PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR( Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM

PENCEGAHAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (

  

Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel,

Kabupaten Boyolali)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Wahyu Eko Susanto

  

21112004

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018

  

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM

PENCEGAHAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (

  

Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel,

Kabupaten Boyolali)

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

Wahyu Eko Susanto

  

21112004

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

2018 Drs.Badwan, M.Ag Dosen IAIN Salatiga

  PENGESAHAN PEMBIMBING

  Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi KepadaYth.

  Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga

  Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Wahyu Eko Susanto NIM : 211-12-004 Judul : PERAN PEMERINTAH DESA DALAM

  PENCEGAHAN PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali)

  Dapat diajukan kepada Fakultas Syariah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

  Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

  Salatiga, 19 Maret 2018 Pembimbing,

  Drs. Badwan, M.Ag NIP. 19561202 1980031 005

KEMENTERIAN AGAMA RI

  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYRI’AH Jl. Nakula Sadewa V No. 9Telp (0298) 3419400 Fax.

  323423Salatiga5022 Website

  PENGESAHAN Skripsi Berjudul:

PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN

  

PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Desa Gladagsari,

Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali)

  Oleh:

  Wahyu Eko Susanto NIM 211-12-004

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Hukum Keluarga Islam, Fakultas Syariah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Maret 2018

  6 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum (SH).

  Dewan Sidang Munaqosyah: Ketua Penguji : Muh. Hafidz, M.Ag.

  Sekretaris Penguji : Drs. Badwan M.Ag. Penguji I : Sukron Ma‟mun, M.Si. Penguji II : Tri Wahyu Hidayati, M.Ag.

  Salatiga, 29 Maret 2018 Dekan Fakultas Syariah IAIN

  Salatiga,

  Dr. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Wahyu Eko Susanto NIM : 211-12-004 Jurusan : Hukum Keluarga Islam Fakultas : Syariah

  Judul :PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN

  PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali)

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapatdalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 19 Maret 2018 Yang menyatakan,

  Wahyu Eko Susanto NIM: 211-12-004

  

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Hidup selalu memberimu kesempatan kedua

Bersyukurlah untuk hari ini dan lakukan yang terbaik untuk hari

esok

  

PERSEMBAHAN

Untuk orang tua tercintaku

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi Rabbil „Aalamiin, puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya kepada kita, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan judul “PERAN PEMERINTAH DESA DALAM PENCEGAHAN

  PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR (Studi Kasus di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali) ”.

  Dengan terbentuknya skripsi ini, penulis haturkan banyak terima kasih yang tiada taranya kepada:

  1. Bapak Dr. H. Rahmat Haryadi, M. Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Ibu Dr. Siti ZumrotunM.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah.

  3. Bapak Sukron Ma‟mun, S.H.I.,M.Si.,selaku Kajur Hukum Keluarga Islam.

  4. Bapak Drs. Badwan, M.Ag., selaku Dosen Pembimbing Skripsi.

  5. Bapak Ibu Dosen Syariah IAIN Salatiga.

  6. Orang tua tercinta dan semua saudara-saudaraku.

  7. Vivied Khoriani yang selalu mengingatkanku dan selalu memberi semangat.

  Atas segala hal tersebut, penulis tidak mampu membalas apapun selain hanya memanjatkan doa, semoga Allah SWT mencatat sebagai amal sholeh yang akan mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Aamiin yaa robbal „aalamiin. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak kekurangannya, untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan guna kesempurnaan skripsi ini.

  Akhir kata penulis mengharapkan semoga skripsi ini nantinya dapat bermanfaat, khususnya bagi Almamater dan semua pihak yang membutuhkannya. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

  Salatiga, 19 Maret 2018 Penulis

  Wahyu Eko Susanto

  ABSTRAK

  Susanto, Wahyu Eko.2018. Peran Pemerintah Desa dalam Pencegahan

  Pernikahan di Bawah Umur (Studi Kasus Di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali). Skripsi. Jurusan Hukum Keluarga Islam.

  Fakultas Syariah. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Drs. Badwan, M.Ag

  Kata Kunci: Pemerintah Desa, Pernikahan di Bawah Umur

  Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui peran Pemerintah Desa dalam pencegahan pernikahan di bawah umur di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali. Pertanyaan utama yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Apa faktor yang mendorong pernikahan di bawah umur?; (2) Bagaimana upaya yang di lakukan pemerintah Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dalam meminimalisir perrnikahan di bawah umur?; (3) Bagaimana bentuk perlindungan Pemerintah Desa Gladagsari terhadap anak yang melakukan pernikahan di bawah umur?

  Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini pendekatan fenemologi yang berusaha memahami fenomena terjadinya pernikahan di bawah umur. Fakta-fakta yang di temukan di lapangan sewaktu melakukan penelitian akan di kaji dan di analisis. Kemudian fakta-fakta itu dicari titik kaitnya sehingga bisa menjadi kesimpulan umum. Jenis penelitian yang digunakan adalah Field Research, yaitu terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang di bahas.

  Berdasarkan hasil penelitian, faktor yang mendorong terjadinya pernikahan dini di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali adalah karena hamil di luar nikah dan keinginan diri sendiri serta orang tua. Upaya yang di lakukan pemerintah Desa Gladagsari dalam meminimalisir perrnikahan di bawah umur adalah tahap awal dengan dinasehati oleh Pegawai Pencatat Nikah (PPN) pada saat mendaftar dan ternyata masih di bawah umur, melakukan sosialisasi kepada orang tua, ditangguhkan surat nikah, dan memperketat aturan perkawinan di bawah umur. Adapun bentuk perlindungan Pemerintah Desa Gladagsari terhadap anak yang melakukan pernikahan di bawah umur adalah dengan menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya, berupa hak untuk hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi serta mendapat perlindungan kekerasan dan diskriminasi.

  

DAFTAR ISI

JUDUL ...................................................................................................... i

LEMBAR BERLOGO ............................................................................. ii

JUDUL ...................................................................................................... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................... iv

PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................. v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ............................................... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vii

KATA PENGANTAR .............................................................................. viii

ABSTRAK ................................................................................................ x

DAFTAR ISI ............................................................................................. xi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 3 C. Tujuan Penelitian ................................................................... 3 D. Kegunaan Penelitian............................................................... 4 E. Penegasan Istilah .................................................................... 4 F. Tinjauan Pustaka .................................................................... 5 G. Metode Penelitian................................................................... 10 H. Sistematika Penulisan............................................................. 15 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pernikahan .............................................................................. 17 a. Pengertian Pernikahan ..................................................... 17 b. Dasar Hukum Pernikahan ............................................... 18 c. Hukum Pernikahan .......................................................... 18 d. Tujuan Pernikahan .......................................................... 21 e. Rukun dan Syarat Sahnya Pernikahan ............................ 23 B. Pernikahan Dini ...................................................................... 27 a. Pengertian Pernikahan Dini ............................................ 27 b. Batas Umur Pernikahan .................................................. 28

  c.

  Faktor-faktor Penyebab Pernikahan di Bawah Umur ..... 29 d. Dampak Pernikahan di Bawah Umur .............................. 32 C. Pemerintah Desa..................................................................... 34 a.

  Tugas Kepala Desa .......................................................... 34 b. Wewenang Kepala Desa ................................................. 34 c. Hak Kepala Desa ............................................................. 35 d. Kewajiban Kepala Desa .................................................. 36

  BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 38 a. Letak Geografis Desa Gladagsari ................................... 38 b. Demografi ....................................................................... 38 B. Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan di Bawah Umur di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali ....

  43 a. Faktor Hamil di Luar Nikah ............................................ 43 b.

  Faktor Keinginan Diri Sendiri dan Orang Tua ................ 44 C. Upaya Pemerintah Desa Gladagsari Untuk Meminimalisir Pernikahan di Bawah Umur ..................................................

  46 D. Bentuk Perlindungan Pemerintah Desa Gladagsari Terhadap Anak yang Melakukan Pernikahan di Bawah Umur .............

  49 BAB IV ANALISIS A. Analisis Faktor Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini Di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali .............

  50 B. Analisis Upaya Pemerintah Desa Gladagsari dalam Meminimalisir Pernikahan di Bawah Umur .........................

  53 C. Analisis Perlindungan Pemerintah Desa Gladagsari Terhadap Anak yang Melakukan Pernikahan di Bawah Umur .............

  54 BAB V PENUTUP A.

  Kesimpulan ............................................................................ 57 B. Saran ....................................................................................... 58

  DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan adalah ikatan batin antara seorang pria dengan seorang

  wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kelak berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan).

  Pernikahan menurut Islam adalah nikah yang sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah swt, lengkap dengan syarat dan rukunnya, tidak ada suatu hal pun yang menghalangi keabsaannya, tidak ada unsur penipuan dan kecurangan dari kedua belah pihak, serta niat dan maksud dari kedua mempelai sejalan dengan tuntunan syariat Islam (Al- Mansyur, 2004:7)

  Dalam menjaga kerukunan rumah tangga yang sesuai dengan ajaran Islam dan Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, diperlukan sebuah kedewasaan dalam berfikir dan bertindak, sebab hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan pernikahan. Perkawinan bukan sekedar akad antara laki-laki dan perempuan ataupun melakukan hubungan seks saja namun lebih dari itu setelah terjadi pernikahan yang sah maka akan timbul suatu hukum yaitu keduanya harus saling memenuhi hak dan kewajiban masing-masing.

  Setiap calon pasangan yang hendak melakukan perkawinan hendaknya memperhatikan hal-hal yang berkaitan dengan perkawinan itu sendiri. Seperti batasan usia minimal dibolehkannya seseorang malangsungkan perkawinan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat (1) dan (2) yang berbunyi:

  (1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai 19 tahun danpihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun; (2) Dalam hal penyimpangan terhadap ayat (1) pasal ini dapat meminta dispensasi kepada pengadilan dan pejabat lain, yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita. Meskipun dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 7 ayat

  (1) dan (2) telah dijelaskan batasan minimal dibolehkannya seseorang melangsungkan perkawinan, namun pada praktiknya masih banyak masyarakat yang menikah di bawah umur. Hal ini tentu melanggar ketentuan pasal di atas, selain itu juga bertentangan dengan undang-undang perlindungan anak. Di sini dibutuhkan adanya peran pemerintah dalam mengatasi persoalan tersebut, sebagaimana telah dipaparkan dalam Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak.

  Adapun pasal yang dimaksudkan adalah sebagai berikut. Pasal 20 Undang- undang nomor 23 Tahun 2002 yang berbunyi: “Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggarakan tentang perlindungan anak

  ”. Lebih lanjut kewajiban dan tanggung jawab Negara dan Pemerintah terhadap perlindungan anak diatur dalam dalam Pasal 21, 22, dan 23 Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002.

  Berdasarkan hal-hal di atas penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam melalui penulisan skripsi yang berjudul Peran Pemerintah Desa Dalam Pencegahan Pernikahan di Bawah Umur (Studi Kasus di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali).

B. Rumusan Masalah 1.

  Apakah faktor yang mendorong pernikahan di bawah umur di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Gladagsari Kecamatan

  Ampel Kabupaten Boyolali dalam meminimalisir perrnikahan di bawah umur?

3. Bagaimana bentuk perlindungan Pemerintah Desa Gladagsari Kecamatan

  Ampel Kabupaten Boyolali terhadap anak yang melakukan pernikahan di bawah umur?

C. Tujuan Penelitian 1.

  Mengidentifikasi faktor yang mendorong pernikahan di bawah umur di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

  2. Mengetahui upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali dalam meminimalisir perrnikahan di bawah umur.

  3. Mengetahui bentuk perlindungan Pemerintah Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali terhadap anak yang melakukan pernikahan di bawah umur.

D. Kegunaan Penelitian

  Pelaksaan penelitian diharapkan akan manfaat, baik secara teoritik maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.

  Manfaat Teoritik.

  Manfaat Teoritik dari penulis skripsi ini adalah menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang berbagai persoalan yang berhubungan dengan pernikahan di bawah umur.

2. Manfaat Praktis

  Adapun manfaat praktis adalah memberikan tambahan wacana bagi dunia akademis, masyarakat serta dapat memberikan pandangan yang baik bahwa pernikahan di bawah umur sebenarnya juga bisa menjadi keluarga yang rukun, harmonis dan sesuai ajaran Islam.

E. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari adanya kesalahpahaman dalam penelitian ini maka perlu penulis kemukakan pengertian istilah-istilah yang ada dalam judul skripsi ini yakni sebagai berikut: 1.

  Peran Peran adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa (KBBI).Dalam hal ini adalah usaha usaha yang dilakukan oleh pemerintah desa guna meminimalisir praktek pernikahan di bawah umur.

  2. Pemerintah Desa Pemerintah Desa adalah lembaga pemerintah yang bertugas mengelola wilayah tingkat desa.

  3. Pernikahan di bawah umur Pernikahan di bawah umur adalah permikahan yang dilakukan pada usia yang belum diperkenankan untuk menikah oleh undang-undang Perkawinan No.1 Tahun 1974, yaitu usia di bawah 16 tahun bagi wanita dan di bawah 19 tahun bagi laki laki (Soemiyati, 2007:63).

F. Tinjauan Pustaka

  Penelitian tentang pernikahan di bawah umur ini berpotensi mempunyai kesamaan dengan penelitian-penelitian yang ada sebelumnya.

  Maka dari itu, penulis akan memaparkan gambaran umum tentang penelitian- penelitian pernikahan di bawah umur sebelumnya. Adapun tujuan dari pemaparan tersebut untuk menghindari penelitian ulamg yang sama persis, sehingga penelitian kali ini benar-benar beda dari penelitian yang pernah dilakukan orang lain. Adapun penelitian yang pernah ada sebelumnya tentang pernikahan di bawah umur sebagai berikut: 1)

  Skripsi karya Muhammad Sobirin, jurusan Syariah program Studi Ahwal Al Syakhshiyyah STAIN Salatiga 2009 yang berjudul “Peran Pegawai Pencatat NIkah (PPN) dalam Mengatasi Perkawinan di Bawah Umur (Study Kasus di Desa Petung dan Kantor Urusan Agama Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang”

  Dalam penelitian tersebut terdapat empat rumusan masalah, yaitu: 1)

  Bagaimanakah konsep perkawinan di bawah umur dalam fiqh dan perundang-undangan? 2)

  Bagaimanakah pelaksanaan perkawinan di bawah umur di Desa Petung Pakis Kabupaten Magelang?

  3) Apakah pelayanan perkawinan di KUA Pakis sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku?

  4) Bagaimanakah peran Pegawai Pencatat Nikah dalam mengatasi perkawinan di bawah umur di Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang?

  Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut: 1)

  Fiqh tidak mengatur tentang batas usia sesorang boleh menikah namun terdapat ketentuan fiqh yang mengatur tentang wajibnya mentaati peraturan pemerintah sehingga menurut fiqh perkawinan di bawah umur dilarang. Menurut perundang-undangan perkawinan di bawah tidak hanya melanggar Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 tetapi juga melanggar Undang-Undang Perlindungan Anak, sehingga harus di cegah.

2) Perkawinan di bawah umur di Desa Petung dipengaruhi oleh 6 faktor.

  Faktor-faktor tersebut: Ekonomi keluarga yang serba kekurangan, tingkat pendidikan yang rendah, pemenuhan kebutuhan biologis, pemahaman terhadap fiqh, minimnya sosialisasi Undang-Undang perkawinan dan tingkat kesadaran hukum yang rendah

  3) Terdapat inkonsistensi pelayanan perkawinan di Kantor Urusan Agama

  Kecamatan Pakis dalam hal pembiayaan nikah. Banyak faktor yang mengkondisikan hal ini, Faktor yang dimaksud antara lain rendahnya APBN untuk oprasional KUA dan pelaksanaan akad nikah di luar kantor KUA dan di luar jam kerja.

  4) Usaha-usaha PPN untuk meminimalisir perkawinan di bawah umur adalah dengan meningkatkab prosedur pemeriksaan berkas calon prngantin dan mensosialisasikan Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dalam acara keagamaan dan pada saat memberikan nasehat nikah.

  2) Skripsi karya Iva Farida Rohmah Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas

  Syariah IAIN Salatiga 2017 yang berjudul “Perlindungan Orang Tua

  Terhadap Perkawinan di Bawah Umur (Studi Kasus di Desa Gianti Kecamatan Candimulya Kab upaten Magelang)”. Dalam penelitian tersebut terdapat tiga rumusan masalah sebagai berikut:

  1) Bagaimana proses pelasanaan perkawinan dibawah umur di desa

  Giyanti, Kecamatan Candi Mulyo, Kabupaten Magelang? 2)

  Bagaimana bentuk dan dampak dari perlindungan orang tua terjadap perkawinan dibawah umur didesa Giyanti, Kecamatan Candi Mulyo, Kabupaten Magelang?

  3) Bagaiman perspektif hukum Islam dan Hukum positif terhadap perkawinan dibawah umur di desa Giyanti, Kecamatan Candi Mulyo,

  Kabupaten Magelang? Adapun hasil penelitian dari rumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1)

  Proses pelaksanaan perkawinan di bawah umur di Desa Giyanti adalah dengan melaksanakan pernikahan siri terlebih dahulu setelah umur kedua belah pihak mencapai batas yang ditentukan oleh Undang- Undang Perkawinan makan dilakukan pernikahan secara sah di KUA Kecamatan Candimulya.

  2) Bentuk dan dampak perlidungan orang tua terhadap perkawinan di bawah umur di Desa Giyanti adalah sebagai berikut: a.

  Bentuk perlindungan oran tua terhadap perkawinan di bawah umur di Desa Giyanti adalah perlindungan fisik, perlindungan ekonomi dan perlidungan psikologi b. Dampak yang ditimbulkan dari pernikahan di bawah umur tersebut adalah tidak menumbuhkan kesungguhan berusahauntuk mencari rizki tidak terbentuk rumah tangga yang mandiri dan tidak terpenuhinya hak dan kewajiban suami istri

  3) Ditinjau dari proses pelaksanaan perkawinan yang tidak sesuai dengan ketentuan pasal 7 Undang-Undang perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 yaitu bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai 19 (Sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun serta terdapat perlindungan orang tua yang memberikan dampak pada perkawinan tersebut maka perkawinan ini tidak seharusnya dilakukan guna tegaknya hukum positif di Indonesia.

  3. Skripsi karya Muhammad Masmudi Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah IAIN Salatiga 2017 yang berjudul “Pernikahan Usia DiniFaktor dan Implikasinya persfektif Hukum Islam (Studi Kasus di Dusun Ngronggo Kelurahan Kumpul Rejo Kecamatan Argomulya Kota Salatiga )”.

  Dalam penelitian ini terdapat 3 rumusan masalah sebagai berikut: 1)

  Apa faktor-faktor penyebab terjadinya pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo,Kota Salatiga?

  2) Bagaimana implikasi pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo,

  Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo,Kota Salatiga? 3)

  Bagaiamana hukum pernikahan usia dini di Dusun Ngronggo, Kelurahan Kumpulrejo, Kecamatan Argomulyo, Kota Salatiga menurut perspektif hukum Islam?

  Adapun hasil dari penelitian tersebut sebagai berikut: 1) Praktek pernikahan usia dini di Dusaun Ngronggo Kelurahan Kumpil

  Rejo Kecamatan Argomulya Kota Salatiga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaiut rendahnya tingkat pendidikan, minimya wawasan agama dan pergaulan sosial. 2) Praktik perniakahn usia dini ayng terjadi di Dusun Ngronggo

  Kelurahan Kumpul Rejo Kota Salatiga Berdampak negatif, seperti bertambahnya beban ekonomi bagi orang tua karena anaknya belum mampu memenuhi tuntuan kebutuhan dalam rumah tangga, tingkat pendidikan yang rendah, berkurangnya nilai sosial dalam berinteraksi antar sesama serta rumah tangga yang kurang harmonis .

  3) Pernikahan usia dini yang terjadi di Dusun Ngronggo adalah pernikahan yang harus ditekan dengan mempertimbangkan maslahah dan mudhorotnya. Karena dampak negatif pernikaha usia dini yang terjadi di Dusun Ngronggo lebih banyak dirasakan daripada dampak positifnya. Dari beberapa skripsi yang telah penulis paparkan di atas, terdapat perbedaan dengan skripsi yang penulis kerjakan. Adapun perbedaan tersebut terletak pada rumusan masalah, yaitu: 1.

  Apakah faktor yang mendorong pernikahan di bawah umur di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali? 2. Bagaimana upaya yang dilakukan Pemerintah Desa Gladagsari dalam meminimalisir perrnikahan di bawah umur?

  3. Bagaimana bentuk perlindungan Pemerintah Desa Gladagsari terhadap anak yang melakukan pernikahan di bawah umur?

G. Metode Penelitian

  Metode dalam hal ini diartikan sebagai salah satu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu, sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, menggembangkan dan mengguji suatu pengetahuan, usaha dimana dilakukan menggunakan metode-metode tertentu (Hadi, 1997:30).Adapun metode yang digunakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Jenis Penilitian dan Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah Field Research, yaitu terjun langsung ke lapangan guna mengadakan penelitian pada obyek yang di bahas (Hadi, 1981:4). Penelitian ini juga menggunakan pendekatan

  fenemologi yang berusaha memahami fenomena terjadinya pernikahan di

  bawah umur. Fakta-fakta yang di temukan di lapangan sewaktu melakukan penelitian akan di kaji dan di analisis. Kemudian fakta-fakta itu di cari titik kaitnya sehingga bisa menjadi kesimpulan umum. Penelitian dengan model seperti ini menuntut peneliti untuk terjun langsung mencermati fenomena pernikahan di bawah umur yang telah terjadi di Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali.

  2. Kehadiran peneliti Dalam penulisan skripsi ini peneliti mengunakan dua arah di mana ada interaksi antara peneliti dan subjek penelitian. Dalam hal ini peneliti mengunakan pendekatan psikologis untuk memperoleh data yang relevan sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu dengan mencari informan guna melengkapi data. Kehadiran penelitian di sini mencoba menggali lebih jauh tentang faktor pendorong pernikahan di bawah umur, upaya Pemerintah Desa untuk meminimalisir pernikahan di bawah umur dan peran Pemerintah Desa Gladagsari Kecamatan Ampel Kabupaten Boyolali terhadap anak yang melakukan pernikahan di bawah umur.

  3. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini penulis memilih lokasi di Desa Gladagsari,

  Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, karena salah satu tempat yang cukup banyak terjadinya pernikahan di bawah umur, yaitu sebanyak sepuluh pasang.

  4. Sumber Data

  a) Data Primer

  Data ini merupakan sejumlah keterangan-keterangan dan fakta langsung yang diperoleh dari lapangan melalui wawancara dengan pihak-pihak yang dipandang mengetahui obyek yang diteliti. Yaitu dengan mencari informan yang terprecaya dan mengetahui kondisi dari informan seperti keluarga, tetangga, orang-orang dekat, maupun langsung kepada subjek penelitian.

  b) Data Sekunder

  Data yang diperoleh dari bahan-bahan pustaka berupa buku, leteratur, dokumen-dokumen resmi, Al- Qur‟an dan Al- Hadits yang berhubungna dengan obyek masalah.

  5. Prosedur Pengumpulan Data Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah: a. Kajian pustaka dan dokumentasi, yaitu mengumpulkan karya-karya yang diperkirakan dapat mendukung penillitian ini, yaitu karya-karya yang memberikan informasi tentang pernikahan di bawah umur. b. Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 1998:145). Wawancara akan dilakukan terhadap pelaku maupun orang terdekat seperti, keluarga, tetangga, maupun pihak-pihak yang mengetahui praktik pernikahan di bawah umur di Desa Gladagsari.

  c. Observasi, yaitu penelitian mengamati apakah benar ekspresi yang diperlihatkan subjek penelitian sesuai dengan respon verbal yang diberikannya (Mulyana, 2006:30)

  Lebih lanjut menurut Patton (Poerwandari, 1998:23) hasil observasi menjadi data yang penting karena : 1) Penelitian akan mendapatkan pemahaman labih baik tentang konteks hal yang diteliti atau terjadi.

  2) Observasi memungkinkan peniliti untuk bersikap terbuka, beroreantasi pada penemuan dari pada pembuktian, dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif. Dengan berada dalam situasi lapangan yang nyata, kecenderungan untuk dipengaruhi berbagai konseptualisasi tentang topik yang diamati akan berkurang.

  Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang menyangkut penilitian, dankarena berbagai sebab tidak diungkap oleh informan secara terbuka dalam wawancara, seperti kegiatan informan sehari-hari, hubungan informan dengan pasanganya, keadaan rumah, dan lingkungan tempat tinggal dan lainya.

  6. Tehnik Analisa Data Dalam penulisan ini, setelah data yang diperoleh, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode yaitu : a.

  Metode induksi, yaitu cara berfikir dari pernyataan yang bersifat khusus untuk ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.

  b.

  Metode deduksi, yaitu cara berfikir dari pernyataan yang bersifat umum untuk ditarik suatu kesimpulan yang bersifat khusus.

  7. Pengecekan Keabsahan Data Dalam suatu penelitian, validitas data mempunyai pengaruh untuk mendapatkan data yang valid diperlukan suatu teknis untuk memeriksa keabsahan suatu data. Keabsahan data dalam penilitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber, menurut Patton (2002:180) berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informaasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif (Moleong, 2002:178).

  8. Tahap-Tahap Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan berbagai tahap, pertama pra lapangan, penelitian menetukan topik penelitian, mencari informasi tentang adanya praktik pernikahan di bawah umur.Tahap selanjutnya penelitian terjun langsung ke lapangan untuk mencari informan atau pelaku dan melakukan observasi, dokumentasi dan wawancara terhadap informan yaitu pelaku pernikahan di bawah umur, keluarga dan Pemerintah Desa. Tahap terakhir yaitu penyusunan laporan atau penelitiaan dengan cara menganalisis data atau temuan kemudian memaparkan dengan narasi deskriptif.

H. Sistematika penulisan

  Untuk memudahkan dalam pembahasan dan pemahaman yang lebih lanjut dan jelas dalam membaca penilitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan penilitian ini, maka disusunlah sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

  Bab I Pendahuluan: Bab ini menerangkan Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjaua Pustaka, Metode Penelitian yang berisi tentang Pendekatan dan Jenis Penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, Pengecekan Keabsahan Data, Tahap-Tahap Penelitian dan Sitematika Penulisan.

  Bab II Landasan Teori: Bab ini berisi kajian pustaka tentang Pernikahan, konsep pernikahan, pernikahan di bawah umur, dan Peran Pemerintah terhadap Perlindungan Pernikahan di Bawah Umur Bab III Hasil Penelitian: Bab ini memuat tentang profil Desa Gladagsari dan hasil penelitian terjadinya praktik pernikahan di bawah umur yang terjadi di Desa Gladagsari, Kecamatan Ampel, Kabupaten Boyolali, seperti faktor pendorong terjadinya pernikahan di bawah umur, upaya Pemerintah Desa Gladagsari untuk meminimalisir pernikahan di bawah umur dan bentuk perlindungan Pemerintah Desa Gladagsari terhadap anak yang menikah di bawah umur.

  Bab IV Bab ini berisi tentang: Analisis data Penelitian faktor pendorong pernikahan di bawah umur di Desa Gladagsari, analisis upaya Pemerintah Desa Gladagsari untuk meminimalisir pernikahan di bawah umur dan analisis peran Pemerintah Desa Gladagsari terhadap anak yang menikah di bawah umur.

  Bab V Penutup: berisi Kesimpulan dan Saran.

BAB II LANDASAN TEORI A. Pernikahan

  1. Pengertian Pernikahan Kata nikah atau pernikahan sudah menjadi kosa kata dalam bahasa

  Indonesia, sebagai padanan kata perkawinan (az-zawaj). Secara terminology,ikah artinya suatu akad yang menghalakan pergaulan antara seorang laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim dan menimbulkan hak dan kewajiban antara keduanya.

  Menurut Kompilasi Hukum Islam, perkawinan atau pernikahan yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalizan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya adalah ibadah.

  Adapun menurut syara`, nikah adalah akad serah terima antara laki-laki dan perempuan dengan tujuan untuk saling memuaskan satu sama lainnya dan untuk membentuk rumah tangga yang sakinah serta masyarakat yang sejahtera (Tihami, 2009:8). Sebagaimana disebutkan di dalam UU No.

  1 Tahun 1974 bab 1 pasal (1) bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Dengan melihat kepada hakikat perkawinan itu merupakan akad yang membolehkan laki-laki dan perempuan melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak dibolehkan, maka dapat dikatakan bahwa hukum asal dari pernikahan adalah boleh atau mubah.

  Namun dengan melihat kepada sifatnya sebagai sunnah Allah dan sunnah Rosul, tentu tidak mungkin dikatakan bahwa hukum asal pernikahan itu hanya semata mubah. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa melangsungkan akad pernikahan diperintah oleh agama dan dengan telah berlangsungnya akad pernikahan itu maka pergaulan laki-laki dengan perempuan menjadi mubah (Syarifudin, 2007:43).

  2. Dasar Hukum Pernikahan a.

  QS Ar Rum:21

  

ْمُكَنْ يَ ب َلَعَج َو اَهْ يَلِا اْوُ نُكْسَتّل اًجاَوْزَا ْمُكِسُفْ نَا ْنّم ْمُكَل َقَلَخ ْنَا ِهِتيا ْنِم َو

.َنْوُرَّكَفَ تَّ ي ٍمْوَق ّل ٍتيلا َكِلذ ْيِف َّنِا ،ًةَمْحَر َّو ًةَّدَوَّم

  Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. [QS. Ar- Ruum : 21] b.

  Hadits Nabi Muhaammad SAW:

   َ ْ ِن َلَمْكَت ْللها ِت َقَ ف ُت ْىَعلْا َ َّوَب َ ا اَذِا َ ِاا ُْْو ُللهَر َْا َر ،ر قهيىلا ة ياور ر ف و .رِراَىلْا ِ ْ ِّنلا رِف َاا ِقَّتَيْلَ ف ،ِنْيِّتلا

  Dan dalam riwayat Baihaqi disebutkan, Rasulullah SAW bersabda, “Apabila seorang hamba telah menikah, berarti dia telah menyempurnakan separo agamanya, maka hendaklah dia bertaqwa kepada Allah pada separo sisanya

  3. Hukum pernikahan (Sabiq, 1980:22) a.

  Wajib Bagi yang sudah mampu kawin, nafsunya telah mendesak dan takut terjerumus dalam perzinaan wajiblah dia kawin. Karena menjauhkan diri dari yang haram adalah wajib, sedang untuk itu tidak dapat dilakukan dengan baik kecuali dengan jalan kawin. . Imam Al- Qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang wajibnya seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa resiko zina pada dirinya. Dan bila dia tidak mampu, maka Allah SWT pasti akan membuatnya cukup dalam masalah rezekinya, sebagaimana firman-Nya :

   ِهِلْضَف ْنِم ُهَّلل ا ُمُهَ يِنْغُ ي ٰرَّتَح اًحاَكِن َنوُتِجَي َلا َنيِذَّلا ِ ِفْعَ تْسَيْلَو

  Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) nya, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. [Q.S. An-Nur (24) : 33] b. Sunnah

  Adapun bagi orang-orang yang nafsunya telah mendesak lagi mampu kawin, tetapi masih dapat menahan dirinya dari berbuat zina, maka sunnahlah ia kawin. Berkata Imam Nawawi : “Ini adalah madzhab kita (Syafi‟iyah) dan madzhab seluruh ulama, bahwa perintah menikah di sini adalah anjuran, bukan kewajiban… dan tidak diketahui seseorang mewajibkan nikah kecuali Daud dan orang-orang yang setuju dengannya dari pengikut Ahlu Dhahir (Dhahiriyah), dan riwayat dari Imam Ahmad. “ Sebagaimana Allah SWT. berfirman :

   َث َلَُثَو رَنْ ثَم ِءاَسِّنلا َنِم ْمُكَل َباَط اَم اوُحِكْناَف رَماَتَيْلا يِف اوُطِسْقُ ا َّلاَأ ْمُتْفِخ ْنِإَو اوُلوُعَ ا َّلاَأ رَنْدَأ َكِلَذ ْمُكُناَمْيَأ ْتَكَلَم اَم ْوَأ ًةَتِحاَوَ ف اوُلِتْعَ ا َّلاَأ ْمُتْفِخ ْنِإَف َعاَبُرَو

  Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. [Q.S. An-Nisa (4) : 3] c.

  Haram Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah lahir dan batin kepada istrinya serta nafsunyapun tidak mendesak, haramlah ia kawin. Qurthuby berkata : “Bila seorang laki-laki sadar tidak mampu membelanjai istrinya atau membayar maharnya atau memenuhi hak-hak istrinya, maka tidaklah boleh ia kawin, sebelum ia terus terang menjelaskan keadaannya kepada istrinya atau sampai datang saatnya ia mampu memenuhi hak-hak istrinya. Allah berfirman : ...... اوُنِسْحَأَو ِةَكُلْهَّ تلا رَلِإ ْمُكيِتْيَأِب اوُقْلُ ا َلاَو .....

  Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri kedalam kebinasaan dengan tanganmu sendiri. [Q.S. Al-Baqarah (2) : 195] d. Makruh

  Makruh kawin bagi seorang yang lemah syahwat dan tidak mampu memberi belanja istrinya, walaupun tidak merugikan istri, karena ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat. Juga makruh hukumnya jika karena lemah syahwat itu ia berhenti dari melakukan sesuatu ibadah atau menuntut sesuatu ilmu.

  e.

  Mubah Bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera kawin atau karena alasan-alasan yang mengharamkan untuk kawin, maka hukumnya mubah.

  4. Tujuan pernikahan Menurut Khoiruddin Nasution, (2005 : 37-38) setidaknya terdapat 5 tujuan pernikahan, yaitu sebagai berikut: a.

  Memperoleh kehidupan sakinah, mawaddah, dan rahmah.

  Tujuan ini dapat dicapai secara sempurna apabila tujuan-tujuan lain dapat terpenuhi. Dengan ungkapan lain, tujuan-tujuan lain adalah sebagai pelengkap untuk memenuhi tujuan utama ini. Dengan tercapainya tujuan reproduksi, tujuan memenuhi kebutuhan biologis, tujuan menjaga diri, dan ibadah, dengan sendirinya insya Alla tercapai pula ketenangan, cinta dan kasih sayang. Inilah yang dimaksud dengan tujuan lain sebagai pelenklap untuk mencapai tujuan pokok atau utama.

  b.

  Reproduksi/regenerasi Tujuan yang kedua ini untuk mengembangbiakan ummat manusia (reproduksi) di muka bumi dapat dilihat dalam beberapa ayat dan hadis di bawah ini: 1)

  Asy-Syura (42): 11 “Manusia dan binatang diciptakan secara berpasangan dari jenisnya sendiri agar berkembang biak”.

  2) An-Nisa‟ (4): 1. “Allah menciptakan kamu dari seorang diri,

  kemudian daripadanya menciptakan isterinya dan dari keduanya mengemabangbiakan manusia laki- laki dan perempuan”.

  3) . Hadis Nabi yang memerintahkan untuk menikah dengan pasangan yang penuh kasih dan subur (produktif).

  c.

  Pemenuhan kebutuhan biologis Tujuan ketiga, pemenuhan biologis (seksual) dapat dlihat dalam beberapa ayat:

  1) Surat al-Baqarah (2): 187: “Dihalalkan pada malam hari puasa

  bercampur dengan isteri-isterimu, mereka pakaian bagimu dan kamu pakaian bagi mereka”.

  2) Surat al-Baqarah (2): 223:” Isteri-isterimu seperti tanah tempat

  kamu becocok tanam, datangilah tempat bercocok tanam itu bagaimana saja kamu mau”

  d.

  Menjaga kehormatan Tujuan keempat dari perkawinan ialah untuk menjaga kehormatan.

  Dimaksud dengan kehormatan ialah kehormtan diri sendiri, anak dan keluarga.

  e.

  Ibadah Tujuan perkawinan yang kelima ialah untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah, tersirat dari beberapa nas yang sebelumnya sudah disebutkan. Di antaranya ialah hadis Nab yang menyebutkan:

  “seseorang yang melakukan perkawinan sama dengan seseorang yang melakukan setengah agama”.

  Nas ini sangat tegas menyebut bahwa melakukan perkawinan adalah bagian dari melakukan agama. Melakukan perintah dan anjuran agama tentu bagian dari ibadah. Dengan demikian maka menjadi jelas bahwa melakukan perkawinan adalah bagian dari ibadah. Nas lain sekalipun tida secara tegas tetapi makna tersirat, misalnya hadis Nabi Muhammad saw yang mempunyai harapan pribadi agar umatnya dapat berjumlah banyak pada akhir zaman nanti. Pada dasarnya hadis ini menjelaskan tujuan reproduksi dalam perkawinan, yaitu untuk meneruskan keturunan dan memperbanyak ummat Muhammad, bukan tujuan ibadah. Tetapi dengan mengikuti sunnah Nabi sama artinya dengan melakukan ibadah. Oleh karena itu menjadi jelas bahwa dengan menjalanakan perkawinan sebagaibagian dari melakukan snnah Nabi Muhammad saw berarti juga melakukan ibadah.

  5. Rukun dan Syarat Pernikahan

  a. Menurut Islam Menurut syariat agama Islam, setiap perbuatan hukum harus memenuhi dua unsur, yaitu rukun dan syarat. Rukun ialah unsur pokok dalam setiap perbuatan hukum, sedangkan syarat ialah unsur pelengkap dalam setiap perbuatan hukum.

  Adapun rukun dan syarat nikah dalam Islam adalah sebagai berikut:

  1) Calon mempelai pria (Munir, 2007:34), syarat- syaratnya:

  a) Beragama Islam;

  b) Laki-laki;

  c) Tidak karena dipaksa;

  d) Tidak beristri empat orang (termasuk istri yang dalam iddah raj‟i); e) Bukan mahram perempua calon istri;

Dokumen yang terkait

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 1 26

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 14

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 16

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam Dalam Ilmu Tarbiyah

0 0 78

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 102

ABORSI DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 80

FENOMENA MITOS LARANGAN PERNIKAHAN DI DESA JETIS DAN DESA ROGOMULYO KECAMATAN KALIWUNGU KABUPATEN SEMARANG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 2 100

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 0 81

PERJANJIAN PRA NIKAH DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA (Studi Kasus di KUA Kecamatan Tingkir Kotamadya Salatiga) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

1 1 125

PERKAWINAN POLIANDRI (Studi Kasus Di Dusun Canggal Desa Sidoharjo Kecamatan Susukan Kabupaten Semarang) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

0 3 149