STUDI DESKRIPTIF EFIKASI DIRI PELAJAR SMA KELAS XII SMA BOPKRI I YOGYAKARTA
STUDI DESKRIPTIF EFIKASI DIRI PELAJAR
SMA KELAS XII SMA BOPKRI I YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh:
Nama: Anung Wijatmoko
NIM: 049114026
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
!" #
$ %&&'
ABSTRAK
STUDI DESKRIPTIF EFIKASI DIRI PELAJAR
KELAS XII SMA BOPKRI I YOGYAKARTA
Anung Wijatmoko
049114026
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran efikasi diri pelajarSMA Kelas XII. Pada jenjang pendidikan tersebut pelajar dipenuhi dengan
berbagai tuntutan dalam bidang akademisnya. Tuntutan itu berupa pemenuhan
ujian akhir nasional (UAS) dengan standar nilai tertentu yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah. Efikasi diri pelajar adalah keyakinan pelajar terhadap
kemampuan yang dimilikinya. Pelajar yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan
menganggap suatu tuntutan sebagai tantangan sehingga tidak merasa tertekan dan
dapat menyelesaikannya dengan maksimal sesuai dengan efikasi diirinya.Subjek dalam penelitian ini adalah pelajar kelas XII SMA Bopkri I
Yogyakarta yang berjumlah 104 orang. Alat yang digunakan dalam penelitian ini
adalah skala efikasi diri. Skala ini dibuat berdasarkan tiga dimensi efikasi diri,
yaitu : luas bidang, luas bidang, dan tingkat kekuatan. Skala efikasi diri diuji coba
pada pelajar kelas X SMA Bopkri 1 Yogyakarta dan menghasilkan reliabilitas
sebesar 0,921.Hasil analisa data menunjukkan bahwa sebaran data normal. Data
penelitian dianalisa dengan statistik deskriptif dan menunjukkan bahwa subjek
penelitian memiliki efikasi diri yang tinggi karena mean empiriknya lebih tinggi
dari mean teoritiknya (138,64 > 127,5). Dimensi efikasi diri yang dominan adalah
dimensi tingkat kekuatan Hal itu ditunjukkan dari perbandingan antara mean
teoritik dan mean empirik, dalam dimensi tingkat kekuatan (48,71 > 42,5), luas
bidang (45,39 > 42,5), dan tingkat besaran (44,53 > 42,5). Hasil uji-t
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan efikasi diri pada pelajar
laki-laki dan perempuan p = 0,502 (p > 0,05 ). Pada analisa varian satu jalur juga
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelas Bahasa, IPS, dan
IPA p = 0,069 (p > 0,05). kata kunci: efikasi diri, remaja, pelajar SMA kelas XII
vi
ABSRACT
DESCRIPTIVE STUDY ON THE STUDENTS SELF-EFFICACY OF THE
CLASS TWELVE IN BOPKRI I SENIOR HIGH SCHOOL
YOGYAKARTA
Anung Wijatmoko
049114026
Psychology Faculty
Sanata Dharma University
Yogyakarta
Current research is aimed to investigate the description of the self efficacy rdof the 3 grade students in Senior High School. In that level of level, the students
get many demands of their academics. Those demands were to pass the National
Examination with the certain standard score that has been set by government. The
self efficacy of the students is the belief of the students toward the ability that
she/he has. The students with the high self efficacy will regard a demands as a
challenge, so she/ he will never feel frustrated and finish it’s maximally based on
his/ her self efficacy.The subject of current research were 104 students of the third grade in
Bopkri I Senior High School in Yogyakarta. The instrument that has been used in
this research was the Self Efficacy scale. This scale was made based on the three
dimensions of the self efficacy. That were level, generality, and strength. The Self
Efficacy scale was examined used scores from the students of the class X of
Bopkri I Senior High School and resulted in the reliability about 0,921. distributionThe results of the data analysis showed that the data was
normal. The research data was analyzed was the descriptive statistic and showed
that the subjects of the research have high self efficacy because the empirical
mean is higher than its theoretical mean (138,64 > 127,5). The dominant
dimension of the self efficacy is the strength dimension. It can be seen from the
comparison between the theoretical mean and empirical mean, in the strength
dimension (48,71 > 42,5), generality (45,39 > 42,5), and level (44,53 > 42,5). The
results of the t-test showed there was no significant difference of the self efficacy
on girls and boys students p =0,502 (p > 0,05). The analysis one line of the
variance showed there is no significant difference between the Language class,
Social class, and Science class is p = 0,069 (p > 0,069). key words: self efficacy, adolescent, students of the class XIIvii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Yesus Kristus yang telah memberikan kelimpahan
berkat, rahmat, Iindungan dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Efikasi Diri Pelajar Kelas XII SMA Bopkri I Yogyakarta”.
Suatu proses yang cukup panjang telah penulis lewati dalam
menyelesaikan karya sederhana ini dan melibatkan banyak pihak terkait yang
memberikan dukungan, bantuan dan juga bimbingan yang sangat berarti bagi
penulis. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih dengan tulus kepada;1. Bp. P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah memberikan ijin bagi peneliti untuk melakukan ujicoba dan penelitian di SMA Bopkri I Yogyakarta .
2. Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M. S., selaku dosen pembimbing skripsi
dan dosen pembimbing akademik yang telah dengan sabar membimbing dan membantu penulis dengan memberi dorongan dan saran selama proses penyusunan skripsi ini hingga dapat selesai dengan baik, serta membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi, USD.
3. Ibu A. Tanti Arini, M. Si dan bapak Agung Santoso, M. A yang telah
membimbing, memberi masukan dan saran untuk kemajuan skripsi penulis.
4. Marta Nugraheni, yang telah memberikan saran, nasehat, doa dan
dorongan semangat kepada penulis. Terima kasih karena aku boleh untuk mencintai dan dicintai olehmu.
5. Para Dosen di Fakultas Psikoiogi, USD yang telah memberikan
dorongan, pengetahuan dan bimbingan selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikoiogi.6. Para karyawan di Fakultas Psikoiogi, USD yaitu mbak Nanik, mas Gandung, Pak Gik (Sekretariat) , mas Muji (Laboratorium) dan mas Doni (Ruang baca) atas segala bantuan dan kesabaran dalam membantu kelancaran penulis selama proses administrasi, kuliah dan skripsi.
7. Teman-teman kelas X dan kelas XII SMA Bopkri I Yogyakarta yang
telah membantu penulis mendapatkan data uji coba dan data penelitian
8. Kedua orangtua dan kakakku, terimakasih atas semua kasih sayang,
cinta, duklmgan, semangat, doa dan kepercayaaran penuh yang diberikan kepada penulis9. Terakhir dan terpenting dalam hidupku: Yesus Kristus My God. Pnjl dan syukur penulis ucapkan atas cinta, berkat, rahmat, bimbingan dan lindungan-Nya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
10. Ternan-ternan satu angkatan (2004) cepat lulus cah.. perjuangan masih
panjang.. !!! Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.
DAFTAR ISI
Halaman Judul ……………………………..…………………….……… iHalaman Persetujuan Pembimbing ……….……………………….…….. ii
Halaman Pengesahan …………………….………….….……….….…… iii
Halaman Persembahan …………………….….…………………….….… iv
Pernyataan Keaslian Karya ……………….………….….……….……… v
Abstrak …………………………………… vi
Abstract …………………………………… vii
Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah ……………………….…………… viii
Kata Pengantar ……………………………….. ix
Daftar Isi …………………………………………………...…………...... xi
Daftar Tabel. ……………………………………………………….... xiv
Daftar Lampiran ………………………………………………………… xv
BAB I. PENDAHULUAN ………………………………………………... 1
A. Latar Belakang Masalah ……………………………………….. 1 B. Rumusan Masalah ……………………………………….. 5 C. Tujuan Penelitian ……………………………………….. 5 D. Manfaat Penelitian ……………………………………….. 5BAB II. DASAR TEORI …………………………………………………. 6
A. Efikasi Diri ……..……………………………………………… 6 B. Sumber Informasi Efikasi Diri …………………………………. 71. Pengalaman Pribadi (Enactive Attainment) …………………... 7
2. Pengalaman Orang Lain (Vicarious experience) ….…………. 8
3. Persuasi Verbal (Verbal persuasion) ………………... 8
4. Keadaan Emosional (Emotional arousal) …………………….. 8
C. Proses yang Digerakkan Efikasi Diri …..…………………....... 9
1. Kognitif ……………………………………………………... 9
2. Motivasi ……………………………………………………... 9 3. Afeksi ……………………………………………………...
10 4. Seleksi ……………………………………………………...
10 D. Dimensi Efikasi diri ……….…………………………………… 11
1. Tingkat besaran (Level) …………………………………...
11 2. Luas bidang (Generality) …………………………………...
11
3. Tingkat kekuatan (Strength) ……………………………….
11 E. Perkembangan Efikasi Diri …….……………………………… 12
F. Pelajar SMA Bopkri I …….……………………………… 12
1. Definisi Pelajar …….…………………….…………… 12
2. Latar Belakang SMA Bopkri I ……………………… 13 Yogyakarta
3. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan ………....…………… 15 SMA Bopkri I Yogyakarta a. Kurikulum ……………………………………………. 15
b. Kepelajaran ……………………………………………. 15
G. Efikasi Diri Pelajar Kelas XII …………………………………. 16 SMA Bopkri I Yogyakarta H. Pertanyaan Penelitian …………………………………. 18
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN …………………………………. 19
A. Jenis Penelitian ……………………………………………. 19
B. Variabel Penelitian ……………………………………………. 19
C. Definisi Operasional ……………………………………………. 19
D. Subjek Penelitian ……………………………………………. 20
E. Metode dan Alat Pengumpulan Data …….....………………….. 21
1. Metode Pengumpulan Data ………….……………………. 21
2. Alat Pengumpulan Data ……………..……………………. 21
F. Validitas dan Reliabilitas ……………………..……………….. 27
G. Teknik Analisis Data ………………………………......……..... 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………..………. 30
A. Persiapan Uji Coba Alat Penelitian …….……………………… 30 B. Persiapan Penelitian ……………….…………………………… 30 C. Pelaksanaan Penelitian …………….…………………………... 31 D. Hasil Penelitian ………………….……………….. 321. Deskripsi Data Penelitian ……..……………………….... 32 2. Analisa Tambahan …………………….…………….
33 E. Pembahasan …………………………………..
35 BAB V. PENUTUP ………………………………….…………………....
41 A. Kesimpulan …………………………………….………….......
41 B. Saran ……………………………………………….…………...
42 DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………….…….. 43 LAMPIRAN ……………………………………………..………………...
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Skala Efikasi Diri …………………………………………..23 Tabel 2. Blue Print Skala Efikasi Diri ………………….………………… 24
Tabel 3. Sebaran Item Skala ……………………………………...... 25
Efikasi Diri Sebelum Uji CobaTabel 4. Sebaran Item Skala …………………………..…………… 26
Efikasi Diri Setelah Uji CobaTabel 5. Data Statistik Deskriptif ………………………………………… 32
Tabel 6. Deskripsi Hasil Uji-t …………..……………………….... 33
Berdasarkan Jenis KelaminTabel 7. Deskripsi Hasil Analisis Varian Satu Jalur ……………… 34
Berdasarkan Jurusan KelasTabel 8. Deskripsi Tambahan Analisis Varian Satu Jalur ……………… 35
Berdasarkan Jurusan KelasDAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 01. Skala Efikasi Diri Sebelum Penelitian ……….……………
46 Lampiran 02. Data Uji Coba Skala Efikasi Diri ………………….…
47 Lampiran 03. Reliabilitas ……………………
65 Lampiran 04. Skala Efikasi Diri ……………………
68 Lampiran 05. Data Penelitian ……………………
73 Lampiran 06. Uji Normalitas ……………………
86 Lampiran 07. Data Deskriptif Efikasi Diri ……………………
88 Lampiran 08. Uji- T ……………….……
90 Lampiran 09. Analisis Varian Satu Jalur ……………….……
92 Lampiran 10. Surat Ijin dan Bukti Penelitian ……………….……
94
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelajar merupakan generasi muda yang berada pada jenjang
pendidikan sekolah menengah atas (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990). Masa pendidikan dalam jenjang tersebut adalah masa ketika seseorang beralih dari tahap perkembangan anak-anak menuju ke arah tahap perkembangan remaja. Pada masa remaja, seorang individu telah
mencapai tahap operasional formal dalam kemampuan kognitif (Hurlock,
1980) sehingga remaja dituntut untuk mampu menyelesaikan dan
memandang masalah dari berbagai sudut.Remaja banyak mengalami tuntutan-tuntutan terutama yang
berkaitan dengan tugas-tugas akademiknya. Masa krisis ini menyebabkan
tekanan emosi dan mengganggu perkembangan psikologisnya. Kondisi
emosional dan psikologis yang tidak stabil dapat menghambatperkembangan efikasi diri remaja (Bandura dalam Feist dan Feist, 1998).
Berkaitan dengan kemampuan tersebut maka remaja diharapkan dapat mengembangkan suatu perencanaan mengenai apa yang harus dilakukan dalam mencapai suatu tujuan berdasarkan penilaian yang realistik dari kemampuan yang dimilikinya. Melalui pengembangan diri maka diharapkan remaja dapat mencapai prestasi akademis yang maksimal2 sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kemampuan remaja
menyelesaikan tugas akademik atau suatu permasalahan tidak hanya
dipengaruhi oleh potensi kognitif yang dimilikinya, namun juga
dipengaruhi oleh potensi afektif misalnya dalam hal ini efikasi diri.Menurut Bandura (1986), seseorang yang memiliki efikasi diri
yang tinggi akan membangun lebih banyak kemampuan-kemampuan
melalui usaha-usaha mereka secara terus-menerus, sedangkan efikasi diri
yang rendah akan menghambat dan memperlambat perkembangan dari
kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan seseorang. Bandura juga
mengatakan bahwa individu dengan efikasi diri yang rendah cenderung
percaya bahwa segala sesuatu sangat sulit dibandingkan keadaan yang
sesungguhnya sedangkan orang yang memiliki perasaan efikasi diri yang
tinggi akan mengembangkan perhatian dan usahanya terhadap tuntutan
situasi dan dipacu oleh adanya rintangan sehingga seseorang akan
berusaha lebih keras. Hal tersebut dapat mendukung pencapaian akademik
pelajar karena dirinya akan berusaha dengan maksimal dan menganggap
setiap tugas yang diberikan menjadi tantangan dan bukan menjadi
hambatan bagi dirinya.Beberapa penelitian mengenai efikasi diri pernah dilakukan pada
subjek pelajar SMA. Widanarti dan Indati (2002) meneliti hubungan
antara dukungan sosial keluarga dengan efikasi diri pelajar SMA kelas I
dan II SMA Negeri 9 Yogyakarta. Vieno, dkk (2007) meneliti mengenai
dukungan sosial, rasa kebersamaan di sekolah, dan efikasi diri sebelum
3
masa dewasa awal. Subjek dari penelitian itu adalah siswa kelas VI, VIII,
dan pelajar kelas X. Penelitian yang membahas secara khusus mengenai
efikasi diri pada remaja kelas XII SMA belum pernah dilakukan, padahal
masa pendidikan dikelas XII SMA juga merupakan bagian yang penting
bagi masa perkembangan pelajar itu selanjutnya. Hal itu dikarenakan pada
masa itu di Indonesia, pelajar mengalami banyak permasalahan aturan
mengenai kelulusan dengan suatu standar nilai tertentu dalam ujian akhir
nasional (UAN). Pada tahap ini juga merupakan masa yang penting karena
merupakan masa peralihan dari SMA menuju ke jenjang pendidikan
perguruan tinggi. Hal tersebut mengakibatkan penelitian mengenai efikasi
diri pada pelajar kelas III SMA menarik untuk diteliti.Ada beberapa kasus yang terjadi akibat dari ketidak yakinan pelajar
terhadap kemampuan yang dimilikinya. Hal itu dapat terlihat dari
ketakutan seorang pelajar perempuan tidak lulus ujian sehingga
mengambil alternatif meminta bantuan dukun, namun alternatif yang
diambilnya mengakibatkan pelajar itu kehilangan keperawanannya
(http://www.tabloidnova.com). Pelajar mengelar doa bersama karena
kecemasan standar nilai UAN dan tidak diadakannya ujian susulan
(http://www.antara.co.id).Berkaitan dengan kasus tersebut maka pelajar diharapkan memiliki
efikasi diri yang tinggi sehingga memiliki keyakinan terhadap kemampuan
yang dimiliki dan dapat secara maksimal mengerjakan soal-soal ujian.
Oleh karena itu, penelitan efikasi diri pada pelajar kelas XII perlu
4
dilakukan. Penelitian ini mengambil subjek pelajar kelas XII SMA Bopkri
I yang heterogen atau dengan kata lain terdapat 2 jenis kelamin yaitu: laki-
laki dan perempuan. Perempuan merupakan sub-ordinasi dari laki-laki,
maka perempuan diduga mempunyai efikasi diri yang lebih rendah dari
laki-laki (Locke, 1987). Berangkat dari hal tersebut maka penelitian ini
akan meneliti mengenai efikasi diri yang dimiliki oleh pelajar berjenis
kelamin laki-laki dan perempuan.Pelajar kelas XII SMA Bopkri I Yogyakarta merupakan salah satu
SMA di Yogyakarta yang memiliki prestasi yang cukup menonjol, baik itu
dibidang olahraga maupun akademis. Setiap kelasnya diisi rata-rata 20
orang pelajar laki-laki maupun perempuan. Hal itu dikarenakan pihak
sekolah menginginkan situasi dan kondisi belajar lebih mendukung bagi
murid-muridnya. Selain itu, SMA Bopkri I memiliki fasilitas yang
mendukung proses belajar mengajar, fasilitas-fasilitas tersebut antara lain
yaitu: perpustakaan, laboratorium, laboratorium komputer atau internet,
laboratorium IPA, laboratorium IPS, UKS, Studio Musik, ruang audio
visual, green house (sebuah bangunan seluas ±100 meter yang berisi aneka
ragam tumbuhan dan beberapa satwa yang digunakan untuk proses
belajar), koperasi, kantin, dan lapangan olahraga.5 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimanakah tingkat efikasi diri yang dimiliki oleh pelajar kelas XII SMA Bopkri I? C.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat efikasi diri yang dimiliki oleh pelajar SMA kelas XII di SMA Bopkri I Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Praktis Bagi guru bimbingan konseling data yang diperoleh dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam membantu permasalahan yang dihadapi pelajar. Hal itu diharapkan para murid dapat maksimal dalam menyelesaikan suatu tugas dan permasalahan dalam kehidupan sehari-harinya.
2. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dan dapat bermanfaat bagi perkembangan teori di bidang psikologi perkembangan dan psikologi pendidikan.
BAB II DASAR TEORI A. Efikasi Diri Banyak argumentasi menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan
manusia dan hal positif mengenai kesehatan psikologis memerlukan suatu perasaan yang optimis tentang efikasi diri. Hal ini dikarenakan terdapat kenyataan sosial yang diisi dengan berbagai kesulitan, kekurang-baikan, rasa frustrasi dan kemunduran. Schwarzer (1992), menyatakan bahwa individu harus mempunyai suatu perasaan yang positif berkaitan dengan usaha yang diperlukan untuk berhasil. Suatu perasaan efikasi diri berperan untuk kesehatan psikologis seperti halnya menuju pada pencapaian suatu performansi tertentu. Individu yang percaya akan efikasi diri menjadi mampu untuk menentukan arah hidupnya dan lebih aktif. Schwarzer (1992), memandang efikasi diri sebagai jenis evaluasi diri, terutama mengenai seberapa baik individu dapat melaksanakan suatu aktivitas dalam berbagai situasi.
Tingkat efikasi diri individu terhadap perilaku tertentu menentukan perilaku tersebut akan diusahakan, ketahanan individu tersebut dalam usaha melakukan perilaku tersebut dan hasil akhir yang akan didapatnya . Bandura (1977), Efikasi diri akan memberikan suatu landasan dan prakarsa bagi individu untuk berperilaku tekun, ulet, dan berani menghadapi masalah, akan tetapi efikasi diri meliputi pola pikir dan
7 reaksi emosional yang dialami ketika situasi-situasi yang menekan, tidak hanya perkiraan sederhana mengenai tindakan yang akan diambil pada masa yang akan datang (Bandura, 1986).
Efikasi diri merupakan komponen utama dari teori sosial-kognitif Bandura. Bandura, (1986), menyatakan bahwa perilaku individu dipengaruhi oleh pengaruh dari dalam diri individu tersebut. Pengaruh membangun efikasi diri dirasa mencerminkan suatu kepercayaan terhadap diri yang optimis. Hal ini menjadikan individu dapat melaksanakan tugas sulit, atau mengatasi permasalahan tertentu dalam berbagai situasi (Bandura, 1986).
B. Sumber Informasi Efikasi diri
Efikasi diri berkembang dan berpotensi untuk berubah melalui empat sumber informasi (Bandura, 1986). Keempat sumber informasi itu yaitu: 1.
Pengalaman Pribadi (Enactive Attainment) Sumber informasi ini yang utama dari efikasi diri dikarenakan diperoleh langsung oleh individu dari pengalaman yang pemah dialaminya sendiri. Pengalaman kesuksesan atau kegagalan dapat menumbuhkan dan mengembangkan efikasi diri individu tersebut atau justru sebaliknya dapat memperlemah penilaian terhadap efikasi dirinya. Di sisi lain, suatu kegagalan merupakan kesempatan untuk
belajar bagaimana mengubah kegagalan menjadi keberhasilan.
8
2. Pengalaman Orang Lain (Vicarious experience) Sumber informasi efikasi diri ini merupakan sumber informasi yang diperoleh individu ketika mengamati orang lain yang mampu mengatasi suatu permasalahan atau mampu melakukan aktivitas dalam situasi yang menekan tanpa mengalami suatu akibat yang merugikan.
Sumber efikasi diri ini dapat meningkatkan kinerja dan efikasi diri terutama jika pengamat merasa memiliki kemampuan yang sebanding dengan orang yang diamati.
Persuasi Verbal (
3. Verbal persuasion) Sumber efikasi diri ini diperoleh melalui sugesti atau persuasi dari orang lain, untuk percaya bahwa individu tersebut mampu menghadapi dan mengatasi permasalahan di masa yang akan datang. Persuasi verbal tumbuh lemah dan tidak dapat bertahan lama karena jika berada dalam kondisi yang menekan disertai kegagalan atau pengalaman yang tidak menyenangkan terus-menerus maka pengharapan yang berasal dari sugesti ini akan hilang.
Keadaan Emosional (
4. Emotional arousal) Emosi merupakan sumber lainnya yang dapat pula mempengaruhi efikasi diri dalam mengatasi situasi yang mengancam dan penuh tekanan. Gejolak yang berlebihan akan menurunkan performansi individu itu sendiri. Hal itu karena individu menjadikan
gejolak tersebut sebagai suatu tanda dari performansi yang rendah.
9
C. Proses yang Digerakkan Efikasi Diri
Berdasarkan pada teori efikasi diri, efikasi diri menentukan seorang individu dalam beraktivitas, seberapa besar usaha yang akan dilakukan, dan berapa lama individu tersebut tekun dalam menghadapi suatu permasalahan. Menurut Bandura (1994), suatu kepercayaan mengenai kemampuan yang dimiliki oleh individu mempengaruhi fungsi manusia dalam beberapa cara berikut:
1. Kognitif Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung lebih mempunyai cita-cita yang tinggi, dan lebih memilih tugas yang penuh tantangan. Individu mengarahkan perilakunya dengan memvisualisasikan hasil kesuksesan sehinga dapat menghindari kemungkinan tindakan yang salah.
2. Motivasi Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung dapat menentukan tujuan yang jelas dan membuat perencanaan dalam mencapai tujuan, serta mengantisipasi kemungkinan terjadi hasil dari suatu tindakan
3. Afeksi Jumlah stres atau tekanan yang dialami oleh seorang individu dalam situasi yang sulit tergantung pada seberapa baik dirinya merasa dapat mengatasi permasalahan tersebut. Individu yang memiliki efikasi diri yang tinggi cenderung mempunyai rasa kepercayaan bahwa
10 permasalahan selalu dapat diatasi. Setiap masalah adalah tantangan yang dapat diselesaikan. Akibatnya individu tidak merasa stress atau penuh tekanan sehingga lingkungannya hanya member sedikit tekanan. Individu dengan efikasi diri yang tinggi juga memiliki kontrol pemikiran yang positif.
4. Seleksi
Individu dapat menggunakan beberapa pengaruh atas jalan hidup mereka oleh lingkungan dipilihnya dan lingkungan yang diciptakannya. Seorang individu dengan efikasi diri rendah cenderung untuk menghindari situasi dan aktivitas yang dipercaya melebihi kemampuannya, sedangkan orang-orang dengan efikasi diri tinggi siap menantang berbagai aktivitas dan berada dalam lingkungan sosial yang dinilai diri mampu untuk ditangani.
Efikasi diri membedakan bagaimana orang-orang merasakan,
berpikir dan bertindak (Bandura, 1986). Dalam kaitan dengan pemikiran,
suatu pengertian mengenai kemampuan yang kuat memudahkan capaian
dan proses kognitif dalam berbagai pengaturan. Berkaitan dengan
perasaan, perasaan efikasi yang rendah dihubungkan dengan tekanan,
ketidak-berdayaan dan ketertarikan. Individu yang mempunyai perasaan
efikasi yang rendah juga tidak mengagumi diri sendiri dan pesimis
terhadap pemikirannya mengenai pemenuhan dan pengembangan pribadi.
Sejauh tindakan yang terkait, individu yang memiliki efikasi diri yang
lebih tinggi mempunyai suatu perasaan mengenai meningkatkan motivasi,
11 memungkinkan dirinya untuk memilih tugas dan bertekun dengan hal tersebut.
D. Dimensi Efikasi diri
Bandura (I977) mengajukan tiga dimensi efikasi diri, yaitu: Tingkat besaran (
1. Level) Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas dan membedakan antara individu satu dengan yang lain dalam kemampuannya melakukan berbagai tugas dengan derajat tugas mulai
dari yang sederhana, yang agak sulit, hingga yang sangat sulit.
Luas bidang (
2. Generality) Dimensi ini mengenai keyakinan individu akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, mulai dari dalam melakukan suatu aktivitas atau situasi tertentu hingga dalam serangkaian tugas atau situasi yang bervariasi.
Tingkat kekuatan (
3. Strength) Dimensi efikasi diri ini berkaitan dengan tingkat kemantapan individu terhadap pengharapannya. Pengharapan yang lemah atau tidak mantap akan mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung, dan begitu pula sebaliknya. Kemantapan pengharapan ini akan menentukan ketahanan dan keuletan individu dalam berusaha.
12 E. Perkembangan Efikasi Diri
Efikasi diri diperoleh dan berkembang melalui pengalaman dan pengamatan individu terhadap akibat tindakan yang telah dilakukannya dalam situasi tertentu. Lingkungan keluarga adalah awal dari terbentuknya efikasi diri. Sejak lahir, manusia telah belajar banyak hal dengan melihat orang lain melakukan suatu perilaku tertentu, kemudian mencobanya dan hasilnya bisa berupa kegagalan atau keberhasilan. Pengalaman belajar sosial tersebut membuat mapan pola-pola perilaku yang dibentuknya sejak kecil, instruksi secara verbal dari orang tua yang beriringan dengan berbagai pengalaman mencoba dan hasilnya bisa berupa kegagalan atau keberhasilan, membuat anak belajar secara bertahap mengenai batas-batas bakat dan kemampuan yang dimilikinya. Hal tersebut yang mengarahkan anak kepada penilaian tentang efikasi diri yang adekuat. Seiring dengan perkembangan sosial individu, teman-teman sebaya dan sekolah mulai berperan dalam meningkatkan pengetahuan terhadap diri individu mengenai kemampuannya (Bandura, 1986).
F. Pelajar SMA Bopkri I 1. Definisi Pelajar Pelajar merupakan individu yang berada pada jenjang pendidikan sekolah menengah atas. Pada masa pendidikan tersebut para pelajar berumur sekitar 14-18 tahun (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990).
13
2. Latar Belakang SMA Bopkri I Yogyakarta
SMA Bopkri I Yogyakarta yang di kalangan masyarakat lebih dikenal dengan nama SMA BOSA. Bentuk awal dari SMA Bopkri I adalah SMA Bopkri I pagi yang terdiri dari tiga jurusan, yaitu A (Bahasa), B (Pasti Alam) dan C (Sosial Ekonomi) yang menempati bekas gedung Hoolands Chineseche School di Gemblakan 42 (sekarang Mas Suharto 42). Siang harinya di gedung yang sama diselenggarakan SMA Bopkri siang (cikal bakal SMA Bopkri II). SMA Bopkri I dan SMA Bopkri II berada dalam naungan sebuah yayasan Bopkri yang berdiri pada tanggal 18 Desember 1945.
Pada tanggal 19 Juni 1950 pengurus yayasan Bopkri menerima hibah tanah, gedung, dan peralatan dari Vereneging Schoolen m/d Bijbel (penyelenggara seolah Kristen zaman Belanda) dan Zending (sekolah yang diselenggarakan oleh gereja-gereja Nederland di Indonesia). SMA Bopkri pagi menempati salah satu gedung di Jala Pogung (sekarang Jalan Wardani 2). Pada tahun 1952/1953 SMA Bopkri pagi berganti nama menjadi SMA Bopkri I Yogyakarta. SMA Bopkri I Yogyakarta menempati gedung di Jalan Wardani 2 pada pagi hari, sedangkan sore hari gedung ini ditempati oleh SMEA Bopkri Yogyakarta (sekarang SMK Bopkri I).
Tahun 1996/1997 SMA Bopkri I Yogyakarta dapat sepenuhnya menempati gedun di Jalan Wardani 2, karena SMEA Bopkri dipindahkan ke Terban. SMA Bopkri I Yogyakarta selalu berusaha
14
untuk mengembangkan dirinya melakukan pembaharuan di segala
bidang agar pelayanan pedidikan. Awal tahun 1980-an, SMA Bopkri I
Yogyakarta memiliki 30 ruang kelas. Pada awalnya jumlah pelajar tiap
kelas adalah 40 pelajar. Oleh karena perkembangan zaman, maka
jumlah 40 pelajar setiap kelas dirasa tidak efektif lagi dalam proses
pembelajaran Berbasis Kompetensi. Melalui kajian yang mendalam
maka ada tahun 2001/2002 SMA Bopkri I Yogyakarta mengambil
kebijakan hanya menerima maksimal 24 pelajar setiap kelasnya. Hal
itu dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat lebih efektif dan
setiap pamong dapat melayani, mendampingi, dan memotivasi setiap
pelajar. SMA Bopkri I Yogyakarta telah memfasilitasi dirinya dengan
perkembanganIPTEK, serta harus berusaha meningkatan
profesioanalisme tenaga kependidikan untuk meningkatkan
pelayanannya.Prestasi yang dicapai oleh SMA Bopkri I sudah cukup banyak,
antara lain adalah berprestasi dalam bidang olahraga terutama basket,
bidang seni suara dan sudah cukup banyak pula para alumni SMA
Bopkri I yang memperoleh kedudukan yang tinggi di tingkat
pemerintahan, bidang kewiraswastaan, seni, keagamaan, dan
masyarakat.Sarana prasarana di SMA Bopkri I antara lain adalah
laboratorium IPA (Fisika, Kimia, dan Biologi) ditambah dengan
laboratorium Bahasa, IPS, Komputer dan ada pula laboratorium
15 internet yang dapat diakses secara bebas bagi para pelajar SMA Bopkri
I. Hal itu menjadikan SMA Bopkri I adalah salah satu SMA favorit di Yogyakarta.
3. Sistem Penyelenggaraan Pendidikan SMA Bopkri I Yogyakarta a. Kurikulum
Peningkatan sistem mutu pendidikan yang merupakan implementasi dari Undang-undang SisDikNas RI No 20 tahun 2003 dengan dimulainya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional untuk kelas X, yang tahun lalu SMA Bopkri I Yogyakarta telah membuka kelas dengan jumlah pelajar 20 orang yang merupakan program unggulan, karena selain menggnakan KTSP juga mengambil kurikulum dari Cambridge. Tentunya dengan adanya kelas RSBI, tak mengurangi pelayanan dan perhatian untuk kelas regular dengan tujuan peningkatan mutu.
b. Kepelajaran
Pelayanan pendidikan yang bertugas dalam mengikuti atau mengatur semua hal yang berkaitan dengan situasi pembelajaran di sekolah dengan tujuan terciptanya situasi pembelajaran yang tertib, teratur, dan aman. Dalam melakukan tugasnya, kepelajaran juga bekerjasama dengan bagian BK (bimbingan konseling). BK bertujuan untuk memberikan bantuan kepada pelajar dalam upaya menemukan pribadi