HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA

  

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH

DEMOKRATIS ORANG TUA

DAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

SKRIPSI

Oleh :

DWI SHINTA SAVITRI

009114125

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

JOGJAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

HUBUNGAN PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH

DEMOKRATIS ORANG TUA

DAN PENYESUAIAN DIRI PADA REMAJA

  Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

  Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

SKRIPSI

Oleh :

DWI SHINTA SAVITRI

009114125

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

JOGJAKARTA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRAK

  Dwi Shinta Savitri (2008). Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Jogjakarta : Fakultas Psikologi, Jurusan Psikologi, Program Studi Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dan penyesuaian diri pada remaja. Dengan penyesuaian diri yang dimiliki, remaja dapat belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan, dapat menyelesaikan konflik tanpa mengalami gangguan tingkah laku. Pola pengasuhan demokratis yang diberikan orang tua akan membuat remaja mempersepsikan pola asuh yang diterimanya sebagai pola asuh demokratis yang akan mempengaruhi penyesuaian diri remaja. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan masalah apakah ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dan penyesuaian diri pada remaja.

  Subyek dalam penelitian adalah 70 remaja berusia 18-21 tahun. Metode penelitian ini adalah penyebaran skala untuk diisi oleh subyek. Alat pengumpulan data adalah skala persepsi terhadap pola asuh demokratis dan skala penyesuaian diri. Uji reliabilitas skala penelitian menghasilkan koefisien reliabilitas 0,952 untuk Skala persepsi terhadap pola asuh demokratis, sedangkan untuk Skala penyesuaian diri adalah 0,824. Dari hasil tersebut dapat dikatakan bahwa kedua skala tersebut reliabel.

  Data penelitian dianalisis dengan teknik korelasi product moment dari Pearson. Hasil analisis data menyatakan bahwa sebaran data yang ada normal dan mempunyai korelasi linier. Koefisien korelasi yang diperoleh adalah 0,718 dengan p < 0,05. Artinya hipotesis yang menyatakan ada korelasi positif antara persepsi terhadap pola asuh demokrasi dan penyesuaian diri pada remaja diterima. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dan penyesuaian diri pada remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  

ABSTRACT

  Dwi Shinta Savitri (2008). The Correlation between perception on democratic of parenting styles and adjustment on the adolescent. Jogjakarta: Psychology Faculty, Psychology Department, Psychology Program, Sanata Dharma University.

  The purpose of this research is to find out wheter there is a correlation between Perception on democratic of parenting styles and Adjustment on the adolescent. With adjustment, adolescense can learn to react on their own selves and their environment, they can resolve the conflict without experiencing behavior disturbance. Perception on democratic of parenting styles will influence adjustment on the adolecent. Based on the background above, researcher formulated whether there was positive relationship between perception on democratic of parenting styles and adjustment on the adolescent.

  Subject of the research were 70 adolescent in the age of 18 – 21 years old. The method that has been used in this research is done by distributing scale to subjects. The instrument that has been used to measure the correlation were perception on democratic of parenting styles scale and adjustment scale. Those scales have been tested for their reliability trhough a pre-research. The reliability coefficient for was 0,952. Reliability coefficient for Adjustment Scale was 0,824. Based on the values of the two coefficient, both scales were reliable.

  The data were analyzed using product moment correlation from Pearson. The result of the analyzed was a normal curve with linier correlation. The correlation coefficient was 0,718 with p < 0,05. It means that the hypothesis that there is a positive correlation between perception on democratic of parenting styles and adjustment was accepted. Based on the result of the research, a conclusion can be drawn that there is a positive correlation between perception on democratic of parenting styles and adjustment.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Kata Pengantar Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya, karena skripsi yang berjudul “Hubungan Antara Persepsi terhadap

  Pola Asuh Demokratis Dan Penyesuaian Diri Pada Remaja” ini dapat terselesaikan. Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis hendak mengucapkan terima kasih kepada :

  1. Bapak Edi Suhartono, S.Psi, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas untuk keramahannya.

  2. Ibu M.L Anantasari, M.Si. selaku dosen pembimbing. Terima kasih untuk bimbingan, arahan, kesabaran, kritik dan saran yang telah diberikan sehingga penulis termotivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

  3. Bapak Wahyudi selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih untuk bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjadi mahasiswa fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

  4. Segenap dosen Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan kepada penulis semasa menuntut ilmu di Fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma.

  5. Seluruh staf non akademik fakultas Psikologi, Universitas Sanata Dharma (Mbak Nanik, Mas Gandung, Mas Doni, Pak Gi dan Mas Muji). Terima kasih atas bantuan dan pelayanannya selama penulis menuntut ilmu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  6. Orang tuaku, mama dan Papa tercinta. Terima kasih buat kasih sayang, perhatian, pengertiannya, dan kesabarannya menunggu kelulusanku.

  7. Kakak dan adik tercinta. Terima kasih buat dukungan dan semangatnya baik di saat suka dan duka.

  8. Tiga ponakan tersayang, Adit, Via, dan Ryan. Kalian selalu membangkitkan semangatku disaat merasa lelah dengan senyuman dan kenakalan kalian.

  9. Buat Didik, orang yang kucintai. Terima kasih buat semuanya yang telah kita lalui bersama. Semua pasti ada hikmahnya.

  10. Buat “Semedi” and couple, Ete-Didi, Icha-Mas Yudhi, Ria-Mas Adi, Rini- Mas Totok, Ulin-Wicak, Vivi-Popo, Tiwuk-Dion, Putri-Ucup, Dini-(…

  syapa yah, hehehe), Elen. Terima kasih buat hari-hari indah yang pernah

  dilalui dan juga buat dukungannya selama kita bersahabat. Love u all gals…

  11. Buat Kak Pipit. Makasih kak buat kepercayaannya selama kerja di “Day Or Night Boutique”. Banyak pelajaran berharga yang kudapatkan.

  12. Buat anak-anak “Day Or Night Boutique”. Tetap semangat dan kompak.

  13. Buat Mira. Makasih ya Mindut buat kejailannya selama ini… Ayo Mi, kmu pasti bisa. Sony, makasih buat filmnya yang menghiburku di kala suntuk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  14. Indah dan Citra “Cuit”. Makasih buat semangat dan masukkannya.. kapan kita kemana?

  15. Penulis juga berterima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu kelancaran proses penyusunan skripsi ini, baik secara moral maupun spiritual yang telah diberikan namun tidak dapat disebutkan satu persatu di sini.

  Penulis sungguh menyadari sepenuhnya bahwa skripsi yang penulis susun ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap skripsi ini berguna bagi siapa saja yang membutuhkannya.

  Penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  DAFTAR ISI Halaman

  HALAMAN JUDUL ………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING …………………….. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………….. iii HALAMAN PERNYATAN KEASLIAN KARYA………………… iv ABSTRAK……………………………………………………………. v ABSTRACK………………………………………………………….. vi KATA PENGANTAR……………………………………………….. vii DAFTAR ISI…………………………………………………………. ix DAFTAR TABEL……………………………………………………. xii

  BAB I PENDAHULUAN………………………………………. 1 A.Latar belakang masalah………………………………... 1 B. Rumusan Masalah…………………………………….. 7 C. Tujuan Penelitian……………………………………… 7 D. Manfaat Penelitian …………………………………… 8

  1. Teoritis …………………………………………….. 8

  2. Praktis ……………………………………………… 8

  BAB II DASAR TEORI ………………………………………… 9 A. Remaja ……………………………………………… 9

  1. Pengertian Remaja ………………………………… 9

  2. Ciri-ciri Remaja …………………………………… 10

  3. Tugas Perkembangan Remaja …………………….. 12

  B. Penyesuaian Diri Remaja……………………………………… 14

  1. Pengertian Penyesuaian Diri ………………………… 14

  2. Pengertian Penyesuaian Diri Remaja ……………….. 16

  3. Aspek Penyesuaian Diri Remaja ……………………. 17

  4. Faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Remaja 18

  C. Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis ……………. 22

  1. Definisi Persepsi …………………………………….. 22

  2. Pengertian Pola Asuh Orang Tua ……………………. 23

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  D. Pola Asuh Demokratis ……………………………… 26

  1. Pengertian Pola Asuh Demokratis …………………… 26

  2. Persepsi Remaja Terhadap Pola Asuh Orang Tua …… 27

  3. Aspek-aspek Pola Asuh Demokratis ……………… 29

  E. Hubungan Persepsi Terhadap Pola Asuh Demokratis dan Penyesuaian Diri pada Remaja ……………………. 31 F. Hipotesis ………………………………………………. 33

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN ………………………… 34 A. Identifikasi Variabel ………………………………… 34 B. Definisi Operasional ………………………………… 34 C. Subyek Penelitian …………………………………… 35 D. Metode Pengumpulan Data …………………………. 36 E. Uji Kesahihan Butir Item …………………………… 38 F. Validitas Dan Reliabilitas …………………………… 38 G. Persiapan Uji Coba Alat Penelitian …………………. 39 BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN …………………. 43 A. Pelaksanaan Penelitian ………………………………. 43 B. Analisis Data Dan Penelitian ………………………… 43 C. Uji Hipotesis …………………………………………. 45 D. Pembahasan ………………………………………. 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………………. 50 A. Kesimpulan ………………………………………… 50 B. Saran ………………………………………………... 50 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….

  52 LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  DAFTAR TABEL Tabel

  Halaman Tabel 1. Tabel spesifikasi skala penyesuaian diri (sebelum uji coba) … 37 Tabel 2. Tabel spesifikasi skala persepsi terhadap pola asuh

  (sebelum uji coba) ……………………………………………… 37 Tabel 3. Tabel spesifikasi skala persepsi terhadap pola asuh

  (setelah uji coba) ………………………………………………. 41 Tabel 4. Tabel spesifikasi skala penyesuaian diri (setelah uji coba) …… 42

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I LATAR BELAKANG MASALAH A. Latar Belakang Perubahan jaman yang semakin maju saat ini mengakibatkan masalah yang semakin kompleks dalam berbagai bidang kehidupan. Banyak cara yang dapat dilakukan supaya individu mampu bertahan hidup

  dan menghadapi berbagai macam permasalahan yang ada, salah satunya adalah dengan melakukan penyesuaian diri terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Penyesuaian diri ini dilakukan oleh semua orang tidak terkecuali oleh remaja.

  Masa remaja, menurut Hall (Santrock,1999), dianggap sebagai masa topan-badai dan stress, karena mereka memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri. Apabila keinginan untuk bebas tersebut dapat terarah dengan baik, maka akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung jawab, tetapi kalau tidak terbimbing, maka bisa menjadi seorang yang tidak memiliki masa depan dengan baik.

  Menurut Hurlock (1997), perubahan yang dialami remaja meliputi perubahan fisik dan sosial. Perubahan fisik pada remaja misalnya : tinggi badan, berat badan, proporsi tubuh, organ seks. Sedangkan perubahan sosial pada remaja misalnya : kuatnya pengaruh teman sebaya; pada kelompok teman sebaya ini untuk pertama kalinya remaja menerapkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  prinsip-prinsip hidup bersama dan bekerja sama, yang nantinya dijadikan dasar dalam hubungan sosial yang lebih luas.

  Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi selama masa remaja ini tidak selalu dapat ditangani dengan baik. Pada fase ini di satu sisi masih menunjukkan sifat kekanak-kanakan, namun di sisi lain dituntut untuk bersikap dewasa oleh lingkungannya. Sejalan dengan perkembangan sosialnya, mereka lebih konformitas dengan kelompoknya, dan mulai terlepas dari keterikatan dan ketergantungan kepada orang tuanya, dan sering menunjukkan sikap menentang otoritas orang tuanya (Hurlock,1997).

  Setiap fase perkembangan, yaitu sejak seorang bayi lahir, tumbuh menjadi dewasa sampai akhirnya mati, mempunyai tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Misalnya, balita berusia dua tahun diharapkan sudah dapat berbicara dan berkomunikasi secara sederhana dengan orang-orang di sekelilingnya. Hal yang sama juga berlaku bagi remaja. Seiring dengan adanya perubahan yang dialami, remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang akan mempengaruhi kehidupannya di kemudian hari. Tugas perkembangan tersebut harus dilalui oleh setiap individu sesuai dengan tahap perkembangan individu itu sendiri (Hurlock,1997).

  Tugas-tugas perkembangan remaja, menurut Havighurst (dalam Mappiare,1982) ada beberapa, yaitu menerima keadaan fisiknya dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  hubungan baru dengan teman teman sebaya baik yang sesama jenis maupun berbeda jenis kelamin, memperoleh kebebasan secara emosional dari orang tuanya dan orang-orang dewasa lain, memperoleh kepastian dalam hal kebebasan pengaturan ekonomi, memilih dan mempersiapkan diri kearah suatu pekerjaan atau jabatan, mengembangkan ketrampilan- ketrampilan dan konsep-konsep intelektual yang diperlakukan dalam hidup sebagai warga negara yang terpuji, menginginkan dan dapat berperilaku yang diperbolehkan oleh masyarakat, mempersiapkan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga, menyusun nilai-nilai kata hati yang sesuai dengan gambaran dunia, yang diperoleh dari ilmu pengetahuan yang memadai.

  Salah satu tugas perkembangan masa remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus melakukan penyesuaian diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Remaja yang dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan tahap perkembangannya adalah juga anak yang mudah bergaul, lebih hangat dan terbuka, serta lebih mudah menerima kebutuhan - kebutuhan orang lain (Gunarsa, 1985).

  Kemampuan menyesuaikan diri menjadi semakin penting ketika anak sudah menginjak masa remaja. Hal ini disebabkan karena pada masa remaja individu memasuki dunia pergaulan yang lebih luas dimana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya sehingga dapat menyebabkan rasa rendah diri, dikucilkan dari pergaulan, cenderung berperilaku yang kurang normatif dan bahkan dalam perkembangan yang lebih ekstrim bisa menyebabkan terjadinya gangguan jiwa, kenakalan remaja, tindakan kriminal dan tindakan kekerasan (Zainun,2002).

  Cara-cara penyesuaian diri seseorang adalah hasil dari latihan- latihan atau pelajaran – pelajaran yang telah dilakukan, baik sengaja maupun yang tidak disengaja. Pengaruh orang lain di lingkungan sosialnya sangat berperan dalam memberikan kesempatan anak untuk mengembangkan kepribadiannya. Apabila perkembangan tersebut bisa berjalan baik maka diharapkan penyesuaian diri remaja dalam hidupnya akan berjalan baik pula. Ciri remaja yang penyesuaian dirinya baik adalah remaja yang bisa diterima di suatu kelompok, dapat menerima dirinya sendiri, dapat menerima kekurangan dan kelebihan dirinya sendiri (Chatarina, 1999).

  Remaja membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, dan orang yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tuanya sendiri. Keluarga yang menghadirkan anak ke dunia bertugas mendidik anak. Sejak kecil anak hidup tumbuh dan berkembang dalam keluarga, sehingga orang tuanyalah yang bertanggung jawab mewujudkan eksistensi anak terutama dalam melakukan penyesuaian diri di lingkungan sosialnya. Hal ini sesuai dengan hasil studi kasus yang dilakukan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  tidak mendapat kesempatan untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam sebuah keluarga yang utuh akan mengalami hambatan baik pada kepribadiannya maupun dalam melakukan penyesuaian diri.

  Penyesuaian diri remaja dalam kehidupan sosial secara umum sangat dipengaruhi oleh pola asuh orang tua di dalam keluarga karena keluarga merupakan kelompok terkecil dan terpenting dalam memberikan dasar pembentukan sikap, watak, tingkah laku, moral dan pendidikan anak (Kartono, 1985).

  Setiap keluarga akan menerapkan pola asuh yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya untuk mendidik anaknya. Hurlock (1999), mengatakan pola asuh orang tua adalah suatu metode disiplin yang diterapkan orang tua terhadap anaknya yang berfungsi untuk mengajari anak untuk menerima pengekangan-pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan emosi anak dan dapat diterima secara sosial. Pola asuh mengandung aturan-aturan atau nilai-nilai yang diberikan orang tua untuk dipatuhi anak yang bertujuan untuk membentuk sikap, perilaku, moral, dan sebagai modal untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

  Persepsi anak terhadap pola asuh orang tua juga dapat mempengaruhi penyesuaian diri yang dilakukannya, karena pandangan anak terhadap pola asuh yang diterimanya dapat membentuk sikap dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada hubungan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  timbal balik yaitu orang tua dan anak saling mempengaruhi sehingga satu generasi tidak secara pasif terbentuk oleh generasi yang lain.

  Menurut Hurlock (1999), pola asuh orang tua yang paling ideal adalah pola asuh demokratis, yaitu suatu metode disiplin dengan menggunakan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu anak mengerti sebab-sebab suatu perilaku diharapkan. Pola asuh demokratis melibatkan anak untuk berdiskusi bersama mengenai tindakan-tindakan yang harus diambil, menerangkan alasan dari peraturan-peraturan, menjawab pertanyaan-pertanyaan anak dan bersikap toleran. Orang tua yang demokratis sangat responsife atau tanggap terhadap kebutuhan anak dan sangat menuntut perilaku yang matang dan bertanggung jawab dari anak-anak mereka. Orang tua demokratis berperilaku hangat tapi tegas.

  Mereka mengenakan seperangkat standar untuk mengatur anak-anak mereka sesuai dengan perkembangan kemampuan dan kebutuhan anak- anak, mereka tidak menuntut anak diluar batas kemampuan anak.

  Hurlock (1999), mengatakan bahwa pola asuh demokratis menumbuhkan penyesuaian pribadi dan sosial yang baik, menghasilkan kemandirian dalam berpikir, mempunyai inisiatif dalam bertindak, dan konsep diri yang sehat, postif, dan penuh percaya diri yang direfleksikan dalam perilaku yang aktif, terbuka, dan spontan. Anak yang diasuh menggunakan pola asuh demokratis dapat mengungkapkan pikiran, perasaan, kebutuhan, atau keinginan mereka tanpa merasa takut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Adapun kaitan antara persepsi pola asuh demokratis dengan penyesuaian diri pada remaja dapat digambarkan bahwa remaja yang memiliki persepsi pola asuh secara demokratis akan lebih mudah melakukan penyesuaian diri disebabkan dalam keluarga yang menerapkan pola asuh demokratis memberikan kebebasan yang bertanggung jawab, yang artinya apapun yang dilakukan oleh anak tetap harus di bawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral.

  Berdasarkan pandangan-pandangan diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua dengan penyesuaian diri pada remaja. Melihat kenyataan bahwa remaja pada umumnya memiliki kesulitan dalam melakukan penyesuaian dengan lingkungannya.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang muncul adalah apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua dan penyesuaian diri pada remaja?

  C. Tujuan Penelitian

  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara persepsi terhadap pola asuh demokratis orang tua dan penyesuaian diri pada remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

D. Manfaat Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai sumbangan bagi psikologi perkembangan khususnya mengenai hubungan pola asuh demokratis dan tugas perkembangan pada remaja.

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi para orang tua tentang pentingnya pola asuh demokratis dalam membentuk penyesuaian diri pada remaja.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II DASAR TEORI A. Remaja

1. Pengertian Remaja

  Seringkali dengan mudah orang mendefinisikan remaja sebagai periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susuah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya (Sarlito,2000).

  Untuk merumuskan sebuah definisi yang memadai tentang remaja tidaklah mudah, sebab kapan masa remaja itu berakhir dan kapan anak remaja tumbuh menjadi seorang yang dewasa tidak dapat ditetapkan secara pasti. Kesulitan untuk memastikan kapan berakhirnya masa remaja ini, diantaranya karena remaja sesungguhnya merupakan suatu ciptaan budaya, yakni suatu konsep yang muncul dalam masyarakat modern sebagai tanggapan terhadap perubahan sosial (Desmita,2005).

  Masa remaja adalah masa “stress dan strain” (masa gonjangan dan kebimbangan). Akibatnya para remaja melakukan penolakan-penolakan pada kebiasaan di rumah, sekolah dan mengasingkan diri dari kehidupan umum membentuk kelompok hanya untuk “gangnya” (Sulastri,1984).

  Rentang waktu usia remaja biasanya dibedakan atas 3, yaitu : 12 –

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  pertengahan, dan 18 – 21 tahun sebagai masa remaja akhir. Tetapi Monks, Knoers dan Haditono (Desmita,2005) membedakan masa remaja atas 4 bagian, yaitu : masa pra remaja atau pra-pubertas (10 – 12 tahun), masa remaja awal atau pubertas (12 – 15 tahun), masa remaja pertengahan (15 – 18 tahun), dan masa remaja akhir (18 – 21 tahun).

2. Ciri Remaja

  Terdapat beberapa ciri-ciri remaja yang terkait dengan penyesuaian diri, diantaranya sebagai berikut (Zulkifli, 2000) : a. Pertumbuhan fisik

  Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan dewasa. Perkembangan fisik mereka terlihat jelas pada tungkai dan tangan, otot-otot tubuh berkembang pesat sehingga anak kelihatan bertubuh tinggi, tetapi kepalanya masih mirip dengan anak-anak.

  b. Pertumbuhan seksual Tanda-tanda perkembangan seksual pada anak laki-laki diantaranya : sperma mulai berproduksi, ia mengalami mimpi yang pertama, yang tanpa sadar mengeluarkan sperma. Sedangkan pada anak perempuan bila rahimnya sudah bisa dibuahi karena ia sudah mendapatkan menstruasi (datang bulan) yang pertama.

  Ciri-ciri lainnya pada anak laki-laki adalah pada lehernya menonjol

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bibir dan disekitar kemaluannya mulai tumbuh bulu-bulu (rambut). Sedangkan pada anak perempuan, karena produksi hormon dalam tubuhnya, dipermukaan wajahnya tumbuh jerawat. Selain itu, terjadi penimbunan lemak yang membuat buah dadanya mulai tumbuh, pinggulnya mulai melebar dan pahanya membesar.

  c. Cara berpikir kausalitas Ciri yang ketiga ini adalah cara berpikir kausalitas, yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Remaja sudah mulai berpikir kritis sehingga ia akan melawan bila orangtua, guru dan lingkungan masih menganggapnya anak kecil.

  d. Emosi yang meluap-meluap Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan hormon. Emosi remaja lebih kuat dan lebih mengusai diri mereka daripada pikiran yang realistis.

  e. Mulai tertarik kepada lawan jenis Secara biologis manusia terbagi atas dua jenis, yaitu laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sosial remaja, mereka mulai tertarik kepada lawan jenisnya dan mulai berpacaran.

  f. Menarik perhatian lingkungan Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peranan. Remaja akan berusaha mencari peranan di luar rumah bila orangtua tidak memberi peranan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  g. Terikat dengan kelompok Remaja dalam kehidupan sosial sangat tertarik kepada kelompok sebayanya. Dengan bergabung dengan kelompok sebaya, remaja merasa ada yang mau mengerti, memahami, memperhatikan dan dianggap.

3. Tugas-tugas Perkembangan Remaja

  Tugas perkembangan ialah tugas-tugas khusus yang harus dilakukan oleh indivvidu sebab didorong oleh kemasakan pribadi dan didorong oleh tekanan sosial (norma sosial), agar individu yang bersangkutan bias mempertahankan perkembangan yang normal sebagai makhluk sosial di tengah masyarakat (Kartono,1995).

  Tugas perkembangan adalah tugas-tugas atau kewajiban yang harus dilalui oleh setiap individu sesuai dengan tahap perkembangan individu itu sendiri.

  Dari sejak dikandungan, bayi, anak-anak, remaja, dewasa sampai dewasa akhir, setiap individu harus melakukan tugas perkembangan itu.

  Keberhasilan individu dalam menunaikan tugas perkembangan ini akan menentukan perkembangan kepribadiannya (Dariyo,2004).

  Havighurst (dalam Ali,2006) mendefinisikan tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan individu, apabila berhasil akan menimbulkan fase bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Akan tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugasnya.

  Tugas-tugas perkembangan remaja menurut Havighurst yang terkait dengan penyesuaian diri (Dariyo,2004) ada beberapa, yaitu : a. Menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis-psikologis.

  Perubahan fisiologis yang dialami oleh individu, mempengaruhi pola perilakunya. Di satu sisi, ia harus dapat memenuhi kebutuhan dorongan biologis (seksual), namun bila dipenuhi akan melanggar norma-norma sosial. Oleh karena itulah, remaja menghadapi dilema. Dengan demikian, dirinya dituntut untuk dapat menyesuaikan diri (adjustment) dengan baik.

  b. Belajar bersosialisasi sebagai seorang laki-laki maupun perempuan.

  Seorang remaja diharapkan dapat bergaul dan menjalin hubungan dengan individu lain yang berbeda jenis kelamin, yang didasarkan atas saling menghargai dan menghormati antara satu dengan yang lain, tanpa menimbulkan efek samping yang negatif.

  Pergaulan dengan lawan jenis ini merupakan suatu hal yang penting, karena dianggap sebagai upaya untuk mempersiapkan diri guna memasuki kehidupan pernikahan.

  c. Memperoleh kebebasan secara emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

  Menginjak remaja, individu memiliki hubungan pergaulan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  menunjukkan bahwa remaja tidak lagi bergantung kepada orangtua, bahkan mereka menghabiskan sebagian waktunya untuk bergaul bersama teman-temannya dibandingkan dengan keluarga.

  d. Remaja bertugas untuk menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

  Untuk dapat mewujudkan tugas ini, umumnya remaja berusaha mempersiapkan diri dengan menempuh pendidikan formal maupun non formal agar memiliki taraf ilmu pengetahuan, ketrampilan/keahlian yang professional.

  e. Memperoleh kemandirian dan kepastian secara ekonomis.

  Tujuan utama remaja melakukan persiapan diri dengan menguasai ilmu dan keahlian adalah untk dapat bekerja sesuai dengan bidang keahlian dan memperoleh penghasilan yang layak sehingga dapat menghidupi diri sendiri maupun keluarganya nanti. Sebab keinginan terbesar seorang remaja adalah menjadi orang yang mandiri dan tidak bergantung dari orangtua secara psikis maupun ekonomi.

B. Penyesuaian Diri Remaja

  1. Pengertian Penyesuaian Diri Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah

  adjustment atau personal adjustment (Ali,2006). Penyesuaian diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  lingkungan. Tohari (1982) menyatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses dinamik yang terus menerus dan bertujuan untuk mengubah perilaku untuk mendapatkan hubungan yang lebih baik, serasi antara diri dan lingkungannya. Pendapat tersebut memberikan pengertian bahwa manusia itu selalu berusaha untuk membuat hubungan yang menyenangkan antara manusia dengan lingkungannya.

  Lazarus (1976) menjelaskan bahwa penyesuaian diri lebih menekankan pada pentingnya perjuangan individu untuk menghadapi lingkungan fisik dan sosialnya. Gunarsa (1988) memperjelas pendapat tersebut dengan mengatakan bahwa sejak lahir sampai mati tidak lain adalah perjuangan untuk penyesuaian diri.

  Kunci penyesuaian diri terletak pada keberhasilan manusia dalam memenuhi dorongan dari dalam dan luar, dimana cara yang dilakukan untuk memenuhi dorongan tersebut, baik bagi dirinya tetapi juga baik untuk lingkungannya (Meichati,1983). Fahmi (Darajat,1985) mengatakan bahwa penyesuaian diri adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengubah perilaku inidividu agar terjadi hubungan yang serasi antara diri dengan lingkungan.

  Kesanggupan untuk menyesuaikan diri akan membawa seseorang kepada kenikmatan hidup. Ia akan terhindar dari kegelisahan, kecemasan, dan ketidakpuasan, sehingga ia akan hidup dan bekerja dengan semangat dan penuh rasa kebahagiaan. Sebaliknya bagi mereka yang tidak dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  Jika hal tersebut semakin parah dan terus menerus maka akan menimbulkan macam-macam penyakit atau gangguan mental (Kartono,1984).

  Dari berbagai pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyesuaian diri adalah merupakan kemampuan aktifitas mental dan tingkah laku individu dalam menghadapi tuntutan-tuntutan baik dari dalam maupun dari lingkungan demi memenuhi kebutuhan dengan rasa bahagia dan memuaskan.

2. Pengertian Penyesuaian diri Remaja

  Seseorang dikatakan memiliki kemampuan menyesuaikan diri yang baik (well adjusted person) ketika mampu melakukan respon-respon yang matang, efisien, memuaskan, dan sehat. Dikatakan efisien artinya mampu melakukan respon dengan mengeluarkan tenaga dan waktu sehemat mungkin. Dikatakan sehat artinya bahwa respon-respon yang dilakukan dengan hakikat individu, lembaga atau kelompok antar individu dan hubungan antara individu dengan penciptanya (Ali,2006).

  Menurut Schneiders (1964) orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik (well adjusted person) adalah orang yang dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk bereaksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustasi maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku.

3. Aspek Penyesuaian diri Pada Remaja

  Beberapa kriteria penyesuaian diri pada remaja menurut Vembrianto (1993) adalah sebagai berikut :

  a. Kepuasan psikis Penyesuaian diri yang berhasil akan menimbulkan kepuasan psikis dimana mereka menjadi riang, senang, tenang dan aman, sedangkan yang gagal akan menimbulkan rasa tidak puas yang menjelma dalam bentuk perasaan kecewa, gelisah, lesu dan depresi.

  b. Efisiensi kerja Penyesuaian diri yang berhasil akan nampak dalam kerja atau kegiatan yang efisien artinya seseorang dapat melakukan pekerjaan atau kegiatan dengan baik dan positif, sedangkan yang gagal nampak dalam kerja atau kegiatan yang tidak efisien.

  c. Gejala fisik Mereka yang gagal menyesuaikan diri akan menampakkan gejala-gejala fisik yang kurang baik dan sehat, seperti pencernaan terganggu, sakit perut, kepala pusing, gatal-gatal, sedangkan mereka

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  yang berhasil menyesuaikan diri kondisi fisiknya selalu baik dan sehat.

  d. Penerimaan sosial Mereka yang berhasil menyesuaikan diri akan diterima baik oleh masyarakat, mereka menerima reaksi setuju dari masyarakat.

  Sedangkan yang gagal tidak akan diterima baik oleh masyarakat dan akan mendapat reaksi tidak setuju dari masyarakat.

  Keempat kriteria hasil adaptasi dari Vembrianto ini juga merupakan komponen atau aspek dari penyesuaian diri.

4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyesuaian Diri Pada Remaja

  Menurut Schneiders (Ali,2006), setidaknya ada lima faktor yang dapat mempengaruhi penyesuaian diri pada remaja, yaitu:

  1. Kondisi fisik Penyesuaian diri remaja akan lebih mudah dilakukan dan dipelihara dalam kondisi fisisk yang sehat daripada yang tidak sehat. Kondisi fisik yang sehat dapat menimbulkan penerimaan diri, percaya diri, harga diri dan lainnya yang akan menjadi kondisi yang sangat menguntungkan bagi proses penyesuian diri. Sebaliknya kondisi fisik yang tidak sehat dapat menyebabkan perasaan rendah diri, kurang percaya diri, atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  bahkan menyalahkan diri sehingga akan berpengaruh kurang baik bagi proses penyesuaian diri.

  2. Kepribadian Unsur-unsur kepribadian yang penting pengaruhnya terhadap penyesuaian diri adalah:

  1) Kemauan dan kemampuan untuk berubah Kemauan dan kemampuan untuk berubah merupakan karakteristik kepribadian yang pengaruhya sangat menonjol terhadap proses penyesuaian diri. Sebagai suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan, penyesuaian diri membutuhkan kecenderungan untuk berubah dalam bentuk kemauan, perilaku, sikap dan karakteristik yang sejenis lainnya.

  2) Pengaturan diri Kemampuan mengatur diri dapat mencegah remaja dari keadaan malasuai dan penyimpangan kepribadian. Kemampuan pengaturan diri dapat mengarahkan kepribadian normal mencapai pengendalian diri dan realisasi diri. 3) Realisasi diri

  Proses penyesuaian diri dan pencapaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  dengan perkembangan kepribadian. Jika perkembangan kepribadian berjalan normal sepanjang masa anak-anak dan remaja, didalamnya tersirat potensi laten dalam bentuk sikap, tanggung jawab, penghayatan nilai-nilai, penghargaan diri dan lingkungan, serta karakteristik lainnya menuju pembentukan kepribadian dewasa. Semua itu, unsur- unsur penting yang mendasari realisasi diri.

  4) Inteligensi Kemampuan pengaturan diri sesungguhnya muncul tergantung pada kualitas dasar lainnya yang penting peranannya dalam penyesuaian diri, yaitu kualitas inteligensi. Baik buruknya penyesuaian diri remaja ditentukan oleh kapasitas inteligensinya.

  3. Proses belajar Kemauan belajar merupakan unsur penting dalam penyesuaian remaja karena pada umumnya respon-respon dan sifat-sifat kepribadian yang diperlukan bagi penyesuaian diri diperoleh dan menyerap ke dalam diri remaja melalui proses belajar. Pengaruh proses belajar itu akan muncul dalam bentuk coba-coba dan gagal, pengkondisian dan menghubung- hubungkan berbagai faktor yang di mana remaja itu melakukan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  4. Lingkungan Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

  Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri remaja. Unsur-unsur di dalam keluarga, seperti interaksi orang tua dengan anak, interaksi antar anggota, peran sosial dalam keluarga, karakteristik anggota keluarga, dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh terhadap penyesuaian diri remaja

  5. Agama serta budaya Agama berkaitan erat dengan budaya. Agama memberikan sumbangan nilai-nilai, keyakinan, praktik-praktik yang memberikan makna sangat mendalam, tujuan, serta kestabilan dan keseimbangan hidup remaja. Selain agama, budaya juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap kehidupan remaja. Hal ini dapat dilihat dari adanya karakteristik budaya yang diwariskan kepada remaja melalui berbagai media dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Persepsi tehadap Pola Asuh Demokratis

a) Definisi persepsi

  Setiap individu dalam menjalani hidupnya selalu mengalami apa yang disebut persepsi sebagai hasil penghayatannya terhadap berbagai stimulus yang berasal dari lingkungan. Atkinson dan Hilgard (Ali, 2006) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses mengintepretasikan dan mengorganisasikan pola-pola stimulus yang berasal dari lingkungan.

  Ahli lain, yaitu Levine dan Shefner (Ali, 2006) mengemukakan pengetian persepsi adalah cara-cara individu mengintepretasikan informasi yang diperoleh didasarkan atas pemahaman individu itu sendiri. Dengan kata lain, individu menyadari adanya kehadiran suatu stimulus, tetapi individu itu mengintepretasikan stimulus tersebut.

  Dengan persepsi, individu dapat menentukan bagaimana seharusnya ia bereaksi terhadap stimulus yang ada di sekitarnya karena persepsi merupakan rangkaian peristiwa yang menjembatani stimulus dengan perilaku tertentu.

  Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah proses individual dalam mengintepretasikan, mengorganisasikan, dan memberi makna kepada stimulus yang berasal dari lingkungan dimana individu itu berada yang merupakan hasil dari proses belajar dan pengalaman.