Uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam Jawa (Tamarindus indica Linn.) terhadap isolat bakteri eksudat jerawat - USD Repository
UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP ISOLAT BAKTERI EKSUDAT JERAWAT
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh : Raden Pradipta Satriyajati
NIM : 058114086
FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2010
UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG ASAM
JAWA (Tamarindus indica Linn.) TERHADAP ISOLAT BAKTERI
EKSUDAT JERAWAT
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Ilmu Farmasi
Diajukan oleh : Raden Pradipta Satriyajati
NIM : 058114086
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2010
Halaman Persembahan
Orang yang tidak pernah salah adalah orang yang tidak pernah melakukan apa-apa...
Belajarlah dari kesalahan orang lain, karena kita tidak punya cukup
waktu untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri...
Life is not as simple as it looks.. I will keep moving on, no matter what in front of me.. let everybody think what they want to think about me.. you will be the only one..
Nobody’s perfect I’m nobody So I’m perfect...
Karya ini aku dedikasikan kepada: My Dad n My Mom My two little sisters, Thira and Aya Fairy, Angel and Devils on my side
Almamaterku And last but not least, to Myself
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas anugrah dan bimbingan- Nya yang penuh Kasih, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi berjudul ”UJI DAYA ANTIBAKTERI EKSTRAK
ETANOL KULIT BATANG ASAM JAWA (Tamarindus indica Linn.)
TERHADAP ISOLAT BAKTERI EKSUDAT JERAWAT”.Penulis menyadari bahwa penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini sendiri tanpa bantuan, dukungan, bimbingan, arahan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kedua orangtua penulis atas bantuan, bimbingan, motivasi, dukungan dan kasih sayangnya yang telah diberikan kepada penulis.
2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, saran dan evaluasi kepada penulis sejak penyusunan proposal hingga selesainya penulisan skripsi ini.
4. Ibu Erna Tri Wulandari, M. Si., Apt., selaku dosen penguji, atas bimbingan, arahan, dan penjelasannya.
5. Ibu Maria Dwi Budi Jumpowati, S. Si., selaku dosen penguji, atas bimbingan, arahan, dan penjelasannya.
6. Ibu Dra. M. M. Yetty Tjandrawati, M. Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan dan arahan pada penulis selama menjalani masa kuliah.
7. Ibu Rini Dwiastuti, S.Farm., Apt. selaku dosen pembimbing kelompok PKM yang memberi gagasan sehingga penulis dapat melakukan penelitian ini.
8. Susthira Astasari dan Gratsia Kancanamaya, adik-adik penulis yang telah memberi warna pada hari-hari penulis, dan meramaikan suasana di rumah.
9. Ade Entyna atas segala bantuan, dukungan, ketabahan, kasih sayang, dan senyumannya yang membuat penulis tidak pernah menyerah hingga akhirnya dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
10. Omega Bagus Pamuji, Ong Hengky S.S., dan Gadissa Meiheritta selaku anggota kelompok PKM Asam Jawa atas bantuan, dukungan, dan semangatnya yang menjadi motivasi bagi penulis.
11. Tobias Timothy Budiman, Vincent Mananda H., Susilo Aji Saputro, Andreas Agung Laksono, Hernawan dan teman-teman ex-JB 2005 lainnya atas dukungannya.
12. Stephanie Pramasanti dan Helena Angelina yang telah memberikan dukungan terbaiknya kepada penulis, sehingga penulis dapat tetap bersemangat sekalipun dalam keadaan yang dapat membuat seseorang menyerah.
13. Mas Sarwanto, Mas Wagiran, Mas Sigit, Mas Andri dan seluruh staf laboran yang telah bersedia membantu penulis mengerjakan penelitian.
14. Teman-teman kelas B 2005, kelompok praktikum E FST, dan seluruh teman angkatan 2005, atas suka duka, kenangan dan kebersamaan yang membuat saat-saat kuliah menjadi saat-saat yang indah.
15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas segala bantuannya hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulis tidak luput dari kekurangan dalam penulisan naskah skripsi ini mengingat segala keterbatasan wawasan dan kemampuan penulis. Untuk itu, penulis membuka diri untuk adanya kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini menjadi lebih baik. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati penulis berharap semoga tulisan ini berguna bagi semua pihak, terutama untuk kemajuan pengetahuan dalam bidang ilmu Farmasi.
Penulis
INTISARI
Asam jawa (Tamarindus indica Linn.) merupakan salah satu tanaman obat yang banyak digunakan dalam pengobatan tradisional. Kandungan kimia dalam kulit batang asam jawa adalah tanin dan alkaloid. Diketahui bahwa kulit batang asam jawa memiliki aktivitas antibakteri spektrum luas yang berarti dapat membunuh bakteri Gram positif maupun Gram negatif, sehingga memiliki potensi digunakan sebagai alternatif pengobatan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, seperti jerawat.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap isolat bakteri eksudat jerawat serta untuk menentukan nilai Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) terhadap isolat bakteri eksudat jerawat.
Penentuan diameter zona hambat pertumbuhan bakteri dilakukan dengan metode difusi sumuran. Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dilakukan dengan metode dilusi padat. Data-data hasil penelitian yang didapatkan dianalisis secara eksploratif deskriptif. Data hasil pengukuran diameter zona hambat kemudian dianalisis dengan analisis statistik one way ANOVA yang dilanjutkan dengan LSD test.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol kulit batang asam jawa memiliki daya antibakteri terhadap isolat bakteri eksudat jerawat, dengan nilai KHM sebesar 20 mg/ml dan nilai KBM sebesar 30 mg/ml. Kata kunci : kulit batang asam jawa (Tamarindus indica Linn.), daya antibakteri, isolat bakteri eksudat jerawat, Kadar Hambat Minimum (KHM),
Kadar Bunuh Minimum (KBM).
ABSTRACT
Tamarind (Tamarindus indica Linn.) is a medicinal plant that often be used as an alternative medication. Chemical constituents on tamarind’s bark is alkaloids and tannins. A research on a tamarind’s bark shows that tamarind’s bark has a broad spectrum of antibacterial activity, so it is potential to be used as an alternative medication of diseases caused by bacteria, such as acne.
The purpose of this research was to determine the antibacterial activity of tamarind’s bark extract and to defined the Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) against acne’s exudate bacteria.
The determination of the inhibitory diameter zone of bacterial growth using diffusion method. The determination of Minimum Inhibitory Concentration (MIC) and Minimum Bactericidal Concentration (MBC) using solid dilution method. The experimental data was analyzed by descriptive explorative. The results of inhibitory diameter zone was analyzed with a one way ANOVA and then continued with LSD test.
The results showed that extract of tamarind’s bark had an antibacterial activity against acne’s exudate bacteria, with MIC value of: 20 mg/ml and MBC value of: 30 mg/ml. Keywords: tamarind’s bark (Tamarindus indica Linn.), antibacterial activity, acne’s bacteria, Minimum Inhibitory Concentration (MIC), Minimum
Bactericidal Concentration (MBC).
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. ii HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ....................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................................. v PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.......................................................vi PRAKATA................................................................................................................. vii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................................... x
INTISARI.................................................................................................................... xi
ABSTRACT ................................................................................................................. xii
DAFTAR ISI............................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL.................................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... xviii
BAB I PENGANTAR .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ................................................................................................ 1
1. Perumusan Masalah .................................................................................... 4
2. Keaslian Penelitian ..................................................................................... 4
3. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA........................................................................... 6
A. Tanaman Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.)........................................... 6
2. Alat............................................................................................................ 19
5. Isolasi bakteri eksudat jerawat .................................................................. 22
4. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa........................ 21
3. Pembuatan ekstrak etanol kulit batang asam jawa.................................... 20
2. Pembuatan serbuk kulit batang asam jawa ............................................... 20
1. Pengumpulan bahan kulit batang asam jawa ............................................ 19
D. Tata Cara Penelitian ...................................................................................... 19
1. Bahan ........................................................................................................ 19
B. Jerawat dan Bakteri Jerawat.......................................................................... 10
C. Bahan dan Alat Penelitian............................................................................. 19
2. Definisi operasional .................................................................................. 18
1. Variabel penelitian.................................................................................... 17
BAB III METODOLOGI PENELITIAN................................................................... 17 A. Jenis dan Rancangan Penelitian .................................................................... 17 B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................................... 17
E. Keterangan Empiris ...................................................................................... 15
D. Antibakteri .................................................................................................... 13
C. Ekstraksi........................................................................................................ 11
6. Identifikasi isolat bakteri eksudat jerawat ................................................ 23
7. Uji daya antibakteri ekstrak dengan metode difusi sumuran.................... 24
8. Penentuan KHM dan KBM ekstrak etanol kulit batang asam jawa dengan metode dilusi padat ...................................................................... 26
9. Uji penegasan daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa dengan metode difusi sumuran................................................................. 28 E. Analisis Data................................................................................................. 29
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 30 A. Pengumpulan Bahan Kulit Batang Asam Jawa ............................................ 30 B. Pembuatan Serbuk Kulit Batang Asam Jawa................................................ 31 C. Ekstraksi Serbuk Kulit Batang Asam Jawa .................................................. 31 D. Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa....................... 33
1. Uji alkaloid ............................................................................................... 34
2. Uji saponin................................................................................................ 35
3. Uji tanin .................................................................................................... 35
4. Uji steroid ................................................................................................. 36
5. Uji antrakuinon ......................................................................................... 37
E. Isolasi Bakteri Eksudat Jerawat .................................................................... 38
F. Identifikasi Isolat Bakteri Eksudat Jerawat................................................... 39
1. Morfologi Koloni pada Media Cair .......................................................... 39
2. Morfologi Sel ............................................................................................ 40
3. Uji biokimia .............................................................................................. 41
G. Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa dengan Metode Difusi Sumuran................................................................................ 47
H. Penentuan KHM dan KBM Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa dengan Metode Dilusi Padat ......................................................................... 50
I. Uji Penegasan Daya Antibakteri Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa dengan Metode Difusi Sumuran ................................................................... 52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................... 56 A. Kesimpulan ................................................................................................... 56 B. Saran ............................................................................................................. 56 DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. ..57 BIOGRAFI PENULIS ............................................................................................... 78
DAFTAR TABEL
Tabel I. Hasil skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa..............33 Tabel II. Hasil reisolasi bakteri eksudat jerawat berdasarkan pengecatan Gram...38 Tabel III. Hasil identifikasi isolat bakteri eksudat jerawat......................................46 Tabel IV. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri eksudat jerawat yang terbentuk pada uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa......................................................................................................... 48
Tabel V. Hasil pengamatan penentuan nilai KHM dan KBM............................... 52 Tabel VI. Diameter zona hambat pertumbuhan bakteri eksudat jerawat yang terbentuk pada uji penegasan daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa.................................................................................... 53
Tabel VII. Hasil analisis dengan menggunakan metode LSD test ...........................54
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pernyataan Kesediaan sebagai Probandus .................................. 60 Lampiran 2. Kulit Batang Asam Jawa (Tamarindus indica Linn) ........................... 61 Lampiran 3. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Kulit Batang Asam Jawa ..... 62 Lampiran 4. Hasil Identifikasi Isolat Bakteri Eksudat Jerawat ………….................64 Lampiran 5. Hasil Uji Daya Antibakteri dengan Metode Difusi Sumuran............... 69 Lampiran 6. Hasil Uji Penentuan KHM dan KBM .................................................. 70 Lampiran 7. Hasil Uji Penegasan Daya Antibakteri dengan Metode Difusi
Sumuran............................................................................................... 74 Lampiran 8. Hasil Analisis Statistik One Way ANOVA dan LSD Test .................. 76
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Jerawat merupakan jenis penyakit kulit yang biasa ditemukan di semua
kalangan, terutama remaja. Penyebab umumnya adalah stress, hormon dan udara lembab yang dapat memicu kulit memproduksi minyak secara berlebih sehingga dapat menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri. Folikel rambut, terutama yang memiliki kelenjar sebasea yang besar, menjadi tersumbat karena hiperkeratosis yang menyebabkan penumpukan minyak di bawah kulit. Bakteri bereaksi pada produksi minyak berlebih tersebut dengan melepaskan lipase. Kombinasi antara lipase dan asam lemak menimbulkan respon kulit berupa peradangan akut, maka terbentuklah jerawat (Burns, 2005).
Doughari (2006) melakukan penelitian daya antibakteri ekstrak kulit batang dan ekstrak daun asam jawa terhadap beberapa bakteri patogen dan didapatkan hasil bahwa ekstrak kulit batang dan ekstrak daun asam jawa memiliki aktivitas antibakteri dengan spektrum yang luas, yang artinya dapat membunuh banyak macam bakteri, baik itu bakteri Gram positif maupun bakteri Gram negatif. Beberapa bakteri uji yang digunakan dalam penelitian Doughari (2006) adalah Escherichia coli , Proteus mirabilis , Pseudomonas aerugenosa ,
Staphylococcus aureus , dan Bacillus subtilis. Diketahui kandungan kulit batang
asam jawa tersebut adalah alkaloid, tanin, saponin, seskuiterpen, dan phlobatanin.Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah metode maserasi, menggunakan pelarut air, aseton, dan etanol.
2 Kemampuan antibakteri ekstrak kulit batang asam jawa memberi gagasan untuk menguji kemampuan ekstrak tersebut terhadap bakteri jerawat, sehingga dapat diketahui potensi ekstrak kulit batang asam jawa sebagai alternatif pengobatan jerawat. Kulit batang asam jawa dipilih karena daya antibakterinya yang lebih besar daripada daun asam jawa. Data penelitian menunjukkan rata-rata zona hambat ekstrak etanol daun asam jawa pada bakteri Gram negatif sebesar 0,7 cm dan pada bakteri Gram positif sebesar 0,9 cm. Sedangkan rata-rata zona hambat ekstrak etanol kulit batang asam jawa pada bakteri Gram negatif dan bakteri Gram positif yang digunakan sebagai bakteri uji sama besar, yaitu sebesar 2,2 cm (Doughari, 2006).
Obat tradisional untuk jerawat biasanya menggunakan ramuan daun lidah buaya, sirih, dan sambiloto kering, atau menggunakan belimbing wuluh (Haryana, 2009). Kulit batang asam jawa menarik untuk diteliti karena bahan tersebut belum banyak penggunaannya sebagai obat tradisional, terutama sebagai pengobatan jerawat. Hal ini mendorong untuk melakukan eksplorasi tentang aktivitas dan kegunaan dari kulit batang asam jawa, sehingga nantinya dapat dikembangkan menjadi obat tradisional. Ekstraksi kulit batang asam jawa menggunakan pelarut etanol 70% karena lebih selektif untuk mendapatkan senyawa yang terkandung dalam kulit batang asam jawa, yaitu alkaloid, tanin, dan saponin sehingga zat pengganggu yang terlarut hanya terbatas (Anonim, 1986a).
Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa bertujuan untuk mengetahui senyawa yang terkandung dalam ekstrak, karena kandungan suatu tanaman yang sama dapat berbeda bila ditumbuhkan pada dua daerah yang
3 berbeda. Perbedaan dapat meliputi perbedaan jenis senyawa ataupun konsentrasi senyawa. Perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh iklim atau cuaca, jenis tanah, keadaan lingkungan, dan jumlah curah hujan. Kulit batang asam jawa yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan dari pohon asam jawa yang terdapat di Wonosari, Yogyakarta.
Penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dilakukan untuk mengetahui potensi ekstrak kulit batang asam jawa dalam membunuh isolat bakteri eksudat jerawat, sehingga dapat diketahui konsentrasi minimal yang dibutuhkan untuk mendapatkan efek daya antibakteri yang diinginkan.
Penelitian Doughari (2006) menggunakan beberapa bakteri patogen sebagai bakteri uji, tetapi tidak terdapat bakteri eksudat jerawat. Contoh bakteri yang sering terdapat dalam jerawat misalnya Propionibacterium acnes ,
Propionibacterium granulosum , dan Staphylococcus epidermidis (Oakley, 2009).
Bakteri uji yang digunakan dalam suatu penelitian dapat menggunakan bakteri hasil isolasi dari alam. Asal bakteri dapat bervariasi, menyesuaikan kebutuhan penelitian. Isolasi bakteri dapat dilakukan dari tanah, air, atau dari jaringan tubuh manusia. Bakteri eksudat jerawat yang digunakan sebagai bakteri uji dalam penelitian ini diisolasi dari jerawat probandus yang berbentuk pustule yang memiliki cairan di dalamnya dengan tujuan mendapatkan bakteri yang ada dalam eksudat jerawat, bukan yang terdapat pada permukaan kulit. Isolat bakteri eksudat jerawat tersebut akan digunakan sebagai bakteri uji dalam uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa, sehingga kemampuan ekstrak etanol kulit
4 batang asam jawa dalam mengobati jerawat yang disebabkan bakteri dapat diamati.
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka muncul permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah ekstrak etanol kulit batang asam jawa memiliki daya antibakteri terhadap isolat bakteri eksudat jerawat? b. Berapakah Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh
Minimum (KBM) ekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap isolat bakteri eksudat jerawat?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian tentang uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa (Tamarindus indica Linn.) pernah dilakukan terhadap beberapa bakteri patogen dan didapatkan hasil bahwa ekstrak etanol kulit batang asam jawa memiliki daya antibakteri spektrum luas dan kandungan kulit batang asam jawa tersebut adalah alkaloid, tanin, dan saponin (Doughari, 2006). Kulit batang asam jawa yang digunakan berasal dari Nigeria, sedangkan belum pernah dilakukan uji daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa yang didapatkan dari daerah Wonosari, Yogyakarta.
5
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis: menambah khasanah ilmu pengetahuan mengenai pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional di masyarakat, khususnya kulit batang asam jawa.
b. Manfaat praktis: mengetahui kegunaan kulit batang asam jawa sebagai obat tradisional bagi pengobatan terhadap jerawat.
B. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap bakteri eksudat jerawat.
2. Mengetahui Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap bakteri eksudat jerawat.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Tanaman Asam Jawa (Tamarindus indica Linn.)
1. Keterangan botani
Asam jawa (Tamarindus indica Linn.) biasa disebut tamarind (Inggris), tamarinier (Perancis), sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan nama asam jawa (Arisandi, 2006). Asam jawa termasuk dalam famili Fabaceae, subfamily Caesalpiniaceae dan digolongkan dalam genus Tamarindus, dengan nama spesies Tamarindus indica Linn. (Anonim, 2009; Doughari, 2006).
2. Deskripsi
Asam jawa merupakan sebuah kultivar daerah tropis dan termasuk tumbuhan berbuah polong. Batang pohonnya yang cukup keras dapat tumbuh menjadi besar dan daunnya rindang. Daun asam jawa bertangkai panjang dan bersirip genap. Bunganya berwarna kuning kemerah-merahan dan buah polongnya berwarna coklat dengan rasa khas asam. Di dalam buah polong selain terdapat kulit yang membungkus daging buah, juga terdapat biji berjumlah 2 - 5 yang berbentuk pipih dengan warna coklat agak kehitaman (Thomas, 1989).
7
3. Kegunaan
Bagian tanaman asam jawa yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional adalah daun, buah, dan bijinya. Diketahui daun asam jawa berguna dalam pengobatan demam, reumatik, luka, eksim, dan bisul. Buah asam jawa dapat digunakan dalam pengobatan batuk, sariawan, dan morbili. Biji asam jawa digunakan dalam pengobatan luka borok, bengkak karena disengat lipan atau lebah, mencegah rambut rontok, dan mengobati gigitan ular berbisa (Anonim, 2009).
Kulit batang asam jawa masih belum umum digunakan dalam masyarakat sebagai obat tradisional. Salah satu yang diketahui adalah kulit batang asam jawa digunakan sebagai obat asma dengan diramu bersama adas pulawaras kemudian direbus hingga mendidih (Anonim, 2009). Belum ada keterangan empiris yang dipublikasikan mengenai kegunaan kulit batang asam jawa dalam mengobati jerawat.
4. Kandungan Kimia Kulit Batang Asam Jawa
Menurut Doughari (2006), kulit batang asam jawa mengandung alkaloid, saponin, tanin, seskuiterpen, dan phlobatanin. Sumber lain, yaitu Duke (2010), menyebutkan kandungan kulit batang asam jawa adalah tanin dan hordenin.
Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen organik yang terdapat dalam tumbuhan. Kebanyakan alkaloid menunjukkan aktivitas fisiologi tertentu sehingga metabolit sekunder ini banyak digunakan sebagai obat. Pada
8 umumnya alkaloid mengandung satu atom nitrogen, akan tetapi beberapa alkaloid mempunyai lebih dari satu nitrogen dalam molekulnya. Peran alkaloid bagi tumbuhan penghasil antara lain sebagai (1) zat racun yang melindungi tumbuhan dari gangguan serangga dan hewan, (2) produk akhir detoksifikasi hasil metabolisme, (3) faktor pengatur tumbuhan, dan (4) persediaan unsur nitrogen yang mungkin diperlukan bagi tumbuhan (Mursyidi, 1989). Alkaloid juga diketahui memiliki aktivitas antibakteri, tetapi mekanisme aksinya terhadap mikrobia masih belum diketahui secara pasti (Ezekiel, Anokwuru, Nsofor, Odusanya dan Adebanjo, 2009).
Tanin secara kimia dibagi menjadi dua golongan yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin terhidrolisis biasanya berupa senyawa amorf, higroskopis, berwarna coklat kuning yang larut dalam air membentuk larutan koloid (Robinson, 1991). Tanin terhidrolisis terdiri dari dua kelas yaitu galotanin dan elagitanin. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal yang membentuk senyawa dimer dan kemudian oligomer yang lebih tinggi. Nama lain untuk tanin terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskan monomer antosianidin (Harborne, 1996).
Tanin dapat membentuk kompleks, baik dengan protein maupun polisakarida. Pembentukan kompleks itu berdasarkan pada pembentukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik antara tanin (golongan polifenol) dengan protein. Kemampuan antimikroba dari senyawa tanin berdasarkan
9 pada kemampuan senyawa ini menghambat kerja enzim tertentu secara selektif, seperti reverse transkriptase dan DNA topoisomerase atau kemampuannya dalam menghambat ikatan antar ligan dengan suatu reseptor (Mahtuti, 2004; Robinson, 1991).
Keberadaan saponin ditandai dengan pembentukan koloidal dalam air yang berbuih pada penggojokan. Glikosida saponin tersebar luas pada tanaman tinggi dan pada hidrolisa, saponin menghasilkan aglikon yang disebut sapogenin. Menurut struktur aglikon atau sapogenin dapat dibedakan menjadi dua macam saponin, yaitu tipe steroida dan triterpenoida. Obat-obat yang mengandung saponin biasanya menimbulkan bersin atau merangsang selaput lendir. Saponin menghancurkan butir darah merah secara hemolisa dan bersifat racun terutama terhadap binatang berdarah dingin. Pereaksi Liebermann-Burchard dapat digunakan untuk mengidentifikasi saponin. Terbentuknya warna biru atau biru hijau menunjukkan adanya steroida saponin dan pada triterpenoida akan terbentuk warna merah, ungu merah, atau ungu (Anonim, 1978).
Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dibangun oleh 3 unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Terpenoid sendiri adalah salah satu senyawa yang terdapat dalam tumbuhan yang memiliki bau khas dan dapat diisolasi serta disuling yang kemudian disebut minyak atsiri. Senyawa seskuiterpenoid memiliki aktivitas sebagai antimikroba, antibiotik, toksin, dan regulator pertumbuhan tanaman serta pemanis (Lenny, 2006).
10 Phlobatanin yang diungkapkan oleh Doughari (2006), merupakan senyawa golongan tanin, sedangkan hordenin yang diungkapkan Duke (2010) merupakan senyawa golongan alkaloid (Robinson, 1991). Dapat disimpulkan, menurut kedua pustaka tersebut, kulit batang asam jawa mengandung alkaloid, tanin, saponin, dan seskuiterpen.
B. Jerawat dan Bakteri Jerawat
Jerawat adalah manifestasi inflamasi lokal pada kulit sebagai akibat dari infeksi bakteri yang dipicu oleh produksi minyak yang berlebih. Patogenesis jerawat dimulai dari meningkatnya produksi minyak. Folikel rambut terutama yang memiliki kelenjar sebasea besar menjadi tersumbat karena hiperkeratosis, yang menyebabkan penumpukan minyak di bawah kulit. Bakteri bereaksi pada produksi minyak berlebih tersebut dengan melepaskan lipase. Kombinasi antara lipase dan asam lemak menimbulkan respon kulit berupa peradangan akut, maka terbentuklah jerawat (Burns, 2005).
Pengobatan yang sering digunakan adalah antibiotik, karena jerawat disebabkan oleh infeksi bakteri. Antibiotik yang sering digunakan adalah klindamisin, tetrasiklin, atau eritromisin (Burns, 2005).
Bakteri yang biasa terdapat pada jerawat antara lain Propionibacterium
acnes , Propionibacterium granulosum, dan Staphylococcus epidermidis (Oakley,
2009). Penelitian ini menggunakan bakteri uji hasil isolasi dari jerawat yang berbentuk pustule yang memiliki cairan nanah di dalamnya, sehingga bila dipecahkan, cairan tersebut akan keluar kemudian dapat diusap menggunakan
11
cotton bud steril dan kemudian diinokulasikan pada media Nutrien Agar secara
streak plate . Hasil reisolasi pada pertumbuhan bakteri pada media tersebut yang
akan digunakan sebagai bakteri uji (Bonang dan Koeswandono, 1982).
C. Ekstraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan zat yang dapat larut dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Simplisia yang diekstraksi mengandung zat aktif yang dapat larut dan zat yang tidak larut seperti serat, karbohidrat, protein, dan lain-lain (Anonim, 1986a).
Metode yang digunakan untuk ekstraksi antara lain:
1. Infundasi
Infundasi adalah proses ekstraksi yang umumnya digunakan untuk mengekstrak senyawa kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Ekstraksi dengan cara ini menghasilkan ekstrak yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh bakteri dan kapang. Maka ekstrak yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam (Anonim, 1986a).
2. Maserasi
Maserasi merupakan cara ekstraksi yang sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam pelarut ekstraksi. Pelarut ekstraksi akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif yang kemudian akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel,
12 maka larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk ekstraksi simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam pelarut ekstraksi, tidak mengandung zat yang mudah mengembang dalam pelarut ekstraksi, tidak mengandung benzoin, stirak, dan lain-lain (Anonim, 1986a).
3. Perkolasi
Perkolasi adalah cara ekstraksi yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Pelarut ekstraksi dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut. Pelarut ekstraksi akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui hingga mencapai keadaan jenuh.
Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya, dikurangi daya kapiler yang cenderung untuk menahan (Anonim, 1986a).
Pelarut ekstraksi yang digunakan dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Bila sebagai pelarut ekstraksi digunakan air maka untuk mencegah timbulnya kapang, dapat ditambahkan bahan pengawet, yang diberikan pada awal proses ekstraksi (Anonim, 1986a).
13 Hasil dari ekstraksi disebut dengan ekstrak. Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan ekstraksi simplisia menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus menjadi serbuk (Anonim, 2000).
Ekstrak diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan obat, menggunakan pelarut yang cocok, uapkan semua atau hampir semua dari pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk diatur untuk ditetapkan standarnya (Ansel, 1989).
Ekstrak dapat dibuat menjadi 3 bentuk, yaitu ekstrak setengah cair atau kental seperti sirup, butir-butir atau ekstrak padat yang dibuat dengan menguapkan hampir semua pelarutnya, dan ekstrak kering (serbuk) yang dibuat dengan cara menguapkan semua pelarutnya (Ansel, 1989).
D. Antibakteri
Antibakteri sebagai obat pembasmi bakteri, khususnya bakteri yang merugikan. Suatu antibakteri diharuskan memiliki sifat toksisitas selektif, yaitu kemampuan antibakteri untuk membunuh bakteri tanpa merusak sel inang (Setiabudy dan Gan, 1995).
Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antibakteri yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik dan ada yang bersifat membunuh bakteri, dikenal sebagai aktivitas bakterisida. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai Kadar Hambat Minimum (KHM)
14 dan Kadar Bunuh Minimum (KBM). Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik menjadi bakterisida bila kadar antibakterinya ditingkatkan melebihi KHM (Ganiswarna, 1995).
Pengukuran aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan salah satu dari dua metode utama berikut :
1. Metode dilusi
Sejumlah senyawa antibakteri tertentu dicampurkan pada media pertumbuhan cair atau padat sehingga disebut dilusi cair atau dilusi padat. Media tersebut diinokulasi dengan bakteri yang diuji kemudian diinkubasi. Konsentrasi senyawa antibakteri yang dicampurkan sejumlah yang dibutuhkan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan bakteri yang diperiksa. Media kemudian diinkubasi, lalu diamati. Yang menjadi parameter dalam penentuan KHM dan KBM adalah kekeruhan media karena pertumbuhan bakteri. Semakin keruh, maka semakin banyak bakteri yang tumbuh. Sebaliknya, semakin jernih, maka pertumbuhan bakteri semakin terhambat, yang menunjukkan aktivitas antibakteri dari senyawa yang diujikan. KHM adalah konsentrasi terendah dalam suatu seri larutan uji yang menghambat pertumbuhan bakteri uji. Ditunjukkan dengan media yang jernih yang tidak nampak pertumbuhan bakteri dibandingkan dengan kontrol negatif. Setelah ditemukan nilai KHM, dilakukan pengujian berikutnya untuk mendapatkan nilai KBM dengan cara memindahkan bakteri dari setiap media ke media yang baru secara streak plate. Nilai KBM dapat diketahui dengan mengamati hasil streak plate, di mana KBM adalah konsentrasi terkecil yang dapat membunuh bakteri, ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan pada
15 hasil streak plate yang menandakan bakteri uji mati karena larutan uji dengan konsentrasi tersebut (McKane dan Kandel, 1996; Koneman, Allen, Schreckenbergerr, dan Winn, 1997).
2. Metode difusi
Paper disk , lubang sumuran, atau silinder tidak beralas, yang
mengandung senyawa antibakteri dalam jumlah tertentu ditempatkan pada media padat yang telah ditanami dengan bakteri yang diuji. Setelah inkubasi, diameter daerah hambatan jernih yang mengelilingi senyawa antibakteri dianggap sebagai ukuran kekuatan hambatan senyawa tersebut terhadap bakteri uji (Jawetz dkk, 1995).
E. Keterangan Empiris
Asam jawa diketahui banyak digunakan sebagai obat tradisional. Bagian- bagian yang sering digunakan adalah daun, buah, dan biji asam jawa. Bagian kulit batang asam jawa belum banyak digunakan. Daun dan kulit batang asam jawa diketahui memiliki aktivitas antibakteri dengan spektrum yang luas. Dari kedua bagian tersebut, kulit batang asam jawa memiliki aktivitas antibakteri yang lebih besar dibandingkan dengan daun asam jawa. Senyawa yang terkandung dalam kulit batang asam jawa antara lain adalah tanin, saponin, dan alkaloid (Doughari, 2006).
Bakteri uji yang digunakan dalam penelitian didapatkan dari hasil isolasi bakteri yang terdapat dalam eksudat jerawat probandus untuk mendapatkan
16 bakteri yang benar-benar ada dalam jerawat, bukan bakteri yang terdapat di permukaan kulit.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui daya antibakteri ekstrak etanol kulit batang asam jawa terhadap bakteri jerawat, sehingga untuk selanjutnya dapat dikembangkan menjadi obat tradisional bagi jerawat. Pengujian yang dilakukan meliputi uji daya antibakteri menggunakan metode difusi sumuran dan penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) menggunakan metode dilusi padat.
Data hasil uji daya antibakteri menggunakan metode difusi sumuran berupa data diameter zona hambat dianalisis secara statistik menggunakan analisis
one way ANOVA yang dilanjutkan LSD test dengan tujuan mengetahui
kebermaknaan hasil tiap konsentrasi ekstrak. Data hasil penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) menggunakan metode dilusi padat dideskripsikan dengan disertai data pendukung berupa foto-foto dan disajikan dalam bentuk tabel.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian eksploratif deskriptif. Analisis
statistik one way ANOVA yang dilanjutkan dengan LSD test dilakukan untuk mengetahui adanya kebermaknaan dalam perbedaan hasil tiap sampel. Penelitian dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Laboratorium Farmakognosi- Fitokimia, Fakultas Farmasi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Variabel penelitian
a. Variabel bebas: ekstrak etanol kulit batang asam jawa dengan berbagai macam variasi konsentrasi (Uji daya antibakteri: 5, 10, 20, 25, 50, 100 mg/ml; Penentuan KHM dan KBM: 10, 15, 20, 25, 30 mg/ml; Uji penegasan daya antibakteri: 25, 30, 35, 40, 45 mg/ml).
b. Variabel tergantung: diameter zona hambat ekstrak etanol kulit batang asam jawa pada pertumbuhan bakteri jerawat, nilai KHM, nilai KBM.
c. Variabel pengacau terkendali: asal tanaman dari Wonosari, Yogyakarta, proses isolasi bakteri eksudat jerawat secara aseptis, waktu inkubasi 24 jam, suhu inkubasi 37°C, volume larutan uji yang diinokulasikan 30 µl.
d. Variabel pengacau tak terkendali: umur tanaman, suhu pengeringan.
18
2. Definisi operasional
a. Kulit batang asam jawa adalah korteks tanaman asam jawa yang telah dikeringkan dalam oven dengan suhu 32-35°C yang diperoleh dari daerah Wonosari, Yogyakarta.
b. Zona hambat adalah suatu daerah jernih di sekitar sumuran yang telah diinokulasi ekstrak yang tidak terdapat pertumbuhan bakteri atau terhambat pertumbuhannya, dibandingkan dengan kontrol negatif aquadest.
c. Ekstrak etanol kulit batang asam jawa adalah ekstrak kulit batang asam jawa yang disari dengan cara maserasi menggunakan penyari etanol 70%, dilanjutkan dikeringkan dalam oven hingga bobot tetap.
d. Isolat bakteri eksudat jerawat adalah bakteri yang diisolasi dari jerawat probandus yang berbentuk pustule dengan nanah atau cairan di dalamnya dan ditumbuhkan dalam media Nutrien Agar secara
streak plate lalu dilakukan reisolasi bakteri hingga didapatkan kultur murni.
e. Kultur murni adalah biakan isolat bakteri eksudat jerawat dengan warna dan bentuk pertumbuhan koloni yang dominan pada hasil isolasi, kemudian direisolasi secara streak plate, lalu pada hasil identifikasi menggunakan pengecatan Gram sudah memiliki bentuk dan warna sel yang seragam.
f. Daya antibakteri adalah kemampuan ekstrak etanol kulit batang asam jawa untuk menghambat pertumbuhan bakteri atau membunuh
19 bakteri dibandingkan dengan kontrol negatif yang disimpulkan melalui uji difusi sumuran dan penentuan Kadar Hambat Minimum (KHM) dan Kadar Bunuh Minimum (KBM).
C. Bahan dan Alat Penelitian
1. Bahan
Kulit batang asam jawa yang diperoleh dari daerah Wonosari, Yogyakarta. Etanol 70% sebagai pelarut untuk maserasi, asam tartrat 3%, reagen Mayer, FeCl
3 , KOH, media Nutrien Agar (Oxoid) dan Nutrien
Broth (Oxoid) sebagai media pertumbuhan bakteri uji, larutan Standar Mc Farland 0,5. Klindamisin fosfat 10 mg/ml sebagai kontrol positif, dan aquadest sebagai kontrol negatif.
2. Alat
Alat-alat gelas (Pyrex), jarum ose, mikropipet, pipet ukur (Pyrex), inkubator (Heraeus), autoclave tipe KT-40 (ALP), neraca analitik, shaker (Innova 2100), Microbiological Safety Cabinet, oven (Memmert), mikroskop (BOECO Germany).
D. Tata Cara Penelitian
1. Pengumpulan bahan kulit batang asam jawa
Kulit batang asam jawa diperoleh dari pohon asam jawa di daerah Wonosari, Yogyakarta. Pohon asam jawa yang dipilih adalah pohon yang tidak terlalu tua. Peridermis jaringan gabus batang asam jawa dihilangkan
20 terlebih dahulu dengan cara dikerok menggunakan alat bermata pisau, kemudian bagian korteks dikupas menggunakan alat tersebut, dibersihkan, kemudian dikumpulkan. Kulit batang yang dibutuhkan kurang lebih 2-3 kilogram.
2. Pembuatan serbuk kulit batang asam jawa
Kulit batang asam jawa yang sudah terkumpul kemudian dipotong menjadi bagian kecil-kecil menggunakan gunting atau dipatahkan untuk memudahkan pengeringan, kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 32-35 C (Doughari, 2006) selama 4 hari. Simplisia dikatakan kering bila simplisia tersebut sudah dapat dipatahkan dengan mudah menggunakan tangan. Sejumlah simplisia kering diserbuk menggunakan blender kemudian diayak untuk mendapatkan serbuk halus. Tidak digunakan ayakan ukuran tertentu. Tujuan pengayakan untuk memisahkan bagian- bagian simplisia yang masih belum hancur untuk kembali diserbuk.
3. Pembuatan ekstrak etanol kulit batang asam jawa
Maserasi dilakukan pada 25 g serbuk kulit batang asam jawa/100 ml pelarut etanol 70%. Serbuk dimaserasi dengan kecepatan 120 rpm selama 24 jam. Setelah diekstraksi kemudian disaring menggunakan kertas saring dengan bantuan pompa vacuum. Ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan vacuum rotary evaporator. Ekstrak dikeringkan dalam oven hingga pelarut penyari hilang (Doughari, 2006). Pelarut penyari dikatakan
21 sudah hilang bila didapatkan bobot ekstrak tidak berkurang saat pengeringan dalam oven dilanjutkan selama kurang lebih 1 jam.
4. Skrining fitokimia ekstrak etanol kulit batang asam jawa
a. Uji alkaloid. Satu gram ekstrak dilarutkan dalam etanol yang mengandung asam tartrat 3%. Filtrat kemudian dipindahkan ke dalam tabung reaksi dan diuji keberadaan alkaloid dengan cara menambahkan reagen Mayer ke dalam tabung reaksi. Bila terjadi pengendapan menunjukkan keberadaan alkaloid.
b. Uji saponin. Kira-kira 0,5 gram ekstrak tanaman dimasukkan dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan air, lalu digojok. Adanya buih yang bertahan saat tabung reaksi dibiarkan menjadi bukti adanya saponin.
c. Uji tanin. Ekstrak dari sampel diberi perlakuan larutan uji FeCl 3 .
Warna yang terbentuk kemudian diamati. Warna biru menunjukkan adanya tanin terhidrolisis. Atau 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam 10 ml KOH yang baru dibuat, kemudian digojok hingga larut. Adanya endapan mengindikasikan keberadaan tanin.
d. Uji steroid. Kira-kira 100 mg ekstrak dilarutkan dalam 2 ml kloroform. Secara hati-hati ditambahkan asam sulfat untuk membentuk lapisan bawah. Warna merah kecoklatan pada permukaan menunjukkan keberadaan cincin steroid.
22 e. Uji antrakuinon. Kira-kira 0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 5 ml kloroform dan digojok selama 5 menit. Ekstrak kemudian disaring lalu ditambahkan larutan amonia 10%. Munculnya warna merah keunguan pada lapisan amonia (lapisan bawah) menunjukkan keberadaan antrakuinon (Osamudiamen dan Aiyelaagbe, 2009).
5. Isolasi bakteri eksudat jerawat
Disiapkan terlebih dahulu cotton bud steril yang dibasahi dengan