PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG MENURUT HUKUM ISLAM SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

  

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA

SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

MENURUT HUKUM ISLAM

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

DINA AMALIA HIDAYATI

  

NIM 214 11 008

JURUSAN S1- HUKUM EKONOMI SYARI’AH

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA

SRUWEN, KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG

MENURUT HUKUM ISLAM

SKRIPSI

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam

Oleh:

DINA AMALIA HIDAYATI

  

NIM 214 11 008

JURUSAN S1- HUKUM EKONOMI SYARI’AH

  

FAKULTAS SYARI’AH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

2016

  MOTTO PENULIS Selau Syukuri apa yang kita dapatkan saat ini, saat kita menginginkan sesuatu dan kita belum mendapatkannya, mungkin kita belum membutuhkannya hanya sekedar ingin, sehingga Allah tidak memberikannya kepada kita.

  Kita hidup untuk bermanfaat bagi orang lain, bukan memanfaatkan orang lain untuk hidup kita.

  Selalu dasari dengan rasa cinta saat melalukan apapun dalam hidup kita, karena dengan satu cinta akan hilangkan naluri saling menghancurkan.

  Always P.L.U.R , Peace, Love, Unity and Respect terhadap sesama.

  (Dina Amalia Hidayati)

  

PERSEMBAHAN

  Kupersembahkan dengan cinta dan ketulusan hati karya ilmiah berupa skripsi ini kepada :

  1. Kedua Orang tuaku BapakSamsudi dan Ibu Ngadiyah tercinta, yang telah mendoakan dan memberi kasih sayang serta semangat kepadaku selama ini.

  2. Ketiga Adikku Itsna Millatul Himmayati, Wildan Fahmi Syarfi’I dan Wafa Firmana Al makhali yang telah mendoakan agar selalu tetap semangat dalam menuntut ilmu dan menjalani kehidupan di dunia ini.

  3. Para guru sejak Sekolah Dasar hingga Perguruan Tinggi yang penulis sayangi dan hormati dalam memberikan ilmu dan membimbing dengan penuh kesabaran 4. Muh Ihsannurudin, seseorang yang telah memberikan semangat dan motivasi yang tinggi sehingga penulis selalu semangat dalam menjalani kehidupan.

  5. Sahabat-Sahabati saya di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia(PMII), sahabat Ya Bismillah ( Bidikmisis IAIN Salatiga), Rekan-Rekanita saya di

  IPNU-IPPNU, sahabat-sahabati di Senat Mahasiswa Institut (SMI) dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Syariah yang selalu menjadi penyemangat dan alasan saya untuk selalu menambah ilmu pengetahuan

  6. Teman-teman satu angkatan Hukum Ekonomi Syariah dan Almamater Tercinta Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang penulis banggakan.

7. Murid-murid serta rekan guru di TK dan MI NU Siti Hajar Tengaran dan

  TPQ Al kahfy yang selalu memberikan semangat dan menyadarkan betapa pentingnya ilmu untuk disampaikan.

KATA PENGANTAR

  Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya Penulisan Skripsi ini dapat penulis selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Penulis juga bersyukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga penulis dapat menyusun penulisan skripsi ini.

  Sholawat dan salam selalu penulis sanjungkan kepada Nabi, Kekasih,

  

Spirit Perubahan, Rasullah Muhammad SAW beserta segenap keluarga dan para

  sahabat- sahabatnya, syafa’at beliau sangat penulis nantikan di hari pembalasan nanti.

  Penulisan skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu persyaratan guna mem peroleh gelar Sarjana Syari’ah (S.Sy) dalam ilmu syari’ah, Fakultas

  Syari’ah, Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah yang berjudul:

  

PEMANFAATAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA SRUWEN,

KEC.TENGARAN, KAB.SEMARANG MENURUT HUKUM ISLAM ”. Penulis

  mengakui bahwa dalam menyusun Penulisan Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi-tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata-kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga

  2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah di IAIN Salatiga.

  3. Bapak Ilya Muhsin, S.H.i., M.Si, selaku Wakil Dekan Fakultas Syari’ah Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan lancar dan baik.

  4. Ibu Evi Ariyani, M.H, selaku Ketua Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah di IAIN Salatiga sekaligus sebagai Dosen Pembimbing yang selalu meberikan saran, pengarahan dan masukan berkaitan penulisan skripsi sehingga dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.

  5. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari’ah IAIN Salatiga yang memberikan pemahaman, arahan dalam penulisan skripsi sehingga penulisan skripsi ini bisa saya selesaikan.

  6. Bapak Shodiq,Bapak Sutrisno dan Ibu Daryanti yang telah bersedia memberikan informasi tentang penelitian penulis

  7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf adminitrasi Fakultas Syari’ah yang tidak bisa kami sebut satu persatu yang selalu memberikan ilmunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa halangan apapun.

  8. Sahabat-sahabatku tercinta, Tince,Mumun, Bunda, Jannah, Muji dan semua yang selalu mendukung penulis dalam menyusun skripsi ini.

9. Teman-teman Jurusan S1 Hukum Ekonomi Syari’ah angkatan 2011 di

  IAIN Salatiga yang telah memberikan banyak cerita selama menempuh pendidikan di IAIN Salatiga.

  Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan kepada penulis, agar pula senantiasa mendapatkan maghfiroh, dan dilingkupi rahmat dan cita-Nya. Amiin.

  Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi metodologi, penggunaan bahasa, isi, maupun analisanya, sehingga kritik dan saran yang konstruktif, sangat penulis harapan demi enaknya penulisan skripsi ini dibaca dan dipahami.

  Akhirnya, penulis berharap semoga skrispi ini bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan umumnya bagi pembaca.

  Salatiga, 10 Februari 2016 Penulis.

  

Abstrak

  Hidayati,Dina Amalia.2016. Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen

  Kec.Tengaran, Kab.Semarang Menurut Hukum Islam . Skripsi. Fakultas

  Syariah. Jurusan Hukum Ekonomi Syariah. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.Pembimbing: Evi Ariyani, M.H

  Kata Kunci : Pemanfaatan, Gadai Tanah, Hukum Islam dan Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti kegiatan pemanfaatan

  Gadai Tanah sawah di Desa Sruwen, Kec.Tengaran, Kab.Semarang. Pertanyaan yang perlu dijawab dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana praktek pemanfaatan gadai tanah sawah di desa Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang?, (2) Bagaimana status hukum pemanfaatan gadai tanah sawah di desa Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang menurut hukum Islam?. Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan nmetode pendekatan deskriptif analitis yaitu dengan mengambarkan kegiatan yang terjadi kemudian dianalisis dengan teori yang mendukung. Dengan penelitian ini bisa menambah wawasan keilmuan tentang Ekonomi Syariah dalam hal gadai tanah sawah dan bisa menjadi bahan sosialisasai untuk masyarakat secara umum. Serta bisa menjadi bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya tentang gadai tanah sawah.

  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, gadai tanah di desa sruwen adalah meminjam uang dengan menggadaikan tanah sawah, dalam jangka waktu yang telah disepakati atau selama belum bisa melunasi tanah sawah digarap oleh penerima gadai atau pemilik uang, apabila sampai jangka waktu yang disepakati pemilik sawah belum bisa melunasi hutangnya maka hasil dari sawah tersebut tetap menjadi hak penerima gadai atau pemilik uang . Kedua, menurut hadis nabi yang telah ditelaah oleh ulama Syafiiyah bahwa penerima gadai tidak berhak atas manfaat dari barang gadai. Seperti yang telah dijelaskan nabi dalam sebuah hadis bahwa utang yang menarik manfaat adalah riba. Dan riba hukumnya adalah haram. Jadi memanfaatkan barang gadai oleh penerima gadai hukumnya haram.

  

DAFTAR ISI

i HALAMAN JUDUL........................................................................................... iii HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN.................................................... Iv HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING..................................................

  V HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...................................... vi HALAMAN MOTO............................................................................................ vii HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... ix KATA PENGANTAR......................................................................................... xii ABSTRAK...........................................................................................................

  Xiii DAFTAR ISI....................................................................................................... Xvi DAFTAR TABEL…………………………………………………………....

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian........................................................... 1 B. Fokus Penelitian.......................................................................... 5 C.

  5 Tujuan Penelitian.........................................................................

  D.

  6 Kegunaan Penelitian....................................................................

  E.

  6 Penegasan Istilah.........................................................................

  F.

  7 Tinjauan Pustaka.........................................................................

  G.

  Metode Penelitian........................................................................ 9 1.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian............................................ 9 2. Kehadiran Peneliti................................................................ 9 3. Lokasi Penelitian.................................................................. 10

  4. Sumber Data Penelitian......................................................... 10 5.

  Prosedur Pengumpulan Data................................................ 11 6. Analisis Data........................................................................ 12 7.

  13 Pengecekan Keabsahan Data................................................

  8.

  14 Tahap-Tahap penelitian........................................................

  H.

  Sistematika Penulisan................................................................ 15 BAB II PEMBAHASAN TEORITK.........................................................

  16 A.

  16 Pengertian Gadai…………….....................................................

  B.

  18 Dasar Hukum Gadai…………………………............................

  C.

  21 Syarat dan Rukun Gadai………...............................................

  D.

  25 Status dan Jenis Barang Gadai..................................................

  E.

  26 Hak dan Kewajiban pemberi dan penerima gadai....................

  F.

  28 Pemanfaatan Barang Gadai......................................................

  G.

  34 Berakhirnya Gadai...................................................................

  BAB III H

  37 ASIL PENELITIAN………..........................................................

  A.

  37 Desa Sruwen dalam Lintas Sejarah.............................................

  B.

  44 Demografi Pendududk.................................................................

  C.

  49 Praktek Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen, Kec.Tengaran,Kab.Semarang...................................................

  52 BAB IV ANALISIS......................................................................................

  54 Analisis Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen,Kec.Tengaran,Kab.Semarang Menurut Hukum Islam.......................................................................................

  54

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan.................................................................................

  60 B.

  Saran........................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA........................................................................................

  LAMPIRAN-LAMPIRAN

  63

  64

  

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rekap Data Jumlah Penduduk Desa Sruwen Tahun 2015...............................................................................................................

  45 Tabel 3.2 Rekap Data Penduduk Menu

  46 rut Pendididikan…………..............

Tabel 3.3 Rekap Data Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian...............Tabel 3.4 Rekap Data Penduduk Menurut Agama..........................................

  47

  48 LAMPIRAN-LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kehidupan bermasyarakat berinteraksi dengan sesama manusia merupakan suatu kebutuhan, karena dengan interaksi antar sesama manusia akan mendapatkan apa yang mereka butuhkan serta bisa saling bertukar informasi. Termasuk dalam hal memenuhi kebutuhan ekonomi manusia tidaklah mungkin bisa memenuhinya sendiri, ada banyak cara manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dimulai dari cara yang paling sederhana yaitu barter (saling tukar menukar barang) dan sampai saat ininberkembang dengan cara-cara yang lebih modern sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan hidup..

  Dalam Islam pun tata cara memenuhi kebutuhan ekonomi telah di atur, seperti halnya jual-beli, berserikat atau bekerja sama, membuat perjanjian sampai pada hal hutang-piutang pun telah diatur dalam Islam. Sehingga Islam secara lengkap telah mengatur kehidupan manusia. Mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak boleh dilakukan.

  Salah satu akad dalam hal perekonomian adalah masalah gadai atau dalam Islam disebut dengan akad Rahn. Penegertian Gadai atau

  Rahn adalah meyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan

  secara hak, dan dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud setelah ditebus.(Ali,2008:2).

  Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata(KUHP) pasal 1150 Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh seorang berhutang atau oleh seorang lain atas namanya, dan yang memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan daripada orang-orang berpiutang lainya, dengan kekecualian biaya untuk melelang barang tersebut dan biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang harus didahulukan.

  Sedangkan untuk dasar hukum yang mengatur tentang Gadai atau

  Rahn

  seperti yang disebutkan dalam ayat Al Qur’an Surat Al Baqarah ayat 283 : .

  1                          

            

  

jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara tunai)

sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada

barang tanggungan yang dipegang (oleh yang berpiutang). akan tetapi

jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah

yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah

ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang

menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa

hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan .(QS.Al

  Baqarah:283)

  Dalam ayat tersebut bahwa menangguhkan suatu benda sebagai jaminan atas hutang adalah diperbolehakan. Namun Gadai sebagai suatu akad tentunya harus memenuhi rukun dan syarat sahnya, Rukun Gadai adalah adanya Aqid( Orang yang berakad) dan

  Ma’qud ‘alaih (Barang yang

  diakadkan). Syarat-Syarat Gadai adalah Shighat, Pihak-pihak yang berakad cakap menurut Hukum Islam, Utang (Marhun Bih) dan Marhun.

  

Marhun atau harta yang dipegang oleh penerima gadai pun ada

  ketentuannya sendiri seperti yang telah disepakati oleh para ulama. Syarat yang berlaku pada barang yang digadaikan seperti yang berlaku pada barang yang dapat diperjualbellikan.(Ali,2008:22)

  Dalam hal ini barang yang digadaikan tidak dapat diambil manfaatnya oleh orang yang menerima gadai sekalipun orang yang mengadaikan mengijinkannya. Seperti halnya sabda Rosul SAW, yang berbunyi :

  أَب َر َؤُهَف أًعْفَن َّرَج ٍض ْرَق ُّلُك

  “Setiap utang yang menarik manfaat adalah Riba” (Riwayat Harits bin Abi Usamah).(Suhendi,2010:108)

  Dari Pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa gadai dalam Islam Hukumnya adalah boleh. Lalu bagaimana dengan Gadai Tanah Sawah ? Seperti halnya yang terjadi di Desa Sruwen Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang dengan gambaran umumnya sebagai berikut, Ada seorang petani atau orang yang memiliki lahan atau sawah membutuhkan pinjaman uang. Kemudian dia meminjam kepada orang lain hutang berupa uang atau emas dengan akad gadai. Adapun sebagai barang jaminan adalah lahan atau sawah yang dia punyai. Kemudian tanah atau sawah tersebut berpindah tangan dengan diserahkan kepada pemberi hutang.

  Sawah yang menjadi jaminan tersebut berada dalam penguasaan pemberi hutang sampai pelunasan hutang. Selama berada ditangan pemberi hutang, hak penggarapan dan penanaman sawah berada ditangan pemberi hutang. Hasil panen yang melimpah dari sawah pun menjadi hak pemberi hutang. Terkadang apabila hutang belum terlunasi mencapai waktu bertahun-tahun sehingga hasil keuntungan menggarap sawah itu sudah lebih besar dari nilai hutang yang dipinjamkan.

  Dari gambaran gadai sawah di atas diketahui kebatilan dari praktek gadai sawah dimana terdapat unsur keuntungan dari peminjaman hutang. Padahal setiap pinjaman yang menghasilkan keuntungan maka itu adalah riba. Bukankah akad hutang piutang dalam islam adalah dalam rangka tolong menolong bukan mencari keuntungan.

  Maka dari itu perlu adanya penelitian lebih detail atas Gadai tanah sawah dalam pandangan Hukum Islam. Dalam hal ini peneliti akan menganalisis kegiatan gadai tanah sawah yang ada di Desa Sruwen Kec.Tengaran, Kab.Semarang.Dengan begitu peneliti bisa mendapatkan pengetahuan yang lebih luas terutama dalam masalah perekonomian dalam Islam. Serta bisa meluruskan masalah perekonomian yang belum jelas atau belum diketahui hukumnya oleh masyarakat, sehingga tatanan ekonomi dalam masyarakat bisa benar dan sesuai syariat. Dengan judul penelitaian “ Pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen, Kec.Tengaran, Kab.Semarang dalam Prespektif Hukum Islam

  ” B.

  Fokus Penelitian 1.

  Bagaimana praktek pemanfaatan gadai tanah sawah di desa Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang ? 2. Bagaimana hukum pemanfaatan gadai tanah sawah di desa Sruwen

  Kec.Tengaran Kab.Semarang menurut hukum Islam? C. Tujuan Penelitian 1.

  Untuk Mengetahui Praktek pemanfaatan Gadai Tanah Sawah Di Desa Sruwen, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang 2. Untuk mengetahui hukum pemanfaatan Gadai Tanah Sawah di Desa

  Sruwen, Kec.Tengaran,Kab.Semarang menurut Prespektif Hukum Islam.

  D.

  Kegunaan Penelitian 1.

  Menambah wawasan keilmuan tentang sistem pamanfaatan gadai tanah sawah

2. Menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya 3.

  Menambah wawasan keilmuan mahasiswa serta masyarakat umum tentang status hukum pemanfaatan gadai tanah swah

  4. Bisa menjadi bahan sosisalisasi kepada masyarakat tentang sistem pemanfaatan gadai tanah sawah terutama bagi pelaku gadai tanah sawah.

  E.

  Penegasan Istilah 1.

  Gadai (Rahn) meyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak, dan dapat diambil kembali sejumlah harta dimaksud setelah ditebus.(Ali,2008:2) 2. Gadai Tanah Sawah adalah menjaminkan tanah sawah yang dimiliki orang yang berhutang kepada orang yang berpiutang dalam jangka waktu tertentu sesuai perjanjian kedua pihak dan akan kembali kepada pemilik(orang yang berhutang) ketika telah ditebus hutangnya dan selama tanah sawah dijadikan jaminan semua hak atas tanah tersebut menjadi milik orang yang berpiutang.

  3. Hukum Islam adalah keseluruahan khitab Allah yang mengatur kehidupan setiap muslim di dalam segala aspeknya ( Naim,2009:15) F.

  Tinjauan Pustaka Sejauh ini peneliti telah menemukan penelitian tentang gadai tanah yaitu : Skripsi oleh Aris Nugroho, Dengan Judul Tinjuan Hukum

  Islam Terhadap Praktek Gadai Tanah di Desa Ululor, Wonogiri. Fakultas Syari’ah dan Ekonomi Islam : Fiqh Siyasah.Tahun:2013.

  Skripsi yang ditulis oleh Istianah dengan judul praktek gadai tanah sawah ditinjau dari Hukum Islam (Studi Kasus di Desa Harjowinangun,Kec.Balapulang, Kab.Tegal.

  Praktek gadai tanah sawah di Desa Sana Tengan, Kab.Pameksaan, ditinjau dari Hukum Ekonomi Islam.

  Dari ketiga penelitian terdahulu tersebut belum ada penelitian gadai sawah yang mengarah pada status hukum pemanfaatan gadai tanah sawah tersebut. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tersebut.

  G.

  Metode Penelitian 1.

  Jenis Penelitian Dalam penelitian ini yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Maksud dari penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, tekhnik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekannkan makna dari pada generalisasi. (Sugiyono,2010:9)

  Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan prosedur analisis yang tidak menggunakan prosedur analisis statistik atau cara kuantifikasi lainnya. Pengertian ini mempertentangkan penelitian kualitatif dengan penelitian yang bernuansa kuantitatif yaitudengan menonjolkan bahwa usaha kuantifikasi apapun tidak perlu digunakan pada penelitian kualitatif. (Moleong,2006:6) 2. Metode pendekatan

  Dalam penelitian in metode yang digunakan peneliti adalah Deskriptif Analitis, yaitu mempelajari masalah dan menggambarkan tata cara yang berlaku dalam masyarkat, kemudian menganalisis dengan teori yang ada.

  Menurut Sugiyono dalam bukunya metode penelitian kualitatif, Metode Deskriptif Analisis merupakan metode penelitian dengan cara mengumpulkan data data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. (Sugiyono,2008:105)

3. Kehadiran peneliti

  Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data dan instrumen atau alat penelitian yang aktif dalam mengumpulkan data-data di lapangan. Sedangakan instrumen pengumpulan data yang lain selain peneliti adalah dokumen- dokumen yang menunjang keabsahan hasil penelitian serta alat-alat bantu lain yang dapat mendukung terlaksananya penelitian, seperti kamera dan alat perekam. Oleh karena itu kehadiran peneliti di lokasi penelitian sangat menunjang keberhasilan suatu penelitian, alat bantu memahami masalah yang ada, serta hubungan dengan informan menjadi lebih dekat sehingga informasi yang didapat menjadi lebih jelas. Maka kehadiran peneliti menjadi sumber data yang mutlak.

  4. Lokasi penelitian Lokasi penelitian adalah tempat dimana lokasi penelitian itu akan dilakukan. Penelitian tentang Pelaku Gadai Tanah Sawah baik Pemberi Gadai dan Penerima Gadai berlokasi di Desa Sruwen, Kec.Tengaran, Kab.Semarang.

  Alasan peneliti memilih lokasi Desa Sruwen,Kec.Tengaran, Kab.Semarang karena banyaknya pelaku gadai tanah sawah di Desa tersebut.

  5. Sumber data Sumber data yang bisa didapatkan untuk mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut : a.

  Sumber data primer Sumber data primer adalah sumber data yang langsung didapatkan dari lapangan atau tempat penelitian. Seperti hasil wawancara dengan informan, dan atau langsung ikut berperan dalam masalah yang diteliti. Jadi sumber data primer yang didapat dari penelitian ini adalah wawancara langsung kepada informan di tempat penelitian yaitu para pelaku gadai tanah sawah baik pemberi gadai serta penerima gadai. b.

  Sumber data sekunder Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari berbagai bacaan atau hasil penelitian sebelumnya yang bertema sama. Jadi sumber data lain yang bisa mendukung penelitian ini adalah dengan telaah pustaka seperti buku- buku, jurnal ataupun hasil penelitian sebelumnya yang meneliti hal serupa.

6. Prosedur pengumpulan data

  Pengumpulan data merupakan hal yang sangat penting dalam suatu penelitian, oleh karena itu peneliti harus pandai dalam mengumpulkan data, sehingga data yang diperoleh valid. Pengumpulan data merupakan prosedur yang standar dan sistematis dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

  a.

  Observasi langsung Kita melihat langsung dengan mata tanpa alat bantu, sehingga kita bisa tau secara langsung apa yang diilakukan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam aktivitas Gadai Tanah Sawah Tujuan dari metode ini adalah untuk mencatat perilaku dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat b.

  Wawancara Wawancara adalah tehnik penegumpulan data dengan tanya-jawab langsung dengan informan, baik dengan informan pangkal atau pun informan inti. Tujuan penulis mengunakan metode pengumpulan data ini adalah untuk mendapatkan data yang kongkrit mengenai gadai tanah sawah. Dalam penelitian ini peneliti akan wawancara dengan masyarakat pelaku Gadai Tanah Sawah yang ada di Desa Sruwen.

  c.

  Dokumentasi Untuk mendapatkan data yang jelas dan kongkrit, maka peneliti juga menggunakan metode dokumentasi berupa, bacaan-bacaan yang memuat tentang tema yang akan diteliti. Selain itu peneliti juga akan mendokumentasikan kegiatan penelitian lapangan yanga kan dilakukan.

7. Analisis data

  Sesuai dengan metode pendekatan penelitian yaitu Deskriptif Analitis mata metode analisa data pun menyesuaikan yaitu dengan cara mempelajari masalah yang ada kemudian menggambarkan tata cara yang berlaku dalam masyarakat, setelah itu peneliti akan menganalisis gambaran masalah dengan teori yang akan digunakan untuk menganalisis data lapangan.(Maslikhah,2013:327)

8. Pengecekan keabsahan data

  Menurut Tjutju Sundari kriteria keabsahan data penelitian ada empat macam yaitu,credibility (validitas internal), transferability (validitas eksternal), dependability (reabilitas) dan confirmability (objektivitas). Dalam penelitian kualitatif penegecekan keabsahan ada tiga yaitu, credibility, transferbility dan confirmability.

  a.

  Credibility( kepercayaan) untuk membuktikan bahwa data yang dilaporkan sama dengan objek yang ada di lapangan. Apabila laporan dengan objek yang dilaporkan sama maka data tersebut valid. Apabila data yang dilaporkan dengan objek penelitian berbeda maka data tidak valid.

  b.

  Dependability(kebergantungan) kriteria ini dilakukan untuk menjaga kehati-hatian dalam mengumpulkan dan mengambarkan data sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Untuk menghindari hal itu bisa dilakukan pengecekan oleh pembimbing.

  c.

  Confirmability (kepastian) Kriteria ini digunakan untuk mengecek data dan informasi serta gambaran hasil penelitian. Setelah dilakukan pengecekan sebelumnya.(Sugiono,2010:85) H.

  Tahap-Tahap Penelitian Peneliti akan menganalisi data dengan tahapan-tahapan sebagai berikut ;

  1) Memilih tempat,pelaku serta kegiatan yang akan diteliti

  2) Melaksanakan observasi berupa wawancara kepada informan secara langsung

  3) Mencatat hasil observasi

  4) Melakukan observasi deskriptif atau menjabarkan hasil wawancara

  5) Melakukan analisis domain yaitu menemukan berbagai gambaran umum dari objek yang diketahui. Selanjutnya memilih kategori objek yang spesifik untuk dikembangkan.

  6) Melakukan analisis , menjabarkan kategori yang dipilih secara lebih rinci

  7) Melakukan analisis dengan mengabungkan antara data yang diperoleh dari hasil wwancara dengan teori yang digunakan untuk menganalisis

  8) Mencatat hasil analisis teori dengan hasil penelitian, mencari kekuragan data yang diperoleh

  9) Mencari data tambahan dari sumber yang mendukung

  10) Mencatat hasil penelitian. (sugiyono,2010:254)

I. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan laporan hasil penelitian, sistematika penulisan laporan adalah sebagai berikut :

  BAB I PENDAHULUAN Berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian BAB II PEMBAHASAN TEORITIK A. Gadai dalam Hukum Islam Berisi pengertian Gadai, Dasar Hukum Gadai, Syarat dan Rukun Gadai,Gadai dalam Hukum Islam, Jenis dan Status barang Gadai, hak dan kewajiban pemberi dan penerima gadai, pemanfaatan barang gadai,berakhirnya gadai.

  BAB III HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Desa Sruwen Berisi tentang Sejarah terjadinya desa Sruwen, Data penduduk Desa Sruwen menurut Agama,Tingkat Pendidikan,Jenis Kelamin, Usia, Jenis Mata Pencaharian.

  B.

  Praktek Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen Kec,Tengaran Kab. Semarang

  Berisi tentang data hasil penelitian dan wawancara dengan pelaku (Penerima dan Pemberi) Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang.

  BAB IV ANALISIS A. Analisa Praktek Gadai Tanah Sawah di Desa Sruwen dengan Hukum Islam Berisi tentang hasil analisa peneliti terhadap status pemanfatan gadai tanah sawah di Desa Sruwen Kec.Tengaran Kab.Semarang menurut Hukum Islam

  BAB V PENUTUP Berisi tentang kesimpulan Hasil Penelitian dan Saran- saran DAFTAR PUSTAKA

  BAB II PEMBAHASAN TEORITIK A. Pengertian Gadai Gadai secara bahasa Arab rahn menurut arti bahasa berasal dari kata rahana-rahnan yang sinonimnya adalah habasa yang artinya menahan. (Ahmad,2010:286)

  Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Gadai adalah meminjam uang dalam batas waktu tertentu dengan menyerahkan barang sebagai tanggungan, jika telah sampai pada waktunya tidak ditebus, barang itu menjadi hak yang memberi pinjaman. (KBBI,2006:341)

  Transaksi Hukum Gadai dalam Fikih Islam disebut Ar Rahn, secara bahasa ar rahn berarti tetap,kekal dan jaminan. Sedangkan menurut istilah ar rahn berarti meyandera sejumlah harta yang diserahkan sebagai jaminan secara hak,dan dapat diambil kembali sejumlah harta yang dimaksud sesudah ditebus.(Ali,2008:2)

  Menurut MA.Tihami Gadai adalah menjadikan penguasaan terhadap suatu harta benda sebagai jaminan piutang, dengan tujuan utang- piutang itu terjamin pemenuhan pembayarannnya manakala terjadi kesulitan dalam pembayarannya.(Sahrani,2011:157)

  Menurut Sayid Sabiq dalam buku karyanya Fikih Sunnah Gadai adalah tindakan yang menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai jaminan utang hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil utang. (Sabiq,1983:3)

  Para ulama juga memberikan pengertian tentang ar rahn, diantaranya adalah sebagai berikut : a.

  Ulama Syafi’iyah

  Ar rahn adalah menjadikan suatu barang yang biasa dijual sebagia

  jaminan hutang dipenuhi dari harganya, bila yang beruntung tidak sanggup membayar hutangnya.

  b.

  Ulama Hanabilah

  Ar rahn adalah suatu benda yang dijadikan kepercayaan suatu utang,

  untuk dipenuhi suatu harganya, bila beruntung tidak sanggup membayar utangnya.

  c.

  Ulama Malikiyah

  Ar rahn adalah sesuatu yang bernilai harta yang diambil dari pemiliknya untuk dijadikan pengikat atas utang yang tetap(mengikat).

  Jika memperhatikan beberapa pengertian gadai atau ar rahn diatas, maka tampak bahwa fungsi dari akad perjanjian antara pihak peminjam dengan pihak yang meminjam uang adalah untuk memberikan ketenangan bagi pemilik uang dan/atau jaminan keamanan uang yang dipinjamkan.

  B.

  Dasar Hukum Gadai 1.

  Al Qur’an QS Al Baqarah ayat 283 yang digunakan sebagai dasar dalam membangun konsep gadai, adalah sebagi berikut :

                                    

   

jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak secara

tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka

hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang

berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai

sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu

menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa

kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi)

Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang

menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang

berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan.(QS.Al Baqarah:283)

                             

   

dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil

(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat

  kebaikanlah kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling . (QS Al Baqarah : 83)

  Landasan hukum pinjam-meminjam dengan jaminan adalah firman Allah QS Al Muddatsir ayat 38, sebagai berikut

        tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya,

  Syaikh Muhammad Ali As-Sayis berpendapat, bahwa ayat Al Qur’an diatas adalah petunjuk untuk menerapkan prinsip kehati- hatian bila seseorang hendak melakukan transaksi utang-piutang yang memakai jangka waktu dengan orang lain, dengan cara menjaminkan sebuah barang kepada orang yang berpiutang.(Ali,2008:6) Fungsi barang gadai pada ayat diatas adalah untuk menjaga kepercayaan masing-masing pihak, sehingga penerima gadai meyakini bahwa pemberi gadai beriktikad baik untuk mengembalikan pinjamannya dengan cara menggadaikan benda atau barang yang dimilikinya, serta tidak melalaikan jangka waktu pengembalian utangnnya itu.

2. Hadis

  Dasar Hukum yang kedua yang bisa dijadikan rujukan dalam membuat rumusan tentang gadai adalah Hadis Nabi Muhammad SAW. Diantaranya adalah sebagai berikut :

  : اَن َرَبْخ َا َل اَق ْم َرْشَح ُنْب ُّيِلَع َو يِلَظْنَحلْا ُمْيِهاَرْبِأ ُنْب ُق اَحْس ِأ اَنَث َّدَح ْتَل َأق َةَشِع َأع ْنَع ِد َوْس َلأا ِنَع َمْيِه ا َرْب ِأ ْنَع َشَمَعلا ٌنْب ُسُن ْوُي ُنْب ىْسِع

  ها و ر ( : َط ِهي ِد ْوُهَي ْنِم ِ هللّ ا ُل ْوُس َر ى َرَتش ا

  دْيِدَح ْنِم اَع ْرِد ُهُنْه َر َو اَماَع ) ملسم Telah Meriwayatkan kepada kami ishaq bin IbrahimAl-Hanzhali dan Ali bin Khasyram berkata : keduanya mengabarkan kepada kami Isa bin ‘Amasy dari Ibrahim dari Aswad dari ‘Aisyah berkata : bahwasanya Rosulullah SAW. membeli makanan dari seorang Yahudi dengan menggadaikan baju besinya.(HR.Muslim)

  Hadis dari Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Al- Bukhori, yang berbunyi :

  َان َرَبْخَأ َِأر اَبُم ُنْب ِهللّا ُدْبَع اَن َرَبْخَأ ِلِت اَقُم اَن َرَبْحأ ِلِت اَقُم ُنْب ُدَّمَحُم أَنَث َّدَح : ُبَك ْرُي ُرْهَظلا ِ هللّ ا ْوُلُس َر َل اَق َل اَق َة َرْي َرُه ْيِبَأ ْنَع ىِبْعَشلا ِِِنَع اَي ِرَك َز اَن ْوُه ْرَم َن اَك اَذِأ َهَقَفَّنلا ُبَرْشَي َو ِرا َّدلا ُنْبَل َو اَن ْوُه ْرَم َن اَك اَذهِأ ِهِتَقْفَنِب

  ) يراخبلا هاور ( َهَقفَنلا ُب َرْشَي َو ُبَك ْرَي ْي ِذ لا ىَلَع َو Telah meriwayatkan kepada kami Muhammad bin Muqatil, mengabarkan kepada kami Abdullah bin Mubarak, mengabarkan kepada kami Zakkariya dari Sya’bi dari Abu Hurairah dari Nabi saw. Bahwasanya beliau bersabda : kendaraan dapat digunakan dan hewan ternak dapat pula diambil manfaatnya apabila digadaikan. Penggadai wajib memberikan nafkah dan penerima

gadai boleh mendapatkan manfaatnya.(HR.Bukhari) (Ali,2008:7)

3.

  Ijma’ Ulama Jumhur Ulama menyepakati kebolehan status hukum gadai.

  Hal ini dimaksud berdasrkan kisah Nabi Muhammad saw. yang menggadaikan baju besinya untuk mendapatkan makanan dari seorang Yahudi. Para Ulama juga mengambil indikasi dari contoh Nabi Muhammad saw. tersebut, ketika beliau berdalih dari yang biasa bertransaksi kepada para sahabat yang kaya kepada seorang Yahudi, bahwa hal itu tidak lebih sebagai sikap Nabi Muhammad saw. yang tidak mau memberatkan para sahabat yang biasanya enggan mengambil ganti ataupun harga yang diberikan oleh Nabi Muhammad saw. kepada mereka. (Ali,2008:8) C. Syarat dan Rukun Gadai 1.

  Syarat Gadai

  a. Pemberi dan Penerima Gadai Pihak-pihak yang melakukan perjanjian gadai, yakni pemberi dan penerima gadai harus mempunyai kemampuan, yaitu berakal dan sehat . Kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan tranksaksi kepemilikan. Setiap orang yang sah untuk melakukan jual beli maka ia juga sah untuk melakukan akad gadai, karena gadai seperti jual beli, yang merupakan pengelolaan harta.

  b. Akad Akad atau shigat tidak boleh terikat dengan syarat tertentu dan juga dengan waktu di masa mendatang. Gadai mempunyai sisi pelepasan barang atau pemberian utang seperti halnya akad jual beli, sehingga tidak boleh diikat dengan syarat tertentu atau dengan suatu waktu tertentu atau dengan waktu di masa depan. c. Utang Harus merupakan hak wajib diberikan dan diserahkan kepada pemiliknya dan memungkinkan pemanfaatannya. Bila sesuatu yang menjadi utang itu tidak bisa dimanfaatkan maka tidak sah. Harus dikuantifikasikan atau dihitung jumlahnya. Bila tidak dapat diukur maka gadai tidak sah.

  d. Barang gadaian Menurut ulama Syafi’iyah, gadai bisa sah dengan dipenuhinya tiga syarat, pertama, harus berupa barang, karena utang tidak bisa digadaikan. Kedua, penetapan kepemilikan penggadai atas barang yang digadaikan tidak terhalang. Ketiga, barang yang digadaikan bisa dijual manakala sudah tiba masa pelunasan utang gadai. Jadi, para ulama sepakat bahwa syarat barang gadai adalah syarat yang berlaku pada barang yang bisa diperjualbelikan. ( Nawawi,2012: 200)

2. Rukun Gadai

  a. Orang yang menggadaikan (Rahin) 1)

  Berakal 2)

  Baligh 3)

  Tidak dalam pengampuan

  b. Orang yang menerima Gadai (Murtahin) 1)

  Berakal 2)

  Baligh

  3) Tidak dalam pengampuan

  c. Utang (Marhun bih) Harus jelas jumlah nominalnya serta harus diberikan kepada pemberi gadai.