BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Mengenal Angka 1. Pengertian Kemampuan Mengenal Angka - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA MELALUI PERMAINAN GAMANG TRADISIONAL PADA ANAK KELOMPOK B DI TK PERTIWI KARANGLEWAS KECAMATAN JATILAWANG KABUPATEN BANYUMA

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Mengenal Angka 1. Pengertian Kemampuan Mengenal Angka Kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai

  hasil dari pembawaan dan latihan. Seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang dimilikinya. Dalam pandangan Munandar, kemampuan ini ialah potensi seseorang yang merupakan bawaan sejak lahir serta dipermatang dengan adanya pembiasaan dan latihan, sehingga ia mampu melakukan sesuatu (Susanto, 2011: 98).

  Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan kemampuan adalah daya yang dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung individu dalam menyelesaikan tugasnya.

  Berkaitan dengan kemampuan mengenal angka, menurut Hurlock (1978: 51-52), seiring dengan perkembangan pemahaman bilangan permulaan ini, menyatakan bahwa konsep yang dimulai dipahami anak sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang dialami anak, di antaranya konsep bilangan. Konsep bilangan berhubungan dengan kata-kata, ketika anak mulai bicara. Pengalaman yang dialami anak, di antaranya konsep bilangan.

  Kemampuan mengenal angka termasuk dalam perkembangan kognitif yang merupakan dasar bagi perkembangan intelegensi pada anak. Intelegensi merupakan suatu proses berkesinambungan yang menghasilkan struktur dan diperlukan dalam interaksi dan lingkungan. Dari interaksi dengan lingkungan individu akan memperoleh pengetahuan dengan menggunakan asimilasi, akomodasi dan dikendalikan oleh prinsip keseimbangan (Saputra dan Rudyanto, 2005: 165).

  Pengalaman yang dialami seorang anak mempengaruhi konsep bilangan anak, karena itulah secara umum anak yang memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak umumnya belajar arti bilangan lebih cepat dibandingkan dengan yang tidak mengalami pendidikan di taman kanak-kanak (Ahmad Susanto, 2011: 107).

  Materi tersebut terdapat dalam Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Taman Kanak-kanak dan Raudhatul Alhfat. Materi yang diberikan diantaranya: membilang, menyebut urutan bilangan dari 1 sampai 20, membilang (mengenal konsep bilangan dengan benda-benda) sampai 10; membuat urutan bilangan 1

  • – 10 dengan benda-benda; menghubungkan/memasangkan lambang bilangan dengan benda-benda hingga 10 (anak tidak disuruh menulis), dan sebagainya.

2. Metode Pengembangan Kemampuan Mengenal Angka

  Metode pembelajaran yang dikembangkan pada anak TK harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Salah satu metode yang dapat digunakan adalah metode bermain. Dalam Moeslichatoen (2004: 32), dijelaskan bahwa apapun batasan yang diberikan tentang permainan bermain, bermain membawa harapan dan antisipasi tentang dunia yang memberikan kegembiraan, dan memungkinkan anak berkhayal seperti sesuatu atau seseorang, suatu dunia yang dipersiapkan untuk berpetualang dan mengadakan telaah, suatu dunia anak-anak. Melalui bermain anak belajar mengendalikan diri sendiri, memahami kehidupan, memahami dunianya. Jadi bermain merupakan cermin perkembangan anak.

  Menurut Sudjana (2005: 76), metode mengajar adalah cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Oleh karena itu peranan metode mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.dengan metode ini diharpkan tumbuh berbagai kegiatan belajar siswa sehubungan dengan kegiatan belajar mengajar guru.

  Pemilihan metode yang akan digunakan dalam harus relevan dengan tujuan penguasaan konsep, transisi dan lambang dengan berbagai variasi dan materi, media dan bentuk kegiatan yang akan dilakukan. Metode pengembagan kemampuan mengenal angka sebagai bagian dari kegiatan berhitung antara lain meliputi (Depdiknas, 2007: 13): a.

  Metode bercerita Adalah cara bertutur kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan. Jenisnya antara lain bercerita dengan alat peraga, tanpa alat peraga, dengan gambar, dan lain-lain.

  b.

  Metode bercakap-cakap Adalah salah satu penyampaian bahan pengembangan yang dilaksanakan melalui bercakap-cakap dalam bentuk tanya jawab antara anak dengan guru, atau anak dengan anak. Jenisnya antara lain: bercakap-cakap bebas, berdasarkan gambar seri, atau berdasarkan tema.

  c.

  Metode tanya jawab Dilaksanakan degan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat memberikan rangsangan agar anak aktif untuk berpikir. Melalui pertanyaan guru, anak akan berusaha untuk memahaminya dan menemukan jawabannya.

  d.

  Metode pemberian tugas Adalah pemberian kegiatan belajar mengajar dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melaksanakan tugas yang telah disiapkan oleh guru.

  e.

  Metode demonstrasi Adalah suatu cara untuk mempertunjukkan atau memperagakan suatu objek atau proses dari suatu kegiatan atau peristiwa.

  f.

  Metode eksperimen Adalah metode kegiatan dengan melakukan suatu percobaan dengan cara mengamati proses dan hasil percobaan tersebut. Berbagai metode yang lain pada dasarnya dapat digunakan di dalam permainan berhitung. Hal ini disesuaikan dengan situasi, kondisi dan kebutuhan serta tergantung pada kreativitas guru.

3. Tujuan Pengembangan Kemampuan Mengenal Angka

  Hurlock (1978: 45) juga mengemukakan bahwa hal-hal penting dalam perkembangan konsep meliputi : kemampuan untuk melihat adanya hubungan, kemampuan untuk menguasai arti yang tersirat, dan kemampuan bernalar.

  Tujuan program kegiatan belajar anak TK adalah untuk membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta, yang diperlukan oleh anak didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya (Moeslichatoen, 2004: 3).

  Berkaitan dengan kemampuan mengenal angka, dikemukakan dalam Depdiknas (2007: 10) bahwa kemampuan mengenal bilangan (angka) untuk anak usia 5 sampai 6 tahun, yaitu : a.

  Anak dapat menyebutkan angka sampai 20 secara urut.

  b.

  Menunjukkan angka 1 sampai 20 secara anak.

  c.

  Menunjuk jumlah benda secara urut.

  d.

  Mencari angka sesuai dengan jumlah benda.

  e.

  Menunjukkan kumpulan benda yang jumlahnya sama, tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.

  f.

  Menyebutkan kembali benda-benda yang baru dilihatnya.

  Dalam panduan Seri Model Pembelajaran di TK (Depdiknas, 2007: 1), bahwa secara umum permainan berhitung permulaan di TK untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehinggga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. Adapun tujuan secara khusus adalah : (1) dapat berpikir logis matematis sejak dini, melalui pengamatan terhadap benda-benda konkrit, gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar anak, (2) dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan masyaralat yang dalam kesehariannya memerlukan keterampilan berhitung, (3) memiliki ketelitian, konsentrasi, abstraksi dan daya apresiasi yang tinggi, (4) memiliki pemahaman konsep ruang dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuatu peristiwa yang terjadi di sekitarnya, dan (5) memiliki kreativitas dan imajinasi dalam menciptakan sesuau secara spontan.

4. Fungsi Kemampuan Mengenal Angka Pada anak Usia Dini

  Kemampuan mengenal angka pada anak usia dini merupakan salah satu upaya pengenalan konsep matematika sejak dini. Menurut Suyanto (2005: 55), fungsi matematika sebenarnya bukan sekedar untuk berhitung, tetapi untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak terutama asek kognitif.

  Disamping itu, menurut Gardner (Suyatno, 2005: 55), matematika juga berfungsi untuk mengembangkan kecerdasan anak, khususnya kecerdasan yang disebuk dengan istilah logico matgematic.

  Pembelajaran mengenal angka memiliki fungsi yang cukup beragam diantaranya adalah agar anak mampu mengetahui angka dengan aktivitas konkrit, selain itu Sriningsih (2008: 63) menyatakan bahwa anak mendapatkan pemahaman terhadap nilai dan tempat, misalnya dapat membedakan angka 14 dengan angka 41. Selain itu juga terdapat fungsi pembelajaran bilangan bagi anak usia TK antara lain: a.

  Anak menjadi familiar degan angka yang akan ditemui disepanjang kehidupannya, karena pada dasarnya anak tidak akan terlepas dari angka.

  b.

  Dengan adanya pembelajaran bilangan bagi anak usia TK, akan lebih mudah memberi pemahaman arti angka, maksud dari angka tersebut baik secara abstrak maupun konkrit. c.

  Mengenal bilangan bisa menjadi salah satu cara untuk melatih daya ingat anak.

5. Prinsip Pelaksanaan Peningkatan Kemampuan Mengenal Angka

  Para psikologi perkembangan menyadari bahwa gambaran pola perkembangan yang tepat merupakan dasar untuk memahami anak-anak.

  Mereka juga mengetahui bahwa diperlukan pengetahuan tentang apa yang menyebabkan adanya variasi dalam perkembangan untuk memahami setiap anak-anak secara pribadi (Hurlock, 1978: 22).

  Untuk mencapai suatu pembelajaran yang efektif, maka pada pelaksanaannya harus memperhatikan beberapa prinsip-prinsip perkembangan yang dikemukakan oleh Bredekamp, S & Copple (dalam Hartati, 2005: 12) meliputi: a.

  Aspek-aspek perkembangan anak seperti fisik, sosial, emosioal, dan kognitif satu sama lain saling terkait erat. Perkembangan dalam satu ranah berpengaruh dan dipengaruhi oleh perkembangan dalam ranah-ranah yang lain. Perkembangan dalam satu ranah dapat membatasi atau mendukung perkembangan yang lain.

  b.

  Perkembangan terjadi dalam suatu urutan. Kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan dibangun berdasarka pada apa yang telah diperoleh terdahulu.

  c.

  Perkembangan berlangsung dengan rentang yang bervariasi antara anak dan juga antar bidang perkembangan dari masing-masing fungsi.

  d.

  Pengalaman awal memiliki pengaruh kumulatif dan terunda terhadap perkembangan anak. Pengalaman-pengalaman awal anak bersifat kumulatif dalam arti bahwa jika suatu pengalaman terjadi, maka pengalaman itu jarang bisa memiliki sedikit pengaruh. Sebaliknya, jika pengalaman tersebut sering terjadi, maka pengaruhnya bisa kuat, kekal, dan bahkan semakin bertambah.

  Menurut Partini (2010: 78), pada kecerdasan mengenal angka pada anak usia dini orientasinya adalah anak mampu menggunakan logika sederhana.

  Pada awalnya anak harus dikenalkan satu persatu angka daar yang harus dihapalnya. Orang tua dapat mengajarkannya dengan nyanyian, mengenalkan angka 0 sampai 10 dengan menghitung jumlah hari-jarinya juga cukup membantu. Selanjutnya adalah mengajari anak berpikir logis dalam arti memahami rumus-rumus sebab akibat yang dilambangkan dengan penambahan (penjumlahan), pengurangan, pembagian serta pengalian.

  Pelaksanaan pendidikan pada anak usia dini sangat ideal dikembangkan dengan prinsip-prinsip yang tepat. Pendidikan anak usia dini pelaksanaan menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut (Forum PAUD, dalam Kuntojo, 2010): a.

  Berorientasi pada Kebutuhan Anak Kegiatan pembelajaran pada anak harus senantiasa berorientasi kepada kebutuhan anak. Anak usia dini adalah anak yang sedang membutuhkan upaya-upaya pendidikan untuk mencapai optimalisasi semua aspek perkembangan baik perkembangan fisik maupun psikis, yaitu intelektual, bahasa, motorik, dan sosioemosional.

  b.

  Belajar melalui bermain

  Bermain merupakan saran belajar anak usia dini. Melalui bermain anak diajak untuk bereksplorasi, menemukan, memanfaatkan, dan mengambil kesimpulan mengenai benda disekitarnya.

  c.

  Menggunakan lingkungan yang kondusif Lingkungan harus diciptakan sedemikian rupa sehingga menarik dan menyenangkan dengan memperhatikan keamanan serta kenyamanan yang dapat mendukung kegiatan belajar melalui bermain.

  d.

  Menggunakan pembelajaran terpadu Pembelajaran pada anak usia dini harus menggunakan konsep pembelajaran terpadu yang dilakukan melalui tema. Tema yang dibangun harus menarik dan dapat membangkitkan minat anak dan bersifat kontekstual. Hal ini dimaksudkan agar anak mampu mengenal berbegai konsep secara mudah dan jelas sehingga pembelajaran menjadi mudah dan bermakna bagi anak.

  e.

  Mengembangkan berbagai kecakapan hidup Mengembangkan keterampilan hidup dapat dilakukan melalui berbagai proses pembiasaan. Hal ini dimaksudkan agar anak belajar untuk menolong diri sendiri, mandiri dan bertanggungjawab serta memiliki disiplin diri.

  f.

  Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar Media dan sumber pembelajaran dapat berasal dari lingkungan alam sekitar atau bahan-bahan yang sengaja disiapkan oleh pendidik/guru.

  g.

  Menggunakan berbagai media edukatif dan sumber belajar Pembelajaran bagi anak usia dini hendaknya dilakukan secara bertahap dimulai dari konsep yang sederhana dan dekat dengan anak. Agar konsep dapat dikuasai dengan baik hendaknya guru menyajikan kegiatan-kegiatan yang berulang.

  Mengenal angka merupakan bagian dari kemampuan kognitif. Agar pelaksanaan bidang pengembangan kognitif yaitu membilang di Taman Kanak- kanak dapat mencapai kompetensi dasar yang telah ditentukan, maka prinsip langkah-langkah pelaksanaan kemampuan mengenal angka dapat dilakukan sebagai berikut (Depdiknas, 2007: 16) : a.

  Memberikan kesempatan kepada anak untuk menghubungkan pengetahuan yang sudah diketahui dengan pengetahuan yang baru diperolehnya.

  Misalnya : mengenalkan konsep bilangan 1 – 10 dengan menghubungkan lambang bilangannya.

  b.

  Dalam memberikan kegiatan pengembangan kognitif, terutama untuk kegiatan persiapan pengenalan konsep bilangan, hendaknya guru-guru memperhatikan masa peka.

  c.

  Untuk mencapai kemampuan pengembangan kognitif tidak semua dilaksanakan sekaligus dalam satu kegiatan, akan tetapi dapat dilakukan secara bertahap dengan keadaan dan tingkat perkembangan anak.

  d.

  Dalam memberikan kegiatan pengembangan mengacu pada kompetensi yang hendak dicapai dan sedapat mungkin dikaitkan dengan tema yang sedang dibahas.

  e.

  Pelaksanaan kegiatan pengembangan dapat menggunakan bermacam- macam metode sesuai dengan kompetensi yang hendak dicapai.

  f.

  Memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sarana dan sumber belajar. g.

  Kegiatan-kegiatan yang diberikan hendaknya merupakan pengetahuan yang objektif sesuai dengan kenyataan.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Mengenal Angka

  Banyak faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan kognitif, namun sedikitnya faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif. Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif, dijelaskan sebagai berikut: Pengembangan kognitif dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor hereditas/keturunan, faktor lingkungan, faktor kematangan, faktor pembentukan, faktor minat dan bakat serta paktor kebebasan (Susanto, 2011: 59).

  Dalam mengenalkan angka pada anak usia dini, perlu diperhatikan proses pembelajaran yang sesuai dengan tujuan. Menurut Nurani (2005: 11.8), faktor- faktor yang perlu diperhatikan dalam mengenalkan angka pada anak usia dini meliputi: a.

  Mendapatkan konsep bilangan adalah proses yang berjalan perlahan-lahan, anak mengenal benda dengan menggunakan bahasa untuk menjelaskan pikiran mereka sehingga mulai membangun arti angka.

  b.

  Belajar dengan trial and error dalam mengembangkan kemampuan menghitung dan menjumlahkan.

  c.

  Menggunakan sajak, permainan tangan, dan beberapa lagu yang sesuai untuk memperkuat hubungan dengan bilangan.

  Menurut Susanto (2011: 59-61), faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kognitif meliputi: a.

  Faktor hereditas/keturunan memberikan pengaruh pada perkembangan kognitif anak. Teori hereditas atau nativisme yang dipelopori oleh seorang ahli filsafat schopnehauer, berpendapat bahwa manusia lahir sudah membawa potensi-potensi tertentu yang tidak dapat dipengaruhi oleh lingkungan(Ahmad Susanto, 2011: 59).

  b.

  Faktor lingkungan merupakan salah satu faktor yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan kognitif anak karena anak akan belajar dari pola yang berlaku dalam lingkungannya. Teori lingkungan atau empirisme dipelopori oleh John Locke. Locke berpendapat bahwa, manusia dilahirkan dalam keadaan suci seperti kertas putih yang masih bersih belum ada tulisan atau noda sedikitpun (Susanto, 2011: 59).

  c.

  Berkaitan dengan faktor kematangan, tiap organ (fisik maupun psikis) dapat dikatakan matang jika telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan berhubungan erat dengan usia kronologis (usia kalender) (Susanto, 2011: 60).

  d.

  Berkaitan dengan faktor pembetukan, yang dimaksud dengan pembentukan ialah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi intelegensi. Pembentukkan dapat dibedakan menjadi pembentukan sengaja (sekolah formal) dan pembentukan tidak sengaja (pengaruh alam sekitar). Sehingga manusia berbuat inteligen karena untuk mempertahankan hidup ataupun dalam bentuk penyesuaian diri (Susanto, 2011: 61).

  e.

  Faktor kebebasann yaitu keleluasaan manusia untuk berpikir divergen (menyebar) yang berarti bahwa manusia dapat memilih metode-metode tertentu dalam memecahkan masalah-masalah, juga bebas dalam memilih masalah sesuai kebutuhannya (Susanto, 2011: 61).

B. Permainan Tradisional Gamang 1. Pengertian Permainan Tradisional Gamang

  Menurut Santrock (Depdiknas, 2009: 3), bermain (play) ialah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kegiatan itu sendiri.

  Sedangkan Hurlock (1978: 326), memberikan pengertian bermain adalah setiap kegiatan yang dilakukan secara sukarela dan tidak ada paksaan atau tekanan atau kewajiban. Senada dengan Bettelhem mengungkapkan bahwa kegiatan bermain adalah kegiata yang tidak mempunyai peraturan lain kecuali yang ditetapkan permainan itu sendiri.

  Permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Permainan biasanya dilakukan sendiri atau bersama-sama. /wiki/Permainan)

  Berkaitan dengan pengembangan kemampuan kognitif, diperlukan untuk menumbuhkembangkan keterampilan berhitung yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, terutama konsep bilangan yang merupakan juga dasar bagi pengembangan kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar.

  Karakteristik mengenai bagaimana anak bermain telah mengungkapkan bahwa anak bermain selama masa kanak-kanak mempunyai karakteristik tertentu yang membedakannya dari permainan remaja dan orang dewasa (Hurlock, 1978: 322).

  Kegiatan permainan yang dapat diterapkan pada anak TK adalah permainan tradisional gamang. Permainan tradisional merupakan khasanah budaya lokal, yang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pembelajaran anak usia dini. Salah satu permainan tradisional adalah gamang.

  Dalam Garis-Garis Besar Program Kegiatan Belajar Taman Kanak- kanak, Rachmawati dan Kurniati (2005: 47) menjelaskan hakikat bermain sebagai berikut: Bermain merupakan prinsip dalam pengajaran di Taman Kanak-kanak, dimana berain merupakan cara yang paling baik utuk mengembangkan kemampuan anak didik. Sebelum bersekolah, bermain merupakan cara alamiah anak untuk menemukan lingkungan, orang lain, dan dirinya sendiri. Pada prinsipnya bermain mengandung rasa senang dan lebih mementingkan proses daripada hasil akhir.

  Kegiatan permainan adalah alternatif yang digunakan untuk mendorong minat anak dalam mengenal konsep matematika di TK dengan menekankan pada proses pembelajaran aktif, menyenangkan dan bermakna agar anak dapat mengekspresikan kemampuannya dengan baik. Permainan tidak saja membuat anak menjadi gembira namun di dalamnya anak diarahkan untuk belajar sambil bermain.

  Permainan tradisional merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Permainan tradisional adalah bentuk kegiatan permainan dan atau olahraga yang berkembang dari suatu kebiasaan masyarakat tertentu. Perkembangan selanjutnya permainan tradisional sering dijadikan sebagai jenis permainan yang memiliki ciri kedaerahan asli serta disesuaikan dengan tradisi budaya setempat. Kegiatannya dilakukan baik secara rutin maupun sekali-kali dengan maksud untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang setelah lepas dari aktivitas rutin seperti bekerja mencari nafkah, sekolah, dan sebagainya (Artikel Permainan Tradisional, 2013).

  Salah satu kegiatan permainan tardisional adalah gamang. Gamang berasal dari Pagar Alam Sumatera Selatan. Permainan ini berasal dari sebuah kebiasaan yang merupakan warisan leluhurnya, yakni berburu dengan cara menyeret binatang buruannya, di mana hal tersebu dianggap kegiatan untuk mengidi waktu luang di tengah hutan belantara. Lama-kelamaan kegiatan tersebut berkembang menjadi suatu kebiasaan yang diwujudkan dalam suatu permainan (Agus Mahendra, 2013).

  Permainan ini biasanya dilakukan oleh anak-anak dewasa baik laki-laki maupun perempuan atau secara campuran, tetapi kemudian hanya digemari oleh anak-anak saja. jumlah pelaku biasanya 10 orang. Permainan dapat dilakukan di lapangan yang datar dan punya ruang gerak yang leluasa. Pada tempat tersebut dibuat batas atau garis tertentu secara vertikal. Gambar denah tempat bermain sebagai berikut:

  Jadi permainan tradisional gamang adalah jenis permainan yang dikembangkan dari tradisi yang berlaku di Sumatera Selatan. Berkaitan dengan pengembangan kemampuan mengenal angka, kegiatan permainan gamang dilakukan dengan cara anak didik yang ditunjuk diberikan kegiatan untuk menarik buruan yaitu berupa bilangan yang disebutkan oleh guru.

2. Tahap Perkembangan Bermain

  Kegiatan bermain memiliki tahapan-tahapan. Menurut Hurlock (1978: 324), tahapan perkembangan bermain dibagi sebagai berikut: a.

  Tahap Eksplorasi Hingga bayi berusia sekitar 3 bulan, permainan mereka terutama terdiri atas melihat orang dan benda serta melakukan usaha acak untuk menggapai benda yang diacungkan dihadapannya. Selanjutnya, mereka dapat mengendalikan tangan sehingga cukup memungkinkan bagi mereka untuk mengambil, memegang, dan mempelajari benda kecil.

  b.

  Tahap Permainan Bermain barang mainan dimulai pada tahun pertama dan mencapai puncaknya pada usia antara 5 dan 6 tahun. Pada mulanya anak hanya mengeksplorasi mainannya. Antara 2 dan 3 tahun, mereka membayangkan bahwa mainannya mempunyai sifat hidup dapat bergerak, berbicara dan merasakan. Dengan semakin berkembangnya kecerdasan anak, mereka tidak lagi menganggap benda mati sebagai sesuatu yang hidup dalam hal ini mengurangi minatnya pada barang mainan. Faktor lain yang mendorong penyusutan minat dengan barang mainan ini adalah bahwa permainan itu sifatnya menyendiri sedangkan mereka menginginkan teman. Setelah masuk sekolah, kebanyakan anak menganggap bermain barang mainan sebagai “permainan bayi”.

  c.

  Tahap Bermain Setelah masuk sekolah, jenis permainan mereka sangat beragam. Semula, mereka meneruskan bermain dengan barang mainan, terutama bila sendirian, selai itu mereka merasa tertarik dengan permainan, olah raga, hobi dan bentuk permainan matang lainnya.

  d.

  Tahap Melamun Semakin mendekati masa puber, mereka mulai kehilagan minat dalam permainan yang sebelumnya disenangi dan banyak menghabiskan waktunya dengan melamun. Melamun, yang merupakan ciri khas anak remaja adalah saat berkorban, saat mereka menganggap dirinya tidak diperlakukan dengan baik dan tidak dimengerti oleh siapapun.

  Menurut Jean Piaget ada 4 tahapan bermain pada anak yaitu (Ardini, 2010): a.

  Sensory Motor Play (3,4 bulan – 1,5 tahun) Pada tahap ini, kegiatan anak mulai lebih terkoordiasi dan ia mulai belajar dari pengalaman bermainnya.

  b.

  Simbolik atau Make Believe Play (2 - 7 tahun) Merupakan ciri periode operasional yang ditandai dengan bermain khayal (pura-pura). Tahapan ini, anak sudah mulai dapat menggunakan berbagai benda sebagai simbol atau representasi benda lain.

  c.

  Social Play Games with Rules (8 - 11 tahun) Pada tahap ini anak menggunakan simbol yang banyak diwarnai nalar dan logika yang bersifat objektif dalam bermain. Kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh aturan permainan.

  d.

  Games with rules and sports (11 tahun ke atas) Aturan pada olahraga jauh lebih ketat dan kaku, namun pada tahap ini anak senang melakukan kegiatan ini berulang-ulang dan terpacu untuk mencapai prestasi sebaik-baiknya. Pada tahap ini, bukan hanya rasa senang saja yang menjadi tujuan tetapi ada suatu hasil akhir tertentu seperti ingin menang, memperoleh hasil kerja yang baik.

  Dunia anak tentu tidak lepas dari bermain. Bermain mengandung aspek kegembiraan, kelegaan, penikmatan yang intensif, bebas dari kekangan atau kedudukan, berproses emansipatorik dan itu hanya tercapai dalam alam dan susana kemerdekaan. Demikian juga pada saat pembelajaran matematika, mengenal angka. Menurut Anggani Sadono (2006: 24), tahap perkembangan bermain dibedakan sebagai berikut: a.

  Tahap Konsep/Pemahaman/Pengertian Pada tahap ini setiap anak diperbolehkan memilih alat dan biji untuk hitungannya. Guru menyarankan anak untuk menghitung dan memasangannya dan melakukan bimbingan.

  b.

  Pelatihan Tahap Masa Peralihan/Transisi Setelah konsep bilangan hitung-menghitung dikuasai benar dengan mengamati dan mencermati bahwa ketika anak menghitung ada keserasian antara ucapan dan jumlah bilangan yang diucapkan, selalu sesuai. Ucapan juga tidak lebih cepat atau lebih lambat dari benda yang dihitung. Ketika anak sudah mencapai proses ini, barulah guru boleh melangkah ke tahap berikutnya.

  c.

  Pelatihan untuk Tahap Akhir Lambang Bilangan

  Pada tahap ini anak sudah benar-benar memahami, mengetahui, mampu menyebutkan bilangan dan sejumlah benda atau gambar atau tanpa gambar dan benda.

3. Langkah-langkah Permainan Gamang a.

  Persiapan Setelah dipersiapkan tempat untuk bermain, para peserta dibagi dalam dua kelompok. Dari setiap kelompok ada wakil untuk melakukan undian, siapa yang akan bermain terlebih dahulu. Kepada mereka yang menang dalam undian akan main terlebih dahulu dan yang kalah giliran untuk menjaganya. Sebelum permaina dimulai mereka mengadakan persetujuan untuk disepakati berapa games permainan tersebut akan berlangsung.

  Pada permainan ini terdiri dari dua grup yaitu grup I dari A, B, C, dan D dan grup II terdiri dari E, F, G, dan H.

  b.

  Pelaksanaan Pada permulaan permainan pihak II akan bermain terlebih dahulu, sedangkan grup 1 bertujuan sebagai penjaga. Tugas A adalah menyergap siapa saja yang melewati garis horizontal dan A tidak boleh melewati garis tersebut, apabila keluar dari batas maka sergapannya tidak sah. Sedangkan tugas B, D, dan D menyergap siapa saja yang melewati garis vertical, begitu pula mereka tidak boleh keluar dari garis yang telah ditentukan dalam setiap sergapannya. Dalam hal tersebut pihak dari grup II harus berusaha melewati garis-garis tersebut bila ingin mencapai rumah atau angka yang dituju.

  Apabila berhasil melewati keempat pemain grup II, maka nilai menjadi 1 (satu) lawan 0 (kosong) untuk kemenangan grup II. Apabila dalam usaha melewati penjagaan tersebut salah seorang anggota grup II ada yang kena sergap, maka pemain game pertama selesai dan dilanjutkan dengan game kekedua dengan posisi berubah yaitu grup II bertugas menjaga dan grup I berusaha melewati gari-garis tersebut. Demikian seterusnya permainan tersebut berlangsung sampai dengan batas yang telah disepakati sebelumnya (Artikel Permainan Tradisional, 2013).

  Dalam pelaksanaan kegiatan permainan tradisional gamang sebagai upaya untuk mengembangkan kemampuan mengenal angka, guru mengembankannya dengan cara masing-masing anggota dibagi menjadi 10, dan jika ada salah satu anggota yang berhasil melewati garis maka masing- masing anggota berhak mengambil angka yang diminta guru dan mengurutkannya. Masing-masing kelompok diberi durasi waktu 5 menit untuk mencapai garis akhir.

4. Manfaat Bermain

  Kegiatan bermain memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak usia dini. Menurut Mayke (dalam Anggani Sadono, 2006: 3), belajar dengan bermain memberikan kesempatan anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep serta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.

  Ketika anak sedang bermain, sesungguhnya mereka sedang belajar. Menurut Montessori, ketika anak sedang bermain anak menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Anak yang bermain sebenarnya telah menyerap berbagai hal baru yang ada di sekitarnya. Proses penyerapan inilah yang disebut sebagai aktivitas belajar (Suyadi, 2009: 20).

  Menurut Moeslichatoen, manfaat bermain bagi anak Taman Kanak- kanak adalah (Moeslichatoen, 2004: 36): a.

  Meniru apa yang dilakukan oleh orang dewasa.

  b.

  Untuk melakukan berbagai peran yang ada di dalam kehidupan nyata seperti guru mengajar di kelas.

  c.

  Untuk mencerminkan hubungan dalam keluarga dan pengalaman hidup yang nyata.

  d.

  Untuk menyalurkan perasaan yang kuat seperti memukul-mukul kaleng, menepuk-nepuk air, dan sebagainya.

  e.

  Untuk melepaskan dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima seperti berperan seperti pencuri, menjadi anak nakal, pelanggar lalu lintas, dan lain-lain.

  f.

  Untuk kilas balik peran-peran yang biasa dilakukan seperti gosok gigi, sarapan pagi, naik angkutan kota, dan sebagainya.

  g.

  Mencerminkan pertumbuhan seperti pertumbuhan misalnya semakin bertambah tinggi tubuhya, semakin gemuk badannya, dan semakin dapat berlari cepat.

  h.

  Untuk memecahkan masalah dan mencoba berbagai penyelesaian masalah seperti menghias ruangan, menyiapkan jamuan makan pesta ulang tahun, dan sebagainya.

  Adapun manfaat dan kegiatan bermain zig-zag adalah agar anak dapat menggunakan kegiatan bermain sebagai sarana untuk memecahkan persoalan intelektualnya. Dengan bermain anak dapat menyalurkan rasa ingin tahunya.

C. Pedoman Penilaian dan Kriteria/Indikator Hasil Belajar

  Menurut Depdiknas (2006: 6.7), prosedur penilaian di TK yaitu: Guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pad kemampuan (indikator) yang hendak dicapai dalam satuan kegiatan yang direncanakan dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah ditentukan. Penilaian dilakukan seiring dengan kegiatan pembelajaran. Guru tidak secara khusus melaksanakan penilaian, tetapi ketika pembelajaran dan kegiatan bermain berlangsung, guru dapat sekaligus melaksanakan penilaian. Dalam pelaksanaan penilaian sehari-hari, guru menilai kemampuan (indikator) semua anak yang hendak dicapai seperti yang telah diprogramkan dalam Satuan Kegiatan Harian (SKH).

  Penilaian dilaksanakan dengan mengacu pada kemampuan (indikator) yang hendak dicapai dalam satu satuan kegiatan yang direncanakan, dalam tahapan waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah ditentukan. Penilaian ditentukan seiring dengan kegiatan pembelajaran. Penilaian tidak dilaksanakan secara khusus, tetapi ketika pembelajaran berlangsung. Dalam buku pedoman penilaian dari Depdiknas (2006: 607), pencatatan hasil penilaian harian dilaksanakan sebagai berikut:

  1. Anak yang belum mencapai indikator seperti yang diharapkan dalam RKH atau dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan diberi tanda bulatan kosong/tidak berhasil (o).

  2. Anak yang sudah melebihi indikator yang tertuang dalam RKH atau mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan secara tepat/cepat/lengkap/benar, maka pada kolom penilaian dituliskan nama anak dan tanda bulatan penuh/berhasil ( ●).

  3. Jika semua anak menunjukkan kemampuan yang diharapkan sesuai indikator yang tertuang dalam RKH, maka pada kolom penilaian dituliskan kata “semua anak” dengan tanda checklist/keberhasilan sedang (√).

  Menurut Kemendiknas (2010: 6.7), prosedur peilaian di TK yaitu : guru melaksanakan penilaian dengan mengacu pada kemampuan (indikator) yang hendak dicapai dalam satuan kegiatan yang direncanakan dalam tahap waktu tertentu dengan memperhatikan prinsip penilaian yang telah ditentukan.

  Pengukuran terhadap subjek penelitian menggunakan pedoman dari Ditjen Mandas Diknas 2010 dengan kategori sebagai berikut (dalam Johni Dimyati, 2013: 103) : 1.

  Anak yang belum berkembang (BB) sesuai dengan indikator seperti : dalam melaksanakan tugas selalu dibantu guru, maka pada kolom penilaian ditulis nama anak dan diberi tanda satu bintang ( ).

  2. Anak yang sudah mulai berkembang (MB) sesuai dengan idikator seperti yang diharapkan RKH mendapatkan tanda dua bintang ( ).

  3. Anak yang sudah berkembang sesuai harapan (BSH) pada indikator dalam RKH medapat tanda tiga bintang ( ).

4. Anak yang berkembang sangat baik (BSB) melebihi indikator seperti yang diharapkan dalam RKH mendapatkan tanda empat bintang ( ).

  Kriteria untuk mengukur tingkat keberhasilan upaya perbaikan pembelajaran pada PTK ini mengacu pada kriteria keberhasilan yang dikemukakan oleh Borg dan Ball (dalam Rochiyati, 2003: 168). Kriteria keberhasilan dalam PTK ini adalah sebagai berikut:

  1. Proses pembelajaran secara individu dinyatakan berhasil jika 75% dari materi yang diajarkan guru dapat dikuasai anak. Kriteria nilai anak yang berhasil yaitu mampu menguasai kemampuan sebanyak 75% diberikan tanda

  ●. Anak yang sudah mencapai 60% kemampuan namun tidak sampai 75% diberi tanda V; sedangkan yang belum mampu sama sekali di beri tanda O. Hal ini sampai dengan kriteria penilaian dalam Kurikulum 2004.

  : Berhasil / B ● O : Tidak Berhasil / TB V : Keberhasilan Sedang 2.

  Proses pembelajaran secara klasikal dinyatakan berhasil jika 75% dari keseluruhan jumlah anak dalam kelas sudah memperoleh ilai kriteria keberhasilan seperti tersebut di atas yaitu menguasai 75% materi yang diajarkan.

  3. Untuk menunjukkan ketercapaian indikator, selain menggunakan symbol bulatan dan checklist, guru dapat menggunakan symbol lain seperti bintang.

  Dalam Permendiknas 58 tahun 2009: 9 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, yaitu standar tingkat pencapaian perkembangan untuk anak usia 4 < 6 tahun adalah sebagai berikut:

  Tabel 2.1 Kurikulum untuk Kelompok B

  No Kurikulum Kelompok B

  1 Menyebutkan lambang bilangan 1 – 10 2 Mencocokkan bilangan dengan lambang bilangan.

  Dari sebagian pengertian di atas peneliti menyusun indikator penelitian sebagai berikut: Tabel 2.2

  Indikator yang Diharapkan No Aspek yang dinilai Keterangan

  1 Anak dapat mengenal angka dan menyebut urutan bilangan 1 – 10

  2 Anak dapat mengenal angka dengan mengurutkan benda.

  3 Anak dapat menunjuk urutan benda untuk bilangan 1 – 10

  4 Anak dapat menghubungkan atau memasangkan lambang bilangan benda-benda sampai 10

D. Kerangka Bepikir

  Seiring dengan perkembangan pemahaman bilangan permulaan, Hurlock (dalam Ahmad Susanto, 2011: 107), menyatakan bahwa konsep yang dimulai dipahami anak sejalan dengan bertambahnya pengalaman yang dialami anak diantaranya konsep bilangan. Kegiatan permainan selain membuat suasana gembira, sebagaimana dikemukakan di atas permainan merupakan proses belajar karena permainan memiliki suatu kelebihan seperti : merupakan kegiatan yang menyenangkan, menarik sekaligus menghibur. Dengan bermain anak juga diajarkan untuk menyelesaikan permasalahan dan permainan juga memberikan pengalaman-pengalaman nyata.

  Jadi permainan dapat dengan mudah dibuat dan diperbanyak. Dan permainan gamang merupakan salah satu alternatif yang dapat membantu anak dalam mengenal angka 1 – 10.

  Sebagaimana diuraikan pada kajian teori, permainan tradisional gamang merupakan salah satu alternatif yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan mengenal angka pada anak usia dini. Melalui kegiatan permainan tradisional gamang diharapkan kemampuan anak dalam mengenal angka akan meningkat karena anak diberikan kesempatan untuk menikmati suasana pembelajaran yang menyenangkan. Untuk lebih jelasnya, secara keseluruhan dapat dilihat melalui gambar di bawah ini:

  Kondisi Awal :

  1. Dilakukan upaya perbaikan Anak merasa bahwa belajar pembelajaran melalui

berhitung dan mengenal

  Kemampuan mengenal pelaksanaan penelitian angka sulit dilakukan. angka sangat rendah tindakan kelas.

2. Motivasi anak untuk belajar masih rendah.

  3. Anak kurang aktif dalam mengikuti kegiatan

mengenal angka yang

Siklus I diselenggarakan guru.

  Menerapkan pembelajaran dengan permainan tradisional Kondisi Akhir siklus I

  1. Anak mulai menunjukkan minat gamang belajar mengenal angka kemampuan mengenal angka

  2. Aktivitas anak meningkat, sudah meningkat namun belum namun belum maksimal. mencapai target .

3. Anak mulai memahami materi.

  Terjadi 1.

  Minat anak untuk mengikuti perbaikan yang Siklus II Menerapkan pembelajaran kegiatan meningkat. optimal pada dengan permainan tradisional 2.

  Aktivitas anak meningkat, kemampuan gamang memaksimalkan anak melampaui target. mengenal angka didik pada tugas.

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir Penelitian

  Apabila kegiatan mengenal angka dilakukan dengan menerapkan pembelajaran yang sesuai dan disesuaikan dengan karakteristik anak maka kegiatan pembelajaran akan lebih optimal dan mampu mencapai kriteria keberhasilan yang ditargetkan.

E. Hipotesis Tindakan

  Diduga, kegiatan pembelajaran dengan permainan tradisional gamang dapat meningkatkan kemampuan mengenal angka pada anak TK Pertiwi Karang Lewas Kecamatan Jatilawang kabupaten Banyumas Semester Genap Tahun Pelajaran 2012-2013.