memikirkan berapa besar yang perlu diinvestasikan dalam gaya, daya tahan, keandalan, dan kemudahan perbaikan. Adapun parameter rancangan yang didefinisikan menurut Phillip Kotler (2001:353) adalah sebagai berikut:

a. Gaya (style), menggambarkan penampilan dan perasaan yang ditimbulkan oleh produk itu bagi pembeli.

b. Daya Tahan (durability), ukuran usia yang diharapkan atas beroperasinya produk dalam kondisi normal/atau berat, merupakan atribut yang berharga untuk produk-produk tertentu.

c. Keandalan (reliability), ukuran probabilitas bahwa produk tertentu tidak akan rusak atau gagal dalam periode waktu tertentu.

d. Mudah Diperbaiki (reparability), ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk ketika produk itu rusak atau gagal.

Bagi perusahaan, produk yang dirancang dengan baik adalah produk yang akan dengan mudah diproduksi dan didistribusikan. Bagi pelanggan, produk yang dirancang dengan baik adalah produk yang menyenangkan untuk dilihat dan mudah dibuka, dipasang, digunakan, diperbaiki, serta dibuang. Desain diterjemahkan sebagai seni terapan, arsitektur, dan berbagai pencapaian kreatif

lainnya. Dalam sebuah kalimat, kata “desain” bisa digunakan baik sebagai kata benda maupun kata kerja. Sebagai kata kerja, “desain” memiliki arti “proses untuk membuat dan menciptakan obyek baru”. Sebagai kata benda “desain” digunakan untuk menyebut hasil akhir dari sebuah proses kreatif, baik itu berwujud sebuah rencana, proposal, atau berbentuk obyek nyata. Proses desain pada umumnya memperhitungkan aspek fungsi, estetik dan berbagai macam aspek lainnya, yang biasanya datanya didapatkan dari riset, pemikiran, brainstorming, maupun dari desain yang sudah ada sebelumnya. Akhir-akhir ini, proses (secara umum) juga

dianggap sebagai produk dari desain, sehingga muncul istilah “perancangan proses”.

Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis.

2. Tahapan Desain

Tahapan desaian yang dimaksud adalah suatu proses aktivitas kegiatan yang akan dilakukan oleh para ahli desain produk insdustri dari hasil studi, kemudian di tuangkan kedalam bentuk inovasi/ ide-ide dasain, an dilanjutkan pada penjabaran penselarasan yang berhubungan dengan interaksi antar kegiatan terkait. Aktivitas tersebut dibagi menjadi 5 antara lain:

a. Studi Banding/ Survei, yang bertujuan mendapatkan data tentang keinginan pengguna (pasar) dalam suatu rancangan desain, terutama yang berkaitan dengan tren atau arah desain suatu produk pada masa yang akan datang. Hasil dari survei ini dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun Design Requirement untuk suatu produk rancangan.

b. Konsep Desain, setelah tahapan studi banding/ survei selesai serta dituangkan didalam Design Requirement, maka tahapan berikutnya adalah konsep desain yang mengacu pada Design Requirement. Dalam tahapan ini dilakukan pendefinisian mengenai bentuk dan konfigurasi yang meliputi hal-hal seperti panelisasi bentuk, intergrasi komponen terkait, rendering dan styling, fleksibilitas, gambar 3 dimensi (Conceptual Design ).

c. Pembuatan Model, dalam desain produk untuk membantu beberapa hal yang berkaitan dengan konsep desain. Kegunaan model disini untuk sebagai sarana studi desain/ rancangan produk untuk mewujudkan suatu konsep desain yang mendekati ketepatannnya, penampilan bentuk, alat pembanding dengan produk yang sudah ada, alat bantu presentasi.

d. Moke-Up, yang dimaksud dengan mock-up adalah pembuatan atau penjabaran dari gambar yang sudah dianggap frozen terakhir, menjadi suatu model dengan skala 1:1. Material yang digunakan bisa mengunakan jenis lain asal tepat dapat mewakili/ representatif. Pada tahapan ini secara bersamaan juga masuk pada fase detail design dan fabrication assembly. Didalam detail design, dibuat gambar akhir (final drawings).

e. Fabrication / assembly, yaitu aktivitas dari produksi untuk mengantisipasi permasalahan yang timbul dari hasil riset dan pengembangan maupun rekayasa engineering, untuk suatu produk yang berhubungan dengan aplikasi teknologi dan proses produksi melalui implementasi dan pembuatan moke-up maupun prototipe, serta memberikan ide atau konsep perubahan yang bersifat improvement untuk proses produksi.

Hubungan antara detail desain dan fabrication assembly sangatlah erat, dikarenakan aktivitas keduanya selalu saling mengisi. Hasil-hasil evaluasi dari permintaan calon pembeli/ pemakai dapat dijabarkan kembali pada gambar detail desain yang akan dibuat di pabrikasi, dan sebaliknya bila diketemukan masalah Hubungan antara detail desain dan fabrication assembly sangatlah erat, dikarenakan aktivitas keduanya selalu saling mengisi. Hasil-hasil evaluasi dari permintaan calon pembeli/ pemakai dapat dijabarkan kembali pada gambar detail desain yang akan dibuat di pabrikasi, dan sebaliknya bila diketemukan masalah

D. Ergonomi

1. Defenisi Ergonomi

Ergonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu Ergos yang berarti kerja dan Nomos yang berarti ilmu, sehingga secara harfiah dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dengan pekerjaannya. Definisi ergonomi menurut Chapanis (1985), yaitu: “ergonomi adalah ilmu untuk menggali dan mengaplikasikan informasi-informasi mengenai perilaku manusia, kemampuan, keterbatasan dan karakteristik manusia lainnya untuk merancang peralatan, mesin, sistem, pekerjaan dan lingkungan untuk meningkatkan produktivitas, keselamatan, kenyamanan dan efektifitas pekerjaan manusia ”.

Ergonomi merupakan salah satu dari persyaratan untuk mencapai desain yang qualified, certified, dan coustumer need. Ilmu ini akan menjadi suatu keterkaitan yang simultan dan menciptakan sinergi dalam pemunculan gagasan, proses desain, dan desain final.

Fokus utama pertimbangan ergonomi menurut Cormick dan Sanders (1992) adalah mempertimbangkan unsur manusia dalam perancangan objek, prosedur kerja dan lingkungan kerja. Sedangkan metode pendekatannya adalah dengan mempelajari hubungan manusia, pekerjaan dan fasilitas pendukungnya, dengan harapan dapat sedini mungkin mencegah kelelahan yang terjadi akibat sikap atau posisi kerja yang keliru. Untuk itu dibutuhkan data pendukung seperti ukuran bagian-bagian tubuh yang memiliki relevansi dengan tuntunan aktivitas, dikaitkan dengan profil tubuh manusia, baik orang dewasa, anak-anak atau orang tua, laki-laki atau perempuan, utuh atau cacad tubuh, gemuk atau kurus. Jadi karakteristik manusia sangat berpengaruh pada desain dalam meningkatkan produktifitas kerja manusia untuk mencapai tujuan efektif, sehat, aman dan nyaman. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan adanya pengetahuan tentang kesesuaian, kepresisian, keselamatan, keamanan dan kenyamanan manusia dalam mengunakan hasil produk desain, yang kemudian dikembangkan dalam penyelidikan di bidang ergonomi. Penyelidikan ergonomi dibedakan menjadi empat kelompok yakni :

a. Penyelidikan tentang tampilan/ display pada suatu perangkat (interface) yang menyajikan informasi tentang lingkungan dan mengkomunikasikannya pada manusia antara lain dalam bentuk tanda – tanda, angka, dan lambang.

b. Penyelidikan tentang kekuatan fisik manusia dengan mengukur kekuatan serta ketahanan fisik manusia pada saat kerja, termasuk perancangan obyek serta peralatan yang sesuai dengan kemampuan fisik manusia beraktivitas.

c. Penyelidikan tentang ukuran tempat kerja yang bertujuan mendapatkan rancangan tempat kerja yang sesuai dengan ukuran atau dimensi tubuh manusia.

d. Penyelidikan tentang lingkungan kerja mengenai kondisi lingkungan fisik tempat kerja dan fasilitas kerja, misalnya pengaturan cahaya, kebisingan, temperatur dan suara.

Esensi dasar dari evaluasi ergonomi dalam proses perancangan desain adalah sedini mungkin mencoba memikirkan kepentingan manusia agar bisa terakomodasi dalam setiap kreativitas dan inovasi sebuah “man made object” (Sritomo, 2000). Fokus perhatian dari sebuah kajian ergonomis akan mengarah ke upaya pencapaian sebuah perancangan desain suatu produk yang memenuhi persyaratan “fitting the task to the man” (Grajean,1982), sehingga setiap rancangan desain harus selalu memikirkan kepentingan manusia, yakni keselamatan, kesehatan, keamanan maupun kenyamanan. Sama seperti yang diungkapkan Sritomo(2000), desain sebelum dipasarkan sebaiknya terlebih dahulu dilakukan kajian/ evaluasi/ pengujian yang menyangkut berbagai aspek teknis fungsional, maupun kelayakan ekonomis seperti analisis nilai, reliabilitas, evaluasi ergonomis, dan marketing.

2. Pengembangan Produk Dengan Pendekatan Ergonomi

Dalam kaitannya dengan berbagai persyaratan pengunaan ergonomi pada rancang bangun suatu produk industri, upaya yang harus dilakukan adalah penyesuaian interaksi antarmanusia sebagai pengguna dengan peralatan/ produk Dalam kaitannya dengan berbagai persyaratan pengunaan ergonomi pada rancang bangun suatu produk industri, upaya yang harus dilakukan adalah penyesuaian interaksi antarmanusia sebagai pengguna dengan peralatan/ produk

a. Pedekatan konseptual, yaitu dengan melaksanakan upaya pada saat dilakukannya pelaksanaan tahapan desain atau conceptual design.

b. Pendekatan Ergonomi, yaitu dengan cara memanfaatkan prinsip-prinsip ergonomi tentang kemampuan gerak manusia pada saat pengoprasian.

Berkaitan dengan upaya ini, maka prinsip ergonomi juga bisa menekan atau mengurangi kesalahan-kesalahan yang akan timbul didalam operasionalnya, seperti ketidaknyamanan, ketidakserasian, ketidakamanan, sehingga segala kemampuan, kebolehan, dan batasan seorang hanya ditujukan kepada kepada tugas pokoknya saat melaksanakan pengoprasian suatu produk. Dengan masih dipakainya tenaga manusia sebagai alat angkut (dalam hal ini kemampuan untuk mengangkat atau membawa benda produk), maka cara angkat dan angkut barang, beratnya beban optimal dan besarnya benda produk yang boleh di bawa, harus benar-benar serasi dengan kemampuan, kebolehan dan batasan manusia. Peralatan atau benda produk yang akan dioperasikan oleh tangan atau jari, desainnya perlu disesuaikan dengan kontraksi satu gerakan ilmiah dari otot-otot jari dengan lengan yang terkait.

Gambar 3. Contoh perhitungan ergonomi mobil Ferrari

E. Teknologi Telekomunikasi

1. Teknologi

Teknologi berasal dari istilah teckne yang berarti seni (art) atau keterampilan. Menurut Dictionary of Science, teknologi adalah penerapan pengetahuan teoritis pada masalah-masalah praktis. lmu pengetahuan alam input bagi proses ilmu rekayasa sedangkan teknologi adalah hasil proses rekayasa. Kata Teknologi berasal dari asal kata latin Texere yang berarti to weave (menenun) atau to construct (membangun) (Rogers, 1986). Sebuah teknologi biasanya terdiri dari aspek Hardware (perangkat keras) dan Software (Perangkat Lunak). Teknologi akan memberikan pengaruh dalam kelangsungan hidup manusia dan manusia pun terus mempengaruhi maju atau tidaknya teknologi. Untuk membatasi pengertian teknologi yang luas, maka pengertian teknologi dapat dikelompokan sebagai berikut :

a. Teknologi sebagai barang buatan, tidak ada manusia yang sempurna, semua pasti memiliki kelemahan. Kelemahan yang ada pada diri manusia itu kemudian diminimalisir dengan adanya teknologi agar kelemahan yang dimiliki manusiapun menjadi sedikit berkurang. Tetapi barang-barang buatan tidak hanya terbatas pada kelemahan manusia saja tetapi sesuatu yang tadinya belum terpikirkan.

b. Teknologi sebagai kegiatan manusia, kegiatan manusia tidak lepas dari kegiatan membuat dan menggunakan. Kegiatan manusia itu merupakan bentuk dari teknologi itu sendiri.

c. Teknologi sebagai kumpulan pengetahuan, kegiatan membuat dan menggunakan pasti tidak akan lepas dari ilmu membuat (produk) dan ilmu menggunakan (komsumsi). Ilmu tersebut merupakan kumpulan dari pengetahuan yang didapat manusia dari berbagai sumber.

d. Teknologi sebagai kebulatan sistem, pembahasan yang bulat dan menyeluruh akan tercapai kalau teknologi dtinjau sebagai suatu system. Ini berarti teknologi dibahas sebagai suatu kebulatan unsur-unsur yang saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam lingkungan sistem itu sendiri.

2. Telekomunikasi

Telekomunikasi terdiri dari dua kata. “Tele” dan “komunikasi”. “Tele” berarti jauh dan “komunikasi” berarti berhubungan atau saling tukar informasi antar dua pihak. Awalnya informasi yang dipertukarkan berupa tulisan (surat) kemudian beralih ke suara kemudian gambar lalu suara dan gambar bergerak (orang sering menyebut video). Karena telekomunikasi adalah perpindahan informasi dari sumber informasi ke pihak penerima, maka tentunya akan berhubungan dengan hal-hal yang berkenaan dengan pengirimaan (sending), penerimaan (receiving) dan pemprosesan (processing) dari informasi menggunakan perangkat listrik. Jadi kalau dgabungkan arti dari kata-kata telekomunikasi dengan teknologi itu sendiri dapat diartikan sebagai sebuah proses pengiriman, penerimaan dan pemrosesan informasi jarak jauh sampai ketujuan dengan menggunakan perangkat listrik tepatnya elektronik, sehingga kata telekomunikasi biasanya mengacu pada komunikasi elektronik jarak jauh.

TRANSMITTER

TRANSMISSION

RECEIVER

Gambar 4. Konsep dasar Telekomunikasi Sumber: http://blog.unand.ac.id

3. Perkembangan Teknologi Dalam Telekomunikasi

Sebelum ditemukannya mesin telepon oleh Bell, dahulu kala manusia sering berkomunikasi dengan mengunakan Asap atau bunyi-bunyian dari genderang. Penemuan telepon sangat penting karena mengirimkan pesan suara melalui jaringan kabel. Hal ini membuat telekomunikasi semakin alami, sangat cepat dan bisa dilakukan siapa saja. Pembangunan jaringan kabel telepon membutuhkan biaya yang besar dan waktu yang lama. Oleh karena itu, para ilmuwan berusaha menemukan sistem telekomunikasi tanpa kabel (wireless telecommunication ). Usaha kearah sini sebenarnya telah dimulai sejak tahun 1832 ketika James Linsay mendemonstrasikan wireless telegraphy. Pada tahun 1854, Linsay berhasil mengirimkan pesan dari Dundee ke Woodhaven yang berjarak sekitar 3 kilometer, menggunakan air sebagai media transmisinya. Sebelum tahun 1900, Reginald Fessenden berhasil mengirimkan pesan yang berupa suara manusia tanpa kabel (wireless). Pada bulan Desember 1901, Guglielmo Marconi berhasil membangun wireless communication antara Inggris dan Amerika dan dihadiahi Nobel pada tahun 1909. Pada tahun 1925 di London, John Logie Baird (Skotlandia) berhasil mengirimkan pesan berupa gambar siluet bergerak.

Mungkin kedepannya kita bisa menyaksikan holografik tiga dimensi lawan bicara lengkap dengan suara atau bahkan mungkin di masa yang lebih depan lagi kita bisa menyalurkan informasi keindraan seperti rasa masakan, bau, bahkan tidak menutup kemungkinan mentransmisikan perasaan kita. Perkembangan teknologi dalam telekomunikasi dapat dibagi berdasarkan G (Generation) antara lain :

a. 1G (Analog Cellular), Sekitar tahun 1980 meliputi teknologi: Voice, AMPS , TACS.

b. 2G (Digital Cellular), Sekitar tahun 1992 - 1999 meliputi teknologi: Voice/ Data CDMA, GSM – GPRS.

c. 3G (Digital Cellular)Sekitar tahun 2001-2003 meliputi teknologi: Voice/High Speed Data (Internet), CDMA2000, WCDMA.

BAB III IDENTIFIKASI DATA

A. Identifikasi Objek Telepon Umum

1. Layanan Telepon Umum

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara bisnis T.I.M.E (Telecommunication, Information, Media and Edutainmet ) yang terbesar di Indonesia. Transformasi terakhir sekaligus yang disebut dengan NEW TELKOM Indonesia adalah transformasi dalam bisnis, transformasi infrastruktur, transformasi sistem dan model operasi dan transformasi sumber daya manusia. Transformasi tersebut resmi diluncurkan kepada pihak eksternal bersamaan dengan New Corporate Identity TELKOM pada tanggal 23 Oktober 2009, pada hari ulang tahun TELKOM yang ke 153. TELKOM juga memiliki tagline baru “The World in Your Hand”.

Sejalan dengan lahirnya NEW TELKOM Indonesia, berbekal semangat positioning baru Life Confident manajemen dan seluruh karyawan TELKOM berupaya mempersembahkan profesionalitas kerja, serta produk dan layanan terbaik bagi pelanggan dan stakeholders salah satunya dengan menyediakan telepon umum sebagai bentuk Corporate Social Responsibility.

Di Indonesia sendiri keberadaaan telepon umum salah satunya di kelola oleh PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) sebagai salah satu pengabdian dalam hal pelayanan publik sektor komunikasi kepada masyarakat di Indonesia. Itu terlihat pada penyediaan hardware berupa unit telepon dan beban