ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID DENGAN MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI: KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH RUANG SERUNI RSUD JOMBANG - STIKES Insan Cendekia Medika Repository
KARYATULISILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPOID DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:
KURANG DARI KEBUTUHAN TUBUH
RUANG SERUNIRSUD JOMBANG
OLEH:
WINDI YANUARTI NINGSIH
NIM : 141210043
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPOID DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:
KURANG DARIKEBUTUHAN TUBUH
RUANG SERUNI RSUD JOMBANG
OLEH:
WINDI YANUARTI NINGSIH
NIM : 141210043
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
KARYA TULIS ILMIAH : STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN THYPOID DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:
KURANG DARIKEBUTUHAN TUBUH
RUANG SERUNI RSUD JOMBANG
DiajukansebagaisalahsatusyaratmendapatkangelarAhliMadyaKeperawatan(A.Md.Kep) Pada Program Studi Diploma III KeperawatanSekolahTinggiIlmuKesehatanInsanCendekia MedikaJombang
OLEH:
WINDI YANUARTI NINGSIH
NIM. 141210023
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : WINDI YANUARTI NINGSIH NIM : 141210043 Tempat, tanggal lahir : Mojokerto, 01 Januari 1996 Institusi : Program Studi Diploma III Keperawatan
Menyatakan bahwaKarya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul"Asuhan KeperawatanPada Klien Thypoid Dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Di Ruang Seruni RSUD Jombang" adalah bukan Karya Ilmiah orang lain baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali dalam bentuk kutipan yang telah disebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapat sanksi.
Jombang,16 Mei 2017 Yang Menyatakan
WINDI YANUARTI NINGSIH
MOTTO
“Lakukan yang terbaik, bersikaplah yang baik maka kamu akan menjadi orang yang terbaik ”
PERSEMBAHAN
Syukur alhamdulillah kepada Allah SWT atas karunia serta kemudahan yang telah diberikan, akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.
Saya persembahkan karya tulis ini untuk orang tua yang selalu senantiasa merawat, membesarkan dan memberikan saya banyak pendidikan mulai dari hal terkecil sampai sekarang, terimakasih bapak dan ibu karena selalu memanjatkan doa disetiap sujudmu sehingga karya tulis ini terselesaikan.
Terima kasih juga untuk keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi dukungan, suport, serta selalu berbagi pengalaman.
Serta teman-teman DIII Keperawatan yang selama 3 tahun penuh dengan canda tawa sudah pernah kita rasakan serta support dari kalian semua.
Terimakasih atas semuanya.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Mojokerto, 01 Januari 1996 dari pasangan Bapak Saekan dan ibu yang bernama Sukenik, penulis merupakan putri kedua dari dua bersaudara.
Tahun 2008 penulis lulus dari SDN Jetis 4, tahun 2011 penulis lulus dari SMPN 2 Jetis, tahun 2014 penulis lulus dari SMKN 1 Sooko. Pada tahun 2014 lulus seleksi masuk STIK es“Insan Cendekia Medika” Jombang melalui jalur
Reguler. Penulis memilih Program Studi Diploma III keperawatan dari lima program studi yang ada di STIKes ICMe Jombang.
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.
Jombang, 16 Mei 2017
WINDI YANUARTI NINGSIH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis I lmiah yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Pada Klien Thypoid Dengan Masalah Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
” ini dengan sebaik-baiknya.Karya Tulis Ilmiahini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan Program Studi Diploma III Keperawatan Stikes Insan Cendekia Medika Jombang.
Terima kasih yang tak terhingga dan sebesar - besarnya saya sampaikan kepada Imam Fatoni, SKM.,MM selaku Pembimbing Utama yang telah dengan sabar dan penuh perhatian memberikan motivasi, bimbingan dan saran untuk penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Terima kasihkepada Dwi Harianto, S.Kep.,Ns selaku pembimbing kedua yang telah menyediakan waktu dengan penuh kesabaran memberikan pengarahan dan masukan kepada penulis sejak awal hingga akhirnya Karya Tulis Ilmiah ini terselesaikan.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak untuk itu perkenankan saya menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada H. Bambang Tutuko, S.H,. S.Kep,. Ns,. M.H selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang.Maharani Tri Puspitasari, S.Kep,. Ns,. MM selaku Ketua Program Studi Ahli Madya Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika
Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya dan semua pihak yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari sempurna, tetapi penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi profesi keperawatan.
Jombang, 16 Mei 2017 Penulis
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN THYPOID DENGAN
MASALAH KETIDAKSEIMBANGAN NUTRISI:
KURANGDARIKEBUTUHAN TUBUH
RUANG SERUNI RSUD JOMBANG
Oleh:
WINDI YANUARTI NINGSIH
Demam thypoid merupakan penyakit endemik dan masih menjadi masalah kesehatan yang penting di berbagai negara, terutama negara berkembang termasuk negara Indonesia yang disebabkan oleh Salmonella thypi.Demam thypoid dapat ditularkan melalui secret dan saluran pernapasan dalam jangka waktu yang sangat bervariasi.
Desain penelitian adalah deskriptif dengan menggunakan metode studi kasus.Partisipan yang digunakan adalah 2 klien dengan yang didiagnosa medik mengalami thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil penelitian diruang seruni RSUD Jombang berdasarkan pengkajian diketahui bahwa ibu An. R mengeluhkan anaknya tidak mau makan dan hanya mau minum susu yang didukung dengan data obyektif lidah kotor, konjungtiva pucat, sering mual dan muntah sedangkan ibu An. D mengatakan bahwa anaknya hanya mau makan sekitar 3 sendok dengan data obyektif tampak muntah setiap kali makan, lidah kotor. Diagnosa keperawatan yang ditetapkan adalah ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh. Intervensi keperawatan yang dilakukan pada ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh disusun berdasarkan kriteria NIC NOC tahun 2015 yang meliputi monitor nutrisi dan terapi nutrisi. Implementasi pada An. R dan An. D dikembangkan dari hasil kajian intervensi yang dilakukan dalam 3 hari.
Setelah dilakukan implementasi selama 3 hari maka hasil evaluasi akhir pada An. R dan An. D masalah sebagian teratasi, sehingga memerlukan implementasi lanjutan karena masalah belum teratasi sepenuhnya.
Kata kunci : Asuhan keperawatan, thypoid, nutrisi
ABSTRACT
NURSING CARE TO THYPOID PATIENT WITH NUTRITION
DISPROPORTION PROBLEM : LESS THAN BODY NEED
IN SERUNI ROOM OF RSUD JOMBANG
By:
WINDI YANUARTI NINGSIH
Thypoid fever is endemic disease and still become important healthproblem in many countries, especially in developing country including Indonesia
that caused by Salmonella Thypi. Thypoid fever can be spreaded by secret and
respiratory tract in vary time period.Research design is descriptive by using Case study method. Participants
used are 2 clients that medically diagnosed get suffer thypoid with nutrition
disproportion problem: less than body need. Data collected by interview,
observation and documentation.Research result in seruni room of RSUD Jombang based on assessment
known that Mrs R complain her child doesn’t want to eat and just want to drink
milk that supported by objective data of dirty tongue, pale conjunctiva, often
Nausea and vomiting while Mrs D says her child just want to eat about 3 spoons
by objective data looks vomiting when eating, dirty tongue. Nursing diagnosis
appointed is nutrition disproportion: less than body need. Nursing intervention
made to nutrition disproportion: less than body need arranged by NIC and NOC
criteria in year 2015 including nutrition monitoring and nutrition therapy.
Implementation to Mrs R anMrs D is developed by the result of intervention
assessment that done in 3 days.After doing implementation for 3 days, final evaluation result to Mrs R an
Mrs D known that part of problem handled, so that it needs continously
implementation because the problem hasn’t handled all Keywords : Nursing Care, Thypoid, Nutrition
DAFTAR ISI
31 3.2. Batasan Batasan Istilah ......................................................
57 5.2 Saran ..................................................................................
51 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ........................................................................
37 4.2 Pembahasan .......................................................................
36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...................................................................................
35 3.8. Etik Penelitian ...................................................................
34 3.7. Analisis Data .....................................................................
33 3.6. Uji Keabsahan data ............................................................
32 3.5. Pengumpulan data .............................................................
32 3.4. Lokasi Penelitian Waktu Penelitian ...................................
31 3.3. Partisipan ...........................................................................
23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ...............................................................
HALAMAN JUDUL LUAR ............................................................................ i HALAMAN JUDUL DALAM ........................................................................ ii SURAT PERNYATAAN .................................................................................. iii MOTTO……………… .................................................................................... iv
20 2.4 Konsep Asuhan Nutrisi ......................................................
17 2.3. Konsep Tumbuh Kembang ................................................
2.2. Konsep Ketidakseimbangan Nutrisi : Kurang Dari Kebutuhan Tubuh ..............................................................
6
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Thypoid ................................................................
4 1.3. Manfaat ..............................................................................
3 1.2. Tujuan ................................................................................
3 1.1. Rumusan Masalah .............................................................
1 1.2. Batasan Masalah ................................................................
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ..................................................................
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................. v LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................. vi RIWAYAT HIDUP ........................................................................................... vii KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii ABSTRAK ...................................................................................................... x ABSTRACT ..................................................................................................... xi DAFTAR ISI..... ............................................................................................... xii DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH ........................ xvi
59
DAFTAR TABEL
39
46
44
43
43
42
41
38
Halaman
37
28
Pemeriksaan Fisik……………………………………... Pemeriksaan Diagnostik……………………………….. Terapi……………………………………....................... Analisa Data……………………………………............ Intervensi Keperawatan………………………………... Implementasi Keperawatan……………………………. Evaluasi Keperawatan………………………………….
Identitas Kilien…………..…………………………….. Riwayat Penyakit……………………………………… Perubahan Pola Kesehatan……………………………..
Tabel 4.10 Intervensi Keperawatan ………………………………...
20 Tabel 2.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9
Tabel 2.2 Kebutuhan Nutrisi per Hari ………………………….....49
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 WOC Thypoid ……………………….11
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9
Jadwal Kegiatan laporan Karya Tulis Ilmiah Lembar Permohonan Responden Lembar Persetujuan Responden Surat Pre Survei Data dari STIKes ICMe Jombang Surat Penelitian dari STIKes ICMe Jombang Lembar Disposisi Surat Balasan penelitian Lembar Konsultasi Format Pengkajian Keperawatan
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN DAN ISTILAH
% C
< BB Cm CRT DM G HT Kg Kkal mL mmHg n-6 n-3 NANDA NIC NOC RSUD TB WHO WOC
: : : : : : : : : : : : : : : : : : : : : :
Persentase Derajat Celcius Kurang dari Berat Badan Sentimeter Capillary Refill Time Diabetes Melitus Gram Hipertensi Kilo gram Kilo kalori Mililiter Milimeter Merkuri Hydrargyrum Benzylaminopurine Glosarium North American Nursing Diagnosis Association Nursing Interventions Classification Nursing Outcomes Classification Rumah Sakit Umum Daerah Tinggi Badan World Health Organization Web Of Caution
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dewasa ini demam thypoid merupakan penyakit endemik dan masih menjadi masalah kesehatan yang penting di berbagai negara, terutama negara berkembang termasuk negara Indonesia seperti daerah tropis dan subtropis.Salmonella thypi mampu hidup dalam tubuh manusia, karena manusia sebagai natural reservoir.Manusia dengan demam thypoid biasanya mengenai saluran pencernaan dengan gejala umum demam dan gangguan pencernaan.Demam thypoid dapat ditularkan melalui secret dan saluran pernapasan dalam jangka waktu yang sangat bervariasi (Sodikin, 2012).
Peningkatan demam thypoid dikarenakan antara lain kebiasaan mencuci tangan sebelum makan, kebiasaan mencuci bahan mentah langsung konsumsi dan kebiasaan makan diluar rumah dapat mengakibatkan bakteri masuk melalui makanan dan minuman, yang sebagian dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian kuman yang masih bertahan hidup dan mencapai usus halus sehingga terjadi peningkatan asam lambung, maka terjadi mual, muntah dan anoreksia yang berdampak pada penurunan nafsu makan sehingga pemasukan nutrisi peroral berkurang, maka terjadi penurunan berat badan.
WHO (World Health Organization) menunjukkan jumlah kasus demam thypoid di seluruh dunia mencapai 17 juta kasus. Data surveilans saat ini orang yang berusia 3-19 tahun memberikan angka sebesar 91% terhadap kasus demam thypoid (WHO, 2012). Demam thypoid di Indonesia merupakan jenis kasus penyakit yang cukup tinggi sekitar 28-810 kasus per-100.000 penduduk pertahun. Dari survey berbagai rumah sakit di Indonesia dari tahun 2008 sampai 2013 memperlihatkan peningkatan jumlah penderita sekitar 35,8% yaitu 19.596 menjadi 26.606 kasus (Depkes RI, 2013). Dan berdasarkan Badan Kesehatan kabupaten Jombang pada tahun 2012 diketahui jumlah penderita demam thypoid sejumlah 6.122 orang serta di ruang seruni RSUD Jombang tahun 2014 terdapat 125 kasus dan pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai April terdapat 94 kasus. Pada tahun 2016 terdapat 437 kasus dan pada tahun 2017 sampai bulan januari terdapat 27 kasus.
Penderitaterjadi penurunan nafsu makan karena merasa mual, muntah, lidahnya kotor dan rasa pahit waktu makan. Hal ini menyebabkan asupan makanan tidak adekuat, sedangkan kebutuhan gizi pada penderita penyakit infeksi demam thypoid cenderung meningkat, sehingga akan berpengaruh terhadap perubahan status gizi (Sudoyo & Aru, 2009).
Salmonella thypi yang masuk makanan dan minuman yang sudah
tercemar.Setelah sampai di lambung kuman mencapai usus halus dan setelah menembus dinding usus sehingga mencapai limfoid plaque payeri yang mengalami hipertrofi setelah mengadakan multiplikasi di usus halus.Setelah
salmonella thypi mengadakan multiplikasi, mengakibatkan inflamasi pada
daerah setempat yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja usus dan terjadi peningkatan asam lambung, maka mengakibatkan mual, muntah dan anoreksia yang berdampak pada penurunan nafsu makan sehingga pemasukan nutrisi peroral berkurang. Maka dapat terjadi lemah atau lemas dan bahkan dapat mengganggu aktivitas secara mandiri (Rampengan, 2008)
Penanganan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh pada demam thypoid adalah dengan cara diberikan bubur saring yang bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan saluran cerna atau perforasi usus kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan. Menurut (Suntoso dan Angela 2009).Melakukan pendidikan kesehatan tentang diet pasien dan menganjurkan pasien untuk makan sedikit tapi sering.Terapi nutrisi, monitor nutrisi, manajemen berat badan dan bantuan peningkatan berat badan (Bulechek, 2015).Tujuan diet adalah untuk memberikan makanan yang tidak memberatkan kerja lambung dan menetralkan sekresi asam lambung yang berlebih.
1.2 Batasan Masalah
Asuhan keperawatan pada anak thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di ruang Seruni RSUD Jombang.
1.3 Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada anak thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh di Ruang seruni RSUD Jombang?
1.4 Tujuan Penulisan
1.4.1 Tujuan Umum
Melakukan upaya penyelesaian masalah pada kasus pasien demam thypoidyang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan yang disusun secara sistematis dan komprehensif.
1.4.2 Tujuan Khusus
1) Melakukan pengkajian pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.
2) Menentukan prioritas diagnose keperawatan pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.
3) Merencanakan tindakan keperawatan pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.
4) Melaksanakan perencanaan tindakan keperawatan pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.
5) Melaksanakan evaluasi keperawatan pada anak demam thypoid di ruang Seruni RSUD Jombang.
1.5 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan karya tulis ilmiah ini yaitu:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Mengembangkan asuhan keperawatan pada anak thypoid dengan masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tuhuh.
1.5.2 Manfaat Praktis
Mengembangkan dan meningkatkan mutu serta membantu petugas rumah sakit untuk mengembangkan asuhan keperawatan yang secara terus-menerus diperbarui.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Demam Thypoid 2.1.1.
Definisi Demam thypoidadalah penyakit infeksi akut yang mengenai saluran cerna, dengan gejala demam kurang lebih satu minggu, biasanya terjadi gangguan pencernaan dan gangguan kesadaran (Sodikin, 2011).
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi menular yang terjadi pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan yang biasanya banyak terjadi pada anak usia 5-19 tahun. Penyakit ini berhubungan erat dengan higiene perorangan dan sanitasi lingkungan.kematian demam thypoid pada anak lebih rendah bila di banding dengan dewasa (Dewi, 2011).
2.1.2. Klasifikasi demam thypoid menurut WHO (2003): 1.
Demam thypoid akut non komplikasi Penderita dikarakterisasi dengan demam berkepanjangan abnormalis fungsi bowel (konstipasi pada pasien dewasa dan diare pada anak), sakit kepala, malaise, dan anoreksia. Saat periode demam, sampai 25% penyakit menunjukkan adanya resespot pada dada, abdomen dan punggung.
2. Demam thypoid dengan komplikasi
Keadaan penderita demam thypoid mungkin dapat berkembang keadaan kliniknya, hingga 10% pasien dapat mengalami komplikasi, mulai dari melena, perforasi dan usus.
3. Keadaan karier Keadaan karier thypoid terjadi pada 1-5% pasien, tergantung umur pasien. Karier typhoid bersifat kronis dalam hal sekresi Salmenella typhi di feses.
2.1.3. Etiologi
(Rasmilah 2012) mengatakan sumber penularan utama demam thypoid adalah penderita itu sendiri dan karier yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman Salmonella typhi dalam tinja, dan tinja inilah yang menjadi sumber penularan.
Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah, dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan pemanasan
o
(suhu) 60 C selama 15
- – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan, dan khlorinisasi (Harahap, 2011).
Salmonella typhi mempunyai beberapa komponen antigen, yaitu:
1) Antigen O (Antigen Somatik), terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Mempunyai struktur kimia lipopolisakarida/endotoksin, tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2) Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Mempunyai struktur kimia suatu protein dan tahan
3) Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis (Harahap, 2011).
Selain itu, Salmonella typhi juga dapat menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin (Putra, 2012). Ketiga macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin (Harahap, 2011).
2.1.4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada anak umumnya bersifat lebih ringan, lebih bervariasi bila dibandingkan dengan penderita dewasa. Bila hanya berpegang pada gejala atau tanda klinis, akan lebih sulit untuk menegakkan diagnosis demam thypoid pada anak, terutama pada penderita yang lebih muda, seperti pada thypoid kongenital ataupun thypoid pada bayi. Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7-20 hari, dengan masa inkubasi terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari.Dikatakan bahwa masa inkubasi mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan umum atau status gizi serta status imunologis penderita. Secara garis besar gejala-gejala yang timbul dapat dikelompokkan: 1)
Demam satu minggu atau lebih 2)
Gangguan saluran pencernaan
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada umumnya, seperti demam, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi.Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan yang meningkat.Pada minggu kedua, gejala atau tanda klinis menjadi makin jelas, berupa demam remiten, pembesaran hati dan limpa, perut kembung mungkin disertai gangguan kesadaran dari yang ringan sampai berat.
2.1.5. Pemeriksaan Diagnostik
(Arif Mansjoer, 2003) mengatakan biakan darah yang positif memastikan demam thypoid, sedangkan biakan darah negatif tidak menyingkirkan demamthypoid.Peningkatan titer uji widal tes 4 kali lipat selama 2-3 minggu memastikan diagnosis demam thypoid.Reaksi widal tes tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau titer antibodi H 1/640 menyokong diagnosis demam thypoid.
Widal Tes 1)
Widal tes merupakan reaksi serologis yang digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa demam thypoid. Dasar widal tes adalah reaksi aglutinasi antara antigen salmonella thypi dengan antibodi yang terdapat pada serum penderita (Rampengan, 2008).
2) Pemeriksaan widal tes
Metode yang dikenal menurut (Rampengan, 2008), yaitu:
Nilai sensitifitas, spesifisitas serta reaksi widal tes sangat bervariasi dari satu laboratorium dengan laboratorium lainnya.Disebut tidak sensitif karena adanya sejumlah penderita dengan hasil biakan positif tetapi tidak pernah dideteksi adanya antibodi dengan tes ini, sehingga sulit untuk memperlihatkan kenaikan titer yang berarti.Widal sebaiknya tidak dilakukan hanya satu kali saja melainkan perlu satu seri pemeriksaan, kecuali bila hasil tersebut sesuai atau melewati nilai standart setempat.
2.1.6. Patofisiologi
Proses infeksi diawali dengan masuknya kuman salmonella thypi melalui makanan dan minuman yang sudah tercemar. Setelah sampai di lambung, sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung.Sebagian kuman yang masih bertahan hidup melintasi sawar lambung mencapai usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque payeri yang mengalami hipertrofi, setelah mengadakan multiplikasi di usus halus.Salmonella
thypi yang sudah mengadakan multiplikasi mengakibatkan inflamasi pada
daerah setempat yang dapat mempengaruhi mekanisme kerja usus dan mengiritasi mukosa usus.Peningkatan pristaltik ususmengakibatkan pergerakan isi usus lebih cepat, sehingga diruang usus terisi udara yang berakibat pada lambung.Maka dapat terjadi peningkatan asam lambung dan mengakibatkan mual, muntah dan anoreksia yang berdampak pada
Gambar 2.1 WOC demam thypoidBakteri Salmonella thypi Masuk ke saluran cerna melalui makanan dan minuman
Peradangan pada saluran cerna Sebagian dimusnahkan asam lambung
Merangsang pelepasan zat pirogen dan leukosit Peningkatan produksi asam lambung
Zat pirogen beredar beredar dalam darah Mual, muntah
Hipotalamus Berat badan menurun MK : Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Merespon dengan meningkatkan suhu tubuh Demam thypoid / typus abdominalis
Inflamasi kuman pada usus halus Peningkatan suhu tubuh
Sebagian menetap dan sebagian menetap di ileum terminalis MK: Hipertermia
Perdarahan dan perforasi Kurang Informasi
Tubuh banyak kehilangan cairan (darah)
MK : Defisiensi pengetahuan
MK : Kekurangan volume
2.1.7. Komplikasi
Komplikasi demam thypoid dapat dibagi dalam 2 bagian menurut (Rampengan, 2008) yaitu: 1)
Komplikasi pada usus halus
a) Perdarahan usus
b) Perforasi usus
c) Peritonitis
2) Komplikasi di luar usus halus
a) Bronkitis
b) Bronkopnemonia
c) Ensepalopati
d) Kolesistitis
e) Meningitis
f) Miokarditis
g) Karier kronik 2.1.8.
Penatalaksanaan Penanganan demam thypoid menurut (Rampengan, 2008) adalah: Penderita yang dirawat dengan diagnosis demam thypoid harus dianggap dan dirawat sebagai penderita demam thypoid yang secara garis besar ada 3 bagian, yaitu: 1)
Perawatan
Penderita harus istirahat 5-7 hari bebas panas, tetapi tidak harus tirah baring. Mobilisasi dilakukan sewajarnya, pada penderita dengan kesadaran yang menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi.Untuk lamanya perawatan sampai saat ini sangat bervariasi tidak ada keseragaman, tergantung kondisi penderita adanya komplikasi atau tidak.
2) Diet
Penderita diberi diet yang terdiri dari bubur saring terlebih dahulu kemudian bubur kasar dan akhirnya nasi.Beberapa peneliti menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita dengan memperhatikan segi kualitas dan kuantitas dapat diberikan dengan aman. Pemberian makanan padat dini banyak memberikan keuntungan, seperti dapat menekan turunnya berat badan selama perawatan, dapat menekan penurunan kadar albumin dalam serum dan dapat mengurangi kemungkinan kejadian infeksi lain selama perawatan. 3)
Obat-obatan Demam thypoid merupakan penyakit infeksi dengan angka kematian yang tinggi sebelum adanya obat-obatan antimikroba (10-15%). Sejak adanya obat antimikroba terutama kloramfenikol angka kematian menurun secara drastis (1-4%).
a) Kloramfenikol pemberiankloramfenikol tidak terdapat kesamaan dosis. Dosis yang dianjurkan ialah 50-100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari. Untuk neonates, penggunaan obat ini sebaiknya dihindari dan bila terpaksa, dosis tidak boleh melebihi 25 mg/kgBB/hari, selama10 hari.
b) Tiamfenikol
Pemberian tiamfenikol, demam turun setelah 5-6 hari.Komplikasi hematologi pada pengguaan tiamfenikol lebih jarang dilaporkan.Dosis oral yang dianjurkan 50-100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.
c) Kotrimoksasol
Kelebihan kotrimoksasol antara lain dapat digunakan untuk kasus yang resisten terhadap kloramfenikol, penyerapan di usus cukup baik. Dosis oral yang dianjurkan adalah 30-40 mg/kgBB/hari sulfametoksazol dan 6-8 mg/kgBB/hari untuk trimetropim, diberikan dalam 2 kali pemberian, selama 10-14 hari.
d) Ampisilin dan Amoksilin
Digunakan pada pengobatandemam thypoid, terutama pada kasus resisten terhadap kloramfenikol.Dosis yang dianjurkan adalah: 1) Ampisilin 100-200 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari. 2) Amoksilin 100 mg/kgBB/hari, selama 10-14 hari.
Pengobatan demam thypoid yang menggunakan obat kombinasi tidak memberikan keuntungan yang lebih baik bila diberikan obat tunggal. 1)
Seftriakson Dosis yang dianjurkan adalah 50-100 mg/kgBB/hari, tunggal atau dibagi dalam 2 dosis IV.
2) Sefotaksim
Dosis yang dianjurkan adalah 150-200 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3-4 dosis IV.
3) Siprofloksasin
Dosis yang dianjurkam 2x200-400 mg oral pada anak berumur lebih dari 10 tahun.
4) Kortikosteroid
Diberikan dengan indikasi yang tepat karena dapat menyebabkan perdarahan usus dan relaps. Tetapi, pada kasus berat penggunaan kortikosteroid secara bermakna menurunkan angka kematian.
2.1.9. Pencegahan
Pencegahan menurut (Rampengan, 2008) dapat dibagi atas: 1)
Usaha terhadap lingkungan hidup:
a) Penyediaan air minum yang memenuhi syarat ringan yang tidak mengandung zat mineral.
b) Pembuangan kotoran manusia yang higienis
Manusia yang sehat dapat terpapar dengan bakteri atau kuman pada kotoran sehingga dapat menimbulkan berbagai penyakit jika lingkungan tidak higienis.
c) Pemberantasan lalat
Lalat merupakan salah satu hewan yang lebih cepat dalam penyebaran kuman, karena setelah hinggap ditempat kotor lalat dapat terbang dan hinggap di makanan yang akan dikonsumsi.
d) Pengawasan terhadap penjual makanan
Anak-anak yang khususnya harus lebih memperhatikan makanan yang akan dibeli dan dimakan, karena anak-anak belum tau mana makanan yang layak dikonsumsi atau tidak. 2)
Usaha terhadap manusia:
a) Imunisasi
Vaksin yang terbuat dari salmonella yang dilemahkan dari strain Ty 21a pada pemberian oral memberikan perlindungan 87-95% selama 36 bulan.
b) Menemukan dan mengobati karier
Jika dapat megetahui dan menemui penyebab pembawa penyakit akan lebih mudah untuk mengobati.
Masyarakat dapat lebih mengenal demam thypoid itu sendiri dan jika terjangkit dapat mengenali tanda gejala sehingga dapat melakukan pencegahan awal.
2.2 Konsep Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh 2.2.1.
Definisi Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup memenuhi kebutuhan metabolik (Springfield, 2015).
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau berisiko mengalami penurunan berat badan yang berhubungan dengan asupan yang tidak adekuat atau metabolisme nutrien yang tidak adekuat untuk kebutuhan metabolik (Carpenito Lynda Juall, 2007).
2.2.2 Faktor yang mempengaruhi menurut (Suardi, 2008), yaitu: 1)
Pengetahuan Pengetahuan yang kurang tentang manfaat makanan bergizi dapat mempengaruhi pola konsumsi makan, haltersebutdapatdisebabkanolehkurangnyainformasisehinggadapat terjadikesalahanpemenuhankebutuhangizi.
2) Kebiasaan
Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan dapat
3) Ekonomi
Status ekonomi dapat mempengaruhi status gizi karena penyediaan makanan bergizi membutuhkan pendanaan yang lebih.
4) Usia
Usia 0-10 tahun metabolisme basal bertambah dengan cepat sehubungan dengan faktor tumbuh kembang. Sedangkan setelah usia 20 tahun relatif konstan karena sel-sel sudah tidak bertumbuh secara cepat saat seperti golden age.
5) Jenis kelamin
Kebutuhan metabolisme basal pada laki-laki lebih besar daripada wanita.
2.2.3. Metode menentukan kekurangan nutrisi (Hidayat Alimul, 2006).
1) Riwayat makanan
Meliputi informasi atau keterangan tentang pola makan, tipe makanan yang dihindari, makanan yang disukai dapat digunakan untuk membantu merencanakan jenis makanan untuk sekarang. 2)
Kemampuan makan Kemampuan untuk mengunyah, menelan dan makan sendiri tanpa bantuan orang lain.
3) Jumlah asupan dan aktifitas
Aktifitas yang dilakukan klien sangat berpengaruh pada jumlah
4) Penampilan Fisik
Dilihat dari rambut yang tidak kering dan rontok, mata cerah dan tidak ada rasa sakit, mukosa bibir tidak kering, kulit tubuh halus dan tidak bersisik. 5)
Pengukuran Antropometrik Meliputi pengukuran tinggi badan dan berat badan sehingga dapat terlihat pola pertumbuhan dan perkembangan. Dengan menentukan berat badan ideal : Salah satu parameter untuk mengetahui keseimbangan energi seseorang melalui penentuan berat badat ideal dan indeks massa tubuh.
Berat badan ideal (kg) = [Tinggi badan(cm)-100]
- – [10% (tinggi badan-100)]
Adapun rumus untuk mengukur indeks massa tubuh : Indeks massa tubuh = Berat badan (kg) 2 Tinggi badan (m)
Dengan melakukan pengukuran tersebut kita dapat mengetahui apakah sudah memenuhi keseimbangan energi atau belum.
2.2.4. Metode Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi
Pada orang yang sehat tidak ada metode khusus dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Sedangkan pada klien dengan gangguan kondisi kesehatannya mengalami hambatan dalam pemenuhan nutrisi. Meskipun sakit, kebutuhan nutrisi harus tetap terpenuhi sehingga proses kesembuhan
Tabel 2.2 kebutuhan nutrisi per hari.Karbohidrat Serat Air Kelompok BB TB Energi Protein Lemak (g)
(g) (g) (mL) umur (KG) (cm) (kkal) (g) Total n-6 n-3
Bayi/Anak
6 61 550
12 34 4,4 0,5 0-6 bulan 58 - 7-11 bulan
9 71 725
18 36 4,4 0,5
82 10 800 1-3 tahun
13 91 1125
26 44 7,0 0,7 155 16 1200 4-6 tahun 19 112 1600
35 62 10,0 0,9 220 22 1500 7-9 tahun 27 130 1850
49 72 10,0 0,9 254 26 1900 Laki-laki 10-12 tahun 34 142 2100
56 70 12,0 1,2 289 30 1800 13-15 tahun 46 158 2475
72 83 16,0 1,6 340 35 2000 16-18 tahun 56 165 2675
66 89 16,0 1,6 368 37 2200 19-29 tahun 60 168 2725
62 91 17,0 1,6 375 38 2500 30-49 tahun 62 168 2625
65 73 17,0 1,6 394 38 2600 50-64 tahun 62 168 2325
65 65 14,0 1,6 349 33 2600 Perempuan 10-12 tahun 36 145 2000
60 67 10,0 1,0 275 28 1800 13-15 tahun 46 155 2125
69 71 11,0 1,1 292 30 2000 16-18 tahun 50 158 2125
59 71 11,0 1,1 292 30 2200 19-29 tahun 54 159 2250
56 75 12,0 1,1 309 32 2500 30-49 tahun 55 159 2150
57 60 12,0 1,1 323 30 2600 + 50-64 tahun 55 159 1900
57 53 11,0 1,1 285 28 2600 Hamil ( an) Trimester 1 +180 +20 +6 +2,0 +0,3 +25 +3 +300 Trimester 2 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300 Trimester 3 +300 +20 +10 +2,0 +0,3 +40 +4 +300 + Menyusui ( an) 6 bulan
- 330 +20 +11 +2,0 +0,2 +45 +5 +500 pertama (Sumber : RISKESDAS 2007 dan 2010).
2.3 Konsep Tumbuh Kembang:
2.3.1. Definisi Pertumbuhan dan perkembangan adalah proses yang dilalui manusia secara ilmiah. Pertumbuhan merupakan bertambah jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur sedangkan perkembangan merupakan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang pertumbuhan dan perkembangan secara fisik, intelektual maupun emosional. Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh. Intelektual dapat dilihat dari kemampuan secara simbolik maupun abstrak, dan yang terakhir secara emosional anaka dapat dilihat dari perilaku social dilingkungan anak.
Masa sekolah, pada masa ini perkembangan anak masih sangat dipengaruhi lingkungan keluarga, sebagai orang tua harus mengetahui pertumbuhan dan berkembangan anaknya terutama pada usia ini karena pertumbuhan anak-anak sangat pesat. Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa prasekolah.
2.3.2. Tahapan Tumbuh Kembang Anak: 1)
Masa Prenatal Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus.Pada masa embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat. Pada masa fetus terjadi sejak usia 9 minggu hingga kelahiran.
2) Masa Posnatal Terdiri atas masa neonatus, bayi, prasekolah, sekolah dan masa remaja.
3) Masa Neonatus (0-28 hari) kehidupan yang baru dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.
4) Masa Bayi
Masa bayi ini dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara usia 1-12 bulan), pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat belangsung secara terus-menerus, khususnya dalam peningkatan susunan syaraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun), kecepatan pertumbuhan pada masa ini mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik. 5)
Masa Prasekolah (1-3 tahun) Berlangsung stabil dan masih terjadi peningkatan pertumbuhan serta perkembangan, khususnya pada aktivitas fisik dan kemampuan kognitif. 6)
Masa Sekolah (4-18 tahun) Lebih cepat dalam kemampuan fisik dan kognitif dibandingkan dengan masa prasekolah.
7) Masa Remaja (12-20 tahun)
Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan laki-laki.Pada umumnya wanita dua lebih cepat untuk masuk tahap remaja atau pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan pubertas.
2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak: b) Bersifat tetap atau tidak berubah sepanjang hidup
c) Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil optimal.
2) Faktor eksternal/lingkungan
Mempengaruhi individu setiap hari mulai konsepsi sampai akhir hayatnya dan sangat menentukan tercapai atau tidaknya potensi bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya.
a) Keluarga
b) Teman sebaya
c) Pengalaman hidup
d) Kesehatan
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan pada Demam Thypoid
Berdasarkan tanda dan gejala penyakit demam thypoid, maka asuhan keperawatan yang prioritas ditegakkan adalah berisikan tentang pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi.
2.4.1.Pengkajian Langkah awal pada proses keperawatan melalui kegiatan pengumpulan data yang akurat dari pasien untuk mengetahui berbagai permasalahan yang ada. Perawat harus dapat menciptakan hubungan saling membantu, membangun kepercayaan dalam melakukan pengkajian atau melakukan pemeriksaan fisik keperawatan (Hidayat Alimul, 2012). anak mulai mengenal lingkungan dan mengkonsumsi makanan serta minuman yang belum diketahui kebersihannya secara jelas.
Riwayat penyakit : 1)
Keluhan utama : Pada umumnya klien dengan demam thypoid mengeluh tidak enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing, kurang semangat serta nafsu makan berkurang (pada masa inkubasi). 2)
Riwayat kesehatan sekarang : Apa yang dirasakan atau dialami klien hingga masuk rumah sakit (perjalanan penyakit).
3) Riwayat kesehatan dahulu : Apakah sudah pernah mengalami sakit demam thypoid sebelumnya dan pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama.