BAB II TINJAUAN TEORI A. Tingkat Pengetahuan - Siti Mariyah BAB II

BAB II TINJAUAN TEORI A. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan mencangkupdalam doamin

  kognitif mempunyai 6 tingkat :

  1. Tahu Adalah mengingat sesuatu yang dipelajari sebelumnya dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur orang tahu apa yang dipelajari antara lain: menyebut, menguraikan, mendefinisikan dan sebagainya.

  2. Pemahaman Adalah sesuatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat ditarik kesimpulan bahwah: pemahaman adalah tahap diman seorang menaruh perhatian yang besar, suatu objek pemahaman dapat berarti kemampuan untuk menjelaskan dari berbagai aspek, tingkat dan sudut padang yang berbeda (Bloom, 1996) dikutip dari (Notoatmodjo, 2007).

  3. Aplikasi Adalah kemampuan untuk mengunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang baru dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi dapat

  12 diartikan sebagai pengunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip, dan sebaginya dalam konteks atau situasi yang lain.

  4. Analisis Adalah suatu kemampuan menjalankan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetap masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

  5. Sintesa Menunjukan pada suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari informasi yang ada misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan,dan sebagainya terhadap suatu materi atau rumusan yang telah ada.

  6. Evaluasi Berkaitan pada suatu kemampuan untuk meletakan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru dari informasi yang ada misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu materi atau rumusan yang telah ada.

  Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2010) dan Widianti (2007), atara lain:

  1. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.

  2. Tingkat pendidikan Secara umum orang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yanglebih tinggi daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

  3. Keyakinan Biasanya keyakinandiperoleh secara turun temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinanyang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

  4. Fasilitas Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, televisi, buku, internet dan lain – lain.

  5. Penghasilan Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik.

  6. Sosial budaya Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat memppengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

B. Dukungan Keluarga 1. Pengertian

  Menurut WHO (1969) dalam Mubarok, Chayatin (2011), keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan. Menurut Depkes RI 1988 dalam Efendi 1998, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di satu tempat di bawah satu atap dalam keadaan yang saling

  berkegantungan.

2. Peran Keluarga

  Efendi (1998) dan Blais, Koening Kathleen (2007) mengemukakan berbagai peran yang terdapat dalam keluarga antara lain :

  a. Peran ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperan sebagai pencari nafkah, mendidik, melindungi, dan memberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peran Ibu Sebagai istri dan ibu dari anak

  • – anak, ibu mempunyai peran mengurus rumah tangga, mengasuh, mendidik, melindungi dan salah satu anggota kelompok sosial, serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan disamping dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan.

  c. Peran Anak Anak

  • –anak melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat perkembangannya.

3. Fungsi dukungan keluarga

  Menurut Mubarok (2011) dukungan sosial yang merupakan transaksi interpersonal dapat melibatkan satu atau lebih aspek-aspek berikut ini :

  a. Dukungan emosional, merupakan dukungan yang melibatkan ekspresi rasa empati, kelekatan, kehangatan, kepedulian dan perhatian terhadap individu. Sehingga individu merasa di cintai, di perhatikan. Dukungan meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain.

  b. Dukungan penghargaan, merupakan dukungan berupa bentuk pernyataan yang positif dan memberikan suport untuk membangun.

  Dukungan ini merupakan pernyataan setuju, penilaian positif terhadap ide-ide penguatan, dorongan untuk maju. c. Dukungan instrumental, merupakan bentuk dukungan berupa bantuan secara langsung seperti : bantuan financial yaitu barang, unag, pelayanan, serta penyedian peralatan yang dibutuhkan.

  d. Dukungan informasi, merupakan bentuk dukungan berupa saran, penghargaan, bimbingan, nasehat, petunjuk-petunjuk, dan pemberian informasi bagaiman cara memecahkan masalah. Dukungan keluarga merupakan dukungan yang bersumber daya sosial yang dapat membantu individu dalam menghadapi suatu kejadian menekan. Sumber dukungan berasal dari suami, istri, anak, ibu atau dukungan dari saudara kandung maupun dungan keluarga eksternal.

4. Dukungan keluarga dalam menghadapi menarche

  Remaja dalam mempersiapkan datangnya menarche memerlukan dukungan, baik dukungan secara emosional, informasi, penghargaan dan instrumental. Dukungan tersebut dapat diperoleh dari lingkungan keluarga (orang tua), lingkungan sekolah (guru), lingkungan teman sebaya, dan lingkungan masyarakat (sosial budaya dan media massa). Lingkungan dalam keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak (Aryani, 2010). Orang tua secara lebih dini harus memberikan penjelasan tentang menarche pada anak perempuannya, agar anak lebih mengerti dan siap dalam menghadapi menarche (Muriyana, 2008). Dalam hal ini remaja putri yang merasa memperoleh dukungan sosial, emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya.

5. Karakteristik Keluarga

  Menurut Priyoto (2011), untuk membedakan manusia yang satu dengan yang lainnya, diperlukan karaktersiktik. Karakteristik tersebut diantaranya:

  a. Pendidikan Pendidikan merupakan proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau lebih dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran atau pelatihan. Tingkatan pendidikan terdiri atas : 1) Pendidikan dasar, meliputi SD, SMP, atau sederajat.

  2) Pendidikan menengah, meliputi SMA, SMK, atau sederajat. 3) Pendidikan tinggi, meliputi pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis, dan doktor.

  Dalam penelitian Sularmi, dkk (2014), sebagian besar dari remaja putri yang siap menghadapi menarche memiliki orang tua dengan pendidikan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan orang tua khususnya ibu mempengaruhi tingkat dukungan sosial yang diberikan ibu pada anaknya terkait kesiapan menghadapi menarche.

  b. Umur Semakin tua umur seseorang, maka pengalamannya akan bertambah sehingga pengetahuan akan sesuatu akan meningkat. c. Pekerjaan Pekerjaan merupakan sesuatu yang dilakukan baik di dalam atau di luar rumah untuk mencari nafkah atau penghasilan. Hasil penelitian Sularmi, dkk (2014) menunjukkan bahwa remaja yang memiliki kesiapan menghadapi menarche memiliki orang tua yang bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan memberikan efek pada pengetahuan ibu yang diperoleh dari lingkungan tempat ibu bekerja sehingga hal ini secara tidak langsung dapat mempengaruhi dukungan sosial ibu kepada anaknya terkait kesiapan menarche.

C. Remaja 1. Pengertian Remaja

  Remaja atau adolescence (Inggris) berasal dari bahasa latin

  adolescere dapat diartikan sebagai tumbuh kearah kematangan, yang

  memiliki arti yang sangat luar yang mencakup beberapa hal yaitu seperti kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Pieter & Lubis, 2013). Klasifikasi remaja yaitu remaja Awal (10

  • –13 tahun), remaja Tengah (14
  • –16 tahun), dan remaja Akhir (17–19 tahun) (Janiwarty & Pieter 2013).

  Remaja adalah anak usia 10-24 tahun yang merupakan usia antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dan sebagai titik awal proses reproduksi, sehingga perlu di persiapkan sejak dini (Romauli & Vindari, 2009).

  Menurut Lubis (2013) pada masa remaja seorang individu akan mengalami situasi puberitas dimana ia akan mengalami perubahan yang mencolok secara fisik maupun emosional/psikologis. Secara psikologis masa remaja merupakan masa persiapan terakhir dan menentukan untuk memasuki tahapan perkembangan kepribadian selanjutnya, yaitu menjadi dewasa.

2. Paradigma masa remaja menurut ( Pieter & Lubis, 2010)

  a. Masa remaja disebut juga masa peralihan dari masa puberitas menuju masa dewasa. Peralihan berarti terputusnya atau berubah dari apa yang pernah terjadi sebelumnya. Peralihan berkaitan dengan perkembangan dari setiap tahap. Apa yang tertinggal pada satu tahap berdampak ke tahap-tahap berikutnya. Oleh sebab itu masa peralihan remaja mengalami banyak perubahan fisik, psikologis atau sosial.

  b. Masa remaja dikatakan sebagai masa mencari jati diri karena dia merasa sudah tidak puas lagi dengan kehidupan bersama-sama dengan teman sebayanya. Tujuan mencari identitas diri adalah untuk menjelaskan siapa dirinya dan peranannya sehingga dia mendapatkan sense of individual indentity, meliputi keputusan, standar dan harga diri. c. Masa remaja dikatakan sebagai masa yang menakutkan dan

  Unrealistic , karena stereotip masyarakat yang berdampak buruk

  pada perkembangan remaja. Bentuk stereotip negatif masyarakat berupa pandangan bahwa remaja adalah orang yang kurang bertanggung jawab, tidak mampu berkerjasama dengan orang tua dan orang dewasa, kurang simpatik, tidak rapi, sulit dipercaya dan berperilaku merusak. Sedangkan fase Unrealistic ialah fase dimana remaja selalu melihat kehidupan menurut pandangan dan penilaian pribadinya, bukan menurut fakta-fakta, terutama dalam pemilihan cita-cita.

  d. Masa remaja sebagai masa gelisah dan meningginya emosi karena pada saat mendekati usia kematangan, remaja selalu meras gelisah untuk meningkatkan stereotipnya dari tahun-tahun sebelumnya. Untuk mengatasi kegelisahannya maka remaja selalu memusatkan perilakunya menurut standard status orang dewasa, seperti merokok, minuman keras, narkoba dan seks bebas. Meningginya intensitas emosi dan gelisah remaja tergantung pada dampak perubahan fisik dan psikologis remaja. Artinya jika semakin banyak perubahan dan tidak dikendalikan oleh remaja maka semakin tinggi emosinya.

3. Perubahan Fisiologis Remaja

  Masa remaja diawali dengan.masa puberitas yaituu masa terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ- organ seksual). Perubahan fisik yang terjadi pada masa puberitas ini merupakan peristiwa yang paling penting, berlangsung cepat drastis, tidak beraturan dan terjadi pada sistem reproduksi. Hormon-hormon mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahn tubuh.

  Perubahan tubuh ini disertai dengan perkembangan terhadap diri karakteristik seksual primer dan karakteistik karakter seksual sekunder.

  Karakteristik seksual primer merupakan perkembangan organ reproduksi, sedangkan karakteristik seksual sekunder mencangkup perubahan dalam bentuk tubuh sesuai dengan jenis kelamin, pada remaja putri ditandai dengan menarche (menstruasi pertama), tumbuhnya rambut

  • –rambut pubes, membesarnyabuah dada, dan pinggul (Lubis, 2013).

4. Perubahan Psikologis pada Remaja

  Menurut Lubis (2013), perubahan yang berkaitan dengan kejiwaan pada remaja adalah : a. Perubahan emosi sensitif atau peka, misalnya mudah menangis, cemas, frustasi, dan sebaliknya bisa tertawa tanpa alasan yang jelas. Utamanya sering terjadi pada remaja putri. Mudah bereaksi bahkan agresif terhadap gangguan atau rangsangan luar yang mempengaruhinya, suka mencari perhatian dan bertindak tanpa berfikir terlebih dahulu. Ada kecenderungan tidak patuh pada orang tua, dan lebih sering pergi bersama teman-temannya dari pada tinggal dirumah.

  b. Perkembangan inteligensia.

  c. Cenderung mengembangkan cara berfikir abstrak, suka memberikan kritik.

  d. Cenderung ingin mengetahui hal-hal baru sehingga muncul perilaku ingin mencoba-coba.

D. Menarche (Menstruasi) 1. Pengertian

  Menstruasi atau Menarche adalah perdarahan dari uterus karena perubahan hormonal yang teratur atau berdaur teratur, kira-kira empat minggu sekali. Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai dengan perdarahan yang terjadi secra berulang setiap bulannya kecuali pada saat kehamilan. Mentruasi pertama atau menarche paling sering terjadi pada usia 11 tahun, tetapi bisa juga terjadi sebelumnya atau sampai usia 16 tahun tergantung faktor-faktor yang mempengaruhi kedewassan atau perkembangan hormon pada gadis itu sendiri ( Lubis, 2013).

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi menarche

  Menurut Wiknjosastro (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi menarche, ada 3 tahap yaitu: a. Faktor keturunan Pada saat timbulnya menarche kebanyakan ditentukan oleh pola dalam keluarga. Hubungan antar usia sesama saudara kandung lebih dekat dari pada antara ibu dan anak perempuannya.

  b. Keadaan gizi Semakin banyak nutrisi yang diperoleh maka akan mempercepat usia menarche. Beberapa ahli mengatakan anak dengan jaringan lemak yang lebih banyak lebih cepat mengalami menarche, demikin pilaobat-obatan.

  c. Kesehatan umum Anak yang memiliki badan yang lemah atau menderita penyakit, seperti penyakit kronis, terutama yang mempengaruhi masuknya makanan dan oksigen ke jaringan dapt memperlambat jerjadinya menarche, demikin pula obat-obatan.

3. Siklus Menstruasi

  Menurut Mira (2009), pada siklus ini terjadi perubahan pada lapisan endometrium. Siklus ini dibagi dalam beberapa fase, yaitu: a. Fase Menstruasi

  1) Fase ini lamanya 3-5 hari 2) Hari pertama dari fase menstruasi ini adalah permulaan dari siklus menstruasi, yaitu terlepasnya lapisan fungsional dari endometrium bersama eritrosit, leukosit, kelenjar, kuman, dan atau tanpa sel telur yang keluar per vagina secara spontan. b. Fase poliferasi atau folikuler 1) Fase ini lamanya kurang lebih dari 9 hari (dari hari ke lima sampai dengan hari keempat belas) 2) Endometrium mulai terjadi regresi epitel 3) Kelenjar-kelenjar endometrium memanjang 4) Jumlah sel-sel ikat bertambah

  c. Fase sekresi atau luteum 1) Fase ini berlangsung pada hari ke-14 sampai 27 2) Progresteron yang dihasilkan oleh korpus luteum memproduksi kelenjar-kelenjar endometrium menjadi lebih lebar, berkelak- kelok dan membuat sekret di samping jaringan ikat endometriumnya sendiri membengkak (edema) d. Fase iskemik

  1) Fase ini berlangsung dari hari ke-27 sampai 28 2) Bila sel telur tidak dibuahi, korpus luteum akan mengalami degenerasi, produksi progesteron menurun, akibatnya terjadi vasokonstriksi pada pembuluh darah endometrium, lapisan endometrium mengerut dan berwarna pucat (iskemi)

  3) Dari fase iskemi ini selanjutnya diikuti oleh fase menstruasi lagi.

  4) FSH yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis menginduksi ovarium dan folikel-folikel yang lebih muda akan berkembang.

  Dengan demikian terjadi siklus ovarium, ketika pada folikel- folikel yang ini dihasilkan hormon estrogen.

  5) Esterogen merangsang pertumbuhan regenerasi dari endometrium.

  6) Bila tidak terjadi kehamilan maka siklus-siklus ini berlangsung terus-menerus.

4. Perubahan Psikologis Selama Masa Menstruasi

  Menurut Pieter & Lubis (2010), perubahan-perubahan psikologis yang umum terjadi pada saat wanita menstruasi antara lain: a. Cemas

  Selama masa menstruasi menyebabkan ketidaknyamanan fisik yang pada gilirannya akan mempengaruhi kondisi psikologis bagi wanita. Salah satu perubahan psikologis yang hampir diderit kebanyakan wanita adalah kecemasan. Apabila pada anak puberitas yang mengalami menstruasi pertama kalinya. Perasaan cemas menjadi sangat jelas, apabila jika sebelumnya tidak memiliki pengetahuan tentang perubahan fisik selam menstruasi. Perasaan cemas menjadi tidak wajar jika cemas berkepanjangan bisa menyebabkan gangguan fisik dan pisikis.

  b. Perubahan Emosi Perubahan emosi yang kerap kali terjadi pada masa menstruasi ialah adanya perasaan ingin dicintai dan sekaligus ingin marah. Faktor penyebabnya adalah perubahan hormon dan dipengaruhi oleh temperamen kepribadian seseorang yang sesungguhnya tidak stabil. Pada kebanyakan wanita ketidakstabilan emosi dipengaruhi oleh ketidak matangan emosional sehingga fase menstruasi cenderung dinilai negatif. Bentuk-bentuk perubahan emosi yang tampak adalah pemarah, mudah tersinggung, mudah cemberut, mudah lelah, malas beraktivitas, dan sebagainya.

  c. Stres Dampak stres membuat tubuh mmemproduksi adrenalin.

  Hormon ini berfungsi untuk mempertahankan diri sehingga stres setiap wanita berbeda-beda. Ketika fase menstruasi membuat stres ringan, berarti kondisi menstruasinya tidak menyebabkan perubahan psikologis yang serius. Sebaliknya jika selama fase menstruasi dapat membuat stres berat berati kondisi menstruasi menyebabkan gangguan pisikis.

  d. Ambivalen Pada sebagian wanita, selama masa menstruasi membuat dirinya sulit menentukan sikap dan tindakannya. Kesulitan ini lebih dikenal dengan ambivalensia. Sikap ambivalen ini juga berhubungan dengan perubahan hormonal sehingga pada sebagian wanita kondisi ini membuat ia malas bicara, tidak bergairah, dan lebih suka menyerahkan tugas pada orang lain. e. Insomnia Bagi wanita kondisi menstruasit terkadang menjadi sesuatu fase yang tidak menyenangkan dan sangat menyakitkan dan sangat menyiksa, dikarenakan mengakibatkan dia sulit memejamkan mata, sulit tidur (insomnia) dan selalu terjaga di malam hari. Akan tetapi kondisi sulit tidur diperparah lagi sebagai dampak cemas, khawatir, waspada, dan ketidakstabilan emosional.

  f. Depresi Masalah depresi tidak begitu banyak dialami wanita selama menstruasi, tetapi kondisi psikologis seperti ini diwaspadai. Pada kebanyakan kasus wanita yang mengalami depresi selama menstuasi terlihat dari adanya perasaan sedih (murung) yang berkepanjangan hilangnya fokus perhatian, sulit berkonsentrasi, sulit tidur, cemas,nafsu makan kurang, merasa lelah, kesepian, tidak berharga, rasa bersalah, tidak mau bicara dengan orang lain, menutup diri, dan pada kasus yang serius ditandai dengan keinginan bunuh diri.

  g. Anoreksia Nervosa Kasus ini sangat jarang terjadi pada wanita selama menstruasi, namun pada beberapa kasus pada wanita. Anoreksia nervosa berarti tidak nafsu makan atau hilangnya nafsu makan (rasa lapar) yang terjadi secara psikologis. Faktor penyebabnya lebih banyak berkaitan dengan penyimpangan emosional. Keadaan ini akan menjadi serius apabila tidak ditangani, karena bisa menyebabkan kematian akibat kelaparan. Komplikasi lain adalah kerusakan organ tubuh, gangguan menstruasi, tiroid, gagal ginjal dan kematian.

  h. Bulimia Sebagian wanita selam menstruasi keinginan makan menjadi meniningkat. Kondisi ini menjadi masalah serius ketika keinginan makan ini menjadi keinginan makan yang berlebihan. Keadaan ini banyak terjadi pada remaja atau orang dewasa.

E. Kesiapan Psikologis Remaja Menghadapi Menarche 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesiapan anak dalam menarche.

  Kesiapan merupakan suatu keadaan bersiap-siap dalam menghadapi suatu hal. Kesiapan seorang remaja putri dalam menghadapi menarche akan sangat membantu dalam menjalani masa

  menarche itu sendiri (Priyoto, 2011). Kesiapan mempengaruhi

  perilaku remaja dalam menghadapi menarche. Menurut Wawan dan Dewi (2011), terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku remaja putri dalam menghadapi menarche, diantaranya:

a. Faktor internal

  1) Sikap Sikap adalah penilaian atau pendapat seseorang tentang suatu objek yang diketahuinya yang menjadi penentu dalam tingkah laku manusia terhadap objek tersebut, dimana sikap ini berhubungan dengan dua hal, yaitu senang atau tidak senang (Notoatmodjo, 2012 & Jahja, 2011). Dalam penelitian Jayanti dan Purwanti (2012), sebanyak 73,08% anak bersikap tidak baik terhadap menarche. Mereka beranggapan bahwa menarche merupakan beban baru yang tidak menyenangkan.

  Hasil penelitian Ninawati dan Kuryadi (2006), juga menunjukkan bahwa semakin positif sikap terhadap menstruasi maka semakin kurang kecemasan yang dimiliki anak usia pra- pubertas menghadapi menarche. Begitu pula sebaliknya, semakin negatif sikap terhadap menstruasi maka semakin lebih kecemasan menghadapi menarche pada anak usia pra-pubertas.

  2) Usia Semakin muda usia remaja, maka semakin belum siap ia menerima peristiwa menstruasi tersebut (Kartono, 2006).

  Dalam penelitian Jayanti dan Purwanti (2012), didapatkan hasil 75% dari anak SD yang siap menghadapi menarche berumur 13 tahun, sedangkan 27,08% dari yang tidak siap dalam menghadapi menarche berumur 10 tahun.

b. Faktor eksternal

  1) Sumber informasi Yang dimaksud sumber informasi disini adalah sumber- sumber yang dapat memberikan informasi tentang menarche kepada remaja putri terkait menarche. Dalam penelitian Jayanti dan Purwanti (2012), didapatkan hasil 51,92% sumber informasi yang diperoleh remaja tentang menarche berasal dari teman sebaya. Namun, informasi yang diperoleh tersebut sebagian besar tidak benar, sehingga justru menyebabkan persepsi remaja terhadap menarche menjadi negatif.

  2) Dukungan sosial ibu Dukungan sosial ibu merupakan pertukaran sumber baik verbal dan non verbal antara ibu dan anak, dimana ibu sebagai pemberi dan anak sebagai penerima (Sari, 2006; Schumaker dan Brownell, dalam Medforth, dkk, 2011).

  Dengan adanya dukungan sosial (ibu) yang diterima oleh remaja putri, maka rasa cemas mereka dalam menghadapi

  menarche dapat berkurang sehingga mereka akan lebih siap

  dalam menghadapi menarche (Utami dan Mulyati, 2008, Hartatin, 2013, Ayu, 2010).

2. Kesiapan Psikologis Menghadapi Menarche

  Manifestasi psikologis yang bermacam-macam seperti cemas, takut merupakn salah satu bukti bahwa kurang kesiapan remaja putri dalam menghadapi masalah reproduksi seperti menstruasi pertama. Konstitusiaonal psikologia merupakan pengaruh perubahan morfologi dan fisiologis terhadap psikologis. Hal ini menjadi penting karena dimasa menarche, ataupun secara keseluruhan puberitas, terjadi serangkaian perubahan fisik maupun mental yang saling mempengaruhi. Hal tersebut semakin kompleks setelah seorang remaja putri mengalami menarche.

  Pada seorang remaja putri yang baru mengalami perubahan ciri seks skunder, akan terjadi perubahan secara psikis yang saling mempengaruhi. Masalah konstitusional fisiologis, pada wanita yang telah menarche tidak dapat begitu saja di lupakan. Mengingat hal ini akan mempengaruhi secra keseluruhan remaja itu sendiri misalnya pada remaja yang mengalami pengalaman psikis yang traumatik pada masa setelah menarche, dan hal ini juga berdampak besar pada kehidupan yang akan datang, baik secara langsung maupun tidak langsung (Mustina, 2011).

  Cara Mengatasi Gangguan Psikologis pada saat Menstruasi

  a. Memberika informasi dan pendidikan yang benar terutama pada anak yang baru mengalami haid pertamannya, bahwa menstruasi merupakan tanda mulai berfungsinya alat-alat reproduksi wanita dan menerimanya sebagai kodrat wanita.

  b. Memberi bimbingan atau penjelasan tentang perawatan kebersihan diri terutama alat genetalia sehubungan dengan menstruasi. c. Mengajarkan pada orang tua agar tidak terlalu memanjakan anaknya karena dapat menimbulkan ketidakmatangan psikologis.

  d. Gangguan disminorea perlu konsultasi dengan dokter ahli kandungan sehingga dapat memberikan obat yang tepat.

F. Kerangka Teori

  3. Keyakinan

  3. Penghargaan 4. instrumental

  2. Informasi

  1. Emosional

  Dukungan keluarga:

  6. Sosial budaya Kesiapan psikologis remaja menghadapi Menarche

  5. Penghasilan

  4. Fasilitas

Gambar 2.1 Kerangka Teori

  Sumber : Notoatmodjo (2007), Mubarok (2011), Lubis (2013) Perubahan pada Remaja Putri :

  1. Pengalaman

  d. Ingin tau hal-hal yang baru dan ingin coba-coba Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan :

  c. Cenderung berfikir abstrak

  b. Perkembangan inteligensi

  a. Perubhan emosi

  2. Perubahan psikologis

  1. Perubahan fisiologis ( terjadinya puberitas) a. Karakteristik seksual primer, ditandai dengan kematangan organ-organ reproduksi (menstruasi ) b. Karakteristik seksual sekunder, perubahan bentuk tubuh ( payudara membesar, pinggang)

  2. Tingkat pendidikan

G. Kerangka Konsep

  Variabel bebas Variabel terikat pengetahuan Kesiapan psikologis remaja menghadapi

  menarche Dukungan keluarga

Gambar 2.2 Kerangka Konsep H. Hipotesis

  Ha : Ada hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kesiapan psikologis remaja menghadapi menarche.

  Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dan dukungan keluarga dengan kesiapan psikologis remaja menghadapi menarche.