TRADISI KAWIN LARI DALAM PERKAWINAN ADAT DI DESA KETAPANG KECAMATAN SUNGKAI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROPINSI LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

  

TRADISI KAWIN LARI DALAM PERKAWINAN ADAT

DI DESA KETAPANG KECAMATAN SUNGKAI

SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROPINSI

LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam

  

Oleh

DIAH EKA NOVIA SUSANTI

NIM 21109010

  

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  

2013

  

TRADISI KAWIN LARI DALAM PERKAWINAN ADAT

DI DESA KETAPANG KECAMATAN SUNGKAI

SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA PROPINSI

LAMPUNG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Gelar

Sarjana Hukum Islam

  Oleh

DIAH EKA NOVIA SUSANTI

NIM 21109010

  

JURUSAN SYARI’AH

PROGRAM AHWAL AL-SYAKHSHIYYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

  

2013

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

             

           

  “Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai

  .” (Q.S. Al-Israa‟: 7) Pengalaman adalah guru terbaik.

  Jadikanlah kekecewaan masa lalu menjadi senjata sukses dimasa depan.

  PERSEMBAHAN

  Untuk kedua orang tuaku tercinta, para dosen, teman-teman AS angkatan 2009, sahabat-sahabat terbaikku, kekasihku tersayang, dan semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

  Assalamualaikum wr.wb.

  Alhamdulillah, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan nikmat kepada semua hamba-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam senantiasa tetap terlimpahkan kepangkuan beliau Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat- sahabatnya dan orang-orang mukmin yang senantiasa mengikutinya.

  Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari keterbatasan pengetahuan yang dimiliki, sehingga bimbingan, pengarahan dan bantuan telah banyak penulis peroleh dari berbagai pihak. oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

  1. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku Ketua STAIN Salatiga; 2.

  Bapak Drs. H. Mubasirun, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Syari‟ah STAIN Salatiga; 3. Bapak Ilyya Muhsin, S.HI., M.Si, selaku Ketua Program Studi Ahwal al

  Syakhshiyyah; 4. Ibu Luthfiana Zahriani, M.H. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya guna membimbing hingga terselesaikannya skripsi ini; 5. Seluruh dosen STAIN Salatiga, yang mengajar dari semester I (satu) sampai semester VIII (delapan) telah membagi ilmunya yang sangat bermanfaat;

  6. Bapak Syamsudin selaku Ketua Adat Desa Ketapang; 7.

  Bapak Firhan Rolib.S.Ag. selaku Ketua KUA Desa Ketapang;

  8. Para Informan yang telah bersedia memberikan informasi mengenai tradisi kawin lari di Desa Ketapang;

  9. Bapak dan Mamak yang telah mencurahkan do‟a dan keringat untuk anakmu ini, aku tidak akan pernah bisa membalasnya;

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah berperan dan membantu hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  Teriring do‟a dan harapan semoga amal baik dan jasa semua pihak tersebut diatas akan mendapat balasan yang melimpah dari Allah SWT.

  Wassalamualaikum wr.wb.

  Penulis

  

ABSTRAK

  Susanti, Diah Eka Novia. 2013. Tradisi Kawin Lari Dalam Perkawinan Adat di

  Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung Dalam Perspektif Hukum Islam . Skripsi

  Jurusan Syari‟ah. Program Studi Ahwal Al-Syakhsiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Luthfiana Zahriani, M.H.

  Kata Kunci: Tradisi Kawin Lari, Perkawinan Adat

  Perkawinan adalah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Dalam realita kehidupan, perkawinan berlaku di seluruh dunia termasuk Indonesia. Indonesia adalah Negara kepulauan sehingga memiliki ragam adat budaya. Hukum adatnya juga masih terasa lekat dalam kehidupan sebagian masyarakat Indonesia, salah satu contohnya adalah tradisi kawin lari dalam perkawinan adat Lampung di Desa Ketapang. Kawin lari dilakukan dengan cara bujang melarikan gadis ke rumah si bujang atau kerabatnya dengan meninggalkan surat dan uang tengepik. Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang melatarbelakangi kawin lari dan tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung menurut perspektif hukum Islam.

  Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan terjun langsung ke masyarakat sehingga diperoleh data yang jelas. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis sosiologis yaitu pendekatan yang melihat implementasi riel di dalam masyarakat.

  Berdasarkan hasil analisis terhadap data hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang melatarbelakangi kawin lari adalah faktor suka sama suka, tidak direstui orang tua, syarat-syarat pembayaran dan pembiayaan yang terlalu tinggi, laki-laki dan perempuan telah melakukan perbuatan yang bertentangan dengan hukum Islam dan yang terakhir faktor budaya atau tradisi adat. Tradisi kawin lari mengakibatkan adanya keharusan si gadis untuk tinggal serumah bersama si bujang sebelum terjadinya akad nikah. Hal ini menurut perspektif hukum Islam akibat yang timbul dari tradisi kawin lari bertentangan dengan perintah Allah SWT dalam Al- Qur‟an dan Hadits.

  

DAFTAR ISI

  SAMPUL ............................................................................................................... i LEMBAR BERLOGO .......................................................................................... ii JUDUL .................................................................................................................. iii PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................................ iv PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................ v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................................. vii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................ viii KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix ABSTRAK ............................................................................................................. x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL.................................................................................................. xiv DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................... xv

  BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1 A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1 B. Penegasan Istilah ............................................................................ 7 C. Fokus Penelitian ............................................................................. 7 D. Tujuan Penelitian ........................................................................... 8 E. Kegunaan Penelitian ...................................................................... 8 F. Metode Penelitian .......................................................................... 9 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................. 9

  3. Sumber Data ............................................................................ 9 4.

  Prosedur Pengumpulan Data ................................................... 10 5. Analisis Data ........................................................................... 11 6. Pengecekan Keabsahan Data .................................................. 12 G. Sistematika Penulisan ................................................................... 12

  BAB II TINJAUAN UMUM .......................................................................... 15 A. Kerangka Teori ............................................................................. 15 B. Tinjauan Umum tentang Perkawinan ........................................... 17 1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan ........................................ 17 2. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan ........................................ 19 3. Hikmah Perkawinan ............................................................... 22 C. Perkawinan Menurut Hukum Islam ............................................. 24 D. Perkawinan Menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 ........... 34 E. Perkawinan Menurut Hukum Adat .............................................. 37 F. Pengertian Kawin Lari Secara Umum dan Menurut Adat ........... 40 BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 42 A. Gambaran Umum Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara .......................................................... 42 1. Letak Geografis ...................................................................... 45 2. Keadaan Administratif ........................................................... 46 3. Keadaan Sosial Keagamaan ................................................... 47 4. Tingkat Pendidikan ................................................................ 48

  B.

  Latar Belakang yang Menyebabkan Masyarakat Desa Ketapang Melaksanakan Pernikahan dengan cara Kawin Lari .................... 49 C. Prosesi tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang

  Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara ............ 58

  BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................ 64 A. Analisis Terhadap Faktor yang Melatarbelakangi Tradisi Kawin Lari ....................................................................................................... 64 B. Analisis Hukum Islam tentang tradisi Kawin Lari di Desa Ketapang

  Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara ............. 67

  BAB V PENUTUP .......................................................................................... 78 A. Kesimpulan ................................................................................... 78 B. Saran ............................................................................................. 79 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 82 LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................. 84 LAMPIRAN DAFTAR PERTANYAAN ........................................................... 84

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ...................................... 48 Tabel II Jumlah Penduduk Desa Ketapang .......................................................... 49 Tabel III Jumlah Penduduk Menurut Pendidikan ................................................. 50

DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran I Daftar Pertanyaan Wawancara Lampiran II Daftar Riwayat Hidup Lampiran III Foto Wawancara Lampiran IV Kondisi Sosial Budaya Desa Ketapang Lampiran V Jumlah Penduduk Desa Ketapang Lampiran VI Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Ketapang Lampiran VII Kutipan Akta Nikah Pelaku Kawin Lari Lmpiran VIII Permohonan Izin Penelitian Lampiran IX Daftar Nilai SKK Lampiran X Nota Pembimbing Skripsi Lampiran XI Lembar Konsultasi Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

  makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat. (Abidin&Aminuddin, 1999:12) Dalam Kompilasi Hukum Islam Bab II pasal 2, perkawinan merupakan akad yang paling sakral dan agung dalam sejarah perjalanan hidup manusia yang dalam Islam disebut sebagai mitsaqan ghalidhan, yaitu akad yang sangat kuat untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah. Selain itu perkawinan juga merupakan suatu hal yang penting dalam realita kehidupan umat manusia. Karena dengan perkawinan kehidupan rumah tangga dapat ditegakkan dan dibina sesuai dengan norma agama dan tata kelakuan atau adat istiadat masyarakat setempat. Rumah tangga memungkinkan manusia mendapat keturunan sebagai penerus generasi masa depan.

  Al-Quran juga menjelaskan bahwa manusia secara naluriah, disamping mempunyai keinginan terhadap anak keturunan, harta kekayaan dan lain-lain, juga sangat menyukai lawan jenisnya. Untuk memberikan jalan keluar yang terbaik mengenai hubungan manusia yang berlainan jenis itu, Islam menetapkan suatu ketentuan yang harus dilalui, yaitu perkawinan. Hal tersebut sesuai dengan

  

  

            

        

  ”Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir”. (Q.S. Ar-Rum: 21)

  Lebih lanjut Allah SWT berfirman dalam surat An-Nahl ayat 72, sebagai berikut:

  

           

          

  “Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah ?" (Q.S. An-Nahl:72)

  Berdasarkan kedua ayat di atas dapat dipahami bahwa Islam tidak menyetujui seorang Muslim memilih hidup membujang. Namun sebaliknya, Islam justru memerintahkan umat Islam untuk menikah. Sedangkan tujuan perkawinan dalam Islam, pada hakikatnya bukan semata-mata untuk kesenangan lahiriah melainkan juga membentuk suatu ikatan kekeluargaan, pria dan wanita dapat memelihara diri dari kesesatan dan perbuatan tidak senonoh. Selain itu tujuan perkawinan adalah melahirkan keturunan dan memeliharanya serta memenuhi kebutuhan seksual yang wajar yang diperlukan untuk menciptakan kenyamanan dan kebahagiaan. Dalam hal ini perkawinan merupakan sunnatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Ia adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya. (Abidin&Aminuddin, 1999: 9) Oleh karena itulah, segala hal yang berkaitan dengan masalah perkawinan sangat diperhatikan demi menjaga sakralitas dari perkawinan itu sendiri. Dalam realita kehidupan, perkawinan berlaku di seluruh dunia termasuk Indonesia. Indonesia adalah Negara kepulauan yang terletak pada garis katulistiwa. Penduduk yang berdiam berasal dari pulau-pulau di dalamnya bermacam ragam adat budaya dan hukum adatnya masih terasa kental, hal ini sesuai dengan semboyan Negara Indonesia “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti meskipun terdapat perbedaan suku, adat, bahasa, ras, agama, budaya dan lain- lain tetapi tetap satu kesatuan. Sebagaimana tata tertib adat perkawinan antara masyarakat adat yang satu berbeda dengan masyarakat adat yang lain, antara suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lain, antara yang beragama Islam berbeda dengan yang beragama Hindu, Kristen, Budha dan lain- lain.

  Hukum adat di Indonesia pada umumnya menjelaskan bahwa perkawinan bukan saja berarti sebagai perikatan perdata, tetapi juga merupakan perikatan adat dan sekaligus merupakan perikatan kekerabatan dan ketetanggaan. Jadi terjadinya suatu ikatan perkawinan bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan keperdataan, seperti hak dan kewajiban suami-istri, harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga menyangkut hubungan adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan dan ketetanggaan menyangkut kewajiban mentaati perintah dan larangan keagamaan, baik dalam hubungan manusia dengan Tuhannya (ibadah) maupun hubungan manusia dengan sesama manusia (muamalah) dalam pergaulan hidup agar selamat di dunia dan di akhirat. Hukum perkawinan adat di Indonesia itu dapat berbentuk “perkawinan jujur” dimana pelamaran dilakukan oleh pihak pria kepada pihak wanita. Setelah pelaksanaan perkawinan, istri mengikuti tempat kediaman suami seperti di daerah Lampung, Palembang, Bali dan sebagian besar wilayah di Indonesia. (Hadikusuma, 1990: 8-9) Jadi terkait dengan masalah perkawinan, maka budaya dan aturan yang berlaku pada suatu masyarakat tidak terlepas dari pengaruh budaya dan lingkungan masyarakat itu berada. Begitu juga pergaulan masyarakat setempat terbentuk karena dipengaruhi oleh kebiasaan, kepercayaan dan keagamaan yang dianut masyarakat tersebut.

  Di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara, ada tradisi adat yang disebut Kawin Lari (Selarian). Dalam tradisi kawin lari bujang (anak laki-laki) melarikan gadis (anak perempuan) ke rumah orang tua atau kerabat dekatnya. Lalu gadis tersebut memberitahu pihak keluarganya dengan cara meninggalkan sepucuk surat dan juga meninggalkan uang yang disebut tengepik. Isi surat tersebut menyatakan permintaan maaf si gadis pada orang tuanya atas kepergian tanpa izin dengan maksud perkawinan dengan bujang yang disebut nama dan kerabatnya serta alamatnya dalam surat tersebut.

  Pada saat gadis tersebut barada di rumah calon suaminya maka dimulailah prosesi adat, mulai dari acara ngantak salah (menyatakan permintaan kepada pihak perempuan hingga acara penutup yaitu peradu dau atau mengakhiri pekerjaan ditempat kerabat wanita. Pada acara peradu dau ini juga diberitahukan kepada masyarakat bahwa status bujang dan gadis tersebut telah berubah menjadi suami istri dalam pandangan hukum adat. Namun mereka belum sah karena belum diadakan akad nikah walaupun mereka tinggal serumah. Akad nikah dilakukan setelah prosesi adat selesai.

  Apabila diteliti lagi dari segi hukum Islam, maka akan menimbulkan permasalahan yakni mengenai hukum bagi mereka yang tinggal bersama dalam satu rumah namun belum ada hubungan akad pernikahan yang sah menurut agama. Hal tersebut sangat bertentangan dengan norma-norma ajaran Islam.

  Maka dari itu dalam tuntunan ajaran Islam sebuah pernikahan dimulai dengan cara melamar atau meminang.

  Pernikahan kawin lari itu sendiri, antara lain adalah calon pengantin wanita harus tinggal di rumah calon pengantin pria atau kerabat calon pengantin pria hingga akad nikah dilangsungkan, sehingga hal tersebut dapat menimbulkan fitnah di kalangan masyarakat. Calon pengantin wanita dan pria telah bersama- sama tanpa adanya suatu ikatan yang sah, selama itu calon pengantin wanita juga diharuskan menggunakan kebaya, kain tapis, perhiasan emas dan sanggul agar terlihat cantik dalam menerima tamu yang datang. Dengan tinggal bersama dalam satu rumah meskipun juga tinggal bersama dengan keluarga calon pengantin pria, tetapi interaksi keduanya akan sering terjadi. Dengan demikian pandangan mata mereka akan sulit terjaga bahkan tidak menutup kemungkinan akan terjadi s esuatu hal yang bertentangan dengan syari‟at Islam. Hal ini sesuai dengan firman Allah:

                   

  “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang mereka perbuat". (Q.S. An-Nur: 30)

  Oleh karena itu, tradisi kawin lari tersebut menarik peneliti untuk melakukan penelitian lebih jauh tentang faktor yang melatarbelakangi kawin lari serta pandangan hukum Islam tentang tradisi kawin lari dalam perkawinan adat. Perkawinan tersebut terus dilakukan oleh masyarakat Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung sampai saat ini.

  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut ke dalam sebuah skripsi yang berjudul

  “Tradisi Kawin Lari dalam Perkawinan Adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung dalam Perspektif Hukum Islam”.

  B.

  Penegasan Istilah Untuk mendapatkan kejelasan judul di atas, penulis perlu memberikan penegasan dan batasan tehadap istilah-istilah yang ada. Istilah-istilah tersebut adalah:

  1. Tradisi kawin Lari dalam bahasa lampung disebut sebambangan, yaitu larinya bujang dan gadis ke rumah si bujang atau kerabat bujang untuk terjadinya suatu pernikahan setelah melalui prosesi-prosesi adat.

2. Perkawinan adat adalah perkawinan yang mempunyai akibat hukum terhadap

  hukum adat yang berlaku dalam masyarakat tertentu. (Hadikusuma, 1990: 8) C.

  Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:

  1. Apa faktor-faktor yang melatarbelakangi tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung? 2. Bagaimana tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang

  Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung menurut perspektif hukum Islam? D.

  Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai setelah penelitian ini selesai adalah: 1.

  Untuk mengungkapkan faktor-faktor yang melatarbelakangi tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung.

  2. Untuk mengetahui tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung menurut perspektif hukum Islam.

  E.

  Kegunaan Penelitian Manfaat atau kegunaan daripada penelitian ini terbagi menjadi dua yaitu sebagai berikut:

  1. Secara Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya wacana realitas akulturasi hukum Islam dengan tradisi lokal dan juga menambah bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga.

  2. Secara Praktis a.

  Sebagai sumbangan pemikiran untuk Pemerintah dalam melestarikan adat budaya yang ada di masyarakat.

  b.

  Dapat memberikan kontibusi bagi ulama dalam pengembangan ilmu pengetahuan khusunya di bidang hukum Islam.

  c.

  Sebagai tambahan pengetahuan untuk umat dalam memperkaya pengetahuan keagamaan khususnya dalam bidang perkawinan dan hukum Islam.

  F.

  Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian

  Pendekatan yang digunakan penulis pendekatan yuridis sosiologis. Pendekatan ini melihat implementasi riel di dalam masyarakat. (Ali, 2009: 105) Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian (field research) yaitu yaitu suatu penelitian yang terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang dibahas.

  2. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara. Di desa ini hukum adat masih dijunjung tinggi.

  Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti desa tersebut yang mana memiliki tradisi kawin lari dalam perkawinan adat.

  3. Sumber Data a.

  Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya baik melalui wawancara, observasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti.

  b.

  Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, skripsi dan peraturan perundang-undangan. (Ali, 2009: 106) 4. Prosedur Pengumpulan Data a.

  Observasi

  Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. (Fathoni, 2011:104) Peneliti menggunakan observasi langsung ke Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara. Di sini peneliti mengamati prosesi kawin lari, prosesi adat pasca kawin lari dan prosesi akad nikah .

  b.

  Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data melalui tanya jawab lisan, dimana pertanyaan datang dari pihak yang mewancarai dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara. (Fathoni, 2011:105) Wawancara ini dilakukan dengan acuan catatan-catatan mengenai pokok masalah yang akan ditanyakan. Sasaran wawancara adalah tokoh adat untuk mendapatkan info tentang prosesi adat pasca kawin lari, tokoh agama dan kepala KUA Desa Ketapang untuk mendapatkan info tentang pandangan hokum Islam tentang tradisi kawin lari, pelaku kawin lari untuk mengetahui penyebab alas an kawin lari dan kronologi dari kawin lari, dan orang tua pelaku kawin lari untuk mengetahui alasan tidak menyetujui hubungan anaknya dan perasaannya ketika anaknya melakukan kawin lari.

  c.

  Dokumentasi Mencari data mengenai beberapa hal, baik yang berupa catatan dan data dari pemuka adat. Metode ini digunakan sebagai salah satu pelengkap

  5. Analisis Data Setelah seluruh data terkumpul maka barulah penulis menentukan bentuk analisa terhadap data-data tersebut, antara lain dengan metode : a.

  Deduktif Yaitu analisa yang bertitik tolak dari suatu kaidah yang umum menuju suatu kesimpulan yang bersifat khusus, artinya ketentuan-ketentuan umum yang ada dalam nas dijadikan sebagai pedoman untuk menganalisis pandangan hukum Islam tentang tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung.

  b.

  Kualitatif Yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata- kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. (Moleong, 2008: 4) Penulis menggunakan prosedur penelitian kualitatif karena ingin menceritakan tentang kawin lari.

  6. Pengecekan Keabsahan Data Dalam menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan teknik trianggulasi yang paling banyak digunakan adalah dengan pemeriksaan melalui sumber yang lainnya. (Moloeng, 2007:330) Menurut Denzin (dalam Moloeng, 2007:330), membedakan empat macam sumber, metode, penyidik, dan teori. Trianggulasi dilakukan melalui wawancara, observasi langsung dan observasi tidak langsung, observasi tidak langsung ini dimaksudkan dalam bentuk pengamatan atas beberapa kelakukan dan kejadian yang kemudian dari hasil pengamatan tersebut diambil kesimpulan yang menghubungkan di antara keduanya.

  G.

  Sistematika Penulisan Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka sistematika pembahasannya dibagi menjadi lima bab, yang berisi hal-hal pokok yang dapat dijadikan pijakan dalam memahami pembahasan ini. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut yaitu : BAB I : Pendahuluan yang berisi uraian tentang Latar Belakang masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Kegunaan

  Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

  BAB II : Kajian Pustaka yang berisi uraian tentang Tinjauan Umum tentang Perkawinan, Perkawinan menurut Hukum Islam, Perkawinan menurut Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Perkawinan menurut Hukum Adat, Pengertian Kawin Lari Secara Umum dan Menurut Hukum Adat.

  BAB III : Paparan Data dan Temuan Penelitian berisi tentang deskripsi wilayah pada masyarakat Desa Ketapang Kecamatan Sungkai

  Menyebabkan Masyarakat Desa Ketapang Melaksanakan Pernikahan dengan cara Kawin Lari dan Prosesi Tradisi Kawin Lari dalam Perkawinan Adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara.

  BAB IV : Pembahasan berisi tentang analisis tentang hal-hal mengenai tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung. Pada bab ini dijelaskan analisis tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi tradisi kawin lari dalam perkawinan adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara dan analisis tradisi Kawin Lari di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Menurut Perspektif Hukum Islam.

  BAB V : Penutup berisi tentang kesimpulan dari seluruh hasil penelitian, saran-saran ataupun rekomendasi dalam rangka meningkatkan pengetahuan tentang hukum-hukum Islam khususnya hukum Kawin Lari di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara.

BAB II TINJAUAN UMUM A. Kerangka Teori Tradisi merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah

  berproses dalam waktu lama dan dilaksanakan secara turun-temurun dari nenek moyang. Tradisi dipengaruhi oleh kecenderungan untuk berbuat sesuatu dan mengulang sesuatu sehingga menjadi kebiasaan.

  Tradisi-tradisi yang ada masih saja berkembang di zaman modern seperti saat ini. Penelitian yang menyangkut tentang tradisi-tradisi telah dilakukan oleh peneliti yang bernama Muhammad Isro‟i dengan judul Larangan Menikah Pada

  Bulan Muharram dalam Adat Jawa Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Bangkok Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali) . Penelitian ini

  membahas tentang faktor yang mendorong masyarakat tidak melakukan pernikahan pada bulan Muharram dan pandangan hukum Islam terhadap pernikahan yang dilakukan pada bulan Muharram. Sehingga penelitian ini hanya membahas tentang larangan menikah pada bulan Muharram saja. Adapun hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa menurut hukum Islam tentang larangan menikah pada bulan Muharram itu tidak benar, karena menikah merupakan sunatullah yang sangat dianjurkan oleh agama Islam. Waktu pelaksanaan pernikahan tersebut di dalam hukum Islam tidak ada dalil yang menyebutkan waktu tertentu. Selain itu dalam hukum Islam tidak pernah membeda-bedakan

  Tinjauan Hukum Islam Terhadap Adat Sebambangan (Studi Kasus di Kelurahan Dayamurni Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang).

  Penelitian ini dilakukan oleh M. Agus Muslim, yang membahas tentang sah atau tidaknya perkawinan yang melalui adat sebambangan ditinjau dari terpenuhi atau tidak syarat dan rukun pernikahan. Adapun hasil dari penelitian ini disimpulkan bahwa perkawinan yang melalui adat sebambangan hukumnya sah karena sudah memenuhi syarat dan rukun perkawinan menurut hokum Islam, Undang-undang

  1 dan Kompilasi Hukum Islam yang berlaku di Indonesia.

  Dari berbagai penelitian yang berkaitan dengan tradisi perkawinan yang dilakukan oleh beberapa peneliti, sudah banyak tulisan terkait kawin lari. Penulis hanya ingin fokus mengupas kawin lari di masyarakat Lampung yang sudah mentradisi. Oleh karena itu, peneliti mencoba membahas sebuah tema yang berkaitan dengan tradisi kawin lari dalam perkawinan adat menurut perspektif hukum Islam dengan m engambil judul “Tradisi Kawin Lari dalam Perkawinan

  Adat di Desa Ketapang Kecamatan Sungkai Selatan Kabupaten Lampung Utara Propinsi Lampung dalam Perspektif Hukum Islam”.

B. Tinjauan Umum tentang Perkawinan 1. Pengertian dan Tujuan Perkawinan

  Perkawinan merupakan sunatullah yang umum dan berlaku pada semua makhluk-Nya, baik pada manusia, hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Perkawinan adalah suatu cara yang dipilih oleh Allah SWT sebagai jalan bagi makhluk-Nya untuk berkembang biak dan melestarikan hidupnya.

  Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata perkawinan. Dalam bahasa Indonesia, “perkawinan” berasal dari kata “kawin” yang menurut bahasa artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh. Istilah kawin digunakan secara umum untuk tumbuhan, hewan dan manusia. Berbeda dengan itu, nikah hanya digunakan pada manusia karena mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat dan terutama menurut agama. Makna nikah adalah akad atau ikatan karena dalam suatu proses pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan) dan qabul (pernyataan penerimaan dari pihak laki-laki). Adapun menurut syarak, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk sebuah bahtera rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera.

  (Tihami&Sahrani, 2009: 6-8) Sehingga perkawinan adalah sesuatu hal yang mempunyai akibat yang luas di dalam hubungan hukum antara suami dan istri. Dengan perkawinan timbul suatu ikatan yang berisi hak dan kewajiban, seperti kewajiban untuk bertempat tinggal yang sama, setia kepada satu sama lain, kewajiban untuk memberi belanja rumah tangga, hak waris dan sebagainya. (Afandi, 1997: 93)

  Tujuan perkawinan pada umumnya bergantung pada masing-masing individu yang akan melakukannya karena lebih bersifat subjektif. Namun demikian ada juga tujuan umum yang memang diinginkan oleh semua orang yang akan melakukan pernikahan yaitu untuk memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan lahir batin menuju kebahagiaan dan kesejahteraan dunia dan akhirat. Adapun tujuan pernikahan secara umum dapat dikemukakan sebagai berikut: a.

  Perkawinan adalah sarana memenuhi kebutuhan biologis.

  b.

  Memperoleh keturunan Keinginan untuk mendapatkan keturunan juga dimiliki oleh laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, mempunyai anak bukanlah suatu kewajiban melainkan amanat dari Allah SWT. walaupun dalam kenyataannya ada yang ditakdirkan untuk tidak mempunyai anak.

  c.

  Memperoleh keturunan yang saleh Keturunan yang saleh atau salehah bisa membahagiakan kedua orang tua baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dari anak yang diharapkan oleh orang tua hanyalah ketaatan, akhlak, ibadah dan sebagainya yang bersifat kejiwaan.

  d.

  Memperoleh kebahagiaan dan ketentraman Dalam hidup berkeluarga perlu adanya ketentraman, kebahagiaan, dan dapat mengantarkan pada ketenangan ibadah. (Abidin&Aminuddin, 1999: 12-15) e. Memenuhi panggilan agama, memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan.

  f.

  Menumbuhkan kesungguhan untuk bertanggung jawab, menerima hak serta kewajiban dan juga bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal.

  g.

  Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tentram atas dasar cinta dan kasih sayang. (Tihami&Sahrani, 2009: 15)

2. Rukun dan Syarat Sah Perkawinan

  Rukun yaitu sesuatu yang harus ada yang dapat menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu, seperti adanya calon pengantin laki-laki atau perempuan dalam perkawinan.

  Syarat yaitu sesuatu yang harus ada yang menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu seperti menutup aurat untuk shalat atau menurut Islam calon pengantin laki-laki atau perempuan itu harus beragama Islam. Sah yaitu sesuatu pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat.

  Pernikahan yang didalamnya terdapat akad layaknya akad-akad lain yang memerlukan adanya persetujuan kedua belah pihak yang mengadakan a.

  Mempelai laki-laki dan mempelai perempuan Perkawinan adalah suatu akad yang suci dan luhur antara laki-laki dengan perempuan yang menjadi sebab sahnya status suami istri. Hal ini berarti perkawinan itu hanya dibenarkan antara laki-laki dengan perempuan dan dilarang antar laki-laki atau antar perempuan.

  b.

  Wali Wali adalah orang yang memberikan izin berlangsungnya akad nikah antara laki-laki dan perempuan. Wali nikah hanya ditetapkan bagi pihak pengantin perempuan. Wali nikah harus memenuhi syarat-syarat, yaitu baligh, berakal, merdeka, laki-laki, Islam, adil dan tidak sedang ihram atau umrah. Wali nikah ada tiga jenis yaitu wali mujbir, wali nasab dan wali hakim. Wali mujbir adalah mereka yang mempunyai garis keturunan ke atas dengan perempuan yang akan menikah. Mereka yang termasuk wali mujbir adalah ayah dan seterusnya ke atas menurut garis patrilineal.

  Sedangkan wali nasab adalah wali nikah yang memiliki hubungan keluarga dengan calon pengantin perempuan. Wali nasab adalah saudara laki-laki sekandung, sebapak, paman beserta keturunannya menurut garis patrilineal (laki-laki). Dan yang terakhir wali hakim adalah wali yang ditunjuk dengan kesepakatan kedua belah pihak (calon suami istri). Wali nikah termasuk salah satu syarat dan rukun nikah.

  c.

  Dua orang saksi Saksi dalam perkawinan harus terdiri dari dua orang dan harus memenuhi

  1) Baligh

  2) Berakal

  3) Merdeka

  4) Laki-laki

  5) Islam

  6) Adil

  7) Mendengar dan melihat (tidak bisu)

  8) Mengerti maksud ijab qabul

  9) Kuat ingatannya

  10) Berakhlak baik

  11) Tidak sedang menjadi wali

  Adanya dua orang saksi dan syarat-syarat menjadi saksi termasuk salah satu dari rukun dan syarat perkawinan.

  d.

  Shigat ijab qabul Adapun yang dimaksud dengan ijab adalah pernyataan dari calon pengantin perempuan yang diawali oleh wali. Hakikat ijab ialah suatu pernyataan dari perempuan sebagai kehendak untuk mengikatkan diri dengan soerang laki-laki sebagai suami sah. Bentuk pernyataan penawaran dalam ijab berupa sighat yaitu susunan kata-kata yang jelas. Misalnya ijab wali perempuan: “Saya nikahkan engkau dengan anak saya bernama…”. Sedangkan qabul adalah pernyataan penerimaan dari calon pengantin laki-laki atas ijab wali calon pengantin perempuan. Bentuk yang memberikan pengertian bahwa laki-laki tersebut menerima atas ijab wali perempuan seperti: “Saya terima nikahnya…binti…dengan maskawin… (tunai atau…). Ijab qabul itu merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan sebagai salah satu rukun nikah. (Sudarsono, 1991: 62-72)

  Dari empat rukun nikah tersebut yang paling penting adalah ijab qabul antara yang mengadakan dengan yang menerima akad. Sedangkan yang dimaksud dengan syarat perkawinan adalah syarat yang berhubungan dengan rukun-rukun perkawinan yaitu syarat-syarat bagi calon mempelai, wali, saksi dan ijab qabul. Akad nikah atau perkawinan yang tidak dapat memenuhi syarat dan rukun nikah menjadikan perkawinan tersebut tidak sah menurut hukum. (Tihami&Sahrani, 2009: 12-14) 3. Hikmah Perkawinan

  Allah mensyariatkan pernikahan dan dijadikan dasar yang kuat bagi kehidupan manusia karena adanya beberapa nilai yang tinggi dan beberapa tujuan utama yang baik bagi manusia, makhluk yang dimuliakan Allah. Tujuan pernikahan dalam Islam tidak hanya sekedar pada batas pemenuhan nafsu biologis atau pelampiasan nafsu seksual, tetapi memiliki tujuan-tujuan penting yang berkaitan dengan sosial, psikologis dan agama. Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut: a)

  Memelihara gen manusia Pernikahan sebagai sarana untuk memelihara keberlangsungan gen manusia, alat reproduksi dan regenerasi dari masa ke masa. Dengan pernikahan inilah manusia akan dapat memakmurkan hidup dan melaksanakan tugas sebagai khalifah dari Allah.

  b) Pernikahan adalah tiang keluarga yang teguh dan kokoh. Seseorang akan merasa adanya tali ikatan suci yang membuat tinggi sifat kemanusiaannya yaitu ikatan rohani dan jiwa yang membuat ketinggian derajat manusia. Bahkan hubungan pasangan suami istri sesungguhnya adalah ketenangan jiwa dan kasih sayang. (Hawwas&Azzam, 2009: 39- 40)

  c) Menikah adalah jalan yang terbaik untuk menjadikan anak-anak yang mulia, memperbanyak keturunan, melestarikan hidup manusia serta memelihara nasab yang sangat diperhatikan oleh Islam.

  (Abidin&Aminuddin, 1999: 38)

  d) Nikah sebagai perisai diri manusia

  Nikah dapat menjaga diri manusia dan menjauhkan dari pelanggaran- pelanggaran yang diharamkan dalam agama, karena nikah memperbolehkan masing-masing suami isteri melakukan hajat biologisnya secara halal dan mubah. Pernikahan tidak membahayakan bagi umat, tidak menimbulkan kerusakan dan tidak menjerumuskan para pemuda dalam pergaulan bebas.

  e) Melawan hawa nafsu

  Nikah menyalurkan nafsu manusia menjadi terpelihara, melaksanakan hak-hak istri dan anak-anak serta mendidik mereka. Nikah juga melatih dan memberikan petunjuk jalan agama. Tanggung jawab laki-laki terhadap rumah tangganya adalah tanggung jawab kepemimpinan dan kekuasaan. Istri dan anak-anak adalah keluarga yang dipimpin. Keutamaan memimpin sangatlah agung. (Hawwas&Azzam, 2009: 40-41)

  f) Naluri kebapakan dan keibuan tumbuh saling melengkapi dalam suasana hidup dengan anak-anak, juga akan tumbuh perasaan ramah, cinta dan kasih sayang yang menyempurnakannya kemanusiaan seseorang.

  (Tihami&Sahrani, 2009: 19-20) C.

   Perkawinan Menurut Hukum Islam

Dokumen yang terkait

TAR PADANG DALAM PERKAWINAN ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG KOTA AGUNG KECAMATAN SUNGKAI SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

0 13 46

TRADISI MAJAU DALAM PERKAWINAN ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG KARTAJAYA KECAMATAN NEGARA BATIN KABUPATEN WAYKANAN

1 14 52

TRADISI MAJAU DALAM PERKAWINAN ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG KARTAJAYA KECAMATAN NEGARA BATIN KABUPATEN WAYKANAN

4 72 51

TRADISI MAJAU DALAM PERKAWINAN ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG KARTAJAYA KECAMATAN NEGARA BATIN KABUPATEN WAYKANAN

0 16 57

TRADISI CUAK MENGAN PADA MASYARAKAT ADAT LAMPUNG PEPADUN DI KAMPUNG GEDUNG NEGARA KECAMATAN HULU SUNGKAI KABUPATEN LAMPUNG UTARA

6 46 58

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI BOYONGAN RUMAH DI DESA NGENDEN KECAMATAN AMPEL KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 4 119

TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK BAGI HASIL MUKHABARAH DI DESA TLOGOREJO KECAMATAN GRABAG KABUPATEN MAGELANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memeperoleh Gelar Sarjana Dalam Hukum Islam

0 0 120

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI SEDEKAH DESA DI KEDUNGRINGIN KECAMATAN SURUH KABUPATEN SEMARANG 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 99

NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM TRADISI YA QOWIYYU DI DESA JATINOM KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

ABORSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 80