HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL
PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK PERTIWI RAMBIPUJI JEMBER
Oleh :
Delta Intan Pratiwi1, Diyan Indriyani, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat.2,
Ns. Komarudin, M.Kep., Sp.Kep.,J.3

Jl. Karimata 49 Jember Telp: (0331) 33240Fax: (0331) 337957
Email: deltapuss@gmail.com
ABSTRAK
Pendahuluan: Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak,
yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak,
termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai atau norma, memberikan
perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga
dijadikan panutan bagi anaknya.
Metode: Desain penelitian yang digunakan yaitu cross sectional. Jumlah populasi
110, sampel yang diambil 110 responden yang diperoleh dengan tehnik
pengambilan sampel menggunakan total populasi sampling.
Hasil: Hasil analisa data menunjukkan bahwa responden menggunakan pola asuh
demokratis 70,9% dan anak prasekolah memiliki perilaku sosial berkembang
sesuai harapan 65,5%. Hasil uji statistik menggunakan Spearman Rank dengan
α=≤ 0,05 didapatkan nilai p-value 0,014 dan nilai r yaitu 0,235

Diskusi: dapat disimpulkan bahwa ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perilaku Sosial Pada Anak Prasekolah Di TK Pertiwi Rambipuji Jember.
Penelitian ini direkomendasikan kepada orang tua untuk mengasuh anak
prasekolah dan selalu di dasari dengan cinta dan kasih sayang guna
mengoptimalkan perkembangan prilaku sosial yang dimiliki oleh anak.
Kata Kunci: Pola Asuh Orang Tua, Perilaku Sosial.
Daftar Pustaka: 30 (2005-2014)
ABSTRACT
Introduction: Parenting is a pattern of interaction between parent and child,
which is how the attitude or behavior of parents when interacting with the child,
including the method of application of the rules, teach values or norms, provide
the attention and affection and show a good attitude and behavior so that be a
role model for his son.
Metode and Purpose: The study design used is cross sectional. Total population
110, sample taken 110 respondents were obtained by sampling technique using
total population sampling.
Result: Results of analysis of the data shows that respondents use democratic
parenting 70.9% and preschoolers have social behavior evolved according to
expectations of 65.5%. Statistical test results using Spearman Rank with α = ≤
0.05 obtained p-value of 0.014 and the r value of 0.235.


1

2

Discuss: That it can be concluded that there is a relationship Parenting Parents
With Child In Preschool Social Behavior In kindergarten Pertiwi Rambipuji
Jember. This research is recommended for parents to nuture preschoolers and
always constituted with love and affection use optimizing social development
owned by children.
Keywords
References

: Parenting Parents, Social Behavior
: 30 (2005-2014)

PENDAHULUAN
Perkembangan anak terjadi
mulai dari aspek sosial, emosional,
dan intelektual yang berkembang

pesat saat anak
memasuki usia
prasekolah
(3-6 tahun) dan bisa
disebut dengan golden age. Masa
prasekolah adalah
masa dimana
kognitif anak mulai menunjukkan
perkembangan dan anak
telah
mempersiapkan diri untuk memasuki
sekolah (Hidayat, 2005 dalam
Herentina, 2012).
Perilaku
sosial
adalah
perilaku yang relatif menetap yang
diperlihatkan oleh individu di dalam
berinteraksi dengan orang lain.
Orang

yang
berperilakunya
mencerminkan keberhasilan dalam
proses sosialisasinya
dikatakan
sebagai orang yang sosial, sedangkan
orang yang perilakunya
tidak
mencerminkan proses sosialisasi
tersebut disebut non sosial (Sofinar,
2012). Peningkatan perilaku sosial
cenderung paling menyolok pada
masa kanak-kanak (Hurlock dalam
Suharsono, 2009). Sebagian besar
orang tua menyadari
adanya
hubungan perilaku sosial sangat erat
dengan pengaruh pola asuh dalam
orang tua.
Pola asuh merupakan pola

interaksi antara orang tua dan anak,
yaitu bagaimana cara sikap atau
perilaku orang tua saat berinteraksi
dengan anak. (Suparyanto, 2010
dalam Teviana, 2012). Pola asuh
orang tua ada tiga, yaitu otoriter,

otoritatif, dan permisif. (Papalia,
2008 dalam Teviana, 2012).
Pola asuh orang tua juga
merupakan salah satu faktor yang
mempunyai peranan penting dalam
pembentukan pribadi dan juga
perilaku sosial pada anak. Dengan
kata lain, pola asuh orang tua akan
mempengaruhi
perilaku
sosial
anaknya (Suparyanto, 2010 dalam
Teviana, 2012).

Berdasarkan
hasil
studi
pendahuluan yang dilakukan di TK
Pertiwi
Rambipuji Jember di
dapatkan data bahwa TK ini
memiliki siswa yang berjumlah 110
anak. Berdasarkan hasil wawancara
dengan salah satu
guru di TK
Pertiwi Rambipuji Jember diketahui
dari 10 anak ada 4 anak yang
menunjukkan perilaku yang kurang
baik seperti sering mengganggu
teman, tidak mau menolong, tidak
mau berbagi, meminta uang kepada
temannya sehingga menimbulkan
keributan di kelas dan ada 6 anak
yang memiliki perilaku yang baik

seperti suka menolong temannya,
senang berbagi dengan temannya.
Ditunjukkan dengan nilai raport pada
penilaian afektifnya. Berdasarkan
wawancara besama tiga wali murid
siswa di TK Pertiwi Rambipuji
Jember diketahui bahwa anak
mereka sering berbuat nakal karena
memang kurangnya pengawasan
terhadap perilaku anaknya.
Tujuan dari penelitian ini
adalah Mengidentifikasi hubungan

3

pola
asuh
orang
tua
yang

berhubungan dengan perilaku sosial
pada anak prasekolah di TK Pertiwi
Rambipuji Jember.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
desain
penelitian
korelasional
(hubungan) dengan teknik cross
sectional. Waktu dan tempat
penelitian dilaksanakan pada tanggal
10, 11, 12 Juni 2015 di TK Pertiwi
Rambipuji Jember.
Populasi pada penelitian ini
adalah orang tua pada anak
prasekolah di TK Pertiwi Rambipuji
Jember sebanyak 110 siswa yang
terdistribusi dalam 2 kelas. Sampel
yang
ingin

peneliti
jadikan
responden dalam penelitian ini
adalah orang tua pada anak
prasekolah di TK Pertiwi Rambipuji
Jember sebanyak 110 siswa yang
terdistribusi dalam 2 kelas.
Instrumen atau alat ukur yang

mulai berkembang (MB), belum
berkembang (BB).
Teknik

analisis

data

dilakukan dengan uji statistik dengan
cara analisis univariat dan analisis
bivariat.


Pada

analisis

univariat

adalah data demografi responden,
data setiap variabel independen yaitu
mekanisme pola asuh orang tua dan
data variabel dependen yaitu hasil
perilaku

sosial

dalam

prosentase. Perhitungan

bentuk

analisis

bivariat statistik uji Spearman rank
(Rho) dimana menggunakan korelasi
Sperman’s

Rank

(Rho)

dengan

tingkat kesalahan yaitu α (alpha) =
0,05, yang artinya nilai p value ≤

dgunakan dalam penelitian ini adalah

0,05 maka H1 diterima yang artinya

kuesioner dan data dokumen. Dalam

ada Hubungan Pola Asuh Orang Tua

penelitian

tua

Dengan Perilaku Sosial Pada Anak

menggunakan kuesione pertanyaan

Prasekolah Di TK Pertiwi Rambipuji

yang

Jember

pola

asuh

digunakan

orang

berjumlah

24

menggunakan skala likert.
Instrumen
sosial

berupa

untuk
data

perilaku

HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen

Berdasarkan

penelitian

dijadikan sebagai alat pengumpulan

didapatkan hasil sebagai berikut:

data hasil raport dari perkembangan

Tabel

sosial (penilaian kognitif) pada anak

responden berdasakan pendidikan,

prasekolah di TK Pertiwi Rambipuji

usia, jumlah anak, dan pekerjaan

Jember

N Karakteristi
o k
Responden
1 Pendidikan
Pendidikan

berkembang

dengan
sangat

interpretasi
baik

(BSB).

berkembang sesuai harapan (BSH),

1

Distribusi

frekuensi

Freku
ensi

Persentas
e

29

26,4%

4

3

4

Rendah
Pendidikan
Menengah
Pendidikan
Tinggi
Usia
22-36 tahun
37-51 tahun
Pekerjaan
PNS
Buruh
Wiraswasta
IRT
Total

65

59,1%

16

14,5%

anak prasekolah di TK Pertiwi
Rambipuji Jember

73
37

66,4%
33,6%

N Kategori

6
3
42
59
110

5,5%
2,7%
38,2%
53,6%
100%

1

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Pola
Asuh Orang Tua
N Pola

Tabel 4 Karakteristik perilaku sosial

Frekuensi

o

Persenta
se

Mulai

30

27,3%

Berkem
bang
2

Berkem

72

65,5%

bang
Sesuai
Harapan

Asuh Freku

Persentas

o

Orang Tua

ensi

e

1

Permisif

25

22,7%

2

Otoriter

7

6,4%

3

Demokratis

78

70,9%

Total

110

100%

Berkemb

8

7,3%

110

100%

ang
sangat
baik
Total

Tabel 5 Hubungan Pola Asuh Orang Tua Dengan Perilaku Sosial Pada Anak
Prasekolah di TK Pertiwi Rambipuji Jember

Spearman's
rho

Pola Asuh Perilaku
Orang Tua Sosial
1.000
.235*

Pola
asuh Correlation
orang tua
Coefficient
Sig.
(2tailed)
N
110
Perilaku
Correlation
Correlation
.235*
Sosial
Coefficient
Coefficient
Sig.
(2- .014
tailed)
N
110
Uji statisti spearman’s rho: (r)=0,235 (p)=0,014 (n)=110

.014
110
1.000

110

5

Berdasarkan hasil analisa data yang
dilakukan kepada 110 responden
menunjukkan
bahwa
selisih
penerapan pola asuh demokratis,
otoriter dan permisif sangat berbeda
jauh. Hal ini dapat dibuktikan
berdasarkan tabel 5.8 menunjukkan
bahwa jumlah responden yang
menerapkan pola asuh demokratis
sebanyak 78 responden (70,9%),
pola asuh permisif sebanyak 25
responden (22,7%), pola asuh
otoriter sebanyak 7 responden
(6,4%). Hasil tersebut menunjukkan
bahwa pola asuh orang tua pada anak
prasekolah di TK Pertiwi Rambipuji
Jember
menerapkan pola asuh
demokratis.
Pola asuh merupakan pola
interaksi antara orang tua dan anak,
yaitu bagaimana cara sikap atau
perilaku orang tua saat berinteraksi
dengan
anak,
termasuk
cara
penerapan aturan, mengajarkan nilai
atau norma, memberikan perhatian
dan kasih sayang serta menunjukkan
sikap dan perilaku baik sehingga
dijadikan panutan bagi anaknya
(Suparyanto, 2010 dalam Teviana,
2012).
Menurut penelitan yang telah
dilakukan Suharsono, (2009) yang
menjelaskan bahwa apabila orang tua
menerapkan pola asuh yang tepat
maka
akan
mempengaruhi
kemampuan sosialisasinya, karena
anak hidup dalam keluarga yang
selalu mendukungnya dalam cinta
kasih, sehingga anak bisa tumbuh
dan berkembang secara optimal. Pola
asuh orang tua ada tiga, yaitu
otoriter, demokratis, dan permisif.
Berkaitan dengan pola asuh
orang tua pada anak prasekolah di
TK pertiwi Rambipuji Jember di
dapatkan sebagian besar pola asuh
orang tua menerapkan pola asuh
demokratis yaitu 78 responden

(70,9%). Menurut Soetjiningsih,
(2014) Pola asuh demokratis
merupakan gaya pengasuhan yang
mendorong anak untuk mandiri
tetapi masih menetapkan batas–batas
pengendalian tindakan anak. Jadi
orang tua masih melakukan kontrol
pada anak tetapi tidak terlalu ketat.
Efek pengasuhan demokratis, yaitu
anak mempunyai kopetensi sosial,
percaya diri dan bertanggung jawab
secara sosial. Juga tampak ceria,
bisa mengendalikan diri dan mandiri,
berorientasi pada prestasi.
Hal ini selaras dengan
penelitian
yang
dilakukan
Suharsono, (2009) keluarga dengan
pola asuh demokratis dapat di jumpai
pada keluarga seimbang yang
ditandai
oleh
keharmonisan
hubungan (relasi) antara ayah dan
ibu, ayah dengan anak, serta ibu
dengan anak. Hal ini tentu saja akan
mempunyai pengaruh yang lebih
baik dalam perkembangan jiwa anak.
Pola asuh sendiri tidak lepas dari
faktor-faktor yang mempengaruhi.
Menurut Maccoby dan Mc
loby dalam (Suparyanto, 2010 dalam
Nurmaini,
2014)
Pola
Asuh
dipengaruhi
oleh
faktor–faktor
diantaranya
sosial
ekonomi,
pendidikan, usia orang tua, nilai–
nilai agama yang di anut orang tua,
kepribadian dan jumlah anak. Pola
asuh demokratis ditemukan dalam
penelitian ini, hal ini dipengaruhi
oleh faktor–faktor seperti pendidikan
dan usia orang tua.
Pada penelitian ini hal yang
mendukung pada penerapan pola
asuh
demokratis
pada
anak
prasekolah yaitu dengan perolehan
data
karakteristik
responden
berdasarkan pendidikan orang tua,
responden dalam penelitian ini
jumlah
terbanyak
pendidikan
responden
adalah
pendidikan

6

menengah yaitu 65 responden
(59,1%). Peneliti berpendapat bahwa
pendidikan sangat penting bagi pol
asuh orang tua karena status
pendidikan
sangat
menentukan
kualitas pengasuhan pada anak.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
Suharsono (2009) mengungkapkan
bahwa terdapat hubungan antara pola
asuh orang tua dengan tingkat
pendidikan orang tua. Tingkat
pendidikan yang semakin tinggi
maka dapat
menerima segala
informasi dari luar, terutama tentang
cara pengasuhan yang baik. Menurut
Maccoby dan Mc loby dalam
(Suparyanto,
2010
dalam
Nurmaini,
2014) bahwa latar
belakang pendidikan orang tua dapat
mempengaruhi pola pikir orang tua
baik formal maupun non formal.
Pola asuh orang tua juga di
dukung oleh usia orang tua. Pada
penelitian ini yang mendukung
penerapan pola asuh demokratis
yaitu usia responden. Pada penelitian
ini usia pada responden didapatkan
bahwa sebagian besar usia responden
adalah 22-36 tahun yaitu 73
responden
(66,4%).
Peneliti
berpendapat bahwa tingkat usia
penting bagi pola asuh karena rentan
usia
tertentu
adalah
baik
menjalankan peran pengasuhan.
Uraian
tersebut
selaras
dengan penelitian yang dilakukan
oleh
Rohmawati
(2014)
mengungkapkan
bahwa
usia
merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi pola asuh yang
diberikan kepada anak. Usia terlalu
muda atau terlalu tua akan
menyebabkan peran pengasuhan
yang diberikan orang tua menjadi
kurang optimal. Hal ini disebabkan
karena untuk dapat menjalankan
peran pengasuhan secara optimal

diperlukan kekuatan fisik dan
psikososial untuk melakukannya.
Pola asuh orang tua juga di
dukung oleh pekerjaan orang tua
penerapan pola asuh demokratis pada
anak prasekolah yaitu dengan
perolehan
data
karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan
orang
tua,
responden
dalam
penelitian
ini
bahwa
jumlah
terbanyak
pekerjaan
responden
adalah ibu rumah tangga (IRT) yaitu
59 responden (53,6%). Ibu hyang
tidak bekerja atau ibu rumah tangga
memiliki waktu yang banyak untuk
pengawasan dan pengasuhan anak
dalam sehari–hari.
Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan oleh
(Septriari, 2011 dalam Septy 2014)
mengungkapkan salah satu faktor
yang mempengaruhi pola asuh orang
tua pada pekerjaan orang tua. Orang
tua yang sibuk bekerja berkurangnya
perhatian terhadap anaknya karena
keduanya sama-sama bekerja. Hal ini
mengakibatkan
keterbatasan
interaksi anak dengan orang tua,
dimana anak kurangnya perhatian
dan kasih sayang dari kedua orang
tuanya.
Padahal
pada
anak
prasekolah membutuhkan perhatian
lebih dari orang tua terutama untuk
perkembangan sosial.
Hasil penelitian terdapat
beberapa orang tua yang menerapkan
pola asuh permisif yaitu 25 orang
(22,7%). Menurut Soetjiningsih,
(2014)
Pola
Asuh
permisif
merupakan
orang
tua
serba
membolehkan anak berbuat apa saja,
tidak terlalu menuntut dan tidak
mengontrol
mereka
cenderung
memanjakan.
Menurut
Soetjiningsih,
(2014) orang tua yang memliki pola
asuh permisif sikap orang tua
cenderung serba memperbolehkan,

7

namun kontrolnya rendah, disiplin
yang longgar, orang tua memanjakan
anak, memberikan kepercayaan
penuh kepada anak, segala keinginan
anak selalu dipenuhi, orang tua
jarang bahkan tidak memberikan
pengarahan,
peraturan
dan
pembatasan terhadap sikap yang
dilakukan anak secara penuh, orang
tua cenderung tidak peduli dan
membiarkan anak. Efek pengasuhan
pola asuh permisif yaitu anak kurang
memiliki rasa hormat pada orang lain
dan mengalami kesulitan dalam
mengendalikan
perilakunya.
Kemungkinan
mereka
juga
mendominasi,
egosentris,
tidak
menuruti aturan.
Hasil penelitian terdapat
beberapa orang tua yang menerapkan
pola asuh otoriter yaitu 7 orang
(6,4%).
Menurut
Soetjiningsih,
(2014) otoriter merupakan gaya
pengasuhan yang ditandai oleh
pembatasan, menghukum, memaksa
anak mengikuti aturan dan kontrol
yang ketat.
Menurut
Soetjiningsih,
(2014) orang tua yang memliki pola
asuh otoriter sikap orang tua
cenderung agresif, kontrolnya tinggi,
disiplin
yang
ketat,
bersifat
komando, memaksakan kehendak
orang tua kepada anak, anak harus
selalu mematuhi peraturan yang
dibuat oleh orang tua, melarang
apapun yang dilakukan oleh anak
tanpa memberikan alasannya. Efek
pola asuh otoriter adalah anak
mengalami inkompetensi
sosial,
sering
bahagia,
kemampuan
komunikasi lemah, tidak memiliki
inisiatif melalukan sesuatu, dan
kemungkinan berperilaku agresif.
Menurut
penelitian yang
dilakukan
Vuriyanti,
(2014)
menjelaskan bahwa, anak dari orang
tua yang mempunyai sikap otoriter

menyebabkan anak tidak mempunyai
inisiatif karena takut berbuat
kesalahan, menjadi anak penurut,
dan anak kurang atau tidak
mempunyai tanggung jawab. Namun
sebaliknya dari pihak orang tua
anak dituntut untuk semakin
bertanggung jawab sesuai dengan
perkembangan umurnya,
karena
itu sering terjadi konflik antara
orang tua dengan anak. Padahal
anak
sangat
membutuhkan
hubungan sosial yang bagus dan baik
antara anggota keluarga atau dengan
lingkungannya.
Peneliti berpendapat bahwa
pola asuh yang diterapkan memiliki
positif dan negatif. pola asuh yang
baik dan tepat diberikan oleh orang
tua kepada anak sangat berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
dan
perkembangan anak. Pola asuh orang
tua juga merupakan salah satu faktor
yang mempunyai peranan penting
dalam pembentukan pribadi dan juga
perilaku sosial pada anak, dimana
keluarga adalah lingkungan yang
pertama kali ditemui oleh anak.
Hampir tidak ada orang tua
yang mempraktikkan pola asuh
secara murni pada salah satu tipe.
Kecenderungankecenderungan
pada tipe pola asuh tertentu
nampaknya lebih banyak digunakan
oleh orang tua. Atau bahkan orang
tua mempraktikkan pola asuh secara
eklektik,
artinya
melakukan
pengasuhan kepada anaknya secara
situasional dan keadaan anak
tersebut, suatu pola pengasuhan yang
penuh cinta kasih dan perhatian
kepada anak.
Suparno, (2010) Perilaku
sosial adalah tindakan kelakuan
yang di lakukan oleh seseorang
dalam individu dengan orang lain
maupun antar individu
dengan
dirinya sendiri yang dapat dilihat

8

dan dapat di amati dalam kehidupan
sehari – hari. Peningkatan perilaku
sosial cenderung paling menyolok
pada masa kanak-kanak (Hurlock
dalam Suharsono, 2009).
Masa
prasekolah lebih penting dalam
proses pendidikan dan banyak yang
memandang masa ini sebagai
landasan pembelajaran (Morrison,
2012).
Macam-macam
perilaku
sosial
di
bagi
dalam
dua
kelompok yaitu pola yang sosial
(prososial) dan pola yang tidak
sosial (anti sosial) (Hurlock, 1978
edisi 6). Pada Penelitian ini hasil data
raport yang dinilai adalah perilaku
sosial
(prososial)
pada
anak
prasekolah.
Perilaku
prososial
merupakan salah satu bentuk
perilaku yang muncul dalam kontak
sosial, sehingga perilaku prososial
adalah tindakan yang dilakukan atau
direncanakan
untuk
menolong
orang lain tanpa memperdulikan
motif-motif
sipenolong
(Asih,
2010). Maka dari itu perilaku sosial
penting bagi hidup bermasyarakat.
Hidup
bermasyarakat
menununtut
seseorang
untuk
berperilaku sesuai dengan norma
sosial. Apabila seseorang berperilaku
sosial tidak sesuai dengan norma
atau aturan yang ada di masyarakat,
kehadirannya dianggap mengganggu
sehingga tidak diterima atau bahkan
di kucilkan (Mirza, 2007 dalam
Suparno, 2010). Sejak kecil anak
telah belajar cara berperilaku sosial
sesuai dengan harapan orang-orang
di sekitarnya, yaitu dengan ibu, ayah,
dan saudaranya (Mulyasa, 2012). Hal
yang di pelajari anak dari lingkungan
keluarga
turut
mempengaruhi
pembebntukan perilaku sosialnya.
Menurut Saepudin, (2012)
bahwa penilaian perkembangan
perilaku sosial anak dapat di lihat

dari raport siswa-siswi masingmasing anak dalam pelaksanaan
penilaian sehari-hari. Guru mengacu
pada standart tingkat pencapaian
perkembangan peserta didik. Simbol
penilaiannya yaitu penilaian belum
berkembang (BB) melaksanakan
tugas dibantu oleh guru, penilaian
mulai berkembang (MB) merupakan
anak yang sudah mulai berkembang
sesuai dengan indikator dalam raport,
penilaian berkembang sesuai harapan
(BSH) merupakan anak yang
berkembang sesuai dengan hararapan
indikator pada raport, penilaian
berkembang sangat baik (BSB)
merupakan anak yang berkembang
melebihi indikator seperti yang di
harapkan dalam raport. Penilaian
raport ini dapat dilihat dari hasil
penelitian yang telah dilakukan.
Berdasarkan hasil analisa
data
pada
110
responden
perkembangan perilaku sosial di TK
Pertiwi Rambipuji Jember dapat
disimpulkan bahwa besar pola hasil
raport
perilaku
sosial
anak
prasekolah
adalah
berkembang
sesuai harapan yaitu 72 siswa
(65,5%), sebanyak 30 siswa (27,3%.)
memperoleh hasil mulai berkembang
serta 8 siswa (7,3%), memperoleh
hasil berkembang sangat baik. Dari
hasil analisa tersebut dapat diketahui
bahwa anak prasekolah di TK
Pertiwi Rambipuji Jember perilaku
sosialnya
berkembang
sesuai
harapan. Penilaian raport pada
perilaku sosial tersebut meliputi
bersikap kooperatif terhadap teman
seperti dapat melaksanakan tugas
kelompok, dapat bekerja sama
dengan teman, mau bermain dengan
teman, penilaian menunjukkan sikap
toleran meliputi mau meminjamkan
barang miliknya, mau berbagi
dengan teman, saling membantu
sesama teman.

9

Pada penelitian ini anak
menunjukkan nilai besar pola hasil
raport perilaku sosial anak prsekolah
adalah berkembang sesuai harapan
yaitu 72 siswa (65,5%). Menurut
Mulyasa, 2012 perkembangan sosial
anak prasekolah seejak kecil anak
telah belajar cara berperilaku sosial
sesuai dengan harapan orang-orang
di sekitarnya, yaitu dengan ibu, ayah,
dan saudaranya.
Menurut penelitian yang
dilakukan
Suparno
(2010)
berpendapat bahwa perkembangan
perilaku sosial pada anak prasekolah
itu meliputi kerjasama, cooperating
biasanya saling menguntungkan,
saling memberi, saling menolong dan
menenangkan. Semakin banyak
kesempatan yang mereka miliki
untuk melakukan sesuatu bersamasama, semakin cepat mereka belajar
melakukan dengan cara bekerja
sama, Kemurahan hati, sebagai mana
terlihat pada kesediaan untuk berbagi
sesuatu dengan anak lain, meningkat
dan sikap mementingkan diri sendiri
semakin berkurang setelah anak
belajar bahwa kemurahan hati
menghasilkan penerimaan sosial,
memeperlihatkan
sikap
ramah
melalui kesediaan melakukan sesuatu
untuk atau bersama anak/orang lain.
Menurut Baron dan Byrne
dalam (Yusriana, 2013) Salah faktor
pada perilaku sosial yaitu lingkungan
keluarga.
Lingkungan
keluarga
merupakan lingkungan yang utama.
Keluarga sebagai satuan unit sosial
terkecil
merupakan
lingkungan
pendidikan yang paling utama, dalam
arti keluarga yang bertanggung
jawab
dalam
mengembangkan
peilaku sosial anak-anaknya.
Hasil uji statistik dengan
menggunakan
Spearman’s
Rho
didapatkan hasil Kekuatan korelasi
dapat diliat melalui nilai r yaitu

sebesar 0,235 memiliki arti bahwa
kekuatan hubungan antar variabel
adalah rendah. p-value = 0,014 pada
taraf signifikan α (alpha) ≤ 0,05
yang memiliki arti H1 diterima
diterima yang artinya ada Hubungan
Pola Asuh Orang Tua Dengan
Perilaku
Sosial
Pada
Anak
Prasekolah Di TK Pertiwi Rambipuji
Jember.
Hasil ini dapat dibuktikan
dari hasil analisa bahwa jumlah
responden yang menerapkan pola
asuh demokratis sebanyak 78
responden (70,9%), pola asuh
permisif sebanyak 25 responden
(22,7%), pola asuh otoriter sebanyak
7 responden (6,4%). Di tinjau dari
hasil analisa peneliti berpendapat
bahwa pola asuh dapat di terapkan
sesuai dengan situasi dan kondisi
agar anak dapat tumbuh menjadi
pribadi yang memiliki perilaku sosial
yang baik nantinya, suatu pola asuh
pengasuhan yang penuh cinta kasih
dan perhatian kepada anak. Hal ini
sesuai
dengan
konsep
yang
dikemukakan oleh Suryani, (2013)
seiring berjalannya waktu dan
tumbuhnya anak semua pola asuh
bisa diterapkan tergantung pada
situasi tertentu dan pertumbuhan
anak. Setiap tipe pola asuh
mempunyai
kelebihan
dan
kekurangan, sehingga tidak semua
orang tua nyaman menerapkan pola
asuh yang dianggap baik oleh orang
lain, karena setiap orang mempunyai
cara pandang yang berbeda-beda
dalam mengasuh anaknya.
Pola
asuh
orang
tua
merupakan salah satu faktor yang
mempunyai peranan penting dalam
pembentukan pribadi dan juga
perilaku sosial pada anak, dimana
keluarga adalah lingkungan yang
pertama kali ditemui oleh anak.
Keadaan kehidupan keluarga bagi

10

seorang anak dapat dirasakan
melalui sikap dari orang yang sangat
dekat dan berarti baginya. Dengan
kata lain, pola asuh orang tua akan
mempengaruhi
perilaku
sosial
anaknya.
Sesuai penelitian yang diteliti
mengemukakan bahwa Suharsono,
(2009) apabila orang tua menerapkan
pola asuh yang tepat maka akan
mempengaruhi
kemampuan
sosialisasinya, karena anak hidup
dalam
keluarga
yang
selalu
mendukungnya dalam cinta kasih
dengan pola pengasuhan yang tepat
dan
interaksi
keluarga
yang
harmonis, sehingga anak bisa
tumbuh dan berkembang secara
optimal. Interaksi orang tua dan anak
dalam mengasuh dan memberikan
stimulasi
kepada
anak
mempengaruhi
perkembangan
perilaku sosial anak.
Faktor pengasuhan dari orang
tua terhadap anak akan terciptanya
hubungan yang hangat sangat
menentukan pertumbuhan anak, baik
dalam prestasi, sosial, pertumbuhan,
psikomotorik tapi perlu diingat pola
asuh tidak selamanya berdampak
positif bagi anak-anaknya. Pola asuh
yang permisif terlalu memanjakan
anak juga dapat membuat anak
tumbuh menjadi pribadi yang lemah
dan kurang percaya diri pada
kemampuan
yang
dimilikinya.
Begitu juga dengan pola asuh yang
otoriter atau terlalu mengatur akan
membentuk pribadi anak yang
cenderung tertutup dan tidak mudah
untuk menerima hal-hal baru yang
ditemuinya. Meskipun dunia sekolah
juga
turut
berperan
dalam
memberikan
pendidikan
dalam
perilaku sosial anak, keluarga tetap
merupakan pilar utama dan pertama
dalam pembentukan anak dalam
perilaku sosial.

Orang tua harus mengetahui
tumbuh kembang anak yang normal
sesuai dengan usia anak. Kemudian
pola asuh orang tua terhadap usia
prasekolah, tidak bisa hanya
menggunakan salah satu model pola
asuh yang ada seperti demokratis,
permisif dan otoriter karena empat
macam model pengasuhan tersebut
dapat digunakan secara bersamaan
tergantung kondisi dan situasi
perkembangan
anak
tersebut.
Berdasarkan hal tersebut dapat
dikatakan
bahwa
penggunaan
keempat macam model pengasuhan
orang tua akan menghasilkan
pengasuhan yang baik terhadap
perkembangan perilaku sosial anak
khususnya pada anak prasekolah.
Sehingga semakin baik pola asuh
orang tua, semakin baik pula
perkembangan sosial seorang anak.
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat ditarik
sebuah kesimpulan sebagai berikut:
Pola asuh yang diterapkan
oleh orang tua pada anak prasekolah
di TK Pertiwi Rambipuji Jember
dengan 110 responden sebagian
besar adalah menggunakan pola asuh
demokratis sebanyak 78 orang
(70,9%), sisanya responden yang
menerapkan pola asuh permisif
sebanyak
25
orang
(22,7%),
sedangkan 7 orang (6,4%) responden
menerapkan pola asuh otoriter.
Perkembangan
perilaku
sosial pada anak prasekolah di TK
Pertiwi Rambipuji sebagian besar
memiliki perilaku sosial berkembang
sesuai harapan yaitu sebanyak 72
siswa (65,5%), dan sisanya sebanyak
30 siswa (27,3%.) memperoleh hasil
mulai berkembang serta 8 siswa
(7,3%)
memperoleh
hasil
berkembang sangat baik.

11

Terdapat hubungan antara
pola asuh orang tua dengan perilaku
sosial pada anak prasekolah di TK
Pertiwi Rambipuji Jember, arah
hubungan positif dengan tingkat
korelasi rendah.
Berdasarkan hasil penelitian
disarankan:
Bagi
orangtua
dalam
menerapkan pola asuh yang tepat,
penuh kasih sayang dan perhatian
bagi anak agar anak dapat menjadi
pribadi yang baik tidak tertutup dan
mampu berperilaku sosial dengan
baik.
Bagi
masyarakat
yang
memiliki
anak
prasekolah
memberikan pola asuh yang tepat
dan memberikan semangat serta
dorongan kepada putra putrinya agar
dapat meningkatkan perkembangan
perilaku sosial yang baik sehingga
pada
akhirnya
dapat
hidup
bermasyarakat dengan baik.
Bagi pendidik (guru) juga
berperan
dalam
perkembangan
perilaku sosial pada anak prasekolah
dengan cara membimbing dan
mengawasi perilaku sosial siswa
siswi
selama
pembelajaran
berlangsung.
Bagi institusi sekolah dapat
dijadikan sebagai sumber informasi
dalam pemberian khususnya tentang
pola asuh dan perilaku sosial pada
anak prasekolah.
Bagi
institusi
Komisi
Perlindungan
Anak
Indonesia
(KPAI) dapat dijadikan sebagai
acuan
untuk
mengembangkan
program-program sosial khususnya
di sekolah TK dengan cara
memberikan peyuluhan
atau
penjelasan
pentingnya
dalam
perilaku sosial.
Bagi peneliti selanjutnya
disarankan melakukan penelitian
yang lebih mendalam lagi dan perlu

melakukan
uji
instrumen,
mencantumkan umur anak.
1

Mahasiswa
S1
Keperawatan
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember
2
Dosen Keperawatan Maternitas
Program Studi S1 Keperawatan
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember
3
Dosen
Keperawatan
Anak
ProgramStudi S1 Keperawatan
Fakultas
Ilmu
Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Jember
DAFTAR PUSTAKA
Asrori, (2009). Pola Asuh Orang Tua
Terhadap Perilaku Sosial
Anak Remaja Di Desa
Arang Limbung Kecamatan
Sungai Raya Kabupaten
Kuburaya. Jurnal Ilmu
Sosial Universitas Tanjung
Pura Pontianak. 2(1), 12-14
Herentina, (2012). Peran Orang
Tua
Dalam
Kegiatan
Bermain
Dalam
Perkembangan
Kognitif
Anak Usia Prasekolah (5-6
Tahun). Jurnal
STIKES.
5(2), 191-19
Mulyasa. (2012). Manajemen Paud.
Bandung:
PT
Remaja
Rosdakarya.
Nurmaini, D.R. (2014). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua
Dengan
Kemampuan
Personal Hygiene Pada Anak
Retradasi Mental Di SDLB
Kabupaten
Jember:
Universitas Muhammadiyah
Jember.
Septy, (2014). Pengaruh Pola Asuh
Orang
Tua
Otoriter.
https://www.academia.edu.c
om. Diperoleh 03 Februari,
2014.

12

Sofinar, (2012). Perilaku
Sosial
Anak Tunagrahita Sedang.
Jurnal: Ilmiah pendidikan
khusus. 1(1). 133-134.
Soetjiningsih,
Hari.
(2012).
Perkembangan Anak. Jakarta:
Prenada.
Suharsono, T.J. (2009). Hubungan
Pola Asuh Orang Tua
Terhadap
Kemampuan
Sosialisasi
Pada
Anak
Prasekolah Di TK Pertiwi
Purwokerto Utara: Jurnal
Keperawatan
Soedirman.
4(3), 112-116.
Teviana, Fenia. (2012). Pola Asuh
Orang
Tuan
Terhadap
Tingkat
Kreativitas Anak:
Jurnal STIKES. 5(1). 49-51.
Yusriana, K, P (2013). Perilaku
Sosial
Remaja
Dalam
Memanfaatkan Ruang Publik
Perkotaan:
Universitas
Hasanuddin Makassar