A N A U S I S YURIDIS PENGGUNAAN BAHASA ASING PADA PERJANJIAN W A R A L A B A

A N A U S I S YURIDIS PENGGUNAAN BAHASA ASING PADA
PERJANJIAN W A R A L A B A

SKRIPSI
Di^ukan Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Menempuh Ujian
Sarjana Hukum

OLEH:

SERDOLLY VHALHAKY AR
502012203

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
FAKULTAS HUKUM
2016
U N I V E R S I T A S MUHAMMADIYAH P A L E M B A N G

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PAU:MBANG


FAKULTAS HUKUM

PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : A N A U S I S Y U R I D I S PENGGUNAAN BAHASA ASING
PADA P E R J A N J U N W A R A L A B A
Nama

: SERDOLLY VHALHAKY AR

Nim

: 50.2012.203

Program Stvdi

: Bmu Hitkiim

Program Kekhasusan : Hukum Perdata


Pembimbing
Hdmi Ibrahim, SH.,M.Ham. (

^1^^^

Palem 4L%,
DISETUJUI O L E H TIM PENGUJI:
Ketua

: Hj. YiiUar Komariah, SH., M H

Anggota

: L Mulyadi Tanzili, SH., MH

(

2. Mona WuUndari, SH., M H


DISAHKAN O L E H
. - '..sfiEKAN FAKULTAS HUKUM
PALEMBANG

791348/0006046009

ii

April 2016

PENDAFTARAN UJIAN SKRIPSI

Pendaftaran Skripsi Sarjana Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang
Strata I (S-1) bagi :
NAMA

: S E R D O L L Y VHALHAKY AR

NIM


502012203

PRODI

ILMU HUKUM

JUDUL SKRIPSI

: ANALISIS YURIDIS PENGGUNAAN BAHASA ASING
PADA PERJANJIAN WARALABA

Dengan diterimanya skripsi ini, sesudah lulus dari Ujian Komprehensif, penulis
berhak memakai gelar:
SARJANA HUKUM

Diketahui

iii

SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS


Yang bertanda tangan di bawah i n i :
Nama

Serdolly Vhaihaky Ar

Tempat dan tgl lahir

Lahat, 24 Juni 1994

NIM

502012203

Program Studi

Ilmu Hukum

Program Kekhususan : Hukum Perdata


Menyatakan bahwa Karya Ilmiah/Skripsi saya yang berjudul :
ANALISIS YURIDIS PENGGUNAAN BAHASA ASING PADA PERJANJIAN
WARALABA
Adalah bukan merupakan karya tulis orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan,
kecuali dalam bentuk kutipan yang teiah saya sebutkan sumbemya. Demikian surat
pemyataan ini saya buat dengan sebenar-benamya dan apabila pernyataan ini tidak
benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademik.

Palembang,
Maret 2016
Yang Menyatakan,
•Mp-L.l!, Z ^

IBURUPMH

W

Serdolly Vhaihaky Ar

iv


(^^Ttamadxi)
'

tmpa wmmuapm suatu jaCsn Mtfwt aiaucmi Ifmm, mafy ASti msamGdUifiimya

msndiafatjalam

syiaj/a '
(Kt^TtasBm)

TOtptrsemiakaHfinlifpadd:
Saudafhsaudaifyyai^ unayaiy
^ SaHaSat-saHaSat ttpsrpumgaa
^ AhaamaUryamg kp^auggaHfin

V

ABSTRAK


ANALISIS YURIDIS PENGGUNAAN BAHASA ASING PADA
PERJANJIAN WARALABA
Serdolly Vhaihaky A r
Waralaba adalah adalah hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorang
atau badan usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba.
Sejalan dengan tujuan yang bermaksud untuk menelusuri asas-asas ilmu
hukum, khususnya hukum perdata yang bersangkut paut dengan masalah
pelaksanaan kontrak, maka penelitian ini tergolong kepada penelitian yuridis
normatif.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencan kejelasan akibat hukum
terhadap perjanjian waralaba yang menggunakan bahasa asing tetapi tidak ada
persetujuan secara tegas oleh para pihak dan keabsahan bahasa asing pada
perjanjian waralaba. serta guna melengkapi pengetahuan teoritis selama studi di
Universitas muhammadiyah Palembang (UMP).
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan berupa :
Akibat hukum terhadap perjanjian waralaba yang menggunakan bahasa asing
tetapi tidak ada persetujuan secara tegas oleh para pihak, terdapat 3 implikasi

hukum. perjanjian yang menggunakan bahasa asing beresiko dapat dibatalkan,
kemudian perjanjian tersebut tidak menyebabkan dapat dibatalkan jika para pihak
secara tegas menyatakan bahwa perjanjian mereka tunduk dan diatur pada
ketentuan kontrak baku, serta para pihak juga bisa menggunakan teori
harmonisasi hukum yaitu memadukan kepenting hukum perdagangan
intemasional dan hukum positif dan keabsahan penggunaan bahasa asing pada
perjanjian waralaba tetap sah apabila mereka sepakat menggunakan bahasa asing
dan mereka tunduk sesuai dengan ketentuan hukum kontrak baku atau para pihak
menerapkan teori harmomsasi hukum yang penggunaan dua bahasa sekaligus
terjemahannya.
Kata Kunci

: Perjanjian Waralaba, Bahasa Asmg, Kontrak Baku. Teori
Harmonisasi Hukum

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu'alaikum Wr.Wb

Aihamdulillah dengan mengucapkan puji dan syukur ke hadiral Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada Penulis. Shalawat serta
salam, penulis haturkan kepada Nabi kita Muhammad SAW, sebagai seorang
pemimpin umat dan cendikiawan yang patut kita teladani. Akhimya, penulis dapat
menyelesaikan

penulisan

skripsi ini dengan

judul

"ANALISIS

YURIDIS

PENGGUNAAN BAHASA ASING PADA PERJANJAJIAN WARALABA"
Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana
Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang. Penulis
menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak kekurangan dan masih jauh dari

sempuma sebagaimana mestinya penuangan tulisan ilmiah, oleh sebab itu penulis
sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun bagi kesempumaan
materi skripsi ini, selain itu juga penulis mengharapkan skripsi ini dapat bermanfaat
bagi pengetahuan ilmu Hukum, khususnya yang berhubungan dengan Hukum
Perdata.
Pada kesempatan ini penulis menghanturkan terima kasih sebesar-besaraya
kepada:

vii

1. Yth

Bapak

Dr.Abid

Djazuli,SE.,MM,

Selaku

Rektor

Universitas

Muhammadiyah Palembang.
2. Yth Ibu Dr. Hj. Sri Suatmiati, SH, M.Hum, Selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
3. Yth Ibu-ibu dan Bapak Pembantu Dekan I , II, III dan IV Fakultas Hukum
Muhammadiyah Palembang.
4. Yth Bapak Mulyadi Tanzili, SH., MH, Selaku Ketua Prodi Bagian Ilmu
Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Palembang.
5. Yth Bapak Helmi Ibrahim, SH., M.Hum, Selaku Penasehat Akademik dan
Pembimbing Skripsi yang telah meluangkan waktunya dan memberikan
saran-sarannya dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Pegawai Tata Usaha di Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Palembang.
7. Penulis ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Ayahanda dan
Ibunda tercinta dan Saudariku: Dhinda Noviola Ar, dan Dita Arlinsky Ar yang
telah memberikan dorongan, semangat dan bantuan yang besar untuk penulis
dalam menyelesaikan penulisan ini.
8. Ucapkan terima kasih yang tak terhingga penulis kepada teman-teman penulis
Meity Permata Indah, Nopriansyah, Hikmah Lia SriWulandari, Aryna Aghnia,
Syaka Pratama, Hermawan Abadi dan teman-teman lainnya yang tidak dapat
disebutkan satu persatu. Semoga bantuan dan bimbingan yang diberikan
kepada penulis mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan
vii)

mudah-mudahan penulisan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya,
Amin.

Penulis

Serdolly Vhaihaky Ar

ix

DAFTAR ISI

HALAMANJUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN DANPENGESAHAN
HALAMAN PENDAFTARAN

iii

PERNYATAAN ORISINALITAS

iv

HALAMAN MOTTO DANPERSEMBAHAN

v

ABSTRAK

vi

KATA PENGANTAR

vii

DAFTAR ISI

viii

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

1

B. Permasalahan

4

C. Ruang Lingkup dan Tujuan

4

D. Kerangka Konseptual

5

E. Metode Penelitian

:

F. Sistematika Penulisan

6
9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perjanjian Secara Umum

10

B. Syarat Sah Perjanjian

12

C. Pengertian Perjanjian Waralab

19

D. Bentuk Perjanjian Waralaba

26

X

E.

Bahasa Asing dalam Perjanjian

BAB III PEMBAHASAN
A. Akibat Hukum Terhadap Perjanjian Waralaba yang
Menggunakan Bahasa Asing Tetapi Tidak Ada
Persetujuan Secara Tegas oleh Para Pihak

B.

Keabsahan Bahasa Asing Pada Perjanjian Waralaba

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di dalam menjalankan bisnis, sering kali orang melupakan betapa
pentingnya perjanjian (kontrak) yang harus dibuat sebeium bisnis itu sendiri
berjalan dikemudian hari. Kita ketahui bahwa budaya tiap bangsa dalam
menjalankan bisnis memang diakui berbeda beda. Ada bangsa yang senang
berbisnis dengan lebih mempercayai bahasa secara lisan, namun ada pula bangsa
yang senang yang senang dengan cara tertulis. Namun kecenderungan sekarang
ini, baik indonesia maupun dunia intemasional, keija sama bisnis diantara para
pihak / bangsa dirasakan lebih mempunyai kepastian hukum bila diadakan dengan
suatu kontrak secara tertulis.'*
Sebeium Perjanjian

dibuat, biasanya

akan didahului dengan

suatu

pembicaraan pendahuluan serta pembicaraan - pembicaraan tingkat berikutnya
(Negosiasi / Komunikasi) untuk mematangkan kemungkinan - kemungkinan yang
terjadi, sehingga kontrak yang akan ditanda tangani telah betul - betul matang.^*
Perjanjian telah diatur dalam kitab undang - undang hukum perdata (KUH
Perdata) Pasal 1313, yaitu Perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih.
Salim H.S, mengartikan hukum kontrak adalah keseluruhan dari kaidah ~
kaidah hukum yang mengatur hubungan hukum antara dua pihak atau lebih
berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum.
Kontrak adalah mekanisme hukum dalam masyarakat, untuk melindungi
harapan-harapan yang timbui dalam perbuatan persetujuan demi perubahan masa
datang yang bervariasi kinerja, seperti pengangkutan kekayaan (yang nyata

' Richard Burton Simatupang,

Aspek hukum dalam Bisnis, Jakarta: Rineka Cipta, 2007,

Hal 27
^ Ibid, him 27

I

2

maupu yang tidak nyata), kinerja pelayanan, dan pembayaran dengan uang. '
Kontrak atau perjanjian ini merupakan suatu peristiwa hukum di mana
seseorang berjanji kepada orang lain atau dua orang saling berjanji untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.***
Dalam konteks penulisan, penulis berunjuk pada doktrin menyamakan
istilah perjanjian dengan kontrak. Bahwa Perjanjian atau Kontrak merupakan
istilah dalam Perjanjian nominat dan innominat. sedangkan lahimya perjanjian
( kontrak ) karena kepentingan dalam lalu lintas bisnis di luar aturan KUH
Perdata dengan masyarakat sehingga menimbulkan hak dan kewajiban antara
para pihak.
Di Era globalisasi sekarang ini ditandai dengan pesatnya kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, khususnya di bidang tranportasi dan komunikasi serta
perkembangannya, kerjasama regional maupun intemasional mengakibatkan
semakin meningkatnya arus orang asing yang masuk, tinggal dan keluar dari
wilayah Negara Republik Indonesia dengan berbagai tujuan, salah satunya
melakukan Perjanjian

kerja. Perjanjian

Kerja

ini dilakukan karena

ada

kepentingan dalam masyarakat dalam lalu lintas bisnis. Seiring dengan kebijakan
yang ditempuh dalam upaya untuk meningkatkan pembangunan nasional karena
keterbatasan dana/modal dan tenaga ahli. Pemerintah memberikan kesempatan
yang seluas - luasnya kepada orang asing untuk menanamkan modalnya di
indonesia.

^' Salim H.S, 2014, perkembangan hukum innominal di indonesia, Jakarta; Sinar Grafika,
him. 3
•"^ Ahmadi Miru,2010, Hukum Kontrak perencangan kontrak. Jakarta: Rajawali Pers, him. 2

3

Selanjutnya dalam kontrak kerja antara pihak asing dan orang dan/atau
badan hukum indonesia penggunaan bahasa sebagai salah satu hal penting dalam
penghubung di antara kedua belah pihak agar kontrak tersebut tidak terjadi
kesalah

pahaman {misscomunication) antara masing - masing pihak. Lalu

kontrak tersebut dibuat secara tertulis agar mempunyai kekuatan hukum baik dari
pihak asing maupun pihak yang membuat kontrak orang dan/atau badan hukum
dari Indonesia.
Perjanjian tersebut mendasari lahimya perjanjian antar wilayah hukum
Negara yang berbeda dimana salah satunya adalah penggunaan bahasa asing pada
perjanjian tersebut. Perjanjian dapat dilakukan antara orang dengan orang,
Pemsahaan Swasta maupun Pemsahaan nasional di Indonesia. Sekarang dalam
rangka penerapan Masyarakat Ekonomi Asian (MEA) Pemerintah Indonesia
hams siap dengan segala kemungkinan yang ada dalam perjanjian-perjanjian
yang nantinya akan di buatan menggunakan bahasa asing di dalam perjanjian
tersebut.
Keinginan untuk mengetahui lebih jauh segala sesuatu yang berhubungan
dengan hal - hal di atas, telah menjadi motif dan latar belakang permasalahan
dalam penelitian ini, yang hasilnya dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul
"ANALISIS

YURIDIS

PENGGUNAAN

PERJANJIAN WARALABA."

BAHASA

ASING

PADA

B. Perumusan Masalah
Bertolak dari beberapa uraian dalam latar belakang diatas tersebut,
maka timbui beberapa permasalahan yang perlu dibahas dalam skripsi ini, antara
lain sebagai berikut:
A. Apakah akibat hukum terhadap perjanjian yang menggunakan bahasa
asing tetapi tidak ada persetujuan secara tegas oleh para pihak?
B. Bagaimanakah keabsahan bahasa asing pada perjanjian waralaba ?

C. Ruang Lingkup dan Tujuan
Agar pembahasan ini tidak menyimpang dari permasalahan yang telah
dikemukakan di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya
mengenai analisis yuridis penggunaan bahasa asing dalam perjanjian waralaba
tidak hanya melihat dalam perjanjian yang terjadi antara salah satu pihak
perusahaan asing yang mengikat hubungan kerja dengan warga Negara Indonesia
tetapi juga terhadap perusahaan swasta nasional.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari kejelasan guna melengkapi
pengetahuan teoritis selama studi di Universitas muhammadiyah Palembang
(UMP), dan juga untuk mengetahui penggunaan bahasa asing pada perjanjian
waralaba.
Skripsi ini diharapkan dapat member manfaat sebagai informasi bagi
ilmu pengetahuan hukum, khususnya dalam hukum perdata yang berkaitan
dengan hukum kontrak, sekaligus sebagai sumbangan pemikiran bagi penulis
untuk dipersembahkan sebagai pengabdian penulis kepada Almamater. Bagi
penulis penelitian ini untuk menambah wawasan mengenai mediasi dengan cara

5

membandingkan fakta-fakta yang didapat dari penelitian ini dengan teori- teori
yang telah didapat selama proses perkuliahan, penelitian ini memberikan saran,
informasi, dan lain sebagainya untuk memperbaiki kinerja dimasa mendatang
agar lebih efektif dan lebih baik.
D. Kerangka Konseptual
1. Analisis Yuridis
Analisis Yuridis adalah Kegiatan merangkum sejumlah data besar yang
masih mentah kemudian mengeiompokan atau memisahkan komponen komponen

serta bagian -

bagian

yang

relevan

untuk kemudian

mengkaitkan data yang dihimpun untuk menjawab permasalah. Analisis
merupakan usaha untuk menggambarkan poia- pola secara konsisten
dalam data sehingga hasil analisis dapat dipelajari dan diteijemahkan dan
memiliki arti.^* Sedangkan Yuridis adalah hal yang diakui oleh hukum dan
hal

yang

membentiok

keteraturan

serta

memiliki

efek

terhadap

pelanggarannya,** Yuridis merupakan suatu kaidah yang dianggap hukum
atau dimata hukum dibenarkan keberlakuannya,

baik yang berupa

peraturan ~ peraturan, kebiasaan, etika bahkan moral yang menjadi dasar
penilaiannya.

' Suryin, 2001, Kamus Bahasa Indonesia Analisis, Bandung: Yrama Widya, him. 10
^* Informasi Media, Pengertian Defmisi Analisis, Di akses dari http.V/media
Informasil.com/20l2/04/pengertian-definisi-analisis.html, pada tanggal 28 Oktober 2013, Pukul
17:00 WIB

2. Bahasa Asing
Bahasa asing merupakan bahas yang tidak digunakan oleh orang tinggal
di sebuah tempat yang tertentu. Bahasa asing juga merupakan sebuah
bahasa yang tidak digunakan di tanah air / Negara asal seseorang'.
3. Perjanjian
Menurut K U H Perdata Pasal 1313 Perjanjian ialah suatu perbuatan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu
orang lain atau lebih.
4. Waralaba
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba
diartikan hak khusus yang dimiliki oleh orang perseorang atau badan
usaha terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka
memasarkan barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan dapat
dimanfaatkan dan/atau digunakan oleh pihak lain berdasarkan perjanjian
waralaba.
5. Metode Penelitian
Metode Penelitian merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk
mencari jawaban atau menggambarkan permasalah yang akan dibahas. Metode
penelitian juga dapat dikatakan sebagai cara yang digunakan untuk mencapai
tujuan penelitian
Sejalan dengan tujuan yang bermaksud untuk menelusuri asas-asas ilmu
hukum, khususnya hukum perdata yang bersangkut paut dengan masalah

^ Informasi media, Bahasa Asing, http://id.wikipedia.org/wiki/BahasaAsing.htm!. Di
akses pada tanggal 28 Oktober 12.00 WIB

7

pelaksanaan kontrak, maka penelitian ini tergolong kepada penelitian yuridis
normatif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1.

Penelitian Kepustakaan (Library research)
Penelitian

kepustakaan,

yaitu

melakukan

pengkajian

dengan

menggunakan data sekunder berupa bahan hukum primer (Peraturan
Perundang-Undangan), bahan hukum sekunder (literature, laporan hasil
penelitian, makalah, karya ilmiah yang dimuat dalam majalah ilmiah), dan
bahan hukum tersier (Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Inggris,
Kamus Bahasa Belanda, Kamus Hukum Ensiklopedia, data Statistik) yang
relevan dengan permasalahan peelitian ini.
2. Teknik pengolahan data
Setelah data terkumpul, maka data tersebut diolah guna mendapatkan data
yang terbaik. Dalam pengolahan data tersebut penulis melakiokan kegiatan
editing yaitu data yang diperoleh diperiksa dan diteliti lagi mengenai
kelengkapan,

kejelasan

dan

kebenarannya,

sehingga

terhindar dari

kekurangan dan kesalahan.
3. Analisis data
Analisis data dilakukan secara kuahtatif yang dipergunakan untuk mengkaji
aspek - aspek normatif atau yuridis melalui metode yang bersifat deskriptif
analitis

yaitu

menguraikan

gambaran

data

yang

diperoleh

dan

menghubungkannya satu dengan yang lain untuk mendapatkan suatu kesimpulan
yang bersifat umum. Dilakukan dengan menghimpun bahan hukum :

8

1. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum Primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif
artinya mempunyai otoritas. Adapun bahan hukum primer terdiri dari:
a.

Kitab Undang - Undang Hukum Perdata

b. Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009
Tentang

Bendera,

Bahasa, dan

Lambang Negara

serta Lagu

kebangsaan.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang waralaba
2. Bahan Hukum Sekunder
Merupakan bahan yang bersifat membantu atau menunjang bahan hukum
primer dalam penelitian yang akan memperkuat penjelasan di dalamnya.
Diantara bahan - bahan hukum sekunder dalam penelitian ini adalah buku bukuu, thesis, jumal dan dokumen - dokumen yang mengulang tentang
bahasa dalam suatu perjanjian.
3. Bahan hukum Tersier
Merupakan bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan
terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum,
ensiklopedia, dan lain ~ lain.
Disamping itu guna memantapkan dan memberi keyakinan kuat akan
kendala-kendala penelitiannya juga di kaji kasus - kasus hukum dan jika di
perlukan melakukan wawancara.
Selanjutnya bahan hukum data tersebut di analisis secara kuantitatif untuk

^Uhonny Ibrahiin,2006, Teori dan metodologi penelitian Hukum, Malang : Bayumedia
Publishing,hlm. 296

mencari kejelasan makna di dalam pemecahan permasalahan kemudian data
analisis tersebut di sempumakan dan di sistemisasi serta di desknpsikan dan
hasilnya di kontruksikan dalam bentuk kesimpulan.
6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan terdiri dari empat bab yaitu:
BAB I

Pendahuluan
Pada bab ini terdiri dari Latar Belakang, Permasalahan, Ruang
Lingkup dan Tujuan, Kerangka Konseptual, Metode penelitian, dan
Sistematika Penulisan.

BAB II

Tinjauan Pustaka
Pada bab ini memaparkan tentang pengertian hukum Perjanjian,
peraturan hukum perjanjian, syarat sah Perjanjian, bentuk Perjanjian
waralaba, serta bahasa asing dalam kontrak kerja.

BAB III

Pembahasan
Pada bab ini membahas mengenai akibat hukum terhadap perjanjian
waralaba
persetujuan

yang menggunakan

bahasa asing tetapi tidak ada

secara tegas serta keabsahan bahasa asing dalam

perjanjian waralaba
BAB IV

Penutup
Pada bab ini berisikan tentang kesimpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Perjanjian Secara Umum
1. Pengertian Perjanjian
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada seorang
lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Dari peristiwa ini, timbulah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang
dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikalan antara dua orang
yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian
perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang di ucapkan atau
ditulis.^
Dengan demikian hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa
perjanjian

itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan,

disampingnya sumber-sumber lain. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan,
karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat di katakan bahwa
dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya.
Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan,
memang perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian akan tetapi
sebagaimana sudah di katakan tadi ada juga sumber-sumber lain yang melahirkan
perikatan. Sumber-sumber lain ini tercakup dengan nama undang-undang. Jadi
ada perikatan vang lahir dari perjanjian dan ada perikatan yang lahir dari
undang-undang ^
Perjanjian merupakan suatu " Perbuatan ", yaitu perbuatan hukum, perbuatan
yang mempunyai akibat hiikum. Perjanjian juga bisa dibilang sebagai perbuatan
untuk memperoleh seperangkat hak dan kewajiban, yaitu akibat-akibat hukum
yang merupakan perbuatan-perbuatan

untuk meaksanakan

sesuatu, yaitu

memperoleh seperangkat hak dan kewajiban yang disebut prestasi.

^ Subekti, I987,Hukum Perjanjian, Jakarta: Citra Aditya Bhakti, Get. Ke-4, HIm.6
Sanjaya, hnp://www.sarjanaku.cond2012/ll/pengertian-perjanjian-secara-umum.html,
Diakses 03 Desember 2015

merupakan subjek hukum, yaitu pihak - pihak yang dapat melakukan perbuatan
hukum, pihak - pihak yang mengemban hak dan kewajiban. Suatu badan hukum
segala perbuatan hukumnya akan mengikat badan hukum itu sebagai sebuah
Entitas Hukum (Legal Entity ) .
Tujuan membuat perjanjian adalah mengatur hubungan hukum dari mereka
yang mengikat diri satu sama lain. Dalam perjanjian, para pihak telah
menentukan hak dan kewajiban mereka dalam klausul - klausulnya, yaitu aturan
tentang bagaimana mereka menjaiani hubungan hukum mereka untuk mencapai
visi misi bersama.
B. Syarat Sah Perjanjian
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW) Pasal 1320 menyatakan syarat
sah suatu perjanjian, yaitu ;
1.

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2.

Kecakapan untuk membuat suatu perikatan

3.

Suatu hal tertentu; dan

4.

Suatu sebab yang halal.
Keempat syarat tersebut biasa juga di singkat dengan cakap, sepakat, ha!

tertentu, dan sebab yang halal.

Dadang, http://wyv\v.legalakses.com/tujuan-membuat-perjanjiari/, Diakses 03 Desember
2015

a.

Kesepakatan
Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk melakukan suatu

perjanjian. Kesepakatan ini dapat terjadi dengan berbagai cara, namun yang
paling penting adalah adanya penawaran dan penerimaan atas penawaran
tersebut.
Cara-cara untuk terjadinya penawaran dan penerimaan dapat di lakukan
secara tegas maupun tidak tegas, yang penting dapat di pahami atau di mengerti
oleh para pihak bahwa telah terjadi penawaran dan penerimaan.
Beberapa

contoh yang dapat

dikemukakan, sebagai

cara terjadinya

kesepakatan / terjadinya penawaran dan penerimaan adalah :
1) . Dengan cara tertulis
2) . Dengan cara lisan;
3) . Dengan simbol - simbol tertentu; bahkan
4) . Dengan berdiam diri.
Berdasarkan berbagai cara terjadinya kesepakatan tersebut diatas, secara
garis besar terjadinya kesepakatan dapat terjadi secara tertulis dan tidak tertulis,
yang mana kesepakatan yang terjadi secara tidak tertulis tersebut dapat berupa
kesepakatan

yang terjadi

secara tidak tertulis berupa kesepakatan

lisan,

simbol-simbol tertentu, atau diam - diam.'"*
Kesepakatan secara tertulis biasanya dilakukan baik dengan akta di bawah
tangan maupun dengan akta autentik. Akta di bawah tangan merupakan akta yang
Ahmad Mini, C>p.O/, him 14

dibuat oleh para pihak tanpa melibatkan perjabat berwenang. Sedangan akta
autentuk akta yang dibuat oleh pejabat yang berwenang atau akta yang dibuat di
hadapan pejabat yang berwenang.
Kesepakatan secara lisan merupakan bentuk kesepakatan yang banyak terjadi
dalam masyarakat, namun kesepakatan secara lisan ini kadang tidak disadari
sebagai suatu perjanjian padahal sebenamya sudah terjadi perjanjian antara pihak
yang satu dengan pihak lainnya.
Kesepakatan yang terjadi dengan menggunakan simbol-simbol tertentu
sering terjadi pada penjual yang hanya menjual satu macam jualan pokok, seperti
penjual bakso pembeli hanya mengacungkan jari telunjuknya saja. Maka, penjual
bakso akan mengantarkan satu mangkok bakso.
Kesepakatan dapat pula terjadi dengan diam-diam misalnya dalam hal
perjanjian pengangkutan. Jika kita mengetahui jurusan mobil-mobil penumpang
umiun, kita biasanya tanpa bertanya mau ke mana tujuan mobil tersebut dan
berapa biayanya, tetapi hanya langsung naik dan bila sampai di tujuan kita pim
turun dan membayar biaya tanpa sepatah kata pun kepada sopir tersebut.
Berdasarkan syarat sahnya perjanjian tersebut, khususnya syarat kesepakatan
yang merupakan penentu terjadinya atau lahimya perjanjian, berarti bahwa tidak
adanya kesepakatan para pihak, tidak terjadi kontrak. Akan tetapi walaupun
teijadinya

kesepakatan

para pihak yang melahirkan perjanjian, terdapat

kemungkinan bahwa kesepakatan yang biasa disebut cacat kehendak atau cacat
kesepakatan sehingga memungkinkan perjanjian tersebut dimintakan pembatalan
oleh pihak yang merasa dirugikan oleh perjanjian tersebut.

Cacat kehendak atau cacat kesepakatan dapat terjadi karena terjadinya
hal-hal di antaranya;
a) . Kekhilafan atau kesesatan;
b) . Paksaan;
c) . Penipuan; dan
d) . Penyalahgunaan keadaan.
Tiga cacat kehendak yang pertama diatur dalam BW sedangkan cacat
kehendak yang terakhir tidak diatur dalam BW, namun lahimya kemudian dalam
perkembangan hukum kontrak,
Ketiga cacat kehendak yang diatur dalam BW dapat dilihat dalam pasal 1321
dan Pasal 1449 BW yang masing-masing menentukan sebagai berikut.
Pasal 1321 BW:
"Tidak suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena
kekhilafan, atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan."
Pasal 1449 BW:
"Perikatan yang dibuat dengan paksaan , penyesatan atau penipuan,
menimbulkan tuntutan untuk membatalkannya."
Secara sederhana keempat hal yang menyebabkan terjadinya cacat pada
kesepakatan tersebut secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kekhilafan terjadi jika salah satu pihak keliru tentang apa yang diperjanjikan,
namun pihak lain membiarkan pihak tersebut dalam keadaan keliru.

Cacat kehendak atau cacat kesepakatan dapat terjadi karena terjadinya
hal-hal di antaranya;
a) . Kekhilafan atau kesesatan;
b) . Paksaan;
c) . Penipuan; dan
d) . Penyalahgunaan keadaan.
Tiga cacat kehendak yang pertama diatur dalam BW sedangkan cacat
kehendak yang terakhir tidak diatur dalam BW, namun lahimya kemudian dalam
perkembangan hukiun kontrak.
Ketiga cacat kehendak yang diatur dalam BW dapat dilihat dalam pasal 1321
dan Pasal 1449 BW yang masing-masing menentukan sebagai berikut.
Pasal 1321 BW:
"Tidak suatu persetujuan pun mempunyai kekuatan jika diberikan karena
kekhilafan, atau diperoleh dengan paksaan atau penipuan."
Pasal 1449 BW:
"Perikatan yang dibuat dengan paksaan , penyesatan atau penipuan,
menimbulkan tuntutan untuk membatalkannya."
Secara sederhana keempat hal yang menyebabkan terjadinya cacat pada
kesepakatan tersebut secara sederhana dapat dijelaskan sebagai berikut.
Kekhilafan terjadi jika salah satu pihak keliru tentang apa yang diperjanjikan,
namun pihak lain membiarkan pihak tersebut dalam keadaan kelim.

16

Paksaan terjadi jika salah satu pihak memberikan kesepakataannya karena
ditekan (dipaksa secara psikologis), jadi yang dimaksud dengan paksaan bukan
paksaan fisik karena jika yang terjadi adalah paksaan fisik pada dasamya tidak
ada kesepakatan.
Penipuan terjadi jika salah satu pihak secara aktif memengaruhi pihak lain
sehingga pihak yang dipengaruhi menyerahkan sesuatu atau melepaskan sesuatu.
Penyalahgunaan keadaan terjadi jika pihak yang memiliki posisi yang kuat
(posisi tawamya) dari segi ekonomi maupun psikologi menyalahgunakan keadaan
sehingga pihak lemah menyepakati hal-hal yang memberatkannya baginya.
Penyalahgunaan keadaa ini disebut juga cacat kehendak yang keempat.
b. Kecakapan
Menumt Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kecakapan adalah suatu
kesanggupan, kemampuan, kepandaian atau kemahiran melakukan sesuatu'^.
Cakap hukum adalah persyaratan seorang manusia dapat disebut sebagai subyek
hukum sehingga manusia tersebut dapat melakukan perbuatan hukum.
Ada beberapa kriteria bagi seseorang untuk tidak digolongkan sebagai orang
yang cakap hukum. yaitu orang-orang yang tidak cakap dalam berbuat hukum
dan orang-orang yang tidak cakap dalam berbuat hukum, dan mereka yang berada
di bawah pengampunan.
Orang sebagai subjek hukum mulai sejak lahir hingga meninggal dunia.
Terhadap asa ini ada pengecualian yaitu sebagai perluasan yang diatur dalam
^^http://kamus.cektkp.com/kecakapan/, Diakses pada tanggal 16 Desember 2015

Pasal 2 KJlab Undang-Undang Hukum Perdata yang mengatakan : "Bayi yang
masih berada dalam kandungan ibunya dianggap telah dilahirkan hidup apabila
ada kepentingan bayi itu yang menghendaki." Jadi walaupun anak itu belum lahir
dapat dianggap sebagai subjek hukum. terhadap asas ini harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
1.

Anak telah dibenihkan pada saat timbui kepentingan anak.

2.

Anak dilahirkan hidup pada saat dilahirkan walaupun sekejap dan meninggal.

3.

Ada kepentingan anak yang menghendaki bahwa anak dianggap telah lahir.

4.

Adapun tujuan pembentukan undang-undang untuk melindungi kepentingan
anak yang masih dalam kandungan kalau kemudian dilahirkan hidup.
Berbicara syarat subjek hukum berkaitan dengan soal cakap dalam arti

hukum artinya undang-undang mengatur juga golongan orang-orang yang tak
cakap dalam arti hukum yang diatur dalam pasal 1330 KUH perdata yaitu :
1.

Orang yang belum dewasa.

2.

Orang yang ditawan di bawah pengampunan

3.

Wanita yang telah bersuami (di Indonesia tidak berlaku lagi berdasarkan
mahkamah agung no 3/1963)
Kedudukan seseorang sebagai subjek hukum dipengaruhi beberapa faktor

sebagai berikut:
1.

USIA artinya bahwa sebeium berusia 21 tahun belum cakap dalam arti
hukum

2.

KELAMIN artinya menurut pasal 29 KUH perdata bahwa untuk laki-laki
minimal 18 tahun dan wanita 15 tahun untuk dapat kawin. Menurut
undang-undang no 1/1974 laki-laki 19 tahun dan wanita 16 tahun.

3.

KETURUNAN artinya ada perbedaan antara anak sah dengan anak luar
kawin.

4.

KEWARGA NEGARAAN artinya dibedakan antara Warga Negara Indoensia
(WNI) dengan

Warga Negara Asing (WNA) untuk memperoleh hak di

wilayah republik Indonesia
5.

PERKAWINAN artinya dengan melakukan perkawinan membuat seseorang
menjadi dewasa.'^

c. Hal Tertentu
Dalam suatu kontrak objek perjanjian harus jelas dan ditentukan oleh para
pihak, objek perjanjian tersebut dapat berupa barang maupun jasa, namun dapat
juga berupa tidak berbuat sesuatu. Hal tertentu dalam kontrak disebut prestasi
yang dapat berwujud barang, keahlian atau tenaga, dan tidak berbuat sesuatu.
Berbeda dari hal di atas, dalam BW dan pada umumnya sarjana hukum
berpendapat bahwa prestasi itu dapat berupa:
a. Menyerahkan/memberikan sesuatu;
b. Berbuat sesuatu; dan
c. Tidak berbuat sesuatu.

R. Soetqjo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan,1991, Hukum Orang dan Keluarga
(Personen en Familie-Recht), Airlangga University Press, Surabaya,hlm.237

19

Untuk

menentukan

barang

yang

menjadi

objek

perjanjian,

dapat

dipergunakan berbagai cara seperti; menghitung, menimbang, mengukur, atau
menakar. Sementara itu, untuk menentukan jasa, harus ditentukan apa yang harus
dilakukan oleh salah satu pihak.
Untuk menentukan tentang hal tertentu yang berupa tidak berbuat sesuatu
juga harus dijelaskan dalam kontrak seperti "berjanji untuk lidak saling membuat
pagar pembatas antara dua rumah yang bertetangga."
4. Sebab yang Halal
Istilah kata halal bukanlah lawan kata haram dalam hukum islam, tetapi yang
dimaksud sebab ang halal adalah bahwa kontrak tersebut tidak bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan.
C. Pengertian Perjanjian Waralaba
a. Istilah perjanjian waralaba (franchise)
Franchise berasal dari bahasa prancis, yaitu franchir yang mempunyai arti
memberi kebebasan kepada para pihak. Kata waralaba sendiri berasal dari dua
kata yaitu wara dan laba. Wara memiliki arti istimewa atau lebih, dan laba berarti
keuntungan. Kata waralaba pertama kali diperkenalkan oleh LPPM ( Lembaga
Pembinaan dan Pengembangan Manajemen ) sebagai padanan kata franchise.
Pengertian waralaba di Indonesia pun beragam. Waralaba dapat
dirumuskan sebagai suatu bentuk sinergi usaha yang ditawarkan oleh suatu
perusahaan yang sudah memiliki kinerja unggul karena telah didukung oleh
sumber daya berbasis pengetahuan dan orientasi kewirausahaan yang cukup tinggi
dengan lata kelola yang baik dan dapat dimanfaatkan oleh pihak lain dengan
melakukan hubungan kontraktual untuk menjalankan bisnis di bawah format

20

bisnisnya dengan imbalan yang disepakati."
Selain itu waralaba juga memiliki arti sebagai suatu hubungan kemitraan
antara usahawan yang usahanya kuat dan sukses dengan usahawan yang relatif
baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan seling menguntungkan,
khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung kepada
konsumen.'*
Pengertian waralaba dapat dilihat dari 2 (dua) aspek, yaitu aspek yuridis dan
bisnis. Pengertian waralaba dari segi yuridis, dapat dilihat dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan, berbagai pendapat, dan pandanga para ahli
disajikan berikut ini.
Pasal 1 ayat (1) Peraturan Pemerintahan Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Waralaba, waralaba diartikan sebagai berikut di mana salah satu pihak diberikan
hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual
atau penemuan atau ciri
imbalan

berdasarkan

khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu
persyaratan

dan penjualan

barang dan

atau jasa.

Unsur-unsur yang dapat dirumuskan dari defmisi ini adalah :
1.

Adanya perikatan;

2.

Adanya hak pemanfaatan dan/atau penggunaan ;

3.

Adanya objek, yaitu hak atas kekayaan intelektual atau penemuan baru atau
ciri khas usaha;

" Bambang N. Rachmadi, 2007, Franchising, the most practical and excellent way of
succeeding, Jakarta:Gramedia, .him 7

18
V. Winarto, 1995, Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan TYansnasional, PT. Citra
AdityaBakti,, him 9

4.

Adanya imbalan atau jasa;

5.

Adanya persyaratan dan penjualan barang.
Menurut Peter Mahmud pengertian waralaba secara yuridis adalah suatu

kontrak yang memberikan hak kepada pihak lain untuk menggunakan nama dan
prosedur yang dimiliki oleh yang mempunyai hak tersebut.
Salim HS waralaba adalah suatu kontrak yang dibuat antara pemberi
waralaba dan penerima waralaba, dengan ketentuan pihak pemberi waralaba
Memberikan lisensi kepada penerima waralaba untuk menggunakan merek
barang atau jasa dalam jangka waktu tertentu dan pembayaran sejumlah royalti
tertentu kepada pemberi waralaba." Unsur-unsur meliputi;
1. Adanya subjek hukum, yaitu pemberi waralaba dan penerima waralaba
2. Adanya lisensi atas merek barang atau jasa;
3. Untuk jangka waktu tertentu;
4. Adanya pembayaran royalti.
b.

Ruang Lingkup Perjanjian waralaba
Dilihat dari ruang lingkup dan konsepnya, sebenamya kontrak waralaba

berada di antara kontrak Lisensi dan distributor. Adanya pemberian izin oleh
pemegang Hak Milik Intelektual atau Know-how lainnya kepada pihak lain untuk
menggunakan merek ataupun prosedur tertentu mempakan unsur perjanjian
lisensi. Sedangkan di lain pihak juga adanya Quality Control dari pemberi
waralaba terhadap produk-produk pemegang lisensi yang hams sama dengan
Salim HS, Op.Cit, Him 165

22

produk-produk lisensor, seakan-akan pemegang waralaba merupakan distributor
pemeberi waralaba
Pada kontrak waralaba, pemegang waralaba wajib membayar sejumlah
royalti untuk penggunaan merek dagang dan proses pembuatan produk yang
besamya ditetapkan berdasarkan

perjanjian. Royalti kadang-kadang bukan

ditetapkan dari persentase keuntungan melainkan dari berapa unit. Dalam hal
demikian pihak pemberi waralaba tidak peduli apakah penerima waralaba untung
atau tidak. Disamping harus membayar royalti, pihak penerima waralaba juga
sering kali harus memenuhi kewajiban yang ditetapkan oleh pemberi waralaba
untuk mendesain perusahaannya sedemikian rupa sehingga mirip dengan desain
perusahaan pemberi waralaba. Begitu pula dengan manajemennya, tidak jarang
pemberi waralaba juga memberikan asistensi dalam manajamen.
Dalam hal demikian pemegang waralaba perlu membayar fee tersendiri untuk
asistensi

tersebut. Tidak jarang pula pemberi waralaba dalam keperluan

pembuatan

produknya mewajibkan pemegang

waralaba

untuk membeli

bahan-bahan dari pemasok yang ditunjuk pemberi waralaba. Hal Itu dalam
hukum kontrak disebut sebagai tying-in agreement. Bahkan kadang-kadang
pemegang waralaba melakukan Auditing terhadap keuangan pemegang waralaba
Semua ini diwajibkan oleh pemberi waralaba dengan alasan Quality Control.
Namun di lain pihak, melalui kontrak lisensi maupun waralaba diharapkan
terjadinya alih teknologi antara Licensor / pemberi waralaba dengan License /
penerima waralaba

23

c.

Latar Belakang Timbulnya Perjanjian waralaba
Lembaga waralaba (Franchise), pertama kali dikenali di Amerika Serikat,

yaitu kurang lebih satu abad yang lalu ketika perusahaan bir memberikan lisensi
kepada perusahaan-perusahaan kecil untuk mendistribusikan bir produksi pabrik
yang bersangkutan, serta distribusi atau penjualan mobil dan bensin, waralaba
pada saat itu dilakukan pada tingkat distributor.
Zaman waralaba Modem baru dimulai pada akhir tahun 1940-an dan awal
tahun 1950-an. Hal ini terlihat dari berkembangnya MC Donald's (1955), Carvel
Ice Cream (1945), Jhon Robert Power (1955), Kentucky Fried Chicken (1952),
dan Iain-lain.'^
Sejak tahun 1972 sampai dengan tahun 1988 usaha waralaba mengalami
peningkatan yang sangat besar di Amerika Serikat hal ini tampak dari banyaknya
usaha waralaba yang berkembang di negara tersebut. Jumlah unit usaha waralaba
yang berkembang di Amerika Serikat sebanyak 368.458 unit usaha. Di negara
lain juga telah berkembang unit usaha waralaba, seperti di Australia sebanyak
10.303 unit usaha, kanada sebanyak 45.000 unit usaha, Jepang sebanyak 103.397
unit usaha, dan inggris sebanyak 16.600 unit usaha."

Di Indonesia sistem bisnis dengan waralaba mulai berkembang sejak tahun
1980-an dan sekarang sudah menjadi kenyataan. Pada saat ini sudah banyak
waralaba asing yang masuk ke Indonesia, baik dalam perdagangan barang dan
jasa. Selain itu beberapa pengusaha Indonesia juga telah mulai mengembangkan
Domestic Franchise ( Waralaba ) , seperti Es Teler 77, Salon Rudi Hadisuwamo,

Rhidhwan Khaerandy, 1992, Aspek - Aspek Hukum Franchise dan Keberadaarrya datam
hukum Indonesia. UII, Yagyakarta: Majalah Unisa,hlm.87
^' Institut Pendidikan dan Manajemen Indonesia, 1992, Peta Pewaralabaan (Franchising)
di Dunia Manajemen Jakartajilm-1 -3

Ny. Tanzil Fried Chicken dan Steak, Kios Modem (KIMO), dan lain - lain.
d. Peraturan Perundang - Undangan yang mengatur tentang waralaba
Bisnis

waralaba

telah

berkembang

di Indonesia,

namun

peraturan

perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu secara khusus belum ada.
Peraturan - peraturan perundangan yang mempunyai hubungan dengan Franchise
adalah sebagai berikut.
1. Pasal 1338 KUH Perdata dan Pasal 1320 KUH Perdata
Pasal 1338 KUH Perdata menganut sistem terbuka, maksudnya setiap orang
atau badan hukum diberikan kebebasan untuk menentukan kontrak, baik yang
sudah dikenal di dalam KUH Perdata maupun yang belum dikenal dalam KUH
perdata. Di samping itu, yang menjadi dasar hukum dalam pengembangan
Franchise di Indonesia adalah pasal 1320 KUH Perdata. Pasal 1320 KUH Perdata
mengatur tentang syarat sahnya perjanjian, yaitu adanya kesepakatan kedua belah
pihak, cakap untuk melakukan perbuatan hukum, adanya objek tertentu, dan
adanya klausa yang halal.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba
Peraturan pemerintah ini terdiri atas 22 pasal. Hal - hal yang diatur dalam
peraturan pemerintah ini meliputi pengertian waralaba, para pihak dalam
perjanjian

waralaba, keterangan-keterangan

yang harus disampaikan oleh

pemberi waralaba kepada penerima waralaba, dan bentuk perjanjiannya.

25

4. Peraturan

Menteri

Perdagangan

Republik

Indonesia

Nomor:

53/M-DAG/PERy8/2012 Tentang Penyelengaraan Waralaba
Keputusan Menteri ini terdiri atas 38 pasal. Hal-hal yang diatur dalam
keputusan Menteri ini meliputi: Pengertian secara umumm bentuk perjanjiannya,
Kewajiban Pendaftaran, dan Kewenangan penerbitan Surat Tanda Pendaftaran
Waralaba (STPW), persyaratan waralaba, pelaporan sanksi, ketentuan peralihan,
dan penutup.
5. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor: 376/Kep/XI/1988 tentang Kegiatan
Perdagangan
Keputusan Menteri Perdagangan ini telah memungkinkan perusahaan asing
dalam status saham

Penanaman Modal Asing (PMA) dapat melakukan

penjualannya hasil produksinya di dalam negeri sampai pada tingkat pengecer
dengan mendirikan perusahaan patungan antara perusahaan asing di bidang
produksi tersebut

dengan perusahaan nasional sebagai

penyalur. Dengan

keputusan tersebut pemberi waralaba yang memproduksi barang dapat melakukan
hubungan langsung dengan para pengecemya tersebut adalah para penerima
waralaba
e. Kategori ( Penggolongan ) waralaba
East Asian Executive Report pada tahun 1983 menggolongkan Franchise
menjadi tiga macam, yaitu sebagai berikut.

Winarto, 1992. Profil Franchising di Indonesia. Jakarta: Majalah Manajemen

26

1. Product

Franchise,

di

sini

penerima

waralaba

hanya

bertindak

mendistribusikan saja produk dari partnemya dengan pembatasan areal, seperti
pengecer bahan bakar Shell dan British Petroleum;
2. Processing

Franchise

of manufacturing Franchise,

di sini pemberi

waralaba hanya memegang peranan memberi Know-how, dari suatu proses
produksi seperti minuman Coca Cola atau Fanta,
3. Bissiness Format / System Franchise,

disini pemberian waralaba sudah

memiliki cara yang unik dalam menyajikan produk dalam satu paket, kepada
konsumen Seperti Dunkin Donuts, KFC, Pizza Hut, dan Lain-lain.
D. Bentuk Perjanjian dalam waralaba
Dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1997 tentang waralaba
dan Pasal 2 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan

Nomor:

259/MPP/Kep/7/1997 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran
Usaha Waralaba telah ditentunkan bentuk Franchise atau perjanjian waralaba,
yaitu bentuknya tertulis. Perjanjian ini dibuat dalam bahasa Indonesia dan
terhadapnya berlaku hukum indonesia. Sebeium membuat perjanjian tertulis,
Franchisor

atau pemberi waralaba wajib menyampaikan keterangan tertulis

secara benar kepada penerima waralaba, mengenai hal - hal berikut."
1. Identitas pemberi waralaba, berikut keterangan mengenai kegiatan
usahanya termasuk neraca dan daftar rugi laba selama-lamanya 2
(dua) tahun terakhir.

Salim H.S, Op.Cithlm 170

2.

Hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha
yang menjadi objek waralaba.

3. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh penerima waralaba.
4. Bantuan atau fasilitas yang ditawarkan dari pemberi waralaba
kepada penerima waralaba.
5. Hak dan kewajiban pemberi waralaba dan penerima waralaba.
6. Cara-cara dan syarat pengakhiran, pemutusan, dan perjanjian
waralaba.
7. Hal - hal Iain yang perlu diketahui oleh penerima waralaba dalam
rangka pelaksaan perjanjian waralaba (Pasal 5 Keputusan Menteri
Perindustrian

dan

Perdagangan

Nomor: 259/MPP/Kep/7/1997

tentang ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha
Waralaba).
Dalam Pasal 7 Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor:
259/MPP/7/1997 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba
telah ditentukan hal-hal yang harus dimuat dalam perjanjian waralaba yaitu
sebagai berikut.
1. Nama, alamat, dan tempat kedudukan perusahaan masing-masing pihak.
2. Nama dan jabatan masing-masing pihak yang berwenang menandatangani
perjanjian.
3. Nama dan jenis hak atas kekayaan intelektual, penemuan atau ciri khas

4. Usaha, misalnya sistem manajemen, cara penjualan atau penataan atau
cara distribusi yang merupakan karakteristik khusus yang menjadi objek
waralaba.
5. Hak dan kewajiban masing-masing pihak serta bantuan dan fasilitas yang
diberikan kepada penerima waralaba.
6. Wilayah pemasaran
7. Jangka waktu peijanjian dan tat cara perpanjangan

perjanjian serta

syarat-syarat perpanjangan perjanjian.
8. Cara penyelesaian perselisihan.
9. Ketentuan-ketentuan pokok yang disepakati yang dapat mengakibatkan
pemutusan perjanjian atau berakhimya perjanjian.
10. Ganti rugi dalam hal terjadi pemutusan perjanjian.
11. Tata cara pembayaran imbalan.
12. Penggunaan barang atau bahan hasil olahan produksi dalam negeri yang
dihasilkan dan dipasok oleh pengusaha kecil.
13. Pembinaan, pembimbingan, dan pelatihan kepada penerima waralaba.
Sifat perjanjian Franchise [Agreement of Franchise), yaitu sebagai berikut.
1. Suatu perjanjian yang dikuatkan oleh hukum [Legal Agreement).
2. Memberi kemungkinan pewaralaba/Franchisor tetap mempunyai hak atas
nama dagang dan atau merek dagang, format/pola usaha, dan hal-hal khusus
yang dikembangkan untuk suksesnya usaha tersebut.

3. Memberi kemungkinan pQwaralaha/Franchisor

mengendalikan sistem

usaha yang dilisensikannya
4. Hak, kewajiban, dan tugas masing-masing pihak dapat diterima oleh
penerima waralaba/Franchisee.
Hal-hal yang harus dimuat dalam perjanjian Franchise (Franchise of Agreement),
yaitu sebagai berikut'^'*
1. Hak yang diberikan oleh pemberi waralaba kepada penerima waralaba
2. Hak yang diberikan meliputi antara lain penggunaan metode atau resep
yang khusus, penggunaan mereka dan atau nama dagang, jangka waktu hak
tersebut

dan perpanjangannya,

wilayah kegiatan dan hak yang lain

sehubungan dengan pembelian kebutuhan operasi jika ada.
3. Kewajiban dari penerima waralaba sebagai imbalan atas hak yang diterima
dan kegiatan yang dilakukan oleh pemberi waralaba pada saat penerima
waralaba memulai usaha maupun selama menjadi anggota dari sistem
waralaba.
4. Hal yang berkaitan dengan kasus penjualan hak waralaba kepada pihak
lain. Bila penerima waralaba tidak ingin meneruskan sendiri usaha tersebut
dan ingin menjual kepada pihak lain, maka suatu tata cara periu disepakati
sebelumnya.

^* Salim H.S,

Him 171

5. Hal yang berkaitan dengan pengakhiran perjanjian kerja sama dari
masing-masing pihak.
Beberapa hal yang harus dimuat atau di perjanjikan dalam perjanjian waralaba
25

yaitu sebagai berikut
1. The rights of the franchise, yaitu
a)

Hak untuk menggunakan trade name dan reputasi pemberi waralaba;

b)

Hak untuk menggunakan

penyusunan

desain, paten, cara kerja,

pelengkapan, dan pengembangan produk pemberi waralaba;
c)

Hak untuk menggunakan seluruh pusat pelayanan (the central service)
kegiatan pengembangan untuk membantu penerima waralaba Yang
meliputi:
(1) Pelatihan
(2) Konsultasi
(3) Manajemen
(4) Produksi
(5) Pemasaran
(6) Bantuan dalam desain
(7) Pelaksanaan dan biaya atas konstruksi
(8) Penyaluran barang / produk dengan harga yang relatif murah
(9) Periklanan teknik lain dalam promosi

" Rhidhwan Khaerandy, Op.Cit, hal 93

(10) Pembukuan akuntasi
(1 l)Perencanaan asuransi;
d)

Hak ekslusif untuk operasi di lokasi atau daerah tertentu, tanpa adanya
kompetisi dari pemberi waralaba dan penerima waralaba lainnya

2. The obligation and restriction on franchisee, yang termasuk dalam hak ini
adalah
a)

Maju dalam penjualan barang atau jasa milik pemberi waralaba;

b)

Memelihara slandar kualitas produk atau jasa;

c)

Bekerja sama dan ada koordinasi atas aktivitasnya dengan pemberi
waralaba atau dengan penerima waralaba lainnya.

3. The obligation of the franchisor, yaitu franchisor harus memasok semua
jasa-jasa (services ) yang telah diuraikan dalam perspektus.
a)

Maju dalam penjualan barang atau jasa milik pemberi waralaba

b)

Memelihara standar kualitas produk atau jasa

c)

Bekerja sama dan ada koordinasi atas aktivitasnya dengan pemberi
waralaba atau dengan penerima waralaba lainnya.

d)

Menjunjung tinggi kesan dan reputasi dunia bisnis.

e)

Membuat kepastian pembayaran pemeberi waralaba untuk dapat mandiri
dalam menjalankan usahanya.

4. The obligation of the franchisor, yaitu pemberi waralaba harus memasok
semua jasa-jasa (services ) yang telah diuraikan dalam perspektus.

5. The distribution of profit and source of income to the franchisor . Permberi
warlaba

mengharapkan

suatu

hasil

yang

menguntungkan

dari

enterpreneurship-nya dan program serta jasa ia berikan kepada penerima
waralaba.

Sehubung dengan penerima waralaba setuju untuk membayar.

Pembayaran pertama, yaitu penggunaan hak untuk bekerja sama dalam sistem
bisnis, lokasi yang eksklusif, bantuan konsultasi pencarian lokasi atau desain
lay-out, pelatihan bagi penerima waralaba dan pada karyawannya, perlengkapan
dan investasi lainnya. Pembayara kedua, termasuk royalti, seperti presentase dari
laba peralatan, pembayaran untuk pemasok barang atau produk, pengepakan
barang dan lain-lain.
6. Control over franchised
pemeriksaan

terhadap

business, Di sini pemberi waralaba mengadakan

bisnis

yang

dilakukan

dengan

segera

setelah

penandatanganan kontrak;
a)

Meyakinkan seluruh pembayaran yang menjadi haknya dan di lakukan
dengan segera setelah penandatanganan kontrak;

b)

Untuk menyakinkan bahwa usaha yang akan dilakukan oleh pemberi
waralaba akan berhasil;

c)

Untuk melindungi penerima waralaba dari bahaya yang mengancamnya.

Di dalam kontrak ini terdapat dua macam pemeriksaan, yaitu sebagai berikut.
a)

Sistem komunikasi
Hal ini antara lain meliput laporan berkala dari penerima waralaba mengenai

Salim H.S, Op.Cit ,hlm.l72

berbagai aklivitas bisnis. D i sini pemberi waralaba akan mendatangi penerima
waralaba untuk melakukan pemeriksaan pembukuan, keadaan dan kualitas
maupun hal-hal lain yang menyanngkut bisnis tersebut.
b)

Sistem sanksi
Hal ini antar

Dokumen yang terkait

B E N T U K PE N GA W A S A N B E B A S V I S A K U N J U N G A N S I N G K A T ( B V K S ) O L E H K A N T O R K E I M I G R A S I A N K E P A D A W A R G A N E G A R A A S I N G Y A N G T I N G G A L D I I N D O N E S I A

0 4 15

E N I N G K A T A N H A S I L B E L A J A R M E N U L I S K A L I M A T E F E K T I F D A L A M P A R A G R A F A R G U M E N T A S I M E L A L U I K E G I A T A N P E E R C O R R E C T I O N P A D A S I S W A K E L A S X 1 S M A N E G E R I R A M B I P U

0 2 17

E V A L U A S I P E L A K S A N A A N P E N D I S T R I B U S I A N P R O G R A M B E R A S M I S K I N ( R A S K I N ) T A H U N 2 0 1 1 D I D E S A G E N T E N G K U L O N K E C A M A T A N G E N T E N G K A B U P A T E N B A N Y U W A N G I

0 9 21

I D E N T I F I K A S I P E N G A R U H L O K A S I U S A H A T E R H A D A P T I N G K A T K E B E R H A S I L A N U S A H A M I N I M A R K E T W A R A L A B A D I K A B U P A T E N J E M B E R D E N G A N S I S T E M I N F O R M A S I G E O G R A F I S

0 3 19

K E A N E K A R A G A M A N JE N I S I K A N D I B L O K B E D U L S E G O R O A N A K T A M A N N A S I O N A L A L A S PU R WO

0 2 17

P E L A K S A N A A N F U N G S I S E R IK A T B U R U H T E R H A D A P B U R U H D A N P E N G U S A H A D I L IN G K U N G A N P E R U S A H A A N

0 0 86

D IN A M IK A P E N G U A S A A N M A T E R I P E L A J A R A N IB A D A H S H A L A T F A R D L U P A D A S IS W A K E L A S IV D E N G A N S T R A T E G I M E M B E N T U K K E L O M P O K B E L A J A R DI SD N E G E R I D E R S A N S A R I 02 T A H U N

0 1 103

R A N C A N G B A N GU N W E B S IT E P R O M O S I L A Y A N A N J A SA T OU R TR A V E L P A D A T IK I W IS A T A SU R A B A Y A D E N G A N F IT U R S M S GATEWAY

0 0 19

KORELASI ANTARA KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU DAN H A S I L B E L A J A R S I S W A PADA M A T A P E L A J A R A N P E N D I D I K A N A G A M A I S L A M DI SD N E G E R I I T E R U S A N J A W A K E C A M A T A N JEJAWI OKI

0 0 67

T I N D A K PIDANA K A S U S P E N C U R I A N DI D E S A K A R Y A M A J U K E C A M A T A N K E L U A N G K A B U P A T E N MUSI B A N Y U A S I N (STUDI K A S U S : DI P O L S E K K E L U A N G )

0 1 63