HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN DAYA TAHAN REMAJA DALAM MENGHADAPI KESULITAN (AQ) SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN DAYA TAHAN REMAJA DALAM MENGHADAPI KESULITAN (AQ) SKRIPSI

  Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

  Program Studi Psikologi

  Disusun Oleh: Stephanus Benny Kuswara NIM : 039114041 PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2011

  MOTTO

HIDUP HARUS OPTIMIS, APABILA TIDAK OPTIMIS

  SAMA SAJA MENGUBUR SALAH SATU KAKI KITA YANG DIGUNAKAN UNTUK BERJALAN

  (baker King Film) Selalu Percaya Kepada-Nya..

  PERSEMBAHAN Karya ini kupersembahkan kepada,

  Tuhan Yesus Kristus Penuntun dan Pelindungku, Bapak yang damai di surga dan Ibuku yang sabar penuh kasih,

  Mbak Astrith yang selalu peduli dan mendorongku dalam tekad, Dewiku, penyemangat dan penenang jiwaku,

  Sahabat-sahabatku semua yang super, terimakasih semuanya.

  Tuhan memberkati kalian semua.

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma dengan identitas dibawah ini : Nama : Stephanus Benny Kuswara NIM : 039114041 Fakultas/ prodi/ jurusan : Psikologi

  Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 31 januari 2011 (Stephanus Benny Kuswara)

  

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN DAYA TAHAN REMAJA

DALAM MENGHADAPI KESULITAN (AQ)

Stephanus Benny Kuswara

ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan daya

tahan dalam menghadapi kesulitan (AQ). Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya hubungan

positif antara pola asuh orang tua dan daya tahan dalam menghadapi kesulitan (AQ). Subyek

dalam penelitian ini adalah 68 siswa kelas X SMA Theresiana Weleri Kendal dengan karakteristik

masih memiliki orang tua dan tinggal bersama dengan orang tua dalam satu rumah. Pengumpulan

data dilakukan dengan menyebar skala Pola Asuh Orang Tua dan skala Daya tahan Dalam

Menghadapi Kesulitan (AQ). Seleksi aitem menggunakan batas r = 0.201. Skala Pola Asuh

tabel

Orang Tua yang akan diujikan memiliki 60 aitem. Setelah dilakukan seleksi aitem diperoleh 54

aitem yang valid dan 6 aitem skala gugur dengan koefisien reliabilitas sebesar 0.947. Skala Daya

Tahan Dalam Menghadapi Kesulitan (AQ) yang akan diujikan memiliki 60 aitem. Setelah

dilakukan seleksi aitem didapat aitem valid sebanyak 48 aitem dengan perincian 12 aitem gugur

dengan koefisien reliabitas sebesar 0.950. Data penelitian dianalisa menggunakan teknik korelasi

Produk Moment dari Pearson dengan menggunakan SPSS for Windows version 15.00. Hasil

perhitungan dari hubungan antara pola asuh orang tua dan daya tahan dalam menghadapi kesulitan

(AQ) menunjukkan koefisien korelasi sebesar r = 0.479 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa hipotesis

penelitian ini diterima.

  Kata kunci : pola asuh orang tua, daya tahan dalam menghadapi kesulitan (AQ).

  

RELATIONSHIP BETWEEN PARENTING STYLE AND ENDURANCE

FACING DIFFICULTIES (AQ)

Stephanus Benny Kuswara

ABSTRACT

  The research aimed to know the relationship between parenting style and endurance

facing difficulties (AQ). This research hypothesis stated here was a positive relationship between

parenting style and endurance facing difficulties (AQ). The subjects of this research were 68 high

school students of class X Theresiana Weleri Kendal with characteristics still have parents and

live together with parents in one house.. The data collection was done through scale of between

parenting styles scale and endurance facing difficulties (AQ) scale. Item selection used r tabel limit

= 0.201. Parenting style Scale that will be tested has 60 item. After item selection obtained a valid

54 item and 6 item fall with reliability coefficient of 0.947. Endurance Facing Difficulties (AQ)

Scale In which will be tested has 60 item. After item selection obtained a valid 48 item 12 item fall

with reliability coefficient of 0.950. The data were analyzed using technique of Product Moment

Correlation helped by SPSS for Windows version 15.00. The results of relationship between

parenting style and endurance facing difficulties (AQ) showed a correlation coefficient of r =

0.479 (p<0,01). This means that the hypothesis of this research is accepted.

  Keyword : parenting style, endurance facing difficulties (AQ)

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Stephanus Benny Kuswara Nomor Mahasiswa : 039114041

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan,saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

  

Hubungan Antara Pola Asuh Orang Tua dan Daya Tahan Remaja Dalam

Menghadapi Kesulitan (AQ).

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 31 Januari 2011 Yang menyatakan, (Stephanus Benny Kuswara)

KATA PENGANTAR

  Dengan segenap suka cita, untaian kata terindah yang pantas penulis ucapkan adalah syukur yang tak terhingga kepada Tuhan, atas segala kuasa- Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Proses pernyusunan skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dan bantuan dari banyak pihak. Maka pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :

  1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan jalan dan menunjukkan kasihNya sehingga saya bisa bertumbuh dan berkarya.

  2. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing. Terimakasih atas segala dukungan dan waktunya selama penulis menjalani penyusunan skripsi dan perkuliahan.

  3. Ibu P. Henrietta P.D.A.D.S. S.Psi., M.A., selaku Dosen Pembimbing yang dengan sabar meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya kepada penulis sehingga penyusunan skripsi dapat diselesaikan.

  4. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah banyak memberikan dukungan dan masukan bagi penulis untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.

  5. Ibu MM. Nimas Eki S., S.Psi., Psi., M.Si., selaku Dosen Penguji Skripsi yang telah berbagi sharing, memberikan dukungan dan masukannya bagi penulis untuk menyempurnakan penyusunan skripsi.

  6. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan dukungan dan bimbingannya selama penulis menjalani proses studi.

  7. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang memberikan ilmu pengetahuan sebagai bekal penulis dalam menjalani masa depan.

  8. Seluruh karyawan Fakultas Psikologi Sanata Dharma: Bu Nanik, Mas Gandung, Pak Gik, Mas Doni, Mas Muji, terima kasih atas segala bantuannya.

  9. Bapak FX. Suhardi selaku Kepala Sekolah SMA Theresiana weleri yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian di SMA Theresiana Weleri, Kendal.

  10. Bapakku disurga dan Ibuku terkasih, yang dengan sabar selalu memberikan nasehat, dukungan serta memberikan kasih sayang yang begitu tulus. Terima kasih atas segalanya. Semoga Tuhan Yesus selalu memberkati.

  11. Mbak Astrith dan Mas Wisnu, yang selalu menyemangati, mendukung, dan membantuku disetiap saat. Tuhan memberkati kalian.

  12. Dewiku, terima kasih atas cinta, kasih sayang, dukungan semangat yang tak henti-hentinya dan pengorbananmu yang total untukku. Semoga berkat dan kasih Tuhan Yesus selalu menyertaimu.

  13. Sahabat-sahabatku Indri, Wiwid, Atok, Nanang, Ana, Dhani, Diaz, Diana, Galih terima kasih banyak atas dukungan dan persahabatan yang hangat selama kuliah sampai sekarang.

  14. Seluruh teman-teman Psikologi Sanata Dharma, yang telah membantu dan menjadi tempat berbagi. Sukses terus buat kalian semua!

  15. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya.

  Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan demi semakin sempurnanya skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini mampu memberikan manfaat secara umum bagi para pembaca dan secara khusus kepada rekan-rekan Fakultas Psikologi

  Penulis Stephanus Benny Kuswara

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .............................. ii HALAMAN PENGESAHAN ( 3 DOSEN PENGUJI ) ................................ iii HALAMAN MOTTO .................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................... vi ABSTRAK ..................................................................................................... vii ABSTRACT ................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .................. ix KATA PENGANTAR ................................................................................... x DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvi DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................

  1 A. Latar Belakang Masalah ..............................................................

  1 B. Rumusan masalah ........................................................................

  11 C. Tujuan Penelitian.........................................................................

  11 D. Manfaat Penelitian.......................................................................

  11 BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................................

  13 A. Pola Asuh ....................................................................................

  13

  1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua .........................................

  13 2. Aspek-aspek Pola Asuh Orang Tua .....................................

  15 3. Bentuk-bentuk Pola Asuh Orang Tua ..................................

  19 B. Daya tahan dalam Menghadapi Kesulitan (Adversity Quotient) ...................................................................

  23 1. Pengertian Adversity Quotient .............................................

  23 2. Aspek-aspek Adversity Quotient .........................................

  24 3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Adversity Quotient .....

  27 C. Remaja .......................................................................................

  29 1. Pengertian Remaja ...............................................................

  29 2. Ciri-ciri Perkembangan Remaja ...........................................

  30 3. Tugas Perkembangan Remaja ..............................................

  35 D. Dinamika Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dan Daya Tahan Remaja Dalam Menghadapi Kesulitan (AQ) ...................

  36 E. Hipotesis ......................................................................................

  41 BAB III. METODE PENELITIAN................................................................

  43 A. Jenis Penelitian ............................................................................

  43 B. Variabel Penelitian ......................................................................

  43 C. Definisi Operasional ....................................................................

  43 D. Subjek Penelitian .........................................................................

  45 E. Prosedur Penelitian ......................................................................

  46 F. Metode Pengumpulan Data .........................................................

  46

  1. Skala Daya Tahan Dalam Menghadapi

  Kesulitan ( AQ ) ...................................................................

  46 2. Skala Pola Asuh Orang Tua .................................................

  50 G. Pertanggungjawaban Alat Ukur ..................................................

  52 1. Pengujian validitas ...............................................................

  52 2. Seleksi Aitem .......................................................................

  53 3. Reliabilitas ...........................................................................

  56 H. Metode Analisis...........................................................................

  57 1. Uji Asumsi ...........................................................................

  58 2. Uji Hipotesis ........................................................................

  59 BAB IV. PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN ...................................................................

  60 A. Pelaksanaan Penelitian ................................................................

  60 B. Hasil Penelitian ...........................................................................

  60 1. Deskripsi Data ......................................................................

  60

  2. Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Pola Asuh Orang Tua dan Skala Daya Tahan Remaja Dalam Menghadapi Kesulitan.................................

  62 3. Uji Asumsi ...........................................................................

  65 4. Uji Hipotesis ........................................................................

  67 C. Pembahasan .................................................................................

  67 BAB V. KESIMPULAN ................................................................................

  76 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

  79 LAMPIRAN ...................................................................................................

  82

  

DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Distribusi Penyebaran Aitem Daya Tahan Dalam Menghadapi Kesulitan (AQ) Sebelum Uji Coba .....................

  50 Tabel 2 Distribusi Penyebaran Aitem Pola Asuh Orang Tua Sebelum Uji Coba .........................................

  52 Tabel 3 Distribusi Aitem Daya Tahan Dalam Menghadapi Kesulitan (AQ) Sebelum Uji Coba ...........................................

  54 Tabel 4 Distribusi Aitem Daya Tahan Dalam Menghadapi Kesulitan (AQ) Setelah Uji Coba .............................................

  54 Tabel 5 Distribusi Aitem Pola Asuh Orang Tua Sebelum Uji Coba .....

  55 Tabel 6 Distribusi Aitem Pola Asuh Orang Tua Setelah Uji Coba ........

  56 Tabel 7 Hasil Reliabilitas Skala .............................................................

  57 Tabel 8 Deskripsi Data Penelitian ..........................................................

  61 Tabel 9 Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Pola Asuh Orang Tua ........................................................................

  63 Tabel 10 Kategorisasi Subjek Berdasarkan Skor Skala Daya Tahan Remaja Dalam Menghadapi Kesulitan ..........................

  63 Tabel 11 Hasil Uji Normalitas .................................................................

  65 Tabel 12 Hasil Uji Linieritas ....................................................................

  66 Tabel 13 Hasil Uji Hipotesis ....................................................................

  67

  

DAFTAR GAMBAR

  Gambar 1 Kerangka berpikir hubungan pola asuh orang tua dengan daya tahan dalam menghadapi kesulitan (AQ) ............

  41

  

DAFTAR LAMPIRAN

1. Skala Pola Asuh Orang Tua ....................................................................

  82 2. Skala Daya Tahan Remaja Dalam Menghadapi Kesulitan .....................

  88 3. Reliabilitas Skala Pola Asuh Orang Tua ................................................

  93

  4. Reliabilitas Skala Daya Tahan Remaja Dalam Menghadapi Kesulitan ............................................................................

  98

  5. Skor Pola Asuh Orang Tua Sebelum Seleksi .......................................... 105

  6. Skor Daya Tahan Remaja Dalam Menghadapi Kesulitan (AQ) Sebelum Seleksi ...................................................................................... 111

  7. Skor Pola Asuh Orang Tua Setelah Seleksi ............................................ 117

  8. Skor Daya Tahan Remaja Dalam Menghadapi Kesulitan (AQ) Setelah Seleksi ........................................................................................ 123

  9. Uji Normalitas, Linieritas, dan Hipotesis................................................ 129

  10. Surat-surat ............................................................................................... 135

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Santrock (1993) mengemukakan bahwa mayoritas remaja menganggap

  transisi dari masa anak-anak ke masa dewasa sebagai suatu masa perkembangan fisik, kognitif, dan sosialnya yang memberikan tantangan, peluang-peluang, dan pertumbuhan yang besar sekali. Proses perkembangan remaja yang dikemukakan Santrock (1993) tersebut memberikan harapan positif dengan ditandai dengan masa puber dan terjadi perubahan-perubahan di dalam prosesnya, namun banyak permasalahan yang akan dihadapi oleh remaja dalam kehidupannya. Stanley Hall 2010), berpendapat bahwa masa remaja merupakan masa “storm and stress” yang penuh dengan permasalahan.

  Stoltz (2000) melihat tantangan dan permasalahan hidup yang dihadapi manusia dan membaginya ke dalam tiga tingkat kesulitan yaitu kesulitan di masyarakat, kesulitan di tempat kerja, dan kesulitan individu. Pada remaja, tantangan dan permasalahan yang mereka hadapi menumpuk pada kesulitan di masyarakat dan kesulitan individu.

  Setiap remaja dihadapkan pada ketidakpastian akan masa depan, kejahatan dan kekerasan yang semakin meningkat secara dramatis, krisis moral pada seluruh lapisan masyarakat, kegagalan pendidikan dalam rumah tangga, dan kualitas pendidikan yang semakin menurun. Seluruh hal tersebut merupakan kesulitan di masyarakat (Stolz, 2000: 52). Mantan Presiden RI, Megawati Soekarno Putri

  2 mencermati kondisi remaja pada masa-masa kepemimpinannya di tahun 2004 yang keadaannya ternyata cukup mengkhawatirkan dan dikemukakan bahwa berbagai fenomena kegagalan waktu itu antara lain disebabkan kegagalan pendidikan di dalam keluarga.

  Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Utara, Indra Wirdhana SH, MM., mengaku prihatin dengan keberadaan remaja Indonesia saat ini. Berdasarkan data tahun 2010, baik dari Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas dan UNFPA sebagian dari 63 juta jiwa remaja berusia 10 sampai 24 tahun di Indonesia rentan berprilaku tidak sehat.

  Masalah yang paling menonjol dikalangan remaja saat ini, antara lain masalah seksualitas, sehingga hamil di luar nikah dan melakukan aborsi. Data Perhimpunan Obsteri dan Ginekologi (POGI) menyebutkan saat ini setidaknya terdapat dua juta aborsi setiap tahunnya, dimana 700.000 di antaranya adalah pengguguran yang disengaja (induce) 2010). Seperti yang diterangkan dalam seminar aborsi dalam kesehatan reproduksi remaja 2002), salah satu penyebab dari kehamilan tidak diinginkan adalah kehamilan di luar nikah. Remaja dengan kehamilan tidak diinginkan tersebut akan menggugurkan kandungannya secara sengaja. Tindakan tersebut dilakukan karena pasangan remaja malu telah hamil di luar nikah sehingga terpaksa menggugurkan kandungannya. Perilaku remaja tersebut menunjukkan bahwa remaja belum mampu bertanggung jawab atas perbuatan mereka sehingga aspek pengakuan (ownership) dalam Adveristy Quotient rendah.

  3 Stoltz (2000) dalam penelitiannya, menjelaskan bahwa sekarang 60 persen pernikahan berakhir dengan perceraian atau perpisahan, rumah tangga dengan dengan orang tua tunggal juga mengalami peningkatan 200 persen sejak 1970. Anak-anak dari rumah tangga seperti ini memiliki kemungkinan lebih dari 164 persen untuk mempunyai anak di luar nikah, dan lebih dari 93 persen untuk bercerai seandainya mereka menikah (Stoltz, 2000: 54).

  Selain itu dampak terhadap merosotnya moral remaja Indonesia juga mengkuatirkan, yang diperparah dengan teknologi informasi yang berkembang semakin cepat dan bebas membuat remaja dapat mengakses media informasi baik positif maupun negatif dengan leluasa. Hal tersebut memupuk prostitusi anak semakin besar. Departemen sosial memberikan estimasi bahwa jumlah prostitusi anak yang berusia 15-20 tahun sebanyak 60 persen dari 17.281 orang. Unicef Indonesia menyebut angka 30 persen dari 40-150.000, sedangkan Irwanto menyebutkan angka 87.000 pelacur anak atau 50 persen dari total seluruh penjaja seks (Sri Wahyuningsih, 2003). Tingkat kejahatan juga meningkat, 15.000 kasus narkoba selama dua tahun terakhir, 46 persen di antaranya dilakukan oleh anak usia remaja (Media Indonesia, 30 Juni, hal; 16).

  Kesulitan dari waktu ke waktu juga menumpuk pada individu (Stoltz, 2000: 58). Hal ini disebut dengan kesulitan individu. Individu mengalami efek kumulatif dari berbagai situasi sulit yang terus bertambah secara perlahan atau bahkan secara mengejutkan. Stoltz (2000) menjelaskan bahwa stress dan gangguan emosional yang terus menumpuk akan semakin membebani jiwa

  4 manusia sehingga menjadi kehilangan harapan hidup, kebahagiaan dan kesadaran akan jati dirinya.

  Proses perubahan diri remaja yang seharusnya memberikan harapan lebih baik ternyata juga harus diperjuangkan dengan berat dan menciptakan permasalahan bagi remaja. Pada masa remaja, Ericson (dalam Santrock, 2002: 57) mengemukakan bahwa mereka sedang mencari identitas diri sehingga terjadi krisis identitas. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Masa-masa pencarian identitas diri pada remaja secara psikologis membuat anak-anak usia remaja ingin bereksperimen mencoba tantangan baru yang belum pernah diperoleh di masa anak-anak, belum adanya kestabilan emosi, mengalami kegelisahan karena banyak hal diinginkan tetapi remaja tidak sanggup memenuhi semuanya, kecenderungan membentuk dan melakukan kegiatan berkelompok, serta ada pertentangan di dalam dirinya sehingga sering menjadi pangkal penyebab pertentangan dengan orang tuanya (Gunarsa, 1989). Permasalahan di masa remaja cenderung mengalami peningkatan. Tantangan dan hambatan- hambatan mulai muncul dalam perkembangan hidupnya sehingga banyak yang terjebak dalam konflik dan frustasi (dalam Dini, 2004: 2).

  Stoltz melihat permasalahan yang dialami remaja sehingga menyebabkan kesulitan-kesulitan dalam kehidupannya dapat dikendalikan oleh setiap remaja dengan kemampuan dalam dirinya dalam merespon setiap tantangan dan kesulitan. Kemampuan yang dimiliki setiap orang pada umumnya dan remaja

  5 pada khususnya ini disebut juga dengan daya tahan dalam menghadapi kesulitan atau Adversity Quotient (AQ).

  Dalam menghadapi setiap kesulitan, Stoltz (2000) mengemukakan bahwa kecerdasan IQ (Intelligence Quotient) dan EQ (Emotional Quotient) tidaklah cukup untuk mencapai keberhasilan. Beberapa orang mempunyai IQ tinggi tetapi masih juga mengalami kegagalan karena tidak bisa mewujudkan potensinya, sedangkan EQ tidak mempunyai tolok ukur yang sah dan metode yang tidak jelas untuk mempelajarinya sehingga membuatnya sulit untuk dipahami. Tidak hanya

  IQ maupun EQ yang menentukan sukses seseorang tetapi keduanya memainkan peran bersama AQ untuk melanjutkan tujuan hidup disaat orang lain sudah berhenti untuk menyerah.

  Adversity Quotient dapat dijabarkan ke dalam tiga bentuk. Bentuk pertama adalah suatu kerangka kerja konseptual yang baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan. Kedua merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respon individu terhadap kesulitan. Dan yang ketiga adalah serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon individu terhadap kesulitan, sehingga dapat memperbaiki efektivitas dan profesionalitas individu secara keseluruhan (Stoltz, 2000). Berdasarkan ketiga bentuk penjabaran tersebut, maka AQ dapat dimengerti sebagai suatu pengetahuan baru yang memiliki tolok ukur atas kemampuan individu dalam merespon kesulitan, sehingga dapat dilakukan peramalan apakah individu tersebut akan menyerah atau tetap bertahan mewujudkan harapan-harapan atas kinerja dan potensi yang dimiliki. Secara singkatnya penulis dapat mengartikan AQ sebagai

  6 kecerdasan individu yang berupa kemampuan dalam merespon kesulitan-kesulitan dalam hidup.

  Stoltz (2000), mengemukakan bahwa semakin tinggi AQ seseorang, maka faktor-faktor yang diperlukan dalam mencapai kesuksesan dalam hidup individu juga akan semakin tinggi. Penelitian Seligman (dalam Stoltz, 2000: 83) mendukung pernyataan tersebut, orang-orang yang bersaing secara konstruktif terhadap kesulitan (AQ tinggi) akan lebih tangkas dan fokus dalam memelihara energi serta tenaga dalam persaingan, sedangkan mereka yang bereaksi secara destruktif cenderung mudah berhenti berusaha.

  Markman (2000), menyatakan bahwa orang yang memiliki AQ tinggi lebih produktif dalam pekerjaannya daripada orang yang memiliki AQ rendah.

  Selain itu menurut penelitian Vaillant, Peterson, dan Seligman (dalam Stoltz, 2000: 108) menyebutkan bahwa orang yang memiliki AQ tinggi cenderung memiliki kesehatan fisik dan mental yang lebih baik dari pada orang yang AQnya rendah.

  Berbagai penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa AQ mempunyai peranan yang besar bagi kehidupan manusia (Stoltz, 2000). Adversity Quotient ini juga dapat dipelajari dan dilatih sehingga dapat bermanfaat meningkatkan kualitas hidup bagi individu itu sendiri. Menurut penelitian Dweck (dalam Stoltz, 2000: 47) mengungkapkan bahwa respon manusia terhadap kesulitan dibentuk lewat pengaruh-pengaruh dari orang tua, guru, teman sebaya, dan orang-orang yang mempunyai peran penting selama masa kanak-kanak. Hal ini mempunyai maksud bahwa sejak dini cara mendidik atau pengasuhan dari

  7 orang-orang terdekat anak berpengaruh terhadap bagaimana anak merespon terhadap suatu kesulitan di kemudian waktu.

  Terbentuk dan berkembangnya respon terhadap kesulitan (AQ) yang tinggi, perlu adanya dukungan keluarga dan orang-orang yang mempunyai peran penting selama masa anak-anak, terutama dari kedua orang tua. Orang tua mempunyai tugas yaitu membimbing dan mendidik anak-anaknya. Idris dan Jamal (1992) menjelaskan bahwa orang tua berperan dalam memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasan-kebiasaan. Pola pengasuhan pada dasarnya diciptakan oleh adanya interaksi antara orangtua dan anak dalam hubungan sehari-hari yang berevolusi sepanjang waktu, sehingga orang tua akan menghasilkan anak-anak yang sealiran, karena orang tua tidak hanya mengajarkan dengan kata-kata tetapi juga dengan contoh-contoh (Shocib, 1998).

  Hurlock (1991) mengatakan bahwa di dalam pengasuhan anak para orang tua mempunyai tujuan untuk membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang dianggap ideal oleh para orang tua dan dalam pengasuhan anak diberikan istilah disiplin sebagai pelatihan dalam mengendalikan dan mengontrol diri. Disiplin yang berdasarkan pada prinsip-prinsip demokratis sekarang cenderung lebih banyak diterapkan karena menekankan pada hak anak (Hurlock, 1991: 125).

  Pola asuh dengan prinsip demokratis ini, orangtua bersikap terbuka terhadap tuntutan dan pendapat yang dikemukakan anak, kemudian

  8 mendiskusikan hal tersebut bersama-sama. Perhatian lebih dipusatkan pada aspek pendidikan daripada aspek hukuman, Orangtua dapat memberikan peraturan yang luas serta memberikan penjelasan tentang sebab diberikannya hukuman serta imbalan tersebut. Hurlock (1991) mengatakan bahwa pola asuh demokrasi ditandai dengan sikap menerima, responsif, berorientasi pada kebutuhan anak yang disertai dengan tuntutan, kontrol dan pembatasan. Jadi penerapan pola asuh demokrasi dapat memberikan keleluasaan anak untuk menyampaikan segala persoalan yang dialaminya tanpa ada perasaan takut, keleluasaan yang diberikan orangtua tidak bersifat mutlak akan tetapi ada kontrol dan pembatasan berdasarkan norma-norma yang ada.

  Mussen dkk (1994) menyatakan bahwa ada beberapa aspek untuk melihat pola asuh yang diberikan orang tua, yaitu kontrol, tuntutan kedewasaan, komunikasi anak dan orang tua, dan kasih sayang. Kontrol merupakan usaha mempengaruhi aktivitas anak untuk mencapai tujuan, memodifikasi ekspresi ketergantungan, agresifitas, tingkah laku, dan bermain. Tuntutan kedewasaan menekankan kepada anak untuk mencapai suatu tingkat kemampuan secara intelektual, sosial dan emosional. Dengan memberikan kesempatan belajar pada anak untuk menjalani kehidupan, menghadapi dan mengatasi berbagai masalah mereka, namun tetap ada bimbingan dari orang tua.

  Komunikasi anak dan orang tua menggunakan penalaran untuk memecahkan masalah, menanyakan bagaimana pendapat dan perasaan anak.

  Sangat bijaksana jika orang tua menyediakan cukup waktu untuk percakapan yang bersifat pribadi, pada kesempatan ini orang tua akan mendengarkan dan

  9 menemukan banyak hal di luar masalah rutin. Aspek terakhir adalah kasih sayang, meliputi penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak yang dapat dikomunikasikan melalui gerakan, sentuhan, belaian, senyuman, mimik wajah, dan ungkapan kata. Pola komunikasi keluarga yang demikian, keakraban, keintiman, saling memiliki, rasa melindungi anak oleh orang tuanya semakin besar.

  Menurut Hurlock (1991), Perlakukan orang tua terhadap seorang anak akan mempengaruhi bagaimana anak ini memandang, menilai, dan juga mempengaruhi sikap anak tersebut terhadap orang tua serta mempengaruhi kualitas hubungan yang berkembang di antara mereka. Sikap anak kepada orang tuanya seiring berjalannya waktu dengan adanya proses pembelajaran yang dilakukan anak akan membentuk perilaku dan bagaimana respon anak dalam melihat kesulitan. Respon terhadap kesulitan ini yang menentukan daya tahan remaja dalam menghadapi kesulitan (AQ).

  Respon terhadap kesulitan dapat dilihat pada empat aspek AQ Stoltz (2000), yaitu kendali, asal usul dan pengakuan, jangkauan, dan daya tahan. Aspek kendali mempertanyakan seberapa banyak kendali yang akan individu rasakan terhadap sebuah peristiwa yang menimbulkan kesulitan. Aspek asal usul dan pengakuan. Aspek ini mempertanyakan dua hal, yaitu siapa atau apa yang menjadi asal-usul kesulitan dan sampai sejauh mana akibat-akibat dari kesulitan itu diakui oleh individu. Aspek jangkauan mempertanyakan sejauh manakah kesulitan akan menjangkau bagian-bagian lain dari kehidupan individu. Dalam hal ini individu di

  10 tuntut untuk mampu membatasi jangkauan masalahnya pada peristiwa yang sedang dihadapi.

  Aspek daya tahan mempertanyakan dua hal yang berkaitan yaitu berapa lamakah kesulitan akan berlangsung dan berapa lamakah penyebab kesulitan itu akan berlangsung. Dalam hal ini, maksudnya individu yang melihat kemampuan sebagai penyebab kegagalan (penyebab yang tetap) cenderung kurang bertahan dibandingkan dengan individu yang mengkaitkan kegagalan dengan usaha (penyebab yang sementara) yang mereka lakukan.

  Anak yang bersikap positif kepada orang tuanya menunjukkan pola asuh orang tuanya semakin demokratis. Hal ini akan membentuk perilaku anak dan mengembangkan respon terhadap kesulitan yang konstruktif (memberdayakan) sehingga akan terbentuk sikap tahan banting, keuletan, optimisme, efektifitas diri, dan kebahagiaan pada anak. Sedangkan anak yang bersikap negatif kepada orang tuanya akan membentuk respon terhadap kesulitan yang destruktif (mengembangkan ketidakberdayaan). Respon remaja terhadap kesulitan yang memberdayakan berarti bahwa remaja memiliki daya tahan terhadap kesulitan (AQ) yang tinggi, sedangkan respon remaja terhadap kesulitan yang mengembangkan sikap ketidakberdayaan mengindikasikan bahwa remaja memiliki daya tahan terhadap kesulitan (AQ) yang rendah.

  Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan daya tahan remaja dalam menghadapi kesulitan (AQ).

  11 B.

   Rumusan Masalah

  Dari latar belakang tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : “Apakah ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan daya tahan remaja dalam menghadapi kesulitan (AQ) ?”

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orangtua dengan daya tahan dalam menghadapi kesulitan (AQ).

  D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis.

  Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wacana teoritis dalam bidang Psikologi Pendidikan yang banyak membicarakan tentang cara mendidik anak dalam kaitannya mengenai pola asuh orang tua dan daya tahan remaja dalam menghadapi kesulitan (AQ).

  2. Manfaat Praktis.

  a. Bagi Subjek.

  Penelitian ini diharapkan dapat digunakan siswa sebagai bahan perenungan dan evaluasi kepada diri sendiri terkait responnya dalam menghadapi kesulitan. Daya tahan dalam menghadapi kesulitan dapat dipelajari dan diberdayakan sehingga dapat mengarahkan siswa untuk terus berjuang pantang menyerah dalam hidup dan mencapai cita-cita.

  12

  b. Bagi Orang Tua Diharapkan dengan adanya penelitian ini, membuat para orangtua merefleksikan kembali pengasuhan yang telah dilakukan kepada anaknya di dalam keluarga apakah selama ini sudah tepat dan diterima dengan positif dimata anak, tidak hanya sekedar mengikuti perasaan atau egonya di kala itu.

BAB II LANDASAN TEORI A. POLA ASUH ORANG TUA

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

  Keluarga merupakan suatu institusi awal bagi setiap pribadi manusia belajar dan berinteraksi dengan sesamanya, Di dalam keluarga inti terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Ayah dan ibu sering kita sebut dengan orangtua yang mempunyai tanggung jawab penuh terhadap tumbuh kembang anaknya hingga mengantarkannya ke gerbang kedewasaan. Thamrin Nasution dan Nurhalijah Nasution (1985: 1) menegaskan kembali bahwa orangtua adalah setiap orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga atau rumah tangga yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut juga dengan bapak-ibu.

  Menurut Sarwono (1997), keluarga merupakan lingkungan primer hampir setiap individu, hubungan antara manusia yang paling intensif dan paling awal terjadi dalam keluarga. Sebelum seorang anak mengenal lingkungan yang lebih luas, ia terlebih dahulu mengenal lingkungan keluarganya sehingga sebelum ia mengenal norma-norma dan nilai-nilai dari masyarakat umum, pertama kali ia menyerap norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam keluarganya untuk dijadikan bagian dari kepribadiannya.

  Peranan orang tua di dalam keluarga bagi pendidikan seorang anak menurut Idris dan Jamal (1992) adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan ketrampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika,

  14 kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasan-kebiasan. Berdasarkan peranannya tersebut, setiap orangtua pasti berusaha untuk mengajarkan kedisiplinan kepada anak-anaknya, dengan menanamkan perilaku yang baik dan menghindari perilaku yang dianggap tidak baik.

  Nadeak (1991) berpendapat bahwa untuk membina hubungan timbal-balik yang harmonis diantara orang tua dan anak remajanya, orangtua perlu menciptakan suasana agar remaja itu merasa terbuka untuk menyelesaikan masalah mereka dengan baik. Suasana yang kondusif bagi orangtua dan anak dapat tercipta jika orang tua mampu menerapkan pola asuh yang positif bagi perkembangan anak. Pola asuh pada dasarnya diciptakan oleh orang tua dalam menjalin hubungan sehari-hari dengan anak-anaknya. Pola asuh orang tua disertai tindakan dari orangtua untuk membentuk anak menurut yang diinginkannya, jelasnya orangtua yang suka menyesuaikan diri dengan keadaan akan mempunyai kesempatan menghasilkan anak-anak yang sealiran.

  Hurlock (1990) mengatakan bahwa di dalam pengasuhan anak para orang tua mempunyai tujuan untuk membentuk anak menjadi yang terbaik sesuai dengan apa yang dianggap ideal oleh para orang tua dan dalam pengasuhan anak diberikan istilah disiplin sebagai pelatihan dalam mengendalikan dan mengontrol diri. Pola asuh orang tua merupakan interaksi antara anak dan orang tua selama mengadakan kegiatan pengasuhan. Pengasuhan ini berarti orang tua mendidik, membimbing, dan mendisiplinkan serta melindungi anak untuk mencapai

  15 kedewasaan sesuai dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat (Turmudji, 2003).

  Pola asuh menurut Dagun (Yuwanto, 2002) adalah cara atau teknik yang dipakai oleh orangtua di dalam mendidik dan membimbing anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna dan sesuai dengan yang diharapkan. Suardiman (Iswantini, 2002) mengatakan pola asuh adalah suatu cara orangtua menjalankan peranan yang penting bagi perkembangan anak selanjutnya, dengan memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan agar anak dapat menghadapi kehidupan yang akan datang dengan sukses, sebab di dalam keluarga yang merupakan kelompok sosial dalam kehidupan individu, anak akan belajar dan menyatakan dirinya sebagai manusia sosial dalam hubungan dan interaksi dengan kelompok.

  Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua adalah cara yang dipakai oleh orangtua dalam mendidik dan memberi bimbingan dan pengalaman serta memberikan pengawasan kepada anak-anaknya agar kelak menjadi orang yang berguna, serta memenuhi kebutuhan fisik dan psikis yang akan menjadi faktor penentu bagi remaja dalam menginterpretasikan, menilai dan mendeskripsikan kemudian memberikan tanggapan dan menentukan sikap maupun berperilaku.

2. Aspek-aspek Pola Asuh Orang Tua

  Mussen dkk (1994) menyatakan bahwa ada beberapa aspek pola asuh orang tua, yaitu :

  16

  a. Kontrol, merupakan usaha mempengaruhi aktivitas anak untuk mencapai tujuan, memodifikasi ekspresi ketergantungan, agresifitas, tingkah laku, dan bermain. Orang tua yang senantiasa menjaga keselamatan anak-anak (over

  

protection ) dan mengambil tindakan-tindakan yang berlebihan agar anak-

  anaknya terhindar dari bermacam-macam bahaya akan menghasilkan perkembangan anak dengan ciri-ciri sangat tergantung kepada orang tuanya dalam bertingkah laku.

  b. Tuntutan kedewasaan, menekankan kepada anak untuk mencapai suatu tingkat kemampuan secara intelektual, sosial dan emosional. Dengan memberikan kesempatan belajar pada anak untuk mengalami pahit getirnya kehidupan, menghadapi dan mengatasi berbagai masalah mereka, diharapkan dari pengalaman tersebut anak bisa menjadi dewasa namun anak masih tetap memerlukan campur tangan orang tuanya untuk mengubah dan mengarahkan proses-proses perkembangan pada seluruh aspek kepribadian dalam arti orang tua perlu berusaha mempersiapkan anak dalam menghadapi masa remaja.

  c. Komunikasi anak dan orang tua, menggunakan penalaran untuk memecahkan masalah, menanyakan bagaimana pendapat dan perasaan anak.

  Sangat bijaksana jika orang tua menyediakan cukup waktu untuk percakapan yang bersifat pribadi, pada kesempatan ini orang tua akan mendengarkan dan menemukan banyak hal di luar masalah rutin.

  d. Kasih sayang, meliputi penghargaan dan pujian terhadap prestasi anak. Komunikasi keluarga dapat dilakukan melalui gerakan, sentuhan, belaian, senyuman, mimik wajah, dan ungkapan kata. Pola komunikasi keluarga yang

  17 demikian, keakraban, keintiman, saling memiliki, rasa melindungi anak oleh orang tuanya semakin besar.

  Menurut Hurlock (dalam Ihromi, 1999: 53), ada empat aspek pola asuh antara lain peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi.

  1) Peraturan Peraturan dapat diperoleh dari orangtua, guru, atau teman bermain.

  Tujuan dari adanya peraturan adalah untuk membekali anak melalui suatu pedoman untuk bertingkah laku benar. Peraturan mempunyai fungsi penting yaitu mendidik anak untuk bertingkah laku sesuai dengan aturan-aturan yang ada di masyarakat dan mengendalikan tingkah laku anak yang tidak diharapkan. Dengan aturan yang ada, orangtua mendidik anak mengenai apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, baik di dalam rumah maupun di luar rumah. Sehingga peraturan haruslah mudah dimengerti, diingat, dan dapat diterima oleh anak sesuai dengan fungsi peraturan itu sendiri. 2) Hukuman

  Hukuman merupakan sanksi pelanggaran. Hukuman mempunyai tiga peranan penting, yaitu : a. Bersifat membatasi

  Hukuman dapat menghalangi terulangnya kembali tindakan yang tidak diinginkan di masyarakat. Hal yang bersifat membatasi ini penting bagi anak- anak yang masih kecil, di mana mereka masih belum mengerti mana tingkah laku yang salah dan yang benar.

  18

  b. Sebagai pendidikan Hukuman dapat dipelajari anak sebelum mereka dapat mengerti tentang aturan-aturan. Mereka dapat belajar bahwa ada tindakan tertentu, yakni hukuman diberikan untuk tingkah laku yang salah dan tidak adanya hukuman untuk tingkah laku yang benar.

  c. Sebagai motivasi Mengingat kembali akan hukuman yang diterima atau akibat-akibat yang terjadi bagi tingkah laku yang salah, dapat sebagai motivasi untuk menghindari dari tingkah laku tersebut. 3) Penghargaan