Strategi Bermain Peran dan Bercerita untuk Mengembangkan Ekspresi Emosi Anak Usia Dini Kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2016/ 2017 - Test Repository

  

STRATEGI BERMAIN PERAN DAN BERCERITA

UNTUK MENGEMBANGKAN EKSPRESI EMOSI

ANAK USIA DINI KELOMPOK A DI RA

MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB.

  

TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

ERWIN KHOIRUL KUSNUL QOTIMAH

NIM. 116 13 012

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

STRATEGI BERMAIN PERAN DAN BERCERITA

UNTUK MENGEMBANGKAN EKSPRESI EMOSI

ANAK USIA DINI KELOMPOK A DI RA

MASYITHOH NGLONDONG KEC. PARAKAN KAB.

  

TEMANGGUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  

Oleh:

ERWIN KHOIRUL KUSNUL QOTIMAH

NIM. 116 13 012

FAKULTAS TARBIYAH

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

2017

  

MOTTO

“Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat

mereka berbahagia di dunia ini yaitu; seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk

dilakukan, dan sesuatu untuk diharapkan.” (Tom Bodett)

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.

  Seluruh anggota keluarga besar, orang tuaku, adik-adikku, yang telah memotivasiku, memberi dukungan serta bantuan dan mendo‟akanku

  2. Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd yang sabar membimbingku dari semester awal hingga semester akhir

  3. Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M.Si yang dengan sabar membimbingku dalam penulisan skripsi

4. Semua dosen IAIN Salatiga yang dengan ikhlas dan sabar mendidikku 5.

  Semua teman-teman dan sahabat-sahabatku yang setia mendukungku 6. Guru-guru dan siswa-siswi RA Masyithoh Nglondong Kec.Parakan Kab.

  Temanggung yang dengan sabar mengajariku 7. Semua pihak yang telah berperan dalam penulisan skripsi ini, terimakasih atas bantuannya

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayah-Nya, Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah kita nantikan syafaatnya di yaumul kiyammah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Strategi Bermain Peran dan Bercerita untuk Mengembangkan Ekspresi Emosi Anak Usia Dini Kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.

  Temanggung Tahun Pelajaran 2016/2017 ”.

  Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.

  Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1.

  Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M. Pd. Selaku Rektor IAIN Salatiga.

  2. Bpk Suwardi, M.Pd. selaku dekan FTIK IAIN Salatiga.

  3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M. Si selaku Ketua Jurusan PIAUD IAIN Salatiga.

  4. Ibu Dra. Hj. Siti Farikhah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Akademik 5.

  Ibu Dr. Hj. Lilik Sriyanti, M. Si selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah memberikan bantuan dan bimbingan dengan penuh kesabaran sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

  

ABSTRAK

  Qotimah, Erwin Khoirul Kusnul. 2017. Strategi Bermain Peran dan Bercerita

  untuk Mengembangkan Ekspresi Emosi Anak Usia Dini Kelompok A di RA Masyithoh Tahun Pelajaran 2016/2017 . Skripsi. Fakultas

  Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing. Dr. Hj. Lilik Sriyant, M. Si.

  Kata Kunci : bermain peran dan bercerita, ekspresi emosi, anak usia dini Penelitian ini merupakan upaya untuk mengembangkan ekspresi emosi dengan menggunakan strategi bermain peran dan bercerita pada anak usia dini di

  RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017. Pertanyaan utama yang akan dijawab melalui penelitian ini adalah apakah penerapan strategi bermain peran dan bercerita dapat mengembangkan ekspresi emosi anak didik di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017? Untuk menjawb pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (action research) sebanyak tiga siklus. Tujuan penelitian yang hendak diperoleh adalah untuk mengetahui bahwa ekspresi emosi anak usia dini dapat berkembang melalui penerapan strategi bermain peran dan bercerita di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017.

  Penelitian ini dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas dalam tiga Siklus, satu siklus dilaksanakan sebanyak tiga kali tindakan penelitian. Subjek penelitian adalah kelompok A sebanyak 22 anak terdiri dari 9 anak laki-laki dan 13 anak perempuan, dilaksakan di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017. Teknik pengumpulan data antara lain dengan lembar observasi dan lembar tes selama tindakan dan dokumentasi kegiatan pembelajaran.

  Dari analisis data didapatkan bahwa hasil dari penerapan strategi bermain peran dan bercerita anak usia dini mengalami peningkatan dalam setiap siklusnya, yaitu sebelum dilaksanakan penelitian tindakan kelas sebesar 29%, setelah dilakukan tindakan yang disepakati yaitu melalui strategi bermain peran dan bercerita diperoleh pada siklus I 44%, siklus II 60%, dan siklus III 89%. Hasil penelitian ini sudah memenuhi indikator pencapaian sebesar 75% yang ditetapkan sekolah. Penelitian menunjukkan bahwa strategi bermain peran dan bercerita dapat mengembangkan ekspresi emosi yang diserap dan dipahami anak dengan mudah. Penerapan strategi bermain peran dan bercerita mempunyai pengaruh dalam mengembangkan ekspresi emosi pada anak usia dini, yaitu dengan hasil siswa yang tuntas belajar pada siklus I sebanyak 44%. Pada siklus II sebanyak 60%. Pada siklus III 89%.

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i NOTA PEMBIMBING ................................................................................. iv PENGESAHAN KELULUSAN ................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... vi MOTO …………………………………………………………………… ... vii PERSEMBAHAN………………………………………… .......................... viii KATA PENGANTAR………………………………………… ................... ix ABSTRAK………………………………………… ..................................... xi DAFTAR ISI………………………………………… .................................. xii D

  AFTAR TABEL………………………………………… .......................... xv DAFT

  AR LAMPIRAN………………………………………… .................. xvi

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Rumusan Masalah ....................................................................... 10 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 10 D. Hipotesis Tindakan ...................................................................... 10 E. Kegunaan Penelitian .................................................................... 10 F. Definisi Operasional .................................................................... 12

  G.

  Metode Penelitian ........................................................................ 14 H. Sistematika Penulisan .................................................................. 25

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Bermain Peran dan Bercerita .......................................... 27 1. Pengertian Strategi ....................................................................... 27 2. Pengertian Bermain Peran ........................................................... 28 3. Pengertian Bercerita……………………… ................................. 30 B. Ekspresi Emosi……………………….. ....................................... 32 1. Jenis-Jenis Ekspresi Emosi……………………… ...................... 36 2. Bentuk-Bentuk Ekspresi………………………........................... 36 C. Anak Usia Dini………………………… ..................................... 37 D. Hakikat Perkembangan Emosi Anak Usia Dini…………………… 38 1. Pengertian Perkembangan Emosi……………………….. ........... 38 2. Ciri Emosi Anak Usia Dini……………………….. .................... 40 3. Karakteristik Emosi Anak Usia Dini………………………........ 42 4. Aspek Perkembangan Emosi Anak Usia Dini…………………… 43 5. Fungsi Emosi dalam Perkembangan Anak Usia Dini…………… 44 6. Faktor yang Memenuhi Perkembangan Emosi Anak…………... 45 7. Strategi Pengembangan Emosi Anak……………………….. ..... 47 BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi dan Subjek ……………. .................... 53 B. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Pra Siklus .............................. 61 C. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus I ................................... 62

  D.

  Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus II…………………… .. 65 E. Deskripsi Penelitian Pelaksanaan Siklus III…………………… . 72

  BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Per Siklus .................................................................... 80 B. Pembahasan ................................................................................. 95 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 103 B. Saran ............................................................................................ 104 C. Penutup……………………………………………………….. ... 105 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 106 Lampiran-Lampiran Riwayat Hidup Penulis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini disebut juga sebagai masa awal kanak-kanak yang

  memiliki berbagai karakter atau ciri. Ciri-ciri ini tercermin dalam sebutan- sebutan yang diberikan oleh para orang tua, pendidik dan ahli psikologi untuk anak usia dini (Hurlock, 1993). Bagi orang tua, masa awal kanak-kanak merupakan usia yang sulit karena anak-anak berada dalam proses pengembangan kepribadian.

  Masa usia dini merupakan “golden ege period” artinya merupakan masa emas untuk seluruh aspek perkembangan manusia baik fisik, kondisi emosi maupun sosial. Salah satu aspek perkembangan yang penting bagi anak usia dini adalah aspek emosi. Merangkum pendapat Goleman, Izard dan Ackerman, Le Doux, (Hasen & Zambo 2007) emosi adalah perasaan yang secara fisiologis dan psikologis dimiliki oleh anak dan digunakan untuk merespons terhadap peristiwa yang terjadi disekitarnya. Emosi bagi anak usia dini merupakan hal yang penting, karena dengan emosi anak dapat memusatkan perhatian, dan emosi memberikan daya bagi tubuh serta mengorganisasi pikir untuk disesuaikan dengan kebutuhan.

  Pembelajaran pada anak usia dini pada dasarnya adalah pengembangan kurikulum secara konkrit berupa seperangkat rencana yang berisi sejumlah pengalaman belajar melalui bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas perkembangan yang harus dikuasainya dalam rangka untuk meningkatkan potensi pada anak (Yuliani, 2009:138).

  Pendidikan anak usia dini merupakan suatu bentuk stimulasi yang pada dasarnya adalah upaya-upaya intervensi yaitu menciptakan lingkungan sekitar anak usia dini agar mampu menstimulasi seluruh aspek perkembangan anak. Menurut Mashar (2007), mengutip pendapat Foot et al mengatakan bahwa anak mengalami hambatan ataupun problema perkembangan, tidak akan berkembang secara optimal. Terjadinya problema dalam perkembangan emosi pada anak usia dini salah satunya dipengaruhi oleh guru. Penelitian Mashar (2007) menunjuklan bahwa guru yang telah dilatih untuk mendampingi anak, ternyata anak mampu berperilaku dengan baik. Penelitian yang dilakukkan oleh Puspitasari (2009) juga menunjukkan bahwa guru yang dilatih dapat meningkatkan kemampuan berkomunikasi pada anak usia dini, dan dalam mengurangi terjadinya problema perkembangan pada anak.

  Masitoh mengungkapkan bahwa pendidikan di RA merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini yang memiliki peranan sangat penting untuk mengembangkan kepribadian anak serta mempersiapkan mereka memasuki jenjang pendidikan selanjutnya. Pendidikan di RA merupakan jembatan antara lingkungan keluarga dengan masyarakat yang lebih luas yaitu sekolah dasar dan lingkungan lainnya. Salah satu bentuk pendidikan anak usia dini, lembaga ini menyediakan program pendidikan dini bagi sekurang-kurangnya anak usia empat tahun sampai memasuki jenjang pendidikan selanjutnya (Masitoh, 2005:1).

  Pendidikan anak usia dini khususnya RA pada dasarnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak sebagaimana dikemukakan oleh Anderson (1993), “Early childhood education is based on a number of

  

methodical didactic consideration the aim of which is provide opportunities

for development of children personality

  ” artinya, pendidikan RA memberi kesempatan untuk mengembangkan kepribadian anak, oleh karena itu pendidikan untuk anak usia dini khususnya di RA perlu menyediakan berbagai kegiatan yang dapat mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak, mereka butuh permainan sebagai media pendidikan dalam pembelajaran disekolah (Masitoh dkk, 2005:2).

  Anak belajar melalui berbagai cara antara lain melalui imitasi, melakukan sesuatu atau mencoba dan mengalami (Einom, 2005). Lingkungan menyediakan yang dibutuhkan anak, dan anak akan memanfaatkan apa yang ditawarkan oleh lingkungan.

  Anak adalah individu yang berbeda, unik, dan memiliki karakteristik sendiri sesuai dengan tahapan usianya. Oleh karena itu, upaya-upaya pegembangan usia dini hendaknya dilakukan melalui belajar dan melalui bermain (learning through games). Hal ini karena bermain merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, melalui bermain anak memperoleh kesempatan untuk bereksplorasi (exploration), menemukan (finding), mengekspresikan (expression), perasaannya dan berkreasi (creation), selain itu, bermain juga dapat membantu anak mengenal dirinya dan dengan siapa anak hidup serta lingkungan tempat anak tinggalnya atau tempat ia berada.

  Hurlock (1993), menyebut usia dini sebagai masa kanak-kanak awal disebut sebagai masa kanak-kanak yang mengacu pada usia prasekolah untuk membedakan dengan masa ketika anak harus menghadapi tugas-tugas pada saat mulai mengikuti pendidikan formal. Selain usia prasekolah, masa kanak- kanak awal disebut pula sebagai usia bermain karena anak usia dini menghabiskan sebagian besar waktuya untuk bermain dengan mainan.

  Santrock (1995), menyebut masa kanak-kanak awal sebagai masa kreatif, bebas dan penuh imajinasi.

  Salah satu aspek perkembangan yang perlu dikembangkan dalam pendidikan anak usia dini salah satunya perkembangan emosi. Definisi mengenai emosi sangat beragam, sebagian orang memfokuskan emosi sebagai suatu komponen yang terdapat dalam perasaan atau keadaan fisiologis. Sebagian yang lain menggambarkan emosi sebagai seperangkat komponen dengan suatu struktur yang deterministik atau probabilistik, yang melihat emosi sebagai suatu keadaan atau proses yang dialami seseorang dalam merespons suatu peristiwa. Emosi dapat diartikan sebagai kondisi intrapersonal, seperti perasaan keadaan tertentu, atau pola aktivitas motor. Emosi dapat berupa perasaan amarah, ketakutan, kebahagiaan, cinta, rasa terkejut, jijik, dan sedih (Goleman, 1995).

  Secara umum emosi memiliki peranan dalam kehidupan seseorang sebagai berikut: merupakan bentuk komunikasi sehingga anak dapat menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya pada orang lain, emosi berperan dalam mempengauhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya. Hurlock (1991), memandang masa kanak-kanak yang bahagia sangat penting untuk perkembangan masa selanjutnya. Ketidakbahagiaan dapat membahayakan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Sebaliknya, kebahagiaan mempengaruhi perkembangan anak dan tipe-tipe penyesuaian yang dilakukan seperti sikap, perilaku, dan kepribadian anak. Sering kali emosi negatif seperti marah, sedih, atau takut yang dialami seseorang akan menghambat proses berfikir, sehingga mengalami gangguan dalam melakukan pengambilan keputusan dan cenderung membuat keputusan yang tidak rasional serta tidak tepat.

  Emosi merupakan suatu gejolak penyesuaian diri berasal dari dalam dan melibatkan hampir keseluruhan diri individu. Emosi juga berfungsi mencapai pemuasan atau perlindungan diri atau bahkan kesejahteraan pribadi pada saat berhadapan dengan lingkungan atau objek tertentu. Maka dari itu, pengembangan emosi anak adalah kemampuan anak dalam berhubungan dengan individu lain. Dimana dalam lingkungannya akan terjadi peristiwa- peristiwa yang sangat bermakna bagi hidup anak dan akan membentuk kepribadian anak. Dan lingkungan juga yang akan menentukan kepribadian seorang anak tersebut.

  Pada anak usia dini dimana kemampuan anak dalam mengendalikan impus atau dorongan-dorongan dari dalam diri masih lemah, maka keterlibatan emosi sangat berperan dalam kegiatan belajar. Hal ini dapat diamati dari perilaku anak sehari-hari , dimana anak mengalami emosi negatif seperti marah, sedih, cemas atau takut, anak cenderung tidak bersedia untuk mengikuti kegiatan lain. Kondisi tersebut dapat menghambat aktivitas anak dalam belajar di sekolah. Sebaliknya, anak yang berada dalam situasi emosi positif seperti senang, bahagia, cinta ,bangga dan optimis akan mengikuti berbagai aktivitas belajar dengan penuh semangat dan antusias, sehingga berbagai rangsangan kognitif yang diperoleh akan lebih optimal dalam proses belajar anak.

  Sejak anak-anak usia RA masalah-masalah emosi sudah dapat kita identifikasi dari berbagai perilaku yang ditempatkan anak, diantaranya anak selalu ingin menang sendiri, bersikap agresif, cepat marah, setiap keinginannya selalu harus dituruti, membangkang bahkan menarik diri dari lingkungannya dan tidak mau bergaul dengan teman-temannya. Permasalahan emosi ini bila dibiarkan begitu saja akan berkembang menjadi permasalahan yang lebih luas dan kompleks karena anak akan berkembang ke arah yang lebih buruk, terbentuknya kepribadian yang tidak baik dan berakibat munculnya perilaku-perilaku negatif yang tidak diharapkan. Dengan kata lain anak akan mengalami kesulitan dan hambatan dalam proses pengembangannya.

  Seperti halnya di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung kelompok A masih banyak anak yang belum berkembang dengan baik dalam emosi, misalnya penakut, agresif, dan pemalu, kurang percaya diri dll. Terbukti nampak pada banyaknya anak yang belum memiliki kepedulian dan mampu mengendalikan emosinya, belum mampu memberi maaf, serta anak mau bermain bersama dan saling berbagi dengan temannya.

  Hal ini terjadi karena guru selalu memberikan nasehat dengan menceramahi anak sehingga anak bosan dan tidak mau mendengar nasehat guru serta guru selalu menggunakan strategi yang monoton dan media yang kurang menarik minat anak. Guru yang profesional dan kreatif merupakan guru yang memiliki wawasan dan pengetahuan sehingga mampu menciptakan suatu kegiatan pembelajaran yang menarik dengan menggunakan strategi- strategi yang dapat menggerakan anak untuk mengekspresikan perasaan agar terjadi pembiasaan tingkah laku yang baik, guru harus mampu meningkatkan perasaan saling percaya dan usaha pemantapan perilaku yang baik secara terus menerus dan tingkah laku yang baik hanya dapat terjadi dalam suasana saling percaya.

  Secara umum, faktor penyebab munculnya permasalahan pada anak dapat dibedakan menjadi dua klasifikasi utama yaitu fakor biologis dan psikososial.

  Faktor biologis dapat bersifat murni atau bawaan yang disebut pula sebagai faktor internal, faktor-faktor ini terdiri dari kelainan genetik. Selain faktor internal, faktor biologis dapat pula berasal dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap kondisi biologis biasanya terkait dengan trauma biologis dari lingkungan.

  Erikson dalam bukunya Child Psychopathology (1978), membahas tentang pendekatan psikososial sebagai faktor yang dapat menimbulkan permasalahan pada anak yaitu pengasuhan yang negatif.

  Mengingat permasalahan tersebut perlu adanya perbaikan pada pembelajaran terutama dalam pengembangan emosi. Oleh karena itu, untuk membantu mengurangi ketidakmampuan anak berperilaku emosi yang baik, dan membantu menyiapkan anak memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas, dibutuhkan strategi yang menarik bagi anak salah satunya dengan bermain peran dan bercerita. Menurut Harley (2000), bermain peran adalah bentuk permainan bebas dari anak-anak yang masih muda, dengan bermain peran dapat menumbuhkan sikap empati, daya imajinasi, kreativitas, serta penghayatan anak dapat berkembang. Permainan ini dilakukan anak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada di sekitar anak. Dalam permainan ini anak dapat mengembangkan kemampuan emosi. Anak dapat mengekspresikan berbagai macam emosinya tanpa takut, malu ataupun ditolak oleh lingkungannya. Ia juga dapat mengeluarkan emosinya yang terpendam karena tekanan sosial. Dalam bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati, takut, penuh kasih, dan lain sebagainya.

  Bercerita dapat melatih daya tangkap dan daya pikir anak, melatih konsentrasi anak, menciptakan suasana yang menyenangkan, dapat membantu perkembangan fantasi, mengembangkan imajinasi anak, melatih keterampilan membaca bagi anak bercerita merupakan suatu petualangan besar. A Great

  

Adventure , sebagaimana yang dikemukkan Graves (Solehuddin, 2000).

  Dalam cerita anak dapat memperoleh nilai yang banyak dan berarti bagi proses pembelajaran dan perkembangan, termasuk didalamnya perkembangan emosi dan sosialnya.

  Sebagaimana dalam Al- Qur‟an yang menganjurkan umat manusia untuk menuntut ilmu, yang tertuang pada Q.S Al-

  „Alaq ayat 1-5, Allah SWT berfirman yang berbunyi : Artinya:

  “(1)Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakanmu, (2)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. (3)Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. (4)Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. (5)Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.

  Melihat uraian yang dikemukakan di atas, penulis ingin meneliti anak dalam perkembangan ekspresi emosi, dengan mengambil salah satu strategi. Dengan keadaan tersebut peneliti bermaksud untuk meneliti masalah itu agar mengetahui tentang strategi yang tepat untuk digunakan dalam mengembangkan ekspresi emosi anak usia dini dengan judul

  “Strategi Bermain Peran dan Bercerita untuk Mengembangkan Ekspresi Emosi Anak Usia Dini Kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung Tahun Pelajaran 2016/2017”.

  B. Rumusan Masalah

  Apakah dengan menggunakan strategi bermain peran dan bercerita dapat mengembangkan ekspresi emosi anak kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017? C.

   Tujuan Penelitian

  Dengan adanya uraian diatas, maka tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengembangan ekspresi emosi anak kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017.

  D. Hipotesis Penelitian

  Hipotesis penelitian merupakan anggapan sementara yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui penelitian (Dwiloka, 2012:29). Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada beberapa strategi salah satunya yaitu strategi bermain paran dan bercerita untuk mengembangkan ekpresi emosi anak usia dini kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017”.

  E. Kegunaan Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

  1. Manfaat teoritis yang dapat disampaikan penulis yaitu: a.

  Dapat menambah informasi, wawasan pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan bagi penyusun pada khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya.

  b.

  Sebagai informasi pengetahuan untuk mengenalkan emosi pada anak.

  c.

  Memberi masukan bagi peningkatan mutu pembelajaran yang kreatif dan inovatif, serta sebagai sarana pengembangan dan peningkatan profesional guru.

  d.

  Proses belajar dan hasil kegiatan membentuk guru yang lebih kreatif dalam merancang dan mengelola kegiatan menyenangkan untuk anak didik.

  2. Manfaat praktis yang dapat disampaikan oleh penulis yaitu: a.

  Bagi orang tua Dengan demikian diadakannya penelitian ini diharapkan orang tua anak didik dapat meningkatkan kemampuan membimbing anak dalam mengenalkan emosi, serta dapat mengarahkan perilaku anak.

  b.

  Bagi guru 1.

  Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.

2. Memudahkan guru untuk melatih keterampilan dan kesabaran dalam mengenalkan emosi.

  c.

  Bagi anak didik 1.

  Mendorong semangat belajar anak terhadap mengenal emosi 2. Memupuk dan mengembangkan kemampuan berfikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang maupun masa mendatang.

  d.

  Bagi sekolah 1.

  Meningkatkan kualitas pendidikan 2. Memberi sumbangan pemikiran yang positif terhadap kemajuan sekolah yang tercermin atau peningkatan profesional para guru, perbikan proses dan hasil belajar serta kondusifnya iklim pendidikan di RA tersebut.

  3. Meningkatkan kualitas RA Masyithoh Nglondong Kec.

  Parakan Kab. Temanggung.

  4. Dengan penelitian ini diharapkan kegiatan pembelajaran akan lebih efektif, serta dapat memberikan wawasan atau pengetahuan baru.

  5. Dapat menarik perhatian masyarakat untuk menyekolahkan anaknya di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab.

  Temanggung.

F. Definisi Operasional 1. Pengertian Bermain Peran

  Harley (2000) mendefinisikan bermain peran adalah bentuk permainan bebas dari anak-anak yang masih muda. Hal ini merupakan salah satu cara bagi mereka untuk menelusuri dunianya, dengan meniru tindakan dan karakter dari orang-orang yang berada disekitarnya. Ini adalah ekspresi paling awal dari bentuk drama, namun tidak boleh disamakan dengan drama atau ditafsirkan sebagai penampilan.

  Bermain peran merupakan permainan yang dilakukan anak dengan cara memerankan tokoh-tokoh, benda-benda, binatang ataupun tumbuhan yang ada di sekitar anak. Dalam permainan ini anak dapat mengembangkan kemampuan sosial emosional. Anak dapat mengekspresikan berbagai macam emosinya tanpa takut, malu ataupun ditolak oleh lingkungannya. Ia juga dapat mengeluarkan emosinya yang terpendam karena tekanan sosial. Dalam bermain peran seorang anak dapat memainkan tokoh yang pemarah, baik hati, takut, penuh penuh kasih, dan sebagainya.

2. Pengertian Bercerita

  Bercerita merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang yang menyajikkan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik.

  Solehuddin (2000) dan Hidayat (2003) mengemukakan bahwa aktivitas bercerita juga dapat berfungsi untuk membangun hubungan erat dengan anak.

  Melalui bercerita, para pendidik dapat berinteraksi secara hangat dan akrab, terlebih lagi jika mereka dapat menyelingi atau melengkapi cerita-cerita itu dengan unsur humor.

3. Pengertian Ekspresi Emosi

  Menurut Hansen dan Zambo (2007) menjelaskan tentang contoh fungsi emosi dalam kehidupan anak usia dini, misal: takut adalah salah satu emosi yang digunakan untuk “survival”. Pada saat emosi takut muncul pada anak, maka anak menjadi sadar terhadap lingkungan dan menimbulkan sikap hati- hati pada diri anak. Senyum merupakan ekspresi emosi senang, dengan senyum anak akan mampu memberikan tanda kepada sekitarnya tentang situasi yang dialami dan kebutuhan untuk melakukan hubungan antar pribadi. Emosi berkembang sepanjang waktu, emosi pada anak usia dini berkembang dari yang sederhana menjadi kesuatu kondisi yang lebih kompleks, emosi berkembang sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.

  Menurut Plutchik (2003), ekspresi emosi dapat diamati dari ekspresi wajah, ekspresi tubuh. Ekspresi wajah lebih bersifat universal terutama pada enam emosi dasar yaitu kebahagiaan, kesedihan, takut, marah, jijik, dan surprise (keterkejutan).

  Menurut teori kepribadian emosi merupakan suatu aktivitas pribadi, dimana pribadi tidak dapat dipisah-pisahkan dalam jasmani dan psikis sebagai dua substansi yang terpisah karena itu, maka emosi meliputi pula perubahan-perubahan kejasmanian.

G. Metode penelitian

  Metodologi penelitian merupakan ilmu yang membahas metode ilmiah dalam proses penelitian. Untuk mendapat hasil penelitian yang baik, cermat dan akurat, maka pada penelitian ini akan digunakan tahap-tahap berikut:

1. Rancangan penelitian

  Penelitian yang dilakukan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas menurut Suharsimi (2007:2) mendefinisikan penelitian tindakan kelas melalui paparan gabungan definisi dari kata “peneliti”, “tindakan” dan “kelas”. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti.

  Tindakan adalah suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama oleh guru.

  Jadi, Suharsimi (2007:3) berkesimpulan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa.

  Alasan peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas adalah karena peneliti terlibat langsung dalam penelitian. Dalam penelitian ini anak yang ada didalam kelas diajadikan objek penelitian, maka siswa yang berada didalam kelas tersebut sebagai populasi yang diteliti.

  2. Subjek penelitian

  Subjek penelitian ini adalah anak didik kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017 yang berjumlah 22 anak yaitu terdiri dari 9 laki-laki dan 13 perempuan. Peneliti memilih kelompok A karena pada kelas tersebut terjadi suatu masalah yaitu dalam hal emosi pada anak didik masih rendah, sehingga perlu dicari solusi pemecahannya.

  3. Langkah-langkah penelitian

  Secara garis besar penelitian tindakan kelas terdapat empat langkah kegiatan (siklus) yang lazim dilakukan. Menurut Arikunto (2006:16) keempat langkah tersebut adalah: a. Tahap 1: Menyusun Rencana Tindakan (Planning)

  Dalam tahap ini peneliti menjelaskna tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa untuk menjawab pertanyaan- pertanyaan tadi, maka peneliti minta masukan dari guru, kepala sekolah dan teman sejawat.

  b.

  Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting) Tahap kedua dari penelitian tindakan kelas adalah pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan rancanagn, yaitu melakukan tindakan kelas. c.

  Tahap 3: Pengamatan (Observing) Tahap ketiga ini yaitu pengamatan yang dilakukan oleh peneliti.

  Sebetulnya sedikit kurang tepat kalau pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berlangsung. Jadi keduanya berlangsung dalam waktu bersamaan.

  d.

  Tahap 4: Refleksi (Reflacting) Tahap keempat ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam kegiatan ini peneliti melakukan evalusai diri atau dengan kata lain peneliti mengadakan “dialog” pada diri sendiri terhadap apa yang telah dilakukannya. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan, kemudian hasil refleksi ini digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk merencanakan tindakan pada siklus berikutnya.

4. Instrumen penelitian

  Instrumen pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas adalah: a.

  Rencana Kegiatan Harian (RKH), yaitu seperangkat pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman guru dalam mengajar dan menyusun untuk tiap putaran. Masing-masing RKH berisi tentang tingkat pencapaian perkembangan, indikator pembelajaran, alat dan sumber belajar, serta hasil penelitian.

  b.

  Tes Buatan Peneliti, yaitu berupa lembar penugasan yang dikerjakan oleh anak didik yang berupa anak menunjukan ekspresi apa yang tertera pada gambar. Tes buatan penelitian tersebut digunakan untuk mendapatkan data kualitatif nantinya.

  c.

  Lembar Observasi, yaitu lembar yang digunakan untuk mengamati anak didik selama proses pembelajaran berlangsung secara bersamaan, yaitu anak didik diperintahkan untuk maju satu kelompok lima orang menirukan ekspresi yang tertera dalam situasi keadaan kemudian anak ditanya ekpresi apa keadaan dalam gambar tersebut.

  d.

  Wawancara , yaitu yang mana ditunjukan kepada informan yaitu kepala sekolah dan guru pendamping kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung. Wawancara ini bertujuan untuk memperoleh informasi data atau profil sekolah dan pendapat guru sebelum dan sesudah menerapkan kegiatan belajar mengajar (KBM) menggunakan media kartu gambar.

  e.

  Dokumentasi, peneliti membutuhkan dokumentasi meliputi: (1)

  Foto kegiatan pembelajaran (2)

  RKH (3)

  Data siswa, guru dan profil sekolah f. Catatan lapangan yang diperlukan peneliti disini adalah catatan rinci tentang keadaan selama proses pembelajaran terjadi pada saat penelitian.

  Catatan lapangan diperoleh dari apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan oleh peneliti.

5. Pengumpulan data

  Ada sejumlah teknik pengumpulan data yang dapat digunakan, akan tetapi tidak semua strategi cocok untuk semua jenis data. Oleh karena itu, peneliti harus memilih strategi yang tepat. Adapun yang digunakan peneliti antara lain yaitu: a.

  Metode Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Ridwan, 2004:104). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 2 panca indranya yaitu penglihatan dan pendengaran. Menurut Sukardi (2009:78) menyatakan bahwa observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa kondisi atau fakta alami. Dalam hal ini peneliti mengamati proses belajar ekspresi emosi, dan pemahaman selama pembelajaran berlangsung.

  b.

  Metode Dokumentasi Cara lain memperoleh data dari penelitian adalah menggunakan teknik dokumentasi, pada teknik ini, dimungkinkan peneliti memperoleh informasi dari berbagai macam sumber tertulis, dimana anak didik melakukan kegiatan sehari-hari. Strategi ini menurut Sukardi (2009:81) untuk mendapatkan gambaran umum sekolah, keadaan guru, keadaan sarana prasarana dan keadaan siswa. c.

  Tes Manurut Depdiknas tahun 2006 tentang Penilaian di Taman Kanan-Kanak bahwa: Tes adalah suatu cara untuk mengadakan penilaian yang terbentuk suatu tugas yang harus dikerjakan atau sekelompok anak sehingga menghasilkan suatu nilai tentang tingkah laku atau prestasi anak tersebut yang kemudian dapat dibandingkan dengan nilai yang dicapai oleh anak-anak lain atau standar yang telah ditetapkan.

  Peneliti merancang lembar penugasan untuk anak didik sebagai instrumen yang dapat digunakan untuk mendapatkan data kuantitatif berupa nilai hasil penerapan metode pembelajaran menggunakan strategi bermain peran dan bercerita, kemudian akan dianalisa dan diambil kesimpulannya.

6. Analisis data

  Analisi data dilakukan dengan menggunakan metode analisis yang bersifat diskriptif kualitatif, yaitu mendeskripsikan data yang diperoleh melalui instrumen penelitian. Setelah data terkumpul kemudian diklasifikasikan ke dalam dua kelompok data yaitu kuantitatif yang berbentuk angka-angka dan data kualitatif yang ditanyakan dalam kata- kata dan simbol.

  Analisis data menurut Arikunto (2008:128) adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan mana yang harus dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga dapat dipahami oleh diri sendiri dan orang lain.

  Tahap-tahap yang dilakukan peneliti dalam menganalisis data adalah: a.

  Pengumpulan data Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan selesai pengumpulan data.

  b.

  Kesimpulan Kesimpulan dimaksudkan untuk melihat apakah tujuan pembelajaran yaitu penggunaan strategi bermain peran dan bercerita dapat mengembangkan ekspresi emosi anak pada kelompok A di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung tahun pelajaran 2016/2017.

  Apabila penelitian tahap pertama (siklus I) belum memenuhi tujuan pembelajaran dengan baik, maka diadakan tindakan lanjut (penelitian ulang yaitu tahap siklus II) maka diadakan tindakan lanjut (penelitian ulang yaitu tahap siklus III). Jika sudah dapat memenuhi atau berhasil dalam tujuan pembelajaran tersebut maka penelitian dihentikan sampai siklus III.

  Selain metode analisis diatas, peneliti juga menggunakan statistik sederhana untuk membantu mengungkapkan data sebagai upaya memperoleh data dan informasi secara lengkap.

Tabel 1.1 Ketentuan Pemberian Nilai Lembar Kerja Anak

  Simbol Bintang

  Skor/ Nilai

  Kategori Kriteria/ ketentuan

  1 Belum Muncul (BM)

  Jika anak mencoba kurang tepat atau tidak mau mencoba

  2 Mulai Muncul (MM)

  Jika anak bisa dengan bantuan meniru teman

  3 Berkembang Sesuai Harapan (BSH)

  Jika anak bisa dengan bantuan awalan

  4 Berkembang Sangat Baik (BSB)

  Jika anak bisa tanpa bantuan Kriteria mengukur perkembangan ekspresi emosi dengan menggunakan strategi bermain peran dan bercerita dapat dinilai ketika anak mulai muncul mengekspresikan emosi dan mengerjakan tugas maka dikatakan anak mulai muncul dan berkembang, indikator keberhasilan adalah 75% yang ditetapkan oleh sekolah .

  Pada penelitian tindakan kelas ini digunakan analisis berdasarkan observasi kegiatan pembelajaran maupun dari hasil tindakan yang telah dilakukan. Analisis data observasi terhadap guru sebagai pelaksana kegiatan pembelajaran digunakan untuk melakukan refleksi, agar peneliti dapat menentukan tindakan yang dapat diambil pada siklus berikutnya.

  Analisis data terhadap anak dilakukan beberapa tahap seperti Mulyasa (2009:101) yaitu: 1.

  Menjumlah skor yang dicapai anak pada setiap butir amatan.

2. Menghitung prosentase

  Presentase pencapaian kemampuan rumusnya, yaitu: Jumlah Skor Maksimum= Skor maksimum butir amatan x Jumlah butir amatan Preentase Pencapaian Anak= Jumlah skor yang dicapai tiap amatan x

  100% Jumlah Skor maksimum Prosentase Keberhasilan Kelas= Total prosentase pencapaian kelas x 100%

  Jumlah siswa 3.

  Membuat tabulasi skor observasi pengamatan pengembangan ekspresi emosi dengan strategi bermain peran, adapun rancangan tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Lembar Perbandingan Hasil Pencapaian Tiap Siklus dengan Indikator Keberhasilan.

  No Nama Anak Prosentase Prosentase Status Pencapaian Keberhasilan Pencapaian

  Keterangan : (1)

  Prosentase pencapaian: diperoleh dari perhitungan prosentase pengembangan ekspresi emosi dalam bermain peran pada masing-masing anak. (2)

  Prosentase keberhasilan: diperoleh dari prosentase standar ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh pihak sekolah, yaitu standar keberhasilan hasil belajar tiap anak sebesar 75%.

  4. Status pencapaian: diperoleh dari perbandingan antara skor presentase pencapaian dengan presentase keberhasilan (75%). Jika hasil presentase pencapaian < (kurang dari) presentase keberhasilan maka status pencapaian yaitu “B” artinya belum tercapai. Dan bila presentase pencapaian ≥ (lebih dari atau sama dengan) presentase keberhasilan maka status pencapaian yaitu “S” artinya sudah tercapai.

  5. Dikatakan berkembang apabila anak mulai muncul dalam strategi bermain peran dan bercerita dan meningkat dalam perkembangan ekspresi emosi anak.

6. Penelitian pada setiap siklus akan berhasil bila anak sudah mencapai presentase yang telah ditentukan.

H. Sistematika Penulisan

  Untuk memudahkan serta memberikan gambaran selintas kepada para pembaca, maka penulisan skripsi ini dibuat sistematika sebagai berikut:

  BAB I : Pendahuluan Pendahuluan ini berisi beberapa masalah meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penegasan istilah, metode penelitian, dan sistematis penulisan.

Dokumen yang terkait

Strategi Komunikasi Guru dalam Mengembangkan Kemandirian Anak Usia Dini (Studi Kasus pada Sekolah Alam Bukit Hijau Medan)

13 163 143

Konsumsi Pangan dan Status Gizi Anak Peserta Program Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Kelompok Bermain Generasi Sejahtera di Kelurahan Merdeka Kecamatan Medan Baru Tahun 2010

6 176 70

Hubungan antara Kegiatan Bermain dengan Perkembangan Emosi Anak Pada Kelompok Bermain PAUD Terpadu Ananda SKB Bondowoso Tahun Pelajaran 2012-2013

0 28 4

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri, Ukuran dan Warna Melalui Metode Bermain Playdough pada Anak Usia Dini Kelompok A di TK Bangun Putra Tlogo,Tuntang

0 0 20

3.2. Subjek Penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri, Ukuran dan Warna Melalui Metode Bermain Playdough pada Anak Usia Dini Kelompok A di TK Bangun Putra Tlogo,Tuntang

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri, Ukuran dan Warna Melalui Metode Bermain Playdough pada Anak Usia Dini Kelompok A di TK Bangun Putra Tlogo,Tuntang

0 0 19

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Anak Usia Dini 1. Pengertian Anak Usia dini - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Ibu dan Pembantu Rumah Tangga sebagai Pengasuh Utama dalam Kegiatan Bermain Anak di Lingkungan Perumahan

0 1 7

Mengembangkan Kreativitas Guru dalam Merancang Media Pembelajaran Anak Usia Dini - Universitas Negeri Padang Repository

1 1 12

Peran Keluarga dan Sekolah Membentuk Literasi Dini dalam Mengembangkan Perilaku Gemar Membaca di Kalangan Anak Prasekolah di Surabaya Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 20

Judul Skripsi : Pengembangan Kemampuan Berhitung Permulaan Menggunakan Alat Permainan Edukatif Kotak Pinguin Pada Anak Kelompok B Di RA Masyithoh Nglondong Kec. Parakan Kab. Temanggung. - Test Repository

0 0 149