ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DI RSUD JOMBANG
DENGAN MASALAH KESEIMBANGAN CAIRAN DI RSUD JOMBANG Maria Ulfa
1312010017 Subject: Klien gagal ginjal kronis, asuhan keperawatan, gagal ginjal kronis, keseimbangan cairan
Description
Pada penderita gagal ginjal kronis sulit dalam membatasi asupan cairan.Masalah yang sering muncul pada penderita gagal ginjal kronis yaitu keseimbangan cairan. Tujuan studi kasus ini adalah melakukan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis yang mengalami masalah keseimbangan cairan.
Desain penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah responden yang diambil yaitu 2 klien yang didiagnosa gagal ginjal kronis dan mengalami masalah keseimbangan cairan. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan menggunakan format asuhan keperawatan medikal bedah. Pengkajian menggunakan 4 sumber data utama yaitu klien, perawat, keluarga klien, dan status medis klien. Kemudian ditegakkan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Pengkajian pada klien 1, klien mengeluh pusing. Terdapat edema pada ekstermitas bawah kanan dan kiri. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Hemoglobin 8,1 g/dL dan kreatinin 8,6 mg/dL. Sedangkan pada klien 2, klien mengeluh sesak nafas. Tekanan darah 160/80 mmHg, pernafasan 48 x/menit. Pernafasan dispnea, suara nafas rales, terpasang oksigen 4 liter/menit dan terdapat asites. Intake cairan 460 ml/24 jam dan output cairan BAK 5-6 x/hari. Dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan kedua klien yaitu kelebihan volume cairan.
Dari diagnosa yang muncul pada kedua klien dilakukan intervensi monitoring tanda-tanda vital; tanda dan gejala hipervolemia dan edema; catat intake dan output cairan; kaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan. Klien 1 masa perawatan 3 hari dan klien 2 masa perawatan 3 hari. Hasil evaluasi tindakan keperawatan masalah kelebihan volume cairan pada klien 1 masalah teratasi sedangkan klien 2 masalah belum teratasi. Pada klien gagal ginjal kronis yang mengalami masalah keseimbangan cairan harus mematuhi pembatasan asupan cairan agar tidak terjadi keseimbangan cairan.
Abstract
In patients with chronic renal failure is difficult to limit fluid intake. Theimbalance of fluid often arises in patients with chronic renal failure. The purpose
of this case study was to perform nursing care to chronic renal failure client who
were having fluid imbalance.
documentation using format of medical surgical nursing care. Assesment using 4
main data sourches that were the client, nurse, clie nt’s family, and medicalrecord. Then enforced nursing diagnosis, intervention, implementation, and
evaluation.Assesment of client 1, the client felt dizziness, there were edema of both
lower exstremities, fluid intake was 600 ml/24 hours and fluid output was
1000ml/24 hours. Hemoglobin was 8,1 g/dL and creatinin was 8,6 mg/dL. Client 2
obtained data, client complained of dyspnea. Blood pressure was 160/80 mmHg,
respiration rate was 48 x/minute, dyspnea with the sound of rales, giving oxygen
4 liter/minute and there was ascites. Fluid intake was 460 ml/24 hours and fluid
output by urinary about 5-6 x/day. From the results of the assesments both of
clients nursing diagnosed were excessfluid volume.The intervention for both of clients were monitoring vital signs, signs and
symptoms of hypervolemia and edema; record fluid and output, assess dietary
intake and habits that support fluid retention. First client, 3 days treatment period
and second client 3 days treatment period. The evaluation of nursing intervention
showed the problem was excess fluid volume, the client 1 issue was resolved while
the client 2 issue was not resolved. On the clients with chronic renal failure who
were having problems of fluid imbalance, must obey with restrictions on fluid
intake to prevent fluid imbalance.Key word : Nursing care; chronic renal failure ; fluid imbalance
Contributor : 1. Dwiharini Puspitaningsih, M. Kep
2. Widy Setyowati, M. Kep Date : 19-22 Juli 2016 Type material : Laporan Tugas Akhir Identifier : - Right : Open Document Summary :
LATAR BELAKANG
penderita gagal ginjal kronis berbanding lurus dengan peningkatan penderita yang menjalani hemodialisis. Penderita gagal ginjal kronis paling banyak terjadi pada usia dewasa dan usia lansia. Kebanyakan penderita gagal ginjal kronis mengalami masalah keseimbangan cairan. Hasil penelitian Tanujiarso, Ismonah, Supriadi, 2014 wawancara dengan pasien penderita gagal ginjal kronis, 7 dari 10 pasien mengatakan susah membatasi asupan cairan sehari-harinya dikarenakan mereka sering merasa haus dan selalu ingin minum. Seharusnya penderta gagal ginjal kronis tidak mengalami masalah keseimbangan cairan yang mengakibatkan edema jika penderita bisa membatasi asupan cairan.
Prevalensi penderita gagal ginjal kronis di Indonesia sebesar 0,2%. Penderita gagal ginjal kronis terbanyak di wilayah Sulawesi Tengah dengan prevalensi 0,5 dengan prevalensi 50%. 36,7% pasien tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang baik. 10% pasien patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang. 3,3% pasien tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup baik. Hasil studi pendahuluan di ruang dahlia RSUD Kab Jombang, penyakit gagal ginjal kronis menduduki urutan kedua setelah penyakit diabetes melitus. Bulan Januari penderita gagal ginjal kronis berjumlah 69 orang dan bulan Februari berjumlah 67 orang. Semua penderia gagal ginjal kronis tersebut rata-rata memiliki masalah keperawatan keseimbangan cairan.
Gagal ginjal kronis yaitu penyakit ginjal yang dapat menggangu keseimbangan cairan dan elektrolit karena adanya retensi natrium, klorida, kalium, dan air di ruang ekstraseluler. Kadar plasma yang berasal dari produk sisa metabolisme seperti nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin meningkat karena ginjal tidak mampu menyaring dan mengekskresikan produk sisa metabolisme seluler (Monahan et al, 2007) dalam (Potter & Perry, 2010). Gagal ginjal kronis bersifat progresif, keberhasilan terapi mungkin dapat dilakukan dengan cara kontrol ketat diet garam dan protein, diuresis, restriksi cairan, dan dialysis (Potter & Perry, 2010).
Keberhasilan dari terapi kontrol ketat diet merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas hidup penderita gagal ginjal kronis. Hasil penelitian Adrian, Paramata, Pakaya, 2015 faktor-faktor yang berhubungan dengan kualitas hidup pada pasien gagal ginjal kronis yang menjalani hemodialisis yaitu responden yang patuh pada pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup baik. Sedangkan responden yang tidak patuh dalam pembatasan asupan cairan memiliki kualitas hidup kurang baik.
Analisa praktik klinik keperawatan dengan masalah perkotaan pada pasien gagal ginjal kronis. Asuhan keperawatan dilakukan pada 5 orang responden dengan masa perawatan 3-8 hari. Satu orang dari 5 orang responden mengalami masa perawatan 8 hari dengan masalah kelebihan volume cairan dimana pasien mengalami oliguri dan sesak nafas. Intervensi keperawatan yang dilakukan yaitu mendokumentasikan dan memantau intake dan output cairan; mengkaji warna kulit, wajah, dan adanya edema; monitor ttv; auskultasi jantung dan paru (Mardiana, 2013).
Pada klien gagal ginjal kronis dilakukan intervensi berdasarkan NANDA 2015 dalam (Nurarif & Kusuma, 2015) dan (Carpenito, 2006) monitoring tanda- tanda vital, monitor adanya distensi leher, roncki, edema perifer, dan penambahan berat badan. Monitor tanda dan gejala dari edema. Monitor intake dan output cairan. Mencatat intake dan output cairan jika terjadi penurunan output cairan dilakukan pembatasan asupan cairan.
METODOLOGI
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi kasus. Jumlah responden yang diambil dalam studi kasus ini yaitu 2 klien yang didiagnosa gagal dokumentasi. Wawancara dilakukan pada klien, keluarga, dan perawat. Observasi yang dilakukan menggunakan pemeriksaan fisik dengan metode persistem. Dokumentasi yaitu mencatat hasil wawancara dan observasi dengan klien, status klien dan hasil pemeriksaan penunjang dengan menggunakan format asuhan keperawatan medikal bedah.
Uji keabsahan data menggunakan 4 sumber data utama yaitu klien, keluarga, perawat, dan status medis yang berkaitan dengan masalah keseimbangan cairan pada klien gagal ginjal kronis. Analisa data yang digunakan yaitu dari analisa data hasil pengkajian, dari analisa data ditegakkan diagnosa keperawatan. Kemudian dibuat intervensi keperawatan dan dilakukan implementasi. Setelah selesai implementasi dilakukan evaluasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Pengkajian Klien 1 mengeluh kepalanya pusing. Tekanan darah 120/80 mmHg.
Nadi 80 x/menit. Pernafasan 22 x/menit. Suhu 36,8
C. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Hasil laboratorium Hemoglobin 8,1 g/dL dan kreatinin 8,6 mg/dL. Terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. CRT memanjang >3 detik. Kuku berwarna putih. Menurut (Corwin, 2009) tanda dan gejala gagal ginjal kronis yaitu hipervolemia akibat retensi natrium. Pada pemeriksaan penunjang nilai BUN serum, kreatinin dan GFR tidak normal. Hemoglobin dan hematokrit turun (Corwin, 2009). Menurut (Price & Wilson, 2006) hipervolemia memiliki tanda edema perifer dan periorbital.
Klien 2 mengeluh sesak nafas. Klien mengalami dispnea, suara nafas rales, terdapat tarikan intercostae saat bernafas, suara redup. Terpasang oksigen nasal kanul 4 liter per menit. Terdapat asites pada abdomen. Tekanan darah 160/80 mmHg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 48 x/menit. Suhu 36,6
C. Intake 460 ml/24 jam dan output 5-6 kali per hari. hasil laboratorium hemoglobin 9,2 g/dL dan kreatinin 5,36 mg/dL. Tanda dan gejala gagal ginjal kronis menurut (Corwin, 2009) yaitu hipervolemia dan hipertensi akibat kelebihan muatan cairan. Pemeriksaan penunjang nilai BUN serum, kreatinin, dan GFR tidak normal (Corwin, 2009). Gambaran klinis klebihan volume yaitu peningkatan tekanan darah, denyut nadi penuh dan kuat, asites, efusi pleura, dispnea, takipnea (Price & Wilson, 2006).
Dari kedua klien tanda dan gejala gagal ginjal kronis berbeda. Klien 1 mengeluh kepalanya pusing dan terdapat edema pada ekstermitas bawah kanan dan kiri. Pada klien 2 mengeluh sesak nafas. Selain terdapat perbedaan tanda dan gejala gagal ginjal kronis kedua pasien memiliki tanda dan gejala gagal ginjal kronis yang sama yaitu hasil laboratorim hemoglobin kedua klien mengalami penurunan. Penurunan Hb kedua klien berbeda sedikit. Hasil pemeriksaan kreatinin kedua klien meningkat. Diagnosa keperawatan Diagnosa medis klien 1 yaitu anemia + CKD st 5-dyspnea-HT. Klien mengeluh kepalanya pusing. Tekanan darah 120/80 mmHg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 22 x/menit. Suhu 36,8
C. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Hasil laboratorium Hemoglobin 8,1 g/dL dan kreatinin 8,6 mg/dL. Terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. CRT memanjang >3 detik. Kuku berwarna putih.
Klien 2 mengeluh sesak nafas. Klien mengalami dispnea, suara nafas rales, terdapat tarikan intercostae saat bernafas, suara redup. Terpasang oksigen nasal kanul 4 liter per menit. Terdapat asites pada abdomen. Tekanan darah 160/80 mmHg. Nadi 80 x/menit. Pernafasan 48 x/menit. Suhu 36,6
C. Intake 460 ml/24 jam dan output 5-6 kali per hari. hasil laboratorium hemoglobin 9,2 g/dL dan kreatinin 5,36 mg/dL. Pemeriksaan radiologi cardiomegali, pneumonia dexstra, dan efusi pleura minimal.
Dari tanda dan gejala kedua klien, dimana klien 1 didiagnosa gagal ginjal kronis dengan tanda dan gejala edema pada ekstermitas dan Hb turun. Sedangkan pada klien 2 didiagnosa gagal ginjal kronis dengan dispnea, suara nafas rales, dan asites. Dari tanda dan gejala tersebut klien 1 dan 2 mengalami masalah keperawatan kelebihan volume cairan. Penyakit gagal ginjal kronis kedua klien tidak diawali dari penyakit gagal ginjal akut. Klien 1 gagal ginjal kronis dengan anemia. Menurut (Corwin, 2009) terjadinya anemia pada gagal ginjal kronis dikarenakan kegagalan ginjal membentuk eritroprotein dalam jumlah adekuat sehingga sering kali menimbulkan anemia. klien 2 gagal ginjal kronis pada pemeriksaan radiologi terdapat cardiomegali, pneumonia dexstra, dan efusi pleura minimal. Menurut penelitian (Erika, et al. , 2000) dalam (Yuwono, 2014), melaporkan bahwa infeksi nasokomial pada penderita gagal ginjal kronis yang dilakukan hemodialisa yaitu infeksi saluran kemih (ISK), infeksi vaskuler, pneumonia, dan diare karena infeksi. Menurut (Wilkinso & Ahern, 2011) efusi pleura merupakan batasan karakteristik objektif pada masalah keperawatan kelebihan volume cairan.
3. Intervensi
Intervensi yang akan dilakukan pada kedua klien sama. Intervensi yang pertama monitor tanda-tanda vital. Intervensi yang kedua monitor tanda dan gejala hipervolemia. Intervensi ketiga catat secara akurat intake dan output cairan. Intervensi keempat kaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan. Intervensi kelima monitor tanda dan gejala edema.
Intervensi monitor vital sign (tanda-tanda vital), catat secara akurat intake dan output cairan dan monitor tanda dan gejala edema (Nurarif & Kusuma, 2015). Monitor tanda dan gejala hipovolemia atau hipervolemia karena kemampuan regulasi ginjal tidak adekuat (Nursalam & Batticaca, 2011). Kaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi suhu, dan pernafasan dimana pada klebihan volume cairan terjadi tekanan darah tinggi (hipertensi), nadi takipnea, dan pernafasn dispnea. Mencatat secara akurat intake dan output cairan untuk mengetahui jumlah asupan dan pengeluaran cairan secara tepat. Monitor tanda dan gejala edema dilakukan karena edema merupakan tanda dari kelebiha volume cairan. Monitor tanda dan gejala hipervolumia dilakukan untuk mengetahui tanda dan gejala hipervolemia selain dari tanda-tanda vital dan edema. Mengkaji diet yang menunjang retensi cairan dilakukan untuk mengetahui adanya diet yang menjadi penyebab kelebihan volume cairan.
Pada tujuan intervensi klien 1 dan klien 2 sama yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam kelebihan volume dapat teratasi. menurut penelitian (Dewi, 2013) setelah dilakukan tindakan keperawatan 14 X 24 jam kelebihan volume dapat teratasi. tujuan dilakukan selama 3 hari karena waktu dilakukan asuhan keperawatan minimal 3 hari intervensi.
Kriteria hasil pada klien 1 yaitu pertama terbebas dari edema. Kedua tanda-tanda vital dalam batasan normal. Intake dan output seimbang dan tidak ada tanda dan gejala hipervolemia. Pada klien 2 kriteria hasil bunyi nafas bersih tidak ada dispnea/ortopnea. Terbebas dari kelelahan, kecemasan, atau kebingungan. TTV dalam batas normal. Intake dan output seimbang. Sesak nafas bekurang.
Kriteria hasil menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) terbebas dari edema, efusi, anaskara. Bunyi nafas bersih, tidak ada dispnea/ortopnea. Terbebas dari kelelahan, kecemasan atau kebingungan. Kriteria hasil kedua klien berbeda karena tanda dan gejala kelebihan volume cairan kedua klien berbeda.
4. Implementasi
Implementasi hari pertama klien 1 dan klien 2 dilakukan tindakan keperawatan sama yaitu memonitoring tanda-tanda vital, memonitoring tanda dan gejala hipervolemia, mencatat secara akurat intake dan output cairan, mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang dapat menunjang retensi cairan, dan memonitoring tanda dan gejala edema. Pada hari kedua klien 1 dilakukan implementasi yang sama dengan hari sebelumnya. Tetapi pada klien 2 implementasi dilakukan modifikasi dengan menambah implementasi menimbang pampers. Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015) intervensi timbang popok atau pembalut jika diperlukan. Menimbnag pampers pada klien 2 dilakukan karena klien 2 tidak menggunakan kateter, sehingga untuk mengukur output dengan cara menimbang pampers.
Implementasi hari ke tiga pada klien 1 implementasi dimodifikasi. Implementasi ditambah dengan pemberian health education. Health
education yang diberikan yaitu mengenai masalah diet cairan dan
makanan yang dapat meningkatkan kadar Hb, karena pada klien 1 gagal ginjal kronis dengan anemia. Pada klien 2 implementasi hari ke tiga dimodifikasi dengan memberikan health education. Health education yang Evaluasi Evaluasi hari pertama klien 1, masalah belum teratasi. masih terdapat edema pada ekstremitas bawah kanan dan kiri. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Pada klien 2 masalah belum teratasi. klien masih mengeluh sesak nafas. Keadaan umum lemah. Pola nafas dispnea, suara nafas rales, dan terdapat asites. Tekanan darah 160/80 mmHg.
Hari kedua evaluasi klien 1 masalah teratasi. tidak terdapat edema pada ekstremitas bawah. Keadaan umum klien membaik dan akan dilakukan hemodialisa. Intake cairan 600 ml/24 jam dan output cairan 1000 ml/24 jam. Evaluasi pada klien 2 masalah kelebihan volume cairan belum teratasi. ditandai dengan pernafasan dispnea, terdapat suara nafas rales dan terjadi asites.
Hari ketiga evaluasi klien 1 tidak ada kleuhan. Intake 600 ml/24 jam dan output 1000 ml/24 jam. Keadaan klien membaik. Masalah teratasi klien diperbolehkan pulang. Evaluasi pada klien 2 masalah belum teratasi. klien mengalami penurunan kesadaran. Keadaan umum klien lemah. Pernafasan dispnea, suara nafas ralesdan terdapat asites.
Menurut penelitian (Mardiana, 2013) salah satu responden penelitiannya yang mengalami masalah kelebihan volume cairan, masa perawatan selama 8 hari. Dari penelitian tersebut sesuai dengan evaluasi klien 1. Klien 1 dirawat di rumah sakit selama 8 hari. Tapi pada studi kasus ini perawatan klien 1 pada hari keenam klien masuk rumah sakit. Sehingga hari ke tujuh klien sudah tidak ada tanda kelebihan volume cairan.
Sedangkan pada klien 2 perawatan dilakukan perawatan pada hari ke lima klien masuk rumah sakit. Saat evaluasi hari ketiga dan hari ke tujuh klien masuk rumah sakit, keadaan klien lemah dan kesadaran menurun. Sedangkan klien 1 hari ketujuh keadaan membaik. Hal ini dipengaruhi dari faktor komplikasi dan penyakit penyerta dari gagal ginjal kronis yaitu pada hasil radiologi terdapat cardiomegali, pneumonia dexstra, dan terdapatb efusi pleura minimal.
SIMPULAN 1.
Pengkajian Dari data pengkajian tanda dan gejala gagal ginjal kronis berbeda yaitu klien 1 ditandai dengan edema pada ekstermitas dan klien 2 ditandai dengan sesak nafas.
2. Diagnosis Masalah keperawatan kelebihan volume cairan klien 1 cenderung pada anemia dan pasrtisipan 2 masalah kelebihan volume cairan cenderung pada sistem pernafasan yang mengalami pneumonia dan efusi minimal.
3. Perencanaan output pada klien 2.
4. Tindakan Tindakan keperawatan pada kedua klien sama, kedua klien dilakukan tindakan selama 3 hari.
5. Evaluasi Hasil evaluasi tindakan keperawatna masalah kelebihan volume cairan pada klien 1 masalah teratasi sedangkan tindakan pada klien 2 masalah keperawatan belum teratasi.
REKOMENDASI
Bagi klien yang dilakukan asuhan keperawatan harus tetap mematuhi pembatasan asupan cairan agar tidak terjadi ketidakseimbangan cairan. Untuk pembaca asuhan keperawatan gagal ginjal kronis pembaca dapat mencegah terjadinya gagal ginjal kronis. Bagi penulis selanjtnya dalam mengembangkan asuhan keperawatan pada klien gagal ginjal kronis disarankan melakukan asuhan keperawatan lebih lanjut mengenai klien gagal ginjal kronis dengan masalah keperawatan kelebihan volume cairan yang mengalami pneumonia.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, Paramata, N. R., & Pakaya, A. W. (2015). Faktor-Faktor yang berhubungan dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Hemodialisa RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
Jurnal Keperawatan .
Carpenito, L. J. (2006). Buku saku Diagnosis keperawtan . Jakarta: EGC. Corwin, E. J. (2009). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC. Dewi, N. P. (2013). Analisa Praktik Klini keperawatan Kesehatan Masyarakat
Perkotaan Pada Pasien Gagal Ginjal di Ruang Penyakit Dalam Lantai 7 Zona A RSUP Cipto Mangunkusumo. Universitas Indonesia. Mardiana, R. (2013). Analisis Praktik Klinik Keperawatan Masalah Perkotaan
Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik di Ruang Melati Atas Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta. Universitas Indonesia. Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda NIC_NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogyakarta: Medication.
Nursalam, & Batticaca, F. B. (2011). asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika. Potter, P. A., & Perry, A. G. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7 buku 1 & 3 . Jakarta: EGC. Price, s. A., & Wilson, L. M. (2006). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC. Riskesdas,2013. Riset Keseharan Dasar; RISKESDAS. Jakarta: Balitibang Kemenkes RI.
Kebidanan .
Wilkinso, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Buku Saku Diagnosis Keperawatan : diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC ed 9. Jakarta: EGC. Yuwono, I. H. (2014). Infeksi Hemodialisis unit hemodialisis RSUD Kota Semarang. infeksi hemodialisis.
Alamat correspondensi
Email : ulfam2606@gmail.com Alamat : Jln. Hasanudin Gg. 24 no. 23 Pasuruan No. Hp : 085655999527